Anda di halaman 1dari 53

Sampul

MAKALAH

PLANET BUMI DAN SATELIT

DI SUSUN OLEH KELOMPOK IX

Gilang G Lahadi (10539126414)

Milda Sari Devy (10539126416)

Nurhikma (10539130214)

Surya Sutriana (105391108516)

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan
hidayah-Nya. Sehingga proses penulisan makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Penulis sadar bahwa apa yang telah penulis peroleh tidak semata-mata hasil dari
jerih payah penulis, tetapi hasil dari keterlibatan semua pihak.
Semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan mendapat pahala dan
hikmah dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan
dan kemampuan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 11 Desember 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Sampul ..................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii

Daftar isi .................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 3

C. Tujuan ........................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................ 4

A. Planet Bumi ................................................................................................................... 4

B. Satelit (Bulan) ................................................................................................................. 40

BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 49

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 49

B. Saran ........................................................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 50

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Selama berabad-abad yang lalu dan tercatat pada hampir seluruh kebudayaan
kuno, selalu ada usaha manusia untuk memahami Bumi baik bentuk maupun isinya.
Usaha-usaha itu ada yang tercatat sebagai legenda dan mitologi tertulis dan ada pula
sebagai cerita lisan.

Menurut catatan sejarah, bentuk Bumi yang dipercayai pada zaman kuno antara
lain yang tercatat oleh Homerus (900-800 SNI), yaitu seorang pujangga Yunani lonian
yang terkenal karena banyak membuat tulisan mengenai suasana pada zamannya dan
juga tulisan tentang legenda sejarah. Karyanya antara lain adalah ILIAD (Helen of
Troy), dan Odipus Rex (di Indonesia ceritanya terkenal dengan pertunjukan drama
W.S. Rendra).

Menurut catatan Homerus, Bumi pada masa itu dianggap sebagai piringan yang
dikelilingi oleh lautan (Oceanus). Piringan dan Oceanus tersebut disangga oleh seekor
gajah yang berdiri di atas seekor kura-kura raksasa. Akan tetapi dia tidak menjelaskan
dimana kura-kura itu berdiri. Di Indonesia misalnya pada kebudayaan Melayu, Bumi
dipercayai berbentuk suatu benda yang datar atau telur besar yang disangga oleh seekor
kerbau. Bila kerbau itu bergoyang-goyang maka akan timbul gempa bumi (imajinasi
ini muncul mungkin karena Sumatera Barat dan daerah Semangko banyak sekali
mengalami gempa bumi). Berbeda dengan kebudayaan Romawi-Yunani, Bumi
dipercayai berupa bola yang disangga oleh raksasa Atlas yang berdiri di atas kolam
susu. Sedangkan pada beberapa kebudayaan kuno lainnya, Bumi selalu dianggap
sebagai bidang datar. Akan tetapi berdasarkan pengalaman dari beberapa orang yang
mengamati alam dan lingkungan sekelilingnya

1
Hal menarik dari kebudayaan Sumeria-Babilonia adalah terdapat legenda
tentang perjalanan seorang ahli filsafat yang bernama Gilgamesh. Dia telah melakukan
perjalanan mengelilingi dunia untuk mencari dewa keabadian (Utnapishtim dan
istrinya), untuk meminta perpanjangan umur bagi kawan dekatnya yang telah
meninggal dunia. Perjalanan yang dilakukan tanpa peta, tanpa transportasi, dan melalui
medan yang tidak dikenal, dilakukannya selama bertahun-tahun dan ternyata pada
akhirnya dia kembali ke tempat yang sama seperti saat dia berangkat (hampir sama
dengan legenda Sangkuriang).

Kedua pendapat yaitu Bumi sebagai bidang datar dan sebagai bola, mungkin
dianut pada zaman yang sama oleh orang yang berbeda tingkat pendidikannya. Sebagai
contoh, pada pelayaran Christoper Columbus (1942) dalam rangka mencari benua
Atlantis, dia menggunakan petadan konsep Ptolomeus tentang bentuk dan ukuran
keliling Bumi (180.000 stadia). Akan tetapi, pada perjalanan tersebut terjadi
pemberontakan anak buah kapal, karena mereka menganggap Bumi itu adalah piringan
datar dan bila pelayaran dilanjutkan terus maka mereka akan tiba di ujung Bumi dimana
kapal akan terjatuh, kedalam daerah yang tidak mereka kenal.

Orang yang melakukan pelayaran keliling Bumi sebagai konsekuensi Bumi


berbentuk bulat adalah Ferdinan Magellan. Dia adalah ningrat dari Portugal yang
berusaha mencari jalan ke pulau rempah-rempah di Nusantara bagi kepentingan
kerajaan Spanyol. Dia berangkat pada bulan September 1519, dari Spanyol ke arah
barat (Brazil), memutari ujung Amerika Selatan hingga akhirnya pada tanggal 16 Maret
1520 ekspedisi itu tiba di Filipina, dimana Magellan meninggal dunia akibat terlibat
peperangan yang terjadi antara dua rezim yang berperang. Pelayaran selanjutnya
dinahkodai oleh Sebastian del Cano, yang memutar ke arah Selatan dari Filipina
melewati Maluku lalu menuju arah barat melewati Tanjung Harapan (ujung selatan
benua Afrika), dan tiba di Sevile pada tanggal 8 September 1522. Pelayaran tersebut
membuktikan secara fisik bahwa Bumi itu bulat.

2
Bentuk Bumi sebagai benda bulat itu membawa beberapa konsekuensi, yaitu :
(1) Bila Bumi berbentuk sempurna, untuk besar sudut apit tembereng (ᵠ) yang sama,
maka akan mempunyai panjang tembereng yang sama pula; (2) Bila Bumi berbentuk
elips putaran, maka jarak panjang tembereng akan lebih kecil pada ᵠ2; (3) Bila Bumi
mempunyai bentuk elips putaran, maka panjang tembereng akan lebih besar pada ᵠ2;
dan (4) Bila Bumi mempunyai bentuk triple ellipsoid, maka panjang tembereng akan
selalu berbeda untuk tiap sudut apit (ᵠ) yang sama.

Hasil pengamatan akademi Pengetahuan Perancis (1735) membuktikan bahwa


Bumi mempunyai bentuk yang mendekati ellipsoid. Putaran hasil pantauan pada kutub
satelit menunjukkan bahwa Bumi berbentuk ellipsoid yang menonjol pada kutub utara
dan berbentuk cekungan pada kutub selatan (Kozai, 1964). Oleh karena itu, sebagai
akibat dari hasil penelitian ini, maka konsep Bumi sebagai bola sempurna mulai
ditinggalkan, diganti oleh konsep Bumi sebagai ellpisoid putaran.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk bumi?
2. Bagaimana ukuran Bumi?
3. Berapa umur bumi?
4. Bagaimana kemaknetan dan sifat bumi?
5. Bagaimana karakteristik bulan dan pergerakan fasa bulan ?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui bentuk, ukuran dan umur bumi
2. Dapat mengetahui kemagnetan dan sifat bumi
3. Dapat mengetahui katakteristik bulan dan pergerakan fasa bulan

3
BAB II

PEMBAHASAN
A. Planet Bumi
1. Pengertian Planet Bumi
Bumi adalah bola batuan raksasa yang bergerak di angkasa dengan
kecepatan hampir mencapai 3000 m per detik. Beratnya 6000 juta ton. Hampir
dua pertiga permukaan bumi yang berbatu-batu tertutup oleh air. Batuan yang
tidak tertutup air membentuk daratan. Bumi diselimuti lapisan gas yang disebut
atmosfer dengan mencapai ketinggian lapisan sekitar 700 km dari permukaan
bumi. Di luar batas atmosfer inilah, dimulainya lapisan luar angkasa. Bumi
merupakan salah satu planet dari sistem tata surya yang terdapat dalam suatu
galaksi bernama Galaksi Bima Sakti (The Milky Ways atau Kabut Putih).
Selain planet-planet yang terdapat dalam tata surya, juga terdapat benda-benda
angkasa lain, dan sekitar 200 milyar bintang yang ada di dalam Galaksi Bima
Sakti. Lebih jauh lagi berdasarkan penelitian, Bima Sakti bukanlah satu-satunya
galaksi, tetapi terdapat ratusan, jutaan, bahkan milyaran galaksi pengisi jagat
raya ini. Pada bab ini akan dibahas tentang sejarah pembentukan bumi dan tata
surya dalam jagat raya. Dengan mempelajarinya, diharapkan kamu dapat
menjelaskan proses pembentukan bumi.

2. Bentuk Bumi
a. Bumi Sebagai Bola Sempurna

Bentuk Bumi sebagai bola sempurna telah dicetuskan oleh Phytagoras


(582 SNI) dan bapak ilmu logika Aristoteles (384-322 SNI). Menurut mereka
Bumi adalah bola sempurna dengan keliling Bumi berturut-turut berkisar
300.000 stadia dan 400.000 stadia.

4
Akan tetapi orang yang pertama menghitung jari-jari Bumi secara
terukur adalah Erasthosthenes (278-195 SNI) seorang ahli perpustakaan di
Iskandariah Mesir ( dulu merupakan bagian dari kekuasaan kekaisaran Romawi
Selatan atau Bizantium). Dia mencetuskan suatu metoda pengukuran yang
disebut Arc Method, yang secara sederhana menggunakan dua prinsip
pengukuran yaitu:

1) Pengukuran sudut apit tembereng dari dua buah titik di permukaan Bumi
(sudut meridian, ᵠ).
2) Pengukuran panjang jarak tembereng di permukaan dari kedua titik tadi
(λ).

Prinsip tersebut hingga sekarang masih digunakan dalan Geodesi


modern (oleh karena itu Erasthothenes dianggap sebagai Bapak Ilmu Geodesi).
Erasthothenes pada Summer Solstice Noon (musim panas dimana matahari
berada tepat pada 230 Lintang Utara) melihat bayangan matahari berada tepat
di tengah-tengah sumur di Syene (sekarang bernama Aswan, terletak pada 230
5’ LU). Tahun berikutnya dia mengamati bayangan Osbelik (suatu pilar yang
memuat situs sejarah Mesir Kuno) di Iskandariah (dulu Alexandria), bayangan
tersebut membentuk sudut 70 12’ terhadap sinar matahari. Jarak antara
Iskandariah dan Aswan menurut pengamatannya, ditempuh oleh karavan unta
selama 50hari. Tiap hari karavan unta dapat menempuh jarak sepanjang 100
stadia (ukuran Romawi kuno, 1 stadia = 148-158 m). Dengan menggunakan
data pengamatan di atas, Erasthothenes dapat menghitung keliling Bumi yang
dijabarkannya sebagai berikut :

Kll. Bumi = O= (3600 / ᵠ) x λ, dengan O=(3600 /


70 12’)x50x100 = 50x50x100 stadia =250.000
stadia.

5
Fisher (1975) yang menghitung ulang hasil Erasthothenes menyatakan
bahwa hasil Erasthothenes adalah 252.000 stadia. Ini berarti bahwa 1 stadia
dianggap =185m, padahal dari hasil analisis Fisher terbukti 1 stadia = 148-
158m. Jika menggunakan harga minimum 1 stadia=148m, maka akan
diperoleh:

O= 252000 x 148m = 37.236.000m.

Dengan demikian jari-jari Bumi adalah:

R= (37.236.000/2π) = 5935,843 km

Harga tersebut mendekati harga R rata-rata dari pengamatan satelit


(Kozai, 1964) yaitu:

Re= 6378,160 km

R= 6367,468 km

Rp= 6356,775 km

I/e= 298,25

Re-Rp= 1385 meter

dimana Re adalah jari-jari lingkaran khatulistiwa; Rp adalah jari-jari


lingkaran meridian yang melewati kutub; e adalah pepatan Bumi. Bila
dibandingkan dengan data satelit tersebut di atas maka, Erasthothenes membuat
kesalahan perhitungan cukup rendah yaitu 6,78 %.

Erasthothenes sangat beruntung karena ternyata hasil perhitungannya


hanya mempunyai kesalahan sebesar 6,78%. Akan tetapi ada beberapa hal yang
meragukan dari hasil penelitian tersebut antara lain:

1. Iskandariah dan Aswan tidak terletak pada meridian yang sama seperti
yang dianggapnya semula.

6
2. Sekarang terbukti bahwa matahari pada musim panas tahun 2200 SNI tidak
mungkin mempunyai bayangan yang berada tepat di tengah-tengah sumur.
3. Pengukuran jarak yang dilakukan berdasarkan gerakan karavan unta sangat
tidak akurat.

Walaupun demikian, hasil pengukuran Erasthothenes dianggap sangat


penting, karena hasil perhitungan tersebut mempunyai kesalahan kecil, yang
mungkin terjadi karena ada kesalahan di dalam kesalahan, dan yang terpenting
bahwa metoda yang diterapkannya tetap menjadi prinsip dasar pengukuran
yang digunakan sampai sekarang.

Orang kedua yang melakukan pengukuran keliling Bumi adalah


Posidonius (13-5 SNI), yang mengukur ᵠ dan λ antara Pulau Rhodes dan kota
Iskandariah. Untuk mengukur sudut meridian (ᵠ), dia menggunakan sebuah
bintang yang dikenal sebagai Canopus. Bintang itu selalu muncul di ujung
horizon barat dan bergerak ke arah horizon timur. Posidonius mendapatkan
harga :

- Keliling Bumi : 240.000 stadia (35.520.000 m)


- Jari-jari Bumi : 5653,18 km
- Kesalahan yang terjadi : 11,2%

Pada kebudayaan Islam, pengukuran keliling Bumi dilakukan oleh


Khalifah Al-Mamun (785 -833 Masehi) Bani Abbasiyah di Baghdad. Khalifah
ini merupakan khalifah yang banyak sumbangannya kepada ilmu pengetahuan,
antara lain dia mendirikan pusat ilmu pengetahuan dan perpustakaanyang besar
dan terkenal, yaitu Baitulhikmah. Khalifah memerintahkan melakukan
pengukuran keliling Bumi berdasarkan pengamatan dua titik di dataran sungai
Euprates, menggunakan metoda Erasthothenes. Jarak diukur menggunakan
ukuran kayu Arab elle (1elle = 0,540 m). Dia mendapatkan bahwa : Kwadran
Bumi (1/4 Kll.Bumi) = 20.400.000 elle (11.016.000 m)

7
- Jari-jari Bumi = 7013,00 km
- Kesalahan yang terjadi = 10, 13%

Pada masa pencerahan di Eropa, Fernel di Perancis (1525) mengukur


keliling Bumi berdasarkan pengamatan antara dua kota di Perancis yaitu Paris
dan Amiens. Fernel memasukkan unsur teknologi baru pada saat itu yaitu
menggunakan alat Quadrant untuk mengukur sudut meridian. Dari hasil
pengamatannya diperoleh bahwa :

- Kwadran Bumi = 57070 Toise (ukuran Perancis, 1 Toise = 1,944036m


atau 11,095 km
- Kll. Bumi = 44.378 km
- Jari-jari Bumi = 7062,98 km
- Kesalahan yang terjadi = 10,13 %

Selanjutnya, Willebrord Snellius (1580-1626), seorang ahli ilmu


pengetahuan Belanda mencetuskan suatu metoda yang nantinya akan menjadi
penting dalam ilmu Geodesi yaitu Metoda Trianggulasi (untuk penemuannya
itu, dia menyebutkan dirinya sebagai Erasthothenes van Batavus). Pada tahun
1615, Willebrord Snellius melakukan pengukuran jarak antara dua kota yaitu
Alkmaar dan kota Bergen op Zoom yang terletak dekat Hook van Holland.
Kedua kota tersebut terletak pada meridian yang sama. Base line dibuatnya
melalui Leyden, dimana pengukurannya dilakukan dengan menggunakan 33
kotak trianggulasi. Dari hasil pengukurannya, Snellius mendapatkan harga :

- Kwadran Bumi = 10.004 km


- Keliling Bumi = 40.016 km
- Jari-jari Bumi = 6368,74 km
- Kesalahan yang terjadi = 0,002%

8
R.Norwood (1683) di Inggris melakukan pengukuran dengan
menggunakan metoda yang sama antara London dan York. Dia mendapatkan :

- Kwadran Bumi = 10.073km

- Jari-jari Bumi = 6412,67km

- Kesalahan yang terjadi = 0,7%

Pada tahun 1669-1670, J. Piccard (1620-1680) melakukan pengukuran


sudut meridian antara kota Amiens dan kota Malvoisine. Pengukuran jarak
dilakukan melalui 13 blok Triangulasi dan menggunakan ukuran kayu Perancis
(Toise). Sedangkan pengukuran sudut meridiannya dilakukan dengan
menggunakan Teleskop, dengan perhitungan detailnya menggunakan daftar
logaritma. Hasil yang diperoleh adalah :

- Kwadran Bumi = 10.009,081 km


- Jari-jari Bumi = 6371,98 km
- Kesalahan yang terjadi = 0,008%

Hasil pengukuran Piccard inilah yang digunakan oleh Newton sebagai


referensi dimensi Bumi untuk hukum Gravitasinya. Kemudian, pengukuran ini
dilanjutkan oleh Cassini ke arah Selatan (arah Spanyol). Hasilnya menjadi
kontroversial, dan membawa pada pendapat mengenai bentuk Bumi berupa
ellipsoid putaran.

b. Bumi Sebagai Ellipsoid Putaran

Bumi sebagai ellipsoid putaran, ditemukan secara kebetulan, oleh


Cassini. Pada tahun 1669 dan tahun 1670, J.Piccard seorang ahli Geodesi
Perancis diberi tugas oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Perancis, melakukan
pengukuran antara Amiens dan Malvoisine. Cassini kemudian meneruskan
pengukuran itu ke arah Utara (ke arah Dunkirk) dan ke arah selatan sampai

9
batas Perancis dengan Spanyol. Pengukuran yang sangat akurat itu, selain untuk
mengukur keliling Bumi juga dimaksudkan untuk mengukur besar jarak di
permukaan dari sudut meridian. Berdasarkan hasil pengukurannya, Cassini
mendapat suatu hasil yang meragukan yaitu terdapat perbedaan jarak sebesar
267m (untuk 10 sudut meridian) antara bagian utarra (111.017m) dan bagian
selatan (111.284m). Adanya perbedaan tersebut menimbulkan kontroversi
karena hal tersebut diakibatkan oleh dua hal yaitu: kesalahan pengukuran, atau
akibat Bumi berbentuk bulat telur (ellipsoid). Perbedaan ini menurut para ahli
di Inggris adalah akibat bentuk ellipsoid Bumi seperti yang telah diramalkan
oleh Newton dan Huygens. Akan tetapi para ahli di Perancis tidak dapat
menerima konsep tersebut, walaupun tetap menganggap hasil ukuran mereka
benar.

Kontroversi dari hasil penyelidikan Cassini, menyebabkan Akademi


Ilmu Pengetahuan Perancis mengirimkan ekspedisi Geodesi ke dua tempat
yaitu:

- Tahun 1735 ke daerah kutub (Lapland) yang dipimpin oleh Maupertuis


- Tahun 1736 ke daerah khatulistiwa (Peru) yang dipimpin oleh Bouguer

Hasil dari penelitian ini membenarkan adanya perbedaan 10 sudut


meridian di khatulistiwa dan di daerah kutub dan membuktikan bahwa Bumi
berbentuk ellipsoid putaran, seperti yang telah diramalkan oleh Sir Isaac
Newton sebelumnya. Penelitian ini juga membuktikan kebenaran perkiraan
Gauss (seorang genius muda yang saat itu berumur 18 tahun), bahwa 1m adalah
1/ 10.000.000 bagian jarak meridian dari kutub khatulistiwa yang ditarik
melewati Paris (Heiskanen dan Veningmeinesz, 1958). Dari hasil kenyataan
tersebut akhirnya dapat diturunkan dua buah parameter yaitu pepatan dan
Excentricity:

10
Pepatan = 1/f = (Re-Rp) / Re = (a-b)/a ~ 1/300
√𝑎2 −b2
dan Excentricity = e = 𝑎2

dimana Re adalah jari-jari lingkungan khatulistiwa, dan Rp adalah jari-


jari lingkaran meridian yang ditarik melewati kutub Bumi.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Perancis mendapatkan 1/f= 310,


sedangkan Maupertuis mendapatkan 1/f= 216,8 dimana Re = 6.378,099 m,
Rp= 6.356,631m dan f= 1/297. Untuk selanjutnya ellipsoid yang digunakan di
dalam perhitungan-perhitungan Geofisika dan Geodesi adalah hasil IUGG
1927, 1940, 1967, dan 1980.

c. Bumi Sebagai Triaxial Ellipsoid

Bila selama ini kita menganggap Bumi berbentuk ellipsoid putaran (a


≠ b =c). Helmert pada tahun 1915, mengusulkan bentuk Bumi berupa Triaxial
Ellipsoid dengan sumbu-sumbu yang berlain-lainan (a ≠ b ≠ c). Dengan
demikian terdapat dua buah pepatan yaitu f1 maximum dan f2 minimum.
Dalam hal ini, Helmert(1915) mendapatkan harga f1=295,1 dan f2=248,31
dengan (a-b) = 230m. Sumbu terbesarnya terletak pada busur 170 W longitude.
Heiskanen (1958), menemukan dua sumbu utama pada triaxial ini, yaitu pada
busur 100 W di bagian utara khatulistiwa Bumi dan 560 E di selatan
khatulistiwa. Selain itu, berdasarkan data gravitasi, Uctila (1962) menemukan
bahwa sumbu-sumbu utama terdapat pula di bagian utara dan di bagian selatan
khatulistiwa Bumi.

d. Bentuk Bumi dari Observasi Satelit

Berdasarkan pergerakan orbit satelit, para ahli menghitung dan


mendapatkan bentuk Bumi sebenarnya yaitu berbentuk elips yang menonjol
pada kutub utara dan cekungan pada kutub selatan. Re = 6378,160 km, Rp =

11
6356,775 km, 1/f = 298,25 dengan tingkat ketelitian 1 banding 30.000 (Kazoi,
1964). Untuk mengoreksi bentuk Bumi pada proyeksi peta dan analisi anomali
gaya berat tetap digunakan ellipsoid putaran dengan koreksi yang disebut
anomali Geoid.

3. Ukuran Bumi

Eratosthenes (276 – 194 sebelum Masehi) dari Yunani menentukan bahwa


pada siang hari terpanjang pada musim panas, matahari berada tepat di atas kepala
pada tengah hari (jam 12.00) di kota kuno Syne (sekarang disebut Aswan) Mesir.
Pada hari yang sama pada tengah hari (jam 12.00) sebuah tiang pada Alexandria
memberikan bayangan pada tanah yang panjangnya membuat sudut zenith
matahari (sudut antara matahari dan vertikal) sebesar 1/50 lingkaran (70). Seperti
dalam gambar 10.1.6 sudut itu (70) terbentuk oleh radius dari pusat bumi yang
mengarah ke Alexandria dan Syne yang juga 1/50 lingkaran. Jarak dari Syne ke
Alexandria diketahui 5.000 stadia atau sekitar 925 km.

Erasthotenes menghitung bahwa keliling bumi harus 50 x 5.000 = 250.000


stadia ≅ 46.000 km = 29.000 mil. Jari-jari bumi dengan mudah dihitung dari
kelilingnya dan diperoleh 4.600 mil. Hasil ini hanya sekitar 15 persen lebih tinggi
daripada nilai sebenarnya (Tjasyono, 2006: 93).

12
1/50 lingkaran Sinar Matahari
o
(7 )
Kutub Utara

Bayangan
Alexandria
Syene (Aswan)

Pusat Bumi 1/50 lingkaran 5000 stadia =


o
(7 ) 925 km

Equator

Gambar 10.1.6 : Perhitungan keliling Bumi menurut Eratosthenes

Selanjutnya Tjasyono (2006: 94) mengemukakan bahwa rasio


(perbandingan) keliling lingkaran dengan diameternya (2 x radius) sama dengan
3,1416… yang disebut π (huruf Yunani, dibaca pi). Stadia (tunggal stadium)
merupakan satuan panjang kuno, 1 stadium kira-kira 185 meter atau 605 kaki.
Jadi 5.000 stadia = 925.000 m = 925 km. Tentu Anda masih ingat bahwa 1 kaki
= 0,305 m dan 1 mil = 1.609 m atau 1,609 km.

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa bentuk bumi yang sebenarnya


bulat pepat/dempak (spheroid) sehingga jari-jari polar (jarak dari pusat bumi ke
kutub) lebih pendek daripada jari-jari ekuator. Rujukan internasional tentang
dimensi bumi yang diadopsi oleh IUGG (the International Union of Geodesy and
Geophysics) mempunyai pendekatan sebagai berikut:

Jari-jari polar = 6.357 km = 3.951 mil

Jari-jari ekuator = 6.378 km = 3.964 mil

13
Jari-jari rata-rata = 6.371 km = 3.960 mil

Luas permukaan bumi dengan mudah dapat dihitung dari radiusnya, yaitu:
L = 4πr2 = 4 x 3,14 x (6371 km)2 = 510 juta km2 dan Volume bumi yaitu:

V = 4πr3/3 = 4/3 x 3,14 (6371 km)3 = 1,08 x 1012 km3.

Massa total bumi dapat ditentukan dari gaya gravitasi yang dilakukan dan
diperoleh 5,98 x 1027 gram. Densitas rata-rata bumi adalah 5,98 x 1027 gram/1,08
x 1027 cm3 = 5,52 g cm-3 (densitas air murni = 1 g cm-3).

4. Umur Bumi

Bumi diperkirakan lahir 4,5 milyar tahun yang lalu. Umur Bumi dapat
diperkirakan dengan ditemukannya radioaktif, yang selanjutnya ditemukan pula
bahwa bumi berisi unsur-unsur radioaktif. Bahan radioaktif akan meluruh (decay)
dan memancarkan sinar alpha (α), beta (β) atau gamma (γ). Partikel (sinar) alpha
(α) adalah inti atom helium (He), beta ( β) adalah elektron-elektron dengan
kecepatan tinggi, dan sinar gamma (γ) adalah radiasi dengan frekuensi tinggi seperti
sinar x. Penyerapan radiasi ini di dalam Bumi mengubah energi radiasi menjadi
panas sehingga menyebabkan temperatur yang tinggi di bawah permukaan Bumi.

Dengan adanya sinar α, β, dan γ maka unsur radioaktif secara sepontan


berubah menjadi unsur lain. Transformasi (perubahan bentuk) ini terjadi dalam inti
atom dan bergantung pada sifat-sifat inti. Isotop unsur adalah atom-atom yang
mempunyai sifat kimia hampir identik dan menduduki tempat yang sama dalam
susunan berkala unsurunsur kimia, akan tetapi massanya berbeda satu sama lain.
Isotop berasal dari bahasa Yunani (Greek, yaitu iso berarti sama dan topos berarti
tempat. Tiap unsur kimia dilukiskan oleh jumlah proton dalam intinya yang disebut
bilangan atom (atomic number). Selain mengandung proton dan elektron, inti atom
juga mengandung partikelpartikel netral yang disebut netron. Jumlah proton dan

14
netron dalam inti atom disebut bilangan massa. Isotop yang berlainan mempunyai
bilangan atom sama tetapi bilangan massa berbeda. Sebagai contoh:

 Uranium 238 adalah isotop uranium dengan bilangan atom 92 dan massanya
238, ditulis: 92U238
 Uranium 235 adalah isotop uranium dengan bilangan atom 92 tetapi massanya
235 (lebih ringan), ditulis: 92U235.

Peluruhan isotop radioaktif mengakibatkan unsur tersebut berubah


menjadi unsur lain, dan jika unsur ini juga radioaktif maka ia akan meluruh juga.
Rantai radioaktif akan berakhir dengan isotop stabil (non radioaktif) yang tidak
meluruh. Isotop radioaktif asal (original) disebut induk (parent) dan isotop dalam
deretan peluruhan radioaktif disebut putri (daughter).

Setiap isotop radioaktif meluruh dengan kecepatan konstan dan biasanya


dinyatakan dengan istilah waktuparo (half time) yaitu waktu yang dibutuhkan
agar separo (1/2) massa isotop radioaktif hilang karena peluruhan atau waktu yang
diperlukan agar separo dari atom isotop radioaktif ditransformasikan menjadi
isotop lain. Waktuparo bahan radioaktif yang ditemukan di bumi kemudian
dipakai utuk mengukur umur bumi.

Umur batuan (rock) ditentukan dengan mengukur besaran relatif dari


isotop induk dan putri yang dihasilkannya. Hasilnya dinyatakan dengan
perbandigan isotop yaitu perbandingan dari besaran isotop induk yang masih
tinggal. Perbandingan (ratio) ini bertambah dengan umur batuan. Dari
perbandingan isotop dan waktuparo yang diketahui maka umur batuan dapat
ditentukan. Perhatikan tabel 10.1.1 di bawah ini:

15
Tabel 10.1.1 : Isotop radioaktif utama di Bumi

PUTRI WAKTU PARO


INDUK
(STABIL) (MILYAR TAHUN)

Uranium 238 (U238) Timah 206 (Pb206)


4,5

Uranium 235 (U235) Timah 207 (Pb207)


0,7

Thorium 232 (Th232) Timah 208 (Pb208)


15,0

Strotium 87 (Sr 87)


Rubidium 87 (Rb87) 60,0

Potasium 40 (K40) Argon 40 (A40)


1,3

Misalkan perbandingan Argon 40 (A40) dengan Potasium 40 (K40) dalam


batuan adalah 1, maka umur batuan adalah 1,3 milyar tahun dengan anggapan
bahwa tidak ada Argon yang hilang. Oleh karena waktuparo Potasium 40 = 1,3
milyar tahun artinya separo jumlah Potasium mula-mula ditransformasikan
menjadi Argon sehingga pada akhir massa waktuparo jumlah Potasium dan Argon
adalah sama, yaitu A40/K40 = 1. Pada akhir massa dua kali waktuparo, maka separo
(1/2) Potasium yang tinggal meluruh menjadi Argon dan rasio A40/K40 bertambah
menjadi 3, setelah tiga kali waktu paro maka rasio A40/K40 menjadi 7,dan
seterusnya.

16
Peluruhan umur batuan (rocks) di Bumi diperkirakan 3,4 milyar tahun tetapi
umur Bumi lebih tua daripada batuan . Dari analisis jumlah berbagai isotop timah
(Pb) di Bumi dan dalam meteorit telah ditentukan bahwa Bumi dibentuk menjadi
rupa (keadaan) sekarang kira-kira 4,5 milyar tahun ( Tjasyono, 2006: 94-98).

Terdapat 2 skala waktu yang digunakan untuk mengukur dan menentukan umur
bumi, yaitu:

a. Skala Waktu Relatif


Pada abad ke-19, para ahli geologi yakin bahwa mereka telah
mengeluarkan pembeda pencatatan waktu geologi seluruh dunia dan dapat
digunakan untuk jangka waktu yang pendek untuk proses pegunungan,
transgresi dan regresi, dan lain-lain. Mereka mengeluarkan skala waktu relatif
berdasarkan ide ini.
Skala waktu relatif merupakan skala waktu yang ditentukan
berdasarkan urutan lapisan batuan dan evolusi kehidupan organisme di masa
lalu. Skala relatif terbentuk atas dasar peristiwa yang terjadi pada
perkembangan ilmu geologi itu sendiri. Berdasarkan skala waktu relatif,
sejarah bumi dikelompokkan menjadi eon (masa) yang terbagi menjadi era
(kurun). Era dibagi ke dalam periode (zaman) dan zaman dibagi menjadi
epoch (kala). Nama-nama seperti Paleozoikum atau Kenozoikum tidak hanya
sekedar kata yang tidak memiliki arti, akan tetapi bagi para ahli geologi, kata
tersebut mempunyai arti tertentu dan dipakai sebagai kunci dalam membaca
skala waktu geologi.

17
Gambar 1. Pembagian Waktu Geologi

Sebagai contoh, kata “zoikum” merujuk pada kehidupan binatang dan


kata “paleo” yang berarti purba, maka arti kata Paleozoikum adalah merujuk
pada kehidupan binatang-binatang purba. “Meso” yang mempunyai arti
tengah/pertengahan dan “keno” yang berarti sekarang. Sehingga urutan relatif
dari ketiga kurun tersebut adalah sebagai berikut: Paleozoikum, kemudian
Mesozoikum, dan kemudian disusul dengan Kenozoikum.

Fosil adalah sisa-sisa organisme yang masih dapat dikenali, seperti


tulang, cangkang, atau daun atau bukti lainnya seperti jejak-jejak (track),
lubang-lubang (burrow) atau kesan dari kehidupan masa lalu. Fosil dipakai
sebagai dasar dari skala waktu geologi. Nama-nama dari semua eon (kurun) dan
era (masa) diakhiri dengan kata zoikum, hal ini karena kisaran waktu tersebut
sering kali dikenal atas dasar kehidupan binatangnya.

18
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam penentuan umur relatif
antara lain:
1) Hukum Superposisi
Hukum Superposisi di kemukakan oleh Steno pada tahun 1669
yang berisi “the lower is the older, the upper is the younger” yang
berarti dalam suatu urutan perlapisan batuan, maka lapisan batuan yang
terletak di bawah umurnya relatif lebih tua dibanding lapisan diatasnya
selama lapisan batuan tersebut belum mengalami deformasi. Deformasi
berarti lapisan tersebut berada dalam keadaaan belum terjadi
pemotongan atau pelipatan lapisan batuan. Gambar diatas adalah
gambar suatu lapisan batuan yang belum terkenan deformasi atau masih
dalam keadaan normal.

Gambar 2. Urutan lapisan batuan

19
Gambar 3. Urutan lapisan pembentukan batuan

Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa batu pasir berada


diurutan paling atas yang berarti batu pasir merupakan batuan yang
paling muda. Kemudian lapisan di bawahnya adalah batu konglomerat,
batu lempung, batu gamping, dan yang paling tua adalah andesit atau
diorit.

2) Hukum uniformitarianisme (james hutton, 1785)


Hukum ini dicetuskan oleh James Hutton (1785) yang
menyatakan bahwa proses yang berlangsung sekarang merupakan
proses yang dapat dipakai untuk menjelaskan proses geologi yang
pernah terjadi pada masa lampau (the present is the key to the past).
Proses geologi terjadi pada saat ini juga terjadi pada masa lampau.
Sebagai contoh dapat disebutkan bahwa pada saat ini batu
gamping koral sedang tumbuh dilaut, jadi kalau pada saat ini terdapat
dipucak gunung dapat disimpulkan bahwa pada jaman yang lalu daerah
pegunungan tersebut merupakan dasar laut. Proses yang terjadi
sekarang diyakini telah terjadi sejakb umi terbentuk.

20
Gambar 4. Proses terbentuknya benua

Gambar di atas menjelaskan pada masa zaman permian hanya


terdapat satu benua yaitu benua pangaea. Kemudian pada zaman Trias,
benua pangea terbelah menjadi benua laurasia dan gondwana. Pada
zaman Jurassic, benua laurasia dan gondwana terbelah lagi menjadi
beberapa benua hingga akhirnya sampai saat ini terdapat 5 benua.
3) Hukum Faunal Succession
Hukum Faunal Succession di kemukakan oleh Abble Giraud
Soulavie (1778). Hukum ini menunjukan bahwa pada setiap lapisan
sedimen yang berbeda umur geologinya akan ditemukan fosil yang
berbeda pula. Secara sederhana bisa juga dikatakan bahwa fosil yang
berada pada lapisan bawah akan berbeda dengan fosil di lapisan
atasnya. Fosil yang hidup pada masa sebelumnya akan tertindih dengan
fosil yang muncul sesudahnya, dengan kenampakan fisik yang berbeda.
Perbedaan fosil ini bisa dijadikan sebagai pembatas satuan formasi
dalam lithostratigrafi atau dalam koreksi stratigrafi.

21
Gambar 5. Lapisan batuan dengan fosil yang terkandung di dalamnya

Gambar di atas menjelaskan bahwa pada setiap lapisan yang


berbeda umur terdapat fosil yang berbeda pula sesuai umur dari lapisan
tersebut. Perbedaan fosil tersebut karena adanya gap waktu yang
menyebabkan organism-organisme yang dapat bertahan hidup
melakukan evolusi sehingga bentuk dari organisme-organisme
tersebut berbeda pada setiap umurnya.

4) Asas Pemotongan (crosscutting relationship)


Asas pemotongan (crosscutting relationship) dikemukakan
oleh A.W.R Potter & H. Robinson. Hukum ini menyatakan jika salah
satu dari lapisan tersebut memotong/menerobos lapisan yang lain,
maka batuan yang memotong/menerobos umurnya relatif lebih muda
dari pada satuan batuan yang dipotong/diterobos.

22
Gambar 6. Asas Pemotongan

Gambar diatas menunjukkan bahwa lapisan yang memotong


lebih muda daripada lapisan yang di potong.Yang memotong dapat
berupa intrusi batuan.

5) Prinsip Inklusi
Hukum ini menyatakan bahwa inklusi terjadi bila magma
bergerak ke atas menembus kerak, menelan fragmen-fragmen besar di
sekitarnya yang tetap sebagai inklusi asing yang tidak meleleh. Jadi jika
ada fragmen batuan yang terinklusi dalam suatu perlapisan batuan,
maka pelapisan batuan itu terbentuk setelah fragmen batuan. Dengan
kata lain, batuan/lapisan batuan yang mengandung fragmen inklusi,
lebih muda dari batuan lapisan batuan yang menghasilkan fragmen
tersebut.

23
Gambar 7. Prinsip Inklusi
b. Skala Waktu Absolut (Radiometrik)

Umur bumi yang dinyatakan dalam satuan waktu, ditentukan dengan


melakukan perhitungan alamiah dinamakan umur absolut. Skala waktu absolut
merupakan skala waktu geologi yang ditentukan berdasarkan peluruhan
radioaktif dari unsur-unsur radioaktif yang terkandung di dalam batuan. Skala
absolut berasal dari ilmu pengetahuan fisika yang diterapkan untuk menjawab
permasalahan-permasalahan yang timbul dalam bidang geologi. Adapun
permasalahan-permasalahan tersebut (yang solusinya sudah ditemukan dengan
perhitungan dengan metode radiotermik) adalah:

1) Bumi telah berumur sekitar 4,6 miliar tahun.


2) Fosil yang tertua yang diketahui berasal dari batuan yang diendapkan
kurang lebih 3,5 miliar tahun lalu.
3) Fosil yang memiliki cangkang dengan jumlah yang berlimpah diketahui
bahwa pertama kali muncul pada batuan-batuan yang berumur 570 juta
tahun yang lalu.
4) Umur gunung es yang terahkir terbentuk adalah 10.000 tahun yang lalu.

Para ahli geologi abad ke-19 dan para paleontolog percaya bahwa umur
bumi cukup tua dan mereka menentukannya dengan cara penafsiran.
Penentuan umur batuan dalam ribuan, jutaan atau miliaran tahun dapat

24
dimungkinkan setelah ditemukan unsur radioaktif di dalam batuan. Saat ini
dapat digunakan mineral yang secara alamiah mengandung unsur radioaktif
dan dapat dipakai untuk menghitung umur secara absolut dalam ukuran tahun
dari suatu batuan.

Bagian terkecil dari setiap unsur kimia adalah atom. Suatu atom
tersusun dari satu inti atom yang terdiri dari proton dan neutron yang dikelilingi
oleh elektron. Isotop dari suatu unsur atom dibedakan dengan lainnya hanya
dari jumlah neutron pada inti atomnya. Contoh, atom radioaktif dari unsur
Potassium-40 memiliki 19 proton dan 21 neutron pada inti atomnya.
Sedangkan atom Potassium lainnya memiliki 19 proton dan 20 atau 22 neutron
(Potassium-39 dan Potassium-41). Isotop radioaktif dari satu unsur kimia
secara alamiah akan berubah menjadi isotop yang stabil dari unsur kimia
lainnya melalui pertukaran di dalam inti atom. Perubahan ini terjadi pada
kecepatan yang konstan dan dikenal dengan “Waktu Paruh”.

Waktu paruh dari suatu isotop radioaktif adalah lamanya waktu yang
diperlukan oleh suatu isotop radiokatif berubah menjadi setengah dari atom
induknya melalui proses peluruhan menjadi atom yang stabil. Setiap isotop
radiokatif memiliki waktu tertentu dan bersifat unik. Hasil pengukuran di
laboratorium dengan ketelitian yang sangat tinggi menunjukkan bahwa sisa
hasil peluruhan dari sejumlah atom-atom induk dan atom-atom stabil yang
dihasilkan dapat dipakai untuk menentukan umur suatu batuan. Untuk
menentukan umur geologi, ada empat seri peluruhan yang biasa dipakai dalam
menentukan umur batuan, yaitu:

1) Carbon/Nitrogen (C/N)
2) Potassium/Argon (K/Ar)
3) Rubidium/Strontium (Rb/Sr)
4) Uranium/Timbal (U/Pb)

25
Penentuan umur dengan menggunakan isotop radioaktif adalah
pengukuran yang memiliki kesalahan yang relatif kecil, namun demikian
kesalahan yang kelihatannya kecil tersebut dalam umur geologi memiliki
tingkat kisaran kesalahan beberapa tahun hingga jutaan tahun. Contoh, ika
pengukuran mempunyai tingkat kesalahan 1%, penentuan umur untuk umur
100 juta tahun kemungkinan mempunyai tingkat kesalahan lebih kurang 1 juta
tahun. Teknik isotop dipakai untuk mengukur waktu pembentukan suatu
mineral tertentu yang terdapat dalam batuan.

