Anda di halaman 1dari 8

Larutan Irigasi Saluran Akar

1. Sodium hipoklorit (NaOCl)


Kelebihan Kekurangan
- antibakteri spectrum luas - hanya menghilangkan bagian organik
- membunuh sebagian besar bakteri oral smear layer
dalam waktu cepat saat berkontak dengan - rasa dan bau yang tidak enak
NaOCl
- efektif melarutkan sisa pulpa dan kolagen
- melarutkan jaringan organik vital dan
nekrotik

Sodium hipoklorit (NaOCl) adalah larutan irigasi yang paling sering digunakan. NaOCl
terurai dalam air menjadi Na+ dan ion hipoklorit OCl-, menghasilkan keseimbangan
dalam asam hipoklorus (HOCl). Asam hipoklorus memiliki aktivitas antibakteri dengan
mengganggu fungsi vital sel mikroba, menyebabkan kematian sel. NaOCl digunakan
dalam konsentrasi 0,5% dan 6%, agen antimikroba yang kuat, langsung membunuh
sebagian besar bakteri saat berkontak dengan larutan. NaOCl juga efektif melarutkan sisa
pulpa dan kolagen, sebagai komponen utama dentin. Hipoklorit adalah satu-satunya
larutan irigasi saluran akar yang dapat melarutkan jaringan organik vital dan jaringan
nekrotik. Meskipun hipoklorit sendiri tidak menghilangkan smear layer, namun dapat
memengaruhi bagian organik dari smear layer, sehingga memungkinkan penghilangan
seluruh smear layer jika dikombinasi dengan EDTA atau asam sitrat.
Kelemahan NaOCl antara lain: rasanya yang tidak enak, toksisitas, dan kemampuannya
yang hanya menghilangkan bagian organik smear layer.

Sodium Hypochlorite (NaOCl)


Sodium hipoklorit dalah saluran akar yang paling umum digunakan untuk irigasi.
Ini adalah pelumas antiseptik dan murah yang telah digunakan dalam pengenceran mulai
dari 0,5% hingga 5,25%. Klorin bebas dalam NaOCl melarutkan jaringan vital dan
nekrotik dengan memecah protein menjadi asam amino. Mengurangi konsentrasi larutan
akan mengurangi toksisitas, efek antibakteri, dan kemampuan untuk melarutkan jaringan.
Meningkatkan volumenya atau memanaskannya meningkatkan efektivitasnya sebagai
saluran akar yang menyebabkan iritasi. Keuntungan NaOCl mencakup kemampuannya
untuk melarutkan zat organik yang ada dalam sistem saluran akar dan keterjangkauannya.
Kerugian utama dari irigasi ini adalah sitotoksisitasnya ketika disuntikkan ke jaringan
periradikular, bau dan rasa busuk, kemampuan untuk memutihkan pakaian dan
kemampuan untuk menyebabkan korosi pada benda logam. Selain itu, ia tidak
membunuh semua bakteri, juga tidak menghilangkan semua lapisan noda. Ini juga
mengubah sifat dentin. Hasil penelitian in vitro baru-baru ini menunjukkan bahwa
regimen irigasi yang paling efektif adalah 5,25% pada 40 menit, sedangkan irigasi
dengan 1,3% dan 2,5% NaOCl untuk interval waktu yang sama ini tidak efektif dalam
menghilangkan E. faecalis dari silinder dentin yang terinfeksi.
2. Klorheksidin (CHX)

Kelebihan Kekurangan
- efek antibakteri yang kuat - tidak melarutkan jaringan
- mampu berikatan dengan jaringan keras - tidak menghilangkan biofilm dan debris
gigi organik lainnya
- tidak menyebabkan erosi dentin
- baik digunakan sebagai preparasi
kemomekanis terakhir untuk
memaksimalkan efek antibakteri

Klorheksidin memiliki efektivitas antibakteri yang tidak jauh berbeda dengan


NaOCL. Klorheksidin baik untuk digunakan sebagai irigasi terakhir karena sifatnya yang
dapat berikatan dengan jaringan dentin, sehingga memberi efek antibakteri yang lebih
lama.
Chlorhexidine telah digunakan selama 50 tahun terakhir untuk pencegahan karies,
dalam terapi periodontal dan sebagai obat kumur antiseptik oral. Ia memiliki aksi
antibakteri spektrum luas, aksi berkelanjutan dan toksisitas rendah. Karena sifat-sifat ini,
juga direkomendasikan sebagai irigasi saluran akar yang potensial. Keuntungan utama
chlorhexidine dibandingkan NaOCl adalah sitotoksisitasnya yang lebih rendah dan
kurangnya bau busuk dan rasa tidak enak. Namun, tidak seperti NaOCl, ia tidak dapat
melarutkan zat organik dan jaringan nekrotik yang ada dalam sistem saluran akar. Selain
itu, seperti NaOCl, ia tidak dapat membunuh semua bakteri dan tidak dapat
menghilangkan lapisan smear layer.

