3890 7344 1 SM PDF
3890 7344 1 SM PDF
ABSTRAK
Kepailitan adalah suatu sita jaminan umum terhadap aset debitor yang tidak
mampu lagi membayar utang-utangnya yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih
sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Adapun kepailitan
terhadap perusahaan asuransi yang pernah ada di Indonesia yang membawa
dampak perubahan terhadap Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 tentang
Kepailitan yaitu kepailitan terhadap Perusahaan Asuransi Jiwa Manulife Indonesia
yang diputus dengan Putusan No. 10/PAILIT/2002/PN.NIAGA.JKT.PST yang
kemudian dibatalkan dengan Putusan MA No. 021/K/N/2002.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa prosedur permohonan
pailit terhadap PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia tidak sesuai dengan UU
No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan khususnya Pasal 67 ayat (5) dan Pasal 70
serta tidak sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 20 ayat (1) UU No.
2 Tahun 1992 tenntang Usaha Perasuransian dimana yang memiliki wewenang
untuk meminta pengadilan agar perusahaan asuransi dapat dipailitkan atas dasar
kepentingan umum adalah Menteri Keuangan. Adanya perkara kepailitan terhadap
PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia menimbulkan akibat hukum yaitu lahirnya
UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang hal ini dikarenakan UU No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan
masaih terdapat banyak kelemahan dan belum mengakomodir masalah
kewenangan Menteri Keuangan untuk mempailitkan perusahaan asuransi.
Kata Kunci : Kepailitan, Perusahaan Asuransi, Menteri Keuangan
1
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online
di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
Abstrak Inggris
Bankruptcy is a general sequestration of the assets of the debtor are no longer
able to pay its debts have matured and can be billed in accordance with Article 2
paragraph (1) of Law No. 37 Year 2004 on Bankruptcy and Suspension of
Payment. The bankruptcy of the insurance company ever in Indonesia, which
brings the impact of changes to the Law. 4 Year 1998 on the bankruptcy of the
Bankruptcy Insurance Company Manulife Indonesia terminated by Decision No.
10/PAILIT/2002/PN.NIAGA.JKT.PST were subsequently canceled by the
Supreme Court No.. 021/K/N/2002.
Based on these results it can be concluded that the bankruptcy procedure
against PT. Life Insurance Manulife Indonesia is not in accordance with Law no.
4 of 1998 on Bankruptcy in particular Article 67 paragraph (5) and Article 70, and
not in accordance with the provisions contained in Article 20 paragraph (1) of
Law no. 2 of 1992 about Insurance Business which has the authority to request the
court to be bankrupt insurance company on the grounds of public interest is the
Minister of Finance. The existence of the bankruptcy case against PT. Life
Insurance Manulife Indonesia legal consequences that birth Law. 37 Year 2004 on
Bankruptcy and Suspension of Payment this is because the Law no. 4 of 1998 on
Bankruptcy masaih there are many disadvantages and yet accommodate the
authority of the Minister of Finance to issue liquidation of insurance company.
2
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online
di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
PENDAHULUAN
Adapun pertimbangan Pemohon
Dalam hal kepailitan perusahaan
pernyataan pailit dalam kasus ini
asuransi, ada beberapa perkara
adalah. Dalam akta perjanjian Usaha
kepailitan terhadap perusahaan
Patungan pada pasal X menyatakan
asuransi yang telah diputus pada
bahwa diantara pemegang saham,
Pengadilan Niaga. Salah satunya yaitu
dalam memperoleh laba dan telah
Putusan Pengadilan Negeri Niaga
mendapatkan suatu surplus untuk
pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
dibagikan kepada para pemegang
No.
saham untuk tahun pembukuan
10/PAILIT/2002/PN.NIAGA.JKT.PS
perusahaan yang manapun
T tanggal 13 Juni 2002 yang
(sebagaimana dapat dilihat dalam
menyatakan bahwa PT Asuransi Jiwa
Laporan Keuangan yang telah diaudit
Manulife Indonesia (PT. AJMI) pailit.
sehubungan dengan tahun pembukuan
Adanya permohonan pernyataan pailit
yang bersangkutan), semua pihak akan
terhadap PT. AJMI ini disebabkan
mengatur agar PT. AJMI membayar
karena adanya alasan bahwa PT.
deviden sedikitnya sama dengan 30%
AJMI tidak membayar deviden
dari jumlah surplus yang melebihi Rp.
keuntungan perusahaan tahun 1998.
100.000.000,- (seratus juta rupiah)
Permohonan pernyataan pailit
secepat mungkin dianggap praktis
diajukan oleh Paul Sukran S.H
setelah laporan dibuat.
sebagai Pemohon yang berkedudukan
sebagai kurator dari perusahaan yang Berdasarkan Laporan Keuangan
sudah dinyatakan pailit sebelumnya, tahun buku 1999 dan 1998 yang
yaitu PT. Dharmala Sakti Sejahtera, dibuat oleh ERNST YOUNG selaku
Tbk (PT. DSS) dimana PT. DSS ini editor independen, yaitu
memiliki 40% saham dari PT. AJMI “Consolidated Financial Statement
pada tahun 1998. Setelah PT. DSS December 31, 1999 and 1998” telah
pailit, saham PT. AJMI miliknya ditentukan bahwa PT. AJMI telah
dilelang dan dibeli oleh manulife. mendapat surplus dari keuntungan
sebesar Rp. 186.306.000.000,-.
