Anda di halaman 1dari 52

Retno Wahyuningsih

Contoh Penyelesaian Kasus Diabetes Mellitus dengan langkah Proses Asuhan


Gizi Terstandar (PAGT)

A. Gambaran Umum Pasien

Nama : Ny. S S No RM : 2. 37. 23. 97

Umur : 51 th Ruang : Boegenvile C1 K2

Sex : Perempuan Tanggal Masuk : 18 Oktober 2008

Pekerjaan : Guru Sd Tanggal Kasus : 20 Oktober 2008

Pendidikan : S1 Alamat : Larangan Gayam RT 61/63 Sukoharjo

Agama : Islam Diagnosa Medis : Obs. Ikterik e.c. hydrops vesica felea dd cholelithiasis DM II

B. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)

1. Pengkajian Gizi

Riwayat Gizi/Makanan :

Riwayat Nutrisi Dahulu :

Pasien menjalani diit rendah lemak sejak keluar dari RS Dr. Oen atas anjuran dokter yang
merawat. Pasien tidak mengkonsumsi makanan yang digoreng dan bersantan. Pasien belum
pernah mendapatkan konsultasi gizi mengenai diet penyakit yang dialaminya. Pola makan pasien
sebelum MRS : pasien suka mengkonsumsi glukosa sederhana (sirup) dalam jumlah yang
berlebih.

Riwayat Nutrisi Sekarang :

Pasien suka mengkonsumsi makanan dalam porsi yang berlebih, nafsu makan normal. Hasil
recall konsumsi makan 24 jam terakhir saat di RS didapatkan Energi 1430 kal, Protein : 53,97
gram, lemak : 30,57 gram, dan KH 272.05 gram.

Tabel 1. Tingkat Konsumsi Makan Pasien 24 Jam Terakhir

Implementasi Energi (kal) Protein (gr) Lemak (gr) KH (gr)


Asupan oral 1130 28,97 30,57 222,05

Infus D 10% 200 -50

Aminofusin Hepar 5% 100 25

Total asupan 1430 53,97 30,57 272,05

Standar RS 1582 59,8 46,2 255

% Asupan 90,5 90,2 66 106,7

Penilaian :

Asupan makan dibandingkan dengan standart makanan RS : Energi : 90,5%, Protein :90,2 %,
Lemak 66% dan KH : 106,7%. Asupan makan : Baik, rujukan berdasarkan SK Kemenkes
No:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, (point 11, Sub
Gizi dengan indikator sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien menggunakan nilai standar
<20%, artinya bahwa pasien dinilai memiliki asupan yang normal apabila mampu menghabiskan
makanan sebesar 80% dari standar makanan RS, dan jika mengkonsumsi makanan < 80% dari
standar makanan RS, pasien dinilai memiliki asupan makan yang kurang).

Berdasarkan riwayat pola makan pasien, pasien masih sering mengkonsumsi glukosa sederhana
(sirup), hal ini dikarenakan pasien tidak mengetahui efek konsumsi gula yang berlebihan.

Konsumsi gula sederhana yang berlebihan akan menyebabkan kadar gula darah tinggi.
Meningkatnya kadar gula dalam darah tersebut sebagai akibat adanya gangguan sistem
metabolisme dalam tubuh. Organ tubuh yang terganggu adalah pankreas, jika Pankreas
terganggu, maka kemampuan untuk memproduksi hormon insulin juga terganggu. Insulin adalah
sejenis hormon jenis polipeptida yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Fungsi utama insulin
ialah untuk menjaga keseimbangan glukosa dalam darah dan bertindak meningkatkan
pengambilan glukosa oleh sel tubuh. Kegagalan tubuh untuk menghasilkan insulin, atau jumlah
insulin yang tidak mencukupi akan menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke dalam tubuh dan
digunakan oleh sel-sel dalam tubuh (tidak terserap oleh sel-sel dalam tubuh). Dengan demikian
glukosa meningkat di dalam darah, dan menyebabkan penyakit Diabetes Melitus.

Aktifitas Fisik : Sebagai seorang guru pasien bekerja sekitar 7 8 jam. Pasien rutin melakukan
senam pagi di sekolah dan sesekali melakukan jalan pagi. Jumlah jam tidur pasien sekitar 6 8
jam sehari.

Biokimia

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Biokimia Pasien


Pemeriksaan Satuan/Nilai Awal Masuk RS18-10- Awal Kasus20-10-
Keterangan
urin/darah Normal 2008 2008

Na (serum) 136 145 mmol 138,8 Normal

K (serum) 3,10 5,00 mmol 3,10 Normal

Cl (serum) 98 107 mmol 109,5 Tinggi

TP 6,40 8,30 g/dL 6,98 Normal

Albumin 3,50 5,00 g/dL 2,10 Rendah

AST 10 -42 U/L 377 Tinggi

ALT 10 40 U/L 180 Tinggi

BUN 7,0 18,0 mg/dL 11,1 Normal

Creatinin 0,6 1,30 mg/dL 1,16 Normal

Uric Acid 2,6- 7,2 mg/dL 5,9 Normal

GDS 70 -120 mg/dL 211 140 Tinggi

GD 2 JPP 80 140 mg/dL 241 Tinggi

HBA1C <6,5 10,8 Tinggi

T BIL 0,20- 1,00 mg/dL 11,21 Tinggi

D TIL 0,00 0,30 mg/dL 4,89 Tinggi

WBC 4,8 -10,83/UL 5,5 Normal

RBC 4,2 5.4 106/UL 3,69 Rendah

Pemeriksaan Satuan/Nilai Awal Masuk RS18-10- Awal Kasus20-10-


Keterangan
urin/darah Normal 2008 2008

HGB 12 16 g/dL 12,0 Normal

HCT 37 47 % 34,9 Rendah


MCV 81 99 fL 94,4 Rendah

MCH 27,0 31,0 pg 32,4 Tinggi

RDW 11,5 15,5 % 23,4 Tinggi

PLT 130 400 103/UL 150 Normal

MPV 7,4 10,4 fL 8,6 Normal

PCT 0,000 0,990 % 0,128 Normal

Prot +

Bil +2

Uro +2

Blod +2

Pemeriksaan penunjang : USG tanggal 17 Oktober 2008, Kesan : Hepatosplenomegali dengan


multiple cholelithiasis dan obstruksi pada CBD.

Penilaian :

Hipoalbuminemia (albumin rendah), proteinuria (+), DM (GDS, GD 2 JPP, HBA1C meningkat)

Antropometri

BB = 64 kg, TB = 155 cm, BBI = 49,5 kg, LLA = 30 cm

Riwayat perubahan BB,. Terjadi peningkatan BB sebanyak 7 Kg dalam waktu 3 bulan.

BB yang disesuaikan (adjusted body weight) = {(BBA-BBI) x 0,25} + BBI

= {(64 kg 49,5 kg) x 0,25} + 49,5 kg = 53,12 kg

Perhitungan IMT : BB/(TB)2 = 64/(1,55)2 = 26,64 kg/m2

Penilaian :

Berdasarkan IMT, pasien memiliki status gizi Obes I (26,64 kg/m2), karena batasan Obese I
yaitu 25-29,9 kg/m2, menggunakan WHO WPR/IASO/IOTF dalam the Asia Pacific Perspective
: Redefining Obesity and its Treatment, dengan kategori :
<18,5 kg/m2 : BB kurang

18,5-22,9 kg/m2 : normal,

23 : BB lebih

23-24,9 kg/m2 : at risk (dengan resiko)

25-29,9 kg/m2 : obese I,

30 kg/m2 : obese II

Fisik Klinis

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Klinis

Pemeriksaan Satuan / nilai normal Awal kasus

Keadaan Umum Lemah, Mata kuning, badan kuning, BAK seperti teh

Tensi 120/80 mmHg 110/70 mmHg

Nadi 60 100 x/mnt 70 x/menit

Suhu 36 37 C Afebris

Respirasi 20 24 x/mnt 16 x/menit

Keluhan Utama : Ikterik yang telah berlangsung selama 5 bulan

Penilaian :

Keadaan umum pasien : lemah, mata kuning badan kuning, BAK seperti teh, hipotensi, keadaan
umum terdapat ikterik yang telah berlangsung selama 5 bulan.

Riwayat Personal :

Data Sosio Ekonomi: Pasien adalah suku Jawa, bekerja sebagai seorang Guru SD, tinggal
bersama suami, 2 orang anak, 1 menantu, dan 1 orang cucu.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Bulan Mei 2008 pasien mengeluh badan terasa lemas, mual (+), muntah (-), BAK berwarna
seperti teh, nyeri ulu hati (+), periksa ke dokter dikatakan sakit maag, mendapat terapi obat,
tetapi tidak nama obat. 2 minggu kemudian keluhan tidak berkurang, mual (+), muntah (-), nyeri
perut (+), BAK warna seperi teh pesien periksa lagi ke dokter. Oleh dokter dirujuk ke RS Dr.
Oen Solo. Pasien dirawat selama 26 hari dengan keluhan mata kuning (+), badan kuning (+),
mual (+), muntah (-), BAK seperti teh, dikatakan SGOT/SGPT > 1000, mendapat obat dan terapi
tapi pasien tidak tahu. Dilakukan USG hasil tidak ditemukan batu. Keluhan membaik,
SGOT/SGPT hamper mendekati normal. Pasien boleh pulang dan diberi obat urdafalk 21 tablet
(Pasien minum selama 1 bulan).

Pasien kontrol rutin setiap minggu di dr. JK,SpPD diberikan obat lesichol dan Hp Pro . Pasien
menjalani USG lagi hasil menunjukkan tidak ada batu pada kandung empedu. Badan masih
kuning (+), mual (-), muntah (-), nafsu makan tidak ada kelainan, BAB tidak ada kelainan, BAK
seperti the, Pasien tetap minum obat dan kontrol rutin.

Dua hari SMRS karena badan masih kuning, pasien periksa ke dokter SM, SpPD KGEH, oleh
dokter dilakukan USG Abdomen ulang. Hasil USG menunjukkan kesan : Hepatosplenomegali
dengan Multiple Cholelithiasis dan obstruksi pada CBD. Pasien disarankan melakukan periksa
ulang laboratorium. Hasil menunjukkan SGOT 958/SGPT 324, Gamma GT 95 dan Fosfatase
Alkali 176, Pasien disarankan menjalani rawat inap untuk menurunkan kadar GOT/GPT pro
cholecystectomy.

Keluhan pasien saat masuk mata kuning (+), badan kuning (+), mual (-), muntah (-), pusing (-),
BAK seperti teh, BAB tidak ada keluhan, nafsu makan dan minum baik.

Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada, Riwayat penyakit keluarga: Orang tua laki-laki pernah
menderita sakit kuning

Terapi Medis :

Jenis Obat/ tindakan Fungsi Interaksi dengan zat gizi

Inf. D10%Aminufusin Hepar Tambahan asupan karbohidrat-


(1:1 20tpm) Tambahan asupan asam amino

Sebagai terapi jangka pendek ulkus duodenal Gangguan GI, sakit


Inj. OMZ 1A/12j
dan lambung, refluks esofagitis kepala, ruam kulit

Inj. SNMC 2A(hari I


Antiinflamasi hati
III)1A(hari IV-V)

HP Pro 2 x 1 Suplemen untuk hati

2. DIAGNOSIS GIZI
NI.5.8.2 Asupan karbohidrat yang berlebihan (P) berkaitan dengan kurangnya pengetahuan (E)
ditandai dengan pola konsumsi glukosa murni (syrup) yang berlebihan, GDP tinggi, G2JPP
tinggi, HBA1c tinggi, peningkatan BB 7 kg slm 3 bulan (S/S).

NI.5.4 Penurunan kebutuhan lemak (P) berkaitan dengan adanya sumbatan pada saluran
empedu (E) ditandai dengan hasil USG, T Bil tinggi, AST tinggi, ALT tinggi, ikterik, telah
menjalani diet rendah lemak (S/S).

NI.5.1 Peningkatan kebutuhan protein (P) berkaitan dengan gangguan sintesis albumin (E)
ditandai dengan kadar albumin yang rendah (S/S).

3. INTERVENSI GIZI

Tujuan :

1. Menurunkan konsumsi karbohidrat untuk membantu menormalkan kembali kadar glukosa


darah, dan mencegah kenaikan berat badan
2. Membatasi pemberian makanan tinggi lemak
3. Meningkatkan kadar albumin darah

Prinsip Diet : Rendah KH, 3 J (Tepat Jumlah, Jenis, Jadwal)

Macam Diet : Diet DM 1700 kalori.

Bentuk Makanan :

Makanan lunak (nasi tim), karena kondisi pasien yang masih lemah.