3. EDTA
Kelebihan Kekurangan
- melarutkan bahan anorganik - tidak berefek terhadap jaringan organik
- Penghilangan smear layer oleh EDTA - tidak memiliki antibakteri
meningkatkan efek antibakteri agen
disinfektan lain pada lapisan dentin yang
lebih dalam

Ethylenediaminetetraacetic Acid (EDTA)


Zat pengikat seperti etilendiaminetetraasetat Acid (EDTA), asam sitrat dan tetrasiklin
digunakan untuk menghilangkan bagian anorganik dari smear layer. NaOCl adalah solusi
tambahan untuk menghilangkan komponen organik yang tersisa. Irigasi dengan 17%
EDTA selama satu menit diikuti dengan pembilasan akhir dengan NaOCl adalah metode
yang paling umum direkomendasikan untuk menghilangkan smear layer. EDTA
memiliki sedikit atau tidak ada efek antibakteri.

INTERAKSI ANTAR LARUTAN IRIGASI

Larutan Irigasi Sifat


NaOCl + EDTA Kelebihan:
- NaOCl mengangkat jaringan organik, EDTA jaringan
anorganik
Kekurangan :
- EDTA menurunkan jumlah klorin pada NaOCl
sehingga menurunkan aktivitas NaOCl.
CHX + NaOCl Kekurangan : tidak dapat bercampur  warna coklat-
orange
CHX + EDTA Kekurangan : warna putih awan dan presipitasi

Obat Sterilisasi Endodontik

1. Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2)


Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2) diperkenalkan kedalam dunia kedokteran gigi pada
tahun 1920 (Hermann). Memiliki pH 12,5. Memiliki berbagai sifat biologis diantaranya
antimicrobial dan melarutkan jaringan, mencegah respobsi akar dan menginduksi
mekanisme perbaikan jaringan keras. Kebanyakan dari bakteri pathogen endodontic
(kecuali E. faecalis) tidak dapat bertahan pada alkaline kuat seperti ini. Dengan kontak
secara langsung, bakteri-bakteri tersebut akan tereliminasi dalam waktu yang singkat.
Efek antimicrobial dari kalsium hidroksida merupakan hasil dari pelepasan ion
hidroksil dalam lingkungan yang berair; ion ini merupakan oksidatif radikal tinggi yang
berekasi dengan substansi organic. Reaksi yang terjadi tidak spesifik dan intensif,
sehingga reaksi radikal sangat jarang menyebar jauh dari titik aplikasi, karena mereka
sangat cepat membentuk ikatan. Efek letal dihasilkan dari destruksi membrane sel,
denaturasi dari struktur protein dan enzim, yang menyebabkan kerusakan DNA.
Kalsium Hidroksida yang mengisi seluruh saluran akar dapat berfungsi sebagai
penghalang proses difusi, yang akan menghambat proliferasi dari bakteri yang tersisa dan
juga mencegah infeksi berulang dari mikroorganisme pada rongga mulut. Tambalan
sementara dengan kalsium hidroksida dapat membunuh mikroorganisme yang terisisa
dengan cara menghambat masuknya substrat nutrisi dan secara fisik membatasi ruang
untuk pertumbuhan dan kolonisasi dari mikroba.
Kalsium Hidroksida dalam sediaan bubuk, sulit untuk diaplikasikan pada saluran
akar, sehingga harus dicampur dengan suatu cairan. Apabila pasta encer Kalsium
Hidroksida di aplikasikan pada saluran akar dengan spiral lentulo, pengisian akan lebih
lengkap dan homogeny dibandingkan dengan Kalsium Hidroksida yang dicampur
dengan air steril.

