Anda di halaman 1dari 9

1. Bagaimana Anda menjelaskan kemampuan alga dalam menyerap logam di atas?

2. Jika dalam satu riset tim ilmiah Anda diputuskan untuk menggunakan potensiometri untuk
mengukur kandungan logam dalam air secara instrumental, apa yang dapat Anda jelaskan
mengenai metode tersebut?
3. Dalam teknik potensiometri, digunakan berbagai jenis elektroda. Dapatkah menjelaskan
tentang penggunaan berbagai jenis elektroda tersebut? Dan bagaimana metode/teknik ini
dilakukan?
4. Bagaimana Anda menjelaskan tentang yang Anda baca di beberapa literature bahwa bila
menggunakan teknik potensiometri langsung perlu penambahan senyawa penjaga kekuatan
ion dalam larutan atau TISAB (Total Ionic Strength Adjustment Buffer), dan untuk apa
melakukan teknik penambahan larutan standar atau larutan sampel tak diketahui (standard
addition atau addition method)?
5. Bila Anda menggunakan metode sample addition pada tekink potensiometri, bagaimana Anda
menjelaskan cara penentuan konsentrasi logam pada sampel? (Jelaskan juga persamaannya)!
6. Jika Anda memperoleh data logam Cr dari laboratorium sebagai berikut :
Vol. Larutan Cr Standar (750 mg/L) … mL Potensial Sel … mV
200 -35,6
100 -17,8
50 0,4
25 16,8
12,5 34,9
6,25 52,8
3,125 70,4
1,563 89,3
0,781 107,1
0,391 125,5
0,195 142,9
Bagaimana menentukan kemiringan kurva kalibrasi yang merupakan ukuran respons
elektroda ion selektif yang digunakan?
7. Bagaimana Anda menentukan nilai potensial sel berikut ini :
Ag / AgCl (jenuh/s), HCl (0,02 M // KCl (jenuh), Hg2Cl2 (jenuh) / Hg (l)
8. Untuk sel berikut ini, bagaimana Anda tentukan besarnya konstanta kesetimbangan?
2 Ag + + Cu <== ==> 2 Ag + Cu 2+
JAWABAN
1. Alga dalam komunitas perairan disebut fitolpankton yang bersifat mikroskopis yang hidup
soliter maupun berkoloni serta melayang di permukaan air (Yatim, 2003). Menurut
Susilawati (2009), Alga memiliki dua karakteristik penting, yaitu secara struktural dimana
alga memiliki jumlah situs aktif pada dinding selnya (polisakarida dan protein, beberapa
diantaranya mengandung gugus karboksil, sulfat, dan amino) yang dapat menjadi binding
sites ion-ion logam. Selain itu, permukaan alga terdapat pori-pori yang memberikan
peluang untuk terjadinya proses adsorpsi logam secara fisik.

2. Metode potensiometri adalah metode yang membuat sel elektrik dari analit suatu larutan
sehingga perbedaan potensial sel tersebut berkaitan dengan konsentrasi larutan. Jadi
perbedaan voltase antara larutan dengan larutan standar dibuat kurva standar untuk
dapat menentukan hubungan antara konsentrasi analit dalam sampel akibat dari
meningkatnya/berkurangnya kemampuan lerutan berisi logam tersebut dalam
mengalirkan sinyal elektrik di elektroda berupa potemsial sel (V). Metode ini bertujuan
untuk menentukan konsentrasi kontaminan logam total dari larutan terhadap potensial
sel nya. Konsentrasi logam tertentu juga dapat ditentukan dengan menggunakan
elektroda ion selektif (Ningrum, XXXX).
https://www.academia.edu/31944918/Tugas_kimia_analitik_potensiometri

3. Elektroda yang digunakan dalam metode potensiometri terdiri dari dua tipe yaitu
elektroda pembanding dan elektroda indikator. Elektroda pembanding atau biasa disebut
dengan reference electrode berfungsi sebagai elektroda acuan dengan potensial
standarnya diketahui, konstan, dan mengikuti persamaan Nernst. Elektroda pembanding
terdiri dari dua jenis yaitu elektroda pembanding primer dan sekunder, dengan perbedaan
antara keduanya terkait ketelitian lebih tinggi dengan harga yang lebih mahal, atau
ketelitian lebih rendah dengan harga relatif murah. Sedangkan tipe-tipe elektroda
indikator (elektroda logam, elektroda membran, elektroda penunjuk gas) ditentukan
berdasarkan prinsip kerja dari elektroda tersebut serta sifat dan jenis sampel yang akan
di analisa. (Dona, XXXX).
https://www.academia.edu/4640297/POTENSIOMETRI

4. TISAB adalah sebuah reagen yang ditambahkan pada larutan sampel dan standar yang
berfungsi untuk menjaga pH, aktifitas ion, dan kekuatan ion dari larutan standar. Hal ini
disebabkan karena TISAB memiliki koefisien aktifitas ion yang sama, tetapi memiliki
aktifitas ion yang lebih tinggi sehingga aktifitas ion sampel akan terabaikan. TISAB
merupakan senyawa yang berfungsi untuk mengatasi adanya perbedaan yang signifikan
antara konsentrasi dan aktivitas dari suatu spesi kimia.

TISAB umumnya dapat dilakukan hampir pada setiap pengujian potensiometri apabila
komponen larutan yang diuji tidak memiliki ion yang sama dengan ion pada larutan TISAB.
Larutan TISAB dapat digunakan pada berbagai pengujian karena TISAB dapat menjaga pH
larutan tidak terlalu asam dan tidak terlalu basa. Pada saat larutan terlalu asam atau
terlalu basa, pengujian potensiometri dapat menghasilkan error yang cukup besar. Tetapi,
TISAB tidak terlalu diperlukan pada keadaan-keadaan berikut:

1. Ketika Larutan Sampel dan Larutan Standar Berada Pada Kondisi Sangat Encer
Pada saat konsentrasi larutan sampel dan larutan standar sangat cair, nilai aktivitas
kedua larutan, adalah 1. Pada saat ini, aktivitas sama dengan konsentrasi sehingga
hubungan lurus antara aktivitas dan potensial sel menunjukkan hubungan yang
serupa antara konsenrasi dan potensial sel.

2. Ketika Larutan Sampel dan Larutan Standar Diencerkan


Pada saat tidak dilakukan teknik potensiometri langsung, misalnya dengan perlakuan
awal berupa pengenceran, TISAB tidak lagi diperlukan. Jika larutan diencerkan terlebih
dahulu, akan tercapai kondisi di mana aktivitas, γ, adalah 1, dan dapat dibuat
hubungan lurus antara konsentrasi dan potensial sel.

3. Ketika Konsentrasi Larutan Melebihi 0.1 M


Larutan TISAB berfungsi menyamakan kekuatan ion larutan dengan cara
meningkatkan kekuatan ion keduanya sampai titik maksimal. Pada saat konsentrasi
larutan melebihi 0.1 M, larutan TISAB tidak dapat meningkatkan kekuatan ion larutan
tersebut sehingga penambahan larutan TISAB tidak akan memberi efek apapun.

4. Ketika Larutan Standar dan Larutan Sampel Memiliki Kekuatan Ion yang Sama
Pada saat larutan standar dan sampel memiliki kekuatan ion yang sama, hubungan
lurus antara konsentrasi dan potensial sel sudah dapat diperoleh.
Karenanya, penambahan larutan TISAB tidak memberikan pengaruh signifikan.
Sayangnya, kekuaran ion larutan jarang diketahui terlebih dahulu.

5. Ketika Dilakukan Metode Standard dan Sample Addition


Penggunaan metode standard dan sample addition memberikan pengaruh yang sama
dengan pemberian larutan TISAB, yakni menyamakan kekuatan ion larutan standar
dan larutan sampel. Karena itu, pada saat metode ini dilakukan, pemberian larutan
TISAB tidak diperlukan. Penjelasan tentang metode ini akan dijelaskan pada bagian
berikutnya.

6. Kondisi Kondisi Lain


 pH tidak ekstrim. pH larutan berada antara 2-10
 Kekuatan ion tidak terlalu tinggi, yaitu kurang dari 2 atau 3.
 Tidak ada mobilitasi ion tertentu
 Tidak ada suspensi bermuatan dari partikel-partikel berukuran makro atau koloid.
 Kedua larutan sampel dan standar tidak memiliki aktivitas ion yang terlalu kecil
atau besar.

Penggunaan metode standard atau sample addition memberikan pengaruh yang


sama dengan pemberian larutan TISAB, yaitu menyamakan kekuatan ion larutan standar
dan larutan sampel. Karena itu, pada saat metode ini dilakukan, pemberian larutan TISAB
tidak diperlukan. Penggunaan metode ini memiliki beberapa manfaat, antara lain :

1. Menyamakan Kekuatan Ion Larutan Standar dan Larutan Sampel


Metode standard dan sample addition memiliki manfaat yang sama dengan
penambahan larutan TISAB. Dengan menjamin bahwa larutan yang ditambah kan
memiliki volume yang jauh lebih kecil, maka: 1) kekuatan ion larutan standar danlarutan
yang diberi sampel relatif sama, dan; 2) pH larutan dapat dijaga dengan menjamin bahwa
larutan yang pertama dimasukkan berada dalam pH netral dan larutan yang ditambahkan
tidak terlalu banyak. Karena kekuatan ion larutan sampel dan standar sama, maka dapat
dibuat hubungan linear antara konsentrasi dan potensial sel.

2. Mengurangi Kesalahan Kalibrasi Nilai Konstanta K


Pada metode potensiometri langsung, salah satu kekurangan yang ada adalah
konstanta K. Hal ini dikarenakan elektroda yang telah digunakan untuk menguji potensial
sel larutan standar dicuci untuk dilakukan pengujian pada larutansampel. Hal ini
cenderung merubah nilai potensila sel, salah satu komponen penyusun K .Pada metode
standard dan sample addition, sel yang digunakan untuk pengukuran potensial sel larutan
standar tidak diubah sehingga perubahan nilai potensial sel dapat diminimalkan.

5. Proses umum yang akan dilakukan adalah menyiapkan larutan sampel yang berisi analit
dan larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya. Larutan standar disiapkan dalam
jumlah yang lebih banyak, setelah itu larutan sampel ditambahkan. Pengukuran potensial
sel dilakukan sebelum dan sesudah larutan sampel ditambahkan dengan larutan standar.
Metode sample addition diawali dengan menambahkan volume sampel (Vu) dengan
berberapa variasi ke dalam volume standar (Vs). Kemudian potensial sampel diukur dan
direkam menggunakan ISE (Ion Selective Membran) dengan persamaan :
Esel a2
= log
S a1
Sebelum pencampuran, nilai keaktifan larutan dilambangkan a1 dan setelah pencampuran
nilai keaktifan larutan menjadi a2. Maka nilai keaktifan larutan sama dengan konsentrasinya
maka: a1 =Cs
a2 =Ccampuran
dimana: nstandar =Cs .Vs
nsampel =Cu .Vu
Vtotal = Vstandar +Vsampel =Vs +Vu
Cs .Vs +Cu .Vu
Sehingga: a2 =Ccampuran =
Vs +Vu

Esel merupakan nilai perubahan potensial yang terjadi setelah dan sebelum
pencampuran, sehingga:
Esel = E2 -E1
maka didapatkan persamaan sebagai berikut:
Cs .Vs +Cu .Vu
E2 -E1 Vs +Vu
= log
S Cs
Lalu, log pada ruas kanan dihilangkan menjadi:
Cs .Vs +Cu .Vu
E2 -E1 Vs +Vu
10 S =
Cs
E2 -E1 Cs .Vs +Cu .Vu
(Vs +Vu ).10 S =
Cs
Persamaannya menjadi :

