Anda di halaman 1dari 22

MODEL PELATIHAN BERBASIS METODE EXPERIENTIAL LEARNING PADA DIKLAT

PEMBANGUNAN KARAKTER CPNS (CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL)


KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 2019

(Studi Pada Balai Pendidikan dan Pelatihan


Pembangunan Karakter SDM Transportasi Bandung)

R.Berkah Anugrahwanto
IKIP SILIWANGI
yugoanugrahwanto@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan model pelatihan metode experiential learning di
Balai Diklat Pembangunan Karakter SDM Transportasi (BP3KSDMT) Bandung. Penelitian ini
menggunakan Pendekatan Kualitatif. Subyek dari penelitian ini adalah para peserta diklat
Pembangunan Karakter Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Kementerian Perhubungan dan para
tenaga pengajar diklat, yaitu Fasilitator (unsur PNS BP3KSDMT) dan Instruktur Kesamaptaan
(Unsur Militer) pada BP3KSDMT Bandung. Metode pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan teknik wawancara, ,observasi dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan pada
penelitian ini menggunakan pedoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman
dokumentasi. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data juga menggunakan dua teknik
analisis data yaitu teknik deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan
model pelatihan metode experiential learning yang diterapkan pada diklat Pembangunan
Karakter CPNS Kemenhub 2019, relevan dengan teori David. A Kolb, sebagai salah satu praktisi
pendidikan yang merupakan pencetus metode experiential learning. Dan Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa metode experiential learning relevan dengan tema diklat tersebut, yaitu
“Pembangunan Karakter”, dimana diklat Pembangunan Karakter ini mempunyai tujuan sebagai
sarana untuk mempersiapkan SDM terbaik bagi Kementerian Perhubungan Republik Indonesia,
untuk mampu menjadi pribadi yang sesuai dengan 4 (empat) kemampuan Kemenhub, yaitu 1.
Mampu mengelola diri sendiri (intrapersonal); 2. Mampu mengelola hubungan dengan orang lain
(interpersonal); 3. Mampu mengelola hubungan dengan organisasi (tempat bekerja)
(organisasional) ; 4. Mampu mengelola hubungan dengan Tuhan YME (spiritual).
Kata Kunci : Metode Experiential Learning, Diklat Pembangunan Karakter
ABSTRACT

This study aims to describe the training model of experiential learning methods at the Center for
Human Resource Character Development in Transportation (BP3KSDMT) Bandung. This study
uses a Qualitative Approach. The subjects of this study were training participants in the
development of the Characteristics of Prospective Civil Servants (CPNS) of the Ministry of
Transportation and training educators, namely Facilitators (PNS BP3KSDMT elements) and
Kesamaptaan Instructors (Military Elements) at Bandung BP3KSDMT. Methods of data collection
in this study using interview techniques, observation and documentation. The instrument used in
this study uses interview guidelines, observation guidelines, and documentation guidelines. The
technique used to analyze the data also uses two data analysis techniques, namely qualitative
descriptive techniques. The results of this study indicate that the implementation of the
experiential learning method training model that is applied to the CPNS Character Building
Training Ministry of Transportation 2019 is relevant to David's theory. A Kolb, as one of the
education practitioners who was the originator of the experiential learning method. And the results
of this study indicate that the experiential learning method is relevant to the theme of the training,
namely "Character Development", where the Character Development training aims as a means
to prepare the best human resources for the Ministry of Transportation of the Republic of
Indonesia, to be able to be personal in accordance with 4 (four ) the ability of the Ministry of
Transportation, namely 1. Able to manage themselves (intrapersonal); 2. Able to manage
relationships with others (interpersonal); 3. Able to manage relationships with organizations (work
place) (organizational); 4. Able to manage relationships with God (spiritual).

Keywords : Experiential Learning Method, Character Development Training


I. PENDAHULUAN kepada sumber daya aparatur di lingkungan
Kementerian Perhubungan.
“There is no nation-building without
character-building.” Demikian diungkapkan Balai pendidikan dan pelatihan
Sang Proklamator Ir. Sukarno. Tidak akan pembangunan karakter SDM transpotasi
mungkin membangun sebuah negara kalau atau disingkat dengan nama BP3KSDMT,
pendidikan karakternya tidak dibangun. merupakan lembaga diklat unit pelaksana
Sementara itu, Stephen Covey mengatakan teknis (UPT) dibawah Badan
bahwa dalam dunia yang sempurna, adalah Pengembangan SDM Perhubungan
karakter yang memungkinkan orang untuk (BPSDMP) Kementerian Perhubungan RI,
bertahan hidup, dan mengatasi kemalangan sebagai satu-satunya lembaga diklat yang
mereka. “Untuk melakukan yang baik dan dimiliki oleh suatu kementerian negara yang
untuk berbuat baik Anda harus terlebih menyelenggarakan diklat Pembangunan
dahulu menjadi baik.” Karakter di Indonesia.

