Sodium hipoklorit (NaOCl) adalah larutan irigasi yang paling sering digunakan. NaOCl
terurai dalam air menjadi Na+ dan ion hipoklorit OCl-, menghasilkan keseimbangan
dalam asam hipoklorus (HOCl). Asam hipoklorus memiliki aktivitas antibakteri dengan
mengganggu fungsi vital sel mikroba, menyebabkan kematian sel. NaOCl digunakan
dalam konsentrasi 0,5% dan 6%, agen antimikroba yang kuat, langsung membunuh
sebagian besar bakteri saat berkontak dengan larutan. NaOCl juga efektif melarutkan sisa
pulpa dan kolagen, sebagai komponen utama dentin. Hipoklorit adalah satu-satunya
larutan irigasi saluran akar yang dapat melarutkan jaringan organik vital dan jaringan
nekrotik. Meskipun hipoklorit sendiri tidak menghilangkan smear layer, namun dapat
memengaruhi bagian organik dari smear layer, sehingga memungkinkan penghilangan
seluruh smear layer jika dikombinasi dengan EDTA atau asam sitrat.
Kelemahan NaOCl antara lain: rasanya yang tidak enak, toksisitas, dan kemampuannya
yang hanya menghilangkan bagian organik smear layer.
Kelebihan Kekurangan
- efek antibakteri yang kuat - tidak melarutkan jaringan
- mampu berikatan dengan jaringan keras - tidak menghilangkan biofilm dan debris
gigi organik lainnya
- tidak menyebabkan erosi dentin
- baik digunakan sebagai preparasi
kemomekanis terakhir untuk
memaksimalkan efek antibakteri
3. EDTA
Kelebihan Kekurangan
- melarutkan bahan anorganik - tidak berefek terhadap jaringan organik
- Penghilangan smear layer oleh EDTA - tidak memiliki antibakteri
meningkatkan efek antibakteri agen
disinfektan lain pada lapisan dentin yang
lebih dalam
3. ChKM (Chlorophenol-Kamfer-Menthol)
ChKM adalah campuran dari 27% 4-klorofenol, 71% kamfer rasemik, dan 1,6%
levomentol. Klorofenol seperti ChKM merupakan antiseptic aktif dan disinfektan yang
baik untuk saluran akar. ChKM memiliki antibakteri yang lebih tinggi, antiseptic dan
disinfektan yang lebih potensial dibandingkan disinfektan golongan fenol yang lain.
Penambahan disinfektan berupa kamfer sebagai pelarut akan menghasilkan larutan yang
stabil dalam suhu ruang. Efek kaustik dari parachlorophenol pada larutan dapat ditekan
tanpa harus kehilangan efek bekterisid nya. Klorofenol cair dianggap sebagai desinfektan
yang kuat. Bila digunakan dalam saluran akar dapat menembus jauh ke dalam dentin
yang sudah terinfeksi sebelumnya, tetapi juga ke foramen apikal dan ke jaringan
periapikal. Pengaruh fenol terhadap antibakteri mungkin berdasarkan kemampuan lipid
dalam menghancurkan bakteri untuk membran. Pada konsentrasi yang tinggi dapat
mendenaturasi protein sel. Pada konsentrasi yang lebih rendah sangat penting pada
sistem enzim yang sudah dilemahkan dan dinding sel bakteri terlarut, sehingga bisa
diasumsikan penambahan kapur barus, yang korosif dan pengaruh klorin yang beracun
dapat dinetralkan oleh fenol sebagian besar. Hanya dengan mencapur klorofenol:kapur
barus dengan rasio 2:1 sekali lagi efek korosif menentukan. Hal ini dikarenakan kamper
terlarut karena tambahan fenol. Akan tetapi bukti baru mengindikasikan kamper sendiri
juga toksik dan dapat meningkatkan toksisitas.
Karena kelarutan fenol dalam kapur barus lebih baik dalam air, kamper fenol
berdifusi dalam fase aqua disekitarnya. Sampai kita mendapatkan konsentrasi fenol
maksimal 15 tercapai. Efek antibakteri dan penyebaran klorin harus dikurangi oleh fenol
kamper-mentol yangmemiliki pH 5,8 dalam larutan yang mengandung air 5,5 sampai 1,
klorofenol dapat mempengaruhi penyebaran protein dan kurang larut dalam air.
Mentol yang tidak larut air juga berperan sebagai disinfektan dan memiliki efek
astringen dan anestesi. Mentol bekerja secara lokal anti-inflamasi vaskular kontraksi dan
anestesi.Komponen-komponen ChKM hanya dikombinasikan secara fisik. Campuran
chlorphenol-kamfer-mentol akan cepat sekali terpisah bahkan hanya dengan sekret yang
hanya sedikit. Mentol dan kamfer akan berpresipitasi menjadi butiran kristal kecil dan
membentuk deposit. Parachlorophenol akan larut dan membentuk larutan yang non-
kasutik, tetapi masih memiliki efek bakterisid. Konsentrasi ChKM yang sama akan selalu
terpecah tanpa dipengaruhi volume secret yang ada. Oleh sebab itu, bahan ini tidak akan
menyebabkan nekrosis jaringan yang sehat, keballikan dari NaOCl yang menghancurkan
jaringan yang mati dan jaringan sehat serta dentin. Dalam bentuk gas, ChKM dapat
berpenetrasi ke tubuli dank anal medular, mencapai periapical, dan mendisinfeksi
jaringan dan permukaan yang terkontaminasi.
