Kasus Post Op
Kasus Post Op
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kandung empedu merupakan organ berbentuk buah pir kecil yang terletak di perut sebelah
kanan, dan tersembunyi di bawah hati. Kandung empedu menyimpan cairan empedu yang
dihasilkan oleh hati. Selama makan, kandung empedu akan berkontraksi (menciut) sehingga
mengeluarkan sedikit cairan empedu yang berwarna hijau kecoklatan ke dalam usus halus.
Cairan empedu berguna dalam penyerapan lemak dan beberapa vitamin, seperti vitamin A, D, E,
dan K. Empedu merupakan campuran dari asam empedu, protein, garam-garam kalsium, pigmen
dan unsur lemak yang disebut kolesterol. Sebagian dari empedu yang memasuki usus halus akan
diteruskan dan dikeluarkan melalui feses.
Kelainan utama yang dapat timbul pada kandung empedu adalah terbentuknya batu. Hal ini
juga dapat terjadi pada saluran empedu. Batu empedu disebabkan oleh perubahan secara kimiawi
pada empedu seseorang. Batu empedu terbentuk dari endapan kolesterol, pigmen bilirubin dan
garam kalsium yang mengeras, namun kebanyakan batu kandung empedu terbentuk dari
kolesterol.
Cholangitis adalah peradangan akut dinding saluran empedu, hampir selalu disebabkan
infeksi bakteri pada lumen steril. Cholangitis sklerotik Primer adalah peradangan saluran empedu
di dalam dan di luar hati, yang pada akhirnya membentuk jaringan parut dan menyebabkan
penyumbatan. Empedu diperlukan dalam memecah makanan yang berlemak sehingga dapat
diserap oleh usus ke dalam tubuh. Ketika kita makan makanan berlemak, kantung empedu akan
mengeluarkan empedu yang dibutuhkan untuk mencerna makanan tersebut dalam jumlah yang
sesuai. Semakin banyak makanan berlemak yang dimakan, semakin banyak pula empedu yang
dibutuhkan.
Kantung empedu yang sudah diangkat ( Eksterna Drainase ), tetap akan dikeluarkan ke dalam
usus namun dalam jumlah yang tetap (konstan) secara berkesinambungan, sehingga lebih sulit
dalam mencerna makanan berlemak yang dimakan (kurang efektif). Adanya perubahan
konsentrasi empedu yang dikeluarkan ketika makan makanan yang tinggi kadar lemaknya dapat
menyebabkan diare atau kembung, karena kelebihan lemak yang tidak tercerna akan menarik
lebih banyak air ke dalam usus, dan karena bakteri mencerna lemat tersebut sehingga
menghasilkan gas. Pada beberapa penelitian, ditemukan bahwa setelah kantung empedu diangkat
kelebihan empedu di sela-sela jam makan dapat menyebabkan diare. Namun, diare ini hanya
berlangsung sementara.
Untuk itu pada pasien dengan diagnosa moderate cholangitis atau peradangan kandung
empedu yang telah menjalani pengangkatan kantung empedu diberikan diet rendah lemak.
Dengan menghindari atau mengurangi makanan yang digoreng, daging-dagingan (terutama yang
berlemak), keju, kacang-kacangan, es krim, dan lain - lain. Selain itu juga harus menghindari
makanan cepat saji karena biasanya mengandung banyak lemak dan makan secara teratur, karena
empedu yang dikeluarkan jumlahnya konstan. Makanan yang dimakan juga perlu memiliki
komposisis lemak protein, dan karbohidrat yang sama. Untuk itu perlu pengaturan makanan yang
tepat agar tidak menimbulkan komplikasi dan memperburuk kondisi pasien cholangitis.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu merencanakan dan melakukan manajemen asuhan gizi klinik pada
pasien secara individual di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menginventarisasi data subyektif dan obyektif pasien.
b. Mahasiswa mampu mengkaji data dasar, menganalisis tingkat resiko gizi dan menentukan
permasalahan gizi.
c. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan gizi pasien.
d. Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana asuhan gizi yang telah disusun pada
pasien.
e. Mahasiswa mampu melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan asuhan gizi.
f. Mahasiswa mampu melakukan motivasi terhadap pasien melalui konseling gizi.
g. Mahasiswa mampu menyusun laporan asuhan gizi pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Kolangitis akut adalah infeksi bakterial yang akut dari saluran empedu yang tersumbat baik
secara parsiil atau total; sumbatan dapat disebabkan oleh penyebab dari dalam lumen saluran
empedu misalnya batu koledokus, askaris yang memasuki duktus koledokus atau dari luar lumen
misalnya karsinoma caput pankreas yang menekan duktus koledokus, atau dari dinding saluran
empedu misalnya kolangio-karsinoma atau striktur saluran empedu.
Etiologi
Cholangitis dapat disebabkan oleh berbagai keadaan patologis yang semuanya akan berakhir
dengan stasis aliran cairan empedu dan akhirnya terjadi infeksi oleh bakteri akibat adanya
multiplikasi yang meningkat pada sistem bilier. Berbagai jenis etiologi dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 1. : Etiologi Kholangitis
Choledocholithiasis
Striktur sistem bilier
Neoplasma pada sistem bilier
Komplikasi iatrogenik akibat manipulasi "CBD" (Common Bile Duct)
Parasit : cacing Ascaris, Clonorchis sinensis
Pankreatitis kronis
Pseudokista atau tumor pankreas
Stenosis ampulla
Kista Choledochus kongenital atau penyakit Caroli
Sindroma Mirizzi atau Varian Sindroma Mirizzi
Diverticulum Duodenum
Batu saluran empedu adalah penyebab terbanyak (hampir 90%), yang kemudian disusul
oleh striktur sistem bilier dan tumor pada sistem bilier. Di negara-negara Asia Tenggara dan
Cina cacing tidak jarang ditemukan sebagai penyebab, walaupun jenis cacing yang ditemukan
berbeda-beda.
