Anda di halaman 1dari 29

Contoh Penyelesaian Kasus Diabetes

Mellitus dengan langkah Proses


Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
A. Gambaran Umum Pasien
Nama :Ny. S S No RM :2. 37. 23. 97
Umur :51 th Ruang :Boegenvile C1 K2
Sex :PerempuanTanggal Masuk :18 Oktober 2008
Pekerjaan :Guru Sd Tanggal Kasus :20 Oktober 2008
Pendidikan:S1 Alamat :Larangan Gayam RT 61/63 Sukoharjo
Diagnosa Obs. Ikterik e.c. hydrops vesica felea dd cholelithiasis
Agama :Islam Medis :DM II
B. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
1. Pengkajian Gizi
Riwayat Gizi/Makanan :
Riwayat Nutrisi Dahulu :
Pasien menjalani diit rendah lemak sejak keluar dari RS Dr. Oen atas anjuran dokter yang
merawat. Pasien tidak mengkonsumsi makanan yang digoreng dan bersantan. Pasien
belum pernah mendapatkan konsultasi gizi mengenai diet penyakit yang dialaminya. Pola
makan pasien sebelum MRS : pasien suka mengkonsumsi glukosa sederhana (sirup)
dalam jumlah yang berlebih.
Riwayat Nutrisi Sekarang :
Pasien suka mengkonsumsi makanan dalam porsi yang berlebih, nafsu makan normal.
Hasil recall konsumsi makan 24 jam terakhir saat di RS didapatkan Energi 1430 kal, Protein
: 53,97 gram, lemak : 30,57 gram, dan KH 272.05 gram.
Tabel 1. Tingkat Konsumsi Makan Pasien 24 Jam Terakhir
Implementasi Energi (kal)Protein (gr)Lemak (gr)KH (gr)
Asupan oral 1130 28,97 30,57 222,05
Infus D 10% 200 – – -50
Aminofusin Hepar 5%100 25 – –
Total asupan 1430 53,97 30,57 272,05
Standar RS 1582 59,8 46,2 255
% Asupan 90,5 90,2 66 106,7
Penilaian :
Asupan makan dibandingkan dengan standart makanan RS : Energi : 90,5%, Protein :90,2
%, Lemak 66% dan KH : 106,7%. Asupan makan : Baik, rujukan berdasarkan SK
Kemenkes No:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit,
(point 11, Sub Gizi dengan indikator sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien
menggunakan nilai standar <20%, artinya bahwa pasien dinilai memiliki asupan yang
normal apabila mampu menghabiskan makanan sebesar ≥ 80% dari standar makanan RS,
dan jika mengkonsumsi makanan < 80% dari standar makanan RS, pasien dinilai memiliki
asupan makan yang kurang).
Berdasarkan riwayat pola makan pasien, pasien masih sering mengkonsumsi glukosa
sederhana (sirup), hal ini dikarenakan pasien tidak mengetahui efek konsumsi gula yang
berlebihan.
Konsumsi gula sederhana yang berlebihan akan menyebabkan kadar gula darah tinggi.
Meningkatnya kadar gula dalam darah tersebut sebagai akibat adanya gangguan sistem
metabolisme dalam tubuh. Organ tubuh yang terganggu adalah pankreas, jika Pankreas
terganggu, maka kemampuan untuk memproduksi hormon insulin juga terganggu. Insulin
adalah sejenis hormon jenis polipeptida yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Fungsi
utama insulin ialah untuk menjaga keseimbangan glukosa dalam darah dan bertindak
meningkatkan pengambilan glukosa oleh sel tubuh. Kegagalan tubuh untuk menghasilkan
insulin, atau jumlah insulin yang tidak mencukupi akan menyebabkan glukosa tidak dapat
masuk ke dalam tubuh dan digunakan oleh sel-sel dalam tubuh (tidak terserap oleh sel-sel
dalam tubuh). Dengan demikian glukosa meningkat di dalam darah, dan menyebabkan
penyakit Diabetes Melitus.
Aktifitas Fisik : Sebagai seorang guru pasien bekerja sekitar 7 – 8 jam. Pasien rutin
melakukan senam pagi di sekolah dan sesekali melakukan jalan pagi. Jumlah jam tidur
pasien sekitar 6 – 8 jam sehari.
Biokimia
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Biokimia Pasien
Pemeriksaan Satuan/Nilai Awal Masuk RS18- Awal Kasus20-10-
urin/darah Normal 10-2008 2008 Keterangan
Na (serum) 136 – 145 mmol 138,8 Normal
K (serum) 3,10 – 5,00 mmol 3,10 Normal
Cl (serum) 98 – 107 mmol 109,5 Tinggi
TP 6,40 – 8,30 g/dL 6,98 Normal
Albumin 3,50 – 5,00 g/dL 2,10 Rendah
AST 10 -42 U/L 377 Tinggi
ALT 10 – 40 U/L 180 Tinggi
BUN 7,0 – 18,0 mg/dL 11,1 Normal
Creatinin 0,6 – 1,30 mg/dL 1,16 Normal
Uric Acid 2,6- 7,2 mg/dL 5,9 Normal
GDS 70 -120 mg/dL 211 140 Tinggi
GD 2 JPP 80 – 140 mg/dL 241 Tinggi
HBA1C <6,5 10,8 Tinggi
T BIL 0,20- 1,00 mg/dL 11,21 Tinggi
D TIL 0,00 – 0,30 mg/dL 4,89 Tinggi
WBC 4,8 -10,83/UL 5,5 Normal
RBC 4,2 – 5.4 10 /UL 3,69
6
Rendah
Pemeriksaan Satuan/Nilai Awal Masuk RS18- Awal Kasus20-10-
urin/darah Normal 10-2008 2008 Keterangan
HGB 12 – 16 g/dL 12,0 Normal
HCT 37 – 47 % 34,9 Rendah
MCV 81 – 99 fL 94,4 Rendah
MCH 27,0 – 31,0 pg 32,4 Tinggi
RDW 11,5 – 15,5 % 23,4 Tinggi
PLT 130 – 400 103/UL 150 Normal
MPV 7,4 – 10,4 fL 8,6 Normal
PCT 0,000 – 0,990 % 0,128 Normal
Prot +
Bil +2
Uro +2
Blod +2
Pemeriksaan penunjang : USG tanggal 17 Oktober 2008, Kesan : Hepatosplenomegali
dengan multiple cholelithiasis dan obstruksi pada CBD.
Penilaian :
Hipoalbuminemia (albumin rendah), proteinuria (+), DM (GDS, GD 2 JPP, HBA1C
meningkat)
Antropometri
BB = 64 kg, TB = 155 cm, BBI = 49,5 kg, LLA = 30 cm
Riwayat perubahan BB,. Terjadi peningkatan BB sebanyak 7 Kg dalam waktu 3 bulan.
BB yang disesuaikan (adjusted body weight) = {(BBA-BBI) x 0,25} + BBI
= {(64 kg – 49,5 kg) x 0,25} + 49,5 kg = 53,12 kg
Perhitungan IMT : BB/(TB)2 = 64/(1,55)2 = 26,64 kg/m2
Penilaian :
Berdasarkan IMT, pasien memiliki status gizi Obes I (26,64 kg/m2), karena batasan Obese
I yaitu 25-29,9 kg/m2, menggunakan WHO WPR/IASO/IOTF dalam the Asia Pacific
Perspective : Redefining Obesity and its Treatment, dengan kategori :
<18,5 kg/m2 : BB kurang
18,5-22,9 kg/m 2 : normal,
≥ 23 : BB lebih
23-24,9 kg/m 2 : at risk (dengan resiko)
25-29,9 kg/m 2 : obese I,
≥30 kg/m2 : obese II
Fisik Klinis
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Klinis
Pemeriksaan Satuan / nilai normalAwal kasus
Keadaan Umum Lemah, Mata kuning, badan kuning, BAK seperti teh
Tensi 120/80 mmHg 110/70 mmHg
Nadi 60 – 100 x/mnt 70 x/menit
Suhu 36 – 37 C Afebris
Respirasi 20 – 24 x/mnt 16 x/menit
Keluhan Utama : Ikterik yang telah berlangsung selama 5 bulan
Penilaian :
Keadaan umum pasien : lemah, mata kuning badan kuning, BAK seperti teh, hipotensi,
keadaan umum terdapat ikterik yang telah berlangsung selama 5 bulan.
Riwayat Personal :
Data Sosio Ekonomi: Pasien adalah suku Jawa, bekerja sebagai seorang Guru SD, tinggal
bersama suami, 2 orang anak, 1 menantu, dan 1 orang cucu.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Bulan Mei 2008 pasien mengeluh badan terasa lemas, mual (+), muntah (-), BAK berwarna
seperti teh, nyeri ulu hati (+), periksa ke dokter dikatakan sakit maag, mendapat terapi obat,
tetapi tidak nama obat. 2 minggu kemudian keluhan tidak berkurang, mual (+), muntah (-),
nyeri perut (+), BAK warna seperi teh pesien periksa lagi ke dokter. Oleh dokter dirujuk ke
RS Dr. Oen Solo. Pasien dirawat selama 26 hari dengan keluhan mata kuning (+), badan
kuning (+), mual (+), muntah (-), BAK seperti teh, dikatakan SGOT/SGPT > 1000,
mendapat obat dan terapi tapi pasien tidak tahu. Dilakukan USG hasil tidak ditemukan batu.
Keluhan membaik, SGOT/SGPT hamper mendekati normal. Pasien boleh pulang dan diberi
obat urdafalk 2×1 tablet (Pasien minum selama 1 bulan).
Pasien kontrol rutin setiap minggu di dr. JK,SpPD diberikan obat lesichol dan Hp Pro .
Pasien menjalani USG lagi hasil menunjukkan tidak ada batu pada kandung empedu.
Badan masih kuning (+), mual (-), muntah (-), nafsu makan tidak ada kelainan, BAB tidak
ada kelainan, BAK seperti the, Pasien tetap minum obat dan kontrol rutin.
Dua hari SMRS karena badan masih kuning, pasien periksa ke dokter SM, SpPD KGEH,
oleh dokter dilakukan USG Abdomen ulang. Hasil USG menunjukkan kesan :
Hepatosplenomegali dengan Multiple Cholelithiasis dan obstruksi pada CBD. Pasien
disarankan melakukan periksa ulang laboratorium. Hasil menunjukkan SGOT 958/SGPT
324, Gamma GT 95 dan Fosfatase Alkali 176, Pasien disarankan menjalani rawat inap
untuk menurunkan kadar GOT/GPT pro cholecystectomy.
Keluhan pasien saat masuk mata kuning (+), badan kuning (+), mual (-), muntah (-), pusing
(-), BAK seperti teh, BAB tidak ada keluhan, nafsu makan dan minum baik.
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada, Riwayat penyakit keluarga: Orang tua laki-laki pernah
menderita sakit kuning
Terapi Medis :
Jenis Obat/ tindakan Fungsi Interaksi dengan zat
gizi
Inf. D10%Aminufusin Hepar – Tambahan asupan karbohidrat-
(1:1 20tpm) Tambahan asupan asam amino
Sebagai terapi jangka pendek ulkus Gangguan GI, sakit
– Inj. OMZ 1A/12j duodenal dan lambung, refluks esofagitis kepala, ruam kulit
– Inj. SNMC 2A(hari I–
III)1A(hari IV-V) Antiinflamasi hati
– HP Pro 2 x 1 Suplemen untuk hati
2. DIAGNOSIS GIZI
NI.5.8.2 Asupan karbohidrat yang berlebihan (P) berkaitan dengan kurangnya
pengetahuan (E) ditandai dengan pola konsumsi glukosa murni (syrup) yang berlebihan,
GDP tinggi, G2JPP tinggi, HBA1c tinggi, peningkatan BB 7 kg slm 3 bulan (S/S).
NI.5.4 Penurunan kebutuhan lemak (P) berkaitan dengan adanya sumbatan pada
saluran empedu (E) ditandai dengan hasil USG, T Bil tinggi, AST tinggi, ALT tinggi, ikterik,
telah menjalani diet rendah lemak (S/S).
NI.5.1 Peningkatan kebutuhan protein (P) berkaitan dengan gangguan sintesis albumin
(E) ditandai dengan kadar albumin yang rendah (S/S).
3. INTERVENSI GIZI
Tujuan :
1. Menurunkan konsumsi karbohidrat untuk membantu menormalkan kembali kadar
glukosa darah, dan mencegah kenaikan berat badan
2. Membatasi pemberian makanan tinggi lemak
3. Meningkatkan kadar albumin darah
Prinsip Diet : Rendah KH, 3 J (Tepat Jumlah, Jenis, Jadwal)
Macam Diet : Diet DM 1700 kalori.
Bentuk Makanan :
Makanan lunak (nasi tim), karena kondisi pasien yang masih lemah.
Syarat :
1. Energi dihitung berdasarkan rumus PERKENI (2006), dengan memperhitungkan basal,
jenis kelamin, usia, aktifitas dan faktor kegemukan. Energi diberikan untuk memenuhi
kebutuhan basal metabolisme, aktifitas pada saat sakit, mengurangi berat badan pasien
dan mempercepat proses penyembuhan pasien, karena saat ini pasien dalam keadaan
lemah. Contoh Sumber Bahan Makanan : beras giling, kentang, jagung.
2. Protein tinggi, diberikan sebesar 1,3 g/kgBB/hari untuk membantu meningkatkan kadar
albumin. Contoh Sumber Bahan Makanan: ayam, daging, ikan.
3. Lemak rendah diberikan 20% dari kebutuhan energi total untuk membantu menurunkan
BB pasien. Contoh Sumber Bahan Makanan : minyak.
4. Karbohidrat diberikan rendah untuk membantu menurunkan KGD, serta menurunkan
BB pasien. Contoh Sumber Bahan Makanan : beras giling, kentang, roti.
5. Serat diberikan sebesar 25-30 gram/hari, terutama untuk membantu memperlambat
waktu pengosongan lambung, meningkatkan waktu transit dengan memperlambat
pergerakan di usus halus, sehingga sangat membantu juga di dalam menurunkan BB
pasien.
6. Makanan diberikan dengan porsi kecil tapi sering, dengan frekuensi makan : 3 x makan
utama, 2X selingan dengan mematuhi prinsip 3J (tepat jumlah, jadwal dan jenis).
Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat-zat Gizi
Perhitungan kebutuhan penyakit DM, bisa menggunakan alternatif rumus, yaitu dengan
rumus PERKENI (2006), rumus dari praktisi Endokrinologi RSUD dr. Soetomo (Prof. Dr. Dr.
H. Askandar Tjokroprawiro), Harris Benedict, perhitungan cepat, dan berbagai alternatif
rumus lainnya. Dalam soal kasus ini akan kami uraikan bagaimana cara perhitungan
kebutuhan energy dan zat gizi dengan menggunakan rumus PERKENI 2006.
Catatan :
Syarat dan Ketentuan Perhitungan PERKENI (2006) :
1. Jenis Kelamin. Kebutuhan kalori basal pada wanita lebih kecil daripada pria. Kebutuhan
basal untuk wanita sebesar 25 kal/kg BB dan 30 kal/kg BB untuk pria.
2. Umur
Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori jauh lebih tinggi daripada orang
dewasa, dalam tahun pertama bisa mencapai 112 kg/kg BB. Sedangkan Umur 1 tahun
membutuhkan lebih kurang 1000 kalori dan selanjutnya pada anak-anak
lebih daripada 1 tahun mendapat tambahan 100 kalori untuk tiap tahunnya. Penurunan
kebutuhan kalori diatas usia 40 tahun harus dikurangi 5% untuk tiap dekade antara 40 dan
59 tahun, sedangkan antara usia 60 dan 69 tahun dikurangi 10%, diatas usia 70 tahun
dikurangi 20%.
3. Aktifitas Fisik atau Pekerjaan.
Jenis aktifitas yang berbeda membutuhkan kalori yang berbeda pula. Jenis aktifitas
dikelompokan sebagai berikut :
ü Keadaan istirahat : kebutuhan kalori basal ditambah 10%.
ü Aktifitas Ringan : pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu rumah tangga, dan
lain-lain kebutuhan harus ditambah 20% dari kebutuhan basal.
ü Sedang : pegawai di industri ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak perang,
kebutuhan dinaikkan menjadi 30% dari basal.
ü Berat : petani, militer dalam keadaan latihan, penari, atlit, kebutuhan ditambah 40%.
ü Sangat berat : tukang becak, tukang gali, pandai besi, kebutuhan harus ditambah
50% dari basal.
4. Kehamilan/Laktasi. Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori/hari dan
pada trimester II dan III 350 kalori/hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan sebanyak
550 kalori/hari.
5. Adanya komplikasi.
Infeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu memerlukan tambahan
kalori sebesar 13% untuk tiap kenaikkan 1 derajat celcius.
6. Berat Badan. Bila kegemukan/terlalu kurus, dikurangi/ditambah sekitar 20-30%
bergantung kepada tingkat kegemukan/kekurusannya.
Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi :

Kebutuhan Energi Basal ( ) = 25 Kal/kgBB/hari = 25 Kal x 64 kg = 1600 kalori


Koreksi Usia (51 th) = 1600 kalori x 5% = 80 kalori
Aktifitas (istirahat) = 1600 kalori x 10% = 160 kalori
Komplikasi (P. Hati) = 1600 kalori x 20% = 320 kalori
Koreksi Berat Badan = 1600 kalori x 20% = 320 kalori
Total kebutuhan energi =
= Energi basal – Koreksi usia + Aktifitas + Komplikasi – K. Berat Badan
= 1600 kalori – 80 kalori + 160 kalori + 320 kalori – 320 kalori
= 1680 kalori (dibulatkan menjadi 1700 kalori)
Protein (gram) = 1,3 g/Kg BB = 1,3 g x 64 kg = 83,2 gram
% Protein = (83,2 gram x 4 kal/g x 100%): 1700 kal = 19,6%
Lemak = 20% x total kebutuhan energi = 20% x 1700 kalori = 340 kalori
Lemak (gram) = 340 kal : 9kal/gram = 37,8 gram
% Karbohidrat = 100 % – (% protein + % lemak) = 100 % – (19,6% + 20%) = 60,4 %
Karbohidrat (kal) = 60,4%xtotal kebutuhan energy = 60,4%x1700 kalori =
1026,8kalori
Karbohidrat (g) = 1026,8 kalori : 4 kal/gram = 256,7 gram
Kebutuhan Vitamin dan Mineral : Lihat di Tabel AKG, 2004.
Kebutuhan Serat :
25g/1000kal/hari, maka kebutuhan serat pasien = (25 gx1700 kal)/1000kalori = 42,5 gram.
Penyusunan Menu
Makan pagi (06.30):
Nasi Tim
Telur Mata Sapi
Tempe bumbu Bali
Cah Sawi Hijau Wortel
Selingan (09.30)
Pepaya
Makan Siang (12.30)
Nasi Tim
Pepes Ikan
Tahu Bacem
Sayur Asem
Selingan II (15.30)
Bika Pisang
Makan Sore (18.30)
Nasi Tim
Basho Daging
Cap Cay Sayur
Selingan III ( 21.30)
Apel Hijau

4. RENCANA MONITORING DAN EVALUASI


Parameter Target Pelaksanaan
Asupan Makanasupan makan tetap normal Setiap hari
Antropometri BB normal dan status gizi normal akhir Perawatan
Biokimia Albumin, GDS, GD 2 JPP, HBA1Chari ketiga pengamatan kasus
Fisik Kljnis Lemah berkurang, Setiap hari

DAFTAR PUSTAKA
1. Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
2. Anggraeni, Adisty Cynthia. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogjakarta :
Graha Ilmu.
3. Gutawa, Miranti, dkk. 2011. Pengembangan Konsep Nutrition Care Process (NCP)
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta ; Persagi-ASDI, Abadi Publishing &
Printing.
4. Hartono, Andry. 2009. Asuhan Nutrisi Rumah Sakit, Diagnosis Konseling dan
Preskripsi. Jakarta : EGC Kedokteran.
5. Perkeni, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2006. Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.Jakarta.
6. SK Kemenkes No:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit,
Kasus NCP Diabetes Mellitus
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi saat ini umumnya masih banyak gaya hidup masyarakat yang masih
belum memahami tentang pentingnya kesehatan. Mereka pada umumnya mengkonsumsi segala
jenis makanan, seperti makanan yang mengandung tinggi lemak dan kolesterol tanpa diimbangi
dengan olahraga atau aktifitas fisik untuk membakar lemak dan gaya hidup yang salah,
seperti kebiasaan merokok dan minum-minum keras ataupun mengkonsumsi narkoba yang
kesemuanya itu dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan. Diantara masalah
kesehatan tersebut akan mengakibatkan timbulnya reumatik, Diabetes Mellitus, Jantung, Ginjal
dan sebagainya. Dari berbagai penyakit diatas diantaranya adalah Diabetes Mellitus. Diabetes
Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa
dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer C, Suzanne, 2001).
WHO merekomendasikan bahwa strategi yang efektif perlu dilakukan secara terintegrasi,
berbasis masyarakat melalui kerjasama lintas program dan lintas sektor termasuk swasta. Dengan
demikian pengembangan kemitraan dengan berbagai unsur di masyarakat dan lintas sektor yang
terkait dengan Diabetes Mellitus di setiap wilayah merupakan kegiatan yang penting dilakukan.
Oleh karena itu, pemahaman faktor resiko Diabetes Mellitus sangat penting diketahui,
dimengerti dan dapat dikendalikan oleh para pemegang program, pendidik, edukator maupun
kader kesehatan di masyarakat sekitarnya. (Depkes.go.id, 2012).
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus di
Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care, 2004). Sedangkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat Diabetes
Mellitus pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu
14,7%. Dan daerah pedesaan, Diabetes Mellitus menduduki ranking ke-6 yaitu
5,8%.(Depkes.go.id,2012).
Penderita Diabetes Mellitus mempunyai kecenderungan untuk terjadinya stres
oksidatif. Peningkatan stres oksidatif ini berkaitan dengan adanya hiperglikemia. Hiperglikemia
akan menyebabkan terjadinya auto oksidasi glukosa sehingga terbentuk radikal bebas, glikosilasi
auto-oksidatif, dan meningkatnya jalur poliol yang akan menurunkan antioksidan pada Diabetes
mellitus, hiperglikemia biasanya disebabkan oleh tingkat insulin rendah (Diabetes mellitus tipe
1) dan atau dengan resistensi terhadap insulin pada tingkat sel (Diabetes mellitus tipe 2),
tergantung pada jenis dan keadaan penyakit (Foster, 2000).
Gangren merupakan akibat dari kematian sel dalam jumlah besar. Gangren dapat
diklasifikasikan sebagai gangren kering atau basah. Gangren kering meluas secara lambat dengan
hanya sedikit gejala. Gangren kering sering dijumpai di ekstremitas, umumnya terjadi akibat
hipoksia lama. Gangren basah adalah suatu daerah dimana terdapat jaringan mati yang cepat
perluasannya, sering ditemukan di organ-organ dalam, dan berkaitan dengan invasi bakteri ke
dalam jaringan yang mati tersebut. Gangren ini, menimbulkan bau yang kuat dan biasanya
disertai manifestasi sistemik. Gangren basah dapat timbul dari gangren kering. Gangren gas
adalah jenis gangren khusus yang terjadi sebagai respon terhadap infeksi jaringan oleh suatu
jenis bakteri aerob yang disebut clostridium. Gangren jenis ini paling sering terjadi setelah
trauma. Gangren gas cepat meluas ke jaringan di sekitarnya sebagai akibat dikeluarkannya
toksin-toksin oleh bakteri yang membunuh sel-sel di sekitarnya. Sel-sel otot sangant rentan
terhadap toksin ini, dan apabila terkena akan mengeluarkan gas hidrogen sulfida yang khas.
Gangren jenis ini dapat mematikan. (Braunwald, 2005).
Gambaran umum tentang pasien, pasien adalah seorang pegawai negeri yang
berprofesi sebagai guru olah raga. Sebelum masuk rumah sakit pasien mempunyai kebiasaan
makan yaitu 3-4 kali sehari, dahulu pasien sering mengkonsumsi makanan dan minuman yang
manis-manis, seperti kue manis, buah-buahan yang manis, teh dan kopi yang manis. Pasien tidak
menyadari bahwa dengan adanya kebiasaan makan yang salah tanpa dibarengi dengan aktifitas
fisik yang baik dapat memicu terjadinya berbagai penyakit seperti Diabetes Mellitus. Pada saat
setelah mengkonsumsi lauk hewani seperti ikan kakap, pasien merasakan alergi di bagian kaki
kiri. Setelah beberapa bulan, luka pada kaki tidak dihiraukan akhirnya luka yang ada pada kaki
semakin membesar. Pada saat pemeriksaan di Rumah Sakit, pasien di diagnosa oleh dokter
menderita Penyakit Diabetes Mellitus + Ganggren dengan kadar glukosa darah yang tinggi.

1.2 ULASAN KASUS


a. Identitas Pasien
Nama : Tn. ED
No Register : 033862
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 54 Tahun
BB : 60 kg
TB : 156 Cm
Pekerjaan :-
Agama : Islam
Diagnosa MRS : DM + Ganggren.

b. Data Subjektif
1. Riwayat Nutrisi Sekarang
 Nafsu makan pasien masih kurang.
 Pasien mendapatkan diet DM B1 2100 Kalori + Diet Rendah Garam
 Hasil Recall tanggal 29 Mei 2012, sebagai berikut :
 Energi : 1179,6 Kalori
 Protein : 49,6 g
 Lemak : 37,7 g
 KH : 157,0 g

Tabel.1.1 Recall Tanggal 29 Mei 2012


Zat Gizi Energi Protein Lemak KH (gr)
(Kal) (gr) (gr)
Recall 1179,6 49,6 37,7 157
Kebutuhan 2100 105 47 315
%Tingkat 56,17 47,23 80,21 49,84
konsumsi
Kriteria Kurang Kurang Kurang Kurang
Sumber : Recall 24 jam Pasien
Kriteria Tingkat Konsumsi Diabetes Mellitus :
Baik = 100 %
Kurang < 100%
Lebih > 100 %