Metode Penentuan Umur Bumi

Berbagai cara telah dilakukan oleh para ilmuwan maupun ahli geologi
untuk menentukan umur bumi. Adapun teori-teori tersebut adalah:

a. Teori Evolusi
Evolusionis berpendapat bahwa umur bumi adalah 4,5 miliar tahun.
Angka ini digunakan oleh berbagai media cetak dan elektronik, literatur
sains dan sumber-sumber yang lain. Banyak orang percaya pada pendapat
tersebut yang menyatakan bahwa bumi umurnya beberapa miliar tahun dan
menerimanya tanpa pembuktian yang nyata. Pendapat ini tetap bertahan
tanpa adanya langkah nyata untuk membuktikan kebenarannya, termasuk
angka-angka perkiraan yang diberikan oleh para evolusionis terhadap umur
fosil pada kenyataannya sangat meragukan.
Proses evolusi memerlukan waktu yang sangat lama untuk bisa
terjadi. Klaim bahwa semua makhluk ada karena perkembangan secara
bertahap dari satu sel makhluk hidup, tentu saja akan gagal dan tidak berarti
apa-apa jika umur bumi masih muda - hanya beberapa ribu tahun lalu.
Tetapi jika bisa dibuktikan bahwa umur bumi adalah beberapa miliar tahun,
maka waktu yang diperlukan untuk terjadinya proses evolusi bisa dipenuhi
menurut teori ini.

26
b. Metode Kadar Garam
Edmund Halley (1715) berpikir bahwa dengan menghitung waktu
yang dibutuhkan untuk “menggarami” laut sampai mempunyai salinitas
seperti saat ini. Pemikiran ini baru dilakukan oleh John Joly pada 1889. Ia
mengukur kadar garam di sungai dan di laut, kemudian menghitung waktu
yang diperlukan. Waktu yang dibutuhkan identik dengan umur bumi.
Metoda inipun masih lemah, karena tidak mencerminkan semua laut di
bumi, juga garam yang terlarut dalam air laut tidak hanya berasal dari
sungai, tetapi juga dari gunung mineral-mineral evaporit.
Menurut teori ini pengukuran umur bumi didasarkan pada kadar
garam di laut. Awalnya laut merupakan air tawar, dengan adanya sirkulasi
air, maka air yang mengalir dari darat ke laut membawa garam. Keadaan
seperti ini berlangsung terus-menerus sepanjang abad. Dengan
diketahuinya kenaikan kadar garam setiap tahun dan dibandingkan dengan
kadar garam saat ini, yaitu 320 maka dihasilkan perhitungan bahwa bumi
telah terbentuk kurang lebih 1000 juta tahun yang lalu.

c. Metode Sedimen
Untuk mengetahui umur bumi yang sebenarnya, orang mencoba
menghitung waktu yang dibutuhkan untuk mengendapkan satu lapisan
batuan sedimen.Dengan mengukur tebal lapisan dan kecepatan
pengendapan, maka dapat dihititung waktu yang diperlukan untuk
mengendapkan lapisan tersebut. Namun hasilnya masih belum memadai,
karena sedimen yang diukur telah mengalami berbagai proses geologi,
misalnya telah terjadi kompaksi.
Parameter yang dapat digunakan dalam kasus sedimentasi adalah
ketebalan. Ketebalan dapat dinyatakan dalam bentuk susunan kumulatif
perbedaan besar butir, perbedaan warna, atau lainnya. Perbedaan tersebut

27
mencerminkan perbedaan iklim selama pengendapan. Beberapa
pengukuran yang merupakan fungsi waktu dapat memberikan hasil tentang
laju sedimentasi yang jelas berkaitan dengan umur batuan. Beberapa
bentuk sedimen adalah endapan delta, kipas alluvial, endapan banjir, dan
sebagainya.
Cara kerja metode ini adalah dengan mengetahui jenis sedimen dan
ketebalannya, sehingga diperoleh laju pengendapan sedimen. Selanjutnya,
jika diketahui secara kumulatif umur lokasi tempat pengendapannya, umur
batuan dapat diketahui. Beberapa hubungan antara umur dan ketebalan
batuan sedimen adalah:

Gambar 8. Perbandingan Umur terhadap Ketebalan Sedimen

28
Grafik di atas menjelaskan bahwa semakin tebal lapisan batuan
sedimennya, maka semakin tua umur batuannya. Hal ini sesuai dengan
hukum superposisi. Sebagai contoh, era Paleozoikum memiliki ketebalan
lapisan batuan mencapai 400 kaki. Ketebalan lapisan semakin menurun
hingga kurang dari 50 kaki di era Kenozoikum.
d. Metode Radioaktif
Untuk menghitung umur batuan yang lebih muda tersedia tiga
metode kronologi, yaitu stratigrafi, paleontologi, dan radiometri.
Penemuan radioaktif oleh H. Becquerel (1896) memungkinkan
ditentukannya umur absolut. Pada tahun 1906, E. Rutherford
mengemukakan bahwa timah adalah produk dari uranium dan thorium
dalam mineral radioaktif, sehingga dapat digunakan untuk menilai umur
mineral. Kebanyakan umur ini tidak akurat, tapi mineral membantu
mengindikasikan bahwa umur bumi (yang diwakili oleh mineral) paling
kurang dari 1000 juta tahun.
Sejak awal 1900-an, teknik geokronologi terus-menerus
disempurnakan. Bebrapa induk isotop radioaktif mempunyai waktu paruh
sebanding dengan umur batuan Precambrian. Isotop yang digunakan
adalah Uranium-238, Uranium-232, Rubidium-87, dan Kalium-40. Ada
sedikit isotop yang memiliki waktu paruh panjang, tetapi sangat jarang
karena kegunaannya belum bisa dibuktikan. Isotop yang mempunyai waktu
paruh pendek adalah Thorium-230 (Lonium), Timbal-210, dan anggota
lain dari Uranium-238 yang meluruh secara berantai. Selain itu juga,
Karbon-14 yang diproduksi di lapisan teratas atmosfer oleh interaksi sinar
kosmis dan nitrogen di atmosfer. Secara alami, isotop lainnya menjadi
isotop radioaktif dalam waktu yang sangat pendek atau dengan waktu yang
lama menjadi bentuk asal yang akhirnya digunakan untuk menentukan
umur secara geologi.Dalam memperkirakan umur batuan harus dilakukan

29
dengan baik. Selain ditentukan oleh sifat kimia dan analisi isotop, umur
batuan juga ditentukan oleh kondisi geologi di sekitarnya.
Salah satu cara yang dilakukan dalam metode ini adalah mengetahui
struktur atomnya. Struktur atom dapat ditentukan atas dasar parameter
berikut:
1) Nomor atom Z menggambarkan jumlah proton di dalam inti dan
elektron.
2) Nomor massa A merupakan jumlah proton (Z) dan neutron (N).
Isotop adalah unsur yang memiliki nomor atom sama dan nomor massa
yang berbeda. Sifatnya dapat stabil dan tidak stabil (radioaktif). Isotop
yang tidak stabil dapat mengeluarkan radiasi partikel.
Jadi, untuk menentukan umur batuan yang mengandung unsure
radioaktif diperlukan waktu paruh unsur tersebut. Metode radioaktif ini
digunakan untuk menentukan umur batuan, fosil, dan sebagainya. Atas
dasar metode ini, umur batuan yang dijumpai di beberapa tempat, yaitu
Manitoba (kanada), Australia Barat, dan Rodesia adalah 2 sampai 3.5
miliar tahun. Jadi, buumi pasti memiliki umur yang ebih tua karena bumi
pasti terbentuk jauh seblum batuan tersebut ada.
Umur batuan dari meteorit yang dihitung dengan metode ini
memberikan angka sekitar 4,8 miliar tahun. Umur bumi dapat dihitung
dengan menghitung rata-rata jumlah Uranium-235 dan Timbal-207 (atau
Uranium-238 dan Timbal-206) pada semua jenis batuan yang tersingkap.
Kemudian, dihitung setiap batuan di bagian luar bumi, dan dari sini dapat
dihitung jumlah isotop. Jika komposisinya dianggap tetap sepanjang massa
geologi yang asalnya mengandung Timbal-207, umur bumi dapat dihitung
kira-kira 5 hingga 15 miliar tahun.

30
5. Kemagnetan Bumi

Kemagnetan Bumi merupakan medan magnet yang luar biasa besarnya,


suatu berita menakjubkan yang pertama kali dipublikasikan oleh William Gilbert
tahun 1600 dan karenanya jarum kompas selalu menunjuk ke arah utara dan selatan
Kutub Magnet Bumi

Menurut Gilbert bumi bersifat magnet karena inti bumi penuh dengan
loadstone, batuan yng banyak mengandung magnetit. Dia membuat globe yang
bagian intinya diisi dengan loadstone sehingga orang meyakini pendapatnya lebih
dari dua abad lamanya. Akan tetapi belakangan orang mulai menolak pendapat
Gilbert, yang anehnya justru bermula dari percobaan Gilbert sendiri dimana ia
memanasi globenya sampai merah membara, dan ternyata berakibat globenya
kehilangan sifat kemagnetan. Orang mulai sangsi karena tentunya inti bumi
temperaturnya tinggi.

Abad ke-19 para ahli fisika mengetahui bahwa loadstone bukanlah satu-
satunya sumber kemagnetan. Kemagnetan merupakan fenomena yang tak dapat
dipisahkan hubungannya dengan arus listrik. Masalahnya adalah bagaimana arus
kuat terdapat di dalam bumi yang menyebabkan bumi bersifat magnet. Pertanyaan
ini baru terjawab setelah ahli seismologi menemukan bahwa inti bagian luar bumi
berwujud cair sehingga diduga di inti bagian luar inilah terjadi arus listrik.
Medan magnet adalah daerah sekitar magnet yang masih terpengaruh magnet
tersebut. Garis-garis gaya medan magnet memusat ke kedua kutub magnet. Jarum
kompas dalam medan magnet mempunyai kedudukan sejajar dengan garis gaya
magnet di tempat itu. Gaya yang bekerja pada jarum kompas tergantung pada
intensitas medan magnet yang merupakan hasil bagi antara gaya yang dihasilkan
kutub magnet dengan kekuatan kutub magnet. Intensitas medan magnet diukur
dengan magnetometer, besarnya berkisar 25.000 gamma dekat ekuator dan 70.000
gamma di sekitar kutub. Kekuatan kutub magnet dikatakan 1 unit kekuatan kutub

31
bila satu kutub mendorong kutub lainnya 1 dyne sejauh 1cm. Bila mendorong 2 dyne
sejau 1cm berarti kekuatan kutubnya 2.