Patofisiologi
Faktor utama dalam patogenesis dari cholangitis akut adalah obstruksi saluran bilier,
peningkatan tekanan intraluminal, dan infeksi saluran empedu. Saluran bilier yang terkolonisasi
oleh bakteri namun tidak mengalami pada umumnya tidak akan menimbulkan cholangitis. Saat
ini dipercaya bahwa obstruksi saluran bilier menurunkan pertahanan antibakteri dari inang.
Walaupun mekanisme sejatinya masih belum jelas, dipercaya bahwa bakteria memperoleh akses
menuju saluran bilier secara retrograd melalui duodenum atau melalui darah dari vena porta.
Sebagai hasilnya, infeksi akan naik menuju ductus hepaticus, menimbulkan infeksi yang serius.
Peningkatan tekanan bilier akan mendorong infeksi menuju kanalikuli bilier, vena hepatica, dan
saluran limfatik perihepatik, yang akan menimbulkan bacteriemia (25%-40%). Infeksi dapat
bersifat supuratif pada saluran bilier.
Saluran bilier pada keadaan normal bersifat steril. Keberadaan batu pada kandung
empedu (cholecystolithiasis) atau pada ductus choledochus (choledocholithiasis) meningkatkan
insidensi bactibilia. Organisme paling umum yang dapat diisolasi dalam empedu adalah
Escherischia coli (27%), Spesies Klebsiella (16%), Spesies Enterococcus (15%), Spesies
Streptococcus (8%), Spesies Enterobacter (7%), dan spesies Pseudomonas aeruginosa (7%).
Organisme yang ditemukan pada kultur darah sama dengan yang ditemukan dalam empedu.
Patogen tersering yang dapat diisolasi dalam kultur darah adalah E coli (59%), spesies Klebsiella
(16%), Pseudomonas aeruginosa (5%) dan spesies Enterococcus (4%). Sebagai tambahan,
infeksi polimikrobial sering ditemukan pada kultur empedu (30-87%) namun lebih jarang
terdapat pada kultur darah (6-16%).
Saluran empedu hepatik bersifat steril, dan empedu pada saluran empedu tetap steril
karena terdapat aliran empedu yang kontinu dan keberadaan substansi antibakteri seberti
immunoglobulin. Hambatan mekanik terhadap aliran empedu memfasilitasi kontaminasi bakteri.
Kontaminasi bakteri dari saluran bilier saja tidak menimbulkan cholangitis secara klinis;
kombinasi dari kontaminasi bakteri signifikan dan obstruksi bilier diperlukan bagi terbentuknya
cholangitis.
Tekanan bilier normal berkisar antara 7 sampai 14 cm. Pada keadaan bactibilia dan
tekanan bilier yang normal, darah vena hepatica dan nodus limfatikus perihepatik bersifat steril,
namun apabila terdapat obstruksi parsial atau total, tekanan intrabilier akan meningkat sampai
18-29 cm H2O, dan organisme akan muncul secara cepat pada darah dan limfa. Demam dan
menggigil yang timbul pada cholangitis merupakan hasil dari bacteremia sistemik yang
ditimbulkan oleh refluks cholangiovenososus dan cholangiolimfatik.
Penyebab tersering dari obstruksi bilier adalah choledocholithiasis, striktur jinak, striktur
anastomosis bilier-enterik, dan cholangiocarcinoma atau karsinoma periampuler. Sebelum tahun
1980-an batu choledocholithiasis merupakan 80% penyebab kasus cholangitis yang tercatat.
B. Penatalaksanaan diet sesuai permasalahan gizi
1. Jenis diet : Diet rendah lemak dan tinggi protein, diberikan kepada pasien moderate
cholangitis yang telah menjalani operasi pengangkatan kandung empedu. dimana jumlah lemak
yang diberikan rendah untuk mengurangi kontraksi kandung empedu,serta tinggi protein untuk
mempercepat proses penyembuhan luka operasi, Protein yang diberikan mempunyai nilai
biologis tinggi sehingga lebih mudah untuk diserap. Ada tiga jenis diet rendah lemak yang
diberikan yaitu :
a. Diet Rendah Lemak I
Diberikan kepada pasien cholecystitis (radang kantong empedu) akut dan cholelithiasis (batu
empedu) dengan kolik akut.
b. Diet Rendah Lemak II
Diberikan secara berangsur bila keadaan akut sudah dapat diatasi dan perasaan mual sudah
berkurang atau kepada pasien penyakit kantong empedu kronis yang terlalu gemuk.
c. Diet Rendah Lemak III
Diberikan kepada pasien penyakit kantong empedu yang tidak gemuk dan cukup mempunyai
nafsu makan. Menurut keadaan penderita, makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa.
2. Tujuan Diet :
1) Memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi pasien
2) Mempercepat proses penyembuhan luka pasca operasi.
3) Meningkatkan status gizi kurang menjadi normal.
3. Syarat diet :
1) Energi diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien.
2) Protein yag diberikan tinggi yaitu 15% gr/kg BB untuk membantu proses
penyembuhan luka pasca operasi.
