i
KEPRIBADIAN ORANG MELAYU DALAM
MASYARAKAT
Makalah Kelompok
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Akhir Semester Mata Kuliah
Tamadun dan Tunjuk Ajar Melayu, Semester II (kls. 03) Program Studi Akuntansi FE UMRAH
TANJUNGPINANG-KEPULAUAN RIAU
Dosen Pengajar/Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, nikmat serta karunia-
Nya yang tak ternilai dan tak dapat dihitung sehingga kami bisa menyusun dan menyelesaikan
makalah ini. Makalah yang berjudul “Kepribadian Orang Melayu dalam Bermasyarakat”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tamadun dan Tunjuk Ajar Melayu.
Makalah ini berisikan mengenai bagaimana kepribadian orang Melayu. Masalah yang
diangkat mulai dari sifat-sifat orang Melayu yang kadang dianggap keliru oleh masyarakat non
Melayu.
Adapun, penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
kami menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini. Kami
pun berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan sarannya yang bersifat
membangun kepada kami agar di kemudian hari kami bisa membuat makalah yang lebih
sempurna lagi.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada segala pihak yang tidak bisa disebutkan
satu-persatu atas bantuannya dalam penyusunan makalah ini.
HALAMAN COVER..................................................................................................i
HALAMAN KATA PENGANTAR..........................................................................ii
HALAMAN DAFTAR ISI.........................................................................................iii
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................1
B. ALASAN PENULISAN MAKALAH....................................................................1
C. PENGERTIAN JUDUL..........................................................................................1
a. Pengertian Kepribadian.......................................................................................1
b. Pengertian Orang Melayu...................................................................................1
D. PERMASALAHAN..................................................................................................2
a. Pembeberan Masalah............................................................................................2
b. Pembatasan Masalah.............................................................................................2
c. Rumusan Masalah.................................................................................................2
E. JAWABAN MASALAH.............................................................................................2
F. TUJUAN DAN KEGUNAAN (MANFAAT) PENULISAN MAKALAH..................2
a. Tujuan Penulisan Makalah........................................................................................2
b. Manfaat Penulisan Makalah.......................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
KEPRIBADIAN ORANG MELAYU DALAM MASYARAKAT....................................3
iii
2. Macam-macam Tunjuk Ajar Sifat Sederhana.........................................16
E. SIFAT MEMPERTAHANKAN HARGA DIRI.............................................17
1. Kejujuran.....................................................................................................17
2. Macam-macam Tunjuk Ajar Sifat Kejujuran............................................18
3. Keberanian...............................................................................................19
4. Macam-macam Tunjuk Ajar Sifat Keberanian....................................20
5. Sifat sentimentil dan Riang..................................................................21
6. Pola Menghormati dan Saling Memberi............................................21
F. PANDANGAN MELAYU JAUH KEDEPAN.................................................22
BAB III
PENUTUP.......................................................................................................................24
A. KESIMPULAN..................................................................................................24
B. SARAN-SARAN...............................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................25
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagai warga negara dari suatu kedaulatan bangsa orang melayu merupakan salah satu
suku dinegara ini, mengikuti warisan adat budaya yang dijunjung tinggi sejak dulu serta
berkepribadian dan bertingkah laku sesuai dengan adat istiadat yang diperlakukan. Dengan
demikian adat yang berlaku dalam kehidupan orang melayu tidak menyimpang dari aturan dan
hukum islam.
Dalam masyarakat Melayu, cirri kepribadian orang Melayu pada umumnya tidak lepas dari
cara orang Melayu melihat lingkungan sekitarnya atau dunia sekelilingnya, melihat dirinya
sendiri, kesadaran agamanya, kesadaran terhadap kebutuhan hidup sehari-hari, maupun
kesadarannya ditengah-tengah orang lain atau orang asing. Semua itu sesuai dengan tuntunan
adat dan istiadatnya.
Hal ini perlu dikemukakan karena orang non Melayu kadang keliru dalam menilai
kepribadian orang Melayu. Seperti sebagian orang ada yang beranggapan bahwa orang melayu
itu perajuk, karena apabila tersinggung mereka menjauhkan diri dari kita dan tidak segan-
segan bereaksi kasar. Jadi, dalam makalah ini penulis akan membahas secara luas mengenai
sifat kepribadian orang Melayu dalam masyarakat.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tamadun dan Tunjuk Ajar
Melayu. Dan makalah ini juga disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk
mengikuti Ujian Akhir Semester II.
C. PENGERTIAN JUDUL
1. Pengertian Kepribadian
Menurut KBBI, kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang
yang membedakannya dengan orang lain.