𝐸2 −𝐸1 𝐶𝑢 . 𝑉 𝑢
(𝑉𝑠 + 𝑉𝑢 ). 10 𝑆 = 𝑉𝑠 +
𝐶𝑠

6. Pengertian Elektroda Ion Selektif


Ion selektif electrode (ISE) adalah electrode membrane yang selektif merespon
keberadaaan ion lain dalam larutan, juga spesifik menyelidiki keberadaan gas dan ion
dalam larutan. Yang paling umum digunakan yaitu ion selektif elektrode untuk pH. Ion
selektif electroda memberikan respon potensial tertentu pada ion yang spesifik. Untuk
potensial standart digunakan potensial dari ion H+ yang dipakai pada pH meter.
Perbedaan potensial yang dihasilkan diantara dua electrode akan tergantung pada
aktivitas ion yang spesifik dalam larutan. Aktivitas ion terkait pada konsentrasi ion spesifik,
sehingga memungkinkan untuk analisis ukuran ion yang spesifik. Beberapa ISE teleh
dikembangkan untuk beberapa ion yang berbeda. Ion selektif elektroda termasuk yang
paling umum digunakan (pH electrode) bekerja dengan prinsip dasar dari sel galvanic.
Dengan mengukur potensisl listrik yang dihasilkan oleh membrane pada ion tertentu dan
dibandingkan dengan reference elecctrode. Kekuatan beda potensial yang dihasilkan
sebanding dengan konsentrasi dari ion yang terukur (selektif).

Prinsip Kerja Elektroda Ion Selektif


Elektroda Selektif ion (ESI) adalah sel paro elektrokimia (elektroda) yang menggunakan
membran selektif ion sebagai elemen pengenal (sensor), karenanya ESI akan lebih
merespon analit yang disensornya dibandingkan ion lain yang berada bersama-sama
dalam sampel. Membran merupakan lapisan tipis bersifat semipermeabel yang
memisahkan 2 fasa dengan permeabilitas yang terkontrol.

Pada saat kontak dengan larutan analit, bahan aktif membran akan mengalami disosiasi
menjadi ion-ion bebas pada antarmuka membran dengan larutan. Jika anion yang berada
dalam larutan dapat menembus batas antarmuka membran dengan larutan yang tidak
saling campur, maka akan terjadi reaksi pertukaran ion dengan ion bebas pada sisi aktif
membran sampai mencapai kesetimbangan elektrokimia.

Penentuan Kemiringan Kurva kalibrasi


Untuk menentukan kemiringan (slope) kurva kalibrasi, yang merupakan ukuran respons
elektroda ion selektif yang digunakan, maka perlu dibuat hubungan antara log10 C dan
potensial sel, di mana C adalah konsentrasi ion pada larutan yang digunakan dalam mol/L.
Hubungan antara log10 C dan potensial sel untuk ion natrium dituliskan sebagai:
0.0592
𝐸𝑠𝑒𝑙 = 𝐾 − n
pX = 𝐾 + 𝑆 log 𝐶

di mana C adalah konsentrasi ion natrium dalam larutan dan S adalah kemiringan kurva.
Karena data yang diberikan tidak memungkinkan untuk mencari konsentrasi dalam mol/L,
Persamaan (1) diperluas untuk mencari hubungan log10 C1 dan potensial sel dengan C1
adalah konsentrasi dalam gr/L. Persamaan yang terbentuk adalah:
𝐶
𝐸𝑠𝑒𝑙 = 𝐾 + 𝑆 log 𝑀𝑟1 = 𝐾 ′ + 𝑆 log 𝐶1

dengan Mr adalah masa molekul relatif yang sifatnya konstan. Berdasarkan Persamaan
(10), dapat dibuat hubungan linear dengan log C1 sebagai sumbu x dan potensial sel
sebagai sumbu y. Gradien garis yang terbentuk adalah kemiringan kurva kalibrasi.

