Agama : Islam Diagnosa Medis : Obs. Ikterik e.c. hydrops vesica felea dd cholelithiasis DM II
1. Pengkajian Gizi
Riwayat Gizi/Makanan :
Pasien menjalani diit rendah lemak sejak keluar dari RS Dr. Oen atas anjuran dokter yang
merawat. Pasien tidak mengkonsumsi makanan yang digoreng dan bersantan. Pasien belum
pernah mendapatkan konsultasi gizi mengenai diet penyakit yang dialaminya. Pola makan pasien
sebelum MRS : pasien suka mengkonsumsi glukosa sederhana (sirup) dalam jumlah yang
berlebih.
Pasien suka mengkonsumsi makanan dalam porsi yang berlebih, nafsu makan normal. Hasil
recall konsumsi makan 24 jam terakhir saat di RS didapatkan Energi 1430 kal, Protein : 53,97
gram, lemak : 30,57 gram, dan KH 272.05 gram.
Penilaian :
Asupan makan dibandingkan dengan standart makanan RS : Energi : 90,5%, Protein :90,2 %,
Lemak 66% dan KH : 106,7%. Asupan makan : Baik, rujukan berdasarkan SK Kemenkes
No:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, (point 11, Sub
Gizi dengan indikator sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien menggunakan nilai standar
<20%, artinya bahwa pasien dinilai memiliki asupan yang normal apabila mampu menghabiskan
makanan sebesar 80% dari standar makanan RS, dan jika mengkonsumsi makanan < 80% dari
standar makanan RS, pasien dinilai memiliki asupan makan yang kurang).
Berdasarkan riwayat pola makan pasien, pasien masih sering mengkonsumsi glukosa sederhana
(sirup), hal ini dikarenakan pasien tidak mengetahui efek konsumsi gula yang berlebihan.
Konsumsi gula sederhana yang berlebihan akan menyebabkan kadar gula darah tinggi.
Meningkatnya kadar gula dalam darah tersebut sebagai akibat adanya gangguan sistem
metabolisme dalam tubuh. Organ tubuh yang terganggu adalah pankreas, jika Pankreas
terganggu, maka kemampuan untuk memproduksi hormon insulin juga terganggu. Insulin adalah
sejenis hormon jenis polipeptida yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Fungsi utama insulin
ialah untuk menjaga keseimbangan glukosa dalam darah dan bertindak meningkatkan
pengambilan glukosa oleh sel tubuh. Kegagalan tubuh untuk menghasilkan insulin, atau jumlah
insulin yang tidak mencukupi akan menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke dalam tubuh dan
digunakan oleh sel-sel dalam tubuh (tidak terserap oleh sel-sel dalam tubuh). Dengan demikian
glukosa meningkat di dalam darah, dan menyebabkan penyakit Diabetes Melitus.
Aktifitas Fisik : Sebagai seorang guru pasien bekerja sekitar 7 8 jam. Pasien rutin melakukan
senam pagi di sekolah dan sesekali melakukan jalan pagi. Jumlah jam tidur pasien sekitar 6 8
jam sehari.
Biokimia
Prot +
Bil +2
Uro +2
Blod +2
Penilaian :
Antropometri
Penilaian :
Berdasarkan IMT, pasien memiliki status gizi Obes I (26,64 kg/m2), karena batasan Obese I
yaitu 25-29,9 kg/m2, menggunakan WHO WPR/IASO/IOTF dalam the Asia Pacific Perspective
: Redefining Obesity and its Treatment, dengan kategori :
<18,5 kg/m2 : BB kurang
23 : BB lebih
30 kg/m2 : obese II
Fisik Klinis
Keadaan Umum Lemah, Mata kuning, badan kuning, BAK seperti teh
Suhu 36 37 C Afebris
Penilaian :
Keadaan umum pasien : lemah, mata kuning badan kuning, BAK seperti teh, hipotensi, keadaan
umum terdapat ikterik yang telah berlangsung selama 5 bulan.
Riwayat Personal :
Data Sosio Ekonomi: Pasien adalah suku Jawa, bekerja sebagai seorang Guru SD, tinggal
bersama suami, 2 orang anak, 1 menantu, dan 1 orang cucu.
Bulan Mei 2008 pasien mengeluh badan terasa lemas, mual (+), muntah (-), BAK berwarna
seperti teh, nyeri ulu hati (+), periksa ke dokter dikatakan sakit maag, mendapat terapi obat,
tetapi tidak nama obat. 2 minggu kemudian keluhan tidak berkurang, mual (+), muntah (-), nyeri
perut (+), BAK warna seperi teh pesien periksa lagi ke dokter. Oleh dokter dirujuk ke RS Dr.
Oen Solo. Pasien dirawat selama 26 hari dengan keluhan mata kuning (+), badan kuning (+),
mual (+), muntah (-), BAK seperti teh, dikatakan SGOT/SGPT > 1000, mendapat obat dan terapi
tapi pasien tidak tahu. Dilakukan USG hasil tidak ditemukan batu. Keluhan membaik,
SGOT/SGPT hamper mendekati normal. Pasien boleh pulang dan diberi obat urdafalk 21 tablet
(Pasien minum selama 1 bulan).
Pasien kontrol rutin setiap minggu di dr. JK,SpPD diberikan obat lesichol dan Hp Pro . Pasien
menjalani USG lagi hasil menunjukkan tidak ada batu pada kandung empedu. Badan masih
kuning (+), mual (-), muntah (-), nafsu makan tidak ada kelainan, BAB tidak ada kelainan, BAK
seperti the, Pasien tetap minum obat dan kontrol rutin.
Dua hari SMRS karena badan masih kuning, pasien periksa ke dokter SM, SpPD KGEH, oleh
dokter dilakukan USG Abdomen ulang. Hasil USG menunjukkan kesan : Hepatosplenomegali
dengan Multiple Cholelithiasis dan obstruksi pada CBD. Pasien disarankan melakukan periksa
ulang laboratorium. Hasil menunjukkan SGOT 958/SGPT 324, Gamma GT 95 dan Fosfatase
Alkali 176, Pasien disarankan menjalani rawat inap untuk menurunkan kadar GOT/GPT pro
cholecystectomy.
Keluhan pasien saat masuk mata kuning (+), badan kuning (+), mual (-), muntah (-), pusing (-),
BAK seperti teh, BAB tidak ada keluhan, nafsu makan dan minum baik.
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada, Riwayat penyakit keluarga: Orang tua laki-laki pernah
menderita sakit kuning
Terapi Medis :
2. DIAGNOSIS GIZI
NI.5.8.2 Asupan karbohidrat yang berlebihan (P) berkaitan dengan kurangnya pengetahuan (E)
ditandai dengan pola konsumsi glukosa murni (syrup) yang berlebihan, GDP tinggi, G2JPP
tinggi, HBA1c tinggi, peningkatan BB 7 kg slm 3 bulan (S/S).