Orang Melayu adalah orang yang berbahasa Melayu, beragama Islam dan
mengamalkan budaya Melayu serta tinggal ditanah Melayu.
Jadi, kepribadian orang Melayu adalah suatu sifat yang dimiliki orang Melayu yang
membedakan orang Melayu ini dengan orang lainnya.
1
D. PERMASALAHAN
a. Pembeberan masalah
Masyarakat non Melayu kadang keliru dalam menilai kepribadian orang Melayu.
Seperti sebagian orang ada yang beranggapan bahwa orang melayu itu perajuk, karena
apabila tersinggung mereka menjauhkan diri dari kita dan tidak segan-segan bereaksi
kasar. Jadi dalam makalah ini penulis akan membahas secara luas mengenai sifat
kepribadian orang Melayu dalam masyarakat. Untuk menghindari kesalapahaman dan
anggapan-anggapan yang tidak benar terhadap masyarakat Melayu.
b. Pembatasan masalah
Untuk mempermudah dan terarahnya penelitian ini, maka penulis membatasi
permasalahan penelitian hanya tentang ciri-ciri kepribadian orang Melayu saja.
c. Rumusan masalah
Dari permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa
pertanyaan yang menjadi pembahasan dalam makalah ini, yaitu :
1. Bagaimana sifat merendah diri orang Melayu?
2. Bagaimana sifat pemalu dan penyegan orang Melayu?
3. Bagaimana sifat suka damai atau toleransi orang Melayu dalam bermasayarakat?
4. Bagaimana sifat sederhana masyarakat Melayu?
5. Bagaimana sifat memepertahankan harga diri orang Melayu dalam bermasyarakat?
6. Bagaimana pandangan masyarakat Melayu jauh kedepan?
E. JAWABAN MASALAH
Penyebab orang melayu terkadang bersikap kasar jika tersinggung dan dihina dihadapan
orang lain karena mereka memiliki sifat pemalu. Malu adalah sifat yang dijunjung tinggi oleh
orang Melayu. Orang tua-tua mengatakan “kalau malu sudah hilang, hidupnya sama dengan
binatang”. Sifat pemalu orang Melayu merupakan sifat yang menjaga harga diri (martabat).
Sifat ini tercermin dalam sikap dan tingkah laku mereka. Oleh karena itu, orang Melayu
memiliki sifat kelihatan acuh tak acuh dan kurang berambisi atau tidak bergairah. Karena sifat
ini pula orang Melayu tidak mau ditegur, dimaki, ataupun dicerca dan apabila merasa
tersinggung, atau merasa terhina dihadapan banyak orang, maka sifat segannya akan hilang
dan dapat bereaksi dengan kasar untuk mempertahankan harga diri.
Sifat merendah diri berbeda dengan sifat rendah diri yang memiliki makna yang
negatif. Kata rendah diri adalah sikap yang menunjukkan ketidakmampuan seseorang
untuk eksis dan kurang percaya diri. Rendah diri adalah sikap pengabaian akan potensi
besar yang ada dalam diri setiap manusiadan merupakan simbol untuk sikap dan perilaku
yang tidak mau berkembang dan maju. Sedangkan merendah diri memiliki arti yang
positif, yaitu sikap yang tidak sombong atau pamer dengan kelebihan yang dimiliki. Atau
dengan kata lain ialah suatu sifat yang mengakui kebenaran dan menerimaa kebenaran
tersebut, tiada rasa sombong dengan segala yang ada pada dirinya dan merasa rela hati
karena dapat menerima kebenarannya. Orang yang memiliki sifat ini sesuai dengan
pepatah yang berbunyi “ Seperti padi kian berisi kian merunduk” yang berarti semakin
tinggi ilmu yang dimiliki seseorang semakin rendah hatinya.
Sifat merendah merupakan sifat yang menjadi tuntutan utama dalam pergaulan orang
Melayu. Orang yang selalu merendah berarti tahu diri dan sadar diri. Sifat ini tercermin
pada sikap yang tertib, sopan, dan hormat. Sikap-sikap tersebut tampak pada gerak-gerik
dan tutur-bahasanya, terutama bila berhadapan dengan kaum kerabat atau anggota
masyarakat yang lebih tua, bahkan terhadap orang asing. Sikap merendah tidak sama
dengan sikap menghina-hina diri. Dengan sikap merendah, seseorang justru menjaga
martabat (harga diri). Orang Melayu tidak mau dibenci masyarakat karena sikap dan
tingkah laku atau tutur bahasa yang tidak memperhatikan martabat diri. Sikap itu
menunjukkan bahwa seseorang tidak tahu diri dan tidak tahu diuntung. Sifat merendah
tampak jelas dalam pepatah Melayu(Ahmad,1964:43).
