BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan
disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status
metabolisme tubuh. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses
penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh
terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi pasien yang semakin buruk
karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk perbaikan organ tubuh. Fungsi
organ yang terganggu akan lebih memburuk dengan adanya penyakit dan kekurangan
gizi. Selain itu masalah gizi lebih dan obesitas erat hubungannya dengan penyakit
degeneratif, seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan
penyakit kanker, memerlukan terapi gizi untuk membantu penyembuhannya (PGRS,
2013)
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus
tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Kemenkes RI,
2010).
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
khususnya pasal 165:“Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya
kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi
tenaga kerja”. Berdasarkan pasal tersebut, maka pengelola tempat kerja di Rumah
Sakit mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya
adalah melalui upaya kesehatan dan keselamatan.
Dapur merupakan tempat yang sangat rentan terhadap kecelakaan karena di
dapur terdapat banyak peralatan dan perlengkapan yang sangat membahayakan
apabila pekerja tidak mengetahui bagaimana cara menggunakan peralatan tersebut
dengan benar dan aman misalnya pisau,gas, oven dan sebagainya.
Kontaminasi silang merupakan salah satu hal yang harus dicegah karena
mampu membahayakan kesehatan tubuh manusia. Itulah sebabnya, petugas yang
terlibat langsung dalam proses penyelenggaraan makan harus mampu mampu
2
memahami dan menghindari kontaminasi silang ini.
.Alat Pelindung Diri (APD) biasanya digunakan untuk mencegah terjadinya
kontaminasi antara petugas dengan pasien adalah sarung tangan. Pemakaian sarung
tangan bertujuan untuk melindungi tangan dari kontak dengan darah, semua jenis
cairan tubuh, sekret dan selaput lendir( Jumata, 2010).
Sarung tangan dibutuhkan dalam proses pengolahan makanan agar tangan
dan makanan tetap hygiene atau bersih sehingga mencegah penyebaran bakteri
berbahaya. Sarung tangan sangat sering digunakan dalam industri makanan, terutama
ketika pekerja menyiapkan makanan. Sayangnya, beberapa orang tidak mengerti cara
menggunakan sarung tangan dengan benar.
B. Tujuan
1. Menambah pengetahuan tentang kesehatan pekerja dan kontaminasi silang
pada Tenaga produksi dibagian persiapan dan pengolahan makan di instalasi
Gizi RSUD Ulin Banjarmasin.
2. Memberikan pengarahan tata cara penggunaan handscoon pada tenaga
produksi dibagian persiapan dan pengolahan makan di instalasi Gizi RSUD
Ulin Banjarmasin.
3
BAB II
MATERI DIKLAT
Kontaminasi Silang
Cross contamination adalah terjadinya pencemaran makanan (termasuk peralatan dan
area dan pengolahan makanan) dengan bakteri, bahan kimia atau subtansi lain yang
meyebabkan alergi, sebagai akibat dari kontak Langsung atau tidak langsung dengan
sumber kontaminanasi.
Kontaminasi silang dapat terjadi pada saat penanganan (pengolahan) dan selama
penyimpanan. Tangan dan peralatan seperti talenan dapat terkontaminasi oleh
mikroba. Jika pangan yang telah dimasak atau pangan siap santap ditangani dengan
talenan atau tangan tanpa handcoon yang terkontaminasi tersebut tanpa dicuci lebih
dahulu, maka produk tersebut juga dapat terkontaminasi dan barangkali menyebabkan
keracunan pangan.
Kontak tidak langsung misalnya yaitu saat menggunakan pisau untuk memotong daging
mentah dan langsung dilanjutkan dengan mengiris daging matang. Bakteri dari daging
mentah akan berpindah melaui pisau ked aging yang sudah matang.
Sementara kontak langsung biasa terjadi saat batuk lalu menutup mulut dengan tangan,
kemudian tangan langsung menyentuh bahan makan tanpa dibersihkan dahulu.
A. Pengertian
Menggunakan sarung tangan merupakan komponen kunci dalam
meminimalkan penularan penyakit serta mempertahankan lingkungan bebas
infeksi.
B. Tujuan
Mencegah terjadinya penularan kuman.
D. Prosedur Kerja
1. Lepaskan jam tangan, cincin dan lengan pakaian panjang di tarik ke atas.
2. Inspeksi kuku dan permukaan kulit apakah ada luka.
3. Petugast mencuci tangan.
4. Buka pembungkus bagian luar dari kemasan sarung tangan dengan
memisahkan sisi – sisinya.
5. Jaga agar sarung tangan tetap di atas permukaan bagian dalam pembungkus.
6. Identifikasi sarung tangan kiri dan kanan, gunakan sarung tangan pada tangan
yang dominan terlebih dahulu.
7. Dengan ibu jari dan telunjuk serta jari tangan yang non dominan pegang tepi
mancet sarung tangan untuk menggunakan sarung tangan dominan.
8. Dengan tangan yang dominan dan bersarung tangan selipkan jari - jari ke
dalam mancet sarung tangan kedua.
9. Kenakan sarung tangan kedua pada tangan yang non dominan.
10. Setelah sarung tangan kedua digunakan mancet biasanya akan jatuh ke tangan
setelah pemakaian sarung tangan.
11. Pastikan setelah pemakaian sarung tangan hanya memegang alat - alat dan
peralatan steril.
6
Tata cara pengunaan handscoon yang benar adalah sebagai berikut
METODE
B. Media
Media : PPT
C. Metode
Ceramah, Demonstrasi dan Tanya Jawab
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Kegiatan diklat yang berjudul “ Pentingnya Tata Cara Penggunaaan Handscoon
Yang Benar di Instalasi Gizi RSUD” telah dilaksanakan pada hari senin tanggal 20
Oktober 2019 di Aula Instalasi Gizi RSUD Ulin Banjarmasin pada pukul 13.00 WITA -
selesai. Diklat ini dihadiri oleh tenaga pengolahan maknan pasien non diet dan dietn yang
berjumlah 10 orang. Dalam kegiatan diklat ini telah dilakukan penyampaian materi
tentang tata cara penggunaaan handscoon yang benar pada unit pengolahan dan distribusi
makanan di Instalasi Gizi RSUD Ulin Banjamasin.
Berdasarkan hasil kegiatan diklat yang telah dilaksanakan bahwa peserta
khususnya tenaga pengolahan makanan pasien diet dan non diet serta tenaga pengolahan
pasien di RSUD Ulin Banjarmasin yang hadir dalam diklat ini dapat mengikut bagaimana
penggunaan handscoon yang benar serta dapat mengetahui kondisi apa saja handscoon
sudah tidak layak pakai. Untuk mengetahui pengetahuan, peserta diklat diberikan
pertanyaan dan tanya jawab yang di berikan setelah pemaparan materi didapatkan semua
pertanyaan yang di berikan dapat dijawab serta peserta diklat dari tenaga pengolahan
makanan pasien diet dan non diet, dapat menjawab dengar benar dan peserta diklat
mengajukan pertanyaan.
B. Pembahasan