ChKM diindikasi untuk semua perawatan saluran akar dan pada gigi yang memiliki
kelainan periapical. ChKM juga memiliki sifat disinfeksi dengan sifat mengiritasi yang
kecil, dan memiliki spectrum antibakteri yang luas. ChKM-W dinyatakan dapat
membunuh bakteri E. Faecalisbahkan hingga ke dalam tubuli dentin dan seringkali
digunakan oleh para peneliti sebagai acuan untuk pengujian disinfektan yang mereka
pelajari. ChKM memiliki kemampuan jika salah satu akar mengisi sebuah kanal, dapat
dideteksi dalam waktu 24 jam. Dalam bentuk gas, ia mampu menembus tubuli dentinalis
dan kanal meduler, mencapai periapex, kemudian mensterilkan jaringan dan permukaan
yang terkontaminasi. ChKM memiliki bau dan rasa yang tidak enak. Namun hal tersebut
tidak bisa dijadikan alasan bagi dokter gigi untuk tidak menggunakan obat tersebut
dibandingkan dengan efek terapuetik dan efek sampingnya.
Teknik pengaplikasian ChKm ini adalah menggunakan paperpoint yang diresapi
atau kapas dengan pembilasan saluran akar, terdapat kontak langsung antara obat dan
bakteri. Akan tetapi jika hanya cotton pellet yang direndam dengan obat dan dimasukkan
ke dalam ruang pulpa, substansi efek yang ada hanya uap, dan kontak antara obat dan
bakteri hanya sedikit. Oleh karena itu, aktivitas antibakteri dan sitotoksisitas tergantung
pada jenis aplikasi.
5. Cresophene
Komposisi: dexamethasone 0.1 g, parachlorophenol 30 g, thymol 5 g, Camphor 64 g
Indikasi:
Disinfeksi saluran akar sebelum dilakukan obturasi
Dressing pada saluran akar yang terinfeksi
Kontraindikasi:
Anak dibawah 30 bulan
Alergi terhadap kortikosteroid dan fenol
Penggunaan:
Cresophene diaplikasikan 1x, atau paling banyak 2x, pada masing-masing saluran akar
dengan dosis 50mg, selama 7 menit sebelum obturasi.
Kelebihan:
Parachorophenol memberikan efek bakterisid pada saluran akar
Efek antiinflamasi karena mengandung dexamethasone
Efek antiseptic dengan thymol dan camphor
Memberikan efek sterilisasi yang baik saat pulpektomi vital
Dapat digunakan untuk sterilisasi kavitas yang dalam
Kekurangan:
Iritatif terhadap mukosa
Tidak boleh ditelan
Tidak boleh berlebihan diletakkan pada cotton pellet
Tidak boleh terkena pulpa yang terekspos.
Jika digunakan dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan inflamasi jaringan
periapikal dan periodontitis.
MTA (Mineral Trioxide Aggregate)
MTA telah dipelajari secara luas dan saat ini digunakan untuk perbaikan perforasi,
apeksifikasi, prosedur regeneratif, apexogenesis, pulpotomi & pulp capping. Trioxide
Aggregate dalam MTA terdiri dari kalsium, aluminium dan selenium. MTA memiliki
beberapa sifat yang diinginkan dalam hal biokompatiblitas, bioaktivitas, hidrofilisitas,
radiopacity, kemampuan sealing dan kelarutan yang rendah.
Kekuatan kompresif
Radiopak
Kelarutan (-)
Adaptasi marginal dan kemampuan sealing
Antibakteri dan dan antifungal
Tidak bereaksi dengan dental material lain
Biokompatibilitas
Regenerasi jaringan
Torabinejad et al. (1995) menyimpulkan bahwa MTA berpotensi untuk
mengaktifkan sementoblas dan akhirnya produksi sementum. MTA juga
memungkinkan pertumbuhan berlebih dari serat PDL di permukaannya. Schwartz et
al. (1999) melaporkan bahwa MTA membantu dalam menghilangkan gejala klinis
penyembuhan tulang. Sifat-sifat MTA ini menentukannya sebagai bahan regeneratif
yang potensial.
Mineralisasi
Myers K (1996) menetapkan bahwa MTA, mirip dengan kalsium hidroksida
(CaOH2), menginduksi pembentukan jembatan dentin. Menurut Holland et al. (1999)
berteori bahwa kandungan tricalcium oxide dari MTA berinteraksi dengan cairan
jaringan dan membentuk CaOH2, menghasilkan penciptaan jaringan keras dengan
cara yang mirip dengan CaOH2. Faraco et al. (2001) menyimpulkan bahwa jembatan
dentin yang dibentuk dengan MTA relatif lebih cepat, dengan integritas struktural
yang baik dibandingkan dengan CaOH2. Menurut Dominguez et al. (2003) dan
Tziafas (2002) MTA merangsang pembentukan dentin reparatif bersama dengan
menjaga integritas pulpa.
SEALERS
ROOT CANAL SEALERS BRAND NAME
1. Zinc Oxide Eugenol based sealers : Roth sealer, Kerr PCS, Procoseal, Endomethasone
2. Epoxy resin based sealers : AH Plus, AH 26, Top Seal, 2- Seal
3. Silicon based sealers : RoekoSeal, Gutta flow
4. MTA based sealers : Endo-CPM-Sealer, MTA Obtura, ProRoot Endo Sealer, MTA fillapex
5. Calcium-silicate-Phosphate based bioceramic sealers : Endosequence/iRoot SP, iRoot BP,
Bioaggregate
6. Methaacrylate resin based sealer : First generation- Hydron, Second generation- EndoREZ,
Realseal, Third generation- Epiphany, Fibrefill, Fourth generation- Realseal SE, Metaseal SE,
Smartseal
7. Calcium-phosphate based sealers :Capseal I , Capseal II
Tes teknologi untuk menguji sealer endodontik ini meliputi flow, working time, setting time,
radio opacity, solubility and dimensional change following setting
DAFTAR PUSTAKA