Anda di halaman 1dari 21

Daya Pikat Guru Hilang karena Satu Penyakit

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas harian semester 5

Mata kuliah Manhaj Ta’lim

Dosen Pengampu: Zaid Abdul Lathif

Oleh : Ulfani Muzdalifah

NIM : TM.01.17.012

Jurusan : Tarbiyah

Ma’had Aly Darusy Syahadah Li Ta’hilil Mudarrisat

Tahun Pelajaran : 2018/2019

Pesona Guru Hilang Karena Sombong


BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Guru adalah pengerak utama kemajuan suatu bangsa. Ia merupakan sososok


sentral yang mesti diperhatikan. Dunia pendidikan akan mandek tanpa hadirnya
guru. Namun, dunia pendidikan juga akan tertatih-tatih bila guru hanya mengejar
sensasi dan materi.

Selain itu guru tidak cukup hanya transfer ilmu, tetapi harus menjadi
tauladan dalam bertingkah laku dan bertutur sapa dalam keseharian. Untuk itu
penting bagi seorang guru memiliki akhlak yang baik.

Dengan akhlak mulia guru akan memiliki daya pikat yang tak tertandingi.
Daya pikat dan pesona guru tergambar dari keperibadiannya, sikap dan perilaku
yang menghiasi hidupnya dengan keteladanan yang sungguh mempesona. Daya
pikat itulah yang mengambil hati anak didik.

Rugilah jika seorang guru hanya memanfaatkan kecantikan atau


ketampanan wajahnya, harta yang banyak, kekayaan yang melimpah, jabatan,
pangkat yang tinggi untuk mengambil perhatian anak didik. Kenapa rugi?

Karena semua itu memiliki potensi sifat yang buruk bagi guru. Lama
mengendap dalam jiwanya akan menimbulkan sifat ujub dan berubah menjadi
kesombongan.

Ketika seorang guru memiliki perilaku sombong kepada orang lain


terkhusus kepada anak didiknya maka hal itu akan menghalangi kebaikan diantara
keduanya. Serta guru yang sombong tidak akan memiliki kewibawaan dihadapan
anak didiknya. Tak hanya itu guru yang sombong akan menggangu berjalannya
proses tarbiyah dan pasti aka nada dampak-dampak negative lainnya.

1
Oleh karena itu seorang guru hendaknya berhati-hati agar tidak terjangkit
penyakit sombong, guru senantiasa harus menyadari akan bahaya perilaku
sombong, dan pengaruhnya terhadap dirinya sebagai seorang guru serta dampak
negative bagi anak didiknya.

Oleh karena itu dalam tulisan ini penulis akan mencoba mengupas tentang
pembahasan sombong. Mulai dari pemahaman sombong secara umum hingga
secara sepesifik yakni perilaku sombong sang guru. Penulis akan mengadirkan
bagaimana cara menyikapi guru yang hasad serta fenomena yang terjadi hari ini
berkenaan dengan perilaku sombong.

Penulis berharap semoga dengan hadirnya tulisan ini dapat menjadi alaram
bagi seorang guru agar terhindar dari penyakit sombong. Dan semoga tulisan
singkat ini dapat memberi manfaat yang besar bagi seluruh pembaca, baik sang
senulis itu sendiri. Amiin ya Rabbal Alamin.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
1. Secara Bahasa dan Istilah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “sombong” adalah
menghargai diri secara berlebihan, congkak, atau pongah.
Kesombongan (al-kibr) adalah melihat diri sendiri melebihi al-haq
(kebenaran) dan al-khalq (makhluk; orang lain). memandang dirinya berada di
atas kebenaran dan merasa lebih di atas orang lain. Orang yang sombong
merasa dirinya sempurna dan memandang dirinya berada di atas orang lain. 1
Seorang manusia, tatkala melihat dan menganggap dirinya besar atau
mulia, dia akan menganggap orang lain kecil dan merendahkannya. Dia akan
memandang al-haq (kebenaran) akan menghancurkan kedudukannya dan
mengecilkan posisinya. Dan dia melihat manusia lainnya seolah-olah binatang
karena dianggap bodoh dan hina.2

2. Qoul Ulama’
Raghib As-Asