Di susun oleh :
Fitriani (217040)
Jofinda (217047)
Mardavita A (217055)
Dosen pengampu :
Ns. Arlies Zenitha Victoria, M.Kep
1
VISI DAN MISI
PROGRAM STUDI D.3 KEPERAWATAN
VISI
“Pada tahun 2020 terwujudnya Program Studi D.3 Keperawatan yang menghasilkan
lulusan siap bersaing di pasar kerja nasional dengan memiliki keunggulan
berkaratkter humanis dan etis”
MISI
Menyelenggarakan pendidikan keperawatan professional pemula sesuai
dengan perkembangan IPTEK yang unggul berkarakter humanis dan etis
Melaksanakan Penelitian yang terus menerus di Bidang Keperawatan untuk
meningkatkan mutu pendidikan
Melaksanakan Pengabdian Masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat
Mengembangkan SDM sesuai dengan bidang keahlian
Menyediakan sarana prasarana pendidikan sesuai dengan perkembangan
teknologi
2
3
SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU
Di susun oleh :
Fitriani (217040)
Jofinda (217047)
Mardavita A (217055)
Dosen pengampu :
Ns. Arlies Zenitha Victoria, M.Kep
TAHUN 2019
4
DAFTAR ISI
Cover .................................................................................................................... 3
5
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Berkat limpahan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah yang bertajuk “Tugas
Modul C2-3 Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu” dengan lancar.
Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah yang diampu oleh
Ibu Ns. Arlies Zenitha Victoria, M.Kep.
Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan arahan dan masukan dari
berbagai pihak:
Untuk itu kami ucapkan banyak terimakasih atas segala dukungan, motivatisi,
saran dan partisipanya dalam penyusunan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk masyarakat umumnya, dan untuk kami sendiri khusunya.
Tim Penyusun
6
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam manajemen bencana ada dua kegiatan besar yang dilakukan. Pertama :
pada saat belum bencana(pre-event) berupa kesiapsiagaan menghadapi
bencana(disaster preparedness) dan pengurangan resiko bencana(disaster mitigation).
Kedua : kegiatan tanggap bencana(emergency response) dan kegiatan pemulihan
akibat bencana(disaster recovery).
Berdasarkan realitas kita selama ini banyak melakukan kegiatan pasca bencana
berupa kegiatan tanggap darurat dan pemulihan(recovery) akibat bencana tapi sangat
sedikit sekali perhatian terhadap kegiatan untuk kesiapsiagaan pra bencana dan
pengurangan resiko bencana. Kegiatan kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai
bagian dari kesiapsiagaan dan pengurangan resiko bencana adalah kegiatan pendidikan
kesadaran bencana(disaster awarness), pelatihan penanggulangan penderita gawat
darurat, penyiapan teknologi tahan atau siaga bencana, membangun sistem sosial yang
tanggap bencana dan perumusan kebijakan penanggulangan bencana secara
komprehensif dan terpadu.
7
1.2. Rumusan masalah
1.2.2. Apa saja yang terdapat pada Sub dan hal-hal yang diatur dalam Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu(SPGDT)?
1.2.3. Apa yang dimaksud dengan gerakan safe community dan penjelasannya?
1.3. Tujuan
1.3.1. Umum :
Untuk tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi
setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan kegawatdaruratan sehingga
mencegah kematian dan cacat yang mungkin terjadi(Depkes,2006).
1.3.2. Khusus :
2. Mencegah kematian dan kecacatan sehingga dapat hidup dan kembali dalam
masyarakat sebagai mana mestinya.
1.4. Manfaat
1.4.2. Untuk menambah wawasan mengeani hal yang terdapat dalam SPGDT.
1.4.3. Untuk mengetahui safe community baik secara gerakan dan unsur dalam
gerakan safe community tersebut.
8
BAB III
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
9
4. Pelaporan, monitoring, evaluasi: laporan dengan sistematika yang
disepakati.
