Anda di halaman 1dari 74

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan

Profesor Kikunae Ikada adalah seorang ahli kimia dan guru besar yang

berasal dari Univeritas Tokyo Imperal Jepang, yang mana pada tahun 1908

penemuan besarnya mengenai sumber rasa gurih dari kaldu rumput laut (kombu)

menjadi sangat fenomenal dan menjadi cikal bakal lahirnya Monosodium

Glutamate (MSG) yang berkembang di dunia. Berkat penemuannya tersebut, pada

tahun 1909 mulai diproduksi sebuah produk penyedap yang diberi nama Umami

dengan merk dagang AJI-NO-MOTO .Mulai tahun tersebut pula produk Umami

mulai diperjualkan secara komersial pada masyarakat Jepang.Hingga saat ini, AJI-

NO-MOTO telah dipergunakan selama 100 tahun dan beredar luas hampir di 100

wilayah dan negara.AJI-NO-MOTO dapat bertahan lama dipergunakan oleh

masyarakat luas karena selalu mengutamakan kepercayaan dan kesetiaan

konsumen.

Seiring dengan perkembangan AJI-NO-MOTO di pasar dunia, dibangunlah

sebuah perusahaan yang diberi nama PT Ajinomoto Indonesia pada tahun 1969

yang bertempat di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia. Pada tahun

1970, PT Ajinomoto Indonesia Mojokerto mulai beroperasi dengan produk utama

penyedap rasa dengan merk AJI-NO-MOTO® yang dipasarkan ke seluruh

wilayah Indonesia. Di Indonesia, eksistensi AJI-NO-MOTO sudah mencapai 40

tahun. Hingga saat ini produk AJI-NO-MOTO tetap bertahan dan terus

1
2

berkembang di pasaran khususnya Indonesia. Permintaan produk yang terus

berkembang mendorong PT Ajinomoto untuk melakukan ekspansi ke berbagai

wilayah di Indonesia.Salah satu wilayah yang dijadikan sebagai tujuan ekspansi

adalah Kabupaten Karawang.Pabrik Karawang didirikan pada tahun 2012 yang

mulai beroperasi pada bulan Agustus 2016.

PT Ajinomoto Indonesia MojokertoFactory terdiri dari 2 sub perusahaan

dalam satu lokasi, yaitu PT Ajinomoto Indonesia dan PT Ajinex Internasional.

Produk yang dihasilkan dari kedua perusahaan tersebut adalah sama. Hanya saja,

PT Ajinex Internasional menangani permintaan produk ekspor atau memenuhi

kebutuhan pasar internasional,.Sedangkan PT Ajinomoto Indonesia memenuhi

permintaan produk untuk pasar domestik saja. Hingga saat ini, Ajinomoto Group

di Indonesia terdiri dari PT Ajinomoto Indonesia, PT Ajinomoto Bakery

Indonesia, PT Ajinex Internasional, PT Ajinomoto Sales Indonesia. PT Ajinomoto

Sales Indonesia yang memiliki cabang penjualan di Jakarta, Surabaya, dan

Medan.

Tabel 1 Ringkasan Sejarah Perkembangan PT Ajinomoto Indonesia

Tahun Kegiatan

1969 PT Ajinomoto Indonesia didirikan

1970 Pabrik Mojokerto mulai beroperasi

1970 AJI-NO-MO-TO diproduksi

1986 AJI-PLUS diproduksi

1989 PT AJINEX INTERNASIONAL mulai beroperasi

Sumber: PT Ajinomoto Indonesia, 2017


3

1989 MASAKO untuk eceran mulai diproduksi

1989 Mulai menjual Tencho dan Aspartame

1993 PT Ajinomoto Sales Indonesia mulai beroperasi

1999 Sajiku diproduksi dan dipasarkan

2005 Saori diproduksi dan dipasarkan

2012 SajikuGolden Crispy diproduksi dan dipasarkan

2012 Mayumi rasa Original diproduksi

2012 Pabrik Ajinomoto Karawang mulai beroperasi

2014 Mayumi Pedas dan Saori Saus Asam Manis mulai dipasarkan

2015 Sajiku Sayur Sop dan Sajiku Sayur Asem mulai dipasarkan

2016 SajikuCapcay mulai dipasarkan

Sumber: PT Ajinomoto Indonesia, 2017

Ajinomoto Group memiliki filosofi yang juga digunakan sebagai slogan dan

moto.Filosofi tersebut yaitu “menciptakan kehidupan yang lebih baik secara

global dengan memberikan kontribusi bagi kemajuan yang lebih berarti dalam

bidang makanan dan kesehatan, serta berkarya bagi kehidupan”.Hal tersebut

selaras dengan logo yang tertera pada setiap kemasan produk Ajinomoto yaitu

“Eat Well Live Well”.PT Ajinomoto Indonesia dan PT AjinexInternasional

merupakan industri yang tidak menghasilkan limbah non ekonomis (zero

emission).Hal tersebut terbukti pada tahun 2009, Pabrik Mojokerto PT Ajinomoto

Indonesia mendapatkan penghargaan progamzero emission dari Ajinomoto Co.

Inc Japan. Penghargaan tersebut diberikan karena PT Ajinomoto Indonesia tidak

hanya berfokus pada pengolahan produk pangan saja, tetapi juga mengolah

seluruh hasil samping yang berasal dari proses pengolahan, sehingga dapat
4

dimanfaatkan secara maksimal menjadi produk baru yang memiliki nilai jual.

Beberapa produk olahan hasil samping produksi meliputi pupuk cair (Amina dan

AJIFOL), produk pakan ternak (AJITEIN dan FML), Kompos, Gypsum, dan lain

sebagainya.

1.1.1 Visi dan Misi PT Ajinomoto Indonesia

Setiap perusahaan pasti memiliki visi dan misi yang merupakan syarat

wajib bagi setiap perusahaan dimana setiap perusahaan memiliki visi dan misi

yang berbeda, tergantung pada tujuan yang akan dicapai. Visi dan misi memiliki

peranan yang sangat penting, karena visi dan misi merupakan landasan dasar

bagi setiap perusahaan.Berikut merupakan visi dan misi dari PT Ajinomoto

Indonesia.

1. Visi

Memberikan kontribusi yang nyata bagi masyarakat khususnya di

bidang makanan dan kesehatan.

2. Misi

Berusaha mewujudkan masyarakat yang sehat dan dinamis melalui

aktivitas sosial dengan fokus kepada aspek Pangan dan Kesehatan.

1.1.2 Budaya PT Ajinomoto Indonesia

Budaya perusahaan merupakan nilai-nilai yang dianut dan cara bertindak,

dan berhubungan dengan pihak dalam maupun pihak luar perusahaan.

Keberhasilan dalam memahami dan mengaplikasikan budaya perusahaan

berpengaruh terhadap kesuksesan perusahaan. Berikut merupakan budaya dari

PT Ajinomoto Indonesia.
5

Gambar 1.Budaya 5S/5R di PT Ajinomoto Indonesia

a. Seiri – Ringkas

Membuang barang yang tidak diperlukan.

b. Seiton – Rapi

Memenuhi dan menstandardkan tempat penyimpan/meletakkan

barang atau peralatan pada tempatnya.

c. Seiso – Resik

Menjaga kebersihan tempat kerja (membersihkan tempat kerja

agar bebas dari debu dan sampah).

d. Seiketsu – Rawat

Mempertahankan tempat kerja agar tetap Ringkas, bersih/Resik

dan Rapi.

e. Shitsuke – Rajin

Disiplin diri sendiri.


6

Gambar 2.Budaya S3 di PT Ajinomoto Indonesia

a. Senyum

Berpahala dan sangat sederhana

b. Sapa

Ucapkan salam mewujudkan keakraban

c. Salam

Berjabat tangan, tumbuhkan rasa persaudaraan.

1.2 Struktur Organisasi PT Ajinomoto Indonesia

Struktur organisasi dapat diartikan sebagai susunan dan hubungan antara

bagian dan posisi dalam perusahaan. Menurut Suparjati (2008), struktur organisasi

menetapkan bagaimana tugas dan pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan

dikoordinasikan secara formal. Dalam hal ini struktur organisasi dalam suatu

perusahaan akan berpengaruh terhadap hal-hal yang akan dilakukan untuk

mencapai tujuan dari perusahaan itu sendiri. Struktur organisasi yang diterapkan

oleh PT Ajinomoto Indonesia adalah struktur organisasi tipe lini dan

fungsional.Struktur organisasi lini merupakan struktur organisasi paling sederhana


7

dan paling banyak diterapkan di suatu perusahaan.Struktur organisasi lini dan

fungsional menempatkan tenaga kerja berdasarkan keahlian dan berdasarkan

spesifikasi yang dibutuhkan posisi-posisi yang ada.Oleh sebab itu, tidak menutup

kemungkinan untuk seorang pekerja memiliki lebih dari satu pemimpin yang ahli

pada bidangnya.Struktur organisasi lini dan fungsional dihubungkan dengan garis

tanggung jawab secara langsung antara atasan dan bawahan.

Struktur organisasi yang ada di PT Ajinomoto Indonesia dipimpin oleh Vice

President Directoryang merupakan kedudukan tertinggi di perusahaan. Vice

President Directorini bertanggung jawab langsung terhadap pimpinan head

offiviceAjinomoto Indonesia di Jakarta. Vice President Directordibantu oleh

seorang Factory Manager dan Vice Factory dalam menjalankan tugasnya.

Kedudukan-kedudukan tersebut ditempati oleh orang-orang Jepang.Factory

Manager danVice Factory bertanggung jawab terhadap segala aktivitas dan

kegiatan yang berlangsung di dalam maupun luar pabrik yang bersangkutan

dengan PT Ajinomoto Indonesia dan mempertanggungjawabkan segala

sesuatunya kepada Vice President Director.

Di PT Ajinomoto Indonesia terdapat beberapa departemen yang kemudian

dibagi lagi ke dalam beberapa seksi yang lebih spesifik terhadap tugas dan

tanggungjawabnya. Di dalam struktur organisasi lini yag diterapkan di PT

Ajinomoto Indonesia jabatan tertinggi atau biasa disebut dengan pejabat lini

adalah Vice President Directoryang memiliki garis komando hingga ke

departemen-departemen yang ada di dalam perusahaan. Untuk pejabat fungsional

diisi oleh para pekerja setiap seksi yang memiliki garis koordinasi antar seksi yang
8

dimaksudkan tiap-tiap seksi memiliki fungsi dan tujuan yang sama dan memiliki

hubungan satu dengan yang lain karena berada di bawah satu departemen yang

sama. Bentuk struktur organisasi PT Ajinomoto Indonesia dapat dilihat pada

Gambar 3.

Gambar 3 Struktur Organisasi Food Ingredient DepartementPT Ajinomoto

Vice Precident
Director

Factory Manager

Food Ingredient

Food Ingredient 1 Food Ingredient 2 Food Ingredient 3

H-1 De-ca& SAC Production Utility 1

H-2 Fermentation Utility 2


Supporting

H-4 Isolation WWT

H-5,6Prufication

Sumber: PT Ajinomoto Indonesia, 2017


9

Dalam praktiknya struktur organisasi lini dan fungsional yang diterapkan di

PT Ajinomoto Indonesia memiliki kelebihan dan kekurangan.Kelebihan dari

struktur organisasi tersebut adalah dapat meningkatkan produktivitas

karyawan.Meningkatnya produktivitas karyawan dikarenakan pekerjaan yang

dikerjakan sesuai dengan bidang keahlian dari pekerja tersebut.Solidaritas dan

kedisiplian antar karyawan dapat terjalin karena setiap seksi saling berhubungan

dan juga tidak ada pembeda antara tugas pokok yang harus dikerjakan dan tugas

yang berupa bantuan.Selain itu juga terjalinnya rasa saling dihargai dikarenakan

dalam pengambilan keputusan melibatkan seluruh karyawan atau pekerja.

Sedangkan kelemahan dari struktur organisasi lini dan fungsional adalah proses

pengambilan keputusan cenderung lebih lambat karena perlu melibatkan banyak

pihak. Selain itu, tidak jarang muncul kejenuhan pada karyawan akibat

spesialisasi kerja. Adanya speialisasi kerja mempersempit kemungkinan seorang

pekerja dipindah ke departemen atau seksi yang lain.

1.3Personalia

1.3.1 Klasifikasi Tenaga Kerja PT Ajinomoto Indonesia

PT Ajinomoto Indonesia merupakan salah satu perusahaan besar yang ada di

Indonesia yang tentunya memiliki jumlah tenaga kerja yang cukup

banyak.Menurut Sirait (2006) tenaga kerja merupakan salah satu factor produksi

atau sumber daya yang sangat penting untuk menghasilkan barang dan jasa yang

bermutu.Oleh sebab itu, PT Ajinomoto Indonesia sangat memperhatikan faktor

tenaga kerja mulai dari sistem perekrutan hingga penjaminan tenaga kerja. PT

Ajinomoto Indonesia dan PT Ajinex Internasional memiliki tenaga kerja yang


10

berjumlah 2175 pekerja yang terdiri dari 908 pekerja regular untuk PT Ajinomoto

Indonesia, 107 pekerja regular untuk PT Ajinex Internasional, dan 1160 pekerja

outsourcing dan pekerja kontrak. Pekerja regular merupakan pekerjaan tetap yang

diperoleh dari proses recruitment berdasarkan spesifikasi dan kualifikasi tertentu.

Sedangkan pekerja outsourcing merupakan pekerja kontrak yang diperoleh dari

berbagai perusahaan penyedia jasa tenaga kerja.Untuk pekerja kontrak adalah

pekerja yang diperoleh dengan adanya perjanjian kontrak langsung dengan

perusahaan. Total karyawan tersebut masih dinilai sedikit mengingat kapasitas

produksi yang mencapai ± 100.000 ton/tahun.

Dari ketiga kelompok pekerja tersebut dapat dibedakan berdasarkan warna

seragam. Pegawai regular PT Ajinomoto Indonesia mengenakan seragam

berwarna biru muda, pegawai regular PT Ajinex Internasional mengenakan

seragam berwarna cream, pegawai outsourcing memakai seragam berdasarkan

perusahaan asal, dan pegawai kontrak memakai seragam berwarna cream tua.

Karyawan PT Ajinomoto Indonesia dibagi menjadi 2 level yaitu level manajemen

dan level karyawan. Berikut adalah uraian level manajemen dan karyawan :

1. Level manajemen terbagi menjadi 2, yaitu stafJepang dan staf Indonesia.

Staf Jepang dalam level manajemen menempati posisi sebagai president

director, factory manager, dan vice factory. StafIndonesia menempati

posisi sebagai manajer departemen, manajer seksi, supervisor, dan

karyawan biasa.
11

2. Level karyawan terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu karyawan regular dan

karyawaboutsourcing. Karyawan regular memiliki beberapa tingkatan

jabatan yakni sebagai berikut :

a. Foremen (F) untuk karyawan fieldnon shift atau supervisor (S) untuk

karyawan non field.

Foremen (F) atau yang biasanya disebut sebagai supervisor karyawan

non lapang pada setiap divisi. Karyawan tersebut sebagai kepala sub

bagian karyawan kantoran yang bertuga mengawasi karyawan

bawahannya.

b. Asistent Foremen A (AFA) atau Asisten Supervisor (AS) dan Asistent

Foremen B (AFB) atau Asistent Supervisor (AS).

Asistent Foremen A dan Asistent Foremen B adalah seseorang yang

berfungsi menggantikan dan membantu tugas-tugas yang dilakukan

oleh foremen, jika sewaktu-waktu berhalangan.

c. Change Head

Change Head atau yang disebut sebagai asisten kepala bagian yang

bertugas untuk menggantikan tugas yang dilakukan oleh kepala bagian

jika berhalangan.

Karyawan regular meliputi karyawan tetap dengan sistem pemberian upah

per bulan yang disesuaikan dengan jabatan yang dimiliki masing-masing pekerja,

baik tenaga kerja langsung maupun tenaga kerja tidak langsung. Karyawan

outsourcing di PT Ajinomoto Indonesia meliputi petugas kebersihan pabrik

cleaning service, tukang kebun, satpam, petugas pengendara foreclift di


12

pergudangan, petugas maintenance Air Conditioner (AC), dan berbagai tugas lain

yang dibutuhkan masing-masing departemen. Karyawan magang merupakan

karyawan yang masih dalam masa training dan belum menjadi pegawai

tetap.Jadwal kerja karyawan PT Ajinomoto Indonesia dan PT Ajinex Internasional

ini disesuaikan dengan pekerjaan karyawan. Rincian pembagian level tenaga kerja

di PT Ajinomoto Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 PembagianLevel Tenaga Kerja

Level Karyawan Golongan Karyawan Tingkatan Jabatan


Level manajemen Staf Jepang President director
Factory manager
Vice factory
Staf Indonesia Manajer departemen
Supervisor
Karyawan biasa
Level karyawan Karyawan regular Foremen (F) /
Supervisor (S)
Asistent Foremen A
(AFA) / Asistent
Foremen B (AFB)
Change Head
Karyawan Petugas Kebersihan dan
outsourcing maintenance AC
Sumber: PT Ajinomoto Indonesia, 2017

1.3.2 Pembagian Jam Kerja

Karyawan yang bekerja di PT Ajinomoto Indonesia dibedakan menjadi 2

kategori berdasarkan pekerjaan yang dilakukan yaitu karyawan lapangan dan

karyawan non lapang. Karyawan lapangan meliputi karyawan lapangan shift dan

karyawan non shift. Karyawan lapangan shift merupakan karyawan yang berkerja

berdasarkan pembagian shift kerja. Karyawan lapanganshift adalah karyawan yang

bertugas mengontrol jalannya proses produksi, yaitu karyawan yang bekerja di


13

bagian control panel pada departemen engineering dan maintenance. Karyawan

lapangan non shift adalah karyawan yang bekerja di lapangan dengan mengikuti

jam kerja yang telah ditentukan yaitu 8 jam kerja mulai pukul 08.00 WIB sampai

dengan 16.00 WIB dengan hari kerja Senin sampai dengan Jum’at. Karyawan

lapangan non shift merupakan karyawan yang bertugas di departemen fisik dan

distribusi bagian pergudangan dan departemen quality assurance and planning

bagian laboratorium. Karyawan non field merupakan karyawan yang bekerja di

kantor masing-masing departemen, departemen umum dan personalia, departemen

keuangan dan akuntansi, dan departemen pembelanjaan (PIC). Jadwal kerja

karyawan lapanganshift ini dibagi menjadi 3 shift waktu kerja dan waktu istirahat

yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Jadwal Shift Kerja Karyawan Lapangan dan Waktu Istirahat

Shift Jam Kerja Karyawan Jam Istirahat Karyawan

1 07.00 - 15.00 WIB 11.00 - 12.00 WIB

2 15.00 - 23.00 WIB 19.00 - 20.00 WIB

3 23.00 - 07.00 WIB 03.00 - 04.00 WIB

Sumber: PT Ajinomoto Indonesia, 2017

1.3.3 Sistem Pengupahan dan Pemberian Kompensasi

Pemberian upah atau gaji merupakan salah satu hak yang harus diberikan

perusahaan terhadap karyawan atas pekerjaan yang telah dilakukan.Upah atau gaji

adalah salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap semangat kerja

karyawan.Sistem pengupahan yang dilaksanakan oleh PT Ajinomoto Indonesia

meliputi upah bulanan, upah harian dan upah lembur.


14

Upah bulanan adalah upah yang diberikan kepada karyawan pada akhir

bulan.Besarnya upah bulanan tetap berdasarkan UMR (Upah Minimum Regional)

di Mojokerto dan berdasarkan jabatan serta prestasi yang diraih oleh karyawan.

Upah bulanan yang diberikan kepada karyawan tetap yang besarnya berkisar

antara Rp 3.000.000,00 – Rp 7.000.000,00. Besarnya gaji tersebut adalah total

dari gaji pokok, tunjangan, uang transportasi, uang makan, dan lain-lain. Upah

harian biasanya diberikan kepada karyawan berdasarkan jumlah hari kerja setiap

satu minggu sekali.Jumlah upah yang diberikan juga tetap berdasarkan UMR,

masa kerja, jabatan, dan juga prestasi kerja. Besar upah harian yang diberikan PT

Ajinomoto Indonesia yaitu sebesar Rp 1.000.000,00 – Rp 1.500.000,00 .

Upah lembur diberikan kepada pekerja yang melakukan kerja lembur. Upah

diberikan dengan berdasarkan perhitungan jam kerja diluar 8 jam kerja. Upah

lembur yang diberikan dihitung per jam. Upah lembur tersebut akan dijumlahkan

dengan gaji pokok, dan lain-lain sehingga totalnya merupakan gaji yang diterima.

1.4 Produksi

1.4.1 Pengadaan dan Penyimpanan bahan Baku

Bahan baku adalah syarat berlangsungnya suatu proses produksi, dimana

jumlah dan kualitas dari bahan baku akan mempengaruhi produk yang dihasilkan.

Bahan baku yang digunakan terbagi menjadi dua yaitu bahan baku utama dan

bahan baku pendukung. Jumlah dan kualitas dari bahan baku utama dan bahan

baku pendukung akan menentukan keberhasilan dan ketercapaian target dalam

proses produksi. PT Ajinomoto Indonesia memiliki standar untuk pemilihan bahan

baku dan standar terhadap produk akhir, dimana standar ini memiliki tingkatan
15

yang lebih ketat jika dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI)

adapun standar yang diterapkan PT Ajinomoto Indonesia ini disebut dengan

Ajinomoto Japan Internasional Standart (AJIS).

A. Bahan Baku Utama

Bahan baku utama yang digunakan oleh PT Ajinomoto Indonesia dalam

memproduksi MSG adalah sumber gula yang nantinya akan difermentasi. Jenis

gula yang digunakan dalam memproduksi Monosodium Glutamate (MSG) ini

beragam, karena menyesuaikan dengan potensi dan ketersediaan sumber daya

alam yang ada di Indonesia. Adapun sumber gula yang digunakan dalam proses

pembuatan Monosodium Glutamate (MSG) di PT Ajinomoto Indonesia antara

lain.

1. Tetes Tebu (cane molases)

Bahan baku utama yang digunakan adalah tetes tebu (cane molasses) yang

berfungsi sebagai sumber karbon dalam proses fermentasi Monosodium

Glutamate (MSG). Tetes tebu yang digunakan merupakan hasil samping industri

pembuatan gula yang masih mengandung glukosa tetapi tidak dapat dikristalisasi

lagi menjadi gula. Penampilan fisik dari tetes tebu adalah berupa cairan berwarna

kecoklatan, beraroma karamel, kental dengan pH sekitar 5,5 – 5,6. Tetes tebu

dikatakan sedikit bersifat agak asam karena adanya asam asam organik bebas

yang terkandung didalamnya.

Tetes tebu digunakan sebagai bahan baku utama dalam proses produksi MSG

oleh PT Ajinomoto Indonesia karena tetes tebu memiliki kandungan gula yang

realit tinggi yaitu sekitar 4060%. Selain itu tetes tebu ini juga mudah diperoleh
16

karena pabrik gula di Jawa Timur banyak seperti pabrik gula di Malang,

Probolinggo, Pasuruan, Lamongan, Nganjuk, Kediri, dan Mojokerto.Kemudian

harga tetes tebu relatif murah.Harga tetes tebu ini bergantung pada jumlah gula

yang terkandung didalamnya.Semakin banyak gula yang yang terkandung, maka

semakin mahal harga dari tetes tebu tersebut. Harga rata-rata dari tetes tebu ini

adalah Rp 4.000,- per kilogram.Tetes tebu yang digunakan oleh PT Ajinomoto

Indonesia adalah tetes tebu yang telah memenuhi spesifikasi dari AJIS. Berikut

merupakan standar tetes tebu PT Ajinomoto Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4Standar Tetes Tebu AJIS

Parameter Nilai

Total Padatan Min 85°BE

Gula Min 50%

Kadar Ca (Kalsium) Max 1,2%

Kadar K (Kalium) Max 2%

Warna 0,02 - 2

Sumber: PT Ajinomoto Indonesia, 2017

2. Tepung Tapioka

Tepung tapioka merupakan tepung yang diperoleh dari olahan singkong

(Monhotesculantecranz).Tepung tapioka menyimpan karbohidrat yang masih

dalam bentuk pati sehingga dalam penggunaannya perlu dilakukan sakarifikasi

untuk mengubah pati menjadi glukosa.Tepung tapioka digunakan oleh PT

Ajinomoto Indonesia karena glukosa pada tetes tebu yang dihasilkan semakin

menurun akibat berkembangnya teknologi industri pembuatan gula. Tepung

tapioka ini digunakan sebagai alternatif bahan baku untuk memenuhi standar
17

kandungan glukosa. Biasanya tepung tapioka ini diperoleh dari supplier di

Lampung dan juga dari Thailand.

1. Beet Molasses

Beet molasses merupakan hasil samping pengolahan gula yang tebuat dari

beet, yaitu ubi bit merah (red beet/beet root) sejenis umbi-umbian yang banyak

tumbuh subur di daerah subtropis. Beet Molasses memiliki fungsi yang sama

seperti tetes tebu yaitu sebagai sumber karbon untuk pertumbuhan bakteri

fermentasi namun penggunaannya hanya dalam jumlah yang relatif sedikit. Hal ini

disebabkan kualitas dari Beet Molasses yang lebih baik daripada tetes tebu yaitu

kadarglukosanya yang lebih tinggi. Disamping itu, harga beli Beet Molases saat

ini juga lebih mahal karena jenis ini hanya dapat ditemukan dinegara empat

musim, yang biasanya Beet Molasses di impor dari negara Mesir, Ukraina, dan

Rusia.

Pada proses produksi Monosodium Glutamate (MSG) saat ini, PT

Ajinomoto Indonesia menggunakan bahan utama tetes tebu dan bahan baku

tambahan berupa tepung tapioca yang diproses sakarifikasi (pengubahan pati

menjadi glukosa) dan juga beet molasses. Penggunaan ketiga bahan baku tersebut

dengan proporsi cane molasses : tepung tapioka : beet molasses sebesar 50 – 70%

: 25-40% : 5-15%. Proporsi ini tergantung pada ketersediaan dan harga dari bahan

baku di pasaran. Adapun perbedaan bahan baku pembuatan Monosodium

Glutamat (MSG) di PT Ajinomoto Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.


18

Tabel 5 Perbedaan Bahan Baku

Bahan Baku Utama

Parameter Cane molasses Tepung tapioka Beet molasses

Kadar ±44% ±70% ±66%

glukosa

Pretreatment Dekalsifikasi Sakarifikasi Tidak ada

Ketersediaan Mulai berkurang Cukup berlimpah Sulit diperoleh

Asal bahan Pabrik Gula di Jawa Lampung dan Impor dari Negara

baku Timur Impor Mesir, Ukraina, dan

dari Rusia

Thailand

Sumber : PT Ajinomoto Indonesia,2017

Pada proses produksi Monosodium Glutamate (MSG) saat ini PT Ajinomoto

Indonesia menggunakan ketiga bahan baku tersebut dengan proporsi cane

molasses : tepung tapioka : beet molasses sebesar 50-70% : 25-40% : 5-15%.

Proporsi ini tergantung pada ketersediaan dan harga dari bahan baku di pasaran.

Seperti yang diketahui bahwa penggilingan tebu pada pabrik gula hanya

berlangsung dua kali dalam setahun maka untuk mengantisipasi kurangnya tetes

tebu sebagai bahan baku, PT Ajinomoto Indonesia membeli tetes tebu dalam

jumlah besar dan ditampung dalam tangki-tangki penampungan.

4. Mikroorganisme Penghasil Asam Glutamat

Bahan baku utama lainnya pada proses pembuatan MSG adalah

mikroorganisme penghasil asam glutamat.Mikroorganisme ini berguna pada


19

proses fermentasi untuk menghasilkan asam glutamat. Bakteri yang digunakan

adalah Brevibacteriumlactofermentum.Starinbrevibacteriumlactofermentum yang

dikembangkan secara terpusat di Ajinomoto Tokyo, dan perbanyakankultur baru

dilakukan di PT Ajinomoto Indonesia terhadap strain yang diterima dari

Ajinomoto Tokyo. Perbanyakankultur dalam bentuk ampul kaca dengan

menggunakan pengawetan freezedrying. Bakteri jenis ini memiliki pH yang

optimum sekitar 7-8 untuk menghasilkan asam glutamat.

B. Bahan Pendukung

Proses pembuatan Monosodium Glutamate (MSG) di PT Ajinomoto Indonesia

menggunakan berbagai bahan pendukung untuk mendapatkan MSG dengan

kualitas yang baik. Adapun bahan pendukung yang digunakan adalah sebagai

berikut :

1. Asam Sulfat (H2SO4) 98%

Asam sulfat merupakan bahan pendukung yang digunakan dalam proses

pembuatan MSG. Asam sulfat yang dalam bentuk larutan ini digunakan pada

proses sakarifikasi, dekalsifikasi, dan asidifikasi. Pada proses sakarifikasi asam

sulfat ditambahkan untuk mencapai pH 4, pada proses dekalsifikasi bertujuan

untuk mengikat Ca2+ yang digunakan untuk memutihkan/pemurnian, sehingga

Ca2+berikatan dengan H2SO4, sedangkan pada proses asidifikasi ditambahkan

hingga pH mencapai 3,3. Asam sulfat ini diperoleh dari PT Petro Kimia Gresik,

Jawa Timur yang kemudian ditampung dalam tangki penampungan yang terbuat

dari carbon steel.


20

2. Natrium Hidroksida (NaOH) 20%

Natrium hidroksida merupakan bahan pendukung yang diperlukan dalam

proses pembuatan MSG yang ditambahkan pada proses sakarifikasi dan

netralisasi. Pada proses sakarifikasi penambahan NaOH bertujuan untuk mengatur

pH hingga pH menjadi 6. Pada proses netralisasi ditambahkan untuk menetralkan

asam glutamat yangdihasilkan oleh bakteri Brevibacteriumlactovermentum

sehingga terbentuk monosodium glutamat. Larutan asam glutamat yang

mempunyai pH kurang lebih 3 dinetralkan dengan larutan NaOH dengan

konsentrasi tertentu dalam tangki netralisasi sehingga pH naik menjadi 6,2-6,5.

NaOH diperoleh dari PT Industri Soda Kimia dalam bentuk padatan kristal yang

disimpan dalam kemasan 50 kg yang kemudian dalam penggunaannya harus

dilarutkan terlebih dahulu.

3. Amoniak (NH3)

Amoniak merupakan bahan pendukung dalam pembuatan MSG yang digunakan

pada proses fermentasi. Penggunaan pada proses fermentasi ini adalah sebagai

sumber nitrogen bagi Brevibacteriumlactovermentumuntuk melakukan proses

fermentasidan amoniak digunakan sebagai kontrol pH agar tetap pada pH netral.

Larutan amoniak diperoleh dari PT Petrokimia Gresik dan PT Pupuk Kijang yang

kemudian disimpan dalam tangki yang terbuat dari carbon steel yang diatur secara

otomatis dalam proses fermentasi.

4. Karbon Aktif (Active Carbon)

Karbon aktif digunakan pada proses dekolorisasi untuk mengabsorbsi warna

coklat dari MSG cair menjadi putih. Prinsipnya adalah menghilangkan


21

impuritiesatau kotoran dan penyerapan warna coklat kehitaman dari cairan MSG.

Karbon aktif dipilih sebagai bahan penjernih dikarenakan beberapa kelebihan

yakni :

a. Efektif dalam penyerapan warna

b. Tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan

c. Bernilai ekonomis

Karbon aktif dipasok dari PT Intan Prima Surabaya dalam bentuk serbuk

bewarna hitam yang dikemas dalam wadah container 250 kg.Dalam

penggunaannya karbon aktif yang berbentuk serbuk langsung dicampurkan pada

MSG cair yang berwarna coklat.

5. Anti Buih (Anti Foam)

Anti buih merupakan bahan pendukung pembuatan Monosodium Glutamate

(MSG)yang digunakan untuk mencegah terbentuknyabuih yang dihasilkan

selama proses fermentasi. Adanya buih dapat mengurangi kadar sel dan autolisis

serta menaikkan beban agitasi sehingga harus dicegah. Anti buih yang digunakan

memiliki pH relatif rendah yang merupakan poliglikol asam lemak jenuh yang

aman untuk manusia.Anti buih dipasok dari Jepang dengan merk dagang AZ.

6. Vitamin dan Mineral

Vitamin dan mineral merupakan bahan pendukung yang digunakan dalam

proses fermentasi pada produksi MSG. Fungsi dari vitamin dan mineral dalam

proses fermentasi ini adalah untuk memenuhi kebutuhan bakteri

Brevibacteriumlactofermentumdalam pertumbuhannya. Vitamin yang dibutuhkan


22

adalah vitamin A dan vitamin B serta biotin, sedangkan mineralnya berupa

H2PO4, MnSO4,

MgSO4, dan FeSO4.Semua bahan tersebut dipasok dari Jepang dalam bentuk

padatan yang disimpan dalam kemasan.

7. Resin Penukar Ion

Resin juga merupakan bahan pendukung dalam produksi MSG. Bahan ini

digunakan untuk mengabsorbsi warna cairan induk yang berasal dari unit

kristalisasi pada proses purifikasi sebelum didaur ulang ke proses dekolorisasi.

Selain itu, resin juga digunakan dalam proses pengolahan air. Resin penukar ion

ini dipasok perusahaan dari CVMitra Usaha Mandiri Surabaya.

8.Koagulan (Aronvis)

Aronvis merupakan zat yang berfungsi sebagai koagulan.Aronvisini digunakan

pada proses dekalsifikasi dan hasil dari penambahan koagulan ini akan

menghasilkan produk samping atau by product berupa gypsum.

9. Air

Proses pembuatan Monosodium Glutamate (MSG)membutuhkan air. Beberapa

jenis air yang digunakan dalam industri pembuatan Monosodium Glutamate

(MSG), antara lain adalah :

• Pure Water (PW) merupakan air murni H2O

• Indutrial Water (IW) merupakan H2O yang mengandung mineral. Biasanya

digunakan untuk pelarut bahan baku dan pencuci mesin produksi.

• Mix Water (MW) terdiri dari 80% PW dan 20% IW. Air inilah yang

digunakan dalam proses pembuatan MSG. Chilled Water (CW) terbagi


23

menjadi dua macam yaitu air dengan suhu 10oC dan suhu 15oC. Air CW

merupakan air MW yang didinginkan menggunakan refrigerant.

• Cooling Tower Water (CTW) berasal dari air MW yang suhunya dikontrol

≤30oC. Air ini didinginkan secara alami ataupun dengan angin.

• River Water (RW) air yang masih banyak menggunakan kontaminan dan

mineral.

10. Enzim

Enzim juga merupakan bahan pendukung dalam proses pembuatan Monosodium

Glutamate (MSG). Enzim yang digunakan adalah α-amilasedan glukoamilase

yang digunakann dalam proses sakarifikasi tepung tapioka. Enzim α-

amilaseberfungsi untuk mengubah tepung tapioka yang berupa polisakarida

menjadi dextrin sedangakan enzim glukoamilase digunakan untuk mengubah

dextrin menjadi glukosa.

11. Bahan Pendukung Lainnya

Bahan pendukung lainnya antara lain adalahMameno atau hidrolisat protein

kedelai sebagai sember nitrogen pada saat penyimpanan kultur. POEFE

(PolioksEtilen Fatty Aster) yang digunakan dalam proses fermentasi sebagai zat

antibiotin untuk mengurangi kelebihan kandungan biotin dalam tetes tebu. HSC

(HytloCuper Cell) digunakan sebagai filter dalam proses pemisahan padatan dan

cairan. HMP (Hexa Mono Phosphat) digunakan untuk meningkatkan kelarutan

dari unsur penyebab kesadahan air yaitu Ca dan Mg. PG (Propylen Glycol)

digunakan sebagai brine chiller pada proses pengeringan Monosodium Glutamate

(MSG). Enzim α amylase dan glukoamilase yang digunakan dalam proses


24

sakarifikasi.Bahan-bahan tersebut dipasok langsung dari Jepang karena sulit

didapatkan di Indonesia.

1.4.2 Tahapan Proses Produksi

PTAjinomoto Indonesia memproduksi Monosodium Glutamate (MSG)

menggunakan proses fermentasi yang melibatkan aktivitas bakteri

Brevibacteriumlactofermentum, karena dalam proses fermentasi ini dilakukan

secara aerob. Pada proses produksi, PT Ajinomoto Indonesia menggunakan 2

sistem, mulai dari treatment bahan baku sampai proses fermentasi menggunakan

sistem batch sedangkan dari proses isolasi sampai purifikasi terjadi secara sistem

kontinyu.

Karakteristik sistem batch dan kontinyu sangat berbeda. Proses fermentasi

menggunakan sistem batch karena membutuhkan waktu tinggal didalam reaktor

untuk menghasilkan produk. Ciri-ciri proses batch adalah dimana selama proses

berlangsung tidak ada massa yang masuk (input) dan massa yang keluar (output).

Sedangkan proses kontinyu, selama proses berlangsung akan ada aliran masuk dan

keluar. Pada sistem kontinyu setelah beberapa saat akan terjadi keadaan lunak

(steady state), hal ini disebabkan pada sistem tersebut tidak terjadi akumulasi.

Oleh karena itu untuk proses kontinyu akan dibutuhkan alat-alat yang tidak terlalu

besar. Namun dalam sistem kontinyu akan dibutuhkan alat pengendalian yang

lebih ketat dibandingkan sistem batch. Perpindahan kedua sistem ini dari batch ke

kontinyu tentu saja membutuhkan jembatan penghubung yaitu holding

tank.Tangki penampung harus disesuaikan volumenya agar dapat menampung

hasil dari proses batch dan mencukupi untuk dialirkan pada proses kontinyu
25

dengan basis per jamnya. Adapun kapasitas produksi yang dihasilkan ± 65.000-

70.000 ton/tahun, dengan asumsi tetes tebu yang dibutuhkan sekitar 4.000-6.000

kiloliter/bulan dengan hasil produksi sekitar 1.400 ton per bulan.

A. Pretreatment

Proses pretreatment merupakan proses awal yang dilakukan terhadap bahan

baku. Proses ini bertujuan untuk memecah beberapa komponen bahan baku yang

bersifat kompleks. Selain itu proses ini berfungsi untuk menghilangkan komponen

pengotor yang terdapat dalam bahan baku yang akan digunakan. Proses ini terdiri

dari dekalsifikasi untuk bahan baku tetes tebu, sakarifikasi untuk bahan baku

tapioka dan pada bahan baku beet molasses tidak ada proses

pretreatment.Gambar 6 merupakan diagram alir proses pretreatment bahan

baku.Bahanbaku yang telah mengalami proses pretreatment dan tidak sesuai

dengan standar yang telah ditentukan akan dilakukan pengulangan pretreatment

hingga sesuai dengan standar sebelum lanjut ke proses produksi selanjutnya.

Gambar 4.Diagram Alir Proses Pretreatment PT Ajinomoto Indonesia, 2017


26

1. Dekalsifikasi

Dekalsifikasi merupakan treatment yang bertujuan untuk menghilangkan

kalsium yang berdampak buruk pada keseluruhan proses pembuatan Monosodium

Glutamate (MSG). Adapun dampak buruk dari adanya kalsium adalah akan

terbentuknya kerak pada

pipa yang dapat mengganggu aliran bahan dan menghambat laju perpindahan

panas. Kemudian pada saat fermentasi akan menyebabkan tekanan osmotik cairan

tinggi sehingga tidak akan dihasilkan hasil yang maksimal dan akan mengganggu

proses selanjutnya. Kemudian pada saat kristalisasi, kalsium akan menyebabkan

sulit terbentuknya kristal sehingga terjadi penurunan mutu Monosodium

Glutamate (MSG).Bahan baku yang masuk ke dalam proses ini adalah tetes tebu

hal ini terjadi karena pada proses pembuatan gula digunakan bahan yang

mengandung senyawa kalsium sehingga sangat besar kemungkinan tetes tebu

yang digunakan masih mengandung senyawa kalsium.

Proses dekalsifikasi dilakukan dalam suatu tangki reaktor yang terdiri dari

beberapa unit proses yang mana lebih mengutamakan proses pengendapan. Proses

ini dilakukan dengan memasukkan tetes tebu pada tangki yang kemudian akan

dilewatkan steam dengan suhu 60oC. Kemudian setelah masuk pada tangki

dekalsifikasi ditambahkan asam sulfat hingga ph mencapai 2,5-3,3. Prinsip dari

proses ini adalah mengendapkan Ca2+ menjadi CaSO4 (Gypsum) dengan

menambahkan H2SO4 90%. Pada tangki reaktor terdapat agitator yang berguna

untuk pencampuran bahan supaya merata sehingga reaksi berlangsung dengan

lancar.Adapun reaksi pengendapan yang terjadi adalah sebagai berikut.


27

Ca2+ + H2SO4 CaSO4.H2O + CO2

Dari tangki dekalsifikasi tetes tebu yang telah mengalami perlakuan dipompa

kedalam tangki sedimentasi untuk pemisahan antara tetes dengan endapan. Tetes

dengan kadar kalsium yang rendah 80ppm atau yang disebut dengan TCM

(Treated Cane Molasses) akan dialirkan menuju tangki stock TCM yang siap

digunakan untuk proses fermentasi. Kemudian tetes yang belum memenuhi

standar akan dialirkan ke tangki pengendapan yang ditambahkan

koagulandisepanjang perjalanan menuju tangki pengendapan. Pada tangki

pengendapan ini terjadi proses pengendapan yang memisahkan tetes dengan

endapannya dimana endapan ini sering disebut dengan gypsum yang nanti yang

akan mengalami proses lanjutan dan dijual ke industri semen.

Tetes yang berda di bagian atas pada tangki pengendapan akan dialirkan ke

dalam super decanter centrifuge untuk memisahkan tetes berdasarkan perbedaan

berat jenis dengan menggunakan prinsip sentrifugal. Dari decanter TCMakan

keluar dan masuk ke dalam tangki penampung. TCM ini nantinya akan

disterilisasi sebelum masuk ke proses fermentasi.

2. Sakarifikasi

Proses sakarifikasi merupakan proses yang diakukan pada tepung tapioka

untuk mengubah pati menjadi glukosa. Hal ini dilakukan untuk mengatasi kadar

glukosa yang rendah pada TCM (Treated Cane Molases). Pati dari tapioka perlu

diubah menjadi glukosa karena bakteri yang digunakan dalam proses fermentasi

hanya mampu memanfaatkan glukosa untuk menghasilkan asam glutamat.


28

Proses sakarifikasi diawali dengan melarutkan dan memisahkan kotoran pada

tepung tapioka menggunakan screener 40 mesh. Hasilnya ditampung,

ditambahkan enzim α amylase sebanyak 1% dari volume, H2SO4 dan NaOH untuk

mencapai pH 6. Selanjutnya dilakukan proses liquefaction dengan menambahkan

uap panas hingga mencapai suhu 90oC selama 2 jam untuk mencapai kondisi

optimum kerja enzim α amilase dalam melakukan hidrolisis pati yang

akanmenghasilkan dekstrin. Produk yang dihasilkan belum berupa glukosa karena

enzim α amylase hanya mampu memutus ikatan α-1,4-glukosidik. Selanjutnya

pada dekstrin yang terbentuk ditambahkan enzim glukoamilase sebanyak 1% dari

volume untuk memutus ikatan α-1,6-glukosidik dengan kondisi diatur pada pH 4

dengan menambahkan H2SO4 dan suhu 55-80oC selama 40 jam sehingga bisa

menghasilkan glukosa.

Secara sederhana reaksi yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut :

α amylase glukoamilasePati Dekstrin

Glukosa

Liquefaction Saccharification

Setelah dihasilkan glukosa, aktifitas enzim dihentikan dengan cara menurunkan

pH larutan hingga 2,5 menggunakan larutan H2SO4 yang kemudian ditambahkan

pada Treated Cane Molasses (TCM) untuk menambah kadar glukosa didalamnya

selanjutnya masuk ke dalam proses fermentasi.

B. Fermentasi

Setelah proses pretreatment selesai proses selanjutnya adalah fermentasi.

Proses fermentasi harus dilakukan dalam kondisi yang steril dan aseptis sehingga
29

harus dilakukan proses sterilisasi terlebih dahulu. Proses sterilisasi dilakukan

terhadap bahan, medium, dan alat fermentor yang digunakan pada proses

fermentasi. Proses sterilisasi bahan dilakukan secara terpisah karena setiap bahan

memiliki karakteristik yang berbeda, kecuali TCM hasil dekalsifikasi dan glukosa

hasil dari proses skarifikasi di sterilisasi secara bersamaan karena memiliki

karakteristik yang hampir sama, sedangkan sterilisasibeet molassesdilakukan

secara terpisah karena memiliki karakteristik yang berbeda. Bahan yang telah

disterilisasi menggunakan suhu yang sangat tinggi perlu didinginkan agar suhu

sesuai dengan kondisi optimal untuk proses fermentasi menggunakan cooling.

Selanjutnya bahan dilanjutkan pada proses fermentasi.

Proses fermentasi pada PT Ajinomoto Indonesia ini bertujuan untuk

menghasilkan asam glutamat dengan substrat glukosa yang telah disterilisasi dan

dibantu oleh bakteri Brevibactericumlactofermentum. Bakteri ini nantinya akan

diatur perkembangbiakannya supaya dapat bekerja untuk menghasilkan asam

glutamat. Proses pengembangbiakan bakteri dilakuakan pada media cair sebagai

sumber makanan dari bakteri fermentor.

Bahan yang digunakan dalam fermentasi yaitu Treated Cane Molasses

(TCM), glukosa yang dihasilkan dari proses sakarifikasi, dan beet molasses yang

digunakan sebagai media fermentasi. Kemudian NH3 sebagai sumber nitrogen,

antifoam sebagai zat pemecah buih yang dihasilkan pada proses fermentasi, asam

fosfat (H2PO4) sebagai sumber fosfat pada media dan juga untuk mengontrol pH,

serta vitamin sebagai nutrisi dari perkembangbiakan bakteri tersebut.Reaksi yang

terjadi selama proses fermentasi adalah sebagai berikut :


30

C6H12O6+NH3+3/2 O2 C5H9O4N+CO2+3H2O+energi

Brevibacteriumlactofermentum

Proses fermentasi berlangsung pada alat yang disebut dengan fermentor.

Terdapat 2 macam fermentor yang digunakan dalam proses fermentasi yaitu seed

fermentor dan main fermentor. Seed fermentor berguna untuk pertumbuhan awal

bakteri.Seed fermentor yang digunakan terdiri dari dua jenis yaitu first seed

fermentor dan second seed fermentor. Pada first seed fermentor bakteri

ditumbuhkan selama 24 jam dengan penambahan gula pasir sebagai makanannya

dan juga dilakukan penambahan vitamin untuk memacu pertumbuhan bakteri

tersebut. Kemudian second seed fermentor bertujuan utnuk memperbanyak

bakteri, proses ini dilakukan selama 24 jam dengan proses penambahan TCM,

glukosa, dan vitamin yang berguna sebagai sumber nutrisi bagi pertumbuhan dan

perkembangan bakteri. Selanjutnya main fermentor merupakan fermentasi utama

yang berguna untuk menghasilkan asam glutamat.Pada main fermentor ini

dilakukan penambahan TCM, glukosa, dan BM sebagai sumber nutrisi bagi

bakteri dalam menghasilkan asam glutamat.

Proses fermentasi pada main fermentor berlangsung dengan sistem semi

continous artinya dalam proses fermentasi secara berkala dalam waktu tertentu

produk yang dihasilkan yang berupa Hakko Broth (Asam glutamat yang

bercampur media/cairan induk) diambil dan ada penambahan media baru. Cairan

(broth) dalam fermentor dialirkan ke dalam tangki penampung. Pengaliran


31

initidak dilakukan dengan pompa melainkan dengan memberikan tekanan udara

ke dalam fermentor sehingga tekanan udara dalam fermentor meningkat dan akan

mengalirkan cairan (broth) ke dalam tangki yangtekanannya lebih rendah. Hal

tersebut dilakukan untuk menghindari kontaminasi dengan udara luar.

Ada banyak hal yang perlu dikontrol dalam proses fermentasi diantaranya

pH 7-8, suhu 31,5oC, oksigen terlarut 510%, laju aerasi dan agitasi. Pengontrolan

semua kondisi di dalam fermentor dikendalikan secara otomatis.Fermentor yang

digunakan dilengkapi dengan pHRecorder Control (PRC), Temperature Recorder

Control (TRC), Pressure Recorder Control (PRC), Flow Rate Recorder Control

(FRC), dan Disolve Oxygen Redox PotentialControl. Seluruh alat tersebut

merupakan alat sensor dan panel control yang bekerja secara otomatis untuk

melakukan penyesuaian kondisi optimum dalam proses fermentasi.

C. Isolasi

Isolasi merupakan proses yang berguna untuk memurnikan asam glutamat

yang masih bercampur dengan cairan fermentasi hakko broth (HB). Kemudian

MSG akan terbentuk ketika asam glutamat direaksikan denganaNaOH. HB yang

mengandung asam glutamat dipisahkan dari bahan lain yang tidak diinginkan,

yang terdapat dalam cairan induk (mother liquor). Tahap isolasi terdiri dari 5

proses utama yang dapat memisahkan HB, antara lain asidifikasi, separasi,

pencucian, kristalisasi, dan neutralisasi.

1. Asidifikasi

Pada proses ini cairan hasil fermentasi yang mengandung asam glutamat dan

masih bercampur dengan media dan organisme atau biasa disebut HB/Hakko
32

Broth dialirkan dari fermentor melalui Heat Exchanger (HE) untuk menurunkan

suhu broth dari 40oC menjadi 25oC ke dalam tangki kristalisasi I. Pada proses ini

ditambahkan H2SO4 untuk membuat kondisi isoelektris yaitu sekitar 3,2-3,4 pada

kondisi ini akan terjadi kesetimbangan ion yang menyebabkan menurunnya

kelarutan sehingga diperoleh kristal asam glutamat.

Pembentukan kristal ini diarahkan untuk pembentukan kristal α, tujuannya

adalah meningkatkan efektifitas produksi. Hal ini dilakukan karena kristal α

memiliki ukuran besar sehingga memiliki volume yang besar pula dengan begitu

diharapkan dapat mengurangi jumlah kristal yang lolos ke cairan induk. Apabila

pembentukan kristal langsung diarahkan pada bentuk kristal yang memiliki

spesifikasi yang lebih kecil akan menyebabkan kristal asam glutamate sulit

dipisahkan dari cairan induk pada proses separasi, sehingga bisa menurunkan

jumlah kristal yang dihasilkan (menurunkan efektivitas produksi) dan dapat

meningkatkan biaya produksi.

Agar bentuk dan kecepatan pembentukan kristal dapat sesuai dengan yang

diinginkan maka perlu ditambahkan benih (seeding) berupa kristal α yang

diperoleh dari proses kristalisasi sebelumnya sebanyak 5% dari volume broth

fungsinya untuk merangsang tumbuhnya kristal asam glutamat dengan cepat.

Kecepatan pembentukan kristal dipengaruhi oleh derajat lewat jenuh, jumlah inti

kristal, viskositas larutan dan banyaknya zat pengotor.Seeding dilakukan di awal

proses, setelah proses kontinyu maka seeding tidak perlu dilakukan lagi.

2. Separasi
33

Separasi ini dilakukan untuk memisahkan kristal asam glutamat yang masih

bercampur dengan sisa cairan fermentasi. Proses ini dilakukan dengan alat Super

Decanter Centrifuge (SDC). Kristal asam glutamat yang mempunyai berat jenis

besar akan mendapat gaya yang lebih besar sehingga akan terpisah ke tepi

sedangkan cairannnya akan berada di tengah.

Hasil pemisahannya berupa asam glutamat (GH1) dan larutan induk (GM1)

yang masih mengandung sedikit asam glutamate, sisa-sisa mikroba dan sisa

medium fermentasi ini dievaporasi menggunakan Falling Film Evaporator (FFE)

doble effect hingga total 30-40%.

Larutan yang telah mengalami proses pemekatan ini kemudian didinginkan

dengan cooling water dan dipisahkan kembali dengan menggunakan Super

Decanter Centrifuge (SDC). Proses ini memisahkan asam glutamate (GH2) dari

larutan induknya (GM2). Pada GH2 ditambahkan asam sulfat untuk

mengkristalkan asam glutamate tersebut, sedangkan GM2 digunakan sebagai

bahan dasar pembuatan pupuk cair amina (produk samping).

3. Pencucian

Proses selanjutnya adalah pencucian yang bertujuan untuk menghilangkan sisa-

sisa cairan yang masih melekat pada kristal asam glutamat (GH1) dari hasil

separasi. Pencucian dilakukan pada kristal asam glutamat dengan cara

menyemprotkan air pada kristal asam glutamat dimana laju air harus dikontrol

supaya tidak terjadi loss kristal asam glutamat. Air hasil pencucian pertama dan

kedua tersebut dimasukkan kedalamSDC karena masih mengandung asam

glutamat. Proses ini akan menghasilkan kristal GH3 dan GM3. GM3 yang
34

mengandung asam glutamat dievaporasi menggunakan FFE dengan suhu 105oC

hingga konstrasinya menjadi dua kali lipat dan kembali dilakukan hidrolisis

dengan penambahan H2SO4untuk di-recovery menjadi asam glutamat.Penambahan

asam sulfat dilakukan hingga pH menjadi 0-0.5 dan dengan suhu 110oC. Hasil

proses hidrolisis kemudian dibawa ke mixing tank dan didaur ulang menuju ke

proses asidifikasi.

4. Pengubahan Kristal

Proses perubahan kristal ini dilakukan dengan memanaskan menggunakan

aliran steam 80oC sebagai sumber panas (energi)selama 3 jam. Pemanasan

dilakukan karena transformasi kristal membutuhkan energi yang relatif tinggi

dimana temperatur 80oC mampu membuat kristal α meleleh dan

mentransformasikan diri menjadi kristal β asam glutamat. Untuk merangsang

pembentukan kristal β maka dialakukan penambahan bibit kristal (seed)

maksimum 2,5% dengan waktu tinggal 30 menit. Jika transformasi kristal terjadi

pada kondisi suhu yang semakin tingggi maka kelarutan kristal β yang dihasilkan

akan semakin tinggi pula.

Pada tangki unit pengubah kristal akan keluar kristal dengan suhu tinggi,

sehingga harus didinginkan agar temperatur sesuai dengan kondisi operasi

berikutnya. Pendinginan dilakukan hingga kristal memiliki temperatur 40-50oC

dengan cara mengalirkan air pendingin. Larutan ini kemudian akandiseparasi

menggunakan sentrifugal separator sehingga menghasilkan fase solid GH4 dan

fase liquid GM4. Larutan GM4 kemudian di recycle menuju ke mixing tank

bersama dengan GH3. Sedangkan hasil filtrasi GH4 merupakan asam glutamate
35

yang sudah terisolasi akan dimasukkan ke tangki reaksi untuk dilakukan proses

netralisasi dan sebagian lainnya akan dikeringkan sehingga menghasilkan

glutamic acid (GA) kering yang akan di ekspor ke Malaysia.