Syarat :

1. Energi dihitung berdasarkan rumus PERKENI (2006), dengan memperhitungkan basal, jenis
kelamin, usia, aktifitas dan faktor kegemukan. Energi diberikan untuk memenuhi kebutuhan
basal metabolisme, aktifitas pada saat sakit, mengurangi berat badan pasien dan mempercepat
proses penyembuhan pasien, karena saat ini pasien dalam keadaan lemah. Contoh Sumber
Bahan Makanan : beras giling, kentang, jagung.
2. Protein tinggi, diberikan sebesar 1,3 g/kgBB/hari untuk membantu meningkatkan kadar
albumin. Contoh Sumber Bahan Makanan: ayam, daging, ikan.
3. Lemak rendah diberikan 20% dari kebutuhan energi total untuk membantu menurunkan BB
pasien. Contoh Sumber Bahan Makanan : minyak.
4. Karbohidrat diberikan rendah untuk membantu menurunkan KGD, serta menurunkan BB pasien.
Contoh Sumber Bahan Makanan : beras giling, kentang, roti.
5. Serat diberikan sebesar 25-30 gram/hari, terutama untuk membantu memperlambat waktu
pengosongan lambung, meningkatkan waktu transit dengan memperlambat pergerakan di usus
halus, sehingga sangat membantu juga di dalam menurunkan BB pasien.
6. Makanan diberikan dengan porsi kecil tapi sering, dengan frekuensi makan : 3 x makan utama,
2X selingan dengan mematuhi prinsip 3J (tepat jumlah, jadwal dan jenis).
Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat-zat Gizi

Perhitungan kebutuhan penyakit DM, bisa menggunakan alternatif rumus, yaitu dengan rumus
PERKENI (2006), rumus dari praktisi Endokrinologi RSUD dr. Soetomo (Prof. Dr. Dr. H.
Askandar Tjokroprawiro), Harris Benedict, perhitungan cepat, dan berbagai alternatif rumus
lainnya. Dalam soal kasus ini akan kami uraikan bagaimana cara perhitungan kebutuhan energy
dan zat gizi dengan menggunakan rumus PERKENI 2006.

Catatan :

Syarat dan Ketentuan Perhitungan PERKENI (2006) :

1. Jenis Kelamin. Kebutuhan kalori basal pada wanita lebih kecil daripada pria. Kebutuhan basal
untuk wanita sebesar 25 kal/kg BB dan 30 kal/kg BB untuk pria.
2. Umur

Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori jauh lebih tinggi daripada orang
dewasa, dalam tahun pertama bisa mencapai 112 kg/kg BB. Sedangkan Umur 1 tahun
membutuhkan lebih kurang 1000 kalori dan selanjutnya pada anak-anak
lebih daripada 1 tahun mendapat tambahan 100 kalori untuk tiap tahunnya. Penurunan kebutuhan
kalori diatas usia 40 tahun harus dikurangi 5% untuk tiap dekade antara 40 dan 59 tahun,
sedangkan antara usia 60 dan 69 tahun dikurangi 10%, diatas usia 70 tahun dikurangi 20%.

3. Aktifitas Fisik atau Pekerjaan.

Jenis aktifitas yang berbeda membutuhkan kalori yang berbeda pula. Jenis aktifitas
dikelompokan sebagai berikut :
Keadaan istirahat : kebutuhan kalori basal ditambah 10%.

Aktifitas Ringan : pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu rumah tangga, dan
lain-lain kebutuhan harus ditambah 20% dari kebutuhan basal.

Sedang : pegawai di industri ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak perang, kebutuhan
dinaikkan menjadi 30% dari basal.

Berat : petani, militer dalam keadaan latihan, penari, atlit, kebutuhan ditambah 40%.

Sangat berat : tukang becak, tukang gali, pandai besi, kebutuhan harus ditambah
50% dari basal.

4. Kehamilan/Laktasi. Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori/hari dan pada
trimester II dan III 350 kalori/hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan sebanyak 550
kalori/hari.

5. Adanya komplikasi.
Infeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu memerlukan tambahan kalori
sebesar 13% untuk tiap kenaikkan 1 derajat celcius.

6. Berat Badan. Bila kegemukan/terlalu kurus, dikurangi/ditambah sekitar 20-30% bergantung


kepada tingkat kegemukan/kekurusannya.

Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi :

Kebutuhan Energi Basal ( ) = 25 Kal/kgBB/hari = 25 Kal x 64 kg = 1600 kalori

Koreksi Usia (51 th) = 1600 kalori x 5% = 80 kalori

Aktifitas (istirahat) = 1600 kalori x 10% = 160 kalori

Komplikasi (P. Hati) = 1600 kalori x 20% = 320 kalori

Koreksi Berat Badan = 1600 kalori x 20% = 320 kalori

Total kebutuhan energi =

= Energi basal Koreksi usia + Aktifitas + Komplikasi K. Berat Badan

= 1600 kalori 80 kalori + 160 kalori + 320 kalori 320 kalori

= 1680 kalori (dibulatkan menjadi 1700 kalori)

Protein (gram) = 1,3 g/Kg BB = 1,3 g x 64 kg = 83,2 gram

% Protein = (83,2 gram x 4 kal/g x 100%): 1700 kal = 19,6%

Lemak = 20% x total kebutuhan energi = 20% x 1700 kalori = 340 kalori

Lemak (gram) = 340 kal : 9kal/gram = 37,8 gram

% Karbohidrat = 100 % (% protein + % lemak) = 100 % (19,6% + 20%) = 60,4 %

Karbohidrat (kal) = 60,4%xtotal kebutuhan energy = 60,4%x1700 kalori = 1026,8kalori

Karbohidrat (g) = 1026,8 kalori : 4 kal/gram = 256,7 gram

Kebutuhan Vitamin dan Mineral : Lihat di Tabel AKG, 2004.

Kebutuhan Serat :

25g/1000kal/hari, maka kebutuhan serat pasien = (25 gx1700 kal)/1000kalori = 42,5 gram.
Penyusunan Menu

Makan pagi (06.30):

Nasi Tim

Telur Mata Sapi

Tempe bumbu Bali

Cah Sawi Hijau Wortel

Selingan (09.30)

Pepaya

Makan Siang (12.30)

Nasi Tim

Pepes Ikan

Tahu Bacem

Sayur Asem

Selingan II (15.30)

Bika Pisang

Makan Sore (18.30)

Nasi Tim

Basho Daging

Cap Cay Sayur

Selingan III ( 21.30)

Apel Hijau

4. RENCANA MONITORING DAN EVALUASI


Parameter Target Pelaksanaan

Asupan Makan asupan makan tetap normal Setiap hari

Antropometri BB normal dan status gizi normal akhir Perawatan

Biokimia Albumin, GDS, GD 2 JPP, HBA1C hari ketiga pengamatan kasus

Fisik Kljnis Lemah berkurang, Setiap hari

DAFTAR PUSTAKA

1. Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.


2. Anggraeni, Adisty Cynthia. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogjakarta : Graha Ilmu.
3. Gutawa, Miranti, dkk. 2011. Pengembangan Konsep Nutrition Care Process (NCP) Proses Asuhan
Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta ; Persagi-ASDI, Abadi Publishing & Printing.
4. Hartono, Andry. 2009. Asuhan Nutrisi Rumah Sakit, Diagnosis Konseling dan Preskripsi. Jakarta :
EGC Kedokteran.
5. Perkeni, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan
Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.
6. SK Kemenkes No:129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit,

PENATALAKSANAAN TERBARU DIET


DIABETES MELITUS
BAHAN SEMINAR ILMIAH
DALAM RANGKA PENGUKUHAN IAKMI CABANG HST TAHUN 2010-2013
TANGGAL 7 APRIL 2011

PENATALAKSANAAN TERBARU DIET DIABETES MELITUS

Oleh
Pramono*

A. Pendahuluan

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada
produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia. Penyakit ini tidak hanya
berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu negara. Walaupun belum
ada survei nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk pola makan
masyarakat Indonesia diperkirakan penderita DM ini semakin meningkat, terutama
pada kelompok umur dewasa keatas pada seluruh status sosial ekonomi.
Data penderita Diabetes Melitus di Amerika Serikat yang dirilis pada 26 Januari 2011
Jumlah penderitanya tercatat 25,8 juta yang terdiri dari anak-anak dan orang dewasa.
Hal tersebut berarti 8,3% dari populasi-memiliki diabetes. Berbeda dengan data pada
tahun 2007 , yang menggunakan data glukosa puasa untuk memperkirakan diabetes
dan pradiabetes, pada tahun 2011 menggunakan glukosa puasa dan tingkat A1C. Pada
tahun 2003 berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia diperkirakan diabetisi di
daerah urban sebesar 14,7%dan daerah rural sebesar 7,2%. Data dari Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi kenaikan pasien diabetes melitus di Indonesia
pada tahun 2010 menjadi 21,3 juta orang dari sebelumnya 8,4 juta pada tahun 2000.
Separuh dari jumlah tersebut tidak menyadari penyakitnya dan baru terdiagnosis
ketika sudah ada komplikasi. Data RISKESDAS 2007, kasus diabetes melitus di
Kalimantan Selatan adalah 1,1 persen. Biaya perawatan bagi pasien diabetes di USA
pada tahun 2007 menghabiskan dana $ 174.000.000.000. Setelah disesuaikan untuk
usia penduduk dan perbedaan jenis kelamin, pengeluaran biaya perawatan medis
rata-rata di antara orang dengan diabetes adalah 2,3 kali lebih tinggi dari pengeluaran
apa yang akan di tidak adanya diabetes.

Seseorang dikatakan Diabetes sesuai kriteria Berdasarkan Standards of Medical Care in


Diabetes 2010 sbb:- A1C > 6,5 % - Gula Darah Puasa FPG > 126 mg/dL (7 mmol/L),
puasa didefinisikan tidak adanya ambilan kalori sedikitnya selama 8 jam - 2 jam
glukosa plasma > 200 mg/dL (11,1 mmol/L) selama OGTT dengan asupan glukosa
sebanding dengan 75 glukosa anhydrous yang dilarutkan - Pasien dengan keluhan
klasik hiperglikemia atau krisis hiperglikemia dengan glukosa darah sewaktu > 200
mg/dL (11,1 mmol/L).

Kepatuhan pada pasien terhadap prinsip gizi dan perencanaan makan merupakan salah
satu kendala pada pelayanan diebetes, terapi gizi merupakan komponen utama
keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Berdasarkan rekomendasi The American
Diabetes Association (ADA) 2003 Terapi gizi medis memerlukan pendekatan tim yang
terdiri dari dokter, dietisien, perawat dan petugas kesehatan lain serta pasien itu
sendiri untuk meningkatkan kemampuan setiap pasien dalam mencapai kontrol
metabolik yang baik.

Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia yang telah disusun oleh PERKENI
terakhir tahun 2006 yang mengadop dari ADA ( American Dietetic Assosiation) antara
lain memberikan pedoman tentang perhitungan kebutuhan gizi orang dengan diabetes
dan anjuran penggunaan Daftar Bahan Makanan Penukar dalam penyuluhan
perencanaan makan orang dengan diabetes. Pilar penatalaksanaan Diabetes Melitus
meliputi 1) Edukasi, 2) Terapi Gizi Medis, 3) Latihan jasmani, 4) Intervensi
farmakologi. Terapi Gizi Medis merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes
secara total. Salah satu keberhasilan terapi gizi medis, adalah adanya keterlibatan
secara menyeluruh dari anggota tim ( dokter , ahli gizi, petugas kesehatan lain dan
pasien itu sendiri).

Oleh karena itu berikut ini akan dipaparkan mengenai penatalaksanaan diet bagi
penderita diabetes mellitus sebagai bagian dari penerapan Terapi Gizi Medis .

B. Terapi Gizi Penderita Diabetes Melitus (Diabetesi)

Sesuai dengan tujuan umum terapi gizi adalah membantu diabetetisi memperbaiki
kebiasaan hidup dan olah raga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik.

Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah :

1. Mempertahankan kadar Glukosa darah mendekati normal dengan keseimbangan


asupan makanan dengan insulin (endogen atau eksogen) atau obat hipoglikemik
oral dan tingkat aktifitas.
2. Mencapai kadar serum lipid yang optimal.
3. Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat
badan yang memadai orang dewasa, mencapai pertumbuhan dan perkembangan
yang normal pada anak dan remaja, untuk meningkatkan kebutuhan metabolik
selama kehamilan dan laktasi penyembuhan dari penyakit katabolik. Berat
badan memadai diartikan sebagai berat badan yang dianggap dapat dicapai dan
dipertahankan baik jangka pendek maupun jangka panjang oleh orang dengan
diabetes itu sendiri maupun oleh petugas kesehatan.
4. Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes yang
menggunakan insulin seperti hipoglikemia, penyakit-penyakit jangka pendek,
masalah yang berhubungan dengan kelainan jasmani dan komplikasi kronik
diabetes seperti : penyakit ginjal, neuropati automik, hipertensi dan penyakit
jantung.
5. Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.