2. Riwayat Nutrisi Dahulu


a. Pasien mempunyai alergi terhadap salah satu bahan makanan yaitu lauk hewani (Ikan kakap).
b. Pasien mempunyai kebiasaan makan 3-4 kali sehari.
c. Pola makan pasien sebelum masuk rumah sakit adalah :
- Makanan sumber karbohidrat yang sering dikonsumsi adalah nasi dan mie.
- Makanan sumber protein hewani yang sering dikonsumsi adalah ikan laut, telur dan daging.
- Makanan sumber protein nabati yang sering dikonsumsi adalah tahu dan tempe.
- Sayuran sering dikonsumsi bayam, kol, kacang panjang
- Buah sering dikonsumsi adalah jeruk, pisang, duku, mangga dan klengkeng.
Tabel 1.2. Dietary History (Food Frekuensi)
Frekuensi Frekuensi
Bahan
T Bahan Makanan T
Makanan J S J S
P P
Nasi Jeruk √
Nasi Jagung √ Pisang √
Kentang √ Duku √
Mie √ Mangga √
Tempe √ Kelengkeng √
Tahu √ Santan Encer √
Daging Sapi √ Makanan Gorengan √

Ayam √ Susu kedelai √


Telur √ Teh Manis √
Ikan laut √ Kopi manis √
Sayuran Daun √ Kue manis √
Sayuran Buah √
Keterangan :
TP : Tidak pernah
J : Jarang (1-2x/minggu)
S : Sering (>2x/minggu)

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Saat ini pasien menderita Diabetes Mellitus dengan ganggren dengan keluhan badan terasa
lemah, nyeri pada luka di pergelangan kaki kiri.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Menurut keterangan pasien diketahui bahwa sejak 1 tahun yang lalu pasien menderita Diabetes
Mellitus.

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Berdasarkan hasil wawancara diperoleh keterangan bahwa keluarga tidak ada yang menderita
Diabetes Mellitus.

6. Sosial Ekonomi
 Pekerjaan :-
 Agama : Islam
 Jumlah Keluarga : 3 Orang
 Alamat :-

c. Data Objektif
1. Hasil Pemeriksaan Antropometri
Hasil pemeriksaan antropometri dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan sebagai
berikut :
TB =156 Cm
BB = 60 Kg
BBI = (TB – 100 ) – 10%
= (156- 100) – 10%
= 56-5,6
= 50,4 kg
IMT = BB/TB 2= 60 = 24,65 (Status Gizi Normal)
2,4336

2. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Klinis


Pemeriksaan fisik pasien telah dilakukan pada tanggal 29 Mei 2012 dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 1.3 berikut :
Tabel 1.3 Hasil Pemeriksaan Fisik/Klinis
Pemeriksaan
Pemeriksaan Tanggal 29
Mei 2012
Keadaan umum Lemah
Kesadaran Compos Mentis
Suhu 370 C
Tensi 160/80
Nadi 92
RR -

3. Biokimia (Pemeriksaan Laboratorium)


Hasil pemeriksaan laboratorium pasien yang telah dilakukan pada tanggal 29 Mei 2012, dapat
dilihat pada tabel 1.4 berikut :
Tabel 1.4. Hasil Pemeriksaan Tanggal 29 Mei 2012
PemeriksaanLaboratorium Hasil Normal Keterangan
GDA 298 60-110 Tinggi
SGOT 18 < 37 Normal
SGPT 15 <42 Normal
UREA 50 10-50 mg Normal
BUN 18 10-20 mg Normal
URID ACID 5,1 3,5-7 Normal
SERUM KREATININ 1,1 0,6-1,1 Normal

 Kebutuhan Energi

Energi Basal = BBx 30 Kalori


= 50,4x 30 Kalori
= 1512 1512
Koreksi Aktifitas = 10% x 1512 = 151,2 +
1663,2
Koreksi Stress = 40% x 1512 = 604,8 +
2268
Koreksi Umur = 10% x 1512 = 151,2 -
2116,8 2100 Kalori

Protein = 20% x 2100


= 420 : 4 = 105 gr

Lemak = 20% x 2100


= 420 : 9 = 47 gr

Karbohidrat = 60% x 2100


= 1260 : 4 = 315 Kal
BAB II
NUTRITIONAL CARE PROSES (NCP)/PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDART
(PAGT)

2.1 ANALISIS MASALAH


a. Riwayat Nutrisi Sekarang
 Nafsu makan pasien kurang baik disebabkan karena kondisi pasien yang masih dalam keadaan
lemah.
 Intake makan pasien masih kurang dari kebutuhan.
Dilihat dari hasil recall konsumsi makanan yang menunjukkan intake energi, protein, lemak, dan
karbohidrat kurang dari kebutuhan dan dibuktikan dengan hasil recall tanggal 29 mei 2012 :
 Energi : 1179,6 Kalori
 Protein : 49,6 g
 Lemak : 37,7 g
 KH : 157 g

b. Riwayat Nutrisi Dahulu


Pasien mempunyai pola makan yang tidak teratur, pasien sering mengkonsumsi kue manis, teh
manis dan kopi manis sehingga dapat meningkatkan kadar glukosa dalam darah yang dapat
menyebabkan penyakit Diabetes Mellitus, dimana terjadinya gangguan pada produksi hormon
insulin di organ pankreas, hormon tersebut sangat memiliki peranan yang sangat penting dalam
pengaturan metabolisme glukosa/gula di tubuh. Dengan terganggunya sistem hormon insulin,
seluruh makanan dan minuman yang mengandung gula dan masuk ke dalam tubuh, tidak bisa di
ubah menjadi energi dan akhirnya gula/glukosa bisa menumpuk di dalam darah.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

 Diabetes Mellitus terjadi karena adanya peningkatan kadar gula dalam darahdisebabkan karena
tubuh tidak dapat memproduksi atau menggunakan insulin secara normal.

 Ganggren terjadi karena adanya hiperglikemia pada penyandang Diabetes Mellitus yang
menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati
sensorik maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan
otot yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan
selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus.

d. Riwayat Penyakit Dahulu


Berdasarkan hasil anamnesa dengan keluarga pasien diketahui bahwa pasien menderita Diabetes
Mellitus sejak 1 tahun yang lalu. Hal ini bisa dipicu karena pasien mempunyai pola makan yang
tidak teratur, sering mengkonsumsi makanan yang manis dan minum kopi tiap hari, dan pasien
jarang melakukan olahraga. Diabetes Mellitus merupakan suatu keadaan di mana terjadi
peningkatan glukosa acak di atas ambang normal yaitu 60/110 mg/dl. Peningkatan glukosa acak
yang berlebih dari batas normal dapat menyebabkan Diabetes Melitus.

e. Fisik/Klinis
1. Fisik
Berdasarkan data fisik yang ada pasien masih dalam keadaan lemah dan pusing disebabkan
karena stres yang dialami oleh pasien karena nyeri luka pada bagian kaki kiri. Stres
menyebabkan peningkatan metabolisme glukosa yang membuat kadar glukosa dalam darah
meningkat.

