Anda di halaman 1dari 24

ABSTRAK

Kepuasaan mahasiswa di suatu perguruan tinggi dipengaruhi oleh beberapa


faktor, seperti gaya kepemimpinan, dan profesionalitas dosen. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan dan profesionalisme dosen terhadap
kepuasan mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Palangka Raya.
Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, dan menggunakan analisis data
deduktif. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Teknik
pengumpulan datanya dengan melakukan survey dengan menyebarkan angket/kuesioner
kepada responden dengan beberapa pertanyaan tertutup.

Penelitian ini penting untuk dilakukan agar dapat diketahui apakah benar ada
pengaruh yang signifikan dari gaya kepemimpinan dan profesionalisme dosen terhadap
kepuasan mahasiswa.

Kata kunci : gaya kepemimpinan, profesionalisme, dan kepuasan mahasiswa.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengertian pembelajararan dikemukakan oleh Gagne (1977) yaitu pembelajaran
adalah seperangkat peristiwa-peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung
beberapa proses belajar yang bersifat internal. Lebih lanjut, Gagne (1985)
mengemukakan teorinya lebih lengkap dengan mengatakan bahwa pembelajaran
dimaksudkan untuk menghasilkan belajar, situasi eksternal harus dirancang sedemikian
rupa untuk mengaktifkan, mendukung, dan mempertahankan proses internal yang
terdapat dalam setiap peristiwa belajar. Pembelajaran yang berkualitas sangat
tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajaran yang memiliki
motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut
akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur
melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain
pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas
guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah ada pengaruh gaya kepemimpinan dosen terhadap kepuasan mahasiswa?
2. Apakah ada pengaruh profesionalisme dosen terhadap kepuasan mahasiswa?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk menguji pengaruh gaya kemimpinan dosen terhadap kepuasan mahasiswa
2. Untuk menguji pengaruh profesionalisme dosen terhadap kepuasan mahasiswa

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Universitas
Penelitian yang akan dilakukan ini dapat dijadikan sebagai bahan studi
perbandingan selanjutnya dan akan menjadi sumbangsih pemikiran ilmiah dalam
melengkapi kajian-kajian yang mengarah pada kepuasan mahasiswa di perguruan tinggi
masing-masing.

2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini bisa menjadi sumber informasi terkait pengaruh gaya
kepemimpinan dan profesionalisme dosen terhadap kepuasan mahasiswa.

3. Bagi Peneliti
Melalui penelitian ini, penulis dapat memberikan gambaran praktek dari teori
yang selama ini diperoleh selama perkuliahan.

1.5 Batasan Penelitian


Agar kajian teori tidak meluas, maka peneliti membuat batasan penelitian
sebagai berikut:
a) Kepuasan mahasiswa dalam lingkup Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Palangka Raya
b) Gaya kepemimpinan dan profesionalisme dosen dalam lingkup Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Palangka Raya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


Untuk mendukung penelitian ini, maka penulis perlu mengemukakan teori-teori
yang berkaitan dengan permasalahan dan ruang lingkup pembahasan sebagai landasan
dalam penelitian ini. Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu gaya
kepemimpinan, profesionalisme dosen, dan kepuasan mahasiswa.

2.1.1 Teori Gaya Kepemimpinan

Salah satu pendekatan kontingensi utama pada kepemimpinan adalah Model


Kepemimpinan Situasional yang dikemukakan oleh Paul Hersey dan Kenneth Blanchard, dalam
Stonner (1996:171) mengatakan bahwa “Gaya kepemimpinan yang paling efektif bervariasi
dengan kesiapan karyawan. Hersey dan Blanchard mendifenisikan kesiapan sebagai keinginan
untuk berpretasi, kemauan untuk menerima tanggung jawab, dan kemampuan yang
berhubungan dengan tugas, keterampilan dan pengalaman. Sasaran dan pengetahuan dari
pengikut merupakan variabel penting dalam menentukan gaya kepemimpinan yang efektif.

Menurut Hersey dan Blanchard dikutip oleh Rivai (2014:16) menyatakan bahwa
hubungan antara pimpinan dan anggotanya mempunyai empat tahap/fase yang diperlukan
bagi pimpinan untuk mengubah gaya kepemimpinan-nya yaitu: Tahap pertama, pada kesiapan
awal perhatian pimpinan pada tugas sangat tinggi, anggota diberi instruksi yang jelas dan
dibiasakan dengan peraturan, struktur dan prosedur kerja. Tahap kedua adalah di mana
anggota sudah mampu menangani tugasnya, perhatian pada tugasnya sangat penting karena
bawahan belum dapat bekerja tanpa struktur. Kepercayaan pimpinan pada bawahan semakin
meningkat. Tahap ketiga di mana anggota mempunyai kemampuan lebih besar dan motivasi
berprestasi mulai tampak dan mereka secara aktif mencari tanggung jawab yang lebih besar,
pemimpin masih harus mendukung dan memberikan perhatian, tetapi tidak perlu lagi
memberikan pengarahan. Tahap keempat adalah tahap di mana anggota mulai percaya diri,
dapat mengarahkan diri dan pengalaman, pemimpin dapat mengurangi jumlah perhatian dan
pengarahan.