C. PENGATURAN DIET BAGI PENDERITA DIABETES (DIABETESI)


Prinsip pengaturan makan pada diabetisi hampir sama dengan anjuran makan untuk
orang sehat masyarakat umum, yaitu makanan yang beragam bergizi dab berimbang
atau lebih dikenal dengan gizi seimbang maksudnya adalah sesuai dengan kebutuhan
kalori dan zat gizi masing-masing individu. Hal yang sangat penting ditekankan adalah
pola makan yang disiplin dalam hal Jadwal makan, Jenis dan Jumlah makanan atau
terkenal dengan istilah 3 J.

Pengaturan porsi makanan sedemikian rupa sehingga asupan zat gizi tersebar
sepanjang hari. Penurunan berat badan ringan atau sedang (5-10kg) sudah terbukti
dapat meningkatkan kontrol diabetes, walaupun berat badan idaman tidak dicapai.
Penurunan berat badan dapat diusahakan dicapai dengan baik dengan penurunan
asupan energi yang moderat dan peningkatan pengeluaran energi. Dianjurkan
pembatasan kalori sedang yaitu 250-500 kkal lebih rendah dari asupan rata-rata
sehari.

Komposisi makanan yang dianjurkan meliputi:

Karbohidrat

Rekomendari ADA tahun 1994 lebih memfokuskan pada jumlah total karbohidrat
daripada jenisnya. Rekomendasi untuk sukrosa lebih liberal. Buah dan susu sudah
terbukti mempunyai respon glikemik yang lebih rendah dari pada sebagian besar
tepung-tepungan. Walaupun berbagai tepung-tepungan mempunyai respon glikemik
yang berbeda, prioritas hendaknya lebih pada jumlah total karbohidrat yang
dikonsumsi daripada sumber karbohidrat.

Anjuran konsumsi karbohidrat untuk diabetesi di Indonesia:

1. 45-65% total asupan energi.

2. Pembatasan karbohidrat tidak dianjurkan < 130 g/hari.

3. Makanan harus mengandung lebih banyak karbohidrat terutama berserat tinggi.

4. Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% sehari ( 3-4 sdm)

5. Makan 3 kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat dalam sehari.

Penggunaan pemanis alternatif pada diabetesi, aman digunakan asal tidak melebihi
batas aman (Accepted Dialy Intake).
1. Fruktosa < 50 gr/hr, jika berlebih menyebabkan diare
2. Sorbitol < 30 gr, jika berlebih menyebabkan kembung, diare
3. Manitol < 20 gr/hr
4. Aspartam 0 mg/ kg BB?hr
5. Sakarin 1 gr/hr
6. Acesulfame K 15 mg/kg BB/hr
7. Siklamat 11 mg/kg BB/hr

Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan sukrosa sebagai bagian dari


perencanaan makan tidak memperburuk kontrol glukosa darah pada individu dengan
diabetes tipe 1 dan 2. Sukrosa dari makanan harus diperhitungkan sebagai pengganti
karbohidrat makanan lain dan tidak hanya dengan menambahkannya pada
perencanaan makan. Dalam melakukan subtitusi ini kandungan zat gizi dari makanan-
makanan manis yang pekat dan kandugan zat gizi lain dari makanan yang mengandung
sukrosa harus dipertimbangkan, seperti lemak yang sering ada bersama sukrosa
dalammakanan.

Fruktosa menaikkan glukosa plasma lebih kecil daripada sukrosa dan kebanyakan
karbohidrat jenis tepung-tepungan. Dalam hal ini fruktosa dapat memberikan
keuntungan sebagai bahan pemanis pada diet diabetes. Namun pengaruhnya dalam
jumlah besar (20% energi) potensial merugikan pada kolesterol dan LDL. Penderita
disiplemia hendaknya menghindari mengkonsumsi fruktosa dalam jumlah besar,
namun tidak ada alasan untuk menghindari makanan seperti buah-buahan dan sayuran
yang mengandung fruktosa alami maupun konsumsi sejumlah sedang makanan
yangmengandungpemanisfruktosa.

Sorbitol, manitol dan xylitol adalah gula alkohol biasa mengadung 7 kalori /gram
menghasilkan respon glikemik lebih rendah daripada sukrosa dan karbohidrat lain.
Penggunaan pemanis tersebut secaraberlebihan dapat mempunyai pengaruh laksatif.
Sakarin, aspartame adalah pemanis tak bergizi yang dapat diterima sebagai pemanis
pada semua penderitaDM.

Serat
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan untuk orang
yang tidak diabetes yaitu dianjurkan mengkonsumsi 20-35 gr serat makanan dari
berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia anjurannya adalah kira-kira 25 gr/1000
kalori/ hari dengan mengutamakan serat larut air.

Protein

Menurut konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia tahun 2006 kebutuhan protein


untuk diabetisi 15%-20% energi. Perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg
berat badan perhari atau 10% dari kebutuhan energi dengan timbulnya nefropati pada
orang dewasa dan 65% hendaknya bernilai biologic tinggi.

Sumber protein yang baik adalah ikan, seafood, daging tanpa lemak, ayam tanpa
kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan dan tahu-tempe.

Total lemak
Anjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20-25% energi. lemak jenuh < 7% kebutuhan
energi dan lemak tidak jenuh ganda <10% kebutuhan energi, sedangkan selebihnya
dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol makanan hendaknya dibatasi tidak
lebih dari 300 mg perhari.

Apabila peningkatan LDL merupakan masalah utama, dapat diikuti anjuran diet
disiplin diet dislipidemia. Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan
kolesterol adalah untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.

Garam
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa yaitu tidak
lebih dari 3000 mgr atau sama dengan 6-7 g (1 sdt) garam dapur, sedangkan bagi yang
menderita hipertensi ringan sampai sedang, dianjurkan 2400 mgr natrium perhari atau
sama dengan 6 gr/hari garam dapur. Sumber natrium antara lain adalah garam dapur,
vetsin dan soda.

Alkohol
Anjuran penggunaan alkohol untuk orang dengan diabetes sama dengan masyarakat
umum. Dalam keadaan normal, kadar glukosa darah tidak terpengaruh oleh
penggunaan alkohol dalam jumlah sedang apabila diabetes terkendali dengan baik.
Alkohol dapat meningkatkan resiko hipoglikemia pada mereka yang menggunakan
insulin atau sulfonylurea. Karena itu sebaiknya hanya diminum pada saat makan. Bagi
orang dengan diabetes yang mempunyai masalah kesehatan lain seperti pancreatitis,
dislipidemia, atau neuropati mungkin perlu anjuran untuk mengurangi atau
menghindari alkohol. Asupan kalori dari alkohol diperhitungkan sebagai bagian dari
asupan kalori total dan sebagai penukar lemak (1 minuman alcohol sama dengan 2
penukar lemak).

Kebutuhan kalori

Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.
Komposisi energy adalah 45-65% dari karbohidrat, 10-20% dari protein dan 20-25% dari
lemak. Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan orang
dengan diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan kalori
basal yang besarnya 25-30 kalori/kg BB ideal, ditambah dan dikurangi bergantung
pada beberapa faktor yaitu jenis kelamin, umur, aktivitas, kehamilan/laktasi, adanya
komplikasi dan berat badan.

Perhitungan berat badan ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang dimodifikasi:

BBI = 90% x (TB dalam cm-100) x 1 kg

Bagi pria dengan TB di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm , rumus
modifikasi menjadi: BBI = (TB dalam cm 100) x 1 kg

BB Normal : bila BB ideal 10%


Kurus :

Gemuk : > BBI + 10%

Faktor-faktor penentu kebutuhan energy yaitu:

Jenis kelamin
Kebutuhan kalori wanita sebesar 25 kkal/kg BB ideal dan pria 30 kkal/kg BB
ideal
Umur
Pasien usia > 40 tahun , kebutuhan kalori :
- 40-59 tahun dikurangi 5% dari energi basal
- 60-69 tahun dikurangi 10 % dari energi basal
- > 70 tahun dikurangi 20% dari energi basal
- Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori adalah jauh lebih tinggi daripada
orang dewasa, dalam tahun pertama bisa mencapai 112 kal/kg BB.
- Umur 1 tahun membutuhkan lebih kurang 1000 kalori dan selanjutnya pada
anak-anak lebih daripada 1 tahun mendapat tambahan 100 kalori untuk tiap
tahunnya.
Aktifitas fisik atau pekerjaan
Kebutuhan kalori ditambah sesuai dengan intensitas aktifitas fisik
Penambahan kalori dari aktifitas fisik:
- Keadaan istirahat : ditambah 10% dari kebutuhan basal
- Keadaan aktifitas ringan: ditambahkan 20% dari kebutuhan basal
- Keadaan aktifitas sedang: ditambahkan 30% dari kebutuhan basal
- Keadaan aktifitas berat dan sangat berat: ditambahkan 40 & 50% dari
kebutuhan basal
Jenis aktifitas dikelompokkan sebagai berikut :
- Keadaan istirahat : berbaring di tempat tidur.
- Ringan : pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu rumah
tangga dan lain-lain
- Sedang : pegawai di industri ringan, mahasiswa, militer yang sedang
tidak perang, .
- Berat : petani, buruh, militer dalam keadaan latihan, penari, atlit.
- Sangat berat : tukang becak, tukang gali, pandai besi.
Berat badan
- Bila gemuk: dikurangi 20-30% tergantung dari tingkat kegemukan.
- Bila kurus: ditambah 20-30% tergantung dari tingkat kekurusan untuk
menambah berat badan.
- Untuk tujuan penurunan berat badan jumlah kalori yang diberikan paling
sedikit 1000-1200 kalori perhari untuk wanita dan 1200-1600 kalori perhari
untuk pria.

Pembagian makanan sejumlah kalori terhitung dibagi dalam 3 porsi besar makan pagi
(20%), siang (30%) dan sore (25%) serta 2-3 porsi makanan ringan (10 -15 % ). Untuk
meningkatkan kepatuhan pasien, sejauh mungkin perubahan dilakukan secara
bertahap dan harus disesuaikan dengan kebiasaan makan.

Cara pemilihan makanan dapat dilihat pada piramida makanan seperti dalam lampiran
(1). Bila diabetisi yang mengidap penyakit lain, pola pengaturan makan disesuaikan
dengan penyakit penyertanya.

Cara lain perhitungan kebutuhan kalori adalah seperti table I. dan ada pula cara yang
lebih gampang lagi adalah dengan pegangan kasar yaitu untuk pasien kurus 2300-2500
kalori, normal 1700-2100 kalori, dan gemuk 1300-1500 kalori.

Tabel I. Kebutuhan kalori diabetisi

Kalori/kg BB ideal
Status Gizi Kerja santai sedang Berat
Gemuk 25 30 35
Normal 30 35 40
Kurus 35 40 40-50

Bila hamil/ menyusui

Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori/ hari dan pada trimester II
dan III 350 kalori/hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan sebanyak 550
kalori/hari.

Adanya komplikasi

Infeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu memerlukan tambahan
kalori sebesar 13% untuk tiap kenaikan 1 derajat celcius.

Perencanaan makan untuk diabetisi

Untuk perencanaan pola makan sehari, pasien diberi petunjuk berapa kebutuhan
bahan makanan setiap kali makan dalam sehari dalam bentuk Penukar (P).
Berdasarkan pola makan pasien tersebut dan Daftar Bahan Makanan Penukar, dapat
disusun menu makanan sehari-hari.

Penggunaan Daftar Bahan Makanan Penukar

Daftar bahan makanan penukar adalah suatu daftar nama bahan makanan dengan
ukuran tertentu dan dikelompokkan berdasarkan kandungan kalori, protein, lemak
dan hidrat arang. Setiap kelompok bahan makanan dianggap mempunyai nilai gizi
yang kurang lebih sama.

Dikelompokkan menjadi 8 kelompok bahan makanan yaitu :


Golongan I : bahan makanan sumber karbohidrat.

Golongan II : bahan makanan sumber protein hewani

Golongan III : bahan makanan sumber protein nabati

Golongan IV : sayuran

Golongan V : buah-buahan

Golongan VI : susu

Golongan VII : minyak

Golongan VIII : makanan tanpa kalori

E. PENGATURAN GULA DARAH DENGAN CARBOHYDRATE COUNTING (CATING)

Seperti telah dikemukakan di atas bahwa prinsip 3 J yaitu tepat jadwal. Jenis,
dan jumlah adalah yang perlu diperhatikan untuk terkontrolnya kadar gula darah,
maka sekarang ini yang mulai popular digunakan yaitu carbohydrate counting.
Carbohydrate counting (CATING) adalah metode menghitung gram karbohidrat yang
dikonsumsi saat makan dan snack. CATING dapat juga digunakan untuk membuat
perencanaan makan untuk diabetisi.

Rekomendasi dari ADA 2006, 1 serving (penyajian) makanan= 15 gr KH. Dalam


penerapan CATING ini dibagi menjadi 2 tingkatan, yaitu :

1. Basic CATING: pemahaman tentang makanan, aktifitas fisik, tingkat kadar gula
darah.
2. Advanced CATING; pemahaman managemen dan penggunaan rasio insulin dan
karbohidrat. Dimana 15 gr KH diperlukan insulin 1 unit

Contoh bahan makanan dengan penyajian 15 gr karbohidrat:

-Starches: 1 slice of bread, 1/3 cup of cooked pasta, 3/4 cup of dry cereal, or 46
cracker ,

1/3 cup rice, cup mashes potatoes, 3 cups popcorn

-Fruit: 1 small piece of fruit or cup of fruit juice

-vegetables: cups cook and 1 cup raw, cup beans

-Milk : 1 cup of nonfat (skim) milk, or 3/4 cup of yogurt


-Desserts: 2 small cookies or 1/2 cup of ice cream

Di bawah ini diberikan contoh perencanaan makan menggunakan CATING: dengan


jumlah kebutuhan karbohidrat 165 gr/hari.

Makan pagi: 3 carbohydrate servings (45 g)


Snack pk 10.00: -
Makan siang: 3 carbohydrate servings (45 g)
Snack Pk 16.00: 1 carbohydrate serving (15 g)
Makan malam: 4 carbohydrate serving(60 g)
Total carbohydrates for the day : 165 gr.

Sebagai contoh CATING untuk menghitung Servings/ penyajian

1. Kebutuhan energi yang telah dihitung adalah 2,000 kalori

2. Hitung energy dari karbohidrat yaitu 50% total kalori= 1,000 kalori

3. Membagi 1,000 kalori dengan 4 kalori per gram of carbohydrate = 250 grams

4. Membagi 250 grams karbohidrat dengan 15 grams carbohydrate per serving/ penyajian =
16.66karbohidrat servings/ penyajian.

Penyajian karbohidrat dibagi menjadi 3 kali makan dan 2-3 kali snack. Perlu diperhatikan juga
bahwa makanan yang dimakan tidak hanya karbohidrat saja, tetapi protein dan lemak. Jika
menggunakan aturan standar menu seimbang, yaitu 2-3 penyajian sumber protein setiap
makan dan sedikit menggunakan minyak, maka kalori tidak akan berlebih. Namun bila
dikonsumsi lebih, tetap akan menambah kebutuhan energy dan ini akan berdampak terhadap
kenaikkan berat badan. Hal ini berakibat terhadap terjadinya penyakit kardiovaskuler. Berikut
ini adalah pembagian karbohidrat dalam pengaturan makan yang disesuaikan dengan keadaan
kadar gula darah.

Tabel 2. Pembagian karbohidrat dapat disusun dan disesuaikan dengan kadar gula darah :

Makan pagi 4 4 2 3 4 3 0
Snack 0 2 2 2 2 1 3
pk.10.00
Makan siang 5 4 4 3 5 4 3
Snack sore 0 2 2 2 2 2 3
pk.16.00
Makan malam 5 4 4 4 3 4 4
Snack malam 2 0 2 2 0 2 3
TOTAL CARBS 16 16 16 16 16 16 16
Bagi diabetesi dalam merencanakan makan dengan menggunakan CATING dalam level
basic atau advanced CATING harus memahami :

1. Sumber bahan makanan karbohidrat, protein,lemak

2. Label makanan

3. Modifikasi asupan lemak

4. Panduan makan di luar rumah, restaurant, kafetaria.

5. Pemilihan snack

6. Pengaturan waktu makan

Dalam pelaksanaan CATING pun harus dilakukan monitoring terhadap: Kadar Gula
darah, Hb A1C, Lipid darah, Tekanan darah, Berat badan agar dapat diketahui
pengaturan konsumsi karbohidrat yang tepat dan harus dijalankan secara konsisten
terutama bagi yang menggunakan insulin.

Didalam buku panduan Perencanaan Makan Penderita Diabetes dengan Sistem Unit
terbitan Klinik Gizi dan Klinik Edukasi Diabetes RS Tebet, menuliskan tentang prinsip
dasar diet diabetes, dengan pemberian kalori sesuai kebutuhan dasar. Untuk wanita,
kebutuhan dasar adalah (Berat Badan Ideal x 25 kalori)ditambah 20% untuk aktivitas.
Sedangkan untuk pria, (Berat Badan Ideal x 30 kalori) ditambah 20% untuk aktivitas.
Untuk menentukan berat badan ideal (BBI) bisa diambil patokan: BBI = Tinggi Badan
(cm) 100 cm 10%.

Contoh, seorang pria bertinggi badan 164 cm, berat badan 70 kg, maka BBI = 64 kg
10% = 58 kg. Kebutuhan kalori dasar = 58 x 30 kalori = 1.740 kalori. Ditambah kalori
aktivitas 20% = 2.088 kalori. Jadi, pria ini memerlukan diet sekitar 2.000 kalori sehari.

Namun, rumusan ini tidak mutlak. Bila pasien sedang sakit, aktivitas berubah, atau
berat badan jauh dari ideal, maka kebutuhan kalori akan berubah. Bila berat badan
berlebih, jumlah kalori dikurangi dari kebutuhan dasar. Sebaliknya, bila pasien
mempunyai berat badan kurang, jumlah kalori dilebihkan dari kebutuhan dasar.
Begitu berat badan mencapai normal, jumlah kalori disesuaikan kembali dengan
kebutuhan dasar.

Prinsip makan selanjutnya adalah menghindari konsumsi gula dan makanan yang
mengandung gula. Juga menghindari konsumsi hidrat arang olahan yakni hidrat arang
hasil dari pabrik berupa tepung dengan segala produknya. Ditambah lagi mengurangi
konsumsi lemak dalam makanan sehari-hari (lemak binatang, santan, margarin, dll.),
sebab tubuh penderita mengalami kelebihan lemak darah.
Yang perlu diperbanyak justru konsumsi serat dalam makanan, khususnya serat yang
larut air seperti pektin (dalam apel), jenis kacang-kacangan, dan biji-bijian (bukan
digoreng).

Bila penderita juga mengalami gangguan pada ginjal, yang perlu diperhatikan adalah
jumlah konsumsi protein. Umumnya, digunakan rumus 0,8 g protein per kilogram
berat badan. Bila kadar kolesterol/trigliserida tinggi, disarankan melakukan diet
rendah lemak. Bila tekanan darahnya tinggi, dianjurkan mengurangi konsumsi garam.

Kegagalan berdiet bisa disebabkan karena pasien kurang berdisiplin dalam memilih
makanannya atau tidak mampu mengurangi jumlah kalori makanannya. Bisa juga
penderita tidak mempedulikan saran dokter.

Untuk memudahkan penerapan, dibuat sistem unit 80 kalori. Tabel 4 menyajikan


makanan yang mengandung 80 kalori per unitnya. Misalnya, seorang pasien yang
memerlukan 1.600 kalori per harinya, akan mendapat makanan 20 unit sehari senilai
80 kalori setiap unitnya. Jumlah 20 unit terbagi atas sarapan empat unit, makanan
kecil (pk. 10.00) dua unit, makan siang enam unit, makanan kecil (pk. 16.00) dua
unit, dan makan malam enam unit.

Tabel 3 Contoh lima kelompok makanan: makanan pokok, lauk pauk, sayuran,
makanan ringan/siap santap, buah-buahan, dan minuman.

Jenis A B C
makanan
Makanan nasi Roti kentang
pokok pepes ikan sate goreng
Lauk pauk sayur lodeh rendang
Sayuran bening hamburger buntil
Siap santap ketoprak pisang pizza
Buah- apel kroket anggur
buahan lemper es campur lapis legit
Makanan teh/kopi minuman
ringan ringan
Minuman

Makanan dalam kelompok A bisa dibilang berkomposisi paling baik, karena


mengandung serat dan atau rendah hidrat arang olahan serta rendah lemak.
Sementara golongan C kurang baik karena kandungan gulanya tinggi, rendah atau
tanpa serat, dan terlalu banyak lemak. Jadi, dianjurkan untuk memilih A atau B,
bukan C. Nasi lebih baik daripada bubur, karena kandungan serat lebih baik sehingga
lebih lama bertahan di usus. Pemanis gula bisa diganti dengan pemanis buatan.

Tabel 4. Contoh menu yang dapat diikuti (20 unit atau 1.600 kalori):

Makan pagi
Setangkap roti tawar 1,50 unit
Sebutir telur ayam 1,25 unit
1 sendok teh selai 0,25 unit
1 gls susu skim 0,75 unit
Selingan (di kantor):
Arem-arem 2,75 unit
Teh tanpa gula
Makan siang:
Nasi putih 1,25 unit
Daging cah kembang kol 3,00 unit
Sayur bening bayem 0,25 unit
Pepaya 0,50 unit
Selingan sore
Serabi pandan (kue basah) 1,75 unit
1 gls jus melon 0,50 unit
Makan malam
Nasi, sayur, daging, ikan goreng, 3,75 unit
gado-gado 0,25 unit
1 gls jus tomat
Selingan malam
1 pisang ambon 1,25 unit

KESIMPULAN

1. Memahami pengaruh karbohidrat terhadap kadar glukosa darah adalah kunci untuk
pengelolaan diabetes

2. Pengaturan makan diabetesi sangat berperanan dalam pengontrolan kadar gula darah
oleh karena itu perlu sekali dilakukan pendokumentasian hasil monitoring meliputi
kadar gula darah, kadar Hb A1c, kadar lipid darah, tekanan darah, berat.

3. Penerapan CATING bila dilaksanakan secara teratur dan konsisten, serta


memperhatikan asupan protein dan lemak sangat baik untuk tercapainya tujuan
jangka pendek yaitu pengontrolan kadar gula darah dan berat badan serta mencegah
komplikasi lanjut yaitu penyakit kardiovaskuler

1.

Diposkan 15th June 2011 oleh IAKMI-HST


0

Tambahkan komentar
IKATAN AHLI KESEHATAN
MASYARAKAT INDONESIA (IAKMI)
KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

Selamat bergabung kepada rekan-rekan yang peduli kesehatan masyarakat

Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis

1.

May

10

Peer Educator
Oleh: Wahyuni (SubBid. Promosi IAKMI)

Peranan kelompok teman sebaya (peer group) bagi remaja memberikan kesempatan
untuk belajar tentang bagaimana berinteraksi dengan orang lain, mengontrol tingkah laku
sosial, mengembangkan keterampilan, dan minat yang relevan dengan usianya dan saling
bertukar perasaan dan masalah

1. Teman Sebaya (Peer group)


Kelompok sebaya (peer group) mempunyai kontribusi yang sangat positif terhadap
perkembangan kepribadian remaja. Besarnya pengaruh peer group dalam perkembangan
kepribadian remaja dan keputusan untuk berperilaku, ini didasari oleh kesuksesan dari
program-program Youth to youth organization dalam upaya peningkatan kesehatan pada
remaja. Youth to youth adalah suatu organisasi yang mempunyai filosofi menggunakan
pengaruh positip dari teman sebaya untuk memberikan dukungan kekuatan yang penuh
pada remaja dan berkerja sama dalam mengembangkan program teman sebaya dalam
upaya pencegahan penyalahgunaan obat. Penelitian yang dilakukan oleh WHO tentang
pencegahan penyalahgunaan obat terlarang dan perilaku seks pada remaja di beberapa
negara, menghasilkan suatu rekomendasi untuk mengikutsertakan remaja, dalam hal ini
teman sebaya, dalam upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan perilaku tidak sehat.
Teman sebaya dalam upaya peningkatan kesehatan merupakan suatu strategi yang sangat
efektif )

Kelompok sebaya memberikan pengaruh utama dalam kehidupan remaja. Remaja


menjadi lebih mandiri dan seringkali merasa bingung dengan perilaku orang tuanya.
Tugas psikososial pada masa ini adalah mengembangkan identitas kelompok dan rasa
identitas pribadi dan menjalin hubungan personal yang akrab baik dengan teman pria dan
wanita. Biasanya remaja dipenuhi oleh pertanyaan tentang arti kehidupan dan masa
depan. Proses pengembangan identitas diri merupakan fenomena yang kompleks yang
mencerminkan keturunan, nilai keluarga, pengalaman kehidupan masa lalu, keyakinan
dan harapan untuk masa depan, serta persepsi mereka tentang tuntutan dan harapan orang
yang berarti dalam kehidupannya ).

Remaja adalah calon-calon pemimpin bangsa. Kualitas hidup sehat mereka saat ini akan
mempengaruhi kesehatan mereka yang akan datang yang juga akan mempengaruhi
produktivitas mereka. Program anti madat, tembakau dan alkohol terutama di kalangan
remaja usia sekolah merupakan salah satu pokok program pembangunan kesehatan ).
Sejalan dengan program ini, upaya promosi kesehatan pada tatanan sekolah dewasa ini
sangat strategis. Ukuran dan jangkauan dari populasi sekolah menjadi alasan prioritas
yang tinggi untuk pendidikan kesehatan yang berdasar sekolah (school-based).
Sebagaimana kita ketahui promosi kesehatan adalah proses memberdayakan atau
memandirikan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan, serta
pengembangan lingkungan kesehatan yang sehat 4).