2. Klinis
Meningkatnya tekanan darah dimungkinkan karena pola makan pasien yang salah karena pasien
suka mengkonsumsi makanan yang digoreng, bersantan dan berlemak. Sehingga memicu
terjadinya tekanan darah tinggi yang biasa disebut hipertensi. Pada hipertensi esensial
mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain yang berpengaruh. Hal ini antara lain
dihubungkan dengan adanya gaya hidup yang berhubungan dengan risiko penyakit hipertensi
seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olah raga, merokok, alkohol, dan makan
makanan yang tinggi kadar lemaknya.

f. Biokimia
 Glukosa acak
Pada diabetes, pankreas yang memproduksi insulin tidak mampu atau kurang mampu
memproduksinya. Akibatnya, kadar insulin kurang bahkan bisa tidak ada sama sekali. Dengan
demikian, glukosa tidak dapat ditransfer ke jaringan dalam tubuh untuk diubah menjadi energi.
Gula darah tetap berada dalam darah, makin lama makin banyak. Terjadilah peningkatan kadar
gula darah dalam darah.

2.2 DAFTAR MASALAH


1. Masalah Gizi
1. Pola makan salah
2. Intake makanan masih kurang dari kebutuhan
3. Nafsu makan pasien kurang baik
4. Glukosa acak tinggi
5. Tekanan darah tinggi
6. DM + Ganggren
7. Riwayat Nutrisi
2. Masalah Medis
 Diabetes mellitus dengan ganggren

2.3 INTERVENSI
1. Terapi diet
a. Tujuan Diet :
Pemberian terapi diet bertujuan untuk :
a. Memberikan cukup energi untuk mempertahankan berat badan agar tetap normal.
b. Mempertahankan kadar glukosa darah agar berada pada nilai normal yaitu 60-110 mg/dl dengan
cara menyeimbangkan asupan makanan.
c. Membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan
darah pada pasien.
d. Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.

b. Prinsip Diet : 3J (Tepat Jenis, Tepat Jadwal, Tepat Jumlah)


Diabetes Mellitus B1 2100 Kalori + Diet Rendah Garam

c. Syarat Diabetes Mellitus :


a. Energi cukup yaitu 2100 Kalori untuk memenuhi kebutuhan basal dan mempertahankan status
gizi agar tetap normal.
b. Kebutuhan protein diberikan 20% dari kebutuhan energi total yaitu 105 gr. Protein diberikan
tinggi untuk mempercepat penyembuhan atau memperbaiki sel/jaringan yang telah rusak
terutama pada luka.
c. Kebutuhan lemak sedang diberikan 20% dari kebutuhan energi total yaitu 47gr. <10% dari
lemak jenuh, 10% lemak tidak jenuh ganda, dan sisanya lemak tidak jenuh tunggal.
d. Karbohidrat sedang diberikan 60% dari kebutuhan energi total, diutamakan karbohidrat
kompleks yaitu 315 gr. Karbohidrat kompleks lebih diutamakan karena, penyerapan didalam
tubuh tidak langsung diserap melainkan melalui tahapan atau diurai terlebih dahulu melalui
rantai tunggal glukosa, baru terserap ke dalam aliran darah.
e. Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan kecuali jumlahnya
sedikit sebagai bumbu. Bila kadar glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi
gula murni sampai 5% dari kebutuhan energi total.
f. Asupan serat 25g/hari, dengan mengutamakan serat larut air yang terdapat di dalam sayur dan
buah.
g. Cukup vitamin dan mineral.
h. Jumlah natrium diberikan 600-800 mg disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air.
 Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan untuk Rendah Garam :
 Makanan yang tidak dianjurkan :
- Sumber karbohidrat : Sumber karbohidrat tinggi natrium, seperti cake, biskuit, dan krekers.
- Sumber protein hewani : Daging dan ikan yang diawetkan, seperti ikan asing, ikan bandeng,
sarden dan corned beef.
- Sayuran : Sayuran yang tinggi kalium, seperti : tomat, kol, bayam, bit, daun bawang, tauge
kacang hijau, kacang buncis, kembang kol, walu dan rebung.
- Buah-buahan : Anggur, belimbing, duku, jambu biji, pepaya, dan pisang.
- Lemak : Minyak goreng, margarin, dan mentega tanpa garam.
- Minuman : Berbagai minuman bersoda dan beralkohol.

2. Terapi Edukasi
a. Topik
Diet DM B1 2100 Kalori + Diet Rendah Garam
b. Tempat
-
c. Waktu
Penyuluhan dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 30 Mei 2012 selama 30 menit, yakni mulai
pukul 11.00 – 11.30 WIB.
d. Tujuan Umum
Pasien dapat memahami dan mematuhi diet Diabetes Mellitus B1 2100 Kalori+ Diet Rendah
Garam
e. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat menjelaskan pengertian Penyakit Diabetes Mellitus.
b. Pasien dapat menyebutkan Tujuan Diet Penyakit Diabetes Mellitus B1 2100 Kalori + Diet
Rendah Garam
c. Pasien dapat menyebutkan Prinsip Diet Penyakit Diabetes Mellitus B1 2100 Kalori + Diet
Rendah Garam
d. Pasien dapat menyebutkan Syarat Diet Penyakit Diabetes Mellitus B1 2100 Kalori + Diet
Rendah Garam
e. Pasien dapat menyebutkan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan.
f. Sasaran
Pasien dan keluarga pasien.
g. Materi
1. Pengertian penyakit Diabetes Mellitus.
2. Tujuan, prinsip, dan syarat diet Diabetes Mellitus 2100 Kalori + Diet Rendah Garam
3. Bahan makanan yang dianjurkan yang dibatasi dan tidak diperbolehkan.
h. Metode
1. Konsultasi
2. Tanya Jawab
i. Alat Peraga
 Leaflet
j. Pelaksana
Mahasiswa S1 Gizi : Rizki Nuzul Harsyam
k. Evaluasi
 Menanyakan kembali kepada pasien dan keluarga pasien mengenai materi yang diberikan.
 Memantau pola makan pasien.

2.4. RENCANA MONITORING EVALUASI


 NB – 1.2 Kepercayaan yang salah /sikap tentang pangan dan gizi
Recall makan pasien meliputi jenis bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan.

 NI -1.4 Kekurangan Intake Energi


1. Intake makanan meliputi energi, protein, lemak dan karbohidrat yang dapat diketahui dari hasil
recall.
2. Nafsu makan yang baik dapat dilihat dari intake makanan.

 NC-2.2 Perubahan Nilai Laboratorium Terkait Zat Gizi Khusus


Pemeriksaan laboratorium meliputi Glukosa acak.