Salah satu sifat terpuji orang melayu yaitu rendah hati secara turun temurun kekal
dalam kehidupan mereka sebagai jati dirinya. Konon kata melayu itu sendiri berasal dari
kata “ melayukan” diri yang berarti rendah hati, berlaku lemah lembut dan berbuat ramah
tamah. Oleh karena itu, orang Melayu umumnya menjauhi sifat angkuh, mengelakkan
3
sombong, menghindari berkata kasar, dan tidak mau membesarkan diri. Orang tua-tua
mengatakan, “adat Melayu merendah selalu”. “Merendah” yang dimaksud disini adalah
merendahkan hati, bermuka manis dan berlembut lidah, “tidak rendah diri” atau pengecut.
Sifat rendah hati adalah cerminan dari kebesaran hati, ketulusikhlasan, tahu diri dan
menghormati orang lain.
Sikap merendah orang melayu tidak hanya ditujukan kepada orang yang lebih tua,
orang besar, pemuka adat, dan alim ulama, tetapi juga ditujukan kepada penghuni alam
sekelilingnya. Oleh karena itu, jika seseorang melewati tempat angker, ia akan merendah
dengan berkata , “Tabik Datuk, anak cucu numpang lalu”. Menurut orang Melayu, dengan
merendah ia akan selamat. Begitu juga dengan seseorang yang takut seorang diri di hutan
atau di laut, ia akan selamat.
Adapun kebalikan dari sifat merendah diri adalah sifat yang suka memamerkan
kekayaan. Orang yang dengan sengaja menonjolkan harta, pangkat, kepandaian, keturunan
dan kedudukan lazim disebut sebagai orang yang besar kepala, bengak, sombong, pongah,
besar mulut, tinggi hati, tak tahu diri dan sebagainya. Orang tua-tua mengatakan pula,
“siapa suka berlagak sombong, dadanya hampa kepalanya kosong”. Orang dengan sifat-
sifat seperti itu tidak disenangi oleh masyarakat, bahkan direndahkan dalam pergaulan.
Nama Melayu sering dikaitkan dengan sifat orangnya yang merendah, melayu-layukan
diri seperti bunga atau daun yang layu, karena bunga yang kelopaknya layu pasti melempai
atau terkulai ke bawah. Lawan dari sifat merendah adalah sifat yang suka menonjolkan
diri, sombong, serta merasa serba pandai. Sifat-sifat ini paling dibenci orang Melayu.
Orang Melayu tidak boleh telajak kata, tidak boleh hidung tinggi, tidak boleh hidup
mengganjil, tidak boleh menunjuk pandai, tidak boleh berjalan mendada dan tidak boleh
songkok senget. Pendeknya, tidak boleh sombong dan besar cakap(Ahmad,1964:39).
Sikap orang melayu yang mengutamakan sifat “Rendah Hati” dapat disimak dari
ungkapan tunjuk ajar berikut:
4
Apa tanda melayu jati
Budi halus dan rendah hati
5
Apa tanda melayu beradat
Hatinya rendah, mensyukuri nikmat
6
Barang siapa memelihara martabat
Sesama manusia berlaku hormat
7
Kalau hidup besar cakap
Lambat laun masuk perangkap
Sifat pemalu merupakan sifat yang menjaga harga diri (martabat). Sifat ini tercermin
dalam sikap dan tingkah laku, seperti segan meminta bantuan, segan menonjolkan diri,
segan mengadukan kesusahan, segan mengambil muka, segan berebut (tamak), segan
mendahului orang tua, dan sebagainya. Oleh karena itu, orang Melayu kelihatan acuh tak
acuh dan kurang berambisi atau tidak bergairah. Karena sifat ini pula orang Melayu tidak
mau ditegur, dimaki, dan dicerca di hadapan banyak orang. Apabila merasa tersinggung,
malu atau merasa terhina (diruntuhkan air mukanya) dihadapan banyak orang, maka sifat
segannya akan hilang dan dapat bereaksi dengan kasar untuk mempertahankan harga diri.
Malu adalah sifat yang dijunjung tinggi oleh orang Melayu. Orang tua-tua mengatakan
“kalau malu sudah hilang, hidupnya sama dengan binatang”. Malu yang dimaksud disini
adalah malu berbuat kejahatan, malu mengerjakan pekerjaan tercela, malu berkaata kasar,
malu menyombong, malu menipu, malu berkhianat, malu berdurhaka, malu menjilat, malu
mengambil muka, malu merampas hak orang lain, malu berbuat semena-mena, malu
melepaskan kewajiban dan tanggungjawab, malu membuka aib orang.