2. Pendidik sebaya (Peer educator).

Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku
masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar
masyarakat menyadari atau mengerti bagaimana cara memelihara kesehatan mereka,
bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka5).
Teman sebaya diharapkan mampu memberikan pengaruh positif dengan menjadi peer
educator untuk pencegahan perilaku yang menyimpang yang menjadi peer groupnya.
Peer educator adalah siswa yang berperan memberikan pendidikan dengan cara
menyampaikan informasi yang benar kepada teman-temannya tentang program
kesehatan. Peer educator juga dituntut mampu bersikap tidak mendiskreditkan teman
yang berperilaku tidak baik, melainkan harus mampu mendekati sehingga informasi
tentang program kesehatan dapat berjalan dengan baik. Beberapa keuntungan pendekatan
dengan menggunakan peer educator untuk pencegahan perilaku kesehatan yang tidak
baik: kelompok teman sebaya (peer group) lebih nyaman berdiskusi diantara sesama peer
yang lebih mengerti tentang kondisi mereka, peer educator dapat menyampaikan
informasi tentang program kesehatan dengan bahasa sesama peer yang lebih mudah
dimengerti.

Kriteria peer educator adalah, orang yang dipilih karena mempunyai sifat kepemimpinan
dalam menolong orang lain, mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik dan
mampu mempengaruhi teman sebaya, mempunyai hubungan pribadi yang baik serta
mempunyai kemampuan untuk mendengarkan orang lain, dapat diterima dan dihargai
oleh peer groupnya, dapat menunjukkan sikap yang menghayati serta menghargai orang
dan mempunyai rasa percaya diri sendiri 6).

3. Penutup

Kegiatan pendidikan kesehatan peer educator merupakan salah satu metode promosi
kesehatan yang cukup efektif dilaksanakan. Peer educator ini dapat dilakukan di mana
saja, kapan saja asalkan berada dalam lingkungan yang kondusif. Pada prinsipnya ada
kesepakatan antara peer educator dengan peer group untuk mengadakan suatu diskusi
penyampaian informasi yang diharapkan. Tempat kegiatan ini dapat dilakukan di kantin,
di halaman sekolah, di tempat lain di mana memungkinkan adanya tukar informasi dalam
rangka pencegahan perilaku yang tidak sehat pada peer group.

DAFTAR PUSTAKA

1. Family Health International, (2002). Intervention Strategies That Work For Youth:
Summary Of The Focus On Young Adults and Program Report.

2. Syuhaimie, H. dan Yani, A. (1999). Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa pada Anak
dan Remaja. Jakarta: Widya Medika.

3. Depkes, RI (1999). Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010.


Jakarta
4. Depkes RI (2002). Panduan Manajemen PHBS menuju Kabupaten/Kota Sehat. Pusat
Promosi Kesehatan. Bakti Husada

5. Simon B.G., Greene H.W. dan Gottlieb H.N. (1995). Introduction To Health
Education and Health Promotion (2sd ed.). USA: Waveland Press.

6. Suharto, dkk (1997). Pedoman Pelatihan dan Modul Pendidikan Sebaya (Peer
Education) Dalam Rangka Pendidikan Pencegahan HIV/AIDS. Jakarta.
Diposkan 10th May 2012 oleh IAKMI-HST

Label: Peer Educator

Tambahkan komentar

2.

Mar

17

Sekedar Info
Ghiboo.com - Mulai untuk berpuasa makan nasi sepertinya baik untuk dicoba.
Penelitian terbaru menunjukkan ada kemungkinan untuk mengembangkan risiko
diabetes tipe 2 melalui makan nasi.

Penelitian dilakukan dengan melihat kembali empat penelitian sebelumnya yang


melibatkan sekitar 350.000 orang. Hasilnya, semakin banyak makan nasi putih, maka
semakin tinggi kesempatan seseorang untuk mengembangkan kondisi tersebut.

Temuan yang dimuat dalam British Medical Journal menganalisis seluruh partisipan
melalui satu porsi nasi 18 gram dan faktor lain, seperti berat badan, tingkat olahraga
dan diet. Selama masa penelitian (4-22 tahun), sekitar 13.200 orang mengembangkan
diabetes.

Orang Asia dianggap berisiko tinggi terkena diabetes tipe 2. Hal ini disebabkan orang
Asia cenderung memiliki asupan jauh lebih tinggi untuk mengonsumsi nasi
dibandingkan orang Barat, rata-rata tiga hingga empat porsi dalam sehari.

Para peneliti menjelaskan bahwa terdapat efek negatif terhadap kadar gula darah
karena nasi putih mengandung indeks glikemik yang tinggi dibanding nasi merah.
Selain itu, nasi putih juga memiliki nutrisi yang lebih sedikit, termasuk serat dan
magnesium, yang dapat mencegah diabetes tipe 2.

Indeks glikemik merupakan ukuran seberapa cepat glukosa dilepaskan kedalam aliran
darah setelah makan. Makanan yang mengandung indeks glikemik rendah, seperti
beras merah, membuat orang merasa kenyang lebih lama dan menjaga kadar gula
lebih stabil.

Diposkan 17th March 2012 oleh IAKMI-HST

0
Tambahkan komentar

3.

Mar

Kasus DBD 2012


Sudah 9 Orang Meninggal
Kasus DBD di Kalsel Meningkat
Radar Banjarmasin - Radar Banua

BANJARMASIN Ditetapkannya Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) sebagai daerah


berstatus kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah dengue (DBD) ternyata mendapat
perhatian serius dari Gubernur Kalsel Rudy Ariffin. Saat Coffee Morning yang berlangsung di
Graha Abdi Persada, Kantor Gubernur Kalsel, kemarin, Rudy meminta jajaran kesehatan
untuk bergerak cepat mengatasi permasalahan.
Tolong soal KLB DBD ini diperhatikan. Saya baca di media hari ini bupati sudah menetapkan
status KLB, ucap Rudy.
Seperti yang diberitakan Radar Banjarmasin, Selasa (6/3), Bupati HST Harun Nurasyid
menetapkan status KLB di daerahnya lantaran temuan kasus DBD terus meningkat.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel Rosihan Adhani mengaku sudah mendapatkan
laporan tentang status KLB DBD di HST. Kenapa bisa sampai KLB karena ada beberapa
syarat yang dipenuhi. Bahwa di HST telah terjadi peningkatan kasus yang mencapai dua kali
lipat dengan tahun sebelumnya. Di HST juga ditemukan korban meninggal sebanyak 5 orang,
padahal tahun lalu tidak ada korban meninggal, terangnya kepada Radar Banjarmasin,
kemarin.
Meskipun HST telah ditetapkan KLB, tidak demikian dengan Kalsel. Secara umum status
Kalsel masih aman dari DBD. Kalsel belum KLB, kalau melihat data memang jumlah kasus
dan angka kematian masih belum dua kali lipat tahun lalu, katanya.
Data Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel menunjukkan, hingga Rabu (7/3), sudah ada 405 kasus
DBD yang terdeteksi. Dari jumlah tersebut, 9 orang diantaranya meninggal dunia. Kebanyakan
yang meninggal adalah anak-anak.
Jika dibandingkan dengan tahun lalu, tahun ini jumlah kasusnya mengalami peningkatan.
Tahun 2011, jumlah kasus DBD di Kalsel pada periode yang sama berjumlah 363 kasus
sedangkan korban meninggal sebanyak 8 orang.
Rosihan menambahkan, kasus DBD terbanyak ditemukan di Hulu Sungai Selatan (HST)
dengan jumlah 130 kasus disusul Banjar dengan 37 kasus. Tanah Laut juga menjadi daerah
dengan penderita DBD cukup banyak yakni mencapai 35, disusul HST sebanyak 33 kasus.
Kalau 2010 sangat tinggi, ada 1079 kasus dengan 33 kematian tapi kita tetap waspada. Saya
berharap masyarakat bisa terapkan 3M plus. Kalau ada keluarga dan anak yang panas tinggi
dan turun naik harus waspada. Kita gerakkan tim reaksi cepat karena faktor curah hujan tinggi
mempengaruhi meningkatnya kasus DBD, paparnya. (tas)

Diposkan 9th March 2012 oleh IAKMI-HST


0

Tambahkan komentar

4.

Feb

11

Keracunan Makanan
Pasien Keracunan Massal Mulai Pulang
SABTU, 11 FEBRUARI 2012 - 11:50 WITA - Print

hanani

Berobat di poliklinik umum RS Dhamanhuri Barabai, Hulu Sungai Tengah


(HST), harus bersabar. Pasalnya, harus menunggu dokter spesialis
melakukan kunjungan untuk pasien ruang rawat inap selesai, baru bisa
melayani pasien rawat jalan tersebut.

BANJARMASINPOST.CO.ID, BARABAI - Setelah sempat dua hari


mendapat perawatan di Rumah Sakit Damanhuri Barabai 20 pasien
keracunana massal di Desa Birayang Soerapati beransur membaik.

Bahkan diantara mereka diantaranya sudah diperbolehkan karena mual,


diare dan muntah muntahnya sudah sembuh.

Direktur RS Damanhuri Barabai, drg Rudy Widodo mengatakan usai


mendapat perawatan intensif pasien sudah mulai membaik.

"Tadi pagi juga ada 1-2 orang yang sudah pulang dijemput keluarga
masing masing," kata Rudy, Sabtu (11/2/2012) siang.

Rudy berharap pasien lain yang masih tinggal juga akan sembuh
mengingat sejat diberikan infus dan obat obatan bakteri yang membuat
mual, diare dan muntah sudah hilang.

Mengenai adanya korban yang meninggal, Rudy tidak tahu karena yang
bersangkutan tidak langsung dibawa ke rumah sakit.

"Seharusnya kalau ada gejala seperti itu lkangsung bawa saja jangan
dirawat di rumah," tambahnya.

Seperti diketahui sejak Kamis lalu RS Damanhuri kedatangan pasien yang


tiba tiba dengan jumlah banyak akibat mengalami keracunan massal.

Sedikitnya 30 warga, satu meninggal dan satu lagi kritis dan kini dirawat
di RS Damanhuri akibat keracunan itu.

Marga merasa Mual, diare dan muntah sehingga dibawa ke RS Damanhuri


usai menyantap masakan di acara Saruan Maulidan di salah satu rumah
Warga di Birayang Surapati, Kecamatan Batang Alai Selatan, Kamis (9/2)
Pukul 13.00 Wita.

Perawat Ruang Zamrud, Inna menjelaskan jumlah pasien yang datang


akibat gejala keracunan berjumlah 30 lebih.

Agar tidak terlalu banyak kehilangan cairan tubuh karena muntah dan
berak pasien yang datang segera diberikan infus.

(khairil rahim/www.banjarmasinpost.co.id)
Diposkan 11th February 2012 oleh IAKMI-HST

Tambahkan komentar

5.

Dec

23

Debat Kreatif Anti Narkoba


Debat Kreatif Anti Narkoba SLTA
Banjarmasinpost.co.id - Kamis, 22 Desember 2011 | 17:40 Wita

web

Ilustrasi anti narkoba

BANJARMASINPOST.CO.ID, BARABAI - Ikatan Ahli Kesehatan


Masyarakat Indonesia Kabupaten Hulu Sungai Tengah menggelar Debat
Kreatif Ilmiah Tingkat SLTA se Kabupaten Hulu Sungai Tengah bertempat
di Gedung Bhakti Husada dari Rabu hingga Kamis (21-22/12/2011).

Ketua Panitia Pelaksana Debat Kreatif Ilmiah Wahyudi menjelaskan


peserta kegiatan berjumlah 65 orang. Satu kelompok terdiri dari lima
orang, dari 13 SLTA atau sederajat yang didamping guru masing-masing.

Debat Kreatif Ilmiah bertema "Bahaya Penyalahgunaan Napza di kalangan


remaja" membahas bahaya penyalahggunaan Napza, Sanksi
penyalahgunaan, serta upaya penanggulangannya.

Melalui kegiatan ini diharapkan menumbuhkan kesadaran bagi generasi


muda khususnya pelajar akan bahaya penyalahgunaan Napza serta
memeriahkan Hari Jadi Kabupaten HST yang ke-53,katanya.
Disebutkan, generasi muda dan pelajar paling rawan penyalahgunaan
Napza karena diusia inilah masa pencarian jati diri dan mulai berekpresi
sehingga untuk menanggulanginya diperlukan kesadaran diri sendiri,
dukungan dan motivasi positif orang tua serta lingkungan dan wadah
positif mereka berkreasi.

Sekretaris Dinas Kesehatan HST Norwardinor mengatakan, dari Debat


Kreatif Ilmiah, itu memunculkan ide baru dari kalangan pelajar terhadap
upaya menanggulangi penyalahgunaan Napza di Kabupaten Hulu Sungai
Tengah.

Diposkan 23rd December 2011 oleh IAKMI-HST

Tambahkan komentar

6.