Kedudukan karakter memang begitu BP3KSDMT berdiri atau digagas oleh


penting, bahkan seorang Ralph Waldo Kementerian Perhubungan, karena didasari
Emerson menyatakan bahwa karakter lebih untuk memberikan suatu kompetensi yang
tinggi dari kecerdasan. Dengan demikian, berbeda bagi insan-insan Kementerian
karakter terbaik seseorang harus dibangun Perhubungan khususnya dan pada
untuk menunjang berbagai aspek masyarakat secara umum. Kompetensi yang
kehidupannya. dimaksud adalah kemampuan soft skill yang
dibutuhkan bagi setiap individu agar mampu
Demikian pula dengan karakter terbaik
memiliki empat kemampuan dasar, sebagai
insan-insan Kementerian Perhubungan
manusia yang lengkap dari sisi mengelola
perlu dibangun untuk menunjang citra dan
dirinya sendiri, mengelola hubungan dengan
karakter instansi yang lebih profesional dan
orang lain, mengelola hubungan dengan
unggul, khususnya dalam melayani
organisasi tempat ia bekerja, dan mengelola
masyarakat. Pribadi-pribadi unggul tersebut
hubungan dengan Tuhan YME, karena
dapat dicapai dengan cara melaksanakan
dengan mempunyai kompetensi tersebut,
pendidikan dan pelatihan, berupa
seseorang dapat dikatakan menjadi pribadi
Pendidikan Pelatihan Pembangunan
yang sempurna dengan empat perspektif
Karakter yang akan memberikan kompetensi
diatas.
non teknis atau soft skill competencies
Untuk dapat mewujudkan empat landasan konseptualnya pada tiga model
kemampuan tersebut, maka dibuat suatu pembelajaran yang dicetuskan oleh Kurt
model pelatihan dengan metode experiential Lewin, John Dewey, dan Jean Piaget.
learning yang diterapkan pada diklat Ketiga model pembelajaran tersebut
Pembangunan Karakter yang menggambarkan bahwa proses belajar
diselenggarakan pada BP3KSDMT, dimulai dengan pengalaman langsung yang
mengapa experiential learning (EL) dipilih konkrit dengan subjek belajarnya.
sebagai suatu metode yang relevan bagi Berdasarkan pengalaman tersebut, melalui
diklat Pembangunan Karakter? Yaitu, karena hasil pengamatan dan evaluasi, kita
metode EL merupakan metode yang mampu mengembangkan kerangka berpikir tertentu
membuat seseorang mengeluarkan mengenai subjek belajar. Kemudian,
kemampuan yang terkadang individu kerangka berpikir tersebut kita gunakan
tersebut tidak menyadarinya dalam sebagai landasan untuk memperbaiki atau
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itulah mengembangkan hal-hal yang berkaitan
metode EL ini, digunakan untuk membangun dengan subjek belajar supaya dapat
karakter seseorang agar individu tersebut diaplikasikan dengan lebih efektif dan
mampu mengelola karakter yang dimilikinya efisien. Misalnya, kita sedang ingin belajar
menjadi karakter yang positif sesuai dengan tentang kepemimpinan, maka kita perlu
empat kemampuan , yaitu mengelola diri, untuk mengalami secara langsung
mengelola hubungan dengan orang lain, pengalaman menjadi seorang pemimpin
mengelola hubungan dengan organisasi dalam sebuah tim. Dari pengalaman
(tempat bekerja) dan mengelola hubungan memimpin anggota tim tersebut, kita
dengan Tuhan YME. mengamati dan mengevaluasi gaya dan
kinerja kepemimpinan kita. Hasil
pengamatan dan evaluasi tersebut
II. KAJIAN TEORITIS MENGENAI
memunculkan kesimpulan-kesimpulan
METODE EXPERIENTIAL LEARNING
(kerangka berpikir) mengenai kemampuan
SECARA UMUM
dan keterampilan yang harus dimiliki oleh
Ada berbagai macam teori psikologi yang
seseorang ketika dirinya memimpin anggota
berusaha menjelaskan tentang perilaku
timnya, seperti communication skills, team
belajar manusia. Salah satunya disebut
management, integritas, dan lain
sebagai Experiential Learning
sebagainya. Kemudian, simpulan-simpulan
Theory (ELT), yang dicetuskan oleh David
tersebut kita terapkan kembali (ujicoba)
A. Kolb pada tahun 1984. ELT meletakkan
dalam tim untuk dinilai efektivitas dan Melalui hasil kajian dari tiga model
efisiensinya. pembelajaran di atas, Kolb (1984)
menyebutkan bahwa bentuk-bentuk
pendidikan (education) dan/atau pelatihan
(training) yang menggunakan Experiential
Learning Theory sebagai metode belajarnya
akan memenuhi 6 prinsip berikut ini:

1. Learning is Best Conceived as a


Process, Not in Terms of Outcomes

Model Belajar Menurut Kurt Lewin Belajar (learning) adalah sebuah proses,
Gambar 1. bukan hasil. Prinsip ini berusaha mengkritik
teori-teori belajar yang mendewakan hasil
belajar daripada proses belajar. Menurut
Kolb (1984), ketika kita terjebak pada hasil
belajar, dan cenderung menilai kinerja
seseorang hanya berdasarkan angka-angka
matematis atau statistik (kuantitatif), kita
sedang mengabaikan kemungkinan bahwa
orang tersebut mengalami perbaikan atau
perkembangan diri melalui pembelajaran
yang dia lakukan. Kita akan kehilangan
Model Belajar Menurut Jean Piaget
esensi dari proses belajar, yaitu
Gambar 2 pembelajaran yang berkesinambungan dan
berlangsung terus-menerus.

2. Learning is a Continous Process


Grounded in Experience

Kolb (1984) menyebutkan bahwa ketika


kita sedang belajar dari pengalaman hidup,
ada dua hal yang kita lakukan, yaitu
mengumpulkan berbagai pengetahuan
Model Belajar Menurut John Dewey
terkait subjek belajarnya (tahap grasping),
Gambar 3
dan mengembangkan berbagai pengetahuan yang
pengetahuan baru yang lebih tepat-guna bersesuaian (integration) atau
(tahap transforming). Dalam tahap grasping, menggantikan pengetahuan yang lama
kita mengumpulkan berbagai pengetahuan dengan pengetahuan baru yang lebih
mengenai subjek belajar melalui dua cara, relevan (substitution). Keberadaan dua
(1) merasakan sendiri pengalaman ketika mekanisme tersebut menandakan bahwa
melakukan sesuatu yang berkaitan dengan tidak ada sebuah pengetahuan yang
subjek belajar (concrete experience), dan (2) memiliki kebenaran mutlak—dalam dunia
mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan akademis, hal ini dikenal dengan pernyataan
subjek belajar, berupa teori/konsep, skema, bahwa “ilmu pengetahuan bersifat tentatif”
alur, dan lain sebagainya (abstract yang dapat berubah sesuai perkembangan
conceptualization). Begitu pula dalam hasil-hasil penelitian atas pengetahuan
tahap transforming, kita mengembangkan tersebut. Jika pengetahuan saja dapat
berbagai pengetahuan baru yang lebih tepat- berubah secara terus-menerus, maka
guna juga melalui dua cara, (1) mengambil proses belajar pun juga demikian. Oleh
pelajaran dari hasil pengamatan terhadap karena itu, Kolb (1984) menekankan
orang lain yang mengaplikasikan hal-hal pentingnya kemampuan penyesuaian
yang berkaitan dengan subjek diri (adaptation).
belajar (reflective observation), dan (2)
melakukan sendiri hal-hal yang sudah kita
3. The Process of Learning
pelajari sebelumnya terkait subjek
Requires The Resolution of Conflicts
belajar (active experimentation). Kedua
between Dialectically Opposed Modes of
tahap tersebut tidak terjadi dalam sekali
Adaptation to The World.
waktu melainkan sebuah siklus yang
Dalam proses belajar diperlukan
berputar terus-menerus. Dalam siklus
kemampuan adaptasi terhadap perbedaan
tersebut kita akan seringkali menemukan
cara belajar pada setiap tahap belajar—
bahwa sebuah ide (pengetahuan) yang
antara concrete experience dan abstract
sudah kita simpulkan dalam satu siklus akan
conceptualization (pada tahap grasping),
bertentangan atau bertolakbelakang dengan
serta antara reflective
ide-ide dalam siklus berikutnya (terjadi
observation dan active
konflik). Biasanya, menurut Piaget (dalam
experimentation (pada tahap transforming).
Elkind, 1970), ada dua mekanisme yang kita
Kemampuan adaptasi tersebut dapat
lakukan dalam menanggapi konflik tersebut,
diperoleh melalui integrated learning, yaitu
yaitu menggabungkan dua atau lebih
belajar menggunakan keempat cara belajar belajar reflective observation dan active
di atas—touches all the bases (experiencing, experimentation, memiliki spesialisasi dalam
reflecting, thinking & acting)—agar kita cara belajar concrete experience, serta
menjadi terbiasa untuk mengenali cara-cara mengkombinasikan gaya
belajar mana yang sesuai dengan kebutuhan belajar diverging dan accomodating.
belajar dan situasi/kondisi belajar tertentu b. Easterner; Seseorang dengan tipe
(Kolb, 1984). Berangkat dari integrated belajar ini cenderung fleksibel dalam
learning tersebut, muncul empat tipe gaya menggunakan cara belajar concrete
belajar (learning style)yang merupakan experience atau active experimentation,
perpaduan dua dari empat cara belajar. memiliki spesialisasi dalam cara
belajar reflective observation, serta
a. Diverging Style; Gaya belajar ini mengkombinasikan gaya
memadukan antara cara belajar concrete belajar diverging dan assimilating.
experience dan reflective observation. c. Southerner; Seseorang dengan tipe
b. Assimilating Style; Gaya belajar ini belajar ini cenderung mengkombinasikan
memadukan antara cara belajar abstract gaya belajar assimilating dan converging,
conceptualization dan reflective observation. fleksibel dalam menggunakan cara
c. Converging Style; Gaya belajar ini belajar reflective observation atau active
memadukan antara cara belajar abstract experimentation, serta memiliki spesialisasi
conceptualization dan active dalam cara belajar abstract
experimentation. conceptualization.
d. Accomodating Style; Gaya belajar ini d. Westerner; Seseorang dengan tipe
memadukan antara cara belajar concrete belajar ini cenderung mengintegrasikan cara
experience dan active experimentation. belajar concrete experience dan abstract
conceptualization, serta memiliki spesialisasi
Pada tingkatan yang lebih tinggi, proses dalam cara belajar active experimentation.
belajar seseorang juga dapat melibatkan
perpaduan keempat cara belajar dan gaya Dan, tingkatan tertinggi dari proses
belajar di atas, yang diistilahkan oleh Kolb belajar ini adalah keberimbangan dalam
(2000) sebagai northerner, easterner, memadukan setiap cara, gaya, dan tipe
southerner, dan westerner. belajar (balanced learning). Seseorang yang
berada pada tingkatan ini memiliki