5. Netralisasi

Netralisasi merupakan proses pembentukan garam dari pencampuran senyawa

asam dan basa. Tujuan proses netralisasi adalah menstabilkan molekul asam

glutamat yang masih dipengaruhi pH asam dengan menambahkan larutan basa.

Kristal asam glutamat yang telah terbentuk dilarutkan dalam air, kemudian larutan

asam glutamat yang memiliki pH 3 dinetralkan dengan NaOH 20% hingga

mencapai pH 6,7-7,2. Proses ini dilakukan pada kondisi suhu 90oC.Pada proses ini

asam glutamat akan diubah menjadi monosodium glutamat monohidrat atau biasa

disebut neutral liquor (NL) yang kemudian akan menuju tahap purifikasi.

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

C5H9O4N + NaOH C5H9O4NNaH2O

D. Purifikasi

Tahap purifikasi merupakan proses yang dilakukan untuk menghilangkan

bahan pengotor (impurities). Pada tahap ini ada 3 proses yang dilakukan yaitu :

1. Dekolorisasi

Proses dekolorisasi merupakan proses penjernihan warna yang dilakukan

terhadap NL yang memiliki warna kecoklatan supaya mengasilkan warna

yang jernih atau putih. Warna kecoklatan pada NL disebabkan oleh

banyaknya pengotor yang terdapat didalam NL tersebut.Zat pengotor tersebut


36

perlu dihilangkan supaya MSG yang dihasilkan berwarna putih karena pada

umumnya MSG yang ada dipasaran berwana putih.

Proses dekolorisasi yang dilakukan oleh PT Ajinomoto Indonesia

dilakukan dengan menambahkan karbon aktif kedalam NL. Karbon aktif yang

ditambahkan sebanyak 2% dari massa cairan yang terdapat didalam tangki

pada temperatur 85oC selama 1 jam yang bertujuan untuk mematikan bakteri

yang masih ada. Pada tangki dekolorisasi terdapat control pH yang bertujuan

untuk menjaga pH NL yang masuk ke dalam tangki. Adjusting pH dilakukan

dengan proses penambahan NaOH hingga pH mencapai ±6,8.

Selanjutnya, NL yang telah ditambahkan karbon aktif akan dilewatkan

pada niagara filter untuk memisahkan kembali NL yang telah jernih dari

karbon aktif yang telah mengikat kotoran-kotoran sisa media fermentasi. Pada

proses ini dihasilkan cairan monosodium glutamate bening atau Filtered

Liquor 1 (FL1). FL1 dialirkan pada mixing tank dengan suhu 60oC dan

kembali diberikan active carbon. Kemudian dialirkan ke proses filtrasi kedua

dan menghasilkan filtrated liquor 2 (FL2). FL2 kemudian dialirkan ke mixing

tank dengan suhu 60oC dan dilakukan penambahan active carbon. Kemudian

dialirkan ke alat filtrasi ke tiga dan menghasilkan filtrated liquor 3 (FL3).

Hasil sisa filtrasi bersama FL3 dan heavy liquor dari proses filtrasi pertama

di-recycle ke proses asidifikasi H-4. FL3 kemudian dilakukan filtrasi untuk

penghilangan pengotor (impurities) dengan menggunakan diamond filter.

Hasil akhir dari proses ini adalah MSG dalam bentuk liquor yang berwarna

bening. Selain itu, juga terdapat hasil samping dari karbon aktif yang tidak
37

dapat digunakan lagi disebut dengan cake atau NAC (non activ carbon) yang

pada proses selanjutnya akan digunakan sebagai bahan baku batu bata.

2. Kristalisasi II

Proses kristalisasi II merupakan proses kristalisasi terakhir dalam proses

pembuatan Monosodium Glutamate (MSG). Proses kristalisasi ini sering

disebut dengan kristalisasi panas karena menggunakan steam untuk

menguapkan sebagian besar air yang yang masih terkandung di dalam FL.

Prinsip dari proses kristalisasi II ini adalah membuat larutan MSG pada

kondisis jenuh. Proses ini berlangsung secara kontinuFilfered Liquor

dialirkan pada Heat Exchanger sehingga terjadi pemanasan hingga suhu 60-

70oC. Pemanasan dilakuakn secara terus menerus hingga tercapai tingkat

kejenuhan tertentu dan mulai terbentuk kristal.

Pembentukan kristal dapat dipercepat dengan penambahan bibit kristal

yang dilakukan saat seeding point dengan kondisi ph 4,5-6. Semakin tinggi

suhu pemanasan yang digunakan maka kristal yang terbentuk akan lebih

besar. Proses ini dilakukan selam 4-5 jam yang dilakukan secara

berulangulang dan terus menerus. Pemanasan dan seeding akan dihentikan

saat konsentrasi MSG terpenuhi dan kemudian akan didiamkan selama 16

jam untuk pembentukan kristal lebih lanjut. Kristal yang terbentuk ditampung

pada tangki untuk dilanjutkan pada proses separasi. Kristalisasi II ini

berfungsi untuk mengontrol ukuran kristal apakah termasuk Large Crystal

(LC), Regular Crystal (RC), Fine Crystal (FC) yang mana kristal yang

dihasilkan dari proses ini adalah kristal basah (wet crystal).


38

3. Separasi II

Proses separasi II merupakan proses yang dilakukan untuk memisahkan

campuran kristal dari mother liquor yang menggunakan teknik sentrifugal

menggunakan Super Decanter Sentrifuge dengan kecepatan putar 3000 rpm

selama 15 menit. Selanjutnya kristal Monosodium Glutamate (MSG)yang

sudah terpisah akan mengalami proses pengeringan karena masih

mengandung kadar air yang cukup tinggi, sedangkan larutan induk atau

mother liquor dilewatkan ke Mixing Ionic Decolorization (MID) untuk

menyerap warna dari senyawa pengotor/impurities menggunakan resin

penukar ion kemudian didaur ulang keprosesdekolorisasi karena larutan induk

masih mengandung kadar MSG yang cukup tinggi. Selanjutnya dilakukan

kristalisasi ulang terhadap mother liquor, kemudian diseparasi kembali

sehingga dihasilkan Transformation Crystal (TC) dan mother liquor 2.Mother

liquor 2 yang sudah tidak bisa dikristalkan lagi ini akan dikirim ke seksi

amina sebagai bahan baku utama dalam pembuatan FML.

E. Pengeringan

Kristal MSG hasil separasi II memiliki kadar air 4-5%, sedangkan standar yang

telah ditetapkan oleh AJIS (Ajinomoto Japan International Standar)kadar air yang

ditetapkan harus kurang dari 0,2%. Oleh karena itu perlu adanya proses

pengeringan untuk menurunkan kadar air pada kristal .

Kristal Monosodium Glutamate yang masih dalam bentuk Kristal basah (wet

crystal) memiliki kadar air sebesar 4-6% sehingga perlu dilakukan proses

pengeringan.Kristal MSG dikeringkan dengan menggunakan alat flash dryer dan


39

fluidized dryer. Flash dryer digunakan untuk mengeringkan kristal MSG basah

dalam hitungan milisekon. Fluidized dryer digunakan untuk kristal MSG kering

dengan berat yang relatif ringan. Kristal MSG basah dialirkan dari bawah bersama

udara panas dengan temperatur 120-130oC. Kristal MSG akan dialirkan menuju

fluidized dryer dengan cara menghembuskan udara kering pada blower dengan

kecepatan 1800 rpm dan temperatur udara 100-110oC selama 8 jam. Udara panas

yang dipakai harus memiliki tekanan uap air yang lebih kecil dari bahan yang

dikeringkan supaya terjadi transfer uap air dari bahan ke udara untuk mencapai

suatu kesetimbangan.Sehingga selama wet crystal bergerak, kadar air didalamnya

diuapkan dan semakin lama air dari bahan semakin berkurang yang pada akhirnya

kadar air kristal telah mencapai standar ketentuan.

Setelah proses pengeringan, dilakukan pemisahan antara MSG dan udara

kering dengan menggunakan cyclone karena udara kering masih banyak

mengandung MSG sehingga jika tidak dilakukan pemisahan maka akan

menyebabkan losses (kehilangan kristal MSG). Setelah itu, didinginkan dengan

menggunakan refrigerant propylane glycol pada suhu 30oC selama 15 menit dan

selanjutnya dilakukan uji kualitas atau mutu warna Kristal MSG dengan

menggunakan Absorbance Index (AI). Kristal yang telah memenuhi standard nilai

AI akan masuk ke proses selanjutnya yaitu pengayakan.

F. Pengayakan

Pengayakan merupakan proses pemisahan kristal MSG berdasarkan ukuran yang

telah ditetapkan oleh PT Ajinomoto Indonesia. Proses pengayakan dilakukan

dengan menggunakan prinsip pengayakan bertingkat diamana digunakan ukuran


40

meshayakan yang berbeda beda. Alat yang digunakan dalam proses pengayakan

adalah vibrating screen. Pengayakan dilakukan pada 3 ukuran kristal, yaitu :

a. Large Crystal (LC) merupakan kristal MSG yang lolos pada ayakan

berukuran ±30 mesh dan akan tertahan pada ayakan berukuran ±40 mesh.

b. RegulerCrystal (RC) merupakan kristal MSG yang lolos ayakan berukuran

±40 mesh dan akan tertahan pada ayakan berukuran ±60 mesh.

c. Fine Crystal (FC) merupakan kristal MSG yang lolos pada ayakan

berukuran ±100 mesh dan akan tertahan pada ayakan berukuran ±150

mesh. Kristal FC terbagi menjadi dua yaitu FC-A dan FC-B. Kristal FC-A

merupakan kristal yang memiliki ukuran paling halus (powder) dan

didapatkan dari ayakan berukuran ±100 mesh. Kristal FC-B memiliki

ukuran yang lebih besar dari kristal FC-A, kristal ini didapat dari ayakan

yang berukuran ±60 mesh.

#40
#60
#100

FCB FCA RC LC

Gambar 7.Penetapan Ukuran AyakanMSG PTAjinomoto Indonesia, 2017


41

Perbedaan ukuran kristal ini berdasarkan fungsi dari masing-masing ukuran

kristal tersebut. Misalnya kristal FC yang digunakan untuk bahan tambahan pada

bumbu mie instan atau industri sejenis, hal ini dikarenakan ukuran kristal yang

kecil. Kemudian berdasarkan pasar, kristal ukuran RC adalah jenis kristal yang

dipasarkan di pasar dalam. Sedangkan kristal ukuran LC biasa diekspor ke luar

negeri seperti Afrika yang merupakan negara dengan permintaan LC terbanyak.

Berdasarkan tingkat ketajaman rasa, kristal LC memiliki ketajaman lebih dari RC

maupun FC.

G. Pengemasan

Pengemasan merupakan proses terakhir dari produksi MSG yang dilakukan

sebelum MSG dipasarkan ke konsumen. Pengemasan bertujuan untuk melindungi

produk dari pengaruh luar agar tidak rusak.Selain itu juga untuk meudahkan

dalam transportasi serta dapat menarik konsumen.Bahan pengemas didesain

sedemikian rupa agar tetap aman meskipun terjadi kontak dengan MSG. Tahapan

pengemasan yang terjadi yaitu:

1. Proses penimbangan

MSG curah yang dikemas dalam karung besar berukuran 800 dimasukkan

kedalam tangki penyimpanan (stroke tank).

2. Proses Pengemasan

Proses pengemasan berdasarkan ukuran kristal MSG dan jenis pengemas.

Bahan pengemas yang digunakan di PT Ajinomoto Indonesia dibedakan

menjadi 2 yaitu:
42

a. Bahan pengemas primer yang berhubungan langsung dengan

produk MSG. Bahan pengemas ini terdiri dari dua lapis, yaitu

Oriented Polypropylene (OPP) dan Poly Ethylene (PE).

b. Bahan pengemas sekunder yang merupakan bahan pengemas yang

tidak langsung kontak dengan produk MSG. Bahan pengemas ini

berupa plastik pembungkus.

c. Bahan pengemas tersier yang merupakan bahan pengemas untuk

proses transportasi. Bahan pengemas yang digunakan berupa kotak

kartondouble wall. Pengemasan di PT Ajinomoto Indonesia

dibedakan menjadi tiga jenis pengemasan berdasarkan ukuran

produk yaitu :

a. Small Size

Pengemasan pada produk MSG dengan ukuran kecil dilakukan dengan

menggunakan kemasan dengan jenis kalender.Kemasan tipe kalender terdiri

dari beberapa jenis warna kemasan diantaranyaberwarna kuning, hijau, nila

dan MJCL.Berbagai warna ini hanya menandakan perbedaan jumlah isi

dalam setiap kemasan. Misalnya pada kemasan berwarna kuning dan hijau

digunakan pada produk MSG dengan berat 0,9 g. Kemasan kalender warna

nila digunakan pada produk MSG dengan berat 2g. Sedangkan pada

MJCLdigunakan untuk kemasan MSG dengan berat 11g.Untuk kemasan

kalender warna hijau dan kuning digunakan untuk membedakan wilayah

distribusi produk. Dalam satu lembar kemasan tipe kalender terdiri dari 20
43

kemasan kecil yang mempunyai berat sama. Pada jenis kemasan ini, MSG

yang digunakan adalah regular crystal MSG.

b. Medium Size

Pengemasan pada ukuran medium menggunakan kemasan tipe bag. Pada

tipe ini PT Ajinomoto Indonesia memproduksi dalam berbagai ukuran berat,

yaitu kemasan putih pack (PTPA), 50 g, dan 100 g. Pada jenis kemasan ini,

MSG yang digunakan adalah regular crystal MSG.

c. Big Size

Pengemasan pada ukuran besar masih menggunakan kemasan tipe bag.Pada

tipe ini PT Ajinomoto Indonesia memproduksi dalam berbagai ukuran berat

yaitu 250g dan 500g.Pada jenis kemasan ini, MSG yang digunakan adalah

regular crystal MSG. Untuk kemasan dengnan ukuran bulk digunakan MSG

dengan regular crystal dan large crystal.

3. Proses Kartoning

Setelah dikemas, produk MSG dikemas ke dalam box karton kemudian

dilakukan penimbangan kembali. Selanjutnya karton diberikan kode produksi.

Kode yang tercantum dalam karton antara lain adalah kode operator, kode line,

tanggal produksi, nomor palet dan nomor karton. Tahap selanjutnya adalah

palletizing yaitu proses pengecekan nomor palet. Kemudian sampel diberikan ke

QC untuk diuji kualitas final produk.

1.5 Pemasaran

Kegiatan pemasaran merupakan kegiatan yang sangat menentukan

keberhasilan suatu produk yang diproduksi oleh perusahaan.Pemasaran


44

merupakan sumber hidup suatu perusahaan, karena dari pemasaranlah maka

diperoleh laba.Laba digunakan untuk mengembangkan usaha dan

mempertahankan usaha.Pemasaran dimulai dengan pemenuhan kebutuhan

manusia yang kemudian bertumbuh menjadi keinginan manusia. Proses dalam

pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia inilah yang menjadi konsep

pemasaran. Mulai dari pemenuhan produk (product), penetapan harga (price),

pengiriman barang (place), dan mempromosikan barang (promotion). Strategi

pemasaran berupa bauran pemasaran yang diterapkan PTAjinomoto Indonesia

adalah sebagai berikut:

1.5.1 Produk

PT Ajinomoto Indonesia memproduksi berbagai macam produk di bidang

pangan guna memenuhi kebutuhan skala rumah tangga sampai dengan industri

HOREKA (Hotel, Restoran, Catering). Selain produk utama sebagai bahan

bumbu masakan, perusahaan ini juga menghasilkan produk samping sebagai

bentuk pengolahan limbah yang dihasilkan selama proses produksi maupun di

lingkungan kerja.

MSG merupakan produk utama yang dihasilkan PTAjinomoto Indonesia

yang dipasarkan dengan merk dagang AJINO-MOTOdan dijual dengan berbagai

ukuran kristal, yaitu FC (Fine Crystal), RC (Regular Crystal), dan LC (Large

Crystal) baik dalam negeri maupun luar negeri. Ketiga jenis kristal ini tidak hanya

berbeda secara fisik saja namun juga ketajaman rasanya, sehingga fungsi dari

ketiga jenis kristal ini juga berbeda. Untuk ketajaman rasa, kristal LC memiliki

rasa yang lebih tajam dibandingkan kristal RC dan FC. Kristal FC biasanya untuk
45

bahan tambahan pada bumbu mie instan karena ukuran kristalnya sangat kecil dan

juga digunakan untuk memenuhi keperluan industry catering makanan. RC adalah

kristal yang banyak dijumpai untuk pemenuhan pasar domestik, sedangkan kristal

ukuran LC yang biasa diekspor ke luar negeri seperti Afrika yang merupakan

negara dengan permintaan LC terbanyak. Kapasitas produk MSG ± 100 – 120

ton/hari untuk permintaan pasar.

Pengemasan di PT Ajinomoto Indonesia dibedakan menjadi dua tipe yaitu :

• Calender Type

Pengemasan tipe kalender diproses secara bersamaan dengan hasil kemasan

seperti bentuk kalender, yaitu dalam 1 lembar terdiri dari 20 kemasan kecil

yang mempunyai berat sama ± 10 g.

• Bag Type

Pengemasan tipe bag diproses secara satu per satu atau tiap kemasan. Pada tipe

ini PT Ajinomoto Indonesia memproduksi dalam berbagai ukuran berat, yaitu

1 kg, 500 g, 250 g, dan 180 g.

Produk MSG yang dipasarkan di dalam negeri atau pasar domestik (DOM)

diproduksi oleh PT Ajinomoto Indonesia.Khusus untuk pasar internasional atau

ekspor (EXP), MSG diproduksi oleh PT Ajinex Internasional.Permintaan MSG

dari beberapa negara seperti Bangladesh dan negara Timur Tengah lainnya

biasanya disesuaikan dengan spesifikasi dari negara tersebut.Beberapa jenis

kemasan produk MSG yang diproduksi PTAjinomoto Indonesia serta tujuan

pemasarannya dapat dilihat pada Tabel 6.


46

Table 6.Jenis kemasan Monosodium Glutamate (MSG)

Film Type Size Istilah Tujuan Spc Berat/Pouch


Roll/ Hijau HJCL DOM 0,7 gram

Calendar

Nila NLCL 1,4 gram

Merah MJCL 10 gram

Jambu

Calender

Putih Pack PTPA 27 gram

50 gram 50 g DOM/EXP 50 gram

100 gram 100 g 100 gram

Bag 180 gram A5RB DOM/EXP 150 gram

250 gram 250 g DOM/EXP 250 gram

500 gram 500 g 500 gram

1 kilogram 1 kg 1000 gram

Ajiplus APKG DOM 1000 gram

AjiplusEkicho Ekicho 1000 gram

Ajinomoto Plus AJPKG 1000 gram

Sumber : PT Ajinomoto Indonesia,2017

1.5.2 Harga

Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan karena

harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan

dari penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa. Penentuan harga di
47

PTAjinomoto Indonesia sendiri adalah menjual produk – produk mereka dengan

harga yang dapat dijangkau oleh segala kalangan.Mengingat produk yang

diproduksi perusahaan merupakan produk bumbu yang sering digunakan pada

kegiatan sehari – hari untuk memasak.Harga produk yang diproduksi

PTAjinomoto Indonesia yang meliputi MSG dengan merek dagang AJI-NO-

MOTO dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7Harga produk PT Ajinomoto Indonesia

Nama Produk Per PerEceran Banyaknya

Karton Pack

(Rp)

Ajinomoto 50 gr 33.500 1 karton = 12 kg

Ajinomoto 250 gr 367.000 31.000 1 karton = 12 kg

Ajinomoto 1000 gr 359.000 1 karton = 12 kg

Ajinomoto Rp 50,- 132.500 7.500 1 karton =18 pack

Ajinomoto Rp 500,- 139.000 10.200 1 karton = 14 pack

Ajinomoto Rp 1000,- 300.000 16.800 1 karton = 18 pack

Ajinomoto Rp 5000,- 517.500 43.300 1 karton = 12 pack

Masako 11 gr/500 212.000 35.500 1 karton = 6 pack

Sumber : PTAjinomoto Indonesia, 2017

1.5.3 Promosi

Dalam sistem pemasarannya, PT Ajinomoto Sales Indonesia menggunakan

kegiatan promosi mengenai produk yang dihasilkan. Menurut Cannon (2008),

promosi merupakan media untuk mengenalkan suatu produk atau jasa yang baru
48

atau memperkuat brand image suatu produk yang telah ada. Kegiatan promosi

yang dilakukan mencangkup 3 kegiatan, yaitu:

a. Advertising

Promosi iini dilakukan melalui iklan di media massa seperti televisi, radio,

majalah, surat kabar, situs web www.ajinomoto.co.idyang dikelola

langsung oleh perusahaan, dan lain-lain sehingga konsumen dapat

mengetahui produk dari PT Ajinomoto Indonesia tanpa melihat produk

secara langsung.

b. Personal Selling

Promosi yang dilakukan secara lisan dalam suatu percakapan antara

penjual dan calon pembeli.

c. Sales Promotion

Promosi yang dilakukan dengan cara memberi sampel produk kepada

konsumen atau dengan memberikan selebaran secara langsung kepada

konsumen. Kegiatan ini dilakukan oleh sales dari PT Ajinomoto Sales

Indonesia.

1.5.4 Saluran Distribusi

Pada kegiatan pendistribusiannya, PT Ajinomoto Indonesia tidak

mendistribusikan produknya sendiri, tetapi mempercayakan pada PT Ajinomoto

Sales, Ind. Pemasarannya meliputi dalam dan luar negeri.Sebagian besar produk

yang dihasilkan oleh PT Ajinomoto Indonesia Pabrik Mojokerto dipasarkan di

dalam negeri, yaitu sebesar 80% dari produk yang dihasilkan.Kegiatan pemasaran

atau pendistribusian dalam negeri ini dilakukan langsung ke toko agen dengan
49

total 27 tujuan dan kapasitas 5 ton pada setiap tujuannya. Faktor – faktor

pertimbangan pemilihan saluran distribusi antara lain :

1. Pertimbangan pasar: berdasarkan jumlah pelanggan potensial, PT Ajinomoto

Indonesia memiliki pelanggan potensial yang relatif banyak, maka lebih baik

menggunakan perantara.

2. Pertimbangan produk: berdasarkan sifat perishability, produk MSG dan

Masako merupakan produk yang fisiknya tidak mudah rusak dan tahan lama,

maka lebih baik disalurkan melalui saluran distribusi panjang.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka jenis saluran distribusi konsumsi yang

dilakukan adalah produsen-agenpengecer-konsumen.Saluran distribusi tersebut

adalah tipe saluran distribusi 2 level. Menurut (Tamuntuan, 2013), pada saluran

distribusi ini terdapat dua perantara yaitu wholesaler danretailer,dimana

pemasaran dari produsen ke konsumen melalui wholesaler dan retailer terlebih

dahulu sebagai perantaranya.Alur pendistribusian MSG yang dilakukan

PT Ajinomoto Sales Indonesia dapat dilihat pada Gambar 6.

Produsen Agen Pengecer Konsumen

Gambar 6.Alur Pendistribusian MSG PT Ajinomoto Sales Indonesia

PT Ajinomoto Indonesia ini memilih agen sebagai penyalurnya. Agen

tersebut akan menjalankan kegiatan perdagangan besar dalam saluran distribusi

yang ada. Sasaran penjualannya terutama ditujukan kepada para pengecer

besar.Produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar, kepada agen dan
50

tidak menjual kepada pengecer. Pembelian oleh pengecer dilayani agen dan

pembelian oleh konsumen akan dilayani oleh pengecer saja.

Distribusi yang dilakukan PT Ajinomoto Indonesia menggunakan 2 jalur,

yaitu jalur darat dan jalur laut. Pendistribusian yang menggunakan jalur darat ini

terdiri dari 16 tujuan meliputi beberapa kota, yaitu Surabaya, Malang, Madura,

Jombang, Solo, Semarang, Yogyakarta, Purwokerto, Cirebon, Bandung,

Karawang, Bogor, Lampung, dan lain-lain. Selain itu, pendistribusian melalui

jalur laut terdiri dari 17 tujuan yang meliputi Jayapura, Makasar, Samarinda,

Balikpapan, Banjarmasin, Sampit, Pekanbaru, Medan, dan lain-lain. Kegiatan

pemasaran yang dilakukan ini mencapai 758 kali pengiriman dalam 1 bulan yang

telah mencakup 27 tujuan pendistribusian.


BAB II

AKTIVITAS PRAKTEK KERJA LAPANGAN

2.1 Menerima Outerbox Dari Supplier, MSG Dari H5, Dan

Film Dari F.I1.

2.1.1 Tempat Penugasan

Kegiatan menerima Outerbox dilaksanakan di bagian Material

HandlingF.I 2 (Food Ingredients 2Department)yang berada di Pabrik Ajinomoto

Mojokerto.

2.1.2 Tujuan Aktivitas

Tujuan dilaksanakannya kegaitan penerimaan Outerbox dari supplier,

MSG dari H5, dan Film dari F.I 1 adalah untuk pengemasan MSG Ajinomoto.

2.1.3 Uraian Proses / Tahapan Pelaksanaan Aktivitas dan Sarana yang

Digunakan Termasuk Personalia Pelaksana

Tahapan pelaksanaan aktivitas penerimaan Outerbox ini terbagi dalam

beberapa tahap yaitu :

1. Mendata penerimaanmaterial

2. Menghubungi petugas lapangan barang yang datang

3. Lapangan mengechek apa saja material yang datang

4. Setelah di cek, diserahkan kembali kepada admin Material Handling

Setelah itu input ke Ms. Excel.

51
52

5. Sarana yang Dipergunakan

Adapun sarana/alat yang dipergunakan dalam menjalankan aktivitas

yaitu:

a. Seperangkat PC (Monitor, CPU, Keyboard, Mouse)

b. Ballpoint

6. Personalia Pelaksana di Lapangan

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan oleh staff bagian Material

HandlingF.I 2 yang terdiri dari 4 orang Material Control dengan latar

belakang pendidikan SMA sederajat dan berpengalaman serta dengan

beberapa pelatihan program sistem RFWMS selama 1 bulan tergantung

dengan tingkat kesulitan dan mengikuti meeting antar department

setiap 3 bulan sekali.

2.1.4 Permasalahan yang Dihadapi

Permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan tersebut diatas yaitu kesulitan

dalam memahami singkatan yang digunakan pada data penerimaan material.

2.1.5 Langkah – Langkah Untuk Mengatasi Masalah

1. Bertanya dan meminta penjelasan sejelas – jelasnya mengenai kegiatan

tersebut kepada pembimbing yang ada di Material Handling.

2. Meminta bimbingan dan arahan dalam setiap pelaksanaan kegiatan serta

menghafal lintas, singkatan – singkatan, dan alamat – alamat yang

dituju.
53

2.1.6 Pengalaman/Pengayaan yang Diperoleh Dari Aktivitas PKL

Pengalaman/Pengayaan yang diperoleh dari menerima Outerbox dari

Supplier, MSG dari H5, danFilm dari F.I 1 adalah mampu mendata material yang

akan digunakan di F.I.2 Department (Food Ingredients 2 Department) ke dalam

sistem RFWMS (Sistem khusus yang digunakan Ajinomoto untuk kegiatan proses

produksi dan distribusi).

2.2 Menerima Telepon

2.2.1 Tempat Penugasan

Kegiatan menerima telepon dilaksanakan di Material HandlingF.I 2 (Food

Ingredients 2 Department) yang berada di Pabrik Ajinomoto Mojokerto.