Hubungan Antara log C dan Potensial Sel


Vol Lar Standar Konsentrasi Lar Potensial Potensial
log10 C1
(750 mg/L) (mL) Standar/C1 (gr/L) Sel (mV) Sel (V)
200 3.75 0.574031 -35.6 -0.0356
100 7.5 0.875061 -17.8 -0.0178
50 15 1.176091 0.4 0.0004
25 30 1.477121 16.8 0.0168
12.5 60 1.778151 34.9 0.0349
6.25 120 2.079181 52.8 0.0528
3.125 240 2.380211 70.4 0.0704
1.563 479.8464 2.681102 89.3 0.0893
0.781 960.3073 2.98241 107.1 0.1071
0.391 1918.159 3.282885 125.5 0.1255
0.195 3846.154 3.585027 142.9 0.1429
Grafik Hubungan Antara Log C1 dan Potensial Sel
0.16 0.1429
0.14 0.1255
Potensial Sel (V) 0.12 0.1071
0.1 0.0893

0.08 0.0704
0.0528
0.06
0.0349
0.04
0.0168 y = 0.0594x - 0.0701
0.02 0.0004 R² = 0.9999
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
log C

Dari grafik didapat persamaan garis y = 0,0594 x – 0,0701 maka, didapat kemiringan
kurva = m yaitu sebesar 0,0594

7. Ag/AgCl (jenuh/s), HCl (0.02 M//KCl (jenuh), Hg 2 Cl 2 (jenuh)/Hg(l)


Jawab: Langkah-langkah untuk menyelesaikan soal:
Ag|AgCl(jenuh)
a. Reaksi pada Anoda : 2Ag (s) -> 2Ag+ (aq) +2 e E = -0.8 V
b. Reaksi pada Katoda : Cl2 (g) + 2e- -> 2Cl- (aq) E = 1.36 V
c. Reaksi total : Ag (s) + Cl2 (g) -> 2Ag + (aq) + 2Cl - (aq) E = 0.56 V
HCl (0.02M) || KCl (jenuh)
a. Reaksi pada Anoda : 2K (s) -> 2K+ (aq) +2e- E = 2.93 V
b. Reaksi pada Katoda : 2H+ (aq) + 2e- -> H2 (g) E=0V
c. Reaksi total : 2K (s) + 2H+ (aq) -> 2K+ (aq) + H2(g) E = 2.93 V
Untuk mencari besar potensialnya adalah menggunakan persamaan Nernst
𝑅𝑇
𝐸 𝑐𝑒𝑙𝑙 = 𝐸𝑜 − ln 𝑎 𝑟𝑒𝑑/𝑎 𝑜𝑥
𝑧𝐹
8,314 . 298 𝐾 4,83
𝐸 𝑐𝑒𝑙𝑙 = 2,93 − ln
1 , 96500 0,02
𝐸 𝑐𝑒𝑙𝑙 = 2,93 − (0,0256 . 5,48)
𝐸 𝑐𝑒𝑙𝑙 = 2,93 − 0,14
𝐸 𝑐𝑒𝑙𝑙 = 2,79

8. 2Ag + + Cu <== ==> 2 Ag + Cu 2+


Diketahui :
Cu2+ + 2 e– ⇒Cu E° = – 0,34 V
Ag+ + e– ⇒Ag E° = + 0,80V
Tentukan Konstanta Kestimbangan Cell!
Jawab:
E°Cu lebih negatif dari E°Ag
, maka Cu mengalami oksidasi dan bertindak sebagai anode
Katode : Ag+ + e–⇒Ag E° = + 0,80 V
Anode : Cu ⇒Cu2+ + 2 e– E° = – 0,34 V
_____________________________+
2 Ag+ + Cu ⇒2 Ag + Cu 2+ E°sel = + 0,46 V

Konstanta Kesetimbangan :
E cell = 0 V => Q cell = K Cell ; maka,
𝑅𝑇
E0 = 𝑛𝐹 ln 𝐾 𝑐𝑒𝑙𝑙
𝑛 . 𝐹 . 𝐸0
ln K cell = 𝑅. 𝑇
𝑛 . 𝐹 . 𝐸0
K cell =𝑒 𝑅. 𝑇

2 . 96500 . 0,46 𝑉
K cell =𝑒 8,314 . 298 𝐾

88780
K cell = 𝑒 2477,572
K cell = 𝑒 35,83 = 3,64 . 1015

Anda mungkin juga menyukai