a. Northerner; Seseorang dengan tipe fleksibilitas dalam setiap tahap belajar—

belajar ini cenderung mengintegrasikan cara mampu menyesuaikan diri untuk


menjadi concrete-abstract pada sudah kita lalui, lama-kelamaan kita akan
tahap grasping, serta menjadi active- memiliki fleksibilitas dalam mempergunakan
reflective pada tahap transforming. Menurut berbagai strategi untuk menyelesaikan
Kolb (2000), ini adalah keadaan belajar yang masalah (problem solving) dan mengambil
ideal, karena seseorang sudah memiliki keputusan (decision making). Selain itu, kita
kemampuan adaptasi yang relatif juga akan menyadari bahwa penentuan dan
konsisten—peka dan tanggap terhadap penggunaan sebuah strategi bergantung
perubahan, serta bisa melihat tujuan dari pada kondisi orang-orang yang terlibat serta
proses belajarnya. situasi-situasi yang terjadi di dalam
permasalahan tersebut.
4. Learning is a Holistic Process of
Adaptation to The World 5. Learning Involves Transactions
between The Person and The Environment
Hal utama yang pasti kita peroleh melalui Dalam Psikologi dikenal sebuah teori
proses belajar adalah berkembangnya yang disebut Teori Medan. Teori tersebut
pengetahuan dan kemampuan kita untuk menyebutkan bahwa seseorang berperilaku
dipergunakan dalam memandang, tertentu karena ditentukan oleh
memaknai, dan menyelesaikan suatu situasi/kondisi yang bersangkutan (the
permasalahan dalam hidup. Karena setiap person) dan situasi/kondisi lingkungan (fisik
masalah memiliki kompleksitas dan sosial) yang terdapat di sekitar orang
(kesederhanaan dan kerumitan) masing- tersebut (the environment). Kolb (1984)
masing, menjadi hal yang mustahil jika kita mengadaptasinya dengan menyatakan
mempergunakan cara-cara yang sama bahwa hubungan antara person dan
dalam menanggapi dan menghadapinya. environment-nya bersifat transaksional—
Oleh sebab itu, kita perlu mempelajari dan situasi/kondisi masing-masing saling
mengembangkan berbagai macam strategi berkaitan dan saling mempengaruhi satu
melalui ratusan bahkan ribuan pengalaman sama lain. Dalam bentuk lain, hubungan
dalam banyak keadaan. Inilah yang disebut transaksional ini juga berlangsung antara
sebagai proses adaptasi yang menyeluruh pengalaman belajar yang objektif (concrete
(holistic process of adaptation), artinya experience & active experimentation) dan
strategi-strategi yang kita miliki perlu pengalaman belajar yang subjektif (abstract
diujicoba efektivitas dan efisiensinya dalam conceptualization & reflective observation).
menyelesaikan berbagai permasalahan. Oleh sebab itu, menjadi penting bagi kita
Dengan adanya banyak pengalaman yang sebagai pembelajar (learner) untuk
memahami setiap situasi/kondisi—baik yang dalam Outbound Training? Beberapa tahun
ada dalam hubungan person-environment belakangan, mulai bermunculan praktisi-
maupun hubungan antara pengalaman praktisi dan provider-provider outbound
subjektif dan objektif. Proses memahami training yang menggunakan prinsip ELT
situasi/kondisi tersebut dapat dilakukan sebagai bagian dari metode
dengan beberapa pendekatan, antara lain: pembelajarannya. Bagi mereka, outbound
pengamatan (observasi), wawancara bukan sekedar aktivitas fisik yang sifatnya
(interviu), coaching & counseling, serta rekreasional, menantang, dan melelahkan.
pengukuran (psikotes, pre-test & post-test, Peserta outbound akan diajak untuk belajar
dll)—ini disebut sebagai psychological lewat pengalaman mereka melakukan
assessment. Hasil dari proses tersebut aktivitas-aktivitas tersebut. Melalui
niscaya turut mempengaruhi arah keberadaan sesi debrief yang intens antara
pembelajaran (learning) yang kita alami— fasilitator dan peserta outbound,
akan mengarah pada peningkatan kinerja pengalaman-pengalaman tersebut akan
dan perkembangan (development), stagnan, disarikan menjadi sebuah pembelajaran.
atau malah mengalami penurunan Intensitas ini dapat dinilai dari muatan-
(degradasi). muatan materi yang akan didiskusikan
dalam sesi tersebut, dan durasi waktu yang
6. Learning is The Process of dialokasikan dalam rundown untuk
Creating Knowledge melakukan prosesnya. Selain itu juga dapat
Meskipun Kolb (1984) menekankan dinilai dari profil dan kompetensi yang dimiliki
bahwa belajar (learning) adalah proses, para fasilitator yang akan memandu peserta
bukan hasilnya, tetapi setiap proses belajar outbound.
pasti memiliki tujuan. Pembelajaran
Di Indonesia, belum banyak provider
(learning) bertujuan untuk menciptakan
outbound training yang kredibel, dan secara
pengetahuan melalui transformasi
konsisten menggunakan Experiential
pengalaman. Pengetahuan tersebut dapat
Learning Theory sebagai metode
mempengaruhi kapasitas dan kapabilitas
pelatihannya. Ini terbukti dari image
kita untuk menjadi lebih berkompeten dalam
outbound training yang masih dianggap
menjalankan peran dan tanggungjawab di
sebagai kegiatan yang semata-mata
pekerjaan, di kelurga, serta di masyarakat.
rekreasional (bersifat senang-senang),
dilaksanakan di luar kota (outing), dan
Lalu, apa relevansi Experiential Learning
melelahkan (karena banyak aktivitas fisik),
Theory sebagai sebuah metode belajar
tetapi tidak berkaitan dengan program metode pembelajaran yang menekankan
pengembangan SDM, bahkan berpengaruh pada tantangan dan pengalaman yang diikuti
terhadap peningkatan kinerja SDM di dengan refleksi hasil pembelajaran yang
perusahaan/organisasinya. Oleh karena itu, didapat dari pengalaman tersebut. EL bukan
sebagai calon pengguna jasa provider semata-mata belajar dari pengalaman, tapi
outbound training, anda perlu lebih jeli dalam sebuah pembelajaran yang menggunakan
menilai kualitas provider outbound training pengalaman sebagai media belajar.
yang akan anda gunakan, dan lebih bijak
dalam memilih provider outbound training
Mengapa Model Pelatihan Metode
tersebut. Percayakan
perusahaan/organisasi anda pada provider Experiential Learning digunakan pada
outbound training yang mampu
BP3KSDMT ?
menunjukkan dan menjelaskan kesesuaian
program pelatihannya dengan sistem Sekilas Tentang Balai Diklat
manajemen SDM yang sudah berjalan di Pembangunan Karakter SDM
perusahaan/ organisasi anda. Transportasi Pasirjambu-Bandung
Balai Diklat Pembangunan Karakter
Apa itu Experiential Learning ?
SDM Transportasi (BP3KSDMT) Pasirjambu