Sumbu magnet bumi membentuk sudut 11,50 dengan sumbu bumi. Tahun
1955 ditemukan posisi kutub magnet bumi di 780 34’ LU – 2900 40’ BT dan 780
34’LS – 1100 40’ BT. Dari posisi kedua kutub magnet bumi tersebut berarti sumbu
magnet bumi tidak melalui inti bumi. Di kutub magnet inklinasi seharusnya 900
(sudut antara bidang horizontal dengan jarum kompas, positip bila jarum kompas
penunjuk utara mengarah ke bawah dan negatip bila mengarah ke atas) namun
kenyataannya tidak mencapai 900 di kutub tadi. Hal ini terjadi karena di dalam bumi
masih ada 11 magnet lain yang mempengaruhinya. Kutub magnet lain yang disebut
dip pole, diketemukan tahun 1960 di 750 LU – 1010 BB dan 670 LS – 1430 BT.
Penelitian medan magnet bumi menunjukkan penyimpangan karena mineral
penyusun batuan ada yang bersifat magnet seperti Magnetit (Fe3O4), Hematit
(Fe2O3), Ilmenit (FeTiO3) dan Pyrrhotit (Fe2-xS). Atom-atom dalam mineral
tersebut tersusun geometris dimana orbit individual dan kisaran elektron diarahkan
lewat suatu zone kecil tertentu berdiameter beberapa mikron dan dikenal sebagai
magnetic domain, menyebabkan mineral tersebut bersifat magnetis. Kekuatan
kemagnetannya tergantung pada proporsi kisaran elektronnya yang searah atau
terbalik satu sama lain. Magnetit dan pyrrhotit memiliki kemagnetan kuat karena
elektron-elektronnya searah, sedang hematit dan ilmenit kekuatannya lemah karena
elektron sekitarnya cenderung arahnya terbalik. Pada temperatur diatas temperatur
Curie/temperatur kritis (550-6000C) gerak-gerak atom begitu besar sehingga
magnetic domeinnya tidak ada dan berakibat sifat kemagnetannya hilang. Ketika
temperatur turun di bawah temperatur kritis tersebut maka arahnya diatur lagi oleh
pengaruh medan magnet bumi. Dari arah yang ditunjukkan mineral-mineral
magnetik dalam batuan, orang mengetahui bahwa magnet bumi telah mengalami
pembalikan selama perjalanan sejarah bumi. Periode pembalikan kutub tersebut
tidak teratur, lamanya tidak sama misalnya perubahan ke posisi kutub sekarang

32
memerlukan waktu sekitar 690.000 tahun. Sebelumnya sekitar 200.000 tahun dan
sebelumnya lagi 60.000 tahun. Sejak 110 juta tahun terakhir para ahli mengetahui
sekitar 80 kali pembalikan kutub magnet bumi (Stokes, 1978). Akan tetapi belum
banyak penjelasan yang memuaskan mengenai penyebab dari pembalikan kutub
magnet tersebut. Penelitian Paleomagnetisme memberikan gambaran mengenai
posisi benua-benua di mana hasilnya menunjang pendapat bahwa benua-benua telah
mengalami pergeseran dari posisinya semula.

Kehadiran mineral-mineral ferromagnetik dalam batuan menyebabkan


penyimpangan magnetik/anomali medan magnet. Anomali magnetik dapat
memberikan gambaran apakah batuan kerak bumi banyak mengandung mineral
ferromagnetik atau tidak. Karena itu penelitian kemagnetan biasanya digunakan
dalam pencarian bahan galian.

Analisis anomali magnetik hampir sama saja dengan analisis anomali


gravitasi. Mula-mula dilakukan penelitian dengan magnetometer (biasanya dari
pesawat) untuk menghitung total intensitas medan magnet. Hasilnya kemudian
dikurangi dengan medan magnetik utama untuk memperoleh anomali magnetik.
Pengukuran dilakukan berkali-kali untuk mendapatkan hasil yang mantap. Dewasa
ini analisis dilakukan dengan komputer sehingga cepat memperoleh hasilnya.
Kemagnetan Bumi

Sebuah magnet yang bebas bergerak ternyata selalu menunjukkan arah utara
– selatan. Hal ini menunjukkan bahwa di permukaan bumi terdapat medan magnet
dan gaya yang mempengaruhi kutub-kutub magnet tersebut.

Kutub utara magnet selalu menghadap ke arah utara. Hal ini dapat dijelaskan
dengan beranggapan bahwa :

Di kutub utara bumi terdapat suatu kutub selatan magnet

Di kutub selatan bumi terdapat suatu kutub utara magnet

33
Bumi sebagai sebuah magnet besar dengan kutub selatan terletak di dekat
kutub utara dan

kutub utara terletak di dekat kutub selatan bumi.

a) Teori Pembentukan Medan Magnet Bumi


Bumi mempunyai sistem pertahanan yang dapat melindungi bumi dari
radiasi sinar matahari misalnya sinar ultraviolet. Lapisan tersebut dinamakan
atmosfer bumi. Selain lapisan atmosfer yang tersusun atas gas-gas, bumi juga
memiliki sistem pertahanan terhadap aktivitas antariksa yaitu medan magnet
bumi. Fungsi dari medan magnet bumi sebagai pelindung pancaran radiasi
kosmis yang berasal dari luar angkasa. Medan magnetik bumi dapat
memantulkan sebagian besar angin matahari, yaitu arus partikel bermuatan dari
matahari yang mampu mengionisasi lapisan atmosfer bumi.

Gambar 2.1. Medan Magnet Bumi


Ada beberapa teori yang menjelaskan asal dari medan magnet bumi,
antara lain :
1) Teori Geomagnet
Seorang fisikawan Inggris bernama Sir William Gilbert
menganalogikan bumi sebagai dipole magnetik raksasa dalam bukunya yang

34
berjudul “de magnete”. Pernyataan ini menjadi cikal bakal dipelajarinya suatu
teori bernama geomagnet atau kemagnetan bumi. Selanjutnya Gilbert
mengatakan bahwa bumi adalah sebuah magnet raksasa dengan sebuah kutub
magnet utara dan sebuah kutub magnet selatan.
Penjelasan kemagnetan bumi (geomagnetism) terjadi karena adanya
arus listrik di dalam inti bumi yang berbentuk cair dan mudah bergerak.
Pergerakan bumi menimbulkan pergerakan relatif dari ion-ion di dalam materi.
Ion-ion yang bergerak itu menimbulkan arus listrik dalam inti bumi dan arus
yang berputar menimbulkan medan magnet disekitarnya.
Bumi terbagi atas lapisan inti-dalam yang padat dan diatasnya adalah
lapisan inti-luar yang cair. Dari segi kandungan kimia, kandungan bagian inti
bumi adalah paduan besi-nikel. Struktur bumi dapat dijelaskan dari faktor suhu
dan tekanan. Pada inti bumi, panas yang ditimbulkan oleh peluruhan radioaktif
akan melelehkan batuan. Tekanan tinggi, sebaliknya akan cenderung
memadatkan batuan. Dengan demikian, walaupun pada inti-dalam suhunya
paling tinggi, mencapai 3.000 derajat Celcius, tekanan dari lapisan batuan
diatasnya lebih kuat pengaruhnya sehingga inti-dalam berwujud padat. Di
lapisan inti-luar, tekanan lapisan batuan diatasnya tidak cukup tinggi untuk
mengimbangi kekuatan faktor suhu sehingga dihasilkan wujud cair.
Menurut Gillbert, sifat magnet bumi ditimbulkan karena adanya
arus listrik di lapisan inti luar. Seperti pernyataan di atas, lapisan inti-luar
berwujud cair. Suhu permukaan cairan inti-luar yang bersentuhan dengan inti-
dalam jauh lebih tinggi daripada lapisan cairan inti-luar yang bersentuhan
dengan mantel. Akibatya, seperti memanaskan air, akan terjadi arus konveksi
cairan pada inti-luar dan arus konveksi ini menimbulkan arus listrik. Arus listrik
inilah yang menimbulkan sifat magnet bumi (Irwan Suhanda, 2013).
2) Teori Dinamo
Teori dinamo adalah teori pertama kali diajukan oleh Joseph Larmor
pada tahun 1919. Teori Dinamo menjelaskan bahwa di dalam perut bumi

35
terdapat besi dalam wujud cair yang bertindak sebagai objek yang sangat
konduktif, disebut sebagai dinamo (dynamo). Cairan panas ini mengalir di
dalam bumi karena perputaran bumi sejak terbentuknya tata surya.
Terdapat tiga syarat agar teori dinamo dapar beroperasi, yaitu :
Medium cair yang konduktif secara elektrik,
Energi kinetik yang dihasilkan oleh rotasi planet,
Sumber energi internal untuk mengarahkan gerakan konvektif dalam
cairan.
Pada kasus ini medan magnet diyakini dihasilkan dari peristiwa
konveksi besi cair, di dalam cairan inti bagian luar, sejalan dengan efek coriolis
(Coriolis effect) yang disebabkan oleh rotasi planet yang mengarahkan arus
bergulung sejajar dengan kutub utara-selatan. Saat cairan konduktif mengalir,
arus listrik akan terinduksikan, yang kemudian kembali menghasilkan medan
magnet yang lain. Saat medan magnet ini menguatkan medan magnet yang
sebelumnya, dinamo terbentuk dan menjadi stabil.
3) Analogi dengan Teori Efek Termolistik
Peristiwa terjadinya medan magnet bumi yang terjadi dari inti bumi
yang panas dijelaskan dengan teori Efek termolistrik. Gejala termolistrik tidak
lain ialah suatu gejala pemanasan dan pendinginan akibat dari pengaliran arus
listrik di dalam bahan lewat suatu beda potensial yang bukan berasal dari
sumber daya luar, melainkan berasal dari bahan itu sendiri akibat tidak
meratanya kerapatan muatan di dalam bahan, sedang sumber daya luar yang
dikenakan adalah untuk memaksakan pengaliran arus listrik dalam bahan.
Suatu contoh misalnya jika satu ujung kawat dipanaskan sedang satu
ujung lainnya didinginkan, maka terjadi gradien suhu sepanjang kawat tersebut
dan terdapat gradien kerapatan elektron bebas didalamnya. Gradien kerapatan
elektron ini menyebabkan gradien kerapatan muatan dan mengakibatkan
terjadinya gradien potensial sepanjang kawat (Peter Soedojo, 1985).

