Anda di halaman 1dari 17

SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU

Di susun oleh :

Firda Ramadani (217037)

Fitriani (217040)

Haning Pratiwi (217041)

Henisya Eka Y (217043)

Irmayanti Mellenia H (217046)

Jofinda (217047)

Laila Shofirotul R (217052)

Lisa Nurhaliza S (217053)

Mardavita A (217055)

Mega Ayu R (217057)

Mega Indah P (217058)

Meidhita Mutiara K (217061)

Meka Jabbar A (217062)

Dosen pengampu :
Ns. Arlies Zenitha Victoria, M.Kep

PRODI D-3 KEPERAWATAN


STIKES TELOGOREJO SEMARANG
TAHUN 2019

1
VISI DAN MISI
PROGRAM STUDI D.3 KEPERAWATAN

VISI
“Pada tahun 2020 terwujudnya Program Studi D.3 Keperawatan yang menghasilkan
lulusan siap bersaing di pasar kerja nasional dengan memiliki keunggulan
berkaratkter humanis dan etis”

MISI
 Menyelenggarakan pendidikan keperawatan professional pemula sesuai
dengan perkembangan IPTEK yang unggul berkarakter humanis dan etis
 Melaksanakan Penelitian yang terus menerus di Bidang Keperawatan untuk
meningkatkan mutu pendidikan
 Melaksanakan Pengabdian Masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat
 Mengembangkan SDM sesuai dengan bidang keahlian
 Menyediakan sarana prasarana pendidikan sesuai dengan perkembangan
teknologi

2
3
SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU

Di susun oleh :

Firda Ramadani (217037)

Fitriani (217040)

Haning Pratiwi (217041)

Henisya Eka Y (217043)

Irmayanti Mellenia H (217046)

Jofinda (217047)

Laila Shofirotul R (217052)

Lisa Nurhaliza S (217053)

Mardavita A (217055)

Mega Ayu R (217057)

Mega Indah P (217058)

Meidhita Mutiara K (217061)

Meka Jabbar A (217062)

Dosen pengampu :
Ns. Arlies Zenitha Victoria, M.Kep

PRODI D-3 KEPERAWATAN


STIKES TELOGOREJO SEMARANG

TAHUN 2019

4
DAFTAR ISI

Cover Depan ........................................................................................................ 1

Visi Dan Misi ....................................................................................................... 2

Cover .................................................................................................................... 3

Daftar Isi .............................................................................................................. 4

Kata Pengantar ................................................................................................... 5

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 6

1.1. Latar belakang masalah ............................................................................. 6

1.2. Rumusan masalah ....................................................................................... 7

1.3. Tujuan .......................................................................................................... 7

1.4. Manfaat ........................................................................................................ 7

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 8

2.1. Pengertian SPGDT ...................................................................................... 8

2.2. SubSPGDT ................................................................................................... 8

2.3. Hal-hal yang diatur dalam SPGDT ........................................................... 10

2.4. Gerakan Safe Community .......................................................................... 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 15

3.1. Kesimpulan .................................................................................................. 15

3.2. Saran ............................................................................................................ 15

Daftar Pustaka ................................................................................................... 16

5
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Berkat limpahan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah yang bertajuk “Tugas
Modul C2-3 Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu” dengan lancar.
Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah yang diampu oleh
Ibu Ns. Arlies Zenitha Victoria, M.Kep.

Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan arahan dan masukan dari
berbagai pihak:

1. Ibu Dr. Swanny Trikajanti W, M.Kes, Ph.D selaku Ketua STIKES


TELOGOREJO.
2. Ibu Ns. Sukesi, S.Kep selaku Ketua Prodi D3-KEPERAWATAN.
3. Ibu Ns. Maya Cobalt Angio Septianingsih, S.Kep Selaku Dosen Wali
Kelas B.
a. Ibu Ns. Arlies Zenitha Victoria, M.Kep selaku Dosen pengampu mata
ajar Modul C2-3.
4. Rekan-rekan seperjuangan semuanya.

Untuk itu kami ucapkan banyak terimakasih atas segala dukungan, motivatisi,
saran dan partisipanya dalam penyusunan makalah ini.