Orang tua-tua menjelaskan pula, bahwa ada malu yang disuruh dan ada pula malu yang
dilarang. Malu yang harus dikerjakan pada hakikatnya adalah malu melakukan atau
berbuat yang tidak baik. Malu yang dilarang atau malu yang dipantangkan ialah malu yang
merugikan, misalnya malu mengakui kebodohan diri sendiri, malu menuntut ilmu, malu
mengakui kesalahan, malu melakukan pekerjaan kasar yang halal, malu bergaul, malu
berkata benar, malu meminta petuah dan amanah. Orang tua mengatakan:
8
Kalau malu berbuat ibadah, dunia akhirat hidupnya tersesat
Kalau malu bekerja, hidup pun sengsara
Kalau malu meminta nasehat, dunia akhirat hidup sengsara
Kalau malu beramal, alamat mati tak berbekal
Merujuk pada acuan tersebut, maka orang melayu melarang malu dijalan kebaikan dan
menyuruh malu berbuat keburukan. Dalam kehidupan orang Melayu, orang tidak beraib
maka alamatlah hina. Orang ini dianggap rendah, hina, dan disamakan dengan hewan.
Oleh karenannya, orang melayu berusaha memelihara sifat malu sepanjang hayatnya.
Orang tua-tua mengatakan, amatlah buruk perangai orang yang menyingkap aib malu
orang, sedangkan ia tidak menyadari aib malu sendiri. Mereka juga mengatakan bahwa
hidup tidak beraib sama artinya dengan hidup durjana, yakni menyalahi agama, adat
norma-norma sosial yang bernilai luhur. Di dalam ungkapan dikatakan:
9
Apa tanda melayu jati
Memelihara malu sepenuh hati
10
Dalam untaian pantun dikatakan:
Tunjuk ajar Melayu mengajarkan agar setiap anggota masayarakat selalu berprasangka
baik terhadap sesama makhluk. Orang tua-tua mengatakan, “adat orang baik-baik, selalu
berprasangka baik”. Mereka menjelaskan, bahwa dengan berprasangka baik persatuan
serta kesatuan masyarakat dan bangsa serta kerukunan dalam kehidupan sehari-hari akan
terpelihara. Sebaliknya, apabila hidup penuh dengan kecurigaan dan berprasangka buruk
hanya akan menumbuhkan saling fitnah memfitnah, tomah menomah, iri mengiri, dengki
mendengki, dan sebagainya yang dapat menimbulkan perpecahan dan permusuhan. Hal ini
dapat pula menggoyahkan persatuan, kesatuan dan kerukunan masyarakat.
Bagi orang Melayu ia tahu diri. Ia selalu menghargai orang lain, sebgaimana
menghargai dirinya sendiri. Oleh karena itu, ia selalu terbuka dan berlapang dada. Setiap
orang yang datang ke kampung halamannya selalu diberi pertolongan. Mereka
beranggapan, orang tidak boleh tidur di jalan atau minum di sumur. “Biar rumah sempit,
tapi hatinya lapang”. Orang yang pandai menghargai orang lain adalah orang yang berhati
mulia. Kebaikan hati orang akan meningkatkan harga atau martabat diri, sekaligus
martabat kampung halamannya.
Akibat dari sifat toleransi ini, orang Melayu sangat senang bertolak ansur, tidak
cerewet atau banyak cing-cong, dan gampang berurusan. “Cincai-cincailah”, kata orang
Cina. Sifat suka bertolak ansur dan cerewet ini menyebabkan orang Melayu disegani para
pendatang. Sifat ini juga menyebabkan orang Melayu suka mengalah, karena orang
11
Melayu tidak mau ribut dan berselisish paham, yang akan menyebabkan harga dirinya
luntur.
Orang tua-tua dulu mengingatkan, walaupun orang berprasangka buruk, tetapi orang
Melayu hendaklah tetap berprasangka baik kepada orang lain tanpa memandang suku dan
bangsa. Ungkapan adat mengatakana, “ apa tanda orang mulia, berbaik sangka sesama
manusia”. Dalam ungkapan lain dikatakan, “ siapa hidup berbaik sangka hidup , dunia
akhirat hidup sentosa”. Sebaliknya, orang yang selalu berprasangka buruk terhadap orang
lain akibatnya akan dibenci dan dipantangkan. Orang tua-tua juga mengatakan, “ siapa
hidup bersangka buruk, dunia akhirat kena kutuk”.
Acuan diatas menyebabkan orang Melayu selalu berprasangka baik kepada siapa saja.
Mereka dengan ikhlas dan berlapang dada menyambut kedatangan orang lain dan berusaha
untuk membantu dan menyenangkannya.
