Anda di halaman 1dari 19

D.

Perbedaan Tafsir, Takwil, dan Terjemah

Beda antara tafsir dan terjemah adalah bahwa baik terjemah barji'yah maupun terjemah tafsiriyah,
terdapat sejumlah perbedaan dengan tafsir. Namun banyak penulis terjebak pada anggapan bahwa
terjemah tafsiriyah sebagai tafsir dengan menggunakan bukan bahasa aslinya. atau terjemah tafsir
bahasa asli. Pada gilirannya. itu akan dianggap sebagai terjemah dari bahasa asli sendiri. Anggapan ini
menimbulkan beda pendapat di kalangan para ulama.

Sebenarnya, antara terjemah tafsiriyah dan tafsir terdapat empat perbedaan. Pertama. redaksi terjemah
memiliki gaya

D. Perbedaan Tafsir, Takwil, dan Terjemah

Beda antara tafsir dan terjemah adalah bahwa baik terjemah barji'yah maupun terjemah tafsiriyah,
terdapat sejumlah perbedaan dengan tafsir. Namun banyak penulis terjebak pada anggapan bahwa
terjemah tafsiriyah sebagai tafsir dengan menggunakan bukan bahasa aslinya. atau terjemah tafsir
bahasa asli. Pada gilirannya. itu akan dianggap sebagai terjemah dari bahasa asli sendiri. Anggapan ini
menimbulkan beda pendapat di kalangan para ulama.

Sebenarnya, antara terjemah tafsiriyah dan tafsir terdapat empat perbedaan. Pertama. redaksi terjemah
memiliki gaya

tersendiri, yaitu dengan tetap menjaga keaslian posisinya. Adapun tafsir tidak demikian, sebab tafsir
selalu berpedoman pada pertalian yang erat dengan asalnya, misalnya dengan mendatangkan contoh-
contoh kosakata tunggal atau yang majemuk, kemudian menjelaskan dengan keterangan yang berkaitan
dengannya seperti pertalian antara mubtada' dan khabar lalu. beralih pada pembahasan lain, baik
mengenai kata per kata maupun dalam bentuk kalimat sempurna. Demikian kerja tafsir dari awal sampai
akhirnya. sehingga tidak mungkin proses penafsiran itu terpenggal-penggal dengan konteks lainnya.
Apabila uraian tersebut terpenggal-penggal. maka pembicaraan akan menjadi terbelah. sehingga tidak
mendatangkan pengertian yang benar.

Kedua, terjemah tidak mentoleransi pembelokan bahasan, sementara tafsir dibolehkan bahkan
merupakan keharusan menerangkan contoh lain sebagai penguatnya. Sangat berbeda dari terjemah
yang dituntut kesetiaan tinggi pada teks aslinya dengan teliti. sehingga tidak terjadi penambahan
ataupun pengurangan aslinya. Sekalipun jika terjadi kesalahan pada teks aslinya, maka akan tercermin
pula dalam hasil terjemahannya. Hal ini sangat berbeda dari tafsir yang dituntut adalah menerangkan
dan menjelaskannya. Atas dasar kejelasan dan keterangan itu, para mufasir sering menggunakan metode
bermacam-macam dalam memberikan contoh sebagai penjelasan teks aslinya kepada orang yang
ditujunya sesuai keperluannya. Hal tersebut terlihat ketika menjelaskan kata-kata secara bahasa yang
mengandung makna ganda yang perlu diterangkan, juga dalam menerangkan istilah-istilah, segi
argumentasi dan menjelaskan hikmahnya. Keragaman uraian itu menjadi rahasia tafsir mengapa tafsir Al-
Qur'an pada umumnya memuat berbagai penjelasan. Dari latar belakang yang beragam itulah.
pendekatan dan metode tafsir menjadi bermacam-macam. Ada yang menitikberatkan uraiannya dari
aspek ilmu bahasa, 'aqzi'id, fiqh. dan ushalfzqh, asbab al

D. Perbedaan Tafsir, Takwil, dan Terjemah

Beda antara tafsir dan terjemah adalah bahwa baik terjemah barji'yah maupun terjemah tafsiriyah,
terdapat sejumlah perbedaan dengan tafsir. Namun banyak penulis terjebak pada anggapan bahwa
terjemah tafsiriyah sebagai tafsir dengan menggunakan bukan bahasa aslinya. atau terjemah tafsir
bahasa asli. Pada gilirannya. itu akan dianggap sebagai terjemah dari bahasa asli sendiri. Anggapan ini
menimbulkan beda pendapat di kalangan para ulama.

Sebenarnya, antara terjemah tafsiriyah dan tafsir terdapat empat perbedaan. Pertama. redaksi terjemah
memiliki gaya

tersendiri, yaitu dengan tetap menjaga keaslian posisinya. Adapun tafsir tidak demikian, sebab tafsir
selalu berpedoman pada pertalian yang erat dengan asalnya, misalnya dengan mendatangkan contoh-
contoh kosakata tunggal atau yang majemuk, kemudian menjelaskan dengan keterangan yang berkaitan
dengannya seperti pertalian antara mubtada' dan khabar lalu. beralih pada pembahasan lain, baik
mengenai kata per kata maupun dalam bentuk kalimat sempurna. Demikian kerja tafsir dari awal sampai
akhirnya. sehingga tidak mungkin proses penafsiran itu terpenggal-penggal dengan konteks lainnya.
Apabila uraian tersebut terpenggal-penggal. maka pembicaraan akan menjadi terbelah. sehingga tidak
mendatangkan pengertian yang benar.

Kedua, terjemah tidak mentoleransi pembelokan bahasan, sementara tafsir dibolehkan bahkan
merupakan keharusan menerangkan contoh lain sebagai penguatnya. Sangat berbeda dari terjemah
yang dituntut kesetiaan tinggi pada teks aslinya dengan teliti. sehingga tidak terjadi penambahan
ataupun pengurangan aslinya. Sekalipun jika terjadi kesalahan pada teks aslinya, maka akan tercermin
pula dalam hasil terjemahannya. Hal ini sangat berbeda dari tafsir yang dituntut adalah menerangkan
dan menjelaskannya. Atas dasar kejelasan dan keterangan itu, para mufasir sering menggunakan metode
bermacam-macam dalam memberikan contoh sebagai penjelasan teks aslinya kepada orang yang
ditujunya sesuai keperluannya. Hal tersebut terlihat ketika menjelaskan kata-kata secara bahasa yang
mengandung makna ganda yang perlu diterangkan, juga dalam menerangkan istilah-istilah, segi
argumentasi dan menjelaskan hikmahnya. Keragaman uraian itu menjadi rahasia tafsir mengapa tafsir Al-
Qur'an pada umumnya memuat berbagai penjelasan. Dari latar belakang yang beragam itulah.
pendekatan dan metode tafsir menjadi bermacam-macam. Ada yang menitikberatkan uraiannya dari
aspek ilmu bahasa, 'aqzi'id, fiqh. dan ushalfzqh, asbab al

nuzal, ndsikh dan mansukh, ilmu alam, tasawuf, filsafat. dan sosiologi. Kelebihan yang diperoleh dari
keragaman penjelasan itu, seorang mufasir dapat mengoreksi kesalahan yang terjadi pada teks aslinya,
jika terjadi kesalahan. ]adi. cara kerja mufasir persis seperti pada kajian karya-karya ilmiah. Proses untuk
sampai melontarkan kritik seperti ini mustahil diterapkan pada terjemahan. Sebab. jika cara tersebut
diterapkan pada terjemahan, maka akan hilang esensi penerjemahan itu sendiri, dan seorang
penerjemah harus menjaga amanah dan setia. _

Ketiga, terjemahan dituntut konsisten dan setia kepada makna dan maksud dari kata asalnya. Hal ini
sangat berbeda dari tafsir yang menekankan pada penjelasan yang maksimal. baik penjelasan itu secara
rinci maupun ijmali (global). Yang diutamakan dan terpenting ialah sampainya makna dan pesan yang
dikandungnya. dan penjelasan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi dari mufasir dan
audiensinya.

Keempat. terjemahan harus konsisten dengan makna dan maksud yang diterjemahkan. yaitu kesesuaian
antara hasil penerjemahan dengan yang dimaksudkan oleh pengarangnya. Adapun tafsir tidak demikian,
sifat konsisten seorang mufasir tergantung pada kuat atau tidaknya suatu argumen. ia akan tetap
konsisten jika memang terdapat argumen yang menopangnya, dan tidak konsisten jika argumen yang
menopangnya tidak mendukungnya. Seorang akan menilai mana yang lebih akurat di antara pendapat
yang ada, namun terkadang juga tidak memberi komentar apa-apa. Hal ini bisa jadi karena
kelemahannya dalam memahami suatu kata atau kalimat dengan mengatakan, banyak kalimat yang tidak
diketahui maksudnya. Sikap seperti ini yang diambil oleh kebanyakan mufasir ketika dihadapkan pada
masalah ayat-ayat Al-Qur'an yang mutasydbihdt dan huruf-huruf pembuka surah.

Sekalipun terdapat perbedaan-perbedaan yang signifikan di atas. terdapat sejumlah kenyataan yang
mesti menjadi per

D. Perbedaan Tafsir, Takwil, dan Terjemah


Beda antara tafsir dan terjemah adalah bahwa baik terjemah barji'yah maupun terjemah tafsiriyah,
terdapat sejumlah perbedaan dengan tafsir. Namun banyak penulis terjebak pada anggapan bahwa
terjemah tafsiriyah sebagai tafsir dengan menggunakan bukan bahasa aslinya. atau terjemah tafsir
bahasa asli. Pada gilirannya. itu akan dianggap sebagai terjemah dari bahasa asli sendiri. Anggapan ini
menimbulkan beda pendapat di kalangan para ulama.

Sebenarnya, antara terjemah tafsiriyah dan tafsir terdapat empat perbedaan. Pertama. redaksi terjemah
memiliki gaya

tersendiri, yaitu dengan tetap menjaga keaslian posisinya. Adapun tafsir tidak demikian, sebab tafsir
selalu berpedoman pada pertalian yang erat dengan asalnya, misalnya dengan mendatangkan contoh-
contoh kosakata tunggal atau yang majemuk, kemudian menjelaskan dengan keterangan yang berkaitan
dengannya seperti pertalian antara mubtada' dan khabar lalu. beralih pada pembahasan lain, baik
mengenai kata per kata maupun dalam bentuk kalimat sempurna. Demikian kerja tafsir dari awal sampai
akhirnya. sehingga tidak mungkin proses penafsiran itu terpenggal-penggal dengan konteks lainnya.
Apabila uraian tersebut terpenggal-penggal. maka pembicaraan akan menjadi terbelah. sehingga tidak
mendatangkan pengertian yang benar.

Kedua, terjemah tidak mentoleransi pembelokan bahasan, sementara tafsir dibolehkan bahkan
merupakan keharusan menerangkan contoh lain sebagai penguatnya. Sangat berbeda dari terjemah
yang dituntut kesetiaan tinggi pada teks aslinya dengan teliti. sehingga tidak terjadi penambahan
ataupun pengurangan aslinya. Sekalipun jika terjadi kesalahan pada teks aslinya, maka akan tercermin
pula dalam hasil terjemahannya. Hal ini sangat berbeda dari tafsir yang dituntut adalah menerangkan
dan menjelaskannya. Atas dasar kejelasan dan keterangan itu, para mufasir sering menggunakan metode
bermacam-macam dalam memberikan contoh sebagai penjelasan teks aslinya kepada orang yang
ditujunya sesuai keperluannya. Hal tersebut terlihat ketika menjelaskan kata-kata secara bahasa yang
mengandung makna ganda yang perlu diterangkan, juga dalam menerangkan istilah-istilah, segi
argumentasi dan menjelaskan hikmahnya. Keragaman uraian itu menjadi rahasia tafsir mengapa tafsir Al-
Qur'an pada umumnya memuat berbagai penjelasan. Dari latar belakang yang beragam itulah.
pendekatan dan metode tafsir menjadi bermacam-macam. Ada yang menitikberatkan uraiannya dari
aspek ilmu bahasa, 'aqzi'id, fiqh. dan ushalfzqh, asbab al

nuzal, ndsikh dan mansukh, ilmu alam, tasawuf, filsafat. dan sosiologi. Kelebihan yang diperoleh dari
keragaman penjelasan itu, seorang mufasir dapat mengoreksi kesalahan yang terjadi pada teks aslinya,
jika terjadi kesalahan. ]adi. cara kerja mufasir persis seperti pada kajian karya-karya ilmiah. Proses untuk
sampai melontarkan kritik seperti ini mustahil diterapkan pada terjemahan. Sebab. jika cara tersebut
diterapkan pada terjemahan, maka akan hilang esensi penerjemahan itu sendiri, dan seorang
penerjemah harus menjaga amanah dan setia. _

Ketiga, terjemahan dituntut konsisten dan setia kepada makna dan maksud dari kata asalnya. Hal ini
sangat berbeda dari tafsir yang menekankan pada penjelasan yang maksimal. baik penjelasan itu secara
rinci maupun ijmali (global). Yang diutamakan dan terpenting ialah sampainya makna dan pesan yang
dikandungnya. dan penjelasan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi dari mufasir dan
audiensinya.

Keempat. terjemahan harus konsisten dengan makna dan maksud yang diterjemahkan. yaitu kesesuaian
antara hasil penerjemahan dengan yang dimaksudkan oleh pengarangnya. Adapun tafsir tidak demikian,
sifat konsisten seorang mufasir tergantung pada kuat atau tidaknya suatu argumen. ia akan tetap
konsisten jika memang terdapat argumen yang menopangnya, dan tidak konsisten jika argumen yang
menopangnya tidak mendukungnya. Seorang akan menilai mana yang lebih akurat di antara pendapat
yang ada, namun terkadang juga tidak memberi komentar apa-apa. Hal ini bisa jadi karena
kelemahannya dalam memahami suatu kata atau kalimat dengan mengatakan, banyak kalimat yang tidak
diketahui maksudnya. Sikap seperti ini yang diambil oleh kebanyakan mufasir ketika dihadapkan pada
masalah ayat-ayat Al-Qur'an yang mutasydbihdt dan huruf-huruf pembuka surah.

Sekalipun terdapat perbedaan-perbedaan yang signifikan di atas. terdapat sejumlah kenyataan yang
mesti menjadi perhatian bersama. Pada hakikatnya, tidak ada perbedaan antara terjemah harjiyah
dengan terjemah tafsiriyah, keduanya adalah bentuk pengungkapan makna yang tepat dengan semua
makna dan maksud dari bahasa aslinya. Perbedaan keduanya hanyalah dalam performanya. pada
terjemah harfiyah mengganti posisi tiap kosakata dari bahasa aslinya, sementara terjemah tafsiriyah
tidak demikian. Jangan terjebak pada anggapan bahwa kalimat terjemah Qarfiyah lebih baik daripada
terjemah tafsiriyah seperti yang disangka banyak orang. Bahkan terjemah tafsiriynh lebih mantap dan
lebih mudah dipahami penjelasannya, karena mudah dicerna. Kemudahan ini yang dipegangi baik oleh
penerjemah maupun pembacanya. Sementara terjemah harfiyah agak sedikit njlimet dan susah,
karenanya terkesan sulit dimengerti.

Lagi pula. tafsir dengan menggunakan bahasa aslinya sama dengan tafsir menggunakan bahasa lain.
Perbedaan hanya pada lafaz luarnya. Bukankah Anda sadari. ketika membaca tafsir yang ditujukan pada
orang khusus diterangkan dengan bahasa Arab. namun jika Anda membaca tafsir yang ditujukan untuk
orang umum, maka dijelaskan dalam bahasa mereka masing-masing. Apakah perbedaan itu
menimbulkan keraguan pada inti kandungannya. dan bukankah perbedaannya terletak pada ragam
bahasa penyampainya saja?
Usaha penerjemah seperti ini selaras dengan misi diutusnya Nabi Muhammad SAW ke dunia untuk
memberikan penjelasan kepada seluruh umat manusia. Nabi bersabda. “setiap nabi hanya diutus kepada
kaumnya secara khusus. sedangkan aku diutus kepada manusia seluruhnya.”'s

Selanjutnya. para ulama membedakan antara tafsir dan takwil. Menurut mereka, tafsir lebih mengarah
pada pengertian yang bersifat lahir ayat. ladi, tafsir terfokus pada makna teks lahirnya, sedangkan takwil
mengacu pada pengambilan

D. Perbedaan Tafsir, Takwil, dan Terjemah

Beda antara tafsir dan terjemah adalah bahwa baik terjemah barji'yah maupun terjemah tafsiriyah,
terdapat sejumlah perbedaan dengan tafsir. Namun banyak penulis terjebak pada anggapan bahwa
terjemah tafsiriyah sebagai tafsir dengan menggunakan bukan bahasa aslinya. atau terjemah tafsir
bahasa asli. Pada gilirannya. itu akan dianggap sebagai terjemah dari bahasa asli sendiri. Anggapan ini
menimbulkan beda pendapat di kalangan para ulama.

Sebenarnya, antara terjemah tafsiriyah dan tafsir terdapat empat perbedaan. Pertama. redaksi terjemah
memiliki gaya

tersendiri, yaitu dengan tetap menjaga keaslian posisinya. Adapun tafsir tidak demikian, sebab tafsir
selalu berpedoman pada pertalian yang erat dengan asalnya, misalnya dengan mendatangkan contoh-
contoh kosakata tunggal atau yang majemuk, kemudian menjelaskan dengan keterangan yang berkaitan
dengannya seperti pertalian antara mubtada' dan khabar lalu. beralih pada pembahasan lain, baik
mengenai kata per kata maupun dalam bentuk kalimat sempurna. Demikian kerja tafsir dari awal sampai
akhirnya. sehingga tidak mungkin proses penafsiran itu terpenggal-penggal dengan konteks lainnya.
Apabila uraian tersebut terpenggal-penggal. maka pembicaraan akan menjadi terbelah. sehingga tidak
mendatangkan pengertian yang benar.

Kedua, terjemah tidak mentoleransi pembelokan bahasan, sementara tafsir dibolehkan bahkan
merupakan keharusan menerangkan contoh lain sebagai penguatnya. Sangat berbeda dari terjemah
yang dituntut kesetiaan tinggi pada teks aslinya dengan teliti. sehingga tidak terjadi penambahan
ataupun pengurangan aslinya. Sekalipun jika terjadi kesalahan pada teks aslinya, maka akan tercermin
pula dalam hasil terjemahannya. Hal ini sangat berbeda dari tafsir yang dituntut adalah menerangkan
dan menjelaskannya. Atas dasar kejelasan dan keterangan itu, para mufasir sering menggunakan metode
bermacam-macam dalam memberikan contoh sebagai penjelasan teks aslinya kepada orang yang
ditujunya sesuai keperluannya. Hal tersebut terlihat ketika menjelaskan kata-kata secara bahasa yang
mengandung makna ganda yang perlu diterangkan, juga dalam menerangkan istilah-istilah, segi
argumentasi dan menjelaskan hikmahnya. Keragaman uraian itu menjadi rahasia tafsir mengapa tafsir Al-
Qur'an pada umumnya memuat berbagai penjelasan. Dari latar belakang yang beragam itulah.
pendekatan dan metode tafsir menjadi bermacam-macam. Ada yang menitikberatkan uraiannya dari
aspek ilmu bahasa, 'aqzi'id, fiqh. dan ushalfzqh, asbab al

nuzal, ndsikh dan mansukh, ilmu alam, tasawuf, filsafat. dan sosiologi. Kelebihan yang diperoleh dari
keragaman penjelasan itu, seorang mufasir dapat mengoreksi kesalahan yang terjadi pada teks aslinya,
jika terjadi kesalahan. ]adi. cara kerja mufasir persis seperti pada kajian karya-karya ilmiah. Proses untuk
sampai melontarkan kritik seperti ini mustahil diterapkan pada terjemahan. Sebab. jika cara tersebut
diterapkan pada terjemahan, maka akan hilang esensi penerjemahan itu sendiri, dan seorang
penerjemah harus menjaga amanah dan setia. _

Ketiga, terjemahan dituntut konsisten dan setia kepada makna dan maksud dari kata asalnya. Hal ini
sangat berbeda dari tafsir yang menekankan pada penjelasan yang maksimal. baik penjelasan itu secara
rinci maupun ijmali (global). Yang diutamakan dan terpenting ialah sampainya makna dan pesan yang
dikandungnya. dan penjelasan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi dari mufasir dan
audiensinya.

