Kasus DM
Kasus DM
DAFTAR PUSTAKA
1. Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
2. Anggraeni, Adisty Cynthia. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogjakarta :
Graha Ilmu.
3. Gutawa, Miranti, dkk. 2011. Pengembangan Konsep Nutrition Care Process (NCP)
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta ; Persagi-ASDI, Abadi Publishing &
Printing.
4. Hartono, Andry. 2009. Asuhan Nutrisi Rumah Sakit, Diagnosis Konseling dan
Preskripsi. Jakarta : EGC Kedokteran.
5. Perkeni, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2006. Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.Jakarta.
6. SK Kemenkes No:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit,
Kasus NCP Diabetes Mellitus
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi saat ini umumnya masih banyak gaya hidup masyarakat yang masih
belum memahami tentang pentingnya kesehatan. Mereka pada umumnya mengkonsumsi segala
jenis makanan, seperti makanan yang mengandung tinggi lemak dan kolesterol tanpa diimbangi
dengan olahraga atau aktifitas fisik untuk membakar lemak dan gaya hidup yang salah,
seperti kebiasaan merokok dan minum-minum keras ataupun mengkonsumsi narkoba yang
kesemuanya itu dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan. Diantara masalah
kesehatan tersebut akan mengakibatkan timbulnya reumatik, Diabetes Mellitus, Jantung, Ginjal
dan sebagainya. Dari berbagai penyakit diatas diantaranya adalah Diabetes Mellitus. Diabetes
Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa
dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer C, Suzanne, 2001).
WHO merekomendasikan bahwa strategi yang efektif perlu dilakukan secara terintegrasi,
berbasis masyarakat melalui kerjasama lintas program dan lintas sektor termasuk swasta. Dengan
demikian pengembangan kemitraan dengan berbagai unsur di masyarakat dan lintas sektor yang
terkait dengan Diabetes Mellitus di setiap wilayah merupakan kegiatan yang penting dilakukan.
Oleh karena itu, pemahaman faktor resiko Diabetes Mellitus sangat penting diketahui,
dimengerti dan dapat dikendalikan oleh para pemegang program, pendidik, edukator maupun
kader kesehatan di masyarakat sekitarnya. (Depkes.go.id, 2012).
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus di
Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care, 2004). Sedangkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat Diabetes
Mellitus pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu
14,7%. Dan daerah pedesaan, Diabetes Mellitus menduduki ranking ke-6 yaitu
5,8%.(Depkes.go.id,2012).
Penderita Diabetes Mellitus mempunyai kecenderungan untuk terjadinya stres
oksidatif. Peningkatan stres oksidatif ini berkaitan dengan adanya hiperglikemia. Hiperglikemia
akan menyebabkan terjadinya auto oksidasi glukosa sehingga terbentuk radikal bebas, glikosilasi
auto-oksidatif, dan meningkatnya jalur poliol yang akan menurunkan antioksidan pada Diabetes
mellitus, hiperglikemia biasanya disebabkan oleh tingkat insulin rendah (Diabetes mellitus tipe
1) dan atau dengan resistensi terhadap insulin pada tingkat sel (Diabetes mellitus tipe 2),
tergantung pada jenis dan keadaan penyakit (Foster, 2000).
Gangren merupakan akibat dari kematian sel dalam jumlah besar. Gangren dapat
diklasifikasikan sebagai gangren kering atau basah. Gangren kering meluas secara lambat dengan
hanya sedikit gejala. Gangren kering sering dijumpai di ekstremitas, umumnya terjadi akibat
hipoksia lama. Gangren basah adalah suatu daerah dimana terdapat jaringan mati yang cepat
perluasannya, sering ditemukan di organ-organ dalam, dan berkaitan dengan invasi bakteri ke
dalam jaringan yang mati tersebut. Gangren ini, menimbulkan bau yang kuat dan biasanya
disertai manifestasi sistemik. Gangren basah dapat timbul dari gangren kering. Gangren gas
adalah jenis gangren khusus yang terjadi sebagai respon terhadap infeksi jaringan oleh suatu
jenis bakteri aerob yang disebut clostridium. Gangren jenis ini paling sering terjadi setelah
trauma. Gangren gas cepat meluas ke jaringan di sekitarnya sebagai akibat dikeluarkannya
toksin-toksin oleh bakteri yang membunuh sel-sel di sekitarnya. Sel-sel otot sangant rentan
terhadap toksin ini, dan apabila terkena akan mengeluarkan gas hidrogen sulfida yang khas.
Gangren jenis ini dapat mematikan. (Braunwald, 2005).