Model situasional ini menarik perhatian karena merekomendasikan tipe


kepemimpinan dinamis dan fleksibel, bukan statis. Motivasi, kemampuan, dan pengalaman
para karyawan harus terus menerus dinilai untuk menentukan kombinasi gaya mana yang
paling memadai dengan kondisi yang fleksibel dan berubah-ubah. Jadi pemimpin yang ingin
mengembangkan bawahannya, menaikkan rasa percaya diri mereka, dan membantu mereka
belajar mengenai pekerjaannya harus mengubah gaya kepemimpinan terus menerus.

Dalam teori ini masih mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya bila


manajer fleksibel dalam gaya kepemimpinannya, atau bila mereka dapat dilatih untuk
mengubah gaya mereka, dapat dianggap mereka akan efektif dalam berbagai situasi
kepemimpinan. Bila sebaliknya manajer relatif kaku dalam gaya kepemimpinan, mereka
akan bekerja dengan efektif hanya dalam situasi yang paling cocok yang gaya mereka
atau yang dapat disesuaikan agar cocok dengan gaya mereka. Kekakuan seperti itu akan
menghambat karier pribadi manajer yang menyebabkan tugas organisasi dalam mengisi
posisi manajemen tidak efektif.

2.1.2 Gaya Kepemimpinan


a. Pengertian Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan merupakan aspek penting untuk mencapai dan
meningkatkan keberhasilan kepemimpinan seseorang dalam suatu organisasi.

Menurut Thoha (2013:49) bahwa gaya kepemimpinan merupakan norma


perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba
mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Sedangkan Rivai (2014:42)
menyatakan gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan
untuk memengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula dikatakan
bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering
diterapkan oleh seorang pemimpin. Gaya kepemimpinan yang menunjukkan, secara
langsung maupun tidak langsung, tentang keyakinan seorang pimpinan terhadap
kemampuan bawahannya. Artinya gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi,
sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan
seorang pemimpin ketika ia mencoba memengaruhi kinerja bawahannya. Selanjutnya
menurut Stonner (1996:165) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah berbagai
pola tingkah laku yang disukai oleh pemimpin dalam proses mengarahkan dan
mempengaruhi pekerja.
Berdasarkan pengertian dari para ahli di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
gaya kepemimpinan adalah salah satu cara yang dipergunakan oleh seorang pemimpin
dalam mempengaruhi, mengarahkan dan mengendalikan perilaku orang lain untuk
mencapai suatu tujuan.

b. Macam-Macam Gaya Kepemimpinan


Keberhasilan seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku bawahan banyak
dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan. Beberapa ahli mengemukakan pendapat tentang
macam-macam gaya kepemimpinan, sebagai berikut :

a) Gaya kepemimpinan menurut Thoha (2013:49) mengatakan bahwa gaya


kepemimpinan terbagi menjadi dua kategori gaya yang ekstrem yaitu :
1. Gaya kepemimpinan otokratis, gaya ini dipandang sebagai gaya yang di
dasarkan atas kekuatan posisi dan penggunaan otoritas.
2. Gaya kepemimpinan demokratis, gaya ini dikaitkan dengan kekuatan personal
dan keikutsertaan para pengikut dalam proses pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan.

b) Gaya kepemimpinan menurut pendapat Hasibuan (2007:170) gaya kepemimpinan


dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan otoriter adalah jika kekuasaan atau wewenang, sebagian besar
mutlak tetap berada pada pimpinan atau kalau pimpinan itu menganut sistem sentralisasi
wewenang. Pengambilan keputusan dan kebijaksanaan hanya ditetapkan sendiri oleh
pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk memberikan saran, ide, dan
pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Orientasi kepemimpinannya
difokuskan hanya untuk peningkatan produktivitas kerja karyawan dengan kurang
memperhatikan perasaan dan kesejahteraan bawahan.