3) Lemak diberikan rendah yaitu 20% dari total kebutuhan energi digunakan sebagai
sumber energi.
4) Karbohidrat diberikan cukup yaitu 65% dari total energi dan digunakan sebagai
sumber energi.
5) Vitamin dan Mineral cukup sesuai kebutuhan normal.
6) Serat tinggi terutama dalam bentuk pektin yang dapat mengikat kelebihan asam
empedu didalam saluran cerna seperti jeruk, pepaya, pisang, apel dan lain – lain.
7) Menghindari makanan yang terlalu berlemak, gorengan, dan makanan yang
menimbulkan gas.
8) Bentuk makanan lunak.
9) Di berikan dalam porsi kecil
BAB V
PEMBAHASAN
A. Rencana Terapi
Hasil diagnosa menunjukkan bahwa pasien menderita Moderat Cholangitis. Untuk itu
diberikan diet rendah lemak dengan bentuk makanan lunak atau yang mudah dicerna pasien. Diet
rendah lemak diberikan kepada pasien moderate cholangitis, dimana jumlah lemak yang
diberikan rendah untuk mengurangi kontraksi kandung empedu serta mengurangi rasa mual yang
dialami pasien, tinggi protein untuk mempercepat proses penyembuhan luka operasi, protein
yang diberikan mempunyai nilai biologis tinggi sehingga lebih mudah untuk diserap.
Energy yang diberikan : 1894,2 Kkal/hr, Protein: 15 % (71,0 gr/hr), Lemak: 20% (42,09
gr/hr), Kh: 65% (307,8075 gr/hr) yang telah disesuaikan dengan keadaan pasien. Pasien berusia
62 tahun dengan tinggi badan 156 cm. Status gizi pasien menurut LLA adalah status gizi kurang.
Dari anamnesa yang dilakukan, Pasien mengeluh Sakit pada bagian abdomen, mual, pusing dan
badan lemas. Sebelum masuk rumah sakit pasien sering mengkonsumsi mie dan kopi. Pasien
kurang menyukai lauk hewani dan lauk nabati. Diet yang diberikan diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan energi dan zat gizi sehingga kebutuhan zat gizi pasien dapat memenuhi standar,
mempercepat proses penyembuhan luka pasca operasi dan meningkatkan status gizi kurang
menjadi normal.
Dari hal diatas maka perlu dilakukan terapi gizi, seperti edukasi dan konsultasi gizi kepada
pasien dan keluarga pasien dalam hal ini adalah keponakan pasien. Dimana pemberian edukasi
ini bertujuan agar pasien dapat merubah pola dan kebiasaan makan yang salah, mengerti tentang
makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi dan menjalani diet yang dianjurkan dengan
benar. Hal ini dilakukan dengan memberikan penyuluhan individu kepada pasien dan
keluarganya. Setelah itu dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap rencana terapi gizi yang
dianjurkan, meliputi antropometri, biokimia, fisik-klinis dan dietery pasien selama 3 hari
berturut-turut untuk mengetahui apakah pasien dapat mematuhi diet yang dianjurkan atau
sebaliknya.
B. Hasil Monitoring Skrining Gizi
Studi kasus berlangsung mulai tanggal 25 Januari 2012 – 27 Januari 2012, yang meliputi
monitoring terhadap asupan makan pasien (mengenai konsumsi energi dan zat gizi pasien,
perkembangan antropometri, perkembangan pemeriksaan laboratorium, perkembangan fisik
klinis dan dietery pasien).
1. Konsumsi Energi dan zat gizi
Asupan makan pasien merupakan factor yang sangat menentukan dalam proses penyembuhan
penyakit dan salah satu indikator dalam menentukkan diet yag diberikan. Asupan makan ini
antara lain dipengaruhi oleh kondisi pasien, nafsu makan, penampilan makanan, faktor fisiologi,
faktor kebosanan, rasa makanan dan lain-lain.
a. Konsumsi Energi
Menunjukkan bahwa asupan energi pasien pada pra pengamatan Sangat rendah yaitu
138,2 kal (7%), karena kondisi pasien saat itu sedang menjalani puasa paska operasi kandung
empedu hari pertama. Pada pengamatan hari ke-1 Asupan energi pasien sudah mengalami
peningkatan dibandingkan hari pertama tapi masih di bawah standar kebutuhan yaitu 960,05 gr
(58,095%) sebab pasien tidak menghabiskan makanan rumah sakit karena kondisi pasien yang
masih lemah serta mual dan hanya mengkonsumsi makanan pokok ( nasi ) dan buah ( pisang ).
Begitu juga pada pengamatan hari ke-2 jumlah asupan energi pasien yaitu 1006,05 gr (58,095%)
dimana asupan energi mengalami peningkatan karena kondisi pasien yang mulai stabil. Tetapi
pasien masih belum bisa mengkonsumsi makanan yang disajikan rumah sakit karena cenderung
lebih memilih makanan pokok berupa nasi dan buah.
b. Konsumsi Protein
Menunjukkan bahwa asupan protein pasien pada pra pengamatan mengalami penurunan
yaitu 4,92 gr (7%) karena pasien sedang dalam kondisi puasa paska operasi kandung empedu
hari pertama sedangkan pada pengamatan ke-1, dan pengamatan ke-2 walaupun sudah
mengalami peningkatan karena kondisi pasien yang berangsur – angsur membaik, akan tetapi
belum memenuhi kebutuhan gizi pasien sebab pasien hanya mengkonsumsi makanan pokok
(nasi) dan buah (pisang). Asupan protein pada pengamatan hari ke-1 yaitu 17,98 gr (26%) dan
pada pengamatan hari ke-2 yaitu 26,35 gr (58%) .