“Experiential Learning is Challenge and Bandung, merupakan salah satu UPT (Unit

Experience followed by Reflection leading to Pelaksana Teknis) yang berada pada

Learning and Growth” (AEE, 2017)1 lingkungan Badan Pengembangan SDM


Perhubungan (BPSDMP) Kementerian
Banyak tokoh pendidikan yang Perhubungan RI, dan merupakan satu-satu
mendefinisikan mengenai Experiential nya UPT di bawah BPSDMP, yang sampai
Learning dengan berbagai pendekatan dan saat ini bertindak sebagai UPT Pendidikan
kompleksitas (Dewey, Lewin, Piaget dan dan Pelatihan (Diklat) yang
Kolb). Dan definisi Experiential Learning dari menyelenggarakan Diklat Pembangunan
Asociation of Experiential Education (AEE) di Karakter di lingkungan Kementerian
atas adalah yang paling menggambarkan Perhubungan khususnya dan
Experiential Learning secara singkat dan Instansi/Lembaga Pemerintah/swasta di luar
jelas.Experiential Learning atau lingkungan Kementerian Perhubungan
Pembelajaran Berbasis Pengalaman adalah

1
https://www.aeli.or.id/apa-itu-experiential-
learning
secara umum, Diklat Pembangunan 4. Mampu Mengelola Hubungan
Karakter yang diselenggarakan di dengan Tuhan YME (Spiritual)
BP3KSDMT merupakan pendidikan dan
Penerapan Metode Experiential
pelatihan yang bersifat non teknis, karena
Learning pada Diklat Pembangunan
tujuannya adalah untuk mendidik ranah Soft
Karakter
Skill bagi para peserta, sehingga tidak ada
unsur Hard Skill atau Teknis. BP3KSDMT Bandung melaksanakan
BP3KSDMT berdiri di atas lahan seluas kegiatan Diklat Pembangunan Karakter
±37 Hektar yang berlokasi di desa Cibodas, dengan Model Pelatihan Metode Experiential
Pasirjambu-Ciwidey, Kabupaten Bandung, Learning (EL) , mengapa demikian? karena
dan mulai efektif beroperasi metode EL merupakan metode
menyelenggarakan kegiatan diklat pembelajaran yang sangat relevan dalam
pembangunan karakter sejak tahun 2016 membentuk karakter seseorang. Dalam
hingga saat ini. pendekatan metode EL, belajar dengan
Kegiatan Diklat ini merupakan diklat non- mengalami. Para peserta menjadi subjek
teknis yang di selenggarakan untuk pembelajaran. Mereka dianggap orang yang
mempersiapkan para peserta nya untuk paling tahu tentang dirinya, jadi metode yang
mampu siap secara fisik dan mental, baik digunakan bermula dari apa yang mereka
secara individu maupun kelompok dalam miliki. Peran fasilitator (tenaga pengajar
rangka menghadapi dunia kerja secara diklat) hanya sebagai "bidan" yang bertugas
nyata, dan menjadi insan perhubungan yang mengeluarkan "janin" (metode pendekatan
Prima Fisiknya, Profesional Sikapnya dan Socrates dalam menggali ilmu
Beretika. pengetahuan). Karena sebetulnya para
BP3KSDMT memiliki parameter peserta diklat Pembangunan Karakter sudah
kemampuan (Capability yang harus dimiliki memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
oleh setiap peserta pasca mengikuti berharga, namun mereka belum mampu
kegiatan Diklat Pembangunan Karakter, untuk mengarahkannya. Tugas Fasilitator
yaitu antara lain : yang berperan untuk mengoptimalkan hal
1. Mampu Mengelola Hubungan itu.