NI.5.4 Penurunan kebutuhan lemak (P) berkaitan dengan adanya sumbatan pada saluran
empedu (E) ditandai dengan hasil USG, T Bil tinggi, AST tinggi, ALT tinggi, ikterik, telah
menjalani diet rendah lemak (S/S).
NI.5.1 Peningkatan kebutuhan protein (P) berkaitan dengan gangguan sintesis albumin (E)
ditandai dengan kadar albumin yang rendah (S/S).
3. INTERVENSI GIZI
Tujuan :
Bentuk Makanan :
Makanan lunak (nasi tim), karena kondisi pasien yang masih lemah.
Syarat :
1. Energi dihitung berdasarkan rumus PERKENI (2006), dengan memperhitungkan basal, jenis
kelamin, usia, aktifitas dan faktor kegemukan. Energi diberikan untuk memenuhi kebutuhan
basal metabolisme, aktifitas pada saat sakit, mengurangi berat badan pasien dan mempercepat
proses penyembuhan pasien, karena saat ini pasien dalam keadaan lemah. Contoh Sumber
Bahan Makanan : beras giling, kentang, jagung.
2. Protein tinggi, diberikan sebesar 1,3 g/kgBB/hari untuk membantu meningkatkan kadar
albumin. Contoh Sumber Bahan Makanan: ayam, daging, ikan.
3. Lemak rendah diberikan 20% dari kebutuhan energi total untuk membantu menurunkan BB
pasien. Contoh Sumber Bahan Makanan : minyak.
4. Karbohidrat diberikan rendah untuk membantu menurunkan KGD, serta menurunkan BB pasien.
Contoh Sumber Bahan Makanan : beras giling, kentang, roti.
5. Serat diberikan sebesar 25-30 gram/hari, terutama untuk membantu memperlambat waktu
pengosongan lambung, meningkatkan waktu transit dengan memperlambat pergerakan di usus
halus, sehingga sangat membantu juga di dalam menurunkan BB pasien.
6. Makanan diberikan dengan porsi kecil tapi sering, dengan frekuensi makan : 3 x makan utama,
2X selingan dengan mematuhi prinsip 3J (tepat jumlah, jadwal dan jenis).
Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat-zat Gizi
Perhitungan kebutuhan penyakit DM, bisa menggunakan alternatif rumus, yaitu dengan rumus
PERKENI (2006), rumus dari praktisi Endokrinologi RSUD dr. Soetomo (Prof. Dr. Dr. H.
Askandar Tjokroprawiro), Harris Benedict, perhitungan cepat, dan berbagai alternatif rumus
lainnya. Dalam soal kasus ini akan kami uraikan bagaimana cara perhitungan kebutuhan energy
dan zat gizi dengan menggunakan rumus PERKENI 2006.
Catatan :
1. Jenis Kelamin. Kebutuhan kalori basal pada wanita lebih kecil daripada pria. Kebutuhan basal
untuk wanita sebesar 25 kal/kg BB dan 30 kal/kg BB untuk pria.
2. Umur
Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori jauh lebih tinggi daripada orang
dewasa, dalam tahun pertama bisa mencapai 112 kg/kg BB. Sedangkan Umur 1 tahun
membutuhkan lebih kurang 1000 kalori dan selanjutnya pada anak-anak
lebih daripada 1 tahun mendapat tambahan 100 kalori untuk tiap tahunnya. Penurunan kebutuhan
kalori diatas usia 40 tahun harus dikurangi 5% untuk tiap dekade antara 40 dan 59 tahun,
sedangkan antara usia 60 dan 69 tahun dikurangi 10%, diatas usia 70 tahun dikurangi 20%.
Jenis aktifitas yang berbeda membutuhkan kalori yang berbeda pula. Jenis aktifitas
dikelompokan sebagai berikut :
Keadaan istirahat : kebutuhan kalori basal ditambah 10%.
Aktifitas Ringan : pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu rumah tangga, dan
lain-lain kebutuhan harus ditambah 20% dari kebutuhan basal.
Sedang : pegawai di industri ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak perang, kebutuhan
dinaikkan menjadi 30% dari basal.
Berat : petani, militer dalam keadaan latihan, penari, atlit, kebutuhan ditambah 40%.
Sangat berat : tukang becak, tukang gali, pandai besi, kebutuhan harus ditambah
50% dari basal.
4. Kehamilan/Laktasi. Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori/hari dan pada
trimester II dan III 350 kalori/hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan sebanyak 550
kalori/hari.
5. Adanya komplikasi.
Infeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu memerlukan tambahan kalori
sebesar 13% untuk tiap kenaikkan 1 derajat celcius.
Lemak = 20% x total kebutuhan energi = 20% x 1700 kalori = 340 kalori
Kebutuhan Serat :
25g/1000kal/hari, maka kebutuhan serat pasien = (25 gx1700 kal)/1000kalori = 42,5 gram.
Penyusunan Menu
Nasi Tim
Selingan (09.30)
Pepaya
Nasi Tim
Pepes Ikan
Tahu Bacem
Sayur Asem
Selingan II (15.30)
Bika Pisang
Nasi Tim
Basho Daging
Apel Hijau
DAFTAR PUSTAKA
Oleh
Pramono*
A. Pendahuluan
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada
produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia. Penyakit ini tidak hanya
berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu negara. Walaupun belum
ada survei nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk pola makan
masyarakat Indonesia diperkirakan penderita DM ini semakin meningkat, terutama
pada kelompok umur dewasa keatas pada seluruh status sosial ekonomi.
Data penderita Diabetes Melitus di Amerika Serikat yang dirilis pada 26 Januari 2011
Jumlah penderitanya tercatat 25,8 juta yang terdiri dari anak-anak dan orang dewasa.
Hal tersebut berarti 8,3% dari populasi-memiliki diabetes. Berbeda dengan data pada
tahun 2007 , yang menggunakan data glukosa puasa untuk memperkirakan diabetes
dan pradiabetes, pada tahun 2011 menggunakan glukosa puasa dan tingkat A1C. Pada
tahun 2003 berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia diperkirakan diabetisi di
daerah urban sebesar 14,7%dan daerah rural sebesar 7,2%. Data dari Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi kenaikan pasien diabetes melitus di Indonesia
pada tahun 2010 menjadi 21,3 juta orang dari sebelumnya 8,4 juta pada tahun 2000.