Gambaran umum tentang pasien, pasien adalah seorang pegawai negeri yang
berprofesi sebagai guru olah raga. Sebelum masuk rumah sakit pasien mempunyai kebiasaan
makan yaitu 3-4 kali sehari, dahulu pasien sering mengkonsumsi makanan dan minuman yang
manis-manis, seperti kue manis, buah-buahan yang manis, teh dan kopi yang manis. Pasien tidak
menyadari bahwa dengan adanya kebiasaan makan yang salah tanpa dibarengi dengan aktifitas
fisik yang baik dapat memicu terjadinya berbagai penyakit seperti Diabetes Mellitus. Pada saat
setelah mengkonsumsi lauk hewani seperti ikan kakap, pasien merasakan alergi di bagian kaki
kiri. Setelah beberapa bulan, luka pada kaki tidak dihiraukan akhirnya luka yang ada pada kaki
semakin membesar. Pada saat pemeriksaan di Rumah Sakit, pasien di diagnosa oleh dokter
menderita Penyakit Diabetes Mellitus + Ganggren dengan kadar glukosa darah yang tinggi.
b. Data Subjektif
1. Riwayat Nutrisi Sekarang
Nafsu makan pasien masih kurang.
Pasien mendapatkan diet DM B1 2100 Kalori + Diet Rendah Garam
Hasil Recall tanggal 29 Mei 2012, sebagai berikut :
Energi : 1179,6 Kalori
Protein : 49,6 g
Lemak : 37,7 g
KH : 157,0 g
6. Sosial Ekonomi
Pekerjaan :-
Agama : Islam
Jumlah Keluarga : 3 Orang
Alamat :-
c. Data Objektif
1. Hasil Pemeriksaan Antropometri
Hasil pemeriksaan antropometri dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan sebagai
berikut :
TB =156 Cm
BB = 60 Kg
BBI = (TB – 100 ) – 10%
= (156- 100) – 10%
= 56-5,6
= 50,4 kg
IMT = BB/TB 2= 60 = 24,65 (Status Gizi Normal)
2,4336
Kebutuhan Energi
Diabetes Mellitus terjadi karena adanya peningkatan kadar gula dalam darahdisebabkan karena
tubuh tidak dapat memproduksi atau menggunakan insulin secara normal.
Ganggren terjadi karena adanya hiperglikemia pada penyandang Diabetes Mellitus yang
menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati
sensorik maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan
otot yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan
selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus.
e. Fisik/Klinis
1. Fisik
Berdasarkan data fisik yang ada pasien masih dalam keadaan lemah dan pusing disebabkan
karena stres yang dialami oleh pasien karena nyeri luka pada bagian kaki kiri. Stres
menyebabkan peningkatan metabolisme glukosa yang membuat kadar glukosa dalam darah
meningkat.
2. Klinis
Meningkatnya tekanan darah dimungkinkan karena pola makan pasien yang salah karena pasien
suka mengkonsumsi makanan yang digoreng, bersantan dan berlemak. Sehingga memicu
terjadinya tekanan darah tinggi yang biasa disebut hipertensi. Pada hipertensi esensial
mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain yang berpengaruh. Hal ini antara lain
dihubungkan dengan adanya gaya hidup yang berhubungan dengan risiko penyakit hipertensi
seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olah raga, merokok, alkohol, dan makan
makanan yang tinggi kadar lemaknya.
f. Biokimia
Glukosa acak
Pada diabetes, pankreas yang memproduksi insulin tidak mampu atau kurang mampu
memproduksinya. Akibatnya, kadar insulin kurang bahkan bisa tidak ada sama sekali. Dengan
demikian, glukosa tidak dapat ditransfer ke jaringan dalam tubuh untuk diubah menjadi energi.
Gula darah tetap berada dalam darah, makin lama makin banyak. Terjadilah peningkatan kadar
gula darah dalam darah.
2.3 INTERVENSI
1. Terapi diet
a. Tujuan Diet :
Pemberian terapi diet bertujuan untuk :
a. Memberikan cukup energi untuk mempertahankan berat badan agar tetap normal.
b. Mempertahankan kadar glukosa darah agar berada pada nilai normal yaitu 60-110 mg/dl dengan
cara menyeimbangkan asupan makanan.
c. Membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan
darah pada pasien.
d. Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
2. Terapi Edukasi
a. Topik
Diet DM B1 2100 Kalori + Diet Rendah Garam
b. Tempat
-
c. Waktu
Penyuluhan dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 30 Mei 2012 selama 30 menit, yakni mulai
pukul 11.00 – 11.30 WIB.
d. Tujuan Umum
Pasien dapat memahami dan mematuhi diet Diabetes Mellitus B1 2100 Kalori+ Diet Rendah
Garam
e. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat menjelaskan pengertian Penyakit Diabetes Mellitus.
b. Pasien dapat menyebutkan Tujuan Diet Penyakit Diabetes Mellitus B1 2100 Kalori + Diet
Rendah Garam
c. Pasien dapat menyebutkan Prinsip Diet Penyakit Diabetes Mellitus B1 2100 Kalori + Diet
Rendah Garam
d. Pasien dapat menyebutkan Syarat Diet Penyakit Diabetes Mellitus B1 2100 Kalori + Diet
Rendah Garam
e. Pasien dapat menyebutkan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan.
f. Sasaran
Pasien dan keluarga pasien.
g. Materi
1. Pengertian penyakit Diabetes Mellitus.
2. Tujuan, prinsip, dan syarat diet Diabetes Mellitus 2100 Kalori + Diet Rendah Garam
3. Bahan makanan yang dianjurkan yang dibatasi dan tidak diperbolehkan.
h. Metode
1. Konsultasi
2. Tanya Jawab
i. Alat Peraga
Leaflet
j. Pelaksana
Mahasiswa S1 Gizi : Rizki Nuzul Harsyam
k. Evaluasi
Menanyakan kembali kepada pasien dan keluarga pasien mengenai materi yang diberikan.