 NI-5.4 Penurunan Kebutuhan Zat Gizi


Pemeriksaan Fisik Meliputi Tensi (Tekanan Darah)

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Evaluasi Pelaksanaan Edukasi


a. Pemahaman Pasien terhadap materi konseling
Penyuluhan dan konsultasi gizi dilakukan pada pasien dan keluarga pasien, dan
menunjukkan adanya respon yang baik yaitu dibuktikan dengan adanya tanya jawab antara
pasien dan konselor. Selain itu, pasien juga bertanya bahan makanan apa yang tidak diboleh
dimakan bagi penderita Diabetes Mellitus. Setelah memberikan beberapa arahan tentang bahan
makanan yang baik dan tidak baik untuk di konsumsi serta menjelaskan Diabetes
Mellitus, konselor memberikan pertanyaan balik, hal ini di tanggapi baik oleh pasien dan
keluarganya dengan memberikan beberapa jawaban yang cukup tepat tentang apa saja yang
harus diperhatikan dalam hal menjaga kesehatan serta pasien berusaha menaati semua anjuran
diet yang diberikan.
b. Kepatuhan Diet Pasien
Berdasarkan pemantauan selama 2 hari dan diberikan motivasi dan konseling kepada
pasien, pasien menunjukkan intake makanan yang signifikan dibuktikan dengan hasil recall
energi dikategorikan kurang (58,43%). Intake protein dikategorikan kurang (48,53%), begitu
juga dengan intake lemak kurang (88,6%), sedangkan intake karbohidrat dikategorikan kurang
(50,1%). Hal ini disebabkan karena kondisi pasien yang masih dalam keadaan lemah sehingga
asupan makanan yang masuk belum sesuai dengan kebutuhan yang dianjurkan.
Berdasarkan hasil pemantauan selama 3 hari, tingkat kepatuhan pasien berdasarkan
prinsip 3J (Tepat Jenis, Tepat Jumlah, dan Tepat Jadwal ) masih kurang. Dimana Pasien masih
belum patuh terhadap diet yang dianjurkan baik dari segi jumlah porsi, jadwal makanan serta
jenis bahan makanan yang baik dan tidak baik untuk dikonsumsi. Dilihat dari tepat jenis, pasien
masih sering mengkonsumsi bahan makanan yang tidak dianjurkan, seperti: Minum teh dengan
menggunakan gula pasir. Sedangkan pada bahan makanan yang dianjurkan pasien tidak suka
mengkonsumsi kentang rebus. Berdasarkan tepat jumlah pasien masih suka mengkonsumsi nasi
dengan jumlah yang berlebihan dan pada tepat jadwal pasien masih belum bisa menyesuaikan
dengan jadwal menu yang telah disesuaikan.

3.2. Perubahan Pola dan Kebiasaan Makan Pasien


a. Monitoring dan Evaluasi Konsumsi Energi dan Zat Gizi Pasien
1. Intake Energi
Data intake energi pasien sehari sebelum pengambilan kasus dan selama pelaksana
studi kasus (3 hari) disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.1 Intake Energi Sehari Sebelum Pengambilan Kasus Dan Selama Pelaksanaan Studi Kasus
Rawat Jalan
Tanggal Kebutuhan Intake % Intake Konsumsi
(Kalori)
Tanggal 29 Mei 2012 2100 1179,6 56,17
Tanggal 30 Mei 2012 2100 1259,7 60
Tanggal 31 Mei 2012 2100 1147,1 54,62
Tanggal 1 Mei 2012 2100 1328,2 63,24
Keterangan :

Grafik Intake
Energi dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut :

Gambar 3.1. Grafik Tingkat Konsumsi Energi


Berdasarkan tabel 3.1 dapat diketahui bahwa intake rata-rata pasien pada saat sebelum
intervensi sampai akhir pengamatan kasus yaitu 59,28%. Konsumsi energi sebelum intervensi
masih kurang dan pada hari pertama intervensi mulai meningkat, pada hari ke dua
menurun dan hari ketiga mulai meningkat kembali. Pada hari pertama dan ketiga kondisi
asupan makan pasien meningkat karena kondisi pasien yang cukup membaik sehingga asupan
makanan yang diterima oleh tubuh baik pula, sedangkan pada hari ke dua asupan menurun hal
ini disebabkan karena kondisi fisik pasien yang menurun dikarenakan pasien mengalami lemah
serta lemas sehingga asupan makanan yang diberikan tidak dapat diterima oleh tubuh dengan
baik.
2. Intake Protein
Data intake protein pasien sehari sebelum pengambilan kasus dan selama
pelaksanaan studi kasus (3 hari) disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.2 Intake Protein Sehari Sebelum Pengambilan Kasus Dan Selama Pelaksanaan Studi Kasus
Rawat Jalan
Tanggal Kebutuhan Intake % Tingkat Konsumsi
(gr)
Tanggal 29 Mei 2012 105 49,6 47,23
Tanggal 30 Mei 2012 105 54,9 52,28
Tanggal 31 Mei 2012 105 49 46,67
Tanggal 1 Mei 2012 105 55,7 53,04

Keterangan :

Grafik Intake Protein dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut :


Berdasarkan tabel 3.2. dapat diketahui bahwa intake protein rata-rata pasien
50,66%. Pada saat sebelum intervensi intake protein masih kurang, sedangkan hari pertama
mulai meningkat, hari kedua menurun dan hari ketiga mengalami peningkatan. Pada hari
pertama asupan protein yang diterima pasien cukup baik karena kondisi pasien juga yang mulai
membaik sehingga lauk nabati dan hewani habis dikonsumsi sedangkan hari kedua mengalami
penurunan dikarenan kondisi daya tahan tubuh pasien yang menurun sehingga asupan Lauk
nabati tidak dikonsumsi dengan baik oleh pasien. Pada hari ketiga mengalami peningkatan
dikarenankan kondisi pasien yang mulai membaik kembali sehingga asupan makanan Lauk
nabati dan hewani dapat diterima dengan baik.