2. Kepemimpinan Partisipatif
Kepemimpinan Partisipatif adalah apabila dalam kepemimpinannya dilakukan
dengan cara persuasif, menciptakan kerja sama yang serasi, menumbuhkan loyalitas,
dan partisipasi para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar merasa ikut
memiliki perusahaan. Bawahan harus berpartisipasi memberikan saran, ide, dan
pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Pemimpin dengan gaya partisipatif
akan mendorong kemampuan bawahan mengambil keputusan. Dengan demikian,
pimpinan akan selalu membina bawahan untuk menerima tanggung jawab yang lebih
besar.
3. Kepemimpinan Delegatif
Kepemimpinan Delegatif apabila seorang pemimpin mendelegasikan
wewenangnya kepada bawahan dengan agak lengkap. Dengan demikian, bawahan dapat
mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa dalam
melaksanakan pekerjaannya. Pemimpin tidak peduli cara bawahan mengambil
keputusan dan mengerjakan pekerjaannya, sepenuhnya diserahkan kepada bawahan.
Pada prinsipnya pemimpin bersikap menyerahkan dan mengatakan kepada bawahan
inilah pekerjaan yang harus saudara kerjakan, saya tidak peduli, terserah saudara
bagaimana mengerjakannya asal pekerjaan tersebut bisa diselesaikan dengan baik.
Dalam hal ini bawahan dituntut memiliki kematangan dalam pekerjan (kemampuan) dan
kematangan psikologis (kemauan).

c) Gaya kepemimpinan menurut Sutikno (2014:35) mengatakan gaya kepemimpinan


atau perilaku kepemimpinan atau sering disebut tipe kepemimpinan. Tipe
kepemimpinan yang luas dikenal dan diakui keberadaanya adalah sebagai berikut
:
1. Tipe Otokratik
Tipe kepemimpinan ini menganggap bahwa kepemimpinan adalah hak
pribadinya (pemimpin), sehingga ia tidak perlu berkonsultasi dengan orang lain dan
tidak boleh ada orang lain yang turut campur. Seorang pemimpin yang tergolong
otokratik memiliki serangkaian karateristik yang biasanya dipandang sebagai
karakteristik yang negatif. Seorang pemimpin otokratik adalah seorang yang egois.
Seorang pemimpin otokratik akan menunjukan sikap yang menonjolakan keakuannya,
dan selalu mengabaikan peranan bawahan dalam proses pengambilan keputusan, tidak
mau menerima saran dan pandangan bawahannya.

2. Tipe Kendali Bebas atau Masa Bodo (Laisez Faire)


Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan otokratik.
Dalam kepemimpinan tipe ini sang pemimpin biasanya menunjukkan perilaku yang
pasif dan seringkali menghindar diri dari tanggung jawab. Seorang pemimpin yang
kendali bebas cenderung memilih peran yang pasif dan membiarkan organisasi berjalan
menurut temponya sendiri. Disini seorang pemimpin mempunyai keyakinan bebas
dengan memberikan kebebasan yang seluas-luasnya terhadap bawahan maka semua
usahanya akan cepat berhasil.

3. Tipe Paternalistik
Persepsi seorang pemimpin yang paternalistik tentang peranannya dalam
kehidupan organisasi dapat dikatakan diwarnai oleh harapan bawahan kepadanya.
Harapan bawahan berwujud keinginan agar pemimpin mampu berperan sebagai bapak
yang bersifat melindungi dan layak dijadikan sebagai tempat bertanya dan untuk
memperoleh petunjuk, memberikan perhatian terhadap kepentingan dan kesejahteraan
bawahannya. Pemimpin yang paternalistik mengharapkan agar legitimasi
kepemimpinannya merupakan penerimaan atas peranannya yang dominan dalam
kehidupan organisasi.

4. Tipe Kharismatik
Seorang pemimpin yang kharismatik memiliki karakteristik khusus yaitu daya
tariknya yang sangat memikat, sehingga mampu memperoleh pengikut yang sangat
besar dan para pengikutnya tidak selalu dapat menjelaskan secara konkrit mengapa
orang tersebut itu dikagumi. Hingga sekarang, para ahli belum berhasil menemukan
sebab-sebab mengapa seorang pemimpinmemiliki kharisma. Yang diketahui ialah
bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya penarik yang amat besar.
5. Tipe Militeristik
Pemimpin tipe militeristik berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer.
Pemimpin yang bertipe militeristik ialah pemimpin dalam menggerakan bawahannya
lebih sering mempergunakan sistem perintah, senang bergantung kepada pangkat dan
jabatannya, dan senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan. Menuntut disiplin
yang tinggi dan kaku dari bawahannya, dan sukar menerima kritikan dari bawahannya.