Maka demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan


kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, tanda baca, serta
isi. Sehingga penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran yang
membangun.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk masyarakat umumnya, dan untuk kami sendiri khusunya.

Semarang, 24 Oktober 2019

Tim Penyusun

6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam manajemen bencana ada dua kegiatan besar yang dilakukan. Pertama :
pada saat belum bencana(pre-event) berupa kesiapsiagaan menghadapi
bencana(disaster preparedness) dan pengurangan resiko bencana(disaster mitigation).
Kedua : kegiatan tanggap bencana(emergency response) dan kegiatan pemulihan
akibat bencana(disaster recovery).

Berdasarkan realitas kita selama ini banyak melakukan kegiatan pasca bencana
berupa kegiatan tanggap darurat dan pemulihan(recovery) akibat bencana tapi sangat
sedikit sekali perhatian terhadap kegiatan untuk kesiapsiagaan pra bencana dan
pengurangan resiko bencana. Kegiatan kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai
bagian dari kesiapsiagaan dan pengurangan resiko bencana adalah kegiatan pendidikan
kesadaran bencana(disaster awarness), pelatihan penanggulangan penderita gawat
darurat, penyiapan teknologi tahan atau siaga bencana, membangun sistem sosial yang
tanggap bencana dan perumusan kebijakan penanggulangan bencana secara
komprehensif dan terpadu.

Kegiatan-kegiatan diatas tersebut tentunya harus melibatkan pihak-pihak yang


berkepentingan dan salah satu pihak tersebut adalah masyarakat di lingkungan yang
rawan bencana. Termasuk di dalam masyarakat adalah komunitas tenaga medis dan
para medis yang menjadi bagian masyarakat. Karena mereka paham bagaimana
menyiapkan sistem kesiapsiagaan menghadapi bencana dan mereka memiliki bekal
pengetahuan keterampilan teknis medis yang bisa didaya gunakan dalam
penanggulangan korban gawat darurat pasca bencana.

Bencana menjadi tanggung jawab seluruh komponen masyarakat dan


pemerintah maupun swasta. Namun dalam pelaksanaannya menolong korban haruslah
secara tepat dan cepat, selain itu juga diperlukan koordinasi yang bagus. Diperlukan
skill dan pengetahuan yang cukup tentang penanganan pertama disamping
pengetahuan medan bencana serta komunikasi yang terpadu dalam menolong korban
bencana.

7
1.2. Rumusan masalah

1.2.1. Apa yang dimaksud Sistem Penanggulangan Gawat Darurat


Terpadu(SPGDT)?

1.2.2. Apa saja yang terdapat pada Sub dan hal-hal yang diatur dalam Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu(SPGDT)?

1.2.3. Apa yang dimaksud dengan gerakan safe community dan penjelasannya?

1.3. Tujuan

1.3.1. Umum :

Untuk tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi
setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan kegawatdaruratan sehingga
mencegah kematian dan cacat yang mungkin terjadi(Depkes,2006).

1.3.2. Khusus :

1. Mempercepat response time dalam memberikan tindakan kegawatdaruratan dan


meningkatkan kualitas pertolongan terhadap korban bencana industri di instalasi gawat
darurat.

2. Mencegah kematian dan kecacatan sehingga dapat hidup dan kembali dalam
masyarakat sebagai mana mestinya.

3. Merujuk melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang lebih


memadai(Depkes,2006).

1.4. Manfaat

1.4.1. Untuk memberi informasi kepada pembaca mengenai SPGDT.

1.4.2. Untuk menambah wawasan mengeani hal yang terdapat dalam SPGDT.

1.4.3. Untuk mengetahui safe community baik secara gerakan dan unsur dalam
gerakan safe community tersebut.

8
BAB III

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian

Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu(SPGDT) adalah sebuah


sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari unsur, pelayanan pra
rumah sakit, pelayanan di rumah sakit dan antar rumah sakit. Pelayanan berpedoman
pada respon cepat yang menekankan time saving is life and limb saving, yang
melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam, umum, dan khusus, petugas medis,
pelayanan ambulan gawat darurat dan sistem komunikasi(Depkes RI,2010).