12
Dalam ungkapan lain dikatakan :
Adat hidup orang bertuah,
Kepada orang berbaik sangka.
Orang tua-tua melalui tunjuk ajarnya mengingatkan pula tentang keburukan sifat orang
yang berprasangka buruk dan berhati jahat teehadap sesama manusia.
Dalam ungkapan tunjuk ajar dikatakan :
Siapa suka bersangka buruk,
Budinya jahat hatinya busuk,
Siapa suka bersangka buruk,
Dunia akhirat badan terpuruk.
3. Sifat Pemaaf dan Pemurah
Sifat pemaaf dan pemurah amat dimuliakan dalam kehidupan masyarakat Melayu.
Orang tua-tua mengatakan, bahwa sifat ini mencerminkan kesetiakawanan sosial yang
tinggi, menggambarkan rendah hati, ikhlas, tidak pendendam, bertenggang rasa dan
berbudi luhur. Dalam ungkapan adat dikatakan, “siapa taat memeluk agama Islam,
dendam kesumat ia haramkan” atau “siapa setia memegang adat, dendam kesumat ia
pantangkan”. Ungkapan lain menyebutkan “siapa pemurah hidup bertuah” dan “siapa
pemaaf beroleh berkah”.
Dalam kehidupan sehari-hari, orang Melayu memelihara kerukunan masyarakatnya
dengan berlapng dada, pemaaf, pemurah dan bertenggang rasa untuk menjauhkan
munculnya bibit permusuhan antar sesama. Oleh karenanya, setiap terjadi perbedaan
pendapat atau perselisihan hendaklah cepat diredam dengan cara saling memaafkan.
Secara arif, orang Melayu mengatakan, “ bunga api jangan dibiarkan merebak membakar
negeri”, maksudnya bibit permusuhan ataupun dendam kesumat jangan dibiarkan
berkembang didalam kehidupan bermasyarakat supaya tidak menimbulkan kebiasaan
buruk bagi kehidupan masyarakatnya.
Acuan ini menyebabkan sifat pemaaf, sikap pemurah, sikap tenggang rasa, dan sikap
kesetiakawanan amat dimuliakan. Sebaliknya sifat yang membangkang, tidak mau
bermaafan, mau menang sendiri, dan keras kepala dianggap sebagai sifat-sifat buruk dan
menyalahi ajaran agama serta adat istiadatnya. Tunjuk ajar Melayu mengatakan pula
keburukan orang yang tidak mau memaafkan orang lain, pendendam, dan tidak mau
menyadari kesalahan sendiri. Dalam ungkapan dikatakan :
13
memaafkan. Cara inilah yang mampu mewujudkan kehidupan yang aman, tertib dan
sejahtera.
Dalam ungkapan tunjuk ajar dikatakan :
Adat hidup Melayu jati,
Elok pemurah elok pekerti
Di dalam bait syair dikatakan :
Wahai ananda cahaya mata,
Dengarlah pesan Ayah dan Bunda,
Supaya hidupmu selamat sejahtera,
Murahkan hati lapangkan dada.
Dalam untaian pantun dikatakan :
Bila redup si matahari
Pergi ke laut menjala udang
Bila hidup bermurah hati
Budi lembut hidup terpandang
Orang yang tidak mau mengulurkan tangan untuk menolong orang lain, tidak mau
merasakan penderitaan orang lain, tamak dan loba disebut kedekut dan terkunci tangan.
Orang seperti ini dianggap buruk. Sebagaimana tercermin dalam ungkapan tunjuk ajar :
Orang kedekut, matai hanyut
Orang kedekut, matinya semprot
Orang kedekut, mati mengerekot
Orang kedekut, mati takut
Orang Melayu saling menghormati, saling memeberi, saling pengertian, saling
menerima pendapat orang lain sesuai nilai-nilai dan budaya yang berlaku serta melakukan
perbuatan yang baik kepada orang lain.
Akibat dari sifat toleransi ini orang Melayu sangat senang bertolak ansur, tidak cerewet
atau banyak bicara, dan gampang berurusan. Cincai-cincailah kata orang Cina. Sikap suka
bertolak ansur yang tidak cerewet itu menyebabkan orang Melayu suka mengalah, karena
orang Melayu tidak mau ribut dan berselisih paham, yang akan menyebabkan harga
dirinya luntur.
14
Dalam ungkapan lain dikatakan :
Apa tanda Melayu jati,
Hidup pemaaf dan murah hati.
Dalam untaian syair dikatakan :
Wahai ananda kekasih Ibu,
Mengaku salah janganlah malu,
Memaafkan orang jangan menunggu,
Hati pemurah menjauhkan seteru.