6. Tipe Pseudo-demokratik
Tipe ini disebut juga kepemimpinan manipulatif atau semi demokratik. Tipe
kepemimpinan ini ditandai oleh adanya sikap seorang pemimpin yang berusaha
mengemukakan keinginan-keinginannya dan setelah itu membuat sebuah panitia,
dengan berpura-pura untuk berunding tetapi yang sebenarnya tiada lain untuk
mengesahkan saran-sarannya. Pemimpin seperti ini menjadikan demokrasi sebagai
selubung untuk memperoleh kemenangan tertentu. Pemimpin yang bertipe pseudo-
demokratik hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal sebenarnya dia bersikap
otokratis. Pemimpin ini menganut demokrasi semu dan lebih mengarah kepada kegiatan
pemimpin yang otoriter dalam bentuk yang halus, samar-samar.

7. Tipe Demokratik
Tipe demokratik adalah tipe pemimpin yang demokratis, dan bukan kerena
dipilihnya sipemipin secara demokratis. Tipe kepemimpinan dimana pemimpin selalu
bersedia menerima dan menghargai saran-saran, pendapat, dan nasehat dari staf dan
bawahan, melalui forum musyawarah untuk mencapai kata sepakat.Kepemimpinan
demokratik adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis, dan terarah. Kegiatan-kegiatan
pengendalian dilaksanakan secara tertib dan bertanggung jawab. Pembagian tugas
disertai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang jelas, memungkinkan setiap
anggota berpartisipasi secara aktif.

2.2.2 Profesionalisme Dosen


a. Pengertian Profesionalisme
Untuk lebih memahami pengertian profesionalisme, terlebih dahulu diuraikan
tentang profesi, profesional dan profesionalisme. Pertama profesi, Soejipto dan Raflis
Kosasi mengutip pendapat Ornstein dan Levine menyatakan bahwa profesi adalah
jabatan, dia menulis beberapa tentang pengertian profesi yaitu:
a. Melayani masyarakat merupakan karir yang akan dilaksanakan sepanjang hayat
(tidak berganti-ganti pekerjaan).
b. Memerlukan bidang dan keterampilan tertentu di luar jangkauan khalayak
ramai (tidak setiap orang dapat melakukannya).
c. Memerlukan perhatian khusus dengan waktu yang panjang.

Dengan demikian kata profesi secara harfiah dapat diartikan dengan suatu
pekerjaan yang memerlukan keahlian dan ketrampilan tertentu, di mana keahlian dan
ketrampilan tersebut didapat dari suatu pendidikan atau pelatihan khusus. Adapun
pengertian profesi secara terminologi atau istilah, sesuai apa yang diungkapkan oleh
para ahli adalah sebagai berikut :
a. Roestiyah yang mengutip pendapat Blackington mengartikan bahwa pofesi
adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang terorganisir yang tidak mengandung
keraguaan tetapi murni diterapkan untuk jabatan atau pekerjaan fungsional.
b. Ahmad Tafsir yang mengutip pendapat Muchtar Lutfi mengatakan profesi
harus mengandung keahlian. Artinya suatu program harus ditandai dengan suatu
keahlian yang khusus untuk profesi itu.
c. M. Surya dkk, mengartikan bahwa profesional mempunyai makna yang
mengacu kepada sebutan tentang orang yang menyandang suatu profesi dan
sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai
dengan profesinya.
d. Syafrudin, mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah professional
adalah bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk
menjalankannya dan mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya.
Kedua, pengertian profesional adalah yang melakukan pekerjaan yang sudah
dikuasai atau telah dibandingkan baik secara konsepsional, maupun secara teknik atau
latihan. Mengacu pada berbagai pendapat ahli di atas, bahwa profesional secara istilah
dapat diartikan sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang khusus
dipersiapkan atau dididik untuk melaksanakan pekerjaan tersebut dan mereka mendapat
imbalan atau hasil berupa upah atau uang karena melaksanakan pekerjaan tersebut.
Dengan kata lain, profesional itu sendiri berarti orang yang melakukan pekerjaan yang
sudah dikuasai atau yang telah dibandingkan baik secara konsepsional, secara teknik
atau latihan.

Ketiga, istilah profesionalisme berasal dari profesional. Terdapat beberapa


konsep yang menjelaskan profesiolalisme seperti berikut.
a. Menurut Arifin Profession mengandung arti yang sama dengan kata accupation
atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau
latihan khusus. Profesionalisme berarti suatu pandangan bahwa suatu keahlian
tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang keahlian itu hanya diperoleh
melalui pendidikan khusus atau latihan.
b. Sedangkan Ahmad Tafsir mengatakan profesionalisme ialah faham yang
mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional.

Orang yang profesional adalah orang yang memiliki profesi, sedangkan profesi itu
harus mengandung keahlian artinya suatu program itu mesti dilandasi oleh suatu
keahlian khusus untuk profesi.