Separuh dari jumlah tersebut tidak menyadari penyakitnya dan baru terdiagnosis
ketika sudah ada komplikasi. Data RISKESDAS 2007, kasus diabetes melitus di
Kalimantan Selatan adalah 1,1 persen. Biaya perawatan bagi pasien diabetes di USA
pada tahun 2007 menghabiskan dana $ 174.000.000.000. Setelah disesuaikan untuk
usia penduduk dan perbedaan jenis kelamin, pengeluaran biaya perawatan medis
rata-rata di antara orang dengan diabetes adalah 2,3 kali lebih tinggi dari pengeluaran
apa yang akan di tidak adanya diabetes.
Kepatuhan pada pasien terhadap prinsip gizi dan perencanaan makan merupakan salah
satu kendala pada pelayanan diebetes, terapi gizi merupakan komponen utama
keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Berdasarkan rekomendasi The American
Diabetes Association (ADA) 2003 Terapi gizi medis memerlukan pendekatan tim yang
terdiri dari dokter, dietisien, perawat dan petugas kesehatan lain serta pasien itu
sendiri untuk meningkatkan kemampuan setiap pasien dalam mencapai kontrol
metabolik yang baik.
Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia yang telah disusun oleh PERKENI
terakhir tahun 2006 yang mengadop dari ADA ( American Dietetic Assosiation) antara
lain memberikan pedoman tentang perhitungan kebutuhan gizi orang dengan diabetes
dan anjuran penggunaan Daftar Bahan Makanan Penukar dalam penyuluhan
perencanaan makan orang dengan diabetes. Pilar penatalaksanaan Diabetes Melitus
meliputi 1) Edukasi, 2) Terapi Gizi Medis, 3) Latihan jasmani, 4) Intervensi
farmakologi. Terapi Gizi Medis merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes
secara total. Salah satu keberhasilan terapi gizi medis, adalah adanya keterlibatan
secara menyeluruh dari anggota tim ( dokter , ahli gizi, petugas kesehatan lain dan
pasien itu sendiri).
Oleh karena itu berikut ini akan dipaparkan mengenai penatalaksanaan diet bagi
penderita diabetes mellitus sebagai bagian dari penerapan Terapi Gizi Medis .
Sesuai dengan tujuan umum terapi gizi adalah membantu diabetetisi memperbaiki
kebiasaan hidup dan olah raga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik.
Pengaturan porsi makanan sedemikian rupa sehingga asupan zat gizi tersebar
sepanjang hari. Penurunan berat badan ringan atau sedang (5-10kg) sudah terbukti
dapat meningkatkan kontrol diabetes, walaupun berat badan idaman tidak dicapai.
Penurunan berat badan dapat diusahakan dicapai dengan baik dengan penurunan
asupan energi yang moderat dan peningkatan pengeluaran energi. Dianjurkan
pembatasan kalori sedang yaitu 250-500 kkal lebih rendah dari asupan rata-rata
sehari.
Karbohidrat
Rekomendari ADA tahun 1994 lebih memfokuskan pada jumlah total karbohidrat
daripada jenisnya. Rekomendasi untuk sukrosa lebih liberal. Buah dan susu sudah
terbukti mempunyai respon glikemik yang lebih rendah dari pada sebagian besar
tepung-tepungan. Walaupun berbagai tepung-tepungan mempunyai respon glikemik
yang berbeda, prioritas hendaknya lebih pada jumlah total karbohidrat yang
dikonsumsi daripada sumber karbohidrat.
Penggunaan pemanis alternatif pada diabetesi, aman digunakan asal tidak melebihi
batas aman (Accepted Dialy Intake).
1. Fruktosa < 50 gr/hr, jika berlebih menyebabkan diare
2. Sorbitol < 30 gr, jika berlebih menyebabkan kembung, diare
3. Manitol < 20 gr/hr
4. Aspartam 0 mg/ kg BB?hr
5. Sakarin 1 gr/hr
6. Acesulfame K 15 mg/kg BB/hr
7. Siklamat 11 mg/kg BB/hr
Fruktosa menaikkan glukosa plasma lebih kecil daripada sukrosa dan kebanyakan
karbohidrat jenis tepung-tepungan. Dalam hal ini fruktosa dapat memberikan
keuntungan sebagai bahan pemanis pada diet diabetes. Namun pengaruhnya dalam
jumlah besar (20% energi) potensial merugikan pada kolesterol dan LDL. Penderita
disiplemia hendaknya menghindari mengkonsumsi fruktosa dalam jumlah besar,
namun tidak ada alasan untuk menghindari makanan seperti buah-buahan dan sayuran
yang mengandung fruktosa alami maupun konsumsi sejumlah sedang makanan
yangmengandungpemanisfruktosa.
Sorbitol, manitol dan xylitol adalah gula alkohol biasa mengadung 7 kalori /gram
menghasilkan respon glikemik lebih rendah daripada sukrosa dan karbohidrat lain.
Penggunaan pemanis tersebut secaraberlebihan dapat mempunyai pengaruh laksatif.
Sakarin, aspartame adalah pemanis tak bergizi yang dapat diterima sebagai pemanis
pada semua penderitaDM.
Serat
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan untuk orang
yang tidak diabetes yaitu dianjurkan mengkonsumsi 20-35 gr serat makanan dari
berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia anjurannya adalah kira-kira 25 gr/1000
kalori/ hari dengan mengutamakan serat larut air.
Protein
Sumber protein yang baik adalah ikan, seafood, daging tanpa lemak, ayam tanpa
kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan dan tahu-tempe.
Total lemak
Anjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20-25% energi. lemak jenuh < 7% kebutuhan
energi dan lemak tidak jenuh ganda <10% kebutuhan energi, sedangkan selebihnya
dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol makanan hendaknya dibatasi tidak
lebih dari 300 mg perhari.
Apabila peningkatan LDL merupakan masalah utama, dapat diikuti anjuran diet
disiplin diet dislipidemia. Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan
kolesterol adalah untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.
Garam
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa yaitu tidak
lebih dari 3000 mgr atau sama dengan 6-7 g (1 sdt) garam dapur, sedangkan bagi yang
menderita hipertensi ringan sampai sedang, dianjurkan 2400 mgr natrium perhari atau
sama dengan 6 gr/hari garam dapur. Sumber natrium antara lain adalah garam dapur,
vetsin dan soda.
Alkohol
Anjuran penggunaan alkohol untuk orang dengan diabetes sama dengan masyarakat
umum. Dalam keadaan normal, kadar glukosa darah tidak terpengaruh oleh
penggunaan alkohol dalam jumlah sedang apabila diabetes terkendali dengan baik.