Keempat. terjemahan harus konsisten dengan makna dan maksud yang diterjemahkan. yaitu kesesuaian
antara hasil penerjemahan dengan yang dimaksudkan oleh pengarangnya. Adapun tafsir tidak demikian,
sifat konsisten seorang mufasir tergantung pada kuat atau tidaknya suatu argumen. ia akan tetap
konsisten jika memang terdapat argumen yang menopangnya, dan tidak konsisten jika argumen yang
menopangnya tidak mendukungnya. Seorang akan menilai mana yang lebih akurat di antara pendapat
yang ada, namun terkadang juga tidak memberi komentar apa-apa. Hal ini bisa jadi karena
kelemahannya dalam memahami suatu kata atau kalimat dengan mengatakan, banyak kalimat yang tidak
diketahui maksudnya. Sikap seperti ini yang diambil oleh kebanyakan mufasir ketika dihadapkan pada
masalah ayat-ayat Al-Qur'an yang mutasydbihdt dan huruf-huruf pembuka surah.

Sekalipun terdapat perbedaan-perbedaan yang signifikan di atas. terdapat sejumlah kenyataan yang
mesti menjadi per
hatian bersama. Pada hakikatnya, tidak ada perbedaan antara terjemah harjiyah dengan terjemah
tafsiriyah, keduanya adalah bentuk pengungkapan makna yang tepat dengan semua makna dan maksud
dari bahasa aslinya. Perbedaan keduanya hanyalah dalam performanya. pada terjemah harfiyah
mengganti posisi tiap kosakata dari bahasa aslinya, sementara terjemah tafsiriyah tidak demikian. Jangan
terjebak pada anggapan bahwa kalimat terjemah Qarfiyah lebih baik daripada terjemah tafsiriyah seperti
yang disangka banyak orang. Bahkan terjemah tafsiriynh lebih mantap dan lebih mudah dipahami
penjelasannya, karena mudah dicerna. Kemudahan ini yang dipegangi baik oleh penerjemah maupun
pembacanya. Sementara terjemah harfiyah agak sedikit njlimet dan susah, karenanya terkesan sulit
dimengerti.

Lagi pula. tafsir dengan menggunakan bahasa aslinya sama dengan tafsir menggunakan bahasa lain.
Perbedaan hanya pada lafaz luarnya. Bukankah Anda sadari. ketika membaca tafsir yang ditujukan pada
orang khusus diterangkan dengan bahasa Arab. namun jika Anda membaca tafsir yang ditujukan untuk
orang umum, maka dijelaskan dalam bahasa mereka masing-masing. Apakah perbedaan itu
menimbulkan keraguan pada inti kandungannya. dan bukankah perbedaannya terletak pada ragam
bahasa penyampainya saja?

Usaha penerjemah seperti ini selaras dengan misi diutusnya Nabi Muhammad SAW ke dunia untuk
memberikan penjelasan kepada seluruh umat manusia. Nabi bersabda. “setiap nabi hanya diutus kepada
kaumnya secara khusus. sedangkan aku diutus kepada manusia seluruhnya.”'

D. Perbedaan Tafsir, Takwil, dan Terjemah

Beda antara tafsir dan terjemah adalah bahwa baik terjemah barji'yah maupun terjemah tafsiriyah,
terdapat sejumlah perbedaan dengan tafsir. Namun banyak penulis terjebak pada anggapan bahwa
terjemah tafsiriyah sebagai tafsir dengan menggunakan bukan bahasa aslinya. atau terjemah tafsir
bahasa asli. Pada gilirannya. itu akan dianggap sebagai terjemah dari bahasa asli sendiri. Anggapan ini
menimbulkan beda pendapat di kalangan para ulama.

Sebenarnya, antara terjemah tafsiriyah dan tafsir terdapat empat perbedaan. Pertama. redaksi terjemah
memiliki gaya

D. Perbedaan Tafsir, Takwil, dan Terjemah

Beda antara tafsir dan terjemah adalah bahwa baik terjemah barji'yah maupun terjemah tafsiriyah,
terdapat sejumlah perbedaan dengan tafsir. Namun banyak penulis terjebak pada anggapan bahwa
terjemah tafsiriyah sebagai tafsir dengan menggunakan bukan bahasa aslinya. atau terjemah tafsir
bahasa asli. Pada gilirannya. itu akan dianggap sebagai terjemah dari bahasa asli sendiri. Anggapan ini
menimbulkan beda pendapat di kalangan para ulama.

Sebenarnya, antara terjemah tafsiriyah dan tafsir terdapat empat perbedaan. Pertama. redaksi terjemah
memiliki gaya

tersendiri, yaitu dengan tetap menjaga keaslian posisinya. Adapun tafsir tidak demikian, sebab tafsir
selalu berpedoman pada pertalian yang erat dengan asalnya, misalnya dengan mendatangkan contoh-
contoh kosakata tunggal atau yang majemuk, kemudian menjelaskan dengan keterangan yang berkaitan
dengannya seperti pertalian antara mubtada' dan khabar lalu. beralih pada pembahasan lain, baik
mengenai kata per kata maupun dalam bentuk kalimat sempurna. Demikian kerja tafsir dari awal sampai
akhirnya. sehingga tidak mungkin proses penafsiran itu terpenggal-penggal dengan konteks lainnya.
Apabila uraian tersebut terpenggal-penggal. maka pembicaraan akan menjadi terbelah. sehingga tidak
mendatangkan pengertian yang benar.

Kedua, terjemah tidak mentoleransi pembelokan bahasan, sementara tafsir dibolehkan bahkan
merupakan keharusan menerangkan contoh lain sebagai penguatnya. Sangat berbeda dari terjemah
yang dituntut kesetiaan tinggi pada teks aslinya dengan teliti. sehingga tidak terjadi penambahan
ataupun pengurangan aslinya. Sekalipun jika terjadi kesalahan pada teks aslinya, maka akan tercermin
pula dalam hasil terjemahannya. Hal ini sangat berbeda dari tafsir yang dituntut adalah menerangkan
dan menjelaskannya. Atas dasar kejelasan dan keterangan itu, para mufasir sering menggunakan metode
bermacam-macam dalam memberikan contoh sebagai penjelasan teks aslinya kepada orang yang
ditujunya sesuai keperluannya. Hal tersebut terlihat ketika menjelaskan kata-kata secara bahasa yang
mengandung makna ganda yang perlu diterangkan, juga dalam menerangkan istilah-istilah, segi
argumentasi dan menjelaskan hikmahnya. Keragaman uraian itu menjadi rahasia tafsir mengapa tafsir Al-
Qur'an pada umumnya memuat berbagai penjelasan. Dari latar belakang yang beragam itulah.
pendekatan dan metode tafsir menjadi bermacam-macam. Ada yang menitikberatkan uraiannya dari
aspek ilmu bahasa, 'aqzi'id, fiqh. dan ushalfzqh, asbab al

D. Perbedaan Tafsir, Takwil, dan Terjemah

Beda antara tafsir dan terjemah adalah bahwa baik terjemah barji'yah maupun terjemah tafsiriyah,
terdapat sejumlah perbedaan dengan tafsir. Namun banyak penulis terjebak pada anggapan bahwa
terjemah tafsiriyah sebagai tafsir dengan menggunakan bukan bahasa aslinya. atau terjemah tafsir
bahasa asli. Pada gilirannya. itu akan dianggap sebagai terjemah dari bahasa asli sendiri. Anggapan ini
menimbulkan beda pendapat di kalangan para ulama.
Sebenarnya, antara terjemah tafsiriyah dan tafsir terdapat empat perbedaan. Pertama. redaksi terjemah
memiliki gaya

tersendiri, yaitu dengan tetap menjaga keaslian posisinya. Adapun tafsir tidak demikian, sebab tafsir
selalu berpedoman pada pertalian yang erat dengan asalnya, misalnya dengan mendatangkan contoh-
contoh kosakata tunggal atau yang majemuk, kemudian menjelaskan dengan keterangan yang berkaitan
dengannya seperti pertalian antara mubtada' dan khabar lalu. beralih pada pembahasan lain, baik
mengenai kata per kata maupun dalam bentuk kalimat sempurna. Demikian kerja tafsir dari awal sampai
akhirnya. sehingga tidak mungkin proses penafsiran itu terpenggal-penggal dengan konteks lainnya.
Apabila uraian tersebut terpenggal-penggal. maka pembicaraan akan menjadi terbelah. sehingga tidak
mendatangkan pengertian yang benar.

Kedua, terjemah tidak mentoleransi pembelokan bahasan, sementara tafsir dibolehkan bahkan
merupakan keharusan menerangkan contoh lain sebagai penguatnya. Sangat berbeda dari terjemah
yang dituntut kesetiaan tinggi pada teks aslinya dengan teliti. sehingga tidak terjadi penambahan
ataupun pengurangan aslinya. Sekalipun jika terjadi kesalahan pada teks aslinya, maka akan tercermin
pula dalam hasil terjemahannya. Hal ini sangat berbeda dari tafsir yang dituntut adalah menerangkan
dan menjelaskannya. Atas dasar kejelasan dan keterangan itu, para mufasir sering menggunakan metode
bermacam-macam dalam memberikan contoh sebagai penjelasan teks aslinya kepada orang yang
ditujunya sesuai keperluannya. Hal tersebut terlihat ketika menjelaskan kata-kata secara bahasa yang
mengandung makna ganda yang perlu diterangkan, juga dalam menerangkan istilah-istilah, segi
argumentasi dan menjelaskan hikmahnya. Keragaman uraian itu menjadi rahasia tafsir mengapa tafsir Al-
Qur'an pada umumnya memuat berbagai penjelasan. Dari latar belakang yang beragam itulah.
pendekatan dan metode tafsir menjadi bermacam-macam. Ada yang menitikberatkan uraiannya dari
aspek ilmu bahasa, 'aqzi'id, fiqh. dan ushalfzqh, asbab al

nuzal, ndsikh dan mansukh, ilmu alam, tasawuf, filsafat. dan sosiologi. Kelebihan yang diperoleh dari
keragaman penjelasan itu, seorang mufasir dapat mengoreksi kesalahan yang terjadi pada teks aslinya,
jika terjadi kesalahan. ]adi. cara kerja mufasir persis seperti pada kajian karya-karya ilmiah. Proses untuk
sampai melontarkan kritik seperti ini mustahil diterapkan pada terjemahan. Sebab. jika cara tersebut
diterapkan pada terjemahan, maka akan hilang esensi penerjemahan itu sendiri, dan seorang
penerjemah harus menjaga amanah dan setia. _

Ketiga, terjemahan dituntut konsisten dan setia kepada makna dan maksud dari kata asalnya. Hal ini
sangat berbeda dari tafsir yang menekankan pada penjelasan yang maksimal. baik penjelasan itu secara
rinci maupun ijmali (global). Yang diutamakan dan terpenting ialah sampainya makna dan pesan yang
dikandungnya. dan penjelasan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi dari mufasir dan
audiensinya.

Keempat. terjemahan harus konsisten dengan makna dan maksud yang diterjemahkan. yaitu kesesuaian
antara hasil penerjemahan dengan yang dimaksudkan oleh pengarangnya. Adapun tafsir tidak demikian,
sifat konsisten seorang mufasir tergantung pada kuat atau tidaknya suatu argumen. ia akan tetap
konsisten jika memang terdapat argumen yang menopangnya, dan tidak konsisten jika argumen yang
menopangnya tidak mendukungnya. Seorang akan menilai mana yang lebih akurat di antara pendapat
yang ada, namun terkadang juga tidak memberi komentar apa-apa. Hal ini bisa jadi karena
kelemahannya dalam memahami suatu kata atau kalimat dengan mengatakan, banyak kalimat yang tidak
diketahui maksudnya. Sikap seperti ini yang diambil oleh kebanyakan mufasir ketika dihadapkan pada
masalah ayat-ayat Al-Qur'an yang mutasydbihdt dan huruf-huruf pembuka surah.

Sekalipun terdapat perbedaan-perbedaan yang signifikan di atas. terdapat sejumlah kenyataan yang
mesti menjadi per

D. Perbedaan Tafsir, Takwil, dan Terjemah

Beda antara tafsir dan terjemah adalah bahwa baik terjemah barji'yah maupun terjemah tafsiriyah,
terdapat sejumlah perbedaan dengan tafsir. Namun banyak penulis terjebak pada anggapan bahwa
terjemah tafsiriyah sebagai tafsir dengan menggunakan bukan bahasa aslinya. atau terjemah tafsir
bahasa asli. Pada gilirannya. itu akan dianggap sebagai terjemah dari bahasa asli sendiri. Anggapan ini
menimbulkan beda pendapat di kalangan para ulama.

Sebenarnya, antara terjemah tafsiriyah dan tafsir terdapat empat perbedaan. Pertama. redaksi terjemah
memiliki gaya

tersendiri, yaitu dengan tetap menjaga keaslian posisinya. Adapun tafsir tidak demikian, sebab tafsir
selalu berpedoman pada pertalian yang erat dengan asalnya, misalnya dengan mendatangkan contoh-
contoh kosakata tunggal atau yang majemuk, kemudian menjelaskan dengan keterangan yang berkaitan
dengannya seperti pertalian antara mubtada' dan khabar lalu. beralih pada pembahasan lain, baik
mengenai kata per kata maupun dalam bentuk kalimat sempurna. Demikian kerja tafsir dari awal sampai
akhirnya. sehingga tidak mungkin proses penafsiran itu terpenggal-penggal dengan konteks lainnya.
Apabila uraian tersebut terpenggal-penggal. maka pembicaraan akan menjadi terbelah. sehingga tidak
mendatangkan pengertian yang benar.

Kedua, terjemah tidak mentoleransi pembelokan bahasan, sementara tafsir dibolehkan bahkan
merupakan keharusan menerangkan contoh lain sebagai penguatnya. Sangat berbeda dari terjemah
yang dituntut kesetiaan tinggi pada teks aslinya dengan teliti. sehingga tidak terjadi penambahan
ataupun pengurangan aslinya. Sekalipun jika terjadi kesalahan pada teks aslinya, maka akan tercermin
pula dalam hasil terjemahannya. Hal ini sangat berbeda dari tafsir yang dituntut adalah menerangkan
dan menjelaskannya. Atas dasar kejelasan dan keterangan itu, para mufasir sering menggunakan metode
bermacam-macam dalam memberikan contoh sebagai penjelasan teks aslinya kepada orang yang
ditujunya sesuai keperluannya. Hal tersebut terlihat ketika menjelaskan kata-kata secara bahasa yang
mengandung makna ganda yang perlu diterangkan, juga dalam menerangkan istilah-istilah, segi
argumentasi dan menjelaskan hikmahnya. Keragaman uraian itu menjadi rahasia tafsir mengapa tafsir Al-
Qur'an pada umumnya memuat berbagai penjelasan. Dari latar belakang yang beragam itulah.
pendekatan dan metode tafsir menjadi bermacam-macam. Ada yang menitikberatkan uraiannya dari
aspek ilmu bahasa, 'aqzi'id, fiqh. dan ushalfzqh, asbab al

nuzal, ndsikh dan mansukh, ilmu alam, tasawuf, filsafat. dan sosiologi. Kelebihan yang diperoleh dari
keragaman penjelasan itu, seorang mufasir dapat mengoreksi kesalahan yang terjadi pada teks aslinya,
jika terjadi kesalahan. ]adi. cara kerja mufasir persis seperti pada kajian karya-karya ilmiah. Proses untuk
sampai melontarkan kritik seperti ini mustahil diterapkan pada terjemahan. Sebab. jika cara tersebut
diterapkan pada terjemahan, maka akan hilang esensi penerjemahan itu sendiri, dan seorang
penerjemah harus menjaga amanah dan setia. _

Ketiga, terjemahan dituntut konsisten dan setia kepada makna dan maksud dari kata asalnya. Hal ini
sangat berbeda dari tafsir yang menekankan pada penjelasan yang maksimal. baik penjelasan itu secara
rinci maupun ijmali (global). Yang diutamakan dan terpenting ialah sampainya makna dan pesan yang
dikandungnya. dan penjelasan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi dari mufasir dan
audiensinya.

Keempat. terjemahan harus konsisten dengan makna dan maksud yang diterjemahkan. yaitu kesesuaian
antara hasil penerjemahan dengan yang dimaksudkan oleh pengarangnya. Adapun tafsir tidak demikian,
sifat konsisten seorang mufasir tergantung pada kuat atau tidaknya suatu argumen. ia akan tetap
konsisten jika memang terdapat argumen yang menopangnya, dan tidak konsisten jika argumen yang
menopangnya tidak mendukungnya. Seorang akan menilai mana yang lebih akurat di antara pendapat
yang ada, namun terkadang juga tidak memberi komentar apa-apa. Hal ini bisa jadi karena
kelemahannya dalam memahami suatu kata atau kalimat dengan mengatakan, banyak kalimat yang tidak
diketahui maksudnya. Sikap seperti ini yang diambil oleh kebanyakan mufasir ketika dihadapkan pada
masalah ayat-ayat Al-Qur'an yang mutasydbihdt dan huruf-huruf pembuka surah.

Sekalipun terdapat perbedaan-perbedaan yang signifikan di atas. terdapat sejumlah kenyataan yang
mesti menjadi perhatian bersama. Pada hakikatnya, tidak ada perbedaan antara terjemah harjiyah
dengan terjemah tafsiriyah, keduanya adalah bentuk pengungkapan makna yang tepat dengan semua
makna dan maksud dari bahasa aslinya. Perbedaan keduanya hanyalah dalam performanya. pada
terjemah harfiyah mengganti posisi tiap kosakata dari bahasa aslinya, sementara terjemah tafsiriyah
tidak demikian. Jangan terjebak pada anggapan bahwa kalimat terjemah Qarfiyah lebih baik daripada
terjemah tafsiriyah seperti yang disangka banyak orang. Bahkan terjemah tafsiriynh lebih mantap dan
lebih mudah dipahami penjelasannya, karena mudah dicerna. Kemudahan ini yang dipegangi baik oleh
penerjemah maupun pembacanya. Sementara terjemah harfiyah agak sedikit njlimet dan susah,
karenanya terkesan sulit dimengerti.

Lagi pula. tafsir dengan menggunakan bahasa aslinya sama dengan tafsir menggunakan bahasa lain.
Perbedaan hanya pada lafaz luarnya. Bukankah Anda sadari. ketika membaca tafsir yang ditujukan pada
orang khusus diterangkan dengan bahasa Arab. namun jika Anda membaca tafsir yang ditujukan untuk
orang umum, maka dijelaskan dalam bahasa mereka masing-masing. Apakah perbedaan itu
menimbulkan keraguan pada inti kandungannya. dan bukankah perbedaannya terletak pada ragam
bahasa penyampainya saja?

Usaha penerjemah seperti ini selaras dengan misi diutusnya Nabi Muhammad SAW ke dunia untuk
memberikan penjelasan kepada seluruh umat manusia. Nabi bersabda. “setiap nabi hanya diutus kepada
kaumnya secara khusus. sedangkan aku diutus kepada manusia seluruhnya.”'s

Selanjutnya. para ulama membedakan antara tafsir dan takwil. Menurut mereka, tafsir lebih mengarah
pada pengertian yang bersifat lahir ayat. ladi, tafsir terfokus pada makna teks lahirnya, sedangkan takwil
mengacu pada pengambilan

D. Perbedaan Tafsir, Takwil, dan Terjemah

Beda antara tafsir dan terjemah adalah bahwa baik terjemah barji'yah maupun terjemah tafsiriyah,
terdapat sejumlah perbedaan dengan tafsir. Namun banyak penulis terjebak pada anggapan bahwa
terjemah tafsiriyah sebagai tafsir dengan menggunakan bukan bahasa aslinya. atau terjemah tafsir
bahasa asli. Pada gilirannya. itu akan dianggap sebagai terjemah dari bahasa asli sendiri. Anggapan ini
menimbulkan beda pendapat di kalangan para ulama.

Sebenarnya, antara terjemah tafsiriyah dan tafsir terdapat empat perbedaan. Pertama. redaksi terjemah
memiliki gaya

tersendiri, yaitu dengan tetap menjaga keaslian posisinya. Adapun tafsir tidak demikian, sebab tafsir
selalu berpedoman pada pertalian yang erat dengan asalnya, misalnya dengan mendatangkan contoh-
contoh kosakata tunggal atau yang majemuk, kemudian menjelaskan dengan keterangan yang berkaitan
dengannya seperti pertalian antara mubtada' dan khabar lalu. beralih pada pembahasan lain, baik
mengenai kata per kata maupun dalam bentuk kalimat sempurna. Demikian kerja tafsir dari awal sampai
akhirnya. sehingga tidak mungkin proses penafsiran itu terpenggal-penggal dengan konteks lainnya.
Apabila uraian tersebut terpenggal-penggal. maka pembicaraan akan menjadi terbelah. sehingga tidak
mendatangkan pengertian yang benar.

Kedua, terjemah tidak mentoleransi pembelokan bahasan, sementara tafsir dibolehkan bahkan
merupakan keharusan menerangkan contoh lain sebagai penguatnya. Sangat berbeda dari terjemah
yang dituntut kesetiaan tinggi pada teks aslinya dengan teliti. sehingga tidak terjadi penambahan
ataupun pengurangan aslinya. Sekalipun jika terjadi kesalahan pada teks aslinya, maka akan tercermin
pula dalam hasil terjemahannya. Hal ini sangat berbeda dari tafsir yang dituntut adalah menerangkan
dan menjelaskannya. Atas dasar kejelasan dan keterangan itu, para mufasir sering menggunakan metode
bermacam-macam dalam memberikan contoh sebagai penjelasan teks aslinya kepada orang yang
ditujunya sesuai keperluannya. Hal tersebut terlihat ketika menjelaskan kata-kata secara bahasa yang
mengandung makna ganda yang perlu diterangkan, juga dalam menerangkan istilah-istilah, segi
argumentasi dan menjelaskan hikmahnya. Keragaman uraian itu menjadi rahasia tafsir mengapa tafsir Al-
Qur'an pada umumnya memuat berbagai penjelasan. Dari latar belakang yang beragam itulah.
pendekatan dan metode tafsir menjadi bermacam-macam. Ada yang menitikberatkan uraiannya dari
aspek ilmu bahasa, 'aqzi'id, fiqh. dan ushalfzqh, asbab al

nuzal, ndsikh dan mansukh, ilmu alam, tasawuf, filsafat. dan sosiologi. Kelebihan yang diperoleh dari
keragaman penjelasan itu, seorang mufasir dapat mengoreksi kesalahan yang terjadi pada teks aslinya,
jika terjadi kesalahan. ]adi. cara kerja mufasir persis seperti pada kajian karya-karya ilmiah. Proses untuk
sampai melontarkan kritik seperti ini mustahil diterapkan pada terjemahan. Sebab. jika cara tersebut
diterapkan pada terjemahan, maka akan hilang esensi penerjemahan itu sendiri, dan seorang
penerjemah harus menjaga amanah dan setia. _
Ketiga, terjemahan dituntut konsisten dan setia kepada makna dan maksud dari kata asalnya. Hal ini
sangat berbeda dari tafsir yang menekankan pada penjelasan yang maksimal. baik penjelasan itu secara
rinci maupun ijmali (global). Yang diutamakan dan terpenting ialah sampainya makna dan pesan yang
dikandungnya. dan penjelasan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi dari mufasir dan
audiensinya.

Keempat. terjemahan harus konsisten dengan makna dan maksud yang diterjemahkan. yaitu kesesuaian
antara hasil penerjemahan dengan yang dimaksudkan oleh pengarangnya. Adapun tafsir tidak demikian,
sifat konsisten seorang mufasir tergantung pada kuat atau tidaknya suatu argumen. ia akan tetap
konsisten jika memang terdapat argumen yang menopangnya, dan tidak konsisten jika argumen yang
menopangnya tidak mendukungnya. Seorang akan menilai mana yang lebih akurat di antara pendapat
yang ada, namun terkadang juga tidak memberi komentar apa-apa. Hal ini bisa jadi karena
kelemahannya dalam memahami suatu kata atau kalimat dengan mengatakan, banyak kalimat yang tidak
diketahui maksudnya. Sikap seperti ini yang diambil oleh kebanyakan mufasir ketika dihadapkan pada
masalah ayat-ayat Al-Qur'an yang mutasydbihdt dan huruf-huruf pembuka surah.

Sekalipun terdapat perbedaan-perbedaan yang signifikan di atas. terdapat sejumlah kenyataan yang
mesti menjadi per

hatian bersama. Pada hakikatnya, tidak ada perbedaan antara terjemah harjiyah dengan terjemah
tafsiriyah, keduanya adalah bentuk pengungkapan makna yang tepat dengan semua makna dan maksud
dari bahasa aslinya. Perbedaan keduanya hanyalah dalam performanya. pada terjemah harfiyah
mengganti posisi tiap kosakata dari bahasa aslinya, sementara terjemah tafsiriyah tidak demikian. Jangan
terjebak pada anggapan bahwa kalimat terjemah Qarfiyah lebih baik daripada terjemah tafsiriyah seperti
yang disangka banyak orang. Bahkan terjemah tafsiriynh lebih mantap dan lebih mudah dipahami
penjelasannya, karena mudah dicerna. Kemudahan ini yang dipegangi baik oleh penerjemah maupun
pembacanya. Sementara terjemah harfiyah agak sedikit njlimet dan susah, karenanya terkesan sulit
dimengerti.

Lagi pula. tafsir dengan menggunakan bahasa aslinya sama dengan tafsir menggunakan bahasa lain.
Perbedaan hanya pada lafaz luarnya. Bukankah Anda sadari. ketika membaca tafsir yang ditujukan pada
orang khusus diterangkan dengan bahasa Arab. namun jika Anda membaca tafsir yang ditujukan untuk
orang umum, maka dijelaskan dalam bahasa mereka masing-masing. Apakah perbedaan itu
menimbulkan keraguan pada inti kandungannya. dan bukankah perbedaannya terletak pada ragam
bahasa penyampainya saja?
Usaha penerjemah seperti ini selaras dengan misi diutusnya Nabi Muhammad SAW ke dunia untuk
memberikan penjelasan kepada seluruh umat manusia. Nabi bersabda. “setiap nabi hanya diutus kepada
kaumnya secara khusus. sedangkan aku diutus kepada manusia seluruhnya.”'

D. Perbedaan Tafsir, Takwil, dan Terjemah

Beda antara tafsir dan terjemah adalah bahwa baik terjemah barji'yah maupun terjemah tafsiriyah,
terdapat sejumlah perbedaan dengan tafsir. Namun banyak penulis terjebak pada anggapan bahwa
terjemah tafsiriyah sebagai tafsir dengan menggunakan bukan bahasa aslinya. atau terjemah tafsir
bahasa asli. Pada gilirannya. itu akan dianggap sebagai terjemah dari bahasa asli sendiri. Anggapan ini
menimbulkan beda pendapat di kalangan para ulama.

Sebenarnya, antara terjemah tafsiriyah dan tafsir terdapat empat perbedaan. Pertama. redaksi terjemah
memiliki gaya

tersendiri, yaitu dengan tetap menjaga keaslian posisinya. Adapun tafsir tidak demikian, sebab tafsir
selalu berpedoman pada pertalian yang erat dengan asalnya, misalnya dengan mendatangkan contoh-
contoh kosakata tunggal atau yang majemuk, kemudian menjelaskan dengan keterangan yang berkaitan
dengannya seperti pertalian antara mubtada' dan khabar lalu. beralih pada pembahasan lain, baik
mengenai kata per kata maupun dalam bentuk kalimat sempurna. Demikian kerja tafsir dari awal sampai
akhirnya. sehingga tidak mungkin proses penafsiran itu terpenggal-penggal dengan konteks lainnya.
Apabila uraian tersebut terpenggal-penggal. maka pembicaraan akan menjadi terbelah. sehingga tidak
mendatangkan pengertian yang benar.

Kedua, terjemah tidak mentoleransi pembelokan bahasan, sementara tafsir dibolehkan bahkan
merupakan keharusan menerangkan contoh lain sebagai penguatnya. Sangat berbeda dari terjemah
yang dituntut kesetiaan tinggi pada teks aslinya dengan teliti. sehingga tidak terjadi penambahan
ataupun pengurangan aslinya. Sekalipun jika terjadi kesalahan pada teks aslinya, maka akan tercermin
pula dalam hasil terjemahannya. Hal ini sangat berbeda dari tafsir yang dituntut adalah menerangkan
dan menjelaskannya. Atas dasar kejelasan dan keterangan itu, para mufasir sering menggunakan metode
bermacam-macam dalam memberikan contoh sebagai penjelasan teks aslinya kepada orang yang
ditujunya sesuai keperluannya. Hal tersebut terlihat ketika menjelaskan kata-kata secara bahasa yang
mengandung makna ganda yang perlu diterangkan, juga dalam menerangkan istilah-istilah, segi
argumentasi dan menjelaskan hikmahnya. Keragaman uraian itu menjadi rahasia tafsir mengapa tafsir Al-
Qur'an pada umumnya memuat berbagai penjelasan. Dari latar belakang yang beragam itulah.
pendekatan dan metode tafsir menjadi bermacam-macam. Ada yang menitikberatkan uraiannya dari
aspek ilmu bahasa, 'aqzi'id, fiqh. dan ushalfzqh, asbab al
nuzal, ndsikh dan mansukh, ilmu alam, tasawuf, filsafat. dan sosiologi. Kelebihan yang diperoleh dari
keragaman penjelasan itu, seorang mufasir dapat mengoreksi kesalahan yang terjadi pada teks aslinya,
jika terjadi kesalahan. ]adi. cara kerja mufasir persis seperti pada kajian karya-karya ilmiah. Proses untuk
sampai melontarkan kritik seperti ini mustahil diterapkan pada terjemahan. Sebab. jika cara tersebut
diterapkan pada terjemahan, maka akan hilang esensi penerjemahan itu sendiri, dan seorang
penerjemah harus menjaga amanah dan setia. _

Ketiga, terjemahan dituntut konsisten dan setia kepada makna dan maksud dari kata asalnya. Hal ini
sangat berbeda dari tafsir yang menekankan pada penjelasan yang maksimal. baik penjelasan itu secara
rinci maupun ijmali (global). Yang diutamakan dan terpenting ialah sampainya makna dan pesan yang
dikandungnya. dan penjelasan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi dari mufasir dan
audiensinya.

Keempat. terjemahan harus konsisten dengan makna dan maksud yang diterjemahkan. yaitu kesesuaian
antara hasil penerjemahan dengan yang dimaksudkan oleh pengarangnya. Adapun tafsir tidak demikian,
sifat konsisten seorang mufasir tergantung pada kuat atau tidaknya suatu argumen. ia akan tetap
konsisten jika memang terdapat argumen yang menopangnya, dan tidak konsisten jika argumen yang
menopangnya tidak mendukungnya. Seorang akan menilai mana yang lebih akurat di antara pendapat
yang ada, namun terkadang juga tidak memberi komentar apa-apa. Hal ini bisa jadi karena
kelemahannya dalam memahami suatu kata atau kalimat dengan mengatakan, banyak kalimat yang tidak
diketahui maksudnya. Sikap seperti ini yang diambil oleh kebanyakan mufasir ketika dihadapkan pada
masalah ayat-ayat Al-Qur'an yang mutasydbihdt dan huruf-huruf pembuka surah.

Sekalipun terdapat perbedaan-perbedaan yang signifikan di atas. terdapat sejumlah kenyataan yang
mesti menjadi per

hatian bersama. Pada hakikatnya, tidak ada perbedaan antara terjemah harjiyah dengan terjemah
tafsiriyah, keduanya adalah bentuk pengungkapan makna yang tepat dengan semua makna dan maksud
dari bahasa aslinya. Perbedaan keduanya hanyalah dalam performanya. pada terjemah harfiyah
mengganti posisi tiap kosakata dari bahasa aslinya, sementara terjemah tafsiriyah tidak demikian. Jangan
terjebak pada anggapan bahwa kalimat terjemah Qarfiyah lebih baik daripada terjemah tafsiriyah seperti
yang disangka banyak orang. Bahkan terjemah tafsiriynh lebih mantap dan lebih mudah dipahami
penjelasannya, karena mudah dicerna. Kemudahan ini yang dipegangi baik oleh penerjemah maupun
pembacanya. Sementara terjemah harfiyah agak sedikit njlimet dan susah, karenanya terkesan sulit
dimengerti.
Lagi pula. tafsir dengan menggunakan bahasa aslinya sama dengan tafsir menggunakan bahasa lain.
Perbedaan hanya pada lafaz luarnya. Bukankah Anda sadari. ketika membaca tafsir yang ditujukan pada
orang khusus diterangkan dengan bahasa Arab. namun jika Anda membaca tafsir yang ditujukan untuk
orang umum, maka dijelaskan dalam bahasa mereka masing-masing. Apakah perbedaan itu
menimbulkan keraguan pada inti kandungannya. dan bukankah perbedaannya terletak pada ragam
bahasa penyampainya saja?

Usaha penerjemah seperti ini selaras dengan misi diutusnya Nabi Muhammad SAW ke dunia untuk
memberikan penjelasan kepada seluruh umat manusia. Nabi bersabda. “setiap nabi hanya diutus kepada
kaumnya secara khusus. sedangkan aku diutus kepada manusia seluruhnya.”'s

Selanjutnya. para ulama membedakan antara tafsir dan takwil. Menurut mereka, tafsir lebih mengarah
pada pengertian yang bersifat lahir ayat. ladi, tafsir terfokus pada makna teks lahirnya, sedangkan takwil
mengacu pada pengambilan

makna yang lebih mendalam. makna yang tersembunyi dari ayat-ayat Al-Qur'an. Pengertian takwil
seperti itu mengindikasikan adanya upaya yang lebih serius dalam mencari pengertian-pengertian lain.
Perbedaan keduanya dari terjemah ialah bahwa terjemahan cenderung pada proses alih bahasa dari
bahasa Al-Qur'an ke dalam bahasa asing, baik secara literal. tafsiriyah, maupun ma'nawiyah.

Anda mungkin juga menyukai