36
Analogi dengan teori tersebut inti bumi terdiri dari lapisan inti dalam
yang berbentuk padatan dan lapisan inti luar yang berupa cairan
mempunyai lectronre yang berbeda. Pada bumi terdapat aliran fluida berasal
dari cairan material bumi dan terdapat material berupa padatan yang berbeda
konduktivitasnya. Menurut prinsip termolistrik, jika terdapat dua lempeng
berbeda konduktivitasnya saling didekatkan dan antar kedua bagian bertemu
dengan lectronre yang berbeda mengakibatkan muncul arus lectron. Maka
terjadilah tenaga kelistrikan yang berasal dari gerakan zarah bermuatan listrik
yakni lectron-elektron melalui suatu beda potensial sehingga di sekelilingnya
akan terbentuk medan magnet.
b) Faktor Penyebab Kemagnetan Bumi
1) Gejala dalam Bumi
Menurut teori magnetohidrodinamis penyebab utama kemagnetan bumi
sekitar 99% adalah gejala yang terjadi di dalam bumi disebabkan oleh arus
listrik yang terbentuk karena adanya proses rotasi bumi dan arus konveksi,
sehingga menginduksi material-material bersifat magnetik di dekatnya dan
mempengaruhi perubahan variasi medan magnet. Sifat kemagnetan bumi ini
terpolarisasi menjadi dua kutub, utara dan selatan, sehingga seolah-olah di
dalam bumi terdapat magnet batang yang sangat besar dengan dua kutub yang
letaknya terpisah jauh. Medan magnet utama bumi tidak konstan tetapi
mengalami perubahan terhadap waktu, sesuai keadaan di dalam bumi. Hal
tersebut ditunjukkan dalam studi paleomagnetik bahwa banyak batuan di kerak
bumi dengan posisi sebelah meyebelah yang memiliki arah kutub kemagnetan
yang berkebalikan. Perubahan kemagnetan bumi akibat aktivitas bumi sendiri
ini sangat lamban dan biasa disebut variasi sekuler. Besarnya variasi ini untuk
setiap tempat tidak sama, tetapi dalam skala regional masih sama. Beberapa
ahli menduga perubahan ini diakibatkan aktivitas arus konveksi yang berada di
dalam inti bumi yang menimbulkan arus listrik sehingga medan magnet yang
ditimbulkan mempengaruhi medan magnet di sekitarnya. W.M. Elsasser

37
menyimpulkan material inti bumi yang dominan adalah besi yang merupakan
konduktor yang baik. Gerakan inti bumi cair inilah yang memungkinkan arus
listrik kemudian menimbulkan medan magnet bumi utama.
Kedua kutub magnet bumi dikenal sebagai “Geomagnetic Poles” yang
merupakan kutub teoritis dimana sumbu magnet membuat sudut kurang lebih
11.50dengan sumbu rotasi bumi yaitu pada :
 Kutub negatif magnet terletak di Pulau Canadian Arktik dengan posisi
lintang 75.50 LS dan bujur : 100.40 BB
 Kutub positif magnet terletak di Pantai Selatan Antartika dan
Tasmania.
2) Gejala dari Luar
Sekitar 1 % dari kemagnetan bumi disebabkan oleh pengaruh dari luar
bumi. Medan magnet ini disebabkan oleh arus listrik di lapisan ionosfer yang
menginduksi medan magnet di permukaan bumi akibat adanya arus listrik
yang berasal dari proses ionisasi gas oleh artikel elektromagnetik, terutama
sinar ultraviolet yang berasal dari matahari. Medan luar menyebabkan
perubahan yang sifatnya periodik. Berdasar periodenya, gejala dari luar dapat
dibedakan menjadi :
 Variasi harian matahari
Matahari memancarkan arus tetap yang terdiri dari atom hydrogen
terionisasi (proton) dan elektron yang menjalar melalui tata surya dengan
kecepatan supersonik. Angin matahari yang muncul seperti ini berinteraksi
secara kuat dengan medan magnet bumi yang menyebabkan terjadinya badai
magnetik sehingga nilai medan magnet bumi mengalam perubahan.
 Variasi harian bulan
Variasi harian bulan disebabkan adanya interaksi bulan dengan lapisan
ionosfera dan mempunyai periode 24 jam dengan amplitudo 2 nT. Melalui
pengamatan magnet bumi, variasi harian bulan dan matahari menimbulkan

38
pengaruh yang bersifat periodik selama satu hari. Variasi ini dikenal dengan
variasi harian (diurnal variation). Perubahan variasi harian ini dicatat oleh
stasiun pengamatan magnet bumi menggunakan variometer.
 Badai magnetic
Badai magnetik adalah gangguan medan magnet bumi secara tiba-tiba
disebabkan oleh induksi partikel bermuatan listrik yang sampai pada
permukaan bumi. Badai magnetik ini cenderung berulang setiap 27 hari dan
kejadiannya dipicu oleh aktivitas sunspot di matahari yang mengarah ke bumi
sehingga menginduksi magnetosfera dan mengacaukan medan magnet bumi,
akibatnya variasi magnet bumi menjadi terganggu. Ketika terjadi badai
magnetik, segala aktivitas yang berkaitan dengan magnet dan memanfaatkan
lapisan ionosfer akan mengalami gangguan.

6. Sifat Panas Bumi


Panas bumi (Geothermal) adalah sumber daya alam berupa air panas atau
uap yang terbentuk di dalam reservoir bumi melalui pemanasan air bawah
permukaan oleh batuan panas. Sistem panas bumi merupakan salah satu sistem
yang terjadi dalam proses geologi yang berjalan dalam orde ratusan bahkan jutaan
tahun yang dewasa ini membawa manfaat bagi manusia baik dimanfaatkan dengan
menjadikan manifestasi untuk pariwisata maupun pemanfaatannya untuk
pertanian dan peternakan (Winarsih, 2014).

SIFAT-SIFAT ENERGI PANAS BUMI

Energi yang berasal dari aktivitas gunung berapi dan magma ini memang
memiliki sumber panas yang sangat luar biasa. Di hasilkan dari aktivitas gunung
berapi dan kegiatan tektonik di dalamnya membuat sumber energi panas bumi
memiliki kekuatan yang jauh lebih besar dan berjumlah milyaran dibandingkan
dengan jumlah energi air dan uap yang sudah banyak dimanfaatkan saat ini.

39
1. Panas yang berasal dari pluton granit ini tidak dapat diperkirakan persis
letaknya, tidak terlalu dalam.
2. Suhu panas terbentuk batuan magmatik, kemudian keluar menembus
permukaan bumi.
3. Pembentukan uap panas erat hubungannya dengan kegiatan gunung berapi.
4. Sumber energi panas bumi terdiri dari : panas bumi sistim uap kering (dry
steam), panas bumi sistim uap basah (wet steam), panas bumi sistim batuan
kering panas (hot dry rock), panas bumi sistim air panas (hot water).

B. Satelit (Bulan)
1. Pengertian Satelit (Bulan)

Bulan merupakan benda angkasa berbentuk bulat yang beredar mengelilingi


bumi dalam suatu lintasan yang disebut garis edar atau orbit tertentu. Oleh karena
bulan selalu bergerak mengelilingi bumi kemanapun bumi bergerak maka bulan
merupakan satelit bumi (satelit artinya pengikut).

2. Karakteristik Bulan

Bulan hanya satelit alami Bumi, sebuah badan yang bergerak di sekitar
tubuh yang lebih besar dalam ruang. Bulan mengorbit Bumi untuk alasan yang sama
seperti Bumi mengorbit Matahari (karena adanya gravitasi). Bulan memiliki
diameter 3.476 km, sekitar seperempat ukuran Bumi.
Satelit ini juga tidak sepadat bumi; gravitasi di Bulan hanya seperenam dari
kekuatan gravitasi Bumi. Astronot bisa melompat enam kali lebih tinggi di Bulan
ketimbang di Bumi!

40
Bulan membuat satu orbit lengkap sekitar Bumi setiap 27,3 hari. Bulan juga
berputar pada porosnya sekali setiap 27,3 hari. Apakah Anda tahu apa artinya ini?
Sisi yang sama dari Bulan selalu menghadap Bumi, sehingga sisi Bulan adalah apa
yang selalu kita lihat di langit malam (Gambar di bawah). Bulan tidak membuat
cahaya sendiri, tetapi hanya memantulkan cahaya dari Matahari.

(a) sisi dekat Bulan menghadapi Bumi terus menerus. Memiliki kerak
tipis dengan lebih banyak maria (daerah datar dari batuan basaltik).

41
(b) Sisi jauh Bulan hanya terlihat oleh pesawat ruang angkasa. Ini
memiliki kerak tebal dan jauh lebih sedikit maria (daerah datar dari
batuan basaltik).
a. Permukaan Luar
Bulan tidak memiliki atmosfer. Karena suhu moderat atmosfer, rata-rata suhu
permukaan Bulan pada siang hari adalah sekitar 225 ° F, namun turun menjadi -
243 ° F pada malam hari. Suhu terdingin, sekitar -397 ° F, terjadi pada kawah di
kutub selatan lembah berbayang permanen. Ini adalah salah satu suhu terdingin
yang tercatat di seluruh tata surya.

Sebuah kawah di permukaan Bulan.