Alkohol dapat meningkatkan resiko hipoglikemia pada mereka yang menggunakan
insulin atau sulfonylurea. Karena itu sebaiknya hanya diminum pada saat makan. Bagi
orang dengan diabetes yang mempunyai masalah kesehatan lain seperti pancreatitis,
dislipidemia, atau neuropati mungkin perlu anjuran untuk mengurangi atau
menghindari alkohol. Asupan kalori dari alkohol diperhitungkan sebagai bagian dari
asupan kalori total dan sebagai penukar lemak (1 minuman alcohol sama dengan 2
penukar lemak).
Kebutuhan kalori
Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.
Komposisi energy adalah 45-65% dari karbohidrat, 10-20% dari protein dan 20-25% dari
lemak. Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan orang
dengan diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan kalori
basal yang besarnya 25-30 kalori/kg BB ideal, ditambah dan dikurangi bergantung
pada beberapa faktor yaitu jenis kelamin, umur, aktivitas, kehamilan/laktasi, adanya
komplikasi dan berat badan.
Perhitungan berat badan ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang dimodifikasi:
Bagi pria dengan TB di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm , rumus
modifikasi menjadi: BBI = (TB dalam cm 100) x 1 kg
Jenis kelamin
Kebutuhan kalori wanita sebesar 25 kkal/kg BB ideal dan pria 30 kkal/kg BB
ideal
Umur
Pasien usia > 40 tahun , kebutuhan kalori :
- 40-59 tahun dikurangi 5% dari energi basal
- 60-69 tahun dikurangi 10 % dari energi basal
- > 70 tahun dikurangi 20% dari energi basal
- Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori adalah jauh lebih tinggi daripada
orang dewasa, dalam tahun pertama bisa mencapai 112 kal/kg BB.
- Umur 1 tahun membutuhkan lebih kurang 1000 kalori dan selanjutnya pada
anak-anak lebih daripada 1 tahun mendapat tambahan 100 kalori untuk tiap
tahunnya.
Aktifitas fisik atau pekerjaan
Kebutuhan kalori ditambah sesuai dengan intensitas aktifitas fisik
Penambahan kalori dari aktifitas fisik:
- Keadaan istirahat : ditambah 10% dari kebutuhan basal
- Keadaan aktifitas ringan: ditambahkan 20% dari kebutuhan basal
- Keadaan aktifitas sedang: ditambahkan 30% dari kebutuhan basal
- Keadaan aktifitas berat dan sangat berat: ditambahkan 40 & 50% dari
kebutuhan basal
Jenis aktifitas dikelompokkan sebagai berikut :
- Keadaan istirahat : berbaring di tempat tidur.
- Ringan : pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu rumah
tangga dan lain-lain
- Sedang : pegawai di industri ringan, mahasiswa, militer yang sedang
tidak perang, .
- Berat : petani, buruh, militer dalam keadaan latihan, penari, atlit.
- Sangat berat : tukang becak, tukang gali, pandai besi.
Berat badan
- Bila gemuk: dikurangi 20-30% tergantung dari tingkat kegemukan.
- Bila kurus: ditambah 20-30% tergantung dari tingkat kekurusan untuk
menambah berat badan.
- Untuk tujuan penurunan berat badan jumlah kalori yang diberikan paling
sedikit 1000-1200 kalori perhari untuk wanita dan 1200-1600 kalori perhari
untuk pria.
Pembagian makanan sejumlah kalori terhitung dibagi dalam 3 porsi besar makan pagi
(20%), siang (30%) dan sore (25%) serta 2-3 porsi makanan ringan (10 -15 % ). Untuk
meningkatkan kepatuhan pasien, sejauh mungkin perubahan dilakukan secara
bertahap dan harus disesuaikan dengan kebiasaan makan.
Cara pemilihan makanan dapat dilihat pada piramida makanan seperti dalam lampiran
(1). Bila diabetisi yang mengidap penyakit lain, pola pengaturan makan disesuaikan
dengan penyakit penyertanya.
Cara lain perhitungan kebutuhan kalori adalah seperti table I. dan ada pula cara yang
lebih gampang lagi adalah dengan pegangan kasar yaitu untuk pasien kurus 2300-2500
kalori, normal 1700-2100 kalori, dan gemuk 1300-1500 kalori.
Kalori/kg BB ideal
Status Gizi Kerja santai sedang Berat
Gemuk 25 30 35
Normal 30 35 40
Kurus 35 40 40-50
Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori/ hari dan pada trimester II
dan III 350 kalori/hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan sebanyak 550
kalori/hari.
Adanya komplikasi
Infeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu memerlukan tambahan
kalori sebesar 13% untuk tiap kenaikan 1 derajat celcius.
Untuk perencanaan pola makan sehari, pasien diberi petunjuk berapa kebutuhan
bahan makanan setiap kali makan dalam sehari dalam bentuk Penukar (P).
Berdasarkan pola makan pasien tersebut dan Daftar Bahan Makanan Penukar, dapat
disusun menu makanan sehari-hari.
Daftar bahan makanan penukar adalah suatu daftar nama bahan makanan dengan
ukuran tertentu dan dikelompokkan berdasarkan kandungan kalori, protein, lemak
dan hidrat arang. Setiap kelompok bahan makanan dianggap mempunyai nilai gizi
yang kurang lebih sama.
Golongan IV : sayuran
Golongan V : buah-buahan
Golongan VI : susu
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa prinsip 3 J yaitu tepat jadwal. Jenis,
dan jumlah adalah yang perlu diperhatikan untuk terkontrolnya kadar gula darah,
maka sekarang ini yang mulai popular digunakan yaitu carbohydrate counting.
Carbohydrate counting (CATING) adalah metode menghitung gram karbohidrat yang
dikonsumsi saat makan dan snack. CATING dapat juga digunakan untuk membuat
perencanaan makan untuk diabetisi.
1. Basic CATING: pemahaman tentang makanan, aktifitas fisik, tingkat kadar gula
darah.
2. Advanced CATING; pemahaman managemen dan penggunaan rasio insulin dan
karbohidrat. Dimana 15 gr KH diperlukan insulin 1 unit
-Starches: 1 slice of bread, 1/3 cup of cooked pasta, 3/4 cup of dry cereal, or 46
cracker ,
2. Hitung energy dari karbohidrat yaitu 50% total kalori= 1,000 kalori
3. Membagi 1,000 kalori dengan 4 kalori per gram of carbohydrate = 250 grams
4. Membagi 250 grams karbohidrat dengan 15 grams carbohydrate per serving/ penyajian =
16.66karbohidrat servings/ penyajian.