c. Konsumsi Lemak
menunjukan bahwa asupan lemak pasien pada pra pengamatan yaitu 6 gr (14%). karena pasien
sedang dalam kondisi puasa paska operasi kandung empedu hari pertama, sedangkan pada
pengamatan hari ke-1, dan ke-2 walaupun sudah mengalami peningkatan karena kondisi pasien
yang berangsur – angsur membaik, akan tetapi belum memenuhi kebutuhan gizi pasien sebab
pasien hanya mengkonsumsi makanan pokok (nasi) dan buah (pisang). Hasil asupan lemak pada
pangamatan hari ke-1 yaitu 8,96 gr (21%) dan pada pangamatan hari ke-2 yaitu 15,4 gr
(40,1%).
d. Konsumsi Karbohidrat
menunjukkan bahwa pada pra pengamatan sampai pada pengamatan hari ke-2 mengalami
peningkatan, karena kondisi pasien yang berangsur membaik dan pasien hanya mengkonsumsi
makanan yang mengandung karbohidrat seperti nasi dan pisang ambon. Hasil asupan karbohidrat
pada pra pengamatan yaitu 16,6 gr (5%), pengamatan hari ke-1 yaitu 312,54 gr (66%), dan pada
pengamatan hari ke-2 yaitu 18,7 gr (61,7%).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari studi kasus diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Dari studi kasus diatas berdasarkan data subyektif dan obyektif dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Diagnosa penyakit pasien adalah moderate cholangitis yang telah menjalani operasi
pengangkatan kandung empedu, dengan keluhan masih merasakan sakit pada bagian tubuh
yang dioperasi (abdomen), mual serta pusing.
2. Permasalahan gizi (N1-55.1) yaitu kekurangan intake mineral yang disebabkan oleh faktor
fisiologi seperti peningkatan kebutuhan zat gizi karena penyakit katabolik yang lama yang
ditandai dengan penurunan hemoglobin yaitu 9,5 gr/dl, dan (N1-2.1) yaitu kekurangan intake
makanan dan minuman oral yang disebabkan oleh nafsu makan yang menurun serta pasien
dalam kondisi puasa karna post op. Hari pertama. yang ditandai dengan hasil recall dibawah
standar kebutuhan.
3. Diet yang diberikan pada pasien adalah diet rendah lemak dengan total energi 1841,5 kkal/kg
BB dan protein tinggi yaitu 71,92 gr/kg BB. Diet yang diberikan dalam bentuk makanan
lunak.
4. Asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat kurang dari kebutuhan karena pasien dalam
kondisi puasa post. operasi hari pertama.
5. Hasil monitoring dan evaluasi terdiri atas :
- Pemeriksaan fisik/klinis dengan keadaan umum pasien tampak lemah.
b - Pengukuran antropometri pasien tidak ada perubahan selama pengamatan.
c - Pemeriksaan laboratorium menunjukan bilirubin tinggi, Albumin rendah,leukosit tinggi,
GDP sesaat rendah, hematokrit rendah dan hemoglobin rendah.
6. Edukasi melalui pendekatan konsultasi penyuluhan gizi dan pendekatan motivasi pada
keluarga pasien tidak ada perubahan karena pasien sama sekali tidak menjalani diet yang
diberikan.
A. Saran
1. Bagi pasien :
Disarankan agar pasien mematuhi diet yang telah diberikan oleh rumah sakit, dan
menjalankan diet yang telah diberikan.
2. Bagi Ahli gizi :
Disarankan agar ahli gizi semakin meningkatkan kontrol diet bagi pasien serta lebih
melakukan pendekatan dengan pasien agar pasien lebih terbuka, baik bagi pasien yang
sedang menjalankan rawat inap maupun rawat jalan.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier Sunita, 2007. Penuntun Diet, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III jilid I. fakultas Kedokteran UI. Jakarta.
2001
Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III jilid II. fakultas Kedokteran UI.
Jakarta. 2001
Halim, Prof, 2001. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis Dan Terapi, Buku
Kedokteran, Jakarta.
Rosnelly, dkk, 2008. Buku Pedoman Praktis Diagnosa Gizi Dalam Proses Asuhan Gizi
Terstandar, Instalasi Gizi RSU Dr. Saiful Anwar, Malang.
Sulistyorini dkk. Buku Pedoman Diet Rumah Sakit Umur Dr. Saiful Anwar Malang. Instalasi
Gizi. Malang. 2007.
D. Materi Penyuluhan
a. Pengertian nurtisi
b. Tujuan memenuhi kebutuhan nutrisi pasca operasi
c. Jenis nurtisi yang baik untuk pasien pasca operasi
E. Proses Belajar Mengajar
No Komunikator Komunikan waktu
Pre Interaksi 5 menit
1. Memberi salam dan Menjawab salam
memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan penyuluhan Mendengarkan
dan tema penyuluhan
Isi 10 menit
3. Menjelaskan materi penyuluhan Mendengarkan
mengenai pengertian, manfaat,
tujuan, jenis nutrisi bagi pasien
pasca operasi
4. Memberikan kesempatan kepada Mengajukan pertanyaan
komunikan untuk bertanya
tentang materi yang disampaikan
Penutup 5 menit
5. Memberikan pertanyaan akhir Menjawab
sebagai evaluasi
6. Menyimpulkan bersama-sama Mendengarkan
hasil kegiatan penyuluhan
7. Menutup penyuluhan dan Menjawab salam
mengucapkan salam
F. Evaluasi
Prosedur
Setelah diberikan penyuluhan, pemateri mengajukan beberapa pertanyaan yang harus
dijawab oleh klien (post test)
Jenis test
Test yang dilakukan adalah test secara lisan dan demonstrasi ulang
Soal :
1. Sebutkan pengertian nutrisi?
2. Sebutkan tujuan pemberian nutrisi?
3. Sebutkan jenis nurtisi yang baik bagi pasien pasca operasi?
G. Lampiran Materi
Pengertian
Nutrisi adalah makanan yang mengandung cukup nilai gizi dan tenaga untuk perkembangan, dan
pemeliharaan kesehatan secara optimal.