3. Intake Lemak
Data intake lemak pasien sehari sebelum pengambilan kasus dan selama pelaksana studi
kasus (3 hari) disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.3 Intake Lemak Sehari Sebelum Pengambilan Kasus Dan Selama Pelaksanaan Studi Kasus
Rawat Jalan
Tanggal Kebutuhan Intake % Tingkat Konsumsi
(gr)
Tanggal 29 Mei 2012 47 37,7 80,2
Tanggal 30 Mei 2012 47 46,0 97,8
Tanggal 31 Mei 2012 47 36,3 77,23
Tanggal 1 Mei 2012 47 46,6 99,14

Keterangan :
Grafik Intake
Lemak dapat dilihat pada gambar 3.3 berikut

Gambar 3.3. Grafik Tingkat Konsumsi Lemak


Berdasarkan tabel 3.3 dapat diketahui bahwa intake lemak rata-rata pasien
91,39%. Pada saat sebelum intervensi intake lemak masih kurang, pada hari pertama setelah
intervensi mulai meningkat, kemudian hari ke dua menurun, dan hari ke tiga meningkat kembali
meskipun belum sesuai dengan kebutuhan. Pada hari pertama dan ketiga intake lemak meningkat
dikarenakan kondisi fisik pasien yang cukup membaik sehingga asupan makanan yang masuk di
tubuh di terima dengan baik pula, sedangkan pada hari kedua asupan lemak menurun disebabkan
karena kondisi pasien yang mengalami penurunan dayah tahan tubuh yaitu pasien mengalami
lemas dan lemah sehingga asupan lemak berkurang.
4. Intake Karbohidrat
Data intake Karbohidrat pasien sehari sebelum pengambilan kasus dan selama
pelaksanaan studi kasus (3 hari) disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.4 Intake Karbohidrat Sehari Sebelum Pengambilan Kasus Dan Selama Pelaksanaan Studi
Kasus Rawat Jalan
Tanggal Kebutuhan Intake % Tingkat Konsumsi
(Kalori)
Tanggal 29 Mei 2012 315 157,0 49,84
Tanggal 30 Mei 2012 315 154,3 48,9
Tanggal 31 Mei 2012 315 152,0 48,25
Tanggal 1 Mei 2012 315 168,3 53,42

Keterangan :

Grafik Intake
Karbohidrat dapat dilihat pada gambar 3.4 berikut :

Gambar 3.4 Grafik Tingkat Konsumsi Karbohidrat


Berdasarkan tabel 3.4 dapat diketahui bahwa intake karbohidrat rata-rata pasien 50,19%.
Pada saat sebelum intervensi intake karbohidrat masih kurang, pada hari pertama dan kedua
setelah intervensi masih menurun disebabkan karena keadaan pasien yang lemah sehingga
asupan lemak berkurang, kemudian pada hari ke tiga asupan lemak mengalami peningkatan
kembali dilihat kondisi pasien yang semakin membaik meskipun belum sesuai dengan
kebutuhan.

5. Intake Natrium
Data intake Natrium pasien sehari sebelum pengambilan kasus dan selama
pelaksanaan studi kasus (3 hari) disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.5 Intake Natrium Sehari Sebelum Pengambilan Kasus Dan Selama Pelaksanaan Studi Kasus
Rawat Jalan
Tanggal Kebutuhan Intake % Tingkat Konsumsi
(mg)
Tanggal 29 Mei 2012 150 228,1 152
Tanggal 30 Mei 2012 150 174,1 116
Tanggal 31 Mei 2012 150 201,6 134,4
Tanggal 1 Mei 2012 150 209,6 139,73

Keterangan :

Grafik Intake Karbohidrat dapat dilihat pada gambar 3.5 berikut :

Gambar 3.5 Grafik Tingkat Konsumsi Natrium


Berdasarkan tabel 3.5 dapat diketahui bahwa intake Natirum rata-rata pasien
129,71%. Pada saat sebelum intervensi dan hari kedua dan ketiga setelah intervensi intake
natrium melebihi dari kebutuhan hal ini disebabkan karena makanan yang dikonsumsi oleh
pasien banyak mengandung natrium yang melebihi dari kebutuhan yang dianjurkan misalnya
daging dan ikan laut. Sedangkan pada hari pertama setelah intervensi kadar natrium menurun
disebabkan bahan makanan yang dikonsumsi asupan natriumnya tidak begitu tinggi.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan :
a. Berdasarkan anamnesa data subyektif dan obyektif pasien penderita penyakit Diabetes Mellitus
+ Ganggren.
b. Berdasarkan hasil pengukuran antropometri nilai IMT 24,65 dapat disimpulkan
bahwa pasien memiliki status gizi normal.
c. Pasien diberikan diet DM B1 2100 Kalori + Diet Rendah Garam
a. Energi : 2100 Kal
b. Protein : 105 gr
c. Lemak : 47 gr
d. KH : 315 gr
d. Rata-rata intake pasien selama 3 hari penanganan, jika dibandingkan dengan kebutuhan
termasuk kategori kurang. Untuk konsumsi energi (59,28%), protein (50,66%) dan lemak
(91,39%) dan sedangkan pada tingkat karbohidrat asupannya masih kurang dari kebutuhan yang
dianjurkan yaitu (50,19%). Pada intake energi termasuk kategori kurang dikarenakan asupan dari
sebelum intervensi sampai hari ketiga kondisi pasien masih dalam keadaan lemah sehingga
intake energi belum mencapai kebutuhan. Pada intake protein masih dalam kategori kurang
dikarenakan sebelum intervensi sampai sesudah intervensi pola makan pasien masih kurang baik
disebabkan karena kondisi pasien yang masih dalam keadaan lemah. Pada intake Lemak masih
termasuk dalam kategori kurang, disebabkan karena kondisi pasien yang kurang baik sehingga
asupan lemak belum mencapai kebutuhan yang dianjurkan, sedangkan intake karbohidrat
termasuk kategori kurang, karena kurangnya nafsu makan yang dialami oleh pasien.
e. Berat badan pasien selama 3 hari penanganan tidak mengalami perkembangan yaitu sebesar
60 kg dengan status gizi normal.
f. Perkembangan fisik pasien mengalami perubahan yang semakin baik selama 3 hari.
g. Pemahaman pasien terhadap materi konseling sudah menunjukkan respon yang baik. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya komunikasi dua arah yang berjalan dengan baik selama penyuluhan.
h. Tingkat kepatuhan pasien terhadap prinsip 3J masih belum diterapkan dengan baik. Hal ini
ditunjukkan dengan kurang patuhnya pasien terhadap tepat porsi, jadwal serta jenis bahan
makanan yang baik.

4.2 SARAN
a. Dilakukan penyuluhan ke pasien dan keluarga pasien agar memperhatikan dietnya
untuk dijalankan setelah pulang dari Rumah Sakit.
b. Pasien dan keluarga pasien melaksanakan aturan diet sesuai dengan anjuran diet
yang diberikan.
c. Pasien menjalankan aktifitas atau olahraga secara teratur untuk menjaga
kesehatan.
d. Hendaknya dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium berikutnya untuk mengetahui
perkembangan kondisi pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Elliott M.Antman,Eugene Braunwald;Acute MyocardialInfarction;Harrison’s Principles of


Medicine 15th edition,2005,page 1-17.

2. Foster, Daniel W., 2000. Diabetes Mellitus. In : Asdie, Ahmad H., ed. Harrison
Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dala. Volume 5. Jakarta: EGC.
3. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC.
4. Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Tahun 2030 Prevalensi
Diabetes Melitus Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang .02 Juni
2012.Puskom.publik@yahoo.co.id,info@puskom.depkes.go.id,kontak@puskom.depkes.go.id

Anda mungkin juga menyukai