Penyajian karbohidrat dibagi menjadi 3 kali makan dan 2-3 kali snack. Perlu diperhatikan juga
bahwa makanan yang dimakan tidak hanya karbohidrat saja, tetapi protein dan lemak. Jika
menggunakan aturan standar menu seimbang, yaitu 2-3 penyajian sumber protein setiap
makan dan sedikit menggunakan minyak, maka kalori tidak akan berlebih. Namun bila
dikonsumsi lebih, tetap akan menambah kebutuhan energy dan ini akan berdampak terhadap
kenaikkan berat badan. Hal ini berakibat terhadap terjadinya penyakit kardiovaskuler. Berikut
ini adalah pembagian karbohidrat dalam pengaturan makan yang disesuaikan dengan keadaan
kadar gula darah.
Tabel 2. Pembagian karbohidrat dapat disusun dan disesuaikan dengan kadar gula darah :
Makan pagi 4 4 2 3 4 3 0
Snack 0 2 2 2 2 1 3
pk.10.00
Makan siang 5 4 4 3 5 4 3
Snack sore 0 2 2 2 2 2 3
pk.16.00
Makan malam 5 4 4 4 3 4 4
Snack malam 2 0 2 2 0 2 3
TOTAL CARBS 16 16 16 16 16 16 16
Bagi diabetesi dalam merencanakan makan dengan menggunakan CATING dalam level
basic atau advanced CATING harus memahami :
2. Label makanan
5. Pemilihan snack
Dalam pelaksanaan CATING pun harus dilakukan monitoring terhadap: Kadar Gula
darah, Hb A1C, Lipid darah, Tekanan darah, Berat badan agar dapat diketahui
pengaturan konsumsi karbohidrat yang tepat dan harus dijalankan secara konsisten
terutama bagi yang menggunakan insulin.
Didalam buku panduan Perencanaan Makan Penderita Diabetes dengan Sistem Unit
terbitan Klinik Gizi dan Klinik Edukasi Diabetes RS Tebet, menuliskan tentang prinsip
dasar diet diabetes, dengan pemberian kalori sesuai kebutuhan dasar. Untuk wanita,
kebutuhan dasar adalah (Berat Badan Ideal x 25 kalori)ditambah 20% untuk aktivitas.
Sedangkan untuk pria, (Berat Badan Ideal x 30 kalori) ditambah 20% untuk aktivitas.
Untuk menentukan berat badan ideal (BBI) bisa diambil patokan: BBI = Tinggi Badan
(cm) 100 cm 10%.
Contoh, seorang pria bertinggi badan 164 cm, berat badan 70 kg, maka BBI = 64 kg
10% = 58 kg. Kebutuhan kalori dasar = 58 x 30 kalori = 1.740 kalori. Ditambah kalori
aktivitas 20% = 2.088 kalori. Jadi, pria ini memerlukan diet sekitar 2.000 kalori sehari.
Namun, rumusan ini tidak mutlak. Bila pasien sedang sakit, aktivitas berubah, atau
berat badan jauh dari ideal, maka kebutuhan kalori akan berubah. Bila berat badan
berlebih, jumlah kalori dikurangi dari kebutuhan dasar. Sebaliknya, bila pasien
mempunyai berat badan kurang, jumlah kalori dilebihkan dari kebutuhan dasar.
Begitu berat badan mencapai normal, jumlah kalori disesuaikan kembali dengan
kebutuhan dasar.
Prinsip makan selanjutnya adalah menghindari konsumsi gula dan makanan yang
mengandung gula. Juga menghindari konsumsi hidrat arang olahan yakni hidrat arang
hasil dari pabrik berupa tepung dengan segala produknya. Ditambah lagi mengurangi
konsumsi lemak dalam makanan sehari-hari (lemak binatang, santan, margarin, dll.),
sebab tubuh penderita mengalami kelebihan lemak darah.
Yang perlu diperbanyak justru konsumsi serat dalam makanan, khususnya serat yang
larut air seperti pektin (dalam apel), jenis kacang-kacangan, dan biji-bijian (bukan
digoreng).
Bila penderita juga mengalami gangguan pada ginjal, yang perlu diperhatikan adalah
jumlah konsumsi protein. Umumnya, digunakan rumus 0,8 g protein per kilogram
berat badan. Bila kadar kolesterol/trigliserida tinggi, disarankan melakukan diet
rendah lemak. Bila tekanan darahnya tinggi, dianjurkan mengurangi konsumsi garam.
Kegagalan berdiet bisa disebabkan karena pasien kurang berdisiplin dalam memilih
makanannya atau tidak mampu mengurangi jumlah kalori makanannya. Bisa juga
penderita tidak mempedulikan saran dokter.
Tabel 3 Contoh lima kelompok makanan: makanan pokok, lauk pauk, sayuran,
makanan ringan/siap santap, buah-buahan, dan minuman.
Jenis A B C
makanan
Makanan nasi Roti kentang
pokok pepes ikan sate goreng
Lauk pauk sayur lodeh rendang
Sayuran bening hamburger buntil
Siap santap ketoprak pisang pizza
Buah- apel kroket anggur
buahan lemper es campur lapis legit
Makanan teh/kopi minuman
ringan ringan
Minuman
Tabel 4. Contoh menu yang dapat diikuti (20 unit atau 1.600 kalori):
Makan pagi
Setangkap roti tawar 1,50 unit
Sebutir telur ayam 1,25 unit
1 sendok teh selai 0,25 unit
1 gls susu skim 0,75 unit
Selingan (di kantor):
Arem-arem 2,75 unit
Teh tanpa gula
Makan siang:
Nasi putih 1,25 unit
Daging cah kembang kol 3,00 unit
Sayur bening bayem 0,25 unit
Pepaya 0,50 unit
Selingan sore
Serabi pandan (kue basah) 1,75 unit
1 gls jus melon 0,50 unit
Makan malam
Nasi, sayur, daging, ikan goreng, 3,75 unit
gado-gado 0,25 unit
1 gls jus tomat
Selingan malam
1 pisang ambon 1,25 unit
KESIMPULAN
1. Memahami pengaruh karbohidrat terhadap kadar glukosa darah adalah kunci untuk
pengelolaan diabetes
2. Pengaturan makan diabetesi sangat berperanan dalam pengontrolan kadar gula darah
oleh karena itu perlu sekali dilakukan pendokumentasian hasil monitoring meliputi
kadar gula darah, kadar Hb A1c, kadar lipid darah, tekanan darah, berat.
1.
Tambahkan komentar
IKATAN AHLI KESEHATAN
MASYARAKAT INDONESIA (IAKMI)
KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
1.
May
10
Peer Educator
Oleh: Wahyuni (SubBid. Promosi IAKMI)
Peranan kelompok teman sebaya (peer group) bagi remaja memberikan kesempatan
untuk belajar tentang bagaimana berinteraksi dengan orang lain, mengontrol tingkah laku
sosial, mengembangkan keterampilan, dan minat yang relevan dengan usianya dan saling
bertukar perasaan dan masalah
Remaja adalah calon-calon pemimpin bangsa. Kualitas hidup sehat mereka saat ini akan
mempengaruhi kesehatan mereka yang akan datang yang juga akan mempengaruhi
produktivitas mereka. Program anti madat, tembakau dan alkohol terutama di kalangan
remaja usia sekolah merupakan salah satu pokok program pembangunan kesehatan ).
Sejalan dengan program ini, upaya promosi kesehatan pada tatanan sekolah dewasa ini
sangat strategis. Ukuran dan jangkauan dari populasi sekolah menjadi alasan prioritas
yang tinggi untuk pendidikan kesehatan yang berdasar sekolah (school-based).
Sebagaimana kita ketahui promosi kesehatan adalah proses memberdayakan atau
memandirikan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan, serta
pengembangan lingkungan kesehatan yang sehat 4).
Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku
masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar
masyarakat menyadari atau mengerti bagaimana cara memelihara kesehatan mereka,
bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka5).
Teman sebaya diharapkan mampu memberikan pengaruh positif dengan menjadi peer
educator untuk pencegahan perilaku yang menyimpang yang menjadi peer groupnya.
Peer educator adalah siswa yang berperan memberikan pendidikan dengan cara
menyampaikan informasi yang benar kepada teman-temannya tentang program
kesehatan. Peer educator juga dituntut mampu bersikap tidak mendiskreditkan teman
yang berperilaku tidak baik, melainkan harus mampu mendekati sehingga informasi
tentang program kesehatan dapat berjalan dengan baik. Beberapa keuntungan pendekatan
dengan menggunakan peer educator untuk pencegahan perilaku kesehatan yang tidak
baik: kelompok teman sebaya (peer group) lebih nyaman berdiskusi diantara sesama peer
yang lebih mengerti tentang kondisi mereka, peer educator dapat menyampaikan
informasi tentang program kesehatan dengan bahasa sesama peer yang lebih mudah
dimengerti.
Kriteria peer educator adalah, orang yang dipilih karena mempunyai sifat kepemimpinan
dalam menolong orang lain, mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik dan
mampu mempengaruhi teman sebaya, mempunyai hubungan pribadi yang baik serta
mempunyai kemampuan untuk mendengarkan orang lain, dapat diterima dan dihargai
oleh peer groupnya, dapat menunjukkan sikap yang menghayati serta menghargai orang
dan mempunyai rasa percaya diri sendiri 6).
3. Penutup
Kegiatan pendidikan kesehatan peer educator merupakan salah satu metode promosi
kesehatan yang cukup efektif dilaksanakan. Peer educator ini dapat dilakukan di mana
saja, kapan saja asalkan berada dalam lingkungan yang kondusif. Pada prinsipnya ada
kesepakatan antara peer educator dengan peer group untuk mengadakan suatu diskusi
penyampaian informasi yang diharapkan. Tempat kegiatan ini dapat dilakukan di kantin,
di halaman sekolah, di tempat lain di mana memungkinkan adanya tukar informasi dalam
rangka pencegahan perilaku yang tidak sehat pada peer group.
DAFTAR PUSTAKA
1. Family Health International, (2002). Intervention Strategies That Work For Youth:
Summary Of The Focus On Young Adults and Program Report.
2. Syuhaimie, H. dan Yani, A. (1999). Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa pada Anak
dan Remaja. Jakarta: Widya Medika.
5. Simon B.G., Greene H.W. dan Gottlieb H.N. (1995). Introduction To Health
Education and Health Promotion (2sd ed.). USA: Waveland Press.
6. Suharto, dkk (1997). Pedoman Pelatihan dan Modul Pendidikan Sebaya (Peer
Education) Dalam Rangka Pendidikan Pencegahan HIV/AIDS. Jakarta.
Diposkan 10th May 2012 oleh IAKMI-HST
Tambahkan komentar
2.
Mar
17
Sekedar Info
Ghiboo.com - Mulai untuk berpuasa makan nasi sepertinya baik untuk dicoba.
Penelitian terbaru menunjukkan ada kemungkinan untuk mengembangkan risiko
diabetes tipe 2 melalui makan nasi.
Temuan yang dimuat dalam British Medical Journal menganalisis seluruh partisipan
melalui satu porsi nasi 18 gram dan faktor lain, seperti berat badan, tingkat olahraga
dan diet. Selama masa penelitian (4-22 tahun), sekitar 13.200 orang mengembangkan
diabetes.
Orang Asia dianggap berisiko tinggi terkena diabetes tipe 2. Hal ini disebabkan orang
Asia cenderung memiliki asupan jauh lebih tinggi untuk mengonsumsi nasi
dibandingkan orang Barat, rata-rata tiga hingga empat porsi dalam sehari.
Para peneliti menjelaskan bahwa terdapat efek negatif terhadap kadar gula darah
karena nasi putih mengandung indeks glikemik yang tinggi dibanding nasi merah.
Selain itu, nasi putih juga memiliki nutrisi yang lebih sedikit, termasuk serat dan
magnesium, yang dapat mencegah diabetes tipe 2.
Indeks glikemik merupakan ukuran seberapa cepat glukosa dilepaskan kedalam aliran
darah setelah makan. Makanan yang mengandung indeks glikemik rendah, seperti
beras merah, membuat orang merasa kenyang lebih lama dan menjaga kadar gula
lebih stabil.
0
Tambahkan komentar
3.
Mar
Tambahkan komentar
4.
Feb
11
Keracunan Makanan
Pasien Keracunan Massal Mulai Pulang
SABTU, 11 FEBRUARI 2012 - 11:50 WITA - Print
hanani
"Tadi pagi juga ada 1-2 orang yang sudah pulang dijemput keluarga
masing masing," kata Rudy, Sabtu (11/2/2012) siang.
Rudy berharap pasien lain yang masih tinggal juga akan sembuh
mengingat sejat diberikan infus dan obat obatan bakteri yang membuat
mual, diare dan muntah sudah hilang.
Mengenai adanya korban yang meninggal, Rudy tidak tahu karena yang
bersangkutan tidak langsung dibawa ke rumah sakit.
"Seharusnya kalau ada gejala seperti itu lkangsung bawa saja jangan
dirawat di rumah," tambahnya.
Sedikitnya 30 warga, satu meninggal dan satu lagi kritis dan kini dirawat
di RS Damanhuri akibat keracunan itu.
Agar tidak terlalu banyak kehilangan cairan tubuh karena muntah dan
berak pasien yang datang segera diberikan infus.
(khairil rahim/www.banjarmasinpost.co.id)
Diposkan 11th February 2012 oleh IAKMI-HST
Tambahkan komentar
5.