Dalam untaian pantun dikatakan :
Petang hari bintang pun terang
Bulan mengambang dilangit tinggi
Orang berbudi hidupnya tenang
Memaafkan orang bermurah hati
Dalam untaian lain dikatakan :
Siapa suka memaafkan orang,
Hati pemurah dadanya lapang.
D. SIFAT SEDERHANA MASYARAKAT MELAYU
1. Pengertian Sifat Sederhana
Sifat hidup sederhana merupakan prinsip hidup orang Melayu. Yang mana sifat ini
dianggap sebagai cerminan orang Melayu yang tahu diri dan tidak bermewah-mewah,
tetapi tidak pula melarat, miskin, atau melupakan tanggung jawab kehidupan di dunia.
Masyarakat Melayu senantiasa menjaga keseimbangan antara kebutuhan yang bersifat
lahir dan batin, serta menjaga keserasian antara hidup di dunia dan hidup di akhirat
nantinya.
Dalam ungkapan dikatakan, “kalau hidup mabuk dunia, di akhirat badan celaka” atau
“kalau hidup melupakan dunia, di akhirat bala menimpa”. Ungkapan ini bermakna bahwa
kalau seseorang hidup semata-mata karena mementingkan dunia, di akhirat akan mendapat
siksa. Sebaliknya, jika kita hidup melupakan kewajiban sebagai manusia yang berkeluarga,
berkaum, berbangsa, dan bernegara, di akhirat dia akan dimintai pertanggungjawaban dan
akan mendapat siksa. Oleh karena itu, hidup hendaklah serasi dan seimbang antara dunia
dan akhirat. Sikap inilah yang mewujudkan pola hidup sederhana.
Orang tua-tua Melayu menjelaskan, bahwa pola hidup sederhana tidaklah berarti sama
sekali menafikan dunia atau hidup miskin. Hidup sederhana adalah hidup yang tidak
berlebih-lebihan, tidak bermewah-mewahan, dan tidak melupakan kewajiban sebagai
hamba Allah. Hidup sederhana adalah hidup yang serasi dengan kemampuan masing-
masing sesuai dengan kesanggupannya dan memenuhi kebutuhan hidupnya secara wajar.
15
Orang Melayu selalu berpikir sederhana. Mereka tidak mau memikirkan suatu hal yang
rumit dan sulit. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Melayu tidak tamak, tidak
tergesa-gesa, dan periang. Selalu dapat menekankan perasaan suka bernyanyi lagu-lagu
sedih dan rentak gembira.
Sifat kesederhanaan ini juga berpangkal dari sifat tahu diri dan sadar diri. Orang
Melayu sadar bahwa hidup di dunia ini hanya sementara, segala isi di dunia adalah milik
Sang Pencipta. Disamping itu, sifat sederhana orang Melayu menyebabkan orang Melayu
tidak memiliki skala besar dalam berusaha dan bersaing dengan orang lain yang datang ke
daerah Melayu.
Ada pandangan orang Melayu yang dinilai negatif yaitu pandangan bahwa kemiskinan
merupakan warisan keturunan yang tidak dapat diubah. Pandangan ini terlihat dalam
pepatah yang berbunyi, “rezeki secupak tak akan dapat jadi segantang”. Dalam untaian
syair dikatakan :
Jangan banyak pikir-memikir
Tak dapat dimungkar
Nasib nak mskin tentulah fakir
Bolehlah tadbir menyelahi takdir
Rezeki secupak sudah terbentang
Kemana dikejar tak dapat digantang
Nasib berhutang mesti berhutang
Janji nak malang, malanglah datang
2. Macam-macam Tunjuk Ajar Sifat Sederhana
Acuan mengenai hidup sederhana dalam tunjuk ajar Melayu dapat disimak dari
ungkapan berikut :
Apa tanda Melayu jati,
Bermewah-mewah ia tak sudi.
Dalam ungkapan lain dikatakan :
Apa tanda Melayu jati,
Dunia akhirat hidup serasi.
16
Hidup diakhirat wajib disiapkan
Supaya hidupmu diridhai Tuhan
17
2. Macam-macam Tunjuk Ajar Sifat Kejujuran
Dalam untaian ungkapan tunjuk ajar melayu keutamaan kejujuran digambarkan antara
lain:
Tunjuk ajar melayu juga banyak menggambarkan keburukan orang-orang yang tidak
jujur, tidak taat, dan khianat yang disebut sikap celak.
18
Dalam ungkapan disebut:
3. Keberanian
Orang melayu menjunjung tinggi sifat berani, ksatria, taat, dan setia. Orang tua-tua
mengatakan “adat jantan berani, adat perempuan lembut hati” dalam ungkapan lain
dikatakan “siapa berani, ia terpuji, siapa penakut, ia banyul”.