Diet Pasca-operasi adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani
pembedahan. Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada macam pembedahan
dan jenis penyakit penyerta.
Tata cara pelaksanaan untuk memenuhi nutrisi yang perlu diperhatikan untuk
penyembuhan luka
1. Tingkatkan konsumsi makanan yang mengandung protein dan vitamin C
2. Bila mual:
a. Makannlah dengan porsi sedikit tapi sering
b. Sajikan ketika masih hangat
c. Sebelum makan, minum air hangat
d. Hindari makanan dengan berbumbu tajam
nursingwindra
Just another WordPress.com site
« pneumothorax
ADAPTASI SISTEM ORGAN YANG DAPAT MENIMBULKAN GANGGUAN PADA IBU HAMIL DAN SOLUSINYA »
&
POST OPERASI
WINDRA BANGUN S
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIII
GOMBONG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang
Dari setiap tubuh manusia menjadi hal yang menarik untuk dipelajari. Salah satunya mengenai
penyakit, patofisiologi, manifestasi klinis hingga bagaimana menangani masalah. Perkembangan
kemajuan teknologi muncul berbagai macam penyakit yang mungkin sudah ada yang bisa
diketahui penyebabnya ataupun dalam penyelidikan ahli termasuk penyakit, penangananya serta
pola gizi melalui diet yang tepat.
Makanan bukanlah hal sepele yang bisa kita singkirkan, justru ini menjadi hal yang penting baik
pada klien sakit biasa ataupun pada pembedahan. Anggapan masyarakat mengenai sistem diet
selama ini masih banyak sekali kekurangan untuk itu kita perlu memberi kesadaran yang
komprehensif dari cara, macam diet, tujuan diet, dll.
1. B. Rumusan Masalah
Dengan membaca makalah ini, mahasiswa mampu mengenal apa yang dimaksud dalam diet pre
dan post operasi.
1. D. Sistematika Penulisan
Makalah ini tersusun atas BAB I PENDAHULUAN yang terdiri dari latar belakang, Rumusan
Masalah, Tujuan dan sistematika Penulisan; BAB II PEMBAHASAN Terdiri dari pengertian diet
pre dan post operasi, tujuan, jenis makanan, contoh kasus; BAB III PENUTUP terdiri dari
Kesimpulan dan daftar Pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
Makanan biasa sama dengan makanan sehari-hari yang beraneka ragam, bervariasi dengan
bentuk, tekstur dan aroma yang normal. Susunan makanan mengacu pada Pola Menu Seimbang
dan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan bagi orang dewasa sehat. Makanan biasa
diberikan kepada pasien yang berdasarkan penyakitnya tidak memerlukan makanan khusus
(diet). Walau tidak ada pantangan secara khusus, makanan sebaiknya diberikan dalam bentuk
yang mudah dicerna dan tidak merangsang pada saluran cerna.
Tujuan diet makanan biasa adalah memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi untuk mencegah
dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh.
energi sesuai kebutuhan normal orang dewasa sehat dalam keadaan istirahat;
Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet makanan biasa adalah makanan yang merangsang,
seperti makanan yang berlemak tinggi, terlalu manis, terlalu berbumbu, dan minuman yang
mengandung alkohol.
Makanan lunak adalah makanan yang memiliki tekstur yang mudah dikunyah, ditelan, dan
dicerna dibandingkan makanan biasa. Menurut keadaan penyakit, makanan lunak dapat diberikan
langsung kepada pasien atau sebagai perpindahan dari makanan saring ke makanan biasa.
Tujuan diet makanan lunak adalah memberikan makanan dalam bentuk lunak yang mudah
ditelan dan dicerna sesuai kebutuhan gizi dan keadaan penyakit.
makanan diberikan dalam bentuk cincang atau lunak, sesuai dengan keadaan penyakit dan
kemampuan makan pasien;
makanan diberikan dalam porsi sedang, yaitu tiga kali makan lengkap dan dua kali selingan;
makanan mudah cerna, rendah serat, dan tidak mengandung bumbu yang tajam.
Makanan saring adalah makanan semi padat yang mempunyai tekstur lebih halus daripada
makanan lunak, sehingga lebih mudah ditelan dan dicerna. Menurut keadaan penyakit, makanan
saring dapat diberikan langsung kepada pasien atau merupakan perpindahan dari makanan cair
kental ke makanan lunak.
Tujuan diet untuk makanan saring adalah memberikan makanan dalam bentuk semi padat
sejumlah yang mendekati kebutuhan gizi pasien untuk jangka waktu pendek sebagai proses
adaptasi terhadap bentuk makanan yang lebih padat.
hanya diberikan untuk jangka waktu singkat selama 1-3 hari, karena kurang memenuhi
kebutuhan gizi terutama energi dan tiamin;
diberikan dalam porsi kecil dan sering yaitu 6-8 kali sehari.