10
c. Sistem Antar Rumah Sakit
1. Jejaring berdasar kemampuan RS dalam kualitas dan kuantitas
2. Evakuasi antar-RS dan dari pra-RS
3. SIM(Manajemen Sistem Informasi): untuk menghadapi kompleksitas
permasalahan dalam pelayanan.
4 Koordinasi dalam pelayanan rujukan, diperlukan pemberian informasi
keadaan pasien dan pelayanan yang dibutuhkan(Dr. I. Khambali. 2017).
Safe community adalah keadaan aman dan sehat dalam seluruh siklus
kehidupan sejak dalam kandungan sampai dengan lanjut usia. Perlindungan keadaan
aman dan sehat bagi segenap bangsa adalah sesuai dengan apa yang termaktub dalam
pembukaan UUD 1945(Depkes RI 2007).
Safe community(SC) adalah keadaan sehat dan aman yang tercipta dari,oleh
dan untuk masyarakat. Pemerintah dan teknokrat merupakan fasilitator dan Pembina.
Gerakan safe community adalah gerakan agar tercipta masyarakat yang merasa
hidup sehat, aman dan sejahtera dimanapun mereka berada yang melibatkan peran aktif
himpunan profesi maupun masyarakat (misalnya PSC {Public Safety Center},
Poskesdes, dll).
11
Kerjasama lintas sektoral terutama non kesehatan dalam menata
perilaku dan lingkungan untuk mempersiapkan, mencegah dan
melakukan mitigasi dalam menghadapi hal-hal yang berhubungan
dengan kesehatan, keamanan dan kesejahteraan.
2. Cure
Peran utama sector kesehatan dibantu sector terkait dalam penanganan
keadaan dan kasus-kasus gawat darurat.
12
5. Sharing : memiliki rasa saling membutuhkan dan kebersamaan dalam
memecahkan segala permasalahan dalam gerakan safe community.
F. Maksud
Memberikan pedoman baku bagi daerah dalam melaksanakan gerakan
SC agar terciptanya masyarakat sehat, aman, dan sejahtera.
G. Tujuan
1. Menggerakkan partisipasi masyarakat dalam gerakan SC dan menata
perilaku masyarakat dan lingkungannya menuju sehat dan aman.
2. Membangun SPGDT(Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu)
yang dapat diterapkan pada seluruh lapisan masyarakat.
3. Membangun respon masyarakat pada pelayanan kesehatan dalam
keadaan darurat melalui pusat pelayanan terpadu antara lain PSC dan
potensi penyiagaan fasilitas kesehatan serta peran masyarakat dalam
menghadapi bencana.
4. Mempercepat response time kegadaran untuk menghindari kematian
dan kecacatan yang seharusya tidak perlu terjadi.
13
penyelamatan(PMK) dan unsure kesehatan(RS, Puskesmas, Ambulans,
dll) yang tergabung dalam satu kesatuan dengan mewujudkan PSC.
3. Terwujudnya subsistem komunikasi dan transportasi sebagai
pendukung dalam satu system SPGDT.
14
3. Adanya ketetapan produk hukum, merupakan dasar mencapai visi, misi,
dan tujuan.
4. Adanya petunjuk dan informasi yang disediakan bagi masyarakat untuk
menjamin kemudahan dan kelancaran dalam memberikan pelayanan
dimasyarakat.
5. Ada PSC sebagai unit pelaksana yang berfungsi untuk respon cepat
kegadaran dimasyarakat.
15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen Bina Yanmed Depkes RI. 2006. Seri Penanggulangan Penderita Gawat
Darurat(PPGD)/ General Emergency Life Support(GELS) : Sistem Penanggulangan
Gawat Darurat Terpadu(SPGDT). Cetakan ketiga.
I. Khambali. 2017. Manajemen Penanggulangan Bencana. Yogyakarta :
ANDI.
17