Dec

23

Berita Hulu Sungai Tengah

Kamis, 22 Desember 2011


Dinkes Siapkan Duta Kesehatan

Dari Debat Kreatif Anti Narkoba Tingkat SLTA

BARABAI - Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Kabupaten Hulu Sungai


Tengah menggelar kegiatan Debat Kreatif Ilmiah. Kegiatan tersebut berlangsung
selama dua hari untuk Tingkat SLTA se Kabupaten Hulu Sungai Tengah bertempat di
Gedung Bhakti Husada.

Ketua Panitia Pelaksana Debat Kreatif Ilmiah Wahyuni menjelaskan peserta kegiatan
berjumlah 65 orang terdiri dari 5 orang masing-masing sekolah dari 13 sekolah
Tingkat SLTA atau sederajat yang diundang berikut guru pendamping.

Debat Kreatif Ilmiah mengambil Tema: "Bahaya Penyalahgunaan Napza di kalangan


remaja" dengan mengenalkan bahaya penyalahggunaan Napza, Sanksi
penyalahgunaan Napza dan Upaya penanggulangan Napza.

Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Rahmatullah mengungkapkan tujuan pelaksanaan debat kreatif ilmiah ini tidak lain
untuk menumbuhkan kesadaran bagi generasi muda utamanya pelajar akan bahaya
penyalahgunaan Napza serta memeriahkan Hari Jadi ke-53 HST. "Generasi Muda dan
Pelajar di usia mereka paling rentan akan penyalahgunaan Napza karena di usia inilah
masa pencarian jati diri dan mulai berekspresi sehingga untuk menanggulanginya
diperlukan kesadaran yang timbul dari dalam diri, dukungan dan motivasi positif dari
orang tua dan lingkungan serta wahana positif mereka berkreasi sehingga terhindar
dari narkoba," katanya.

Diterangkannya forum debat kreatif ilmiah dapat menjadi wahana positif pelajar agar
mereka bukan hanya dipandang sebagai obyek dalam upaya penanggulangan bahaya
napza namun mereka juga diposisikan sebagai subyek yang menyampaikan bahaya
napza dengan bahasa dan gaya yang lebih mengena, santun, gaul dengan menjunjung
tinggi nilai moral dan agama.

Sekretaris Dinas Kesehatan HST Norwardinor menyampaikan apresiasi dan


penghargaan atas terselenggaranya Debat Kreatif Ilmiah, menurutnya akan muncul
ide-ide segar dari kalangan pelajar akan upaya menangkal dan menanggulangi
penyalahgunaan Napza di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Provinsi Kalimantan Selatan termasuk urutan belasan dalam penyalahgunaan Napza
secara Nasional sementara untuk Kabupaten Hulu Sungai Tengah urutan kelima se
Kalimantan Selatan dalam penyalahgunaan Napza sehingga perlu usaha dan kerja
keras dari semua pihak untuk memerangi peredaran dan penyalahgunaan Napza.
(humashst/amt/ay/ram)

Edisi Radar Banjarmasin

20:10:43

Search

Diposkan 23rd December 2011 oleh IAKMI-HST

Tambahkan komentar

7.

Dec

23

IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

(THE INDONESIAN PUBLIC HEALTH ASSOCIATION)

CABANG HULU SUNGAI TENGAH


PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
SEKRETARIAT: JL.SMP NO.44 BARABAI DINKES KAB-HST TELP/FAX :
(0517)41285,43534

Email : iakmihst@yahoo.com

SUSUNAN PENGURUS
IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA (IAKMI)

CABANG HULU SUNGAI TENGAH MASA BAKTI TH. 2010-2013

(HASIL RAPAT ANGGOTA IAKMI CABANG HST TGL. 17 JUNI 2010 DAN

RAPAT TIM FORMATUR TANGGAL 25 JUNI 2010)

A. PELINDUNG : BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

B. DEWAN PENASEHAT : SEKRETARIS DAERAH KAB. HST


KEPALA DINAS KESEHATAN KAB. HST
DIREKTUR RSU H.DAMANHURI
BARABAI
KEPALA BADAN KB DAN PP KAB. HST
KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP
KAB. HST

C. PENGURUS INTI :

KETUA : RAHMATULLAH, S.KM, M.PH

WAKIL KETUA : H. ABD.HAMIDAN, S.KM, S.Kep

SEKRETARIS : ANI ZURAIDA, S.KM

WAKIL SEKRETARIS : MUALIM. S.KM

BENDAHARA : MASTIFAH RIDHA, S.KM

WAKIL BENDAHARA : Hj.MILLY HIFSARI F, S.KM

D. BIDANG BIDANG :

I. HUBUNGAN MASYARAKAT (HUMAS) : SAMKANI, SIP. M.PH


(Ketua)
HERNADI, S.KM
ANTUNG NURSIDAH, S.KM
MUHAMMAD HUSNI, S.KM
Hj.SITI HASNAH, S.KM
II. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN : EDY SUWARTO, S.KM
(Ketua)
Hj. MASITAH,S.KM
SALAHUDDIN, S.KM
RISNAWATI, S.KM (P2M)
DESMA D., S.KM

III. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN : MAWARDI, S.KM (Ketua)


ERNAWATI, S.KM
RUSNANI,S.KM
WAHYUNI,S.IP.M.Kes
AHMAD JUNAIDI, S.KM
IV. PENGABDIAN MASYARAKAT : RUDI YUSHAN NAFARIN, S.KM
(Ketua)
MUHAMMAD NOOR, S.KM
KHAIRUNNISA, S.KM
HELDA ROSIANA, S.KM
ISNAWATI, S.KM
V. ADVOKASI DAN KEMITRAAN : H. KURSANI, S.KM (Ketua)
H. IDHAM RUSDI, S.KM
Drg.RUDI WIDODO, M.Kes
Dr.H.HARDI BASUKI,
M.Kes

VI.PENGEMBANGAN PROFESI : H. MURSALIN, S.KM (Ketua)


M. RUSMADI, S.KM
MISBAH, S.KM
NOORFITRIANI, S.KM

VII PEMBINAAN JASMANI DAN ROHANI : H. M. RUSDIAN, S.KM (Ketua)


SADIAH, S.KM
DENY SAPUTRA, S.KM
EHWAN KUSNADI, S.KM
AKHMAD RAJIDA, S.KM

VIII. PENGEMBANGAN USAHA : PRIYO WIBISONO, S.KM, M.PH (Ketua)


ADI DINAR, S.KM
RISNAWATI, S.KM
MARFUAH, S.KM
NUR WARDI NUR, S.Si.Apt,
M.Kes

IX.PUBLIKASI : M. PAHRIADI, S.KM (Ketua)


RUSMILIYANI NOR, S.KM
HERY SUPRAPTO, S.KM
DORCE BINA NASANG, S.KM
SAIBATUL HAMDI, S.KM

X. Bidang Keilmuan, Penelitian dan Pengembangan :

Sub Bidang :

1. KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN


- Dr.H.Hardi Basuki, M.Kes
- Drg.RUDI WIDODO, M.Kes
- NUR WARDI NUR, S.Si.Apt, M.Kes
2. EPIDEMIOLOGI
- EHWAN KUSNADI, S.KM
- MISBAH, S.KM
- H. IDHAM RUSDI, S.KM
- H. M. RUSDIAN, S.KM
3. PROMOSI KESEHATAN
- WAHYUNI,S.IP.M.Kes
- KHAIRUNNISA, S.KM
- AKHMAD RAJIDA, S.KM
- DENY SAPUTRA, S.KM
4. GIZI
- M. HUSNI, S.KM
- ANTUNG NURSIDAH, S.KM
- HELDA ROSIANA, S.KM
- ISNAWATI, S.KM
- ADI DINAR, S.KM
5. KESEHATAN REPRODUKSI
- Hj. MASITAH,S.KM
- Hj.SITI HASNAH, S.KM
- DORCE BINA NASANG, S.KM
- DESMA D., S.KM
- MARFUAH, S.KM
6. KESEHATAN LINGKUNGAN
- H. MURSALIN, S.KM
- M. RUSMADI, S.KM
- SADIAH, S.KM
- NOORFITRIANI, S.KM
7. INFORMASI KESEHATAN
- M. PAHRIADI, S.KM
- RUSMILIYANI NOR, S.KM
- HERY SUPRAPTO, S.KM
- SAIBATUL HAMDI, S.KM
- RISNAWATI, S.KM

Ketua IAKMI Cabang HST,

RAHMATULLAH, S.KM,
M.PH

Diposkan 23rd December 2011 oleh IAKMI-HST

Tambahkan komentar

8.

Jun

15
PENATALAKSANAAN TERBARU
DIET DIABETES MELITUS
BAHAN SEMINAR ILMIAH
DALAM RANGKA PENGUKUHAN IAKMI CABANG HST TAHUN 2010-2013
TANGGAL 7 APRIL 2011

PENATALAKSANAAN TERBARU DIET DIABETES MELITUS

Oleh
Pramono*

A. Pendahuluan

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang


berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia.
Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem
kesehatan suatu negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan
dengan perubahan gaya hidup termasuk pola makan masyarakat Indonesia
diperkirakan penderita DM ini semakin meningkat, terutama pada kelompok
umur dewasa keatas pada seluruh status sosial ekonomi.
Data penderita Diabetes Melitus di Amerika Serikat yang dirilis pada 26
Januari 2011 Jumlah penderitanya tercatat 25,8 juta yang terdiri dari anak-
anak dan orang dewasa. Hal tersebut berarti 8,3% dari populasi-memiliki
diabetes. Berbeda dengan data pada tahun 2007 , yang menggunakan data
glukosa puasa untuk memperkirakan diabetes dan pradiabetes, pada tahun
2011 menggunakan glukosa puasa dan tingkat A1C. Pada tahun 2003
berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia diperkirakan diabetisi di
daerah urban sebesar 14,7%dan daerah rural sebesar 7,2%. Data dari
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi kenaikan pasien diabetes
melitus di Indonesia pada tahun 2010 menjadi 21,3 juta orang dari
sebelumnya 8,4 juta pada tahun 2000. Separuh dari jumlah tersebut tidak
menyadari penyakitnya dan baru terdiagnosis ketika sudah ada komplikasi.
Data RISKESDAS 2007, kasus diabetes melitus di Kalimantan Selatan adalah
1,1 persen. Biaya perawatan bagi pasien diabetes di USA pada tahun 2007
menghabiskan dana $ 174.000.000.000. Setelah disesuaikan untuk usia
penduduk dan perbedaan jenis kelamin, pengeluaran biaya perawatan medis
rata-rata di antara orang dengan diabetes adalah 2,3 kali lebih tinggi dari
pengeluaran apa yang akan di tidak adanya diabetes.

Seseorang dikatakan Diabetes sesuai kriteria Berdasarkan Standards of


Medical Care in Diabetes 2010 sbb:- A1C > 6,5 % - Gula Darah Puasa FPG >
126 mg/dL (7 mmol/L), puasa didefinisikan tidak adanya ambilan kalori
sedikitnya selama 8 jam - 2 jam glukosa plasma > 200 mg/dL (11,1 mmol/L)
selama OGTT dengan asupan glukosa sebanding dengan 75 glukosa anhydrous
yang dilarutkan - Pasien dengan keluhan klasik hiperglikemia atau krisis
hiperglikemia dengan glukosa darah sewaktu > 200 mg/dL (11,1 mmol/L).
Kepatuhan pada pasien terhadap prinsip gizi dan perencanaan makan
merupakan salah satu kendala pada pelayanan diebetes, terapi gizi
merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan diabetes.
Berdasarkan rekomendasi The American Diabetes Association (ADA) 2003
Terapi gizi medis memerlukan pendekatan tim yang terdiri dari dokter,
dietisien, perawat dan petugas kesehatan lain serta pasien itu sendiri untuk
meningkatkan kemampuan setiap pasien dalam mencapai kontrol metabolik
yang baik.

Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia yang telah disusun oleh


PERKENI terakhir tahun 2006 yang mengadop dari ADA ( American Dietetic
Assosiation) antara lain memberikan pedoman tentang perhitungan
kebutuhan gizi orang dengan diabetes dan anjuran penggunaan Daftar Bahan
Makanan Penukar dalam penyuluhan perencanaan makan orang dengan
diabetes. Pilar penatalaksanaan Diabetes Melitus meliputi 1) Edukasi, 2)
Terapi Gizi Medis, 3) Latihan jasmani, 4) Intervensi farmakologi. Terapi Gizi
Medis merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara total. Salah
satu keberhasilan terapi gizi medis, adalah adanya keterlibatan secara
menyeluruh dari anggota tim ( dokter , ahli gizi, petugas kesehatan lain dan
pasien itu sendiri).

Oleh karena itu berikut ini akan dipaparkan mengenai penatalaksanaan diet
bagi penderita diabetes mellitus sebagai bagian dari penerapan Terapi Gizi
Medis .

B. Terapi Gizi Penderita Diabetes Melitus (Diabetesi)

Sesuai dengan tujuan umum terapi gizi adalah membantu diabetetisi


memperbaiki kebiasaan hidup dan olah raga untuk mendapatkan kontrol
metabolik yang lebih baik.

Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah :

1. Mempertahankan kadar Glukosa darah mendekati normal dengan


keseimbangan asupan makanan dengan insulin (endogen atau
eksogen) atau obat hipoglikemik oral dan tingkat aktifitas.
2. Mencapai kadar serum lipid yang optimal.
3. Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau
mempertahankan berat badan yang memadai orang dewasa,
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada anak
dan remaja, untuk meningkatkan kebutuhan metabolik selama
kehamilan dan laktasi penyembuhan dari penyakit katabolik. Berat
badan memadai diartikan sebagai berat badan yang dianggap dapat
dicapai dan dipertahankan baik jangka pendek maupun jangka
panjang oleh orang dengan diabetes itu sendiri maupun oleh petugas
kesehatan.
4. Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes
yang menggunakan insulin seperti hipoglikemia, penyakit-penyakit
jangka pendek, masalah yang berhubungan dengan kelainan jasmani
dan komplikasi kronik diabetes seperti : penyakit ginjal, neuropati
automik, hipertensi dan penyakit jantung.
5. Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang
optimal.

C. PENGATURAN DIET BAGI PENDERITA DIABETES (DIABETESI)

Prinsip pengaturan makan pada diabetisi hampir sama dengan anjuran


makan untuk orang sehat masyarakat umum, yaitu makanan yang beragam
bergizi dab berimbang atau lebih dikenal dengan gizi seimbang maksudnya
adalah sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu.
Hal yang sangat penting ditekankan adalah pola makan yang disiplin dalam
hal Jadwal makan, Jenis dan Jumlah makanan atau terkenal dengan istilah 3
J.

Pengaturan porsi makanan sedemikian rupa sehingga asupan zat gizi


tersebar sepanjang hari. Penurunan berat badan ringan atau sedang (5-10kg)
sudah terbukti dapat meningkatkan kontrol diabetes, walaupun berat badan
idaman tidak dicapai. Penurunan berat badan dapat diusahakan dicapai
dengan baik dengan penurunan asupan energi yang moderat dan
peningkatan pengeluaran energi. Dianjurkan pembatasan kalori sedang yaitu
250-500 kkal lebih rendah dari asupan rata-rata sehari.

Komposisi makanan yang dianjurkan meliputi:

Karbohidrat

Rekomendari ADA tahun 1994 lebih memfokuskan pada jumlah total


karbohidrat daripada jenisnya. Rekomendasi untuk sukrosa lebih liberal.
Buah dan susu sudah terbukti mempunyai respon glikemik yang lebih rendah
dari pada sebagian besar tepung-tepungan. Walaupun berbagai tepung-
tepungan mempunyai respon glikemik yang berbeda, prioritas hendaknya
lebih pada jumlah total karbohidrat yang dikonsumsi daripada sumber
karbohidrat.

Anjuran konsumsi karbohidrat untuk diabetesi di Indonesia:

1. 45-65% total asupan energi.

2. Pembatasan karbohidrat tidak dianjurkan < 130 g/hari.

3. Makanan harus mengandung lebih banyak karbohidrat terutama berserat


tinggi.

4. Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% sehari ( 3-4 sdm)

5. Makan 3 kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat dalam sehari.

Penggunaan pemanis alternatif pada diabetesi, aman digunakan asal tidak


melebihi batas aman (Accepted Dialy Intake).
1. Fruktosa < 50 gr/hr, jika berlebih menyebabkan diare
2. Sorbitol < 30 gr, jika berlebih menyebabkan kembung, diare
3. Manitol < 20 gr/hr
4. Aspartam 0 mg/ kg BB?hr
5. Sakarin 1 gr/hr
6. Acesulfame K 15 mg/kg BB/hr
7. Siklamat 11 mg/kg BB/hr

Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan sukrosa sebagai bagian dari


perencanaan makan tidak memperburuk kontrol glukosa darah pada individu
dengan diabetes tipe 1 dan 2. Sukrosa dari makanan harus diperhitungkan
sebagai pengganti karbohidrat makanan lain dan tidak hanya dengan
menambahkannya pada perencanaan makan. Dalam melakukan subtitusi ini
kandungan zat gizi dari makanan-makanan manis yang pekat dan kandugan
zat gizi lain dari makanan yang mengandung sukrosa harus
dipertimbangkan, seperti lemak yang sering ada bersama sukrosa
dalammakanan.

Fruktosa menaikkan glukosa plasma lebih kecil daripada sukrosa dan


kebanyakan karbohidrat jenis tepung-tepungan. Dalam hal ini fruktosa dapat
memberikan keuntungan sebagai bahan pemanis pada diet diabetes. Namun
pengaruhnya dalam jumlah besar (20% energi) potensial merugikan pada
kolesterol dan LDL. Penderita disiplemia hendaknya menghindari
mengkonsumsi fruktosa dalam jumlah besar, namun tidak ada alasan untuk
menghindari makanan seperti buah-buahan dan sayuran yang mengandung
fruktosa alami maupun konsumsi sejumlah sedang makanan
yangmengandungpemanisfruktosa.

Sorbitol, manitol dan xylitol adalah gula alkohol biasa mengadung 7 kalori
/gram menghasilkan respon glikemik lebih rendah daripada sukrosa dan
karbohidrat lain. Penggunaan pemanis tersebut secaraberlebihan dapat
mempunyai pengaruh laksatif. Sakarin, aspartame adalah pemanis tak
bergizi yang dapat diterima sebagai pemanis pada semua penderitaDM.

Serat
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan untuk
orang yang tidak diabetes yaitu dianjurkan mengkonsumsi 20-35 gr serat
makanan dari berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia anjurannya
adalah kira-kira 25 gr/1000 kalori/ hari dengan mengutamakan serat larut
air.

Protein

Menurut konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia tahun 2006 kebutuhan


protein untuk diabetisi 15%-20% energi. Perlu penurunan asupan protein
menjadi 0,8 g/kg berat badan perhari atau 10% dari kebutuhan energi
dengan timbulnya nefropati pada orang dewasa dan 65% hendaknya bernilai
biologic tinggi.
Sumber protein yang baik adalah ikan, seafood, daging tanpa lemak, ayam
tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan dan tahu-tempe.

Total lemak

Anjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20-25% energi. lemak jenuh < 7%
kebutuhan energi dan lemak tidak jenuh ganda <10% kebutuhan energi,
sedangkan selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol
makanan hendaknya dibatasi tidak lebih dari 300 mg perhari.

Apabila peningkatan LDL merupakan masalah utama, dapat diikuti anjuran


diet disiplin diet dislipidemia. Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak
jenuh dan kolesterol adalah untuk menurunkan risiko penyakit
kardiovaskular.

Garam
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa
yaitu tidak lebih dari 3000 mgr atau sama dengan 6-7 g (1 sdt) garam dapur,
sedangkan bagi yang menderita hipertensi ringan sampai sedang, dianjurkan
2400 mgr natrium perhari atau sama dengan 6 gr/hari garam dapur. Sumber
natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin dan soda.

Alkohol
Anjuran penggunaan alkohol untuk orang dengan diabetes sama dengan
masyarakat umum. Dalam keadaan normal, kadar glukosa darah tidak
terpengaruh oleh penggunaan alkohol dalam jumlah sedang apabila diabetes
terkendali dengan baik. Alkohol dapat meningkatkan resiko hipoglikemia
pada mereka yang menggunakan insulin atau sulfonylurea. Karena itu
sebaiknya hanya diminum pada saat makan. Bagi orang dengan diabetes
yang mempunyai masalah kesehatan lain seperti pancreatitis, dislipidemia,
atau neuropati mungkin perlu anjuran untuk mengurangi atau menghindari
alkohol. Asupan kalori dari alkohol diperhitungkan sebagai bagian dari
asupan kalori total dan sebagai penukar lemak (1 minuman alcohol sama
dengan 2 penukar lemak).

Kebutuhan kalori

Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat badan


ideal. Komposisi energy adalah 45-65% dari karbohidrat, 10-20% dari protein
dan 20-25% dari lemak. Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori
yang dibutuhkan orang dengan diabetes. Di antaranya adalah dengan
memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kg BB
ideal, ditambah dan dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu jenis
kelamin, umur, aktivitas, kehamilan/laktasi, adanya komplikasi dan berat
badan.

Perhitungan berat badan ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang dimodifikasi:

BBI = 90% x (TB dalam cm-100) x 1 kg


Bagi pria dengan TB di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm , rumus
modifikasi menjadi: BBI = (TB dalam cm 100) x 1 kg

BB Normal : bila BB ideal 10%

Kurus :

Gemuk : > BBI + 10%

Faktor-faktor penentu kebutuhan energy yaitu:

Jenis kelamin
Kebutuhan kalori wanita sebesar 25 kkal/kg BB ideal dan pria 30
kkal/kg BB ideal
Umur
Pasien usia > 40 tahun , kebutuhan kalori :
- 40-59 tahun dikurangi 5% dari energi basal
- 60-69 tahun dikurangi 10 % dari energi basal
- > 70 tahun dikurangi 20% dari energi basal
- Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori adalah jauh lebih tinggi
daripada orang dewasa, dalam tahun pertama bisa mencapai 112
kal/kg BB.
- Umur 1 tahun membutuhkan lebih kurang 1000 kalori dan
selanjutnya pada anak-anak lebih daripada 1 tahun mendapat
tambahan 100 kalori untuk tiap tahunnya.
Aktifitas fisik atau pekerjaan
Kebutuhan kalori ditambah sesuai dengan intensitas aktifitas fisik
Penambahan kalori dari aktifitas fisik:
- Keadaan istirahat : ditambah 10% dari kebutuhan basal
- Keadaan aktifitas ringan: ditambahkan 20% dari kebutuhan basal
- Keadaan aktifitas sedang: ditambahkan 30% dari kebutuhan basal
- Keadaan aktifitas berat dan sangat berat: ditambahkan 40 & 50%
dari kebutuhan basal
Jenis aktifitas dikelompokkan sebagai berikut :
- Keadaan istirahat : berbaring di tempat tidur.
- Ringan : pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu
rumah tangga dan lain-lain
- Sedang : pegawai di industri ringan, mahasiswa, militer yang
sedang tidak perang, .
- Berat : petani, buruh, militer dalam keadaan latihan, penari,
atlit.
- Sangat berat : tukang becak, tukang gali, pandai besi.
Berat badan
- Bila gemuk: dikurangi 20-30% tergantung dari tingkat kegemukan.
- Bila kurus: ditambah 20-30% tergantung dari tingkat kekurusan untuk
menambah berat badan.
- Untuk tujuan penurunan berat badan jumlah kalori yang diberikan
paling sedikit 1000-1200 kalori perhari untuk wanita dan 1200-
1600 kalori perhari untuk pria.
Pembagian makanan sejumlah kalori terhitung dibagi dalam 3 porsi besar
makan pagi (20%), siang (30%) dan sore (25%) serta 2-3 porsi makanan ringan
(10 -15 % ). Untuk meningkatkan kepatuhan pasien, sejauh mungkin
perubahan dilakukan secara bertahap dan harus disesuaikan dengan
kebiasaan makan.

Cara pemilihan makanan dapat dilihat pada piramida makanan seperti dalam
lampiran (1). Bila diabetisi yang mengidap penyakit lain, pola pengaturan
makan disesuaikan dengan penyakit penyertanya.

Cara lain perhitungan kebutuhan kalori adalah seperti table I. dan ada pula
cara yang lebih gampang lagi adalah dengan pegangan kasar yaitu untuk
pasien kurus 2300-2500 kalori, normal 1700-2100 kalori, dan gemuk 1300-
1500 kalori.

Tabel I. Kebutuhan kalori diabetisi

Kalori/kg BB ideal
Status Gizi Kerja santai sedang Berat
Gemuk 25 30 35
Normal 30 35 40
Kurus 35 40 40-50

Bila hamil/ menyusui

Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori/ hari dan pada
trimester II dan III 350 kalori/hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan
sebanyak 550 kalori/hari.

Adanya komplikasi

Infeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu memerlukan


tambahan kalori sebesar 13% untuk tiap kenaikan 1 derajat celcius.

Perencanaan makan untuk diabetisi

Untuk perencanaan pola makan sehari, pasien diberi petunjuk berapa


kebutuhan bahan makanan setiap kali makan dalam sehari dalam bentuk
Penukar (P). Berdasarkan pola makan pasien tersebut dan Daftar Bahan
Makanan Penukar, dapat disusun menu makanan sehari-hari.

Penggunaan Daftar Bahan Makanan Penukar

Daftar bahan makanan penukar adalah suatu daftar nama bahan makanan
dengan ukuran tertentu dan dikelompokkan berdasarkan kandungan kalori,
protein, lemak dan hidrat arang. Setiap kelompok bahan makanan dianggap
mempunyai nilai gizi yang kurang lebih sama.

Dikelompokkan menjadi 8 kelompok bahan makanan yaitu :


Golongan I : bahan makanan sumber karbohidrat.