Tunjuk ajar melayu menunjukkan pula bahwa sifat berani yang dijunjung tinggi dan
dihormati adalah berani karena benar, berani pada yang baik, berani menegakkan keadilan,
berani menghapus arang di kening, berani di jalan Allah dan sebagainyayang bersifat
menuju dan mengacu pada kebaikan. Orang tua-tua mengingatkan pula supaya tidak
berani membabi buta dan melaang berani membela yang buruk,berani melanggar agama,
berani melanggar adat istiadat, dan sebagainya.
19
4. Macam-macam Tunjuk Ajar Sifat Keberanian
Sifat orang melayu yang mengutamakan sifat berani dapat disimak dari ungkapan
tunjuk ajar berikut:
Dalam bentuk tunjuk ajar melayu juga disebutkan bagaimana buruknya sifat pengecut,
tidak berani membela agama, takut membela keadilan, dan kebenaran, tidak berani
membela yang lemah, dan sikap sejenisnya. Orang yang tidak memiliki keberanian untuk
membela yang hak serta tidak berani membela keadilan dan kebenaran lazim disebut
“dayus” serta dihina oleh masyarakat.
20
5. Sifat Sentimentil dan Riang
Konsekuensi dari sifat tahu diri dan sadar akan harga diri menjadikan orang melayu
sangat sentimental. Oleh karena mereka tahu akan kekurangan dan derajatnya dalam
stratifikasi social, maka mereka selalun menekan perasaan. Keinginan dan hasratnya
ditahan agar harga dirina tidak hilang. Untuk menyalurkan gejolak perasaanya, mereka
mengungkapkannya dalam bentuk lagu-lagu sedih, serta dalam nada-nada dan rentak yang
sentimental. Akan tetapi mereka tidak larut dalam kesedihan yang tak
berkesudahanKesedihan dan kemalangan juga disalurkan dengan rentak dan nada
gembira, seperti tercermin dan lagu-lagu berirama joget, Patam-patam, Mainang, dan
Zapin. Orang melayu sadar bahwa meratapi kesedihan tidak akan mengubah nasib yang
sudah ditakdirkan. “Apa guna kita bersedih, lebih baik kita bersuka ria”. Inilah suatu
imbangan dari sifat sentimentil yang mewarnai corak watak kepribadian orang melayu.
Dengan kata lain pola saling menghormati dan saling memberi merupakan gejala
hakiki yang ditemukan dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Namun, gejala
tersebut bukan suatu aktivitas yang sama dan seragam dalam setiap masyarakat.
Pola saling memberi itu berbeda dan bervariasi, karena kebutuhan manusia untuk
saling memberi, saling membantu, dan saling mengasihi terbentuk dalam konteks nilai-
nilai budaya yang berlaku. Dengan demikian, setiap pola saling menghormati dan saling
memberi yang terdapat dalam setiap masyarakat manusia bersifat unik, yang berarti satu-
satunya dan tidak sama dengan yang lain. Begitu juga dengan pola saling menghormati
dan saling memberi yang terdapat didalam masyarakat melayu. Gejala tersebut tidak lepas
dari nilai-nilai adat-istiadat melayu yang membentuk karakter, serta perasaan-perasaan
yang menyertai setiap tindakan yang tampak dalam setiap interaksi.
Seperti telah disebutkan diatas pola saling menghormati dan saling memberi adalah
salah satu gejala sosial. Artinya, kegiatan tersebut terjadi dalam situasi interaksi seseorang
dengan orang lain atau sekelompok orang. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, pola
saling menghormati dan saling memberi yang hidup dalam masyarakat melayu tersebut
21
dikenal dengan istilah menanam budi, menabur budi, atau membuat budi. Ketiga istilah
tersebut memiliki arti yang sama.
Telah diuraikan sifat orang Melayu yang baik dan menyenangkan. Sifat-sifat yang
menyenangkan itu selalu terpancar dalam setiap interaksi sosial. Apabila salah seorang
yang sedang berkomunikasi merasa harga dirinya hilang, ia akan merasa tersinggung.
Dalam keadaan tersinggung, ia akan mengambil sikap protes dengan cara memutuskan
hubungan. Sikap ini dikenal dengan istilah merajuk.
Merajuk berarti menutup diri untuk membicarakan masalah-masalah yang
menyebabkan perasaanya tersinggung, sikap merajuk itu diperlihatkan oleh orang melayu
sebagai tanda tidak setuju terhadap sikap, tingkah laku, dan pandangan orang yang
menyinggung perasaanya. Apabila sikap merajuk yang diperlihatkan tidak dihargai,
bahkan diremehkan, maka ia akan mengambil sikap menjauhkan diri. Kadang-kadang ia
pindah ke kampung atau negeri lain.