Memantau pola makan pasien.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Grafik Intake
Energi dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut :
Keterangan :
3. Intake Lemak
Data intake lemak pasien sehari sebelum pengambilan kasus dan selama pelaksana studi
kasus (3 hari) disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.3 Intake Lemak Sehari Sebelum Pengambilan Kasus Dan Selama Pelaksanaan Studi Kasus
Rawat Jalan
Tanggal Kebutuhan Intake % Tingkat Konsumsi
(gr)
Tanggal 29 Mei 2012 47 37,7 80,2
Tanggal 30 Mei 2012 47 46,0 97,8
Tanggal 31 Mei 2012 47 36,3 77,23
Tanggal 1 Mei 2012 47 46,6 99,14
Keterangan :
Grafik Intake
Lemak dapat dilihat pada gambar 3.3 berikut
Keterangan :
Grafik Intake
Karbohidrat dapat dilihat pada gambar 3.4 berikut :
5. Intake Natrium
Data intake Natrium pasien sehari sebelum pengambilan kasus dan selama
pelaksanaan studi kasus (3 hari) disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.5 Intake Natrium Sehari Sebelum Pengambilan Kasus Dan Selama Pelaksanaan Studi Kasus
Rawat Jalan
Tanggal Kebutuhan Intake % Tingkat Konsumsi
(mg)
Tanggal 29 Mei 2012 150 228,1 152
Tanggal 30 Mei 2012 150 174,1 116
Tanggal 31 Mei 2012 150 201,6 134,4
Tanggal 1 Mei 2012 150 209,6 139,73
Keterangan :
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan :
a. Berdasarkan anamnesa data subyektif dan obyektif pasien penderita penyakit Diabetes Mellitus
+ Ganggren.
b. Berdasarkan hasil pengukuran antropometri nilai IMT 24,65 dapat disimpulkan
bahwa pasien memiliki status gizi normal.
c. Pasien diberikan diet DM B1 2100 Kalori + Diet Rendah Garam
a. Energi : 2100 Kal
b. Protein : 105 gr
c. Lemak : 47 gr
d. KH : 315 gr
d. Rata-rata intake pasien selama 3 hari penanganan, jika dibandingkan dengan kebutuhan
termasuk kategori kurang. Untuk konsumsi energi (59,28%), protein (50,66%) dan lemak
(91,39%) dan sedangkan pada tingkat karbohidrat asupannya masih kurang dari kebutuhan yang
dianjurkan yaitu (50,19%). Pada intake energi termasuk kategori kurang dikarenakan asupan dari
sebelum intervensi sampai hari ketiga kondisi pasien masih dalam keadaan lemah sehingga
intake energi belum mencapai kebutuhan. Pada intake protein masih dalam kategori kurang
dikarenakan sebelum intervensi sampai sesudah intervensi pola makan pasien masih kurang baik
disebabkan karena kondisi pasien yang masih dalam keadaan lemah. Pada intake Lemak masih
termasuk dalam kategori kurang, disebabkan karena kondisi pasien yang kurang baik sehingga
asupan lemak belum mencapai kebutuhan yang dianjurkan, sedangkan intake karbohidrat
termasuk kategori kurang, karena kurangnya nafsu makan yang dialami oleh pasien.
e. Berat badan pasien selama 3 hari penanganan tidak mengalami perkembangan yaitu sebesar
60 kg dengan status gizi normal.
f. Perkembangan fisik pasien mengalami perubahan yang semakin baik selama 3 hari.
g. Pemahaman pasien terhadap materi konseling sudah menunjukkan respon yang baik. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya komunikasi dua arah yang berjalan dengan baik selama penyuluhan.
h. Tingkat kepatuhan pasien terhadap prinsip 3J masih belum diterapkan dengan baik. Hal ini
ditunjukkan dengan kurang patuhnya pasien terhadap tepat porsi, jadwal serta jenis bahan
makanan yang baik.
4.2 SARAN
a. Dilakukan penyuluhan ke pasien dan keluarga pasien agar memperhatikan dietnya
untuk dijalankan setelah pulang dari Rumah Sakit.
b. Pasien dan keluarga pasien melaksanakan aturan diet sesuai dengan anjuran diet
yang diberikan.
c. Pasien menjalankan aktifitas atau olahraga secara teratur untuk menjaga
kesehatan.
d. Hendaknya dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium berikutnya untuk mengetahui
perkembangan kondisi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
2. Foster, Daniel W., 2000. Diabetes Mellitus. In : Asdie, Ahmad H., ed. Harrison
Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dala. Volume 5. Jakarta: EGC.
3. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC.
4. Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Tahun 2030 Prevalensi
Diabetes Melitus Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang .02 Juni
2012.Puskom.publik@yahoo.co.id,info@puskom.depkes.go.id,kontak@puskom.depkes.go.id