2. TKF (Trikresol Formalin)


TKF atau Trikresol Formalin adalah disinfektan atau antiseptic yang digunakan
pada saluran akar sebelum dilakukan pengisian saluran akar, tujuannya adalah
mensterilkan dari bakteri anaerob. Adanya campuran ortho, metha, dan para-cresol
dengan formalin. a.Definisi
Sifat
Merangsang jaringan periapikal dan menyebabkan jaringan menjadi nekrosis.
Mekanisme Kerja
Desinfekan harus memenuhi syarat adalah campuran ortho, metha, dan
paracresol dengan formalin. Bersifat merangsang jaringan periapikal dan menyebabkan
jaringan menjadi nekrosis.
Indikasi
 bahan fiksasi
 antimikroba saluran akar
Kelebihan
 cukup efektif untuk mendesinfeksi kavitas pulpa.
 Sebagai antimikroba saluran akar.
Efek Samping
 Sangat toksik pada jaringan periapikal
 Bersifat mutagenik dan karsinogenik
 Jika pengaplikasian berlebih dapat menyebabkan periodontitis
Komposisi Bahan
 Liquid formaldehid
 Cresol
 Desinfektan yang lebih kuat daripada phenol, dapat membasmi dan menghilangkan
bau
 Dapat dicampur dengan formaldehid dalam semua perbandingan
 Menghilangkan rasa sakit, mengurangi efek rangsangan dari formaldehid
 Bersifat saponifikasi, lemak dan asam lemak diubah menjadi antiseptik.

3. ChKM (Chlorophenol-Kamfer-Menthol)
ChKM adalah campuran dari 27% 4-klorofenol, 71% kamfer rasemik, dan 1,6%
levomentol. Klorofenol seperti ChKM merupakan antiseptic aktif dan disinfektan yang
baik untuk saluran akar. ChKM memiliki antibakteri yang lebih tinggi, antiseptic dan
disinfektan yang lebih potensial dibandingkan disinfektan golongan fenol yang lain.
Penambahan disinfektan berupa kamfer sebagai pelarut akan menghasilkan larutan yang
stabil dalam suhu ruang. Efek kaustik dari parachlorophenol pada larutan dapat ditekan
tanpa harus kehilangan efek bekterisid nya. Klorofenol cair dianggap sebagai desinfektan
yang kuat. Bila digunakan dalam saluran akar dapat menembus jauh ke dalam dentin
yang sudah terinfeksi sebelumnya, tetapi juga ke foramen apikal dan ke jaringan
periapikal. Pengaruh fenol terhadap antibakteri mungkin berdasarkan kemampuan lipid
dalam menghancurkan bakteri untuk membran. Pada konsentrasi yang tinggi dapat
mendenaturasi protein sel. Pada konsentrasi yang lebih rendah sangat penting pada
sistem enzim yang sudah dilemahkan dan dinding sel bakteri terlarut, sehingga bisa
diasumsikan penambahan kapur barus, yang korosif dan pengaruh klorin yang beracun
dapat dinetralkan oleh fenol sebagian besar. Hanya dengan mencapur klorofenol:kapur
barus dengan rasio 2:1 sekali lagi efek korosif menentukan. Hal ini dikarenakan kamper
terlarut karena tambahan fenol. Akan tetapi bukti baru mengindikasikan kamper sendiri
juga toksik dan dapat meningkatkan toksisitas.
Karena kelarutan fenol dalam kapur barus lebih baik dalam air, kamper fenol
berdifusi dalam fase aqua disekitarnya. Sampai kita mendapatkan konsentrasi fenol
maksimal 15 tercapai. Efek antibakteri dan penyebaran klorin harus dikurangi oleh fenol
kamper-mentol yangmemiliki pH 5,8 dalam larutan yang mengandung air 5,5 sampai 1,
klorofenol dapat mempengaruhi penyebaran protein dan kurang larut dalam air.
Mentol yang tidak larut air juga berperan sebagai disinfektan dan memiliki efek
astringen dan anestesi. Mentol bekerja secara lokal anti-inflamasi vaskular kontraksi dan
anestesi.Komponen-komponen ChKM hanya dikombinasikan secara fisik. Campuran
chlorphenol-kamfer-mentol akan cepat sekali terpisah bahkan hanya dengan sekret yang
hanya sedikit. Mentol dan kamfer akan berpresipitasi menjadi butiran kristal kecil dan
membentuk deposit. Parachlorophenol akan larut dan membentuk larutan yang non-
kasutik, tetapi masih memiliki efek bakterisid. Konsentrasi ChKM yang sama akan selalu
terpecah tanpa dipengaruhi volume secret yang ada. Oleh sebab itu, bahan ini tidak akan
menyebabkan nekrosis jaringan yang sehat, keballikan dari NaOCl yang menghancurkan
jaringan yang mati dan jaringan sehat serta dentin. Dalam bentuk gas, ChKM dapat
berpenetrasi ke tubuli dank anal medular, mencapai periapical, dan mendisinfeksi
jaringan dan permukaan yang terkontaminasi.
ChKM diindikasi untuk semua perawatan saluran akar dan pada gigi yang memiliki
kelainan periapical. ChKM juga memiliki sifat disinfeksi dengan sifat mengiritasi yang
kecil, dan memiliki spectrum antibakteri yang luas. ChKM-W dinyatakan dapat
membunuh bakteri E. Faecalisbahkan hingga ke dalam tubuli dentin dan seringkali
digunakan oleh para peneliti sebagai acuan untuk pengujian disinfektan yang mereka
pelajari. ChKM memiliki kemampuan jika salah satu akar mengisi sebuah kanal, dapat
dideteksi dalam waktu 24 jam. Dalam bentuk gas, ia mampu menembus tubuli dentinalis
dan kanal meduler, mencapai periapex, kemudian mensterilkan jaringan dan permukaan
yang terkontaminasi. ChKM memiliki bau dan rasa yang tidak enak. Namun hal tersebut
tidak bisa dijadikan alasan bagi dokter gigi untuk tidak menggunakan obat tersebut
dibandingkan dengan efek terapuetik dan efek sampingnya.
Teknik pengaplikasian ChKm ini adalah menggunakan paperpoint yang diresapi
atau kapas dengan pembilasan saluran akar, terdapat kontak langsung antara obat dan
bakteri. Akan tetapi jika hanya cotton pellet yang direndam dengan obat dan dimasukkan
ke dalam ruang pulpa, substansi efek yang ada hanya uap, dan kontak antara obat dan
bakteri hanya sedikit. Oleh karena itu, aktivitas antibakteri dan sitotoksisitas tergantung
pada jenis aplikasi.