2.2. Subsistem dalam SPGDT

Terdapat SubSistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu(SPGDT)


(SPGDT) yaitu pra rumah sakit(pra RS), rumah sakit(RS), dan antar rumah sakit(antar
RS).

a. Sistem Pra Rumah Sakit


1. PSC, Poskesdes. Didirikan masyarakat. Pengorganisasian dibawah Pemda
2. BSB. Unit khusus pra RS. Pengorganisasian dijajaran kesehatan
3. Pelayanan Ambulans. Koordinasi dengan memanfaatkan ambulans
setempat.
4. Komunikasi. Koordinasi jejaring informasi.
5. Pembinaan. Pelatihan peningkatan kemampuan.

 Sistem pra rumah sakit pada bencana:


1. Koordinasikan jadi komando: efektif dan efisien bila dalam
koordinasi dan komando.
2. Eskalasi dan mobilisasi sumber daya: SDM, fasilitas, dan sumber
daya lain.
3. Simulasi: diperlukan protap, juklak, juknis yang perlu diuji melalui
simulasi.

9
4. Pelaporan, monitoring, evaluasi: laporan dengan sistematika yang
disepakati.

 Fase acute response:


1. Acute emergency response
Melaksanakan rescue, triase, resusitasi, stabilisasi, diagnosis, terapi
definitif.
2. Emergency relief
Menyediakan makanan minuman, tenda, jamban, dan lain-lain untuk
korban ‘sehat’
3.Emergency rehabilitation
Perbaikan jalan, jembatan, sarana dasar lain untuk kelancaran
pertolongan.

b. Sistem Intra Rumah Sakit


1. Sarana, prasarana, BSB, UGD, HCU, ICU, pengunjung
2. Hospital disaster plan, bencana dari dalam dan luar RS.
3. Transport intra-RS
4. Pelatihan, simulasi, dan koordinasi untuk peningkatan kemampuan SDM.
5. Pembiayaan dengan jumlah cukup.

 SOP minimal sehari-hari dan bencana(Hosdip = Hospital Disaster


Plan)
1. Kegawatan dengan ancaman kematian
2. True emergency
3. Korban massal
4. Keracunan massal
5. Khusus: perkosaan, KDRT, child abused, persalinan tidak normal,
kegawatan di ruang rawat
6. Ketentuan: asuransi, batasan tindakan medik, etika dan hukum.
Pendataan tanggung jawab dokter pada keadaan gawat darurat.

10
c. Sistem Antar Rumah Sakit
1. Jejaring berdasar kemampuan RS dalam kualitas dan kuantitas
2. Evakuasi antar-RS dan dari pra-RS
3. SIM(Manajemen Sistem Informasi): untuk menghadapi kompleksitas
permasalahan dalam pelayanan.
4 Koordinasi dalam pelayanan rujukan, diperlukan pemberian informasi
keadaan pasien dan pelayanan yang dibutuhkan(Dr. I. Khambali. 2017).

2.3. Hal-hal yang diatur dalam SPGDT

1. Petunjuk pelaksanaan permintaan dan pengiriman bantuan medik dari RS


rujukan.

2. Protap pelayanan gawatdarurat ditempat umum.

3. Pedoman pelaporan penilaian awal/cepat (RAH).

2.4. Gerakan Safe Comunity

Safe community adalah keadaan aman dan sehat dalam seluruh siklus
kehidupan sejak dalam kandungan sampai dengan lanjut usia. Perlindungan keadaan
aman dan sehat bagi segenap bangsa adalah sesuai dengan apa yang termaktub dalam
pembukaan UUD 1945(Depkes RI 2007).

Safe community(SC) adalah keadaan sehat dan aman yang tercipta dari,oleh
dan untuk masyarakat. Pemerintah dan teknokrat merupakan fasilitator dan Pembina.

Gerakan safe community adalah gerakan agar tercipta masyarakat yang merasa
hidup sehat, aman dan sejahtera dimanapun mereka berada yang melibatkan peran aktif
himpunan profesi maupun masyarakat (misalnya PSC {Public Safety Center},
Poskesdes, dll).