Menjauhkan diri bertujuan untuk menghindarkan pertemuan dengan orang-orang yang
telah menyinggung perasaanya. Sikap merajuk atau menjauhkan diri diambil, apabila ia
merasa tidak perlu memperpanjang persoalan yang kurang berarti. Namun demikian,
apabila dalam interaksi terjadi pencemaran yang menjatuhkan harga diri seseorang, maka
hilangnya harga diri itu akan dijawab dengan sikap amuk atau mengamuk.
Amuk atau mengamuk ialah suatu sikap untuk membela harga diri yang telah
dicemarkan oleh seseorang. Harga diri dinilai tercemar apabila seseorang dipermalukan
dan tidak mudah dihapuskan dalam waktu singkat.
Sering orang tua-tua melayu mengajarkan agar masyarakat berpandangan jauh kedepan
dan berpikiran panjang. Mereka mengatakan bahwa hidup tidak hanya untuk masa silam dan
hari ini, tetapi juga amat penting untuk masa mendatang, baik kehidupan dunia maupun
kehidupan akhirat.
Dengan memandang jauh kedepan seseorang diharapkan memiliki wawasan yang luas,
pikiran panjang, dan perhitungan yang semakin cermat. Berpandangan jauh keedepan akan
menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap anak cucu, sehingga tindakan yang dilakukan
tidak semata-mata untuk kehidupan masa kini, tetapi juga memikirkan nasib anak cucunya.
Sebagai orang melayu kita harus menjunjung tinggi sifat-sifat melayu ini sehingga
kedepannya kita lebih baik bergauldenagn masyarakat, sehingga sifat-sifat tidak hilang di
kepulauan riau ini dan menjadi budaya melayu lebih terkenal di nasional bahkan di
internasional. Jika kita menjunjung tinggi adat melayu ini maka adat melayu kita tidak akan
diambil oleh Negara baik itu Malaysia baik pun Negara lainnya. Jadi, kita sebagai generasi
22
penerus tanamkan sifat-sifat ini didalam diri masing-masing sehingga bias lah terwujud
kepulauan riau tanah melayu.
Orang melayu selalu berbuat tang baik kepada orang lain dan selalu memupuk
persahabatan, kasihan dan ingin membantu serta selalu ingat dengan perbuatan baik. Dimana
semakin banyak menanam budi pekerti maka orang tersebut akan semakin mulia hatinya dan
semakin tinggi martabatnya. Karena baik dan buruknya watak dan perangai seseorang, selalu
dinilai dari budi pekerti yang diberikannya kepada orang lain. Masyarakat Melayu selalu
sangat memperhatikan dalam hal menanamkan dan membalas budi orang lain.
23
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari paparan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa sifat
kepribadian orang Melayu dalam masyarakat, yaitu sifat merendah diri, sifat pemalu atau
penyegan, sifat suka damai atau toleransi, sifat sederhana, sifat mempertahankan harga diri
dan pandangan melayu jauh ke depan. Sifat tersebut merupakan alasan orang Melayu
terkadang disalahpahami berkepribadian yang bukan sebenarnya. Yang mana sifat-sifat
tersebut kadang dianggap keliru oleh orang non Melayu yang belum mengenal kepribadian
orang Melayu yang sebenarnya sehingga menimbulkan perspektif yang tidak baik terhadap
kepribadian orang Melayu. Contoh orang Melayu akan berperilaku kasar bila disinggung
atau dihina dihadapan banyak orang bukan karena memang berkepribadian kasar tetapi
hanya karena ingin mempertahankan harga diri mereka.
B. SARAN
Semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca dan penulis serta dengan adanya
makalah ini semoga seluruh masyarakat yang non Melayu bisa mengetahui kepribadian
orang Melayu sebenarnya, sehingga tidak ada lagi kesalahpahaman.
24
DAFTAR PUSTAKA
Aa Gun. 2012. Antara Rendah Diri dan Merendahkan Diri. [Internet].
Bacaan Madani. 2017. Pengertian Malu, Contoh Sifat Malu dan Manfaat Malu Dalam
Islam. [Internet]. https://www.bacaanmadani.com/2017/08/pengertian-malu-contoh-
sifat-malu-dan.html?m=1
https://www.kompasiana.com/ciledugcity/550dcff08133116c2b1e559/antara-rendah-
diri-dan-merendah-diri
http://pamalayubabel.blogspot.com/2013/03/tunjuk-ajar-melayu-ii6-rendah-
hati.html?m=1
25