4. Metacresylacetate (Cresatin, Merck Sharp & Dome)


Metacresylacetate atau lebih dikenal sebagai Cresatin merupakan salah satu bahan
medikamen intrakanal yang baik digunakan untuk mendisinfeksi saluran akar, merawat
infeksi periapikal dan pulpotomi yang melibatkan jaringan vital. Cresatin digunakan
untuk semua perawatan saluran akar dan kelainan periapikal pada gigi. Cresatin ini tidak
akan mengiritasi jaringan periapikal. Seperti paraklorofenol berkamfer, bahan ini adalah
suatu cairan jernih, stabil, dan merupakan larutan berminyak dengan bau yang tajam
(menyengat).
Cresatin juga memiliki sifat antiseptik dan meringankan rasa sakit. Bahan ini
direkomendasikan untuk digunakan dalam perawatan saluran akar oleh Coolidge pada
tahun 1929. Coolidge menyarankan penambahan satu bagian benzene ke dalam tiga
bagian metacresylacetate untuk mengurangi tegangan permukaan produk induknya.
Belum ada penelitian yang dilakukan dari sudut pandang efektivitas antimikroba atau
mengiritasi jaringan lunak untuk menentukan pengaruh penambahan benzene ke dalam
metacresylacetate. Pada penelitian yang dilakukan Grossman dengan mengaplikasikan
Cresatin pada kulit selama 48 jam dengan cotton pellet yang dibasahi bahan tersebut,
Cresatin hanya menimbulkan adanya inflamasi dan iritasi ringan. Injeksi subkutan 0.1 ml
Cresatin yang dilakukan terhadap marmot juga menimbulkan reaksi. Schilder dan
Amsterdam menemukan bahwa metacresylacetate menyebabkan sedikit atau bahkan
tidak mengiritasi pada mata kelinci.
Jika pengaruh antmimikrobanya dibandingkan formokresol atau paraklorofenol
berkamfer dengan Cresatin, Cresatin memiliki pengaruh antimikroba yang lebih sedikit.
Metacresylacetate menyebabkan reaksi pulpa yang parah dan mencegah terjadinya
pembentukan dentin sekunder.

5. Cresophene
Komposisi: dexamethasone 0.1 g, parachlorophenol 30 g, thymol 5 g, Camphor 64 g
 Indikasi:
Disinfeksi saluran akar sebelum dilakukan obturasi
Dressing pada saluran akar yang terinfeksi
 Kontraindikasi:
Anak dibawah 30 bulan
Alergi terhadap kortikosteroid dan fenol
 Penggunaan:
Cresophene diaplikasikan 1x, atau paling banyak 2x, pada masing-masing saluran akar
dengan dosis 50mg, selama 7 menit sebelum obturasi.
 Kelebihan:
Parachorophenol memberikan efek bakterisid pada saluran akar
Efek antiinflamasi karena mengandung dexamethasone
Efek antiseptic dengan thymol dan camphor
Memberikan efek sterilisasi yang baik saat pulpektomi vital
Dapat digunakan untuk sterilisasi kavitas yang dalam
 Kekurangan:
Iritatif terhadap mukosa
Tidak boleh ditelan
Tidak boleh berlebihan diletakkan pada cotton pellet
Tidak boleh terkena pulpa yang terekspos.
Jika digunakan dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan inflamasi jaringan
periapikal dan periodontitis.
MTA (Mineral Trioxide Aggregate)
MTA telah dipelajari secara luas dan saat ini digunakan untuk perbaikan perforasi,
apeksifikasi, prosedur regeneratif, apexogenesis, pulpotomi & pulp capping. Trioxide
Aggregate dalam MTA terdiri dari kalsium, aluminium dan selenium. MTA memiliki
beberapa sifat yang diinginkan dalam hal biokompatiblitas, bioaktivitas, hidrofilisitas,
radiopacity, kemampuan sealing dan kelarutan yang rendah.