Makanan saring diberikan kepada pasien sesudah mengalami operasi tertentu, pada infeksi akut
termasuk infeksi saluran cerna, serta kepada pasien dengan kesulitan mengunyah dan menelan,
atau sebagai perpindahan dari makanan cair ke makanan lunak. Karena makanan ini kurang serat
dan vitamin C, maka sebaiknya diberikan untuk jangka waktu pendek, yaitu selama 1-3 hari saja.
Makanan cair adalah makanan yang mempunyai konsistensi cair hingga kental.
Makanan ini diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan mengunyah, menelan, dan
mencernakan makanan yang disebabkan oleh menurunnya kesadaran, suhu tinggi, rasa mual,
muntah, pasca perdarahan saluran cerna, serta pra dan pasca bedah. Makanan dapat diberikan
secara oral atau parental.
Menurut konsistensi makanan, makanan cair terdiri atas tiga jenis, yaitu: makanan cair jernih,
makanan cair penuh, dan makanan cair kental. Makanan cair jernih adalah makanan yang
disajikan dalam bentuk cairan jernih pada suhu ruang dengan kandungan sisa (residu) minimal
dan tembus pandang bila diletakkan dalam wadah bening. Jenis cairan yang diberikan tergantung
pada keadaan penyakit atau jenis operasi yang dijalani.
memberikan makanan dalam bentuk cair, yang memenuhi kebutuhan cairan tubuh yang mudah
diserap dan hanya sedikit meninggalkan sisa, mencegah dehidrasi yang menghilangkan rasa
haus.
Makanan cair jernih diberikan kepada pasien sebelum dan sesudah operasi tertentu, keadaan
mual, muntah dan sebagai makanan tahap awal pasca pendarahan saluran cerna. Bahan makanan
yang boleh diberikan antara lain teh, sari buah, kaldu, air gula, serta cairan mudah cerna.
Makanan dapat ditambah dengan suplemen energi tinggi dan rendah sisa.
Diet pre operasi
London, Lebih dari 100 tahun protokol medis, pasien biasanya tidak diperbolehkan makan
setidaknya 12 jam sebelum menjalani operasi. Namun ada pendekatan baru yang mengubah
kebiasaan tersebut, makan sebelum operasi justru dapat mempercepat masa pemulihan.
Dilansir dari Dailymail, Sabtu (2/10/2010), pendekatan baru ini dipelopori di akhir tahun
sembilan puluhan oleh ahli bedah Denmark, Profesor Henrik Kehlet.
Menurutnya, protokol medis lama tidak memperbolehkan pasien makan 12 jam sebelum
operasi. Selain itu, bila pasien menjalani operasi perut, maka ia pun tidak boleh makan sampai
seminggu setelah operasi dan hanya boleh bergerak di tempat tidur selama berminggu-minggu.
Dengan demikian, tidak mengherankan bila pasien sering mengalami penurunan berat badan
yang dramatis, khususnya bagi orang yang lemah dan usia lanjut. Bila dibiarkan seperti ini, pasca
operasi pasien justru lebih lemah dan rentan terhadap infeksi, sehingga akan memakan waktu
laama untuk pemulihan.
Bertentangan dengan tradisi konvensional, Prof Kehlet justru merekomendasikan pasien untuk
diberi makanan yang kaya karbohidrat seperti kentang dan pasta sampai 6 jam sebelum operasi,
serta minuman berenergi tinggi sampai 2 jam sebelum operasi.
Selain itu, setelah operasi pun pasien sebaiknya makan sesegera mungkin. Pasien juga
hendaknya bangun dan banyak bergerak di hari berikutnya, bukan hanya beristirahat di tempat
tidur.
Bergerak juga merupakan hal yang penting. Tidak bergerak dan hanya tidur di tempat tidur
dalam waktu yang lama akan meningkatkan risiko infeksi sehingga dapat memperpanjang
penyakit,” jelas Prof Kehlet.
Prof Kehlet juga mempertanyakan semua prosedur standar dan menyingkirkan semua prosedur
bila tidak mendukung penyembuhan dan pemulihan pasien.
Menurutnya, alasan utama untuk tidak memperbolehkan pasien makan sebelum operasi adalah
risiko kesulitan bernapas karena makanan dari lambung masuk ke paru-paru. Tetapi risiko ini
ternyata sangat minimal.
Pendekatan Prof Kehlet telah diikuti di Inggris sejak tahun 2002, dipelopori oleh seorang ahli
bedah kolorektal di Yeovil District Hospital dan St Mark’s Hospital.
Cara baru yang dinamakan Enhanced Recovery (ER) ini telah diam-diam merevolusi perawatan
pra dan pasca operasi untuk pasien.
ER jelas merupakan kisah sukses, namun baru ada 72 rumah sakit di Inggris menggunakan
teknik ini,” ujar Ian Jenkins, dokter bedah di St Mark’s Hospital, London.
Jika operasi Anda akan berada di bagian dari sistem pencernaan Anda, memiliki makanan dalam
sistem Anda bisa mempersulit operasi dan menyebabkan infeksi atau menyebabkan operasi
dibatalkan.
Jika Anda memiliki makanan atau cairan di perut Anda selama operasi Anda, Anda bisa muntah
sementara di bawah anestesi.
Janganlah makan makanan berat selama 8 – 12 ja, dan makanlah salad atau sup unuk makanan
terakhir sebelum operasi.
Diet pasca bedah atau post operasi adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah
menjalani pembedahan. Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada macam
pembedahan dan jenis penyakit penyerta.
Waktu ketidakmampuan pasien setelah operasi atau pembedahan dapat diperpendek melalui
pemberian zat gizi yang cukup. Hal yang juga harus diperhatikan dalam pemberian diet pasca
operasi untuk mencapai hasil yang optimal adalah mengenai karakter individu pasien.
Setelah operasi sering terjadi peningkatan ekskresi nitrogen dan natrium yang dapat berlangsung
selama 5-7 hari atau lebih pasca-operasi. Peningkatan ekskresi kalsium terjadi setelah operasi
besar, trauma kerangka tubuh, atau setelah lama tidak bergerak (imobilisasi). Demam
meningkatkan kebutuhan energi, sedangkan luka dan perdarahan meningkatkan kebutuhan
protein, zat besi, dan vitamin C. Cairan yang hilang perlu diganti.
Tujuan diet pascabedah adalah untuk mengupayakan agar status gizi pasien segera kembali
normal untuk mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh pasien,
dengan cara sebagai berikut:
1. C. Syarat Diet
Pasca-bedah besar : setelah sadar dan rasa mual hilang serta ada tanda-tanda usus mulai bekerja
Selama 6 jam sesudah operasi, makanan yang diberikan berupa air putih, teh manis, atau cairan
lain seperti pada makanan cair jernih. Makanan ini diberikan dalam waktu sesingkat mungkin,
karena kurang dalam semua zat gizi. Selain itu diberikan makanan parenteral sesuai kebutuhan.
Diet pasca-bedah II diberikan kepada pasien pascabedah besar saluran cerna atau sebagai
perpindahan dari Diet Pasca Bedah I.
DPB III diberikan kepada pasien pascabedah besar saluran cerna atau sebagai perpindahan dari
DPB II. Makanan yang diberikan berupa makanan saring ditambah susu dan biskuit. Cairan
hendaknya tidak melebihi 2000 ml sehari. Selain dapat diberikan Makanan Parenteral bila
diperlukan. Makanan yang tidak dianjurkan untuk DPB III adalah makanan dengan bumbu tajam
dan minuman yang mengandung karbondioksida.
Berupa nasi Tim dan lauk Tinggi Kalori Tinggi Protein. Makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Berupa makanan seimbang.
Misalnya :
Orang yang alergi terhadap makanan tertentu seperti telur, ikan asin, kacang harus dihindari
Bedah pada kantung empedu yang dikombinasikan dengan Abdomino-Perineal, oral feeding
biasanya diberikan di awal. Berikut adalah sebuah contoh jadwal diet yang sederhana:
Hari pertama (hari saat operasi): dipenuhi kebutuhan transfusi dan formula infus yang cukup.
Hari kedua : ditambah sejumlah kecil cairan (teh, gelatin, dan air jahe) tanpa susu atau jus buah.
Hari ketiga : cairan, termasuk susu skim dan jus buah boleh diberikan. Pemberian makanan
pembuluh darah melalui infus dilanjutkan, kecuali glukosa dalam air, ditambah vitamin dapat
digantikan dengan bagian dari larutan garam.
Hari keempat : sejumlah kecil campuran cairan yang mengandung tinggi protein boleh
ditambahkan. Pada hari ini 1 liter protein hidrolisat dapat dihilangkan dari pemberian makanan
bagi pembuluh darah.
Hari kelima : jumlah makanan boleh ditingkatkan, setidaknya 70-100 gram. Protein harus
tersedia dalam oral feeding. Pemberian vitamin secara oral sudah bisa diberikan. Pemberian
makan pembuluh darah melalui infus dapat dihentikan.
Hari keenam : Diet makanan biasa sudah bisa diberikan kepada pasien.
Beberapa pasien yang kantung empedunya dioperasi, mungkin lebih merasa nyaman dengan diet
rendah lemak untuk beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan setelah operasi.
Operasi dubur hampir sama dengan hemorrhoidectomy, pemberian makan biasanya dilakukan
dalam waktu 24 jam atau sesegera mungkin, bergantung pada anastesi yang telah diatur.
Beberapa pembedah lebih suka memberi diet rendah serat, dengan sisa yang terbatas untuk
mengurangi pergerakan isi perut. Hal lain yang diperbolehkan diet normal dan menambah
defekasi yang dibantu dengan minyak mineral.
Penggunaan jangka panjang minyak mineral dapat mengurangi karena menganggu penyerapan
beberapa mineral dan vitamin.
Diet yang ditentukan untuk pasien yang mempunyai riwayat bedah tulang atau gigi, atau yang
telah mengalami kecelakaan kecil, dapat diberi lebih dulu program diet yang lebih cepat
dibandingkan dengan program diet pasca operasi gastrointestinal. Secara bertahap, pasien dapat
mengkonsumsi diet berupa cairan penuh pada hari kedua setelah operasi, diet makanan lunak
pada hari ketiga, dan diet makanan biasa pada hari keempat. Kondisi pasien menentukan diet
yang akan dikonsumsi. Yang perlu diperhatikan adalah diet tersebut harus dapat memenuhi
kebutuhan kalori dan protein. Vitamin secara bertahap diberikan sebagai suplemen.
Setelah operasi mulut atau esofagus, pemberian makanan secara parenteral yang biasanya
diberikan pada pasien di awal, dengan pemberian makan dengan menggunakan tabung. Sejak
pasien tinggal di rumah sakit untuk jangka waktu yang cukup lama, yang paling utama adalah
formula diet yang akan diberikan harus memenuhi kebutuhan semua zat gizi. Kebutuhan cairan
dapat dipenuhi secara oral, jenisnya dapat diperoleh dengan mengencerkan makanan padat,
seperti kentang, daging cincang, sayuran dan buah dengan cara diblender atau disaring dan
ditambahkan cairan.
Secara umum, untuk mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan kondisi pasien
1. Makan makanan bergizi, misalnya: nasi, lauk pauk, sayur, susu, buah.
2. Konsumsi makanan (lauk-pauk) berprotein tinggi, seperti: daging, ayam, ikan, telor dan
sejenisnya.
3. Minum sedikitnya 8-10 gelas per hari.
4. Usahakan cukup istirahat.
5. Mobilisasi bertahap hingga dapat beraktivitas seperti biasa. Makin cepat makin bagus.
6. Mandi seperti biasa, yakni 2 kali dalam sehari.
7. Kontrol secara teratur untuk evaluasi luka operasi dan pemeriksaan kondisi tubuh.
8. Minum obat sesuai anjuran dokter.
Tube Feeding merupakan metode yang paling sering digunakan dalam diet pasca bedah. Ketika
pasien tidak mampu untuk makan melalui mulut setelah melewati operasi, kecelakaan, pingsan,
kasrinoma pada esofagus, kebutuhan zat gizi harus disuplai.
Tube Feeding biasanya dilakukan melalui saluran hidung. Pipa dimasukkan cairan yang
mengandung zat gizi ke dalam tubuh secara aman menuju dinding perut. Cairan tersebut
mengalir ke dalam lambung melalui rongga. Pasien membutuhkan dukungan yang besar untuk
mengatur kondisi ini.
1. 2. Rectal Feeding
Pemberian makan kepada pasien melalui rektum akan membatasi kualitas dan kuantitas makanan
yang diberikan. Makanan tidak dapat melewati katup ileocecal dengan diserap melalui usus
besar.
1. H. Contoh Kasus di masyarakat
Seorang ibu muda menjalani operasi cesar (sectio caesaria) untuk melahirkan bayinya. Ketika
masih di Rumah Sakit, si ibu diberi makan yang enak-enak seperti daging, telor, sup, buah, snack
dan lain-lain. Eh, begitu sampai di rumah, para kerabat melarang makan ikan, daging, sayur
berkuah, dan banyak larangan lainnya. Ngenes deh.
Dalam praktek sehari-hari, kejadian semacam ini masih ada. Ketika ditanya mengapa para
kerabat atau tetangga melarang makan makanan tertentu, jawabannya nyaris seragam, yakni:
takut luka operasi lambat kering, takut gatal dan lain-lain.
Kadang pasien atau pihak keluarga bertanya :
Jawab: Boleh !!! Bahkan sangat dianjurkan makan makanan bergizi agar mempercepat
penyembuhan luka operasi dan kondisi tubuh segera pulih kembali.
Makanan cair dapat berupa susu, tatapi tidak boleh terlalu panas. Makanan dalam suhu dingin
lebih baik karena dapat mempercepat berhentinya perdarahan. Setelah tahap makanan cair, dapat
diberikan makanan dalam bentuk saring bertahap ke makanan lunak dan kembali seperti semasa
sehat, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan.
Contoh Menu
1. PAGI
Bubur Sumsum
Orak-Arik Tahu
1. Pukul 10.00
1. Siang
Bubur Saring
orak-arik tahu
Sup Makaroni
Jus Pepaya
1. Pukul 16.00
Puding
1. Sore : Bubur saring, ayam giling bumbu, tahu kukus, sup oyong.
BAB III
PENUTUP
1. A. Kessimpulan
Pada diet pre operasi, Jika operasi Anda akan berada di bagian dari sistem pencernaan Anda,
memiliki makanan dalam sistem Anda bisa mempersulit operasi dan menyebabkan infeksi atau
menyebabkan operasi dibatalkan. Jika Anda memiliki makanan atau cairan di perut Anda selama
operasi Anda, Anda bisa muntah sementara di bawah anestesi. Janganlah makan makanan berat
selama 8 – 12 jam, dan makanlah salad atau sup unuk makanan terakhir sebelum operasi.
Diet pasca bedah atau post operasi adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah
menjalani pembedahan. Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada macam
pembedahan dan jenis penyakit penyerta. Waktu ketidakmampuan pasien setelah operasi atau
pembedahan dapat diperpendek melalui pemberian zat gizi yang cukup. Hal yang juga harus
diperhatikan dalam pemberian diet pasca operasi untuk mencapai hasil yang optimal adalah
mengenai karakter individu pasien.
Tujuan diet pascabedah adalah untuk mengupayakan agar status gizi pasien segera kembali
normal untuk mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh pasien,
dengan cara sebagai berikut:
Menggantikan kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain
http://www.detikhealth.com/read/2010/10/02/110327/1453718/763/makan-sebelum-operasi-
dapat-mempercepat-masa-pemulihan
http://www.smallcrab.com/makanan-dan-gizi/617-jenis-makanan-untuk-diet
blog : windra_pasmr@yahoo.co.id
http://nuy2008.blogspot.com/2008/12/diet-pasca-operasi_19.html
http://cakmoki86.wordpress.com/2007/08/11/makan-bergizi-pasca-operasi/
http://tutorialkuliah.onsugar.com/Diet-Pasca-operasi-13748043
http://ritongadina.blogspot.com/