dengan Diri Sendiri (Interpersonal) Konsekuensi dari


2. Mampu Mengelola Hubungan pendekatan experiential learning adalah
dengan Orang Lain (Intrapersonal) memanusiakan manusia. Selama kegiatan
3. Mampu Mengelola Hubungan Diklat Pembangunan Karakter, para peserta
dengan Organisasi (Organisasional) mengenakan atribut/seragam yang sudah
disediakan, dan dalam hal ini pun sudah 8. Materi Narasumber.
mempunyai makna, yaitu agar para peserta
Tenaga pengajar pelatihan Diklat
memiliki rasa kebersamaan yang sama, dan
Pembangunan Karakter
memiliki rasa senasib sepenanggungan juga
memiliki rasa solidaritas yang tinggi dalam Tenaga pengajar pada model pelatihan
hal mengenakan atribut/pakaian yang di metode experiential learning (EL) diklat
pakai selama kegiatan Diklat Pembangunan Pembangunan Karakter ini, terdiri dari dua
Karakter unsur , yaitu Fasilitator (PNS/ASN di
BP3KSDMT) dan Instruktur Kesamaptaan
BP3KSDMT menerapkan model
(Unsur TNI Aktif/Purnawirawan) , karena
pelatihan Experiential Learning yang
diklat Pembangunan Karakter pada
berbasis pada Outdoor base learning
BP3KSDMT, adalah penggabungan dua
(pembelajaran berbasis pada luar
Metode, yaitu unsur EL itu sendiri dengan
ruangan/alam terbuka), dan juga metode
Metode Militer dimana ada tata cara
simulasi yang berbasis pada games-games
kemiliteran yang di adopsi walaupun kadar
problem solving maupun games yang
nya tidak banyak, seperti penerapan PBB
menguji tingkat kerjasama kelompok (Team
(Peraturan Baris-berbaris), PUDD
Building). Selain metode tersebut, model
(Peraturan Urusan Dinas Dalam) yang di
pelatihan experiential learning yang
aplikasikan pada sesi kegiatan seperti, Apel
digunakan juga menggunakan materi-materi
Pagi, Apel Malam, pergerakan kelompok
yang disampaikan di kelas, seperti materi
peserta dari asrama/barak menuju ke tempat
kelas. Secara jelas materi-materi dari
kegiatan, kegiatan makan, tata cara laporan
metode EL yang digunakan pada diklat
dan sebagainya. Dan unsur pengajar pada
Pembangunan Karakter, adalah, antara lain
model pelatihan metode experiential learning
:
diklat pembangunan karakter ini akan
1. Habituasi (Pembiasaan) dijelaskan sebagai berikut :
2. Ice Breaking Games
1. FASILITATOR
3. Team Building Games
Fasilitator pada model pelatihan metode
4. Team Challenges
experiential learning diklat Pembangunan
5. Personal Challenges
Karakter ini adalah dari unsur PNS/ASN
6. Kesamaptaan Jasmani, PBB
Kementerian Perhubungan yang bertugas
(Peraturan Baris Berbaris), PUDD
pada BP3KSDMT, jumlah PNS/ASN yang
(Peraturan Urusan Dinas Dalam)
ada di BP3KSDMT ini adalah 30 orang
7. Materi Kelas
termasuk dengan 4 (empat) orang pejabat
Struktural dimana 1 (satu) orang adalah mengapa tenaga pengajar pada BP3KSDMT
Kepala Balai (Esselon III), dan 3 (tiga) di sebut sebagai Fasilitator karena
pejabat esselon IV, yang menjabat sebagai BP3KSDMT dimana sejak awal makalah ini
Kepala Sub Bag Tata Usaha, Kepala Seksi di sebutkan sebagai lembaga diklat
Sarana dan Prasarana, dan Kepala Seksi pemerintah (dibawah naungan BPSDMP)
Penyelenggaraan dan Kerjasama Diklat. yang menyelenggarakan model pelatihan
PNS/ASN yang bertugas sebagai tenaga metode experiential learning.
Fasilitator diklat Pembangunan Karakter Para fasilitator BP3KSDMT ini selain
berjumlah 12 orang, yang terdiri dari 3 (tiga) mempunyai background pelatihan alam
orang dengan jabatan Widyaiswara, dan 9 terbuka dan petualangan yang di dapatkan
(Sembilan) orang lainnya merupakan melalui Outward Bound Singapore (OBS) ,
jabatan Fungsional Umum, dengan kata lain kemampuan mereka sebagai Fasilitator di
tugas Fasilitator bersifat temporer atau jika bidang experiential learning sudah
memang adanya kegiatan Diklat yang tersertifikasi oleh BNSP (Badan Nasional
sedang belangsung di BP3KSDMT maka ke Sertifikasi Profesi) untuk menjadi SKKNI
12 (dua belas) orang ini yang ditunjuk oleh (Standar Kompetensi Kerja Nasional
pimpinan sebagai tenaga pengajar diklat Indonesia) Fasel (Fasilitator Experiential
Pembangunan Karakter. PNS/ASN yang Learning) Indonesia , melalui kegiatan Uji
bertugas sebagai Fasilitator ini memang Kompetensi Kepemanduan Outbound
sudah mempunyai kualifikasi khusus (Fasilitator Experiential Learning) Indonesia,
sebagai Fasilitator yang berbasis pada yang diselenggarakan oleh BNSP yang
Model Pelatihan metode experiential berkerja sama dengan Kementerian
learning dimana mereka sudah pernah Pariwisata, sehingga melegalisasi
dikirim ke OBS (Outward Bound Singapore) kemampuan/kompetensi para Fasilitator
pada tahun 2011, 2012, dan 2013, dimana BP3KSDMT dalam kegiatan model pelatihan
pada saat itu mereka masih bertugas di UPT- yang menggunakan metode experiential
UPT lain (Sekolah tinggi dan Akademi di learning ini agar menjadi fasilitator
bawah naungan BPSDMP) dan pada saat experiential learning yang ber Kompeten di
BP3KSDMT mulai berdiri dan efektif bidangnya.
beroperasi mereka di rekrut (jalur mutasi
pegawai) dimana memang di fokus kan 2. INSTRUKTUR MILITER
sebagai Tenaga Pengajar (Fasilitator) pada Unsur Pengajar ini telah dijelaskan
model pelatihan metode experiential sekilas di atas, Instruktur Militer merupakan
learning, dan dikarenakan hal tersebut tenaga pengajar diklat Pembangunan
Karakter yang mengampu materi
Kesamaptaan Jasmani, PBB, PUDD dan TU III. METODE PENELITIAN
(Tata Upacara) , Instruktur Militer direkrut
Pendekatan Penelitian
dari unsur TNI, dimana ada yang berstatus
sebagai pegawai honorer tetap di Penelitian ini merupakan penelitian
BP3KSDMT dan ada yang berstatus deskriptif dengan pendekatan kualitatif
temporer, Instruktur Militer yang berstatus dengan tujuan untuk mendeskripsikan
sebagai pegawai honorer di BP3KSDMT pelaksanaan pembelajaran model
adalah unsur TNI yang sudah Pelatihan Metode Experiental Learning diklat
pensiun/purnawirawan, dan tugasnya selain Pembangunan Karakter pada Balai Diklat
sebagai Instruktur pada diklat pembangunan Pembangunan Karakter SDM Transportasi
karakter juga sebagai koordinator Bandung.
pengamanan di lingkungan BP3KSDMT, Peneliti menggunakan pendekatan
jumlah personel dari Instruktur Militer yang kualitatif karena permasalahan yang
berstatus sebagai pegawai honorer di dibahas lebih banyak mendeskripsikan,
BP3KSDMT ini adalah 4 (empat) Orang. menguraikan dan menggambarkan
Sedangkan untuk instruktur militer yang tentang pelaksanaan pembelajaran model
bersifat temporer adalah unsur/anggota TNI Experiental Learning pada lembaga diklat
aktif yang berasal dari Lembaga Diklat TNI terebut. tersebut.
(KODIKLAT AD, PUSDIK PASKHAS AU dan
Pengumpulan data dalam penelitian ini
RINDAM) yang sudah menjalin kerja sama
menggunakan beberapa metode, antara
dengan pihak BP3KSDMT baik dalam
lain:
bentuk jangka panjang maupun pendek,
Insruktur MIliter yang berstatus temporer 1. Observasi
dibutuhkan jika peserta diklat Pembangunan
Observasi yang digunakan peneliti dalam
Karakter yang diselenggarakan memiliki
penelitian ini yaitu observasi partisipatif.
jumlah yang kolosal (banyak) yang tentunya
membutuhkan lebih banyak personel, 2. Wawancara
karena personel dari unsur militer ini juga
Wawancara ini dilakukan supaya peneliti
bersifat pendampingan melekat dengan
dapat memasuki dunia pikiran Wawancara
peserta (sebagai Danton/komandan peleton)
ini dilakukan secara informal melalui
sehingga membutuhkan jumlah personel
percakapan atau tanya jawab dan juga
yang disesuaikan dengan jumlah peserta.
menggunakan alat rekam disamping
mencatat hasil percakapan.
3. Dokumen Peneliti mencari pola, tema, hubungan,
persamaan, hal- hal yang sering timbul dan
Peneliti juga mengumpulkan data dengan
lain sebagainya. Jadi dari data yang
mengumpulkan dokumen seperti catatan
diperoleh peneliti sejak awal sudah
harian, foto, gambar, leaflet serta
mengambil kesimpulan. Kesimpulan awal
dokumen lain yang mendukung informasi
masih sangat tentatif, kabur, diragukan,
penelitian.
akan tetapi dengan bertambahnyanya data,
Instrumen Penelitian maka kesimpulan akan lebih fokus dan jelas.