A. Aspek safe community


1. Care

11
Kerjasama lintas sektoral terutama non kesehatan dalam menata
perilaku dan lingkungan untuk mempersiapkan, mencegah dan
melakukan mitigasi dalam menghadapi hal-hal yang berhubungan
dengan kesehatan, keamanan dan kesejahteraan.
2. Cure
Peran utama sector kesehatan dibantu sector terkait dalam penanganan
keadaan dan kasus-kasus gawat darurat.

B. Visi gerakan safe community


1. Menjadi gerakan yang mampu melindungi masyarakat dalam keadaan
darurat sehari-hari dan bencana, maupun atas dampak akibat terjadinya
bencana.
2. Terciptanya perilaku masyarakat dan lingkungan untuk menciptakan
situasi sehat dan aman.

C. Misi gerakan safe community


1. Menciptakan gerakan dimasyarakat.
2. Mendorong kerjasama lintas sector program.
3. Mengembangkan standar nasional.
4. Mengusahakan dukungan dana dalam rangka pemerataan dan perluasan
jangkauan pelayanan, terutama dalam keadaan darurat.
5. Menata system pendukung pelayanan di seluruh unit pelayanan
kesehatan.

D. Nilai dasar safe community


1. Care : pencegahan, penyiagaan dan mitigasi.
2. Equity : adanya kebersamaan dari institusi pemerintah, kelompok atau
organisasi profesi dan masyarakat.
3. Patnership : menggalang kerjasama lintas sector dan masyarakat untuk
mencapai tujuan.
4. Networking : membangun jarring kerjasama dalam suatu system
dengan melibatkan seluruh potensi yang terlibat dalam gerakan safe
community.

12
5. Sharing : memiliki rasa saling membutuhkan dan kebersamaan dalam
memecahkan segala permasalahan dalam gerakan safe community.

E. Kebijakan dan prosedur


1. Tertulis agar dapat dievaluasi dan disempurnakan.

2. Ditetapkan kebijakan pelayanan kasus gadar pra rumah sakit, rumah


sakit, dan rujukan, termasuk hospital disaster plan.

3. Ditetapkan ada PSC disetiap daerah dan perhatikan keselamatan kerja


dan kegawatdaruratan sehari-hari.

F. Maksud
Memberikan pedoman baku bagi daerah dalam melaksanakan gerakan
SC agar terciptanya masyarakat sehat, aman, dan sejahtera.

G. Tujuan
1. Menggerakkan partisipasi masyarakat dalam gerakan SC dan menata
perilaku masyarakat dan lingkungannya menuju sehat dan aman.
2. Membangun SPGDT(Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu)
yang dapat diterapkan pada seluruh lapisan masyarakat.
3. Membangun respon masyarakat pada pelayanan kesehatan dalam
keadaan darurat melalui pusat pelayanan terpadu antara lain PSC dan
potensi penyiagaan fasilitas kesehatan serta peran masyarakat dalam
menghadapi bencana.
4. Mempercepat response time kegadaran untuk menghindari kematian
dan kecacatan yang seharusya tidak perlu terjadi.

H. Sasaran yang ingin dicapai


1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kepedulian masyarakat
serta profesi kesehatan dalam kewaspadaan dini kegadaran.
2. Terlaksananya koordinasi lintas sector terkait dalam SPGDT, baik
untuk keamanan dan ketertiban(kepolisian), unsure

13
penyelamatan(PMK) dan unsure kesehatan(RS, Puskesmas, Ambulans,
dll) yang tergabung dalam satu kesatuan dengan mewujudkan PSC.
3. Terwujudnya subsistem komunikasi dan transportasi sebagai
pendukung dalam satu system SPGDT.

I. Falsafah dan Tujuan Organisasi dalam SC


1. Gerakan SC diwujudkan untuk memberikan rasa sehat dan aman
dengan melibatkan seluruh potensi masyarakat serta memanfaatkan
kemampuan dan fasilitas pada pelayanan kesehatan pra-RS dan RS atau
antar RS secara optimal.
2. Merubah perilaku mulai dari anggota keluarga, kelompok hingga yang
lebih tinggi secara berjenjang agar mampu menanggulangi kegadaran
sehari-hari.
3. Ada visi, misi, tujuan dan sasaran.
4. Menggunakan motto time saving is life and limb saving dan
kemampuan rehabilitasi pasca keadaan gadar sebagai upaya
mewujudkan rasa sehat dan aman bagi masyarakat.