Lanskap bumi sangat bervariasi, dengan pegunungan, lembah, dataran
dan bukit-bukit. Lanskap ini selalu berubah saat lempeng tektonik membangun
fitur baru dan pelapukan dan erosimenghancurkan mereka. Pemandangan
Bulan sangat berbeda. Dengan tidak ada lempeng tektonik yang selalu

42
membangun lanskap. Dengan tidak ada atmosfer, fitur yang biasa
menghancurkan bentang alam. Namun, Bulan memiliki permukaan yang unik.
Fitur permukaan bulan termasuk kawah berbentuk mangkuk yang disebabkan
oleh dampak meteorit (Gambar di bawah). Jika bumi tidak memiliki lempeng
tektonik atau erosi, permukaannya juga akan ditutupi dengan kawah meteorit.
Bahkan dari Bumi, Bulan memiliki daerah gelap terlihat dan area terang.
Daerah gelap disebut maria, yang berarti “laut” karena itulah yang dahulu
dipikirkan tentang mereka. Bahkan, maria bukan air tapi padat, daerah datar
dari lava basaltik. Dari sekitar 3,0-3500000000 tahun lalu Bulan terus-menerus
dibombardir oleh meteorit. Beberapa meteorit ini adalah begitu besar sehingga
mereka menerobos membentuk permukaan Bulan baru. Kemudian, magma
mengalir keluar dan mengisi kawah. Para ilmuwan memperkirakan aktivitas
gunung berapi meteorit yang disebabkan di Bulan berhenti sekitar 1,2 miliar
tahun yang lalu, tetapi sebagian besar terjadi jauh sebelum itu.
Bagian-bagian yang lebih terang dari Bulan disebut terrae atau dataran
tinggi (Gambar di bawah). Terrae yang lebih tinggi dari maria dan termasuk
beberapa pegunungan tinggi. Terrae adalah mineral silikat yang diendapkan
dari magma laut kuno dan membentuk awal kerak bulan.
Tidak ada danau, sungai, atau bahkan genangan air kecil di mana saja
dapat ditemukan di permukaan Bulan, namun air dalam bentuk es telah
ditemukan di kawah yang sangat dingin dan terikat di tanah bulan. Meskipun
kemungkinan adanya air, kurangnya atmosfer dan suhu ekstrim membuat tidak
mengejutkan bahwa Bulan sama sekali tidak ada bukti kehidupan.
Hidup dari Bumi telah mengunjungi Bulan dan ada jejak kaki astronot
di permukaan bulan. Dengan tidak ada angin, hujan, atau makhluk hidup untuk
mengganggu mereka, jejak kaki ini akan tetap selama Bulan ada. Hanya
dampak dari meteorit bisa menghancurkan mereka.

b. Bagian Dalam Bulan

43
Seperti Bumi, Bulan memiliki kerak yang berbeda, mantel, dan inti. Apa
yang diketahui tentang interior Bulan ditentukan dari analisis sampel batuan
yang dikumpulkan oleh astronot dan pesawat ruang angkasa tak berawak yang
dikirim ke Bulan (Gambar di bawah).

Struktur internal Bulan menunjukkan inti kecil logam (kuning), mantel


primitif (oranye), mantel tipis (biru), dan kerak (abu-abu).
Inti kecil Bulan, dengan diameter 600-800 kilometer, sebagian besar zat
besi dengan beberapa sulfur dan nikel.
Mantel ini terdiri dari mineral olivin dan orthopyroxene. Analisis Bulan
batuan menunjukkan bahwa ada juga mungkin tingkat tinggi zat besi dan
titanium di dalam mantel bulan.

44
Kerak terdiri dari batuan beku yang kaya dalam unsur-unsur oksigen,
silikon, magnesium, dan aluminium. Kerak adalah sekitar 60 km tebal di sisi
dekat Bulan dan sekitar 100 km tebal di sisi jauh.

3. Pergerakan Fasa Bulan

Bulan merupakan satelit alami terbesar di dalam tata surya. Adapula yang
menyebut bulan sebagai satelit bumi. Bulan tersebut mengalami revolusi sehingga
menyebabkan perubahan fase atau bentuk. Revolusi bulan ialah proses bulan
mengelilingi bumi pada jalur elips. Satu kali proses mengelilingi bumi dinamakan
satu bulan atau 29,5 hari. Pergerakan bulan mengelilingi bumi dapat dibagi menjadi
beberapa jenis, hingga pada akhirnya membentuk jenis jenis fase bulan.

Pada dasarnya bulan terus melakukan kegiatan mengelilingi bumi. Hal ini
menyebaban perubahan bentuk bulan. Maka dari itu bulan yang menghadap bumi
akan berubah bentuknya. Bagian bulan yang mengalami perubahan bentuk ialah
bagian yang terkena sinar matahari. Perubahan bentuk yang terjadi pada bulan
dinamakan fase bulan. Pada kesempatan kali ini saya akan membahas mengenai
jenis jenis fase bulan beserta pergerakan bulan. Untuk lebih jelasnya dapat anda
simak di bawah ini.

Perubahan bentuk atau penampakan bulan tersebut diakibatkan oleh posisi


matahari, bumi dan bulan. Permukaan bulan pada bagian separuh selalu terkena
sinar matahari. Kita dapat mengamati fase bulan dari permukaan bumi. Anda dapat
memperhatikan jenis jenis fase bulan dan pergerakan bulan pada gambar di bawah
ini:

45
1) Jenis Jenis Fase Bulan
1. Fase Bulan Baru (New Moon)
Pada fase ini sisi Bulan yang menghadap Bumi tidak menerima cahaya dari
matahari, sehingga Bulan tidak dapat terlihat dari bumi. Fase ini terjadi di
hari pertama, ketika Bulan berada di posisi 0 derajat.
2. Fase Sabit Muda (Waxing Crescent)
Pada fase ini, kurang dari setengah bagian dari Bulan yang menyala. Selama
fase ini berlangsung bagian bulan yang terlihat dari bumi semakin lama akan
semakin besar. Fase ini terjadi pada hari keempat ketika Bulan berada di
posisi 45 derajat. Jika dilihat dari Bumi, maka terlihat penampakan bulan
yang melengkung seperti sabit.
3. Fase Kuartal III (Third Quarter)
Pada fase ini bulan tampak seperti setengah lingkaran. Fase ini terjadi di hari
ke delapan ketika Bulan berada di posisi 90 derajat.
4. Fase 4 (Waxing Gibous)
Fase ini dimulai dengan setengah bagian yang tampak akan lebih besar. Jika
diperhatikan dari bumi akan terlihat seperti cakram yang biasa disebut

46
dengan bulan cembung. Fase ini terjadi pada hari kesebelas, ketika bulan
berada pada posisi 135 derajat.
5. Fase bulan purnama (Full Moon)
Pada fase ini, Bulan berada pada sisi berlawanan dengan Bumi, sehingga
cahaya Matahari sepenuhnya terkirim ke Bulan. Fase ini terjadi di hari ke
empat belas, ketika Bulan berada pada posisi 180 derajat. Fase ini bulan
terlihat seperti lingkaran penuh atau sering dikenal dengan istilah bulan
purnama.
6. Fase 6 (Wanning Gibous)
Pada fase ini bagian bulan yang dari bumi akan semakin kecil secara
bertahap. Fase ini terjadi di hari ketujuh belas, ketika Bulan berada pada
posisi 225 derajat. Penampakannya kembali seperti cakram.
7. Fase Kuartal I (First Quarter)
Pada fase ini kembali terihat setengah bagian dari Bulan terlihat. Fase ini
terjadi di hari kedua puluh satu, ketika bulan berada tepat pada posisi 270
derajat. Penampakannya sama seperti Bulan pada fase Kuartil III.
8. Fase Sabit Tua (Waning Crescent)
Pada fase ini Sebagian kecil dari bulan terlihat. Fase ini terjadi di hari kedua
puluh lima, ketika Bulan berada pada posisi 315 derajat. Penampakan pada
fase bulan terlihat sama seperti pada posisi 45 derajat. Bulan tampak seperti
sabit.

2) Pergerakan Bulan
Selanjutnya saya akan membahas mengenai pergerakan bulan. Bulan
selalu berputar pada porosnya dan membentuk pergerakan sistematik. Pergerakan
tersebut berpengaruh terhadap kondisi bumi dan matahari. Selain itu rotasi bulan
juga berpengaruh terhadap kecepatan dan bentuk bulan ketika mengelilingi bumi,
Bulan selalu bergerak sepanjang waktu karena pergerakannya terkoordinasi,
akurat dan jelas.

47
Dibawah ini terdapat beberapa pergerakan bulan yang tidak
mengakibatkan perubahan setiap waktu:
a) Gerakan Bulan Mengelilingi Bumi Secara Teratur
Pergerakan bulan yang pertama ialah gerakan bulan mengelilingi bumi secara
teratur. Gerakan bulan yang mengelilingi bumi secara teratur membuat
kuaryel bulan terlihat berubah dan berbeda beda. Pergerakan bulan, posisi
bulan dan bentuk bulan dipengarui oleh matahari dan bumi yang saling
berkaitan sepanjang waktu. Bahkan ketiganya tidak akan merugikan satu sama
lain dan tidak pernah berhenti untuk berhubungan. Selain itu matahari, bumi
dan bulan memiliki poros dan tugas masing masing.
b) Rotasi Bulan
Pergerakan bulan selanjutnya ialah terjadinya rotasi bulan. Pergerakan rotasi
bulan membutuhkan waktu yang sama dengan revolusi bumi yang mengelilingi
bulan selama ratusan tahun. Maka dari itu kita dapat melihat penampakan bulan
karena bulan menghadap bumi.
c) Gerakan Bulan Mengelilingi Matahari Secara Teratur
Pergerakan bulan yang terakhir ialah gerakan bulan mengelilingi matahari
secara teratur. Bulan memerlukan waktu 12 kali untuk mengelilingi bumi
namun membutuhkan waktu satu kali untuk mengelilingi matahari. Pergerakan
bulan inilah yang dijadikan sebagai pedoman kalender masehi. Dengan begitu
dalam satu tahun terdapat 12 bulan.

48
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Bumi adalah planet ketiga dari delapan planet dalam Tata Surya. Diperkirakan
usianya mencapai 4,6 milyar tahun. Jarak antara Bumi dengan matahari adalah 149.6
juta kilometer atau 1 AU (ing: astronomical unit). Bumi mempunyai lapisan udara
(atmosfer) dan medan magnet yang disebut (magnetosfer) yang melindung permukaan
Bumi dari angin matahari, sinar ultraungu, dan radiasi dari luar angkasa. Lapisan udara
ini menyelimuti bumi hingga ketinggian sekitar 700 kilometer. Lapisan udara ini
dibagi menjadi Troposfer, Stratosfer, Mesosfer, Termosfer, dan Eksosfer.

Bulan merupakan satelit alami terbesar di dalam tata surya. Adapula yang
menyebut bulan sebagai satelit bumi. Bulan tersebut mengalami revolusi sehingga
menyebabkan perubahan fase atau bentuk. Revolusi bulan ialah proses bulan
mengelilingi bumi pada jalur elips. Satu kali proses mengelilingi bumi dinamakan satu
bulan atau 29,5 hari. Pergerakan bulan mengelilingi bumi dapat dibagi menjadi
beberapa jenis, hingga pada akhirnya membentuk jenis jenis fase bulan.

B. Saran

Makalah saya ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat saya harapkan dari para pembaca sekalian demi tercapainya
kesempurnaan dari makalah saya ini.

49
DAFTAR PUSTAKA

Daryono dan Agus Sutedjo. 1992. Geologi Umum. Surabaya. IKIP PRESS

http://id.wikipedia.org/ tanggal akses 17 Desember 2010

http://radioaktif12fm.wordpress.com/ tanggal akses 17 Desember 2010

https://hisham.id/2015/06/ciri-ciri-bulan-sebagai-satelit-bumi.html

50

Anda mungkin juga menyukai