Golongan II : bahan makanan sumber protein hewani

Golongan III : bahan makanan sumber protein nabati

Golongan IV : sayuran

Golongan V : buah-buahan

Golongan VI : susu

Golongan VII : minyak

Golongan VIII : makanan tanpa kalori

E. PENGATURAN GULA DARAH DENGAN CARBOHYDRATE COUNTING


(CATING)

Seperti telah dikemukakan di atas bahwa prinsip 3 J yaitu tepat


jadwal. Jenis, dan jumlah adalah yang perlu diperhatikan untuk
terkontrolnya kadar gula darah, maka sekarang ini yang mulai popular
digunakan yaitu carbohydrate counting. Carbohydrate counting (CATING)
adalah metode menghitung gram karbohidrat yang dikonsumsi saat makan
dan snack. CATING dapat juga digunakan untuk membuat perencanaan
makan untuk diabetisi.

Rekomendasi dari ADA 2006, 1 serving (penyajian) makanan= 15 gr KH.


Dalam penerapan CATING ini dibagi menjadi 2 tingkatan, yaitu :

1. Basic CATING: pemahaman tentang makanan, aktifitas fisik, tingkat kadar


gula
darah.
2. Advanced CATING; pemahaman managemen dan penggunaan rasio insulin
dan
karbohidrat. Dimana 15 gr KH diperlukan insulin 1 unit

Contoh bahan makanan dengan penyajian 15 gr karbohidrat:

-Starches: 1 slice of bread, 1/3 cup of cooked pasta, 3/4 cup of dry cereal,
or 46 cracker ,

1/3 cup rice, cup mashes potatoes, 3 cups popcorn

-Fruit: 1 small piece of fruit or cup of fruit juice

-vegetables: cups cook and 1 cup raw, cup beans

-Milk : 1 cup of nonfat (skim) milk, or 3/4 cup of yogurt


-Desserts: 2 small cookies or 1/2 cup of ice cream

Di bawah ini diberikan contoh perencanaan makan menggunakan CATING:


dengan jumlah kebutuhan karbohidrat 165 gr/hari.

Makan pagi: 3 carbohydrate servings (45 g)


Snack pk 10.00: -
Makan siang: 3 carbohydrate servings (45 g)
Snack Pk 16.00: 1 carbohydrate serving (15 g)
Makan malam: 4 carbohydrate serving(60 g)
Total carbohydrates for the day : 165 gr.

Sebagai contoh CATING untuk menghitung Servings/ penyajian

1. Kebutuhan energi yang telah dihitung adalah 2,000 kalori

2. Hitung energy dari karbohidrat yaitu 50% total kalori= 1,000 kalori

3. Membagi 1,000 kalori dengan 4 kalori per gram of carbohydrate = 250 grams

4. Membagi 250 grams karbohidrat dengan 15 grams carbohydrate per serving/


penyajian = 16.66karbohidrat servings/ penyajian.

Penyajian karbohidrat dibagi menjadi 3 kali makan dan 2-3 kali snack. Perlu
diperhatikan juga bahwa makanan yang dimakan tidak hanya karbohidrat saja,
tetapi protein dan lemak. Jika menggunakan aturan standar menu seimbang, yaitu
2-3 penyajian sumber protein setiap makan dan sedikit menggunakan minyak, maka
kalori tidak akan berlebih. Namun bila dikonsumsi lebih, tetap akan menambah
kebutuhan energy dan ini akan berdampak terhadap kenaikkan berat badan. Hal ini
berakibat terhadap terjadinya penyakit kardiovaskuler. Berikut ini adalah
pembagian karbohidrat dalam pengaturan makan yang disesuaikan dengan keadaan
kadar gula darah.

Tabel 2. Pembagian karbohidrat dapat disusun dan disesuaikan dengan kadar gula
darah :

Makan pagi 4 4 2 3 4 3 0
Snack 0 2 2 2 2 1 3
pk.10.00
Makan siang 5 4 4 3 5 4 3
Snack sore 0 2 2 2 2 2 3
pk.16.00
Makan malam 5 4 4 4 3 4 4
Snack malam 2 0 2 2 0 2 3
TOTAL CARBS 16 16 16 16 16 16 16
Bagi diabetesi dalam merencanakan makan dengan menggunakan CATING
dalam level basic atau advanced CATING harus memahami :

1. Sumber bahan makanan karbohidrat, protein,lemak

2. Label makanan

3. Modifikasi asupan lemak

4. Panduan makan di luar rumah, restaurant, kafetaria.

5. Pemilihan snack

6. Pengaturan waktu makan

Dalam pelaksanaan CATING pun harus dilakukan monitoring terhadap: Kadar


Gula darah, Hb A1C, Lipid darah, Tekanan darah, Berat badan agar dapat
diketahui pengaturan konsumsi karbohidrat yang tepat dan harus dijalankan
secara konsisten terutama bagi yang menggunakan insulin.

Didalam buku panduan Perencanaan Makan Penderita Diabetes dengan


Sistem Unit terbitan Klinik Gizi dan Klinik Edukasi Diabetes RS Tebet,
menuliskan tentang prinsip dasar diet diabetes, dengan pemberian kalori
sesuai kebutuhan dasar. Untuk wanita, kebutuhan dasar adalah (Berat Badan
Ideal x 25 kalori)ditambah 20% untuk aktivitas. Sedangkan untuk pria, (Berat
Badan Ideal x 30 kalori) ditambah 20% untuk aktivitas. Untuk menentukan
berat badan ideal (BBI) bisa diambil patokan: BBI = Tinggi Badan (cm) 100
cm 10%.

Contoh, seorang pria bertinggi badan 164 cm, berat badan 70 kg, maka BBI =
64 kg 10% = 58 kg. Kebutuhan kalori dasar = 58 x 30 kalori = 1.740 kalori.
Ditambah kalori aktivitas 20% = 2.088 kalori. Jadi, pria ini memerlukan diet
sekitar 2.000 kalori sehari.

Namun, rumusan ini tidak mutlak. Bila pasien sedang sakit, aktivitas
berubah, atau berat badan jauh dari ideal, maka kebutuhan kalori akan
berubah. Bila berat badan berlebih, jumlah kalori dikurangi dari kebutuhan
dasar. Sebaliknya, bila pasien mempunyai berat badan kurang, jumlah kalori
dilebihkan dari kebutuhan dasar. Begitu berat badan mencapai normal,
jumlah kalori disesuaikan kembali dengan kebutuhan dasar.

Prinsip makan selanjutnya adalah menghindari konsumsi gula dan makanan


yang mengandung gula. Juga menghindari konsumsi hidrat arang olahan
yakni hidrat arang hasil dari pabrik berupa tepung dengan segala produknya.
Ditambah lagi mengurangi konsumsi lemak dalam makanan sehari-hari
(lemak binatang, santan, margarin, dll.), sebab tubuh penderita mengalami
kelebihan lemak darah.
Yang perlu diperbanyak justru konsumsi serat dalam makanan, khususnya
serat yang larut air seperti pektin (dalam apel), jenis kacang-kacangan, dan
biji-bijian (bukan digoreng).

Bila penderita juga mengalami gangguan pada ginjal, yang perlu


diperhatikan adalah jumlah konsumsi protein. Umumnya, digunakan rumus
0,8 g protein per kilogram berat badan. Bila kadar kolesterol/trigliserida
tinggi, disarankan melakukan diet rendah lemak. Bila tekanan darahnya
tinggi, dianjurkan mengurangi konsumsi garam.

Kegagalan berdiet bisa disebabkan karena pasien kurang berdisiplin dalam


memilih makanannya atau tidak mampu mengurangi jumlah kalori
makanannya. Bisa juga penderita tidak mempedulikan saran dokter.

Untuk memudahkan penerapan, dibuat sistem unit 80 kalori. Tabel 4


menyajikan makanan yang mengandung 80 kalori per unitnya. Misalnya,
seorang pasien yang memerlukan 1.600 kalori per harinya, akan mendapat
makanan 20 unit sehari senilai 80 kalori setiap unitnya. Jumlah 20 unit
terbagi atas sarapan empat unit, makanan kecil (pk. 10.00) dua unit, makan
siang enam unit, makanan kecil (pk. 16.00) dua unit, dan makan malam
enam unit.

Tabel 3 Contoh lima kelompok makanan: makanan pokok, lauk pauk,


sayuran, makanan ringan/siap santap, buah-buahan, dan minuman.

Jenis A B C
makanan
Makanan nasi Roti kentang
pokok pepes ikan sate goreng
Lauk pauk sayur lodeh rendang
Sayuran bening hamburger buntil
Siap santap ketoprak pisang pizza
Buah- apel kroket anggur
buahan lemper es campur lapis legit
Makanan teh/kopi minuman
ringan ringan
Minuman

Makanan dalam kelompok A bisa dibilang berkomposisi paling baik, karena


mengandung serat dan atau rendah hidrat arang olahan serta rendah lemak.
Sementara golongan C kurang baik karena kandungan gulanya tinggi, rendah
atau tanpa serat, dan terlalu banyak lemak. Jadi, dianjurkan untuk memilih
A atau B, bukan C. Nasi lebih baik daripada bubur, karena kandungan serat
lebih baik sehingga lebih lama bertahan di usus. Pemanis gula bisa diganti
dengan pemanis buatan.

Tabel 4. Contoh menu yang dapat diikuti (20 unit atau 1.600 kalori):

Makan pagi
Setangkap roti tawar 1,50 unit
Sebutir telur ayam 1,25 unit
1 sendok teh selai 0,25 unit
1 gls susu skim 0,75 unit
Selingan (di kantor):
Arem-arem 2,75 unit
Teh tanpa gula
Makan siang:
Nasi putih 1,25 unit
Daging cah kembang kol 3,00 unit
Sayur bening bayem 0,25 unit
Pepaya 0,50 unit
Selingan sore
Serabi pandan (kue basah) 1,75 unit
1 gls jus melon 0,50 unit
Makan malam
Nasi, sayur, daging, ikan goreng, 3,75 unit
gado-gado 0,25 unit
1 gls jus tomat
Selingan malam
1 pisang ambon 1,25 unit

KESIMPULAN

1. Memahami pengaruh karbohidrat terhadap kadar glukosa darah adalah kunci


untuk pengelolaan diabetes

2. Pengaturan makan diabetesi sangat berperanan dalam pengontrolan kadar


gula darah oleh karena itu perlu sekali dilakukan pendokumentasian hasil
monitoring meliputi kadar gula darah, kadar Hb A1c, kadar lipid darah,
tekanan darah, berat.

3. Penerapan CATING bila dilaksanakan secara teratur dan konsisten, serta


memperhatikan asupan protein dan lemak sangat baik untuk tercapainya
tujuan jangka pendek yaitu pengontrolan kadar gula darah dan berat badan
serta mencegah komplikasi lanjut yaitu penyakit kardiovaskuler

1.

Diposkan 15th June 2011 oleh IAKMI-HST

Tambahkan komentar

9.

May
8

Pelantikan Pengurus IAKMI


Tepat Hari Kamis tanggal 07 April 2011, bertempat di Aula Rumah Sakit H.
Damanhuri Barabai. Dilaksanakan pelantikan Pengurus IAKMI Cabang Hulu Sungai
Tengah, yang langsung dilantik oleh Bapak Aus Al Anhar,SKM,MSc, selaku Ketua
IAKMI Propinsi Kalimantan Selatan. Adapun foto kegiatan sebagai berikut, dibawah
ini:

Diposkan 8th May 2011 oleh IAKMI-HST

Tambahkan komentar

10.

May
7

Assalamu alaikum
Sobat,

Banyak sekali persoalan kesehatan yang kita hadapi saat ini. Belum lagi
tuntas persoalan penyakit menular, penyakit degeneratif sudah mulai
meningkat di Indonesia. Begitu juga status kesehatan di Kabupaten Hulu
Sungai Tengah, yang lebih dikenal dengan bumi Murakata.

Persoalan kesehatan ini tidak bisa dikerjakan oleh insan kesehatan semata,
karena harus melibatkan semua pihak ; pemerintah, swasta, LSM dan
masyarakat.

Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) cabang Hulu Sungai


Tengah, keberadaannya perlu diperhitungkan dalam upaya ikut berpartisipasi
dalam pembangunan bidang kesehatan.
Untuk itulah melalui blog/forum ini saya mengajak kepada semua pihak
terutama teman-teman yang bergabung dalam IAKMI Cabang Hulu Sungai
Tengah untuk ikut berpartisipasi memberi materi, saran dan sebagainya guna
menjadikan forum ini menjadi salah satu pilihan informasi.
Saya yakin tanpa kalian kehadiran blog ini tidak ada artinya.

wassalam,
Penyusun

Diposkan 7th May 2011 oleh IAKMI-HST

Tambahkan komentar

Memuat
wahyuni. Tema Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.
http://iakmihst.blogspot.co.id/2011/06/penatalaksanaan-terbaru-diet-diabetes.html

Anda mungkin juga menyukai