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah Jadi kesimpulan harus diverifikasi selama

peneliti. Akan tetapi, untuk mendapatkan penelitian berlangsung.

data yang lengkap diperlukan instrumen Keabsahan Data


dengan pengumpulan data melalui
Uji keabsahan data dalam penelitian
lembar wawancara, lembar observasi,
kualitatif meliputi uji credibility
dan dokumentasi.
(kredibilitas), transferability,
Teknik Analisis Data dependability, dan confirmability

Analisa data pada penelitian ini (Sugiyono, 2007: 266). Pengujian

menggunakan teknik analisis deskriptif transferability berkenaan dengan

kualitatif. Analisis dibagi menjadi 3 pertanyaan, hingga mana hasil penelitian

(tiga) tahapan, yaitu: dapat diterapkan atau digunakan.


Pengujian dependability (dalam penelitian
1. Reduksi Data (Data Reduction)
kuantitatif disebut reabilitas) dilakukan
Data yang diperoleh dalam lapangan dengan melakukan audit terhadap
ditulis atau diketik dalam bentuk uraian keseluruhan proses penelitian. Pengujian
atau laporan yang terinci. Data yang confirmability (dalam penelitian kuantitatif
direduksi memberikan gambaran yang disebut uji obyektivitas penelitian)
lebih tajam tentang hasil pengamatan, dan dilakukan dengan menguji hasil penelitian
juga mempermudah peneliti untuk mencari yang dikaitkan dengan proses yang
kembali data yang diperlukan. dilakukan. Pada penelitian ini, uji
keabsahan data menggunakan validitas
2 . Penarikan Kesimpulan (Conclusion
internal atau credibility. Validitas internal ini
Drawing/ verification) dilakukan dengan cara :
1. Triangulasi Program Diklat. Program Diklat
Pembangunan Karakter menjadi acuan para
Menggabungkan berbagai data untuk
Fasilitator Diklat yang berisi tentang apa
mencek kebenaran data dengan
yang akan dilakukan fasilitator untuk
membandingkan data yang diperoleh dari
mencapai kompetensi dasar tertentu.
observasi, wawancara dengan Tenaga
Pengajar Diklat dan dokumentasi yang Peneliti melakukan wawancara
dilakukan pada Balai Diklat Pembangunan dengan keempat Fasilitator BP3KSDMT
Karakter SDM Transportasi Bandung. dan juga kepala Balai BP3KSDMT, dari
hasil wawancara terdapat dua Fasilitator
2. Member check
yang rutin membuat Program Diklat setiap
Tujuan dari member check yaitu agar melaksanakan Kegiatan Diklat, karena
informasi yang kita peroleh dan gunakan Fasilitator tersebut memang memiliki tugas
dalam penulisan laporan sesuai dengan sebagai penyusun program kegiatan diklat
yang dimaksud oleh informan. Member sebagai uraian tugas jabatannya.
check dilakukan dengan mengecek
Kemudian dilanjutkan dengan Rapat-rapat
kembali hasil wawancara kepada
pembahasan program yang telah disusun
Tenaga Pengajar (Fasilitator), kemudian
oleh dua orang fasilitator yang mempunyai
disesuaikan dengan hasil wawancara
uraian tugas sebagai penyusun program
kepada Kepala Balai Diklat Pembangunan
diklat, kemudian dibahas oleh seluruh
Karakter Balai Diklat Pembangunan Karakter
fasilitator dan tenaga kediklatan yang terkait
SDM Transportasi Bandung.
dengan kegiatan diklat.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


2. Pengalaman Konkret
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal
1. Persiapan Pelaksanaan Model 29 April s.d 03 Mei 2019 dan juga
Pembelajaran Experiental Learning wawancara kepada keempat Fasilitator

Persiapan pembelajaran penting diklat Pembangunan Karakter menunjukkan

dilakukan oleh pendidik untuk bahwa pada tahap pengalaman konkret

memperlancar pelaksanaan proses belajar dilakukan setelah semua peserta diklat

mengajar. Salah satu hal yang perlu dapat dikondisikan, yaitu ketika semua

dipersiapkan dalam proses pembelajaran peserta diklat siap menerima materi diklat,

bagi Fasilitator Diklat yaitu membuat para peserta diklat dikondisikan sesuai
dengan materi yang akan diberikan dan pengalaman sebelumnya pada kegiatan
diberikan Ice Breaking Games sebelum tersebut.
menerima materi inti kegiatan diklat
4. Berpikir Abstrak
Pembangunan Karakter.
Dari hasil observasi tanggal 29 April – 03
Mei 2019 , pada tahap ini semua
peserta diklat dikumpulkan, ada yang
kelas bersama adapula yang per kelas.
Kegiatan pada tahap
3. Observasi Refleksi konseptualisasi dilakukan dengan berbagai

Berdasarkan hasil observasi yang bentuk, yaitu diskusi, laporan individu

dilakukan peneliti pada tanggal 29 April dan role playing. Pada tahap

– 03 Mei 2019 , pada tahap observasi refleksi konseptualisasi peserta diklat mulai

setiap kegiatan diklat memiliki metode dan belajar membuat abstraksi atau konsep

media yang berbeda, ada yang tentang hal yang pernah dialami. Ada

menggunakan metode di dalam ruangan berbagai cara untuk membantu peserta didik

dan ada pula yang diluar lapangan. Seperti membangun konsep ketika proses

halnya dalam materi kegiatan diklat pembelajaran. BP3KSDMT menginovasi

Belaying School para peserta diklat tahap ini dengan kegiatan role playing,

dikondisikan untuk mengikuti kegiatan diskusi atau laporan langsung.

tersebut yang menggunakan media Tali Kegiatan diskusi dilakukan secara kelas

Tinggi, yaitu peserta diklat harus menghadapi bersama. Biasanya diawali oleh pendidik

tantangan dengan menaiki prasarana dengan mengajukan pertanyaan-

Outbound yang ada di Balai Diklat pertanyaan kepada peserta didik terkait

Pembangunan Karakter SDM Transportasi materi yang telah

Bandung, dengan ketinggian 10 meter. diobservasi. Laporan individu dilakukan

Para peserta diklat dibekali dengan Alat dengan cara memberikan laporan secara

pengaman diri pendukung kegiatan dan lisan terhadap observasi yang

safety brief dari para fasilitator, agar pada dilakukan. Sedangkan role playing

pelaksanaan kegiatan tersebut peserta diklat dilakukan dengan bermain peran. Role

mampu melaksanakn kegiatan dengan aman playing pada mata pelajaran

dan selamat, walaupun bermain dengan kewirausahaan dilakukan dengan

ketinggian dan para peserta tidak memiliki pembagian peran dimana peserta didik
ada yang berperan
5. Pengalaman Aktif atau proses evaluasi yang dilakukan di
Penerapan BP3KSDMT Observer Kegiatan dilakukan
pada setiap kegiatan berlangsung bersama
Berdasarkan hasil observasi tanggal 29
oleh fasilitator dan peserta diklat dan
April – 03 Mei 2019 Fasilitator BP3KSDMT
dilakukan setiap pekan untuk
melaksanakan tahap ini dengan
mengevaluasi proses pembelajaran
memberikan pengarahan atau
yang sudah berlangsung. Evaluasi
memberikan tugas kepada peserta didik
juga dilakukan secara langsung ataupun
dengan konsep yang sama. Pada tahap ini
melalui uji kemampuan peserta diklat.
peserta diklat sudah mampu
mengaplikasikan suatu aturan umum ke B. Pembahasan
situasi baru.
1. Persiapan Pelaksanaan Model
Pembelajaran dengan Pembelajaran Experiental Learning
mempraktekkan langsung bagaimana
Persiapan pelaksanaan merupakan
cara melaksanakan rapelling (menuruni tali
tahapan yang ditempuh para fasilitator pada
dari ketinggian 20 meter) yang merupakan
saat akan memulai proses kegiatan diklat.
tantangan individu bagi setiap peserta diklat
Tujuan dari persiapan untuk
untuk mengelola dirinya sendiri dalam
memperlancar pelaksanaan kegiatan
menghadapi situasi tertekan menghadapi
diklat Persiapan ini akan mempengaruhi
tantangan pada ketinggian.
keberhasilan pembelajaran. Dari
6. Evaluasi Pelaksanaan Model keempat tenaga fasilitator yang
Pembelajaran Experiental Learning diwawancarai, hasil wawancara terdapat
dua Fasilitator yang rutin membuat
Berdasarkan observasi yang dilakukan
Program Diklat setiap melaksanakan
peneliti pada tanggal 29 April – 03 Mei 2019
Kegiatan Diklat, karena Fasilitator tersebut
evaluasi dilakukan selama kegiatan
memang memiliki tugas sebagai penyusun
diklat berlangsung untuk memperbaiki
program kegiatan diklat sebagai uraian tugas
langkah-langkah selanjutnya dan juga
jabatannya
dilaksanakan pada akhir kegiatan untuk
mengetahui sejauh mana hasil atau Berdasarkan hasil wawancara,
perubahan tingkah laku yang telah terjadi observasi dan dokumentasi,
selama kegiatan belajar melalui peneliti menyimpulkan bahwa persiapan
pengalaman berlangsung. Observer pelaksanaan kegiatan diklat dilakukan
kegiatan diklat merupakan salah satu dengan matang terbukti persiapan dilakukan
dengan Rapat-rapat pembahasan program dilaksanakan di Balai diklat Pembangunan
yang telah disusun oleh dua orang fasilitator Karakter SDM Transportasi sudah relevan
yang mempunyai uraian tugas sebagai dengan teori David Kolb. Menurut Kolb,
penyusun program diklat, kemudian dibahas pada tahap ini pemahaman seseorang
oleh seluruh fasilitator dan tenaga kediklatan akan semakin berkembang yaitu
yang terkait dengan kegiatan diklat. seseorang sudah mulai mencari mengapa
peristiwa tersebut dapat terjadi (Baharudin,
2. Pengalaman Konkret
2007: 71).
Berdasarkan hasil penelitian, tahap
pengalaman konkret di Balai Diklat 4. Berpikir Abstrak atau
Pembangunan Karakter SDM Transportasi Konseptualisasi
sudah relevan dengan teori David Kolb.
Berdasarkan hasil penelitian, tahap
Pada tahap ini peserta diklat mampu atau
konseptualisasi atau berpikir abstrak yang
dapat mengalami suatu peristiwa
dilakukan pada Balai Diklat Pembangunan
sebagaimana adanya. Peserta diklat dapat
Karakter SDM Transportasi Bandung sudah
melihat dan merasakan, serta dapat
relevan dengan teori David Kolb. Kegiatan
bercerita tentang peristiwa tersebut seperti
diskusi, laporan individu maupun role
yang dialaminya. Namun peserta diklat
playing membantu peserta diklat untuk
belum dapat memahami mengapa
membentuk konsep dari peristiwa yang
peristiwa tersebut terjadi.
dialaminya. Peserta diklat mulai berpikir
3. Observasi Refleksi induktif untuk merumuskan suatu aturan
umum atau generalisasi dari berbagai
Pada tahap ini, peserta didik sudah mampu
contoh peristiwa yang dialaminya.
melakukan observasi secara aktif terhadap
Walaupun kejadian-kejadian yang diamati
materi yang diberikan oleh Fasilitator.
tampak berbeda-beda, namun memiliki
Peserta diklat mulai berupaya untuk
komponen- komponen yang sama yang
mencari jawaban dan memikirkan mengapa
dapat dijadikan dasar aturan bersama.
peristiwa tersebut dapat terjadi. Proses
refleksi yang dilakukan oleh peserta diklat 5. Pengalaman aktif atau
dan fasilitator, akan membantu peserta Penerapan
diklat untuk memahami latar belakang
Pengarahan yang diberikan pendidik
mengapa peristiwa itu terjadi.
bertujuan untuk memahamkan peserta
Berdasarkan hasil observasi dan diklat bahwa pembelajaran yang
wawancara, tahap observasi refleksi yang dilakukan dengan tahap-tahap
sebelumnya dapat diterapkan dalam KESIMPULAN DAN SARAN
kehidupan sehari-hari. Peserta diklat
Berdasarkan hasil penelitian dan
sudah mampu menggunakan teori tersebut
pembelajaran Experiental Learning di
untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya. Dari hasil penelitian ini, Balai diklat Pembanguna Karakter SDM
peneliti menyimpulkan bahwa tahap Transportasi Bandung dapat disimpulkan
pengalaman aktif atau penerapan yang secara umum bahwa pelaksanaan model
diterapkan di Balai Diklat Pembangunan pembelajaran Experiental Learning di
Karakter SDM Transportasi Bandung sudah Balai Diklat Pembangunan Karakter SDM
relevan dengan teori David Kolb. Transportasi sesuai dengan teori David
Kolb dalam pelaksanaannya, yang meliputi:
6. Evaluasi Pelaksanaan Model
tahap pengalaman konkret, tahap observasi
Pembelajaran Experiental Learning
refleksi, tahap konseptualisasi atau berpikir
Tujuan dilakukan evaluasi adalah untuk abstrak dan tahap penerapan atau
mengetahui tingkat keberhasilan pengalaman aktif. Pada tahap
pembelajaran dengan model Experiental pengalaman konkret masing-masing
Learning. Evaluasi pendidik yang dilakukan pendidik memiliki cara yang berbeda,
tiap pekan, membantu memperbaiki namun tujuannya sama yaitu menceritakan
kekurangan pembelajaran dengan cepat. dan menggali pengalaman peserta didik.
Sedangkan, evaluasi kepada peserta diklat
Pada tahap observasi refleksi, pendidik
yang dilakukan kelas bersama pada jam
memberikan kesempatan kepada peserta
student advisor dan tes berguna untuk
didik untuk melakukan observasi langsung
mengetahui kemampuan peserta didik
pada objek pembelajaran kemudian
secara afektif, kognitif dan psikomotorik.
melakukan refleksi bersama. Pada tahap
Dari hasil evaluasi tersebut, model
konseptualisasi dilakukan dengan cara role
pembelajaran Experiental Learning
playing, laporan individu maupun diskusi.
membantu peserta diklat untuk mencapai
Pada tahap penerapan atau pengalaman
tujuan belajar yang maksimal.
aktif dilaksanakan dengan cara yang
Berdasarkan hasil penelitian, evaluasi berbeda yaitu memberikan pengarahan
yang telah diterapkan sudah cukup atau melakukan observasi dengan materi
efektif dan efisien untuk menunjang yang berbeda, namun proses yang sama.
keberlangsungan kegiatan belajar dengan Hanya pada persiapan pelaksanaan
model Experiental Learning. pembelajaran belum semua pendidik di
Balai Diklat Pembangunan Karakter SDM
Transportasi Bandung memahami dan 1. Saran untuk Pendidik (Fasilitator)
melakukan persiapan pembelajaran dengan
Kegiatan yang sudah diselenggarakan sudah
baik.
berjalan dengan baik, sistematis dan
Secara teknis, semua Fasilitator diklat terencana, namun harus ada penambahan
Pembangunan Karakter sudah tenaga fasilitator, karena diklat yang
melaksanakan model pembelajaran berlangsung atau diselenggarakan jumlah
Experiental Learning. Pada proses evaluasi peserta diklat bersifat kolosal (massal)
model pembelajaran Experiental Learning di sehingga jumlah fasilitator harus sesuai
Balai Diklat Pembangunan Karakter SDM dengan komposisi rasio jumlah peserta.
Transportasi Bandung dilakukan dengan
2. Saran untuk Lembaga Diklat
tiga cara yaitu Observer Kegiatan atau uji
diagnostik, tes kemampuan peserta diklat Balai Diklat Pembangunan Karakter perlu
dan evaluasi dari Fasilitator Dari hasil untuk menjaga ritme penyelenggaraan diklat
evaluasi yang dilakukan Balai Diklat yang seudah berjalan dengan baik. Karena
Pembangunan Karakter SDM Transportasi Diklat Pembangunan Karakter merupakan
Bandung, hasil belajar peserta diklat diklat yang berebda dengan diklat yang lain,
memenuhi KKM. Output dari selain bukan menggelar kompetensi teknis,
pembelajaran Experiental Learning peserta diklat ini mempunyai konten ‘Pembangunan
diklatmenjadi lebih aktif, mandiri, kreatif, dan Karakter’ sehingga setiap tenaga diklat
bertanggung jawab sesuai dengan 4 maupun tenaga kediklatan sebagai
kemampuan dasar yang ditanamkan pada pendukung penyelenggaraan diklat harus
diklat Pembangunan Karakter SDM selalu besinergi dengan baik agar sesuai
Transportasi Bandung, yaitu Mampu dengan konten ‘Pembangunan Karakter’
mengelola dirinya sendiri; Mampu mengelola yang diselenggarakan oleh Balai Diklat
hubungan dengan orang lain; Mampu Pembangunan Karakter SDM Transportasi
mengelola hubungan dengan Organisasi; Bandung.
Mampu mengelola dengan Tuhan YME.

A. Saran

Berdasarkan hasil penelitian,


pembahasan, dan kesimpulan sebagaimana
diuraikan di atas, maka peneliti
menyampaikan saran sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun BP3KSDMT (2016) Kurikulum


Diklat Pembangunan Karakter SDM
Transportasi

Baharudin dan Eka Nur Wahyuni. (2008).

Teori belajar dan Pembelajaran.

Yogyakarta: Ar Ruzz Media Group.

Eveline dan Siregar.(2010). Teori Belajar


dan Pembelajaran. Jakarta: Ghalia
Indonesia.

Kolb, David. (1984). Experiental


Learning. New jersey: Prentice Hall Inc.

Anda mungkin juga menyukai