J. Ketentuan umum dan pengorganisasian


1. Organisasi gerakan SC didaerah didasarkan pada organisasi yang
melibatkan multi disiplin dan multi profesi.
2. Terdapat unsur pimpinan aatau wakil, sekretaris, bendahara dan
anggota.
3. Minimal melibatkan unsur keamanan dan ketertiban(kepolisian),
penyelamatan/PMK, dan kesehatan, kemudian dilibatkan unsur lain
seperti keselamatan dan kesehatan kerja karyawan dan humas.

K. Administrasi dan pengelolaan


1. Harus ada struktur serta uraian tugas, pembagian kewenangan dan
mekanisme hubungan kerja dengan unit lain.
2. Unit kerja terkait jajaran kesehatan, kepolisian, PU, keselamatan kerja
dan tenaga kerja, telekomunikasi, ormas(ORARI, RAPI, PMI,dll).

14
3. Adanya ketetapan produk hukum, merupakan dasar mencapai visi, misi,
dan tujuan.
4. Adanya petunjuk dan informasi yang disediakan bagi masyarakat untuk
menjamin kemudahan dan kelancaran dalam memberikan pelayanan
dimasyarakat.
5. Ada PSC sebagai unit pelaksana yang berfungsi untuk respon cepat
kegadaran dimasyarakat.

L. Staf dan Pimpinan


1. Gerakan SC diselenggarakan oleh seluruh komponen masyarakat
dengan kepala daerah menetapkan keberadaan organisasi ini dengan
SK.
2. Organisai yang dimaksud adalah PSC yang dibangun disetiap daerah.
3. Jumlah, jenis dan kualifikasi tenaga yang ditetapkan sesuai kebutuhan.

M. Fasilitas dan Peralatan


1. Fasilitas yang disediakan harus dapat menjamin efektivitas bagi
pelayanan kepada masyarakat termasuk pelayanan UGD di RS dengan
waktu pelayanan 24 jam.
2. Sarana dan prasarana, perlatan dan obat yang disiapkan sesuai dengan
standar yang ditetapkan Depkes.
3. Adanya subsistem pendukung baik komunikasi, transportasi termasuk
ambulans dan keselamatan kerja.

15
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu(SPGDT) adalah sebuah


sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari unsur, pelayanan pra
rumah sakit, pelayanan di rumah sakit dan antar rumah sakit. Pelayanan berpedoman
pada respon cepat yang menekankan time saving is life and limb saving, yang
melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam, umum, dan khusus, petugas medis,
pelayanan ambulan gawat darurat dan sistem komunikasi.

3.2. Saran

Dalam melaksanakan SPGDT diperlukan pembelajaran teori dan


praktik/pelatihan. Pada materi yang disampaikan dalam makalah ini adalah sepenggal
dari sejuta pembelajaran mengeani SPGDT, maka alangkah baiknya membaca dengan
seksama dan dipenuhi dengan sumber-sumber lainnya serta adanya keikutsertaan
dalam pelatihan agar dapat direalisasikan dengan baik, bahkan memberikan keamanan
serta kesejahteraan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Departemen kesehatan RI. 2010. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat


Terpadu (SPGDT). Jakarta : DepKes.

DEPKES. 2013. Kebijakan Kemenkes dalam Sistem Penanggulangan Gawat


Darurat Terpadu (SPGDT) dan Bencana.

Dirjen Bina Yanmed Depkes RI. 2006. Seri Penanggulangan Penderita Gawat
Darurat(PPGD)/ General Emergency Life Support(GELS) : Sistem Penanggulangan
Gawat Darurat Terpadu(SPGDT). Cetakan ketiga.
I. Khambali. 2017. Manajemen Penanggulangan Bencana. Yogyakarta :
ANDI.

Umar, Nazaruddin. 2013. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu


(SPGDT). Departemen Anastesiologi & Reanimasi Fakultas Kedokteran Adam Malik
Medan.

17

Anda mungkin juga menyukai