Profesionalisme dalam pendidikan tidak lain ialah seperangkat fungsi dan tugas
dalam lapangan pendidikan berdasarkan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan
dan latihan khusus di bidang pekerjaan yang mampu menekuni bidang profesinya
selama hidupnya. Mereka itu adalah para dosen yang profesional yang memiliki
kompetensi kependidikan berkat pendidikan atau latihan di lembaga pendidikan dosen
dalam jangka waktu tertentu. Profesioanalisme adalah mutu, kualitas dan tindak tanduk
yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional (Diknas, 2001: 897).
Dosen adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar
(Diknas, 2001: 377).
`
Dari beberapa pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa profesionalisme
merupakan suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut di dalam pengetahuan
dan teknologi dasar untuk diimplementasikan dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat.

b. Pengertian Dosen
Dosen (dari bahasa Sansekerta, Dosen yang juga berarti Dosen, tetapi artinya
harfiahnya adalah “berat”) adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa
Indonesia, Dosen umumnya merujuk Dosen profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik. Dosen merupakan sosok manusia yang menjadi panutan bagi anak didiknya dan
juga merupakan sebagai penentu arah bagi kemajuan suatu bangsa. Hal ini sebagaimana
dijelaskan bahwa Dosen adalah orang yang memiliki kemampuan untuk mengajar atau
orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar” (Diknas, 2001:
330). Jadi dosen adalah orang yang mendidik dan mengajar kepada Mahasiswa untuk
mengarahkan peserta didik dalam kehidupan yang akan datang yang lebih baik.

c. Pengertian Profesionalisme Dosen


Didasarkan pada beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
profesionalisme Dosen adalah seseorang yang melakukan pekerjaan mengajar dan
mendidik secara berkualitas sehingga tujuan yang ditetapkan dapat tercapai dengan
optimal. Profesionalisme Dosen didasarkan kepada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
18 Tahun 2007 tentang Dosen, yang menyatakan bahwasanya salah satu kompetensi
yang harus dimiliki oleh Dosen adalah kompetensi profesional. Kompetensi profesional
yang dimaksud dalam hal ini merupakan kemampuan Dosen dalam penguasaan materi
pelajaran secara luas dan mendalam.
Sejalan dengan kebijakan pemerintah melalui UU Nomor 14 Tahun 2005
tentang Dosen dan Dosen, khususnya dalam pasal 7 jelas mengamanatkan bahwa
pemberdayaan profesi Dosen diselenggarakan melalui pengembangan diri yang
dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif dan berkelanjutan dengan
menjunjung tinggi hak azasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan
bangsa dan kode etik profesi. Sementara dalam pasal 20 dijelaskan bahwa dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan, Dosen berkewajiban : (a) merencanakan
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan
mengevaluasi hasil pembelajaran; (b) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi
akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni; (c) bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas
dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar
belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; (d)
menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik Dosen, serta
nilai-nilai agama dan etika; dan (e) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan
bangsa.

b. Karakteristik Profesionalisme
Setiap profesi memiliki karakteristik profesionalismenya sendiri. Namun, secara
umum, terdapat ciri-ciri orang yang professional sebagai berikut: memiliki kemampuan
atau keterampilan di bidangnya, memiliki ilmu dan pengalaman, memiliki disiplin yang
tinggi, mampu melakukan pendekatan disipliner, mampu bekerja sama, dan tanggap
terhadap masalah klien.

Sebagai salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan, guru atau dosen
juga diharuskan memilki sifat-sifat profesionalisme. Dalam Undang-Undang disebutkan
bahwa guru yang profesional adalah guru yang memiliki empat kompetensi, yakni:
kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial. Secara singkat, kompetensi pedagogis adalah kemampuan mengajar,
kompetensi profesional adalah penguasaan ilmu di bidangnya, kompetensi kepribadian
adalah memiliki kepribadian yang kuat, dan kompetensi sosial adalah kemampuan
berkomunikasi secara efektif.

Para ahli menyebutkan bahwa seorang guru (juga dosen) yang profesional
adalah yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) Memiliki penguasaan terhadap materi
secara baik dan mendalam; b) Memiliki keterampilan mengajar yang baik. Dewasa ini,
paradigama mengajar adalah berorientasi kepada mahasiswa. Ini artinya pendekatan
yang digunakan adalah proses pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa. Dalam hal
ini, dosen berperan sebagai fasilitator. Berbagai strategi mengajar dirancang oleh dosen
agar mahasiswa dapat berkembang menjadi pebelajar yang mandiri. Berbeda dengan
paradigma lama di mana dosen lebih aktif meyampaikan materi kepada mahasiswa; c)
Memiliki kepribadian yang berorientasi pelayanan. Ini maksudnya mahasiswa bukan
sekedar mahasiswa yang harus diberi instruksi tetapi mahasiswa adalah klien yang harus
dilayani kebutuhannya. Kebutuhan mahasiswa adalah belajar untuk mandiri; d)
Memiliki kemampuan memantau hasil belajar dengan berbagai teknik evaluasi, e) Bisa
menjadi bagian dari masyarakat belajar di lingkungan profesinya.

2.1.3 Kepuasan Mahasiswa


a. Pengertian Kepuasan Mahasiswa
Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah
membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (atau hasil)
yang diharapkan. Jika kinerja berada di bawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika
kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas. Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan
amat puas atau senang (Kotler, 2009). Kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa Latin
“satis” (artinya cukup baik, memadai) dan “facio” (melakukan atau membuat).
Kepuasan bisa diartikan sebagai “upaya pemenuhan sesuatu” atau “membuat sesuatu
memadai” (Tjiptono dalam Sarjono, 2007). Kepuasan asal katanya adalah puas yang
berarti merasa senang, lega, kenyang, dan sebagainya karena sudah merasai secukup-
cukupnya atau sudah terpenuhi hasrat hatinya (Suharno dan Retnoningsih, 2012:393).
Mahasiswa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai orang
yang belajar diperguruan tinggi (2012). Menurut Sugito kepuasan mahasiswa adalah
suatu keadaan terpenuhinya keinginan, harapan, dan kebutuhan mahasiswa (dalam
Srinadi, 2008). Kepuasan mahasiswa adalah sikap positif mahasiswa terhadap
pelayanan lembaga pendidikan tinggi karena adanya kesesuaian antara harapan dari
pelayanan dibandingkan dengan kenyataan yang diterimanya (Sopiatin, 2010:33).
Menurut Sarjono (2007) kepuasan mahasiswa adalah perbandingan antara harapan yang
diinginkan mahasiswa tentang pelayanan karyawan, kompetensi dosen yang didukung
oleh sarana prasarana dan kepemimpinan dengan apa yang mahasiswa rasakan setelah
mendapatkan pelayanan.

Mengacu pada definisi-definisi tersebut dapat penulis simpulkan bahwa


kepuasan mahasiswa berarti perasaan senang, puas dan kelegaan yang dirasakan
mahasiswa pada perguruan tinggi terhadap apa yang menjadi kebutuhannya berupa
harapan dan realita dari pelayanan selama di perguruan tinggi telah tercapai dengan
baik.

b. Indikator Kepuasan Mahasiswa


Menurut Berry dan Parasuraman (dalam Alma, 2005) terdapat lima indikator
kepuasan mahasiswa dalam kaitannya dengan mutu pendidikan, yaitu:
1. Keandalan, berhubungan dengan kebijakan pimpinan, kompetensi dosen dan
pelayanan karyawan dalam memberikan pelayanan yang Ideal Yang diharapkan Yang
selayaknya Minimal yang diterima bermutu dengan yang dijanjikan, konsisten, yang
sesuai dengan kebutuhan dan harapan mahasiswa.
2. Daya tanggap, kesedian personil sekolah untuk mendengarkan dan mengatasi
keluhan mahasiswa/siswa yang berhubungan dengan masalah kuliah yang menyangkut
masalah-masalah sekolah.
3. Kepastian, yaitu suatu keadaan di mana lembaga/sekolah memberikan
jaminan kepastian layanan kepada mahasiswa yang tidak terlepas dari kemampuan
personil lembaga/sekolah, terutama pimpinan, dosen dan karyawan untuk menimbulkan
keyakinan dan kepercayaan terhadap janji-janji sekolah terhadap mahasiswa, disamping
layanan-layanan lainnya.
4. Empati, merupakan keadaan mental yang membuat seseorang merasa dirinya
di keadaan orang lain. Dengan demikian bentuk empati lembaga/sekolah terhadap
kebutuhan mahasiswa adalah adanya pemahaman personil lembaga/terhadap kebutuhan
mahasiswa dan berupaya kearah pencapaiannya.
5. Berwujud, dalam dunia pendidikan berhubungan dengan aspek fisik sekolah
yang diperlukan untuk menunjang proses belajar mengajar, meliputi; bangunan,
kebersihan lingkungan, taman, laboratorium, perpustakaan dan lainya (Sopiatin, 2010).

Apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan kecewa. Bila kinerja
sesuai harapan, pelanggan akan puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan
pelanggan akan sangat puas. Harapan pelanggan akan dipengaruhi oleh pengalaman
masa lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi saingannya. Untuk
menciptakan kepuasan pelanggan, perguruan tinggi harus menciptakan dan mengelola
suatu sistem untuk memperoleh pelanggan yang lebih banyak dan kemampuan untuk
mempertahankan kuantitas pelanggan (Supranto, 2011:234).

2.1.4 Penelitian Terdahulu


Penelitian sebelumnya yang digunakan peneliti adalah sebagai dasar dalam
penyusunan penelitian berikutnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui perbandingan
dan hasil yang dapat mendukung kegiatan penelitian berikutnya yang sejenis. Dalam
penelitian sebelumnya menunjukkan beberapa perbedaan diantaranya terdapat pada
tabel berikut :

N Item Penelitian Penelitian Persama Perbedaa Hasil


o Terdahulu Sekarang an n Penelitian
1 Nama Bayu Ahmad Pengaruh
Penulis Ghazali, Niken Gaya
dan Parwati ”Analisis Kepemimpin
Judul Pengaruh an dan
Leadership dan Profesionalis
Komitmen me Dosen
Organisasi terhadap
terhadap Kinerja Kepuasan
dan Kepuasan Mahasiswa di
Kerja Karyawan Fakultas
PT. Anomali Ekonomi dan
Coffee” Bisnis
Universitas
Palangka
Raya
Variabe Leadership (X1) Gaya Gaya Profesio
l Bebas Komitmen Kepemimpin Kepemi nalisme
(X) Organisasi (X2) an (X1) mpinan Dosen
Profesionalis (X1) (X2)
me Dosen
(X2)

Variabe Kinerja Kepuasan Kepuasa


l Karyawan (Y) Mahasiswa n
Terikat Kepuasan Kerja (Y) Mahasis
(Y) Karyawan (Z) wa (Y)
Jenis Kuantitatif Kuantitatif Kuantita
Peneliti tif
an
2.2 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis
terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik. Sugiyono
(2012:70)

Berdasarkan teori di atas dan latar belakang serta rumusan masalah maka dapat
dikemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut :
Hipotesis I
Ho = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara gaya kepemimpinan terhadap
kepuasan mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Palangka Raya
Ha = Terdapat pengaruh yang signifikan antara gaya kepemimpinan terhadap kepuasan
mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Palangka Raya

Hipotesis II
Ho = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara profesionalisme dosen terhadap
kepuasan mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Palangka Raya
Ha = Terdapat pengaruh yang signifikan antara profesionalisme dosen terhadap
kepuasan mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas palangka Raya

2.2.3 Model Penelitian


Model dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gaya
Kepemimpinan

Kepuasan
Mahasiswa
Profesionalisme
Dosen

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Data dan Sampel


3.1.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer. Metode penelitian yang
digunakan berupa metode kuantitatif. Sumber data diperoleh melalui survey dengan
menyebarkan angket/kuesioner kepada responden dengan pertanyaan tertutup.

3.1.2 Popolasi dan Sampel Penelitian


Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Palangka Raya. Sampel menurut Sugiyono (2012:81) adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Jadi, sampel penelitiannya adalah
beberapa mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang dipilih oleh peneliti dengan
teknik snowball sampling, yaitu dengan cara random/acak.

3.1.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data
bersifat kuantitaif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan Sugiyono (2012;8).

3.2 Desain Penelitian


Penelitian ini akan dilakuakan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Palangka Raya. Data yang akan diolah dalam penelitian ini berupa data kuantitatif,
dimana akan adanya pengujian terhadap variabel-variabel yang telah di tentukan oleh
peneliti, yaitu: gaya kemimpinan, profesionalisme dosen, dan kepuasan mahasiswa.

3.3 Variabel Penelitian


Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepuasan mahasiswa (Y).
Variabel independenya adalah gaya kepemimpinan (X1) dan profesionalisme dosen
(X2).

3.3.1 Definisi Operasional


3.3.1.1 Gaya Kepemimpinan
Menurut Rivai (2014:42) Gaya Kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang
digunakan pimpinan untuk memengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau
dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang
disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin. Gaya kepemimpinan yang
menunjukkan, secara langsung maupun tidak langsung, tentang keyakinan seorang
pimpinan terhadap kemampuan bawahannya. Artinya gaya kepemimpinan adalah
perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap,
yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba memengaruhi kinerja
bawahannya. Selanjutnya menurut Stonner (1996:165) menyatakan bahwa gaya
kepemimpinan adalah berbagai pola tingkah laku yang disukai oleh pemimpin dalam
proses mengarahkan dan mempengaruhi pekerja.

3.3.1.2 Profesionalisme Dosen


Amir (2010) menjelaskan profesionalisme menjadi tiga, yakni (1) Kerja seorang
profesional yang beritikad untuk merealisasikan kebajikan demi tegaknya kehormatan
profesi yang digeluti, dan oleh karenanya tidak terlalu mementingkan atau
mengharapkan imbalan upah materiil. (2) Kerja seorang professional berlandaskan oleh
kemahiran teknis yang berkualitas tinggi yang dicapai melalui proses pendidikan
dan/atau pelatihan yang panjang, eksklusif dan berat. (3) Kerja seorang professional
yang diukur dengan kualitas teknis dan kualitas moral harus menundukkan diri pada
sebuah mekanisme kontrol berupa kode etik yang dikembangkan dan disepakati
bersama didalam sebuah organisasi profesi.

Pada intinya profesionalisme merupakan suatu kegiatan yang merupakan


aplikasi dari ilmu yang telah diperoleh, dan pekerjaannya berdasarkan atas teori-teori
yang ada, serta kinerjanya dapat diukur sebagai bahan evaluasi dalam rengka
meningkatkan kinerja, mengingat tugas seorang profesional adalah tugas yang vital
dalam kehidupan masyarakat, yakni sangat dibutuhkan dan mempengaruhi
perkembangan suatu masyarakat. Salah satu profesi yang sangat vital adalah profesi
pendidik, khususnya pendidik di jenjang pendidikan paling atas, yang mana tugas dan
kinerjanya sangat berdampak pada kualitas SDM yang dihasilkan.

Profesi dosen menurut UU 14 tahun 2005 pasal 1, ― dosen adalah pendidik


profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan,
dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat‖. Telah disebutkan secara jelas dalam
undang-undang tersebut bahwa penilaian, kinerja dan acuan kinerja dosen meliputi tiga
ranah, yakni bidang pengajaran/pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Upaya pengembangan kualitas dosen secara umum bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran sehingga pada akhirnya berdampak pada kualitas mahasiswa.

3.3.1.3 Kepuasan Mahasiswa


Menurut Sugito kepuasan mahasiswa adalah suatu keadaan terpenuhinya
keinginan, harapan, dan kebutuhan mahasiswa (dalam Srinadi, 2008). Kepuasan
mahasiswa adalah sikap positif mahasiswa terhadap pelayanan lembaga pendidikan
tinggi karena adanya kesesuaian antara harapan dari pelayanan dibandingkan dengan
kenyataan yang diterimanya (Sopiatin, 2010:33). Menurut Sarjono (2007) kepuasan
mahasiswa adalah perbandingan antara harapan yang diinginkan mahasiswa tentang
pelayanan karyawan, kompetensi dosen yang didukung oleh sarana prasarana dan
kepemimpinan dengan apa yang mahasiswa rasakan setelah mendapatkan pelayanan.

3.4 Pengujian Instrumen


Instrumen penelitian ini menggunakan kuisioner dalam pengumpulan data
primer, sebelum kuisioner tersebut digunakan dalam analisis selanjutnya, kuisioner ini
terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan relibilitasnya.

3.4.1 Uji Validitas


Menurut Sugiyono (2012;121) validitas adalah instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Valid menunjukan derajat
ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dapat
dikumpulkan oleh peneliti.

3.4.2 Uji Reabilitas


Sugiyono (2012;121) mengatakan uji realibilitas menunjukan sejauh mana alat
ukur dan hasil pengukuran dapat diandalkan dan dipercaya. Reabilitas adalah instrumen
yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama.

3.5 Metode Analisis Data

DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono (2016) Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung Alfabeta

Sudaryono. 2014. Leadership Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta; Lentera Ilmu
Cendekia.
Edi Sutrisno. 2017. Manajeman Sumber Daya Manusia. Edisi Pertama. Cetakan
Ketujuh. Jakarta : Kencana Prenadamedia Group
Kasmir. 2016. Manajeman Sumber Daya Manusia. Teori dan Praktik. Jakarta :Rajawali
Persada
Rahmawati, Diana (2013), Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan
Mahasiswa, Universitas Negeri Yogyakarta.

Eria, E. 2014. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Karywaan


PT.SBS Pasaman Barat : Jurnal STKIP PGRI Sumatera Barat
Erimans,T. 2014. Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Produktivtas keja PT.
Thiess,Kutai Barat : Jurnal Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
Wentri , VR. 2013. Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja, dan Gaya kepemimpinan
Terhadap Produktivitas Kerja pada Badan Kepegawaian dan Diklat Minahasa
Selatan
Wentri, V. 2013. Pengaruh Motivasi ,Disiplin dan Gaya Kepemimpinan terhadap
Produktivitas Kerja Badan Pegawaian Diklat Minahasa : Jurnal Universitas Sam
Ratulagi Manado

Anda mungkin juga menyukai