Dec
23
web
Tambahkan komentar
6.
Dec
23
Ketua Panitia Pelaksana Debat Kreatif Ilmiah Wahyuni menjelaskan peserta kegiatan
berjumlah 65 orang terdiri dari 5 orang masing-masing sekolah dari 13 sekolah
Tingkat SLTA atau sederajat yang diundang berikut guru pendamping.
Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Rahmatullah mengungkapkan tujuan pelaksanaan debat kreatif ilmiah ini tidak lain
untuk menumbuhkan kesadaran bagi generasi muda utamanya pelajar akan bahaya
penyalahgunaan Napza serta memeriahkan Hari Jadi ke-53 HST. "Generasi Muda dan
Pelajar di usia mereka paling rentan akan penyalahgunaan Napza karena di usia inilah
masa pencarian jati diri dan mulai berekspresi sehingga untuk menanggulanginya
diperlukan kesadaran yang timbul dari dalam diri, dukungan dan motivasi positif dari
orang tua dan lingkungan serta wahana positif mereka berkreasi sehingga terhindar
dari narkoba," katanya.
Diterangkannya forum debat kreatif ilmiah dapat menjadi wahana positif pelajar agar
mereka bukan hanya dipandang sebagai obyek dalam upaya penanggulangan bahaya
napza namun mereka juga diposisikan sebagai subyek yang menyampaikan bahaya
napza dengan bahasa dan gaya yang lebih mengena, santun, gaul dengan menjunjung
tinggi nilai moral dan agama.
20:10:43
Search
Tambahkan komentar
7.
Dec
23
Email : iakmihst@yahoo.com
SUSUNAN PENGURUS
IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA (IAKMI)
(HASIL RAPAT ANGGOTA IAKMI CABANG HST TGL. 17 JUNI 2010 DAN
C. PENGURUS INTI :
D. BIDANG BIDANG :
Sub Bidang :
RAHMATULLAH, S.KM,
M.PH
Tambahkan komentar
8.
Jun
15
PENATALAKSANAAN TERBARU
DIET DIABETES MELITUS
BAHAN SEMINAR ILMIAH
DALAM RANGKA PENGUKUHAN IAKMI CABANG HST TAHUN 2010-2013
TANGGAL 7 APRIL 2011
Oleh
Pramono*
A. Pendahuluan
Oleh karena itu berikut ini akan dipaparkan mengenai penatalaksanaan diet
bagi penderita diabetes mellitus sebagai bagian dari penerapan Terapi Gizi
Medis .
Karbohidrat
Sorbitol, manitol dan xylitol adalah gula alkohol biasa mengadung 7 kalori
/gram menghasilkan respon glikemik lebih rendah daripada sukrosa dan
karbohidrat lain. Penggunaan pemanis tersebut secaraberlebihan dapat
mempunyai pengaruh laksatif. Sakarin, aspartame adalah pemanis tak
bergizi yang dapat diterima sebagai pemanis pada semua penderitaDM.
Serat
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan untuk
orang yang tidak diabetes yaitu dianjurkan mengkonsumsi 20-35 gr serat
makanan dari berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia anjurannya
adalah kira-kira 25 gr/1000 kalori/ hari dengan mengutamakan serat larut
air.
Protein
Total lemak
Anjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20-25% energi. lemak jenuh < 7%
kebutuhan energi dan lemak tidak jenuh ganda <10% kebutuhan energi,
sedangkan selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol
makanan hendaknya dibatasi tidak lebih dari 300 mg perhari.
Garam
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa
yaitu tidak lebih dari 3000 mgr atau sama dengan 6-7 g (1 sdt) garam dapur,
sedangkan bagi yang menderita hipertensi ringan sampai sedang, dianjurkan
2400 mgr natrium perhari atau sama dengan 6 gr/hari garam dapur. Sumber
natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin dan soda.
Alkohol
Anjuran penggunaan alkohol untuk orang dengan diabetes sama dengan
masyarakat umum. Dalam keadaan normal, kadar glukosa darah tidak
terpengaruh oleh penggunaan alkohol dalam jumlah sedang apabila diabetes
terkendali dengan baik. Alkohol dapat meningkatkan resiko hipoglikemia
pada mereka yang menggunakan insulin atau sulfonylurea. Karena itu
sebaiknya hanya diminum pada saat makan. Bagi orang dengan diabetes
yang mempunyai masalah kesehatan lain seperti pancreatitis, dislipidemia,
atau neuropati mungkin perlu anjuran untuk mengurangi atau menghindari
alkohol. Asupan kalori dari alkohol diperhitungkan sebagai bagian dari
asupan kalori total dan sebagai penukar lemak (1 minuman alcohol sama
dengan 2 penukar lemak).
Kebutuhan kalori
Perhitungan berat badan ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang dimodifikasi:
Kurus :
Jenis kelamin
Kebutuhan kalori wanita sebesar 25 kkal/kg BB ideal dan pria 30
kkal/kg BB ideal
Umur
Pasien usia > 40 tahun , kebutuhan kalori :
- 40-59 tahun dikurangi 5% dari energi basal
- 60-69 tahun dikurangi 10 % dari energi basal
- > 70 tahun dikurangi 20% dari energi basal
- Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori adalah jauh lebih tinggi
daripada orang dewasa, dalam tahun pertama bisa mencapai 112
kal/kg BB.
- Umur 1 tahun membutuhkan lebih kurang 1000 kalori dan
selanjutnya pada anak-anak lebih daripada 1 tahun mendapat
tambahan 100 kalori untuk tiap tahunnya.
Aktifitas fisik atau pekerjaan
Kebutuhan kalori ditambah sesuai dengan intensitas aktifitas fisik
Penambahan kalori dari aktifitas fisik:
- Keadaan istirahat : ditambah 10% dari kebutuhan basal
- Keadaan aktifitas ringan: ditambahkan 20% dari kebutuhan basal
- Keadaan aktifitas sedang: ditambahkan 30% dari kebutuhan basal
- Keadaan aktifitas berat dan sangat berat: ditambahkan 40 & 50%
dari kebutuhan basal
Jenis aktifitas dikelompokkan sebagai berikut :
- Keadaan istirahat : berbaring di tempat tidur.
- Ringan : pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu
rumah tangga dan lain-lain
- Sedang : pegawai di industri ringan, mahasiswa, militer yang
sedang tidak perang, .
- Berat : petani, buruh, militer dalam keadaan latihan, penari,
atlit.
- Sangat berat : tukang becak, tukang gali, pandai besi.
Berat badan
- Bila gemuk: dikurangi 20-30% tergantung dari tingkat kegemukan.
- Bila kurus: ditambah 20-30% tergantung dari tingkat kekurusan untuk
menambah berat badan.
- Untuk tujuan penurunan berat badan jumlah kalori yang diberikan
paling sedikit 1000-1200 kalori perhari untuk wanita dan 1200-
1600 kalori perhari untuk pria.
Pembagian makanan sejumlah kalori terhitung dibagi dalam 3 porsi besar
makan pagi (20%), siang (30%) dan sore (25%) serta 2-3 porsi makanan ringan
(10 -15 % ). Untuk meningkatkan kepatuhan pasien, sejauh mungkin
perubahan dilakukan secara bertahap dan harus disesuaikan dengan
kebiasaan makan.
Cara pemilihan makanan dapat dilihat pada piramida makanan seperti dalam
lampiran (1). Bila diabetisi yang mengidap penyakit lain, pola pengaturan
makan disesuaikan dengan penyakit penyertanya.
Cara lain perhitungan kebutuhan kalori adalah seperti table I. dan ada pula
cara yang lebih gampang lagi adalah dengan pegangan kasar yaitu untuk
pasien kurus 2300-2500 kalori, normal 1700-2100 kalori, dan gemuk 1300-
1500 kalori.
Kalori/kg BB ideal
Status Gizi Kerja santai sedang Berat
Gemuk 25 30 35
Normal 30 35 40
Kurus 35 40 40-50
Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori/ hari dan pada
trimester II dan III 350 kalori/hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan
sebanyak 550 kalori/hari.
Adanya komplikasi
Daftar bahan makanan penukar adalah suatu daftar nama bahan makanan
dengan ukuran tertentu dan dikelompokkan berdasarkan kandungan kalori,
protein, lemak dan hidrat arang. Setiap kelompok bahan makanan dianggap
mempunyai nilai gizi yang kurang lebih sama.
Golongan IV : sayuran
Golongan V : buah-buahan
Golongan VI : susu
-Starches: 1 slice of bread, 1/3 cup of cooked pasta, 3/4 cup of dry cereal,
or 46 cracker ,
2. Hitung energy dari karbohidrat yaitu 50% total kalori= 1,000 kalori
3. Membagi 1,000 kalori dengan 4 kalori per gram of carbohydrate = 250 grams
Penyajian karbohidrat dibagi menjadi 3 kali makan dan 2-3 kali snack. Perlu
diperhatikan juga bahwa makanan yang dimakan tidak hanya karbohidrat saja,
tetapi protein dan lemak. Jika menggunakan aturan standar menu seimbang, yaitu
2-3 penyajian sumber protein setiap makan dan sedikit menggunakan minyak, maka
kalori tidak akan berlebih. Namun bila dikonsumsi lebih, tetap akan menambah
kebutuhan energy dan ini akan berdampak terhadap kenaikkan berat badan. Hal ini
berakibat terhadap terjadinya penyakit kardiovaskuler. Berikut ini adalah
pembagian karbohidrat dalam pengaturan makan yang disesuaikan dengan keadaan
kadar gula darah.
Tabel 2. Pembagian karbohidrat dapat disusun dan disesuaikan dengan kadar gula
darah :
Makan pagi 4 4 2 3 4 3 0
Snack 0 2 2 2 2 1 3
pk.10.00
Makan siang 5 4 4 3 5 4 3
Snack sore 0 2 2 2 2 2 3
pk.16.00
Makan malam 5 4 4 4 3 4 4
Snack malam 2 0 2 2 0 2 3
TOTAL CARBS 16 16 16 16 16 16 16
Bagi diabetesi dalam merencanakan makan dengan menggunakan CATING
dalam level basic atau advanced CATING harus memahami :
2. Label makanan
5. Pemilihan snack
Contoh, seorang pria bertinggi badan 164 cm, berat badan 70 kg, maka BBI =
64 kg 10% = 58 kg. Kebutuhan kalori dasar = 58 x 30 kalori = 1.740 kalori.
Ditambah kalori aktivitas 20% = 2.088 kalori. Jadi, pria ini memerlukan diet
sekitar 2.000 kalori sehari.
Namun, rumusan ini tidak mutlak. Bila pasien sedang sakit, aktivitas
berubah, atau berat badan jauh dari ideal, maka kebutuhan kalori akan
berubah. Bila berat badan berlebih, jumlah kalori dikurangi dari kebutuhan
dasar. Sebaliknya, bila pasien mempunyai berat badan kurang, jumlah kalori
dilebihkan dari kebutuhan dasar. Begitu berat badan mencapai normal,
jumlah kalori disesuaikan kembali dengan kebutuhan dasar.
Jenis A B C
makanan
Makanan nasi Roti kentang
pokok pepes ikan sate goreng
Lauk pauk sayur lodeh rendang
Sayuran bening hamburger buntil
Siap santap ketoprak pisang pizza
Buah- apel kroket anggur
buahan lemper es campur lapis legit
Makanan teh/kopi minuman
ringan ringan
Minuman
Tabel 4. Contoh menu yang dapat diikuti (20 unit atau 1.600 kalori):
Makan pagi
Setangkap roti tawar 1,50 unit
Sebutir telur ayam 1,25 unit
1 sendok teh selai 0,25 unit
1 gls susu skim 0,75 unit
Selingan (di kantor):
Arem-arem 2,75 unit
Teh tanpa gula
Makan siang:
Nasi putih 1,25 unit
Daging cah kembang kol 3,00 unit
Sayur bening bayem 0,25 unit
Pepaya 0,50 unit
Selingan sore
Serabi pandan (kue basah) 1,75 unit
1 gls jus melon 0,50 unit
Makan malam
Nasi, sayur, daging, ikan goreng, 3,75 unit
gado-gado 0,25 unit
1 gls jus tomat
Selingan malam
1 pisang ambon 1,25 unit
KESIMPULAN
1.
Tambahkan komentar
9.
May
8
Tambahkan komentar
10.
May
7
Assalamu alaikum
Sobat,
Banyak sekali persoalan kesehatan yang kita hadapi saat ini. Belum lagi
tuntas persoalan penyakit menular, penyakit degeneratif sudah mulai
meningkat di Indonesia. Begitu juga status kesehatan di Kabupaten Hulu
Sungai Tengah, yang lebih dikenal dengan bumi Murakata.
Persoalan kesehatan ini tidak bisa dikerjakan oleh insan kesehatan semata,
karena harus melibatkan semua pihak ; pemerintah, swasta, LSM dan
masyarakat.
wassalam,
Penyusun
Tambahkan komentar
Memuat
wahyuni. Tema Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.
http://iakmihst.blogspot.co.id/2011/06/penatalaksanaan-terbaru-diet-diabetes.html