 Kekuatan kompresif
 Radiopak
 Kelarutan (-)
 Adaptasi marginal dan kemampuan sealing
 Antibakteri dan dan antifungal
 Tidak bereaksi dengan dental material lain
 Biokompatibilitas
 Regenerasi jaringan
 Torabinejad et al. (1995) menyimpulkan bahwa MTA berpotensi untuk
mengaktifkan sementoblas dan akhirnya produksi sementum. MTA juga
memungkinkan pertumbuhan berlebih dari serat PDL di permukaannya. Schwartz et
al. (1999) melaporkan bahwa MTA membantu dalam menghilangkan gejala klinis
penyembuhan tulang. Sifat-sifat MTA ini menentukannya sebagai bahan regeneratif
yang potensial.
 Mineralisasi
 Myers K (1996) menetapkan bahwa MTA, mirip dengan kalsium hidroksida
(CaOH2), menginduksi pembentukan jembatan dentin. Menurut Holland et al. (1999)
berteori bahwa kandungan tricalcium oxide dari MTA berinteraksi dengan cairan
jaringan dan membentuk CaOH2, menghasilkan penciptaan jaringan keras dengan
cara yang mirip dengan CaOH2. Faraco et al. (2001) menyimpulkan bahwa jembatan
dentin yang dibentuk dengan MTA relatif lebih cepat, dengan integritas struktural
yang baik dibandingkan dengan CaOH2. Menurut Dominguez et al. (2003) dan
Tziafas (2002) MTA merangsang pembentukan dentin reparatif bersama dengan
menjaga integritas pulpa.

SEALERS
ROOT CANAL SEALERS BRAND NAME
1. Zinc Oxide Eugenol based sealers : Roth sealer, Kerr PCS, Procoseal, Endomethasone
2. Epoxy resin based sealers : AH Plus, AH 26, Top Seal, 2- Seal
3. Silicon based sealers : RoekoSeal, Gutta flow
4. MTA based sealers : Endo-CPM-Sealer, MTA Obtura, ProRoot Endo Sealer, MTA fillapex
5. Calcium-silicate-Phosphate based bioceramic sealers : Endosequence/iRoot SP, iRoot BP,
Bioaggregate
6. Methaacrylate resin based sealer : First generation- Hydron, Second generation- EndoREZ,
Realseal, Third generation- Epiphany, Fibrefill, Fourth generation- Realseal SE, Metaseal SE,
Smartseal
7. Calcium-phosphate based sealers :Capseal I , Capseal II

Tes teknologi untuk menguji sealer endodontik ini meliputi flow, working time, setting time,
radio opacity, solubility and dimensional change following setting

DAFTAR PUSTAKA

Macwan C, Deshpande A. Mineral trioxide aggregate (MTA) in dentistry: A review of


literature. J Oral Res Rev 2014;6:71-4.
Singh H, Markan S, Kaur M, Gupta G. “Endodontic Sealers”: Current concepts and
comparative analysis. Dent Open J. 2015; 2(1): 32-37.
Fedorowicz Z, Nasser M, Sequeira-Byron P, de Souza RF, Carter B, Heft M. Irrigants for non-
surgical root canal treatment in mature permanent teeth. Cochrane Database of Systematic
Reviews 2012, Issue 9. Art. No.: CD008948.
Madarati, A. A., Zafar, M. S., Sammani, A., Mandorah, A. O., & Bani-Younes, H. A. (2017).
Preference and usage of intracanal medications during endodontic treatment. Saudi medical
journal, 38(7), 755–763.
Chong BS, Pitt Ford TR.The role of intracanal medication in root canal treatment, in
Athanassiadis B, Abbot PV,Walsh LJ. The use of calcium hydroxide, antibiotics and biocides
as antimicrobial medicaments in endodontics. Aust Dent J 2007; 52 (1Supp): 864-82.

Anda mungkin juga menyukai