3
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online
di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
Berdasarkan hal tersebut diatas dan sahamnya yaitu PT. Dharmala Sakti
dengan mengacu kepada Pasal X Akta Sejahtera (DSS) yang kemudian
Perjanjian Usaha Patungan, maka dibatalkan dengan Putusan MA No.
menurut Pemohon, PT. DSS sebagai 021/K/N/2002, merupakan salah satu
pemegang saham sebanyak 40% contoh kasus yang mana perusahaan
berhak mendapat pembagian deviden tersebut dipailitkan tetapi perusahaan
beserta bunganya sebesar 40% x Rp. tersebut masih berada dalam keadaan
55.891.800.000,- yaitu sebesar Rp. solven.
22.356.720.000,- (dua puluh dua juta
tiga ratus lima puluh enam tujuh ratus METODE
dua puluh ribu rupiah). Total
Metode pendekatan yang
kewajiban Termohon kepada
dipergunakan oleh penulis dalam
Pemohon setelah utang deviden itu
penulisan hukum ini adalah yuridis
ditambah dengan bunga yang belum
normatif. Penelitian ini dimaksudkan
dibayarkan sejak 01 Januari 2000
untuk mengkaji secara teoritis-normatif
sampai dengan 30 April 2002 (2 tahun
mengenai prinsip-prinsip dan norma/
4 bulan) dengan perhitungan bunga
pengaturan hukum kepailitan di Indonesia
sebesar 20% pertahun adalah
serta penerapannya.
berjumlah Rp. 32.789.856.000,00
Spesifikasi penelitian yang akan
(tiga puluh dua miliar tujuh ratus
digunakan dalam penulisan hukum ini
delapan puluh sembilan juta delapan
adalah deskriptif analisis. Dikarenakan
ratus lima puluh enam ribu rupiah).
metode yang penulis ambil dalam
Termohon dengan berbagai alasan
penulisan hukum adalah yuridis normatif
berusaha untuk menghindar dari
maka data yang digunakan adalah data
kewajiban membayar deviden tersebut
sekunder yang mencakup :
yang telah diupayakan penagihannya
1. Bahan hukum primer yaitu bahan-
oleh Pemohon.
bahan hukum yang mengikat terdiri
Kasus permohonan pailit terhadap
dari :
PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia
1.1 Undang-Undang No. 4 Tahun
(AJMI) perkara No. 10 /PAILIT
1998 tentang Kepailitan;
/2002 /PN.NIAGA.JKT.PST yang
dimohonkan pailit oleh pemegang
4
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online
di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
5
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online
di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
6
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online
di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
1
Bagus Irawan, S.H., M.H, Aspek-Aspek Hukum
2
Kepailitan; Perusahaan; dan Asuransi, hlm. 165 Ibid, hlm.167
7
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online
di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
8
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online
di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
9
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online
di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
kreditor selain debitor memiliki lebih dari memenuhi syarat kepailitan sesuai
satu kreditor, maka keadaan debitor dengan Pasal 1 ayat (1) UU No. 4
tersebut juga harus dalam keadaan Tahun 1998 tentang Kepailitan.
insolven. Dan dalam Putusan Mahkamah
Agung No. 021/K/N/2002
Berdasarkan adanya kenyataan bahwa
berpendapat bahwa untuk
insolvensi menjadi syarat penting yang
melakukan pemberesan harta
belum diakomodir pada Pasal 2 ayat (1)
pailit dan untuk menghadap
UUK-PKPU maka dapat disimpulkan
pengadilan, kurator harus terlebih
bahwa rumusan Pasal 2 ayat (1) UUK-
dahulu mendpat ijin dari hakim
PKPU belum sejalan dengan asas hukum
pengawas sesuai dengan Pasal 67
kepailitan secara global. Bahwa
ayat (5) dan Pasal 70 UU No. 4
seharusnya rumusan Pasal 2 ayat (1)
Tahun 1998. Dan dalam
tersebut harus mensyaratkan pula
pemeriksaan terhadap perkara
mengenai bahwa sebagain besar utang-
kepailitan PT. Asuransi Jiwa
utangnya yang telah jatuh waktu dan dapat
Manulife harus dilakukan secara
ditagih tidak mampu dibayar. Artinya,
sederhana sesuai dengan Pasal 6
debitor harus dalam keadaan insolven atau
ayat (3) UU No. 4 Tahun 1998
telah berada dalam keadaan tidak mampu
tentang Kepailitan.
dan berhenti membayar utang-utangnya
kepada para kreditornya.
2. Akibat Hukum dari Putusan
A. KESIMPULAN No. 10/PAILIT/2002/PN.
1. Prosedur Permohonan Pailit Atas NIAGA.JKT.PST dan
PT. Asuransi Jiwa Manulife PUTUSAN MA No.
Indonesia. 21/K/N/2002 di Indonesia.
Permohonan pailit atas PT.
Asuransi Jiwa Manulife Indonesia Tidak adanya definisi
dikabulkan oleh Pengadilan yang jelas mengenai konsep
Negeri Jakarta Pusat dengan definisi utang menimbulkan
Putusan No. 10 / PAILIT /2002 / ketidak pastian hukum, ini
PN.NIAGA.JKT.PST karena menjadi salah satu kelemahan
permohonan pailit telah dari Undang-Undang No. 4
10
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online
di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
11