2.2.2 Tujuan Aktivitas

Tujuan kegiatan menerima telepon masuk adalah untuk menerima pesan

informasi dari penelpon dan menindaklanjuti informasi atau pesan yang diterima

dari penelpon serta menyampaikannya dan mentransfer panggilan telepon

kepada pihak yang dituju (jika diteruskan), agar penelpontersampaikan maksud

dan tujuannya dengan baik, cepat dan tepat.

2.2.3 Uraian Proses / Tahapan Pelaksanaan Aktivitas dan Sarana yang

Digunakan Termasuk Personalia Pelaksana

Tahapan pelaksanaan aktivitas menerima telepon ini terbagi dalam

beberapa tahap yaitu:

1. Mendapat arahan dan penjelasan dari pembimbing selama

melaksanakan tugas.

2. Mengangkat telepon masuk saat dering kedua.


54

3. Mengucapkan salam kepada penelepon.

4. Menginformasikan identitas diri kepada penelepon.

5. Menanyakan maksud penelepon

6. Menanyakan identitas penelepon

7. Mencatat waktu/jam saat menerima telepon

8. Mencatat pesan dari penelepon (jika ada)

9. Meneruskan atau menyambungkan kepada pihak yang dituju. (jika


ada

10. Jika pihak terkait tidak berada ditempat dan tidak terdapat pesan

yang disampaikan, maka sampaikan kepada penelepon mengenai

alasan bahwa pihak yang dituju tidak terdapat ditempat

11. Terkait point nomor 10 (sepuluh), menginformasikan waktu kapan

penelepon dapat menghubungi kembali.

12. Mengucapkan terimakasih serta mengucapkan bahwa pesan akan


disampaikan.

13. Mengucapkan salam.

14. Sarana Yang Dipergunakan

Adapun sarana/alat yang dipergunakan dalam menjalankan aktivitas

ini yaitu:

a. Perangkat telepon

b. Ballpoint

c. Notes Kecil
55

15. Personalia Pelaksana di Lapangan

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan oleh staff bagian Material

HandlingF.I 2 yang terdiri dari 1 orang Material Control dengan latar

belakang pendidikan SMA sederajat dan berpengalaman serta dengan

beberapa pelatihan program sistem RFWMS selama 1 bulan

tergantung dengan tingkat kesulitan dan mengikuti meeting antar

departement setiap 3 bulan sekali.

2.2.4 Permasalahan Yang Dihadapi

Permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan tersebut diatas dapat di

katakan tidak ada, karena sudah mendapatkan pengarahan yang cukup jelas dari

pembimbing PKL (Praktik Kerja Lapangan)dan telah mempelajari mata kuliah

kesekretarian yang mana didalamnya termasuk telephone handling.

2.2.5 Pengalaman/Pengayaan yang Diperoleh Dari Aktivitas PKL

Pengalaman/Pengayaan yang diperoleh dari menerima telepon adalah

dapatmempraktikkancara menerima telepon dan berkomunikasi dalam telepon

dengan baik.

2.3 Menggandakan Data Penerimaan Material

2.3.1 Tempat Penugasan

Kegiatan menggandakan data penerimaan materialdilaksanakan di bagian

Material HandlingF.I 2 (Food Ingredients 2 Department) yang berada di Pabrik

Ajinomoto Mojokerto.
56

2.3.2 Tujuan Aktivitas

Tujuan kegiatan menggandakan data penerimaan material adalah untuk

menggandakan informasi dalam bentuk softcopy untuk data pihak Material

Handling serta ditujukan untuk pihak-pihak maupun petugas yang berkaitan

dengan MSG Packaging Material.

2.3.3 Uraian Proses / Tahapan Pelaksanaan Aktivitas dan Sarana yang

Digunakan Termasuk Personalia Pelaksana

Tahapan pelaksanaan aktivitas menggandakan data penerimaan material

terbagi dalam beberapa tahap yaitu:

1. Menyiapkan kertas stensil.

2. Membuka penutup mesin stensilyang terdapat pada bagian depan dan

belakang mesin.

3. Membersihkan terlebih dahulu semua kotoran tinta yang melekat pada

mesin dengan menggunakan bakipenadah dan baki kertas.

4. Memasang sheetstensil pada roll atau gulungan mesin stensil.

Tujuaannyaadalah agar pembungkus roll bisa menempel.

5. Memutar engkol berulang-ulang sampai tinta stensilrata di

permukannsheet stensil.

6. Memasukkan kertas ke dalam baki kertas, dengan posisi kertas ada

ditengah-tengah dengan cara mengunakan skala yang ada pada ujung

depan kertas baki.

7. Menggeser kunci pengepres kertas yang ada di kanan kiri baki kertas,

sampai kedua-duanya berimpitan.


57

8. Menyetel kunci penyetel pada posisi angka, sesuai yang kita hendaki.

9. Menekan kunci ON untuk mendorong roll ke atas secara otomatis

akan turun dan menekan stensil yang ada dalam baki kertas.

10. Menyiapkan baki penadah.

11. Memutar engkol sampai selesai.

12. Membenarkan posisi kertas dengan menekan kunci OFF terlebih

dahulu. Apabila posisi kertas belum benar atau belum sesuai dengan

posisi yang dikehendaki.

13. Sarana Yang Dipergunakan

Adapun sarana/alat yang dipergunakan dalam menjalankan aktivitas

ini yaitu:

1. Mesin stensil

2. Dokumen yang akan digandakan

14. Personalia di Lapangan

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan oleh staff bagian Material

HandlingF.I 2 yang terdiri dari 1 orang Material Control dengan latar

belakang pendidikan SMA sederajat dan berpengalaman serta dengan

beberapa pelatihan program sistem RFWMS selama 1 bulan

tergantung dengan tingkat kesulitan dan mengikuti meeting antar

department setiap 3 bulan sekali.

2.3.4 Permasalahan Yang Dihadapi

Permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan tersebut diatas dapat di

katakan tidak ada, karena sudah mendapatkan pengarahan yang cukup jelas dari
58

pembimbing PKL (Praktik Kerja Lapangan) dan telah mempelajari mata kuliah

kesekretarian yang mana didalamnya termasuk cara pengoperasian alat dan

mesin kantor.

2.3.5 Pengalaman/Pengayaan yang Diperoleh Dari Aktivitas PKL

Pengalaman/Pengayaan yang diperoleh dari menggandakan data

penerimaan materialadalah dapat mempraktikkan secara langsung penggunaan

mesin stensil dengan baik.

2.4 Menggandakan GSN (Good Shipping Note)

2.4.1 Tempat Penugasan

Kegiatan menggandakan GSN (Good Shipping Note) dilaksanakan di

bagian admin Food Ingredient Control Office F.I 2 (Food Ingredient 2

Department) PT Ajinomoto Indonesia.

2.4.2 Tujuan Aktivitas

Tujuan kegiatan menggandakan GSN (Good Shipping Note) adalah untuk

menggandakan informasi dalam bentuk softcopy untuk data pihak FI.2 (Food

Ingredient 2 Department) guna untuk memenuhi permintaan MSG yang akan

dikirim ke Inventory Control Departement sebagai arsip.

2.4.3 Uraian Proses / Tahapan Pelaksanaan Aktivitas dan Sarana yang

Digunakan Termasuk Personalia Pelaksana

Tahapan pelaksanaan aktivitas menggandakan GSN (Good Shipping

Note) terbagi dalam beberapa tahap yaitu:

1. Menyambungkan Mesin Fotocopy dengan arus listrik

2. Menghidupkan mesin dengan menggunakan tombol ON


59

3. Meletakkan kertas pada kaca tempat fotocopy, dengan bagian tepi atas

menempel pada garis sekala pada posisi yang tepat ditengah.

4. Menekan tombol pengatur hasil copy, kemudian menekan tombol

jumlah hasil penggandaan yang dikehendaki.

5. Menekan tombol cetak (start)

6. Apabila selesai menggunakan Mesin Fotocopy, tekan tombol OFF

7. Apabila selesai melakukan penggandaan, lalu bersihkan mesin dari

bekas tinta dan debu, kemudian tutup mesin.

8. Sarana yang dipergunakan

Adapun sarana/alat yang dipergunakan dalam menjalankan aktivitas

ini yaitu:

a. Mesin Fotocopy

9. Personalia di Lapangan

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan oleh staff bagian Material

HandlingF.I 2 yang terdiri dari 1 orang Material Control dengan latar

belakang pendidikan SMA sederajat dan berpengalaman serta dengan

beberapa pelatihan program sistem RFWMS selama 1 bulan tergantung

dengan tingkat kesulitan dan mengikuti meeting antar department

setiap 3 bulan sekali.

2.4.3 Permasalahan Yang Dihadapi

Permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan tersebut diatas dapat di

katakan tidak ada, karena sudah mendapatkan pengarahan yang cukup jelas dari
60

pembimbing PKL (Praktik Kerja Lapangan)dan telah mempelajari mata kuliah

kesekretarian yang mana didalamnya termasuk cara pengoperasian alat dan

mesin kantor.

2.4.3 Pengalaman / Pengayaan yang Diperoleh Dari Aktivitas PKL

Pengalaman/Pengayaan yang diperoleh dari menggandakan GSN (Good

Shipping Note) adalah dapatmempraktikkan secara langsung penggunaan Mesin

Fotocopy dengan baik.

2.5 Mengarsipkan GSN (Good Shipping Note)

2.5.1 Tempat Penugasan

Kegiatan mengarsipkanGSN (Good Shipping Note) dilaksanakan di bagian

admin Food Ingredient Control Office F.I 2 (Food Ingredient 2 Department) PT

Ajinomoto Indonesia.

2.5.2 Tujuan Aktivitas

Tujuan kegiatan pengarsipan data GSN (Good Shipping Note) adalah

untuk menjamin keselamatan bahan pertanggung jawaban material MSG.

2.5.3 Uraian Proses / Tahapan Pelaksanaan Aktivitas dan Sarana yang

Digunakan Termasuk Personalia Pelaksana

Tahapan pelaksanaan aktivitas mengarsipkan GSN (Good Shipping Note)

terbagi dalam beberapa tahap yaitu:

1. Mencetak lembarGSN(Good Shipping Note) 2 lembar.

2. Meminta tanda tangan admin Food Ingredients Control.

3. Lalu meminta tanda tangan ke admin Inventory Control yang ada di

DepartemenICI.
61

4. Admin ICI mengambil 1 lembar GSN (Good Shipping Note) untuk

diarsip.

5. Kemudian setelah ditanda tangani oleh admin Inventory Control,

dikirim kembali ke admin Food Ingredients Control yang ada di

DepartemenF.I2 .

6. Admin Food Ingredients Control lalu mengarsip 1 lembar data GSN

(Good Shipping Note).

7. Sarana yang Dipergunakan :

a. Ballpoint

b. Stipo

c. Outnerarsip

d. Perforator

8. Personalia di Lapangan

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan oleh staff bagian Material

HandlingF.I 2 yang terdiri dari 2 orang Material Control dengan latar

belakang pendidikan SMA sederajat dan berpengalaman serta dengan

beberapa pelatihan program sistem RFWMS selama 1 bulan

tergantung dengan tingkat kesulitan dan mengikuti meeting antar

department setiap 3 bulan sekali.

2.5.4 Permasalahan Yang Dihadapi

Permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan tersebut diatas dapat di

katakan tidak ada, karena sudah mendapatkan pengarahan yang cukup jelas dari
62

pembimbing PKL (Praktik Kerja Lapangan) dan telah mempelajari mata kuliah

kesekretarian yang mana didalamnya termasuk caramenangani arsip kantor.

2.5.5 Pengalaman/Pengayaan yang Diperoleh Dari Aktivitas PKL

Pengalaman/Pengayaan yang diperoleh dari mengarsipkan GSN (Good

Shipping Note) adalah dapat mempraktikkan secara langsung alur/proses GSN

(Good Shipping Note) sebelum diarsipkan dengan baik.

2.6 Menerima E-mail dari General Personal PT Ajinomoto Indonesia

2.6.1 Tempat Penugasan

Kegiatan menerima E-mail dari General Personal dilaksanakan di bagian

admin Food Ingredient Control Office F.I 2 (Food Ingredient 2 Department) PT

Ajinomoto Indonesia.

2.6.2 Tujuan Aktivitas

Tujuan dari penerimaan E-mail dari General Personaladalah agar

informasi dari General Personal mengenai produk yang telah releasesegera di

masukkan ke dalam sistem inbound produk.

2.6.3 Uraian Proses / Tahapan Pelaksanaan Aktivitas dan Sarana yang

Digunakan Termasuk Personalia Pelaksana

Tahapan pelaksanaan aktivitas menerima E-mail terbagi dalam beberapa

tahap yaitu:

1. Membuka E-mail khusus admin Food Ingredient Control

2. Kemudian melihat tampilan menu yang berada di sisi kiri dan pilih

menu kotak masuk


63

3. Setelah itu mengecek E-mail masuk dari General Personal yang

isinya apabila produk sudah release dapat dijadikan tambahan

inbound produk.

4. Kemudian Admin Food Ingredient Control mengecek di file data

produk yang sudah release dan menjadikan tambahan di fileinbound

produk.

5. Sarana yang Digunakan :

a. Seperangkat PC (Monitor, CPU, Keyboard, Mouse).

b. Ballpoint

c. WI-FI

6. Personalia di Lapangan

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan oleh staff bagian OfficeF.I 2 yang

terdiri dari 1 orang Material Control dengan latar belakang pendidikan

SMA sederajat dan berpengalaman serta dengan beberapa pelatihan

program sistem RFWMS selama 1 bulan tergantung dengan tingkat

kesulitan dan mengikuti meeting antar department setiap 3 bulan

sekali.

2.6.4 Permasalahan Yang Dihadapi

Permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan tersebut diatas dapat di

katakan tidak ada, karena sudah mendapatkan pengarahan yang cukup jelasdari

pembimbing PKL (Praktik Kerja Lapangan) dan telah mempelajari mata kuliah

kesekretarian yang mana didalamnya termasuk caramenulis pesan dalam E-mail.


64

2.6.5 Pengalaman/Pengayaan yang Diperoleh dari Aktivitas PKL

Pengalaman/Pengayaan yang diperoleh dari aktivitas menerima E-mail

adalah dapat mengoperasikan komputer dan mempraktikkan secara langsung cara

menerima surat dalam bentuk elektronik (E-mail) dengan baik.

2.7 Mengontrol Barang Produksi

2.7.1 Tempat Penugasan

Kegiatan mengontrol barang produksi dilaksanakan di bagian admin Food

Ingredient Control Office F.I 2 (Food Ingredient 2 Department) PT Ajinomoto

Indonesia.

2.7.2 Tujuan Aktivitas

Tujuan mengontrol barang yang sudah diproduksi di F.I 2 Departement

adalah untuk mengecek data barang produksi yang ada di sistem RFWMS sama

tidaknya dengan barang yang dilapangan dan agar informasi dari General

Personal mengenai produk yang telah release segera di masukkan ke dalam

sistem inboundproduk.

2.7.3 Uraian Proses / Tahapan Pelaksanaan Aktivitas dan Sarana yang

Digunakan Termasuk Personalia Pelaksana

Tahapan pelaksanaan aktivitas mengontrol barang produksi terbagi dalam

beberapa tahap yaitu:

1. Membuka komputer, kemudian masuk ke google explore Ajinomoto

2. Membuka sistem RFWMS lalu memasukkan nama dan password.

3. Klik menu GR (Good Receiving) from production.


65

4. Lalu mengklikconsumption to SAP dan masukkan kode ke sistem

SAP

5. Memasukkan kode WD, Apakah angkanya/hasil produksi sudah

mencapai angka yang telah ditentukan di sistem tersebut.

6. Setelah itu mengecek O’Box apakah angkanya sudah mencapai angka

yang ada di komputer apa belum.

7. Jika sudah melanjutkan pengecekan di material film dengan

memasukkan kode film untuk ID PTPA.

8. Sarana yang Dipergunakan :

a. Lembar jadwal produksi Monosodium Glutamat (MSG)

b. Catatan khusus untuk mengontrol barang

c. Ballpoint

d. Seperangkat PC (Monitor, CPU, Keyboard, Mouse)

9. Personalia di Lapangan

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan oleh staff bagian OfficeF.I 2 yang

terdiri dari 4 orang Material Control dengan latar belakang

pendidikan SMA sederajat dan berpengalaman serta dengan beberapa

pelatihan program sistem RFWMS selama 1 bulan tergantung dengan

tingkat kesulitan dan mengikuti meeting antar department setiap 3

bulan sekali.
66

2.7.4 Permasalahan Yang Dihadapi

Permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan tersebut diatas dapat di

katakan tidak ada, karena sudah mendapatkan pengarahan yang cukup jelas dari

pembimbing PKL (Praktik Kerja Lapangan).

2.7.5 Pengalaman/Pengayaan yang Diperoleh Dari Aktivitas PKL

Pengalaman/Pengayaan yang diperoleh dari aktivitas mengontrol barang

produksi adalah dapat mempraktikkan secara langsung alur/proses kegiatan

mengontrol barang produksi dengan menggunakan sistem RFWMS di komputer.

2.8 Mengecek Jumlah Barang yang Telah Diproduksi

2.8.1 Tempat Penugasan

Kegiatan mengecek jumlah barang yang telah diproduksi dilaksanakan di

bagian Finishing GoodF.I 2 (Food Ingredient 2 Department) PT Ajinomoto

Indonesia.

2.8.2 Tujuan Aktivitas

Tujuan mengecek jumlah barang yang telah diproduksiadalah untuk

mengetahui jumlah produk yang telah diproduksi dengan berbagai ukuran

kemasan MSG.

2.8.3 Uraian Proses / Tahapan Pelaksanaan Aktivitas dan Sarana yang

Digunakan Termasuk Personalia Pelaksana

Tahapan pelaksanaan aktivitas mengecek jumlah barang yang telah

diproduksi :

1. Menerima data penerimaan barang produksi dari admin Food

Ingredient Control.
67

2. Mencatat di papan Daily Product Finish Goodtotal barang yang telah

diproduksi dengan berbagai ukuran kemasan Monosodium Glutamat

(MSG).

3. Mengecek jumlah barang yang harus diproduksi dengan jumlah

barang yang telah diproduksi di lembar jadwal produksi Monosodium

Glutamat (MSG).

4. Apabila jumlah barang produksi tidak memenuhi target yang telah

ditentukan maka ditulis menggunakan spidol berwarna merah di

papan Daily Product Finish Good. Tujuannya agar dapat diketahui

secara langsung jumlah produksi pada hari itu kurang memenuhi

target sehingga untuk hari selanjutnya jumlah produksi harus lebih

banyak dari hari sebelumnya.

5. Sarana yang digunakan :

a. Spidol warna hitam dan warna merah

b. Kalender

c. Outner

d. Papan tulis putih

6. Personalia di Lapangan

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan oleh staff bagian Finishing Good

F.I 2 yang terdiri dari 2 orang Material Control dengan latar belakang

pendidikan SMA sederajat dan berpengalaman serta dengan beberapa

pelatihan program sistem RFWMS selama 1 bulan tergantung dengan


68

tingkat kesulitan dan mengikuti meeting antar department setiap 3

bulan sekali.

2.8.4 Permasalahan Yang Dihadapi

Permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan tersebut diatas dapat di

katakan tidak ada, karena sudah mendapatkan pengarahan yang cukup jelas dari

pembimbing PKL

2.8.5 Pengalaman/Pengayaan yang Diperoleh Dari Aktivitas PKL

Pengalaman/Pengayaan yang diperoleh dari aktivitas mengecek jumlah

barang yang diproduksi adalah dapat mempraktikkan secara langsung alur/proses

mengecek jumlah barang yang diproduksi dengan baik.

2.9 Membuat GSN (Good Shipping Note)

2.9.1 Tempat Penugasan

Kegiatan membuat GSN (Good Shipping Note) dilaksanakan di bagian

admin Food Ingredient Control Office F.I 2 (Food Ingredient 2 Department)

PT Ajinomoto Indonesia.

2.9.2 Tujuan Aktivitas

Sebagai bukti pengiriman produk Monosodium Glutamate (MSG) dari

departement F.I 2 ke bagian DepartemenInventory Control (ICI)

2.9.3 Uraian Proses / Tahapan Pelaksanaan Aktivitas dan Sarana yang

Digunakan Termasuk Personalia Pelaksana

Tahapan pelaksanaan aktivitas membuat GSN (Good Shipping Note) :

1. Membuka komputer ke menu Outbound

2. Mengklik menu GSN (Good Shipping Note) lalu print (CTRL + P)


69

3. Setelah lembar menu GSN (Good Shipping Note) selesai di print,

tulis di pojok kiri atas nama department F.1 2 (Food Ingredient) .

4. Menulis nama petugas lapangan yang bertugas mengecek produksi.

5. Setelah itu masuk ke sistem SAP dengan memasukkan nama admin

Food Ingredient Control disertai dengan Password.

6. Kemudian memilih menu PGI to SAP kembali ke menu Outbound,

copy reffdokumen nomor lalu salin ke menu dokumen SAP.

7. Lalu mengklikPost to SAP, klik OK.

8. Dokumen akan tercetak serta status akan berubah menjadi “Check

Out / Check In” serta di admin Invetory Control status secara

otomatis akan berubah .

9. Sarana yang Dipergunakan :

a. Seperangkat PC (Monitor, CPU, Keyboard, Mouse)

b. Mesin Printer

c. WI-FI

d. Ballpoint

e. Telepon

10. Personalia di Lapangan

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan oleh staff bagian Finishing Good

F.I 2 yang terdiri dari 1 orang Material Control dengan latar

belakang pendidikan SMA sederajat dan berpengalaman serta

dengan beberapa pelatihan program sistem RFWMS selama 1 bulan


70

tergantung dengan tingkat kesulitan dan mengikuti meeting antar

department setiap 3 bulan sekali.

2.9.4 Permasalahan Yang Dihadapi

Permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan tersebut diatas dapat di

katakan tidak ada, karena sudah mendapatkan pengarahan yang cukup jelas dari

pembimbing PKL (Praktik Kerja Lapangan).

2.9.5 Pengalaman/Pengayaan yang Diperoleh dari Aktivitas PKL

Pengalaman/Pengayaan yang diperoleh dari aktivitas membuat GSN

(Good Shipping Note) adalah dapat mempraktikkan secara langsung alur/proses

cara membuat GSN (Good Shipping Note) sampai pada tahap pencetakan GSN

(Good Shipping Note) dengan baik.

2.10 Membuat Absensi Karyawan di F.I 2 (Food Ingredient2 Departement)

PT Ajinomoto Indonesia.

2.10.1 Tempat Penugasan

Kegiatan membuat absensi karyawan dilaksanakan di bagian admin Food

Ingredient Control Office F.I 2 (Food Ingredient 2 Department) PT Ajinomoto

Indonesia.

2.10.2 Tujuan Aktivitas

Tujuan membuat absensi karyawan di F.I 2 (Food Ingredient 2

Department) adalah untuk membentuk kedisiplinan karyawan dan sebagai lembar

penilaian kinerja karyawan.


71

2.10.3 Uraian Proses / Tahapan Pelaksanaan Aktivitas dan Sarana yang

Digunakan Termasuk Personalia Pelaksana

1. Menyalakan komputer lalu membuka Ms. Excel

2. Membuat nomor urut absensi pegawai

3. Lalu mengisi nama, beserta jabatan pegawai yang ada di departemen

F.I 2 (Food Ingredients 2).

4. Dalam mengisi nama pegawai diurutkan berdasarkan tingkat jabatan

tertinggi

5. Setelah mengisi nama dan jabatan pegawai, lalu membuat kolom

untuk tempat tanda tangan

6. Setelah itu di print.

7. Personalia di Lapangan

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan oleh staff bagian Finishing Good

F.I 2 yang terdiri dari 2 orang Material Control dengan latar belakang

pendidikan SMA sederajat dan berpengalaman serta dengan beberapa

pelatihan program sistem RFWMS selama 1 bulan tergantung dengan

tingkat kesulitan dan mengikuti meeting antar department setiap 3

bulan sekali.

2.10.4 Permasalahan Yang Dihadapi

Permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan tersebut diatas dapat di

katakan tidak ada, karena sudah mendapatkan pengarahan yang cukup jelas dari

pembimbing PKL (Praktik Kerja Lapangan) dan telah mempelajari mata kuliah
72

kesekretariatan yang mana didalamnya termasuk cara membuat data melalui Ms.

Excel.

2.10.5 Pengalaman/Pengayaan yang Diperoleh Dari Aktivitas PKL

Pengalaman/Pengayaan yang diperoleh dari aktivitas membuat absensi

karyawan adalah dapat mempraktikkan secara langsung pembuatan absensi

karyawan melalui Ms. Excel sampai pada proses pencetakan lembar absensi

karyawan.
BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan

PT Ajinomoto Indonesia merupakan salah satu perusahaan besar yang

bergerak di bidang produksi Monosodium Glutamate (MSG) yang didirikan pada

tahun 1969 dan mulai beroperasi tahun 1970. Tahun 1987 PT Ajinex

Internasional didirikan dan mulai beroperasi pada tahun 1989.Pabrik ini

berlokasi di Jalan Raya Mlirip-Jetis, Desa Jetis, Kecamatan Jetis, Kabupaten

Mojokerto, Jawa Timur. Selama melaksanakan kegiatan praktek kerja lapangan,

telah di dapatkan pengalaman baru yang di peroleh dari praktek secara langsung

di perusahaan, antara lain:

1. Peserta dapat mengetahui dan mempelajari berbagai macam kegiatan

yang terdapat di dalam perusahaan tempat pelaksanaan Praktek Kerja

Lapangan.

2. Peserta mempelajari kegiatan yang dilakukan di F.I 2 (Food Ingredients 2

Departement) PT Ajinomoto Indonesia.

3. Peserta dapat mengetahui dan mempelajari hal baru mengenai

pengelolaan data Material Handling dan pengelolaan data GSN (Good

Shipping Note)di F.I 2 (Food Ingredients2 Departement) PT Ajinomoto

Indonesia.

4. Peserta juga mendapatkan kesempatan untuk mempelajari bagaimana

melakukan penggandaan data dengan menggunakan mesin stensil dan

melakukan pengontrolan barang yang sudah produksi.


73
74

5. Peserta Peserta mendapat pengalaman untuk meningkatkan keterampilan

dapat pula di gunakan sebagai modal dalam melakukan pekerjaan apabila

terjun di dalam masyarakat.

3.2Saran

3.2.1.Bagi PT Ajinomoto Indonesia

Beberapa saran yang ditujukan untuk Jurusan Administrasi Niaga

Politeknik Negeri Malang, antara lain:

1. Di harapkan PT Ajinomoto Indonesia senantiasa akan bersedia

menerima mahasiswa Politeknik Negeri Malang khususnya Jurusan

Administrasi Niaga untuk pelaksanaan PKL (Praktik Kerja

Lapangan) pada angkatan berikutnya.

2. Kepada PT Ajinomoto Indonesia penulis berharap agar tidak bosan-

bosannya memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis

dan para peserta PKL (Praktik Kerja Lapangan) yang akan datang.

3.2.2.Bagi Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Malang

Beberapa saran yang ditujukan untuk Jurusan Administrasi Niaga

Politeknik Negeri Malang, antara lain:

1. Tetap menjaga hubungan baik yang telah terjalin dengan PT

Ajinomoto Indonesia.

2. Memberikan mata kuliah administrasi perkantoran lebih intensif agar

mahasiswa lebih memahami seluk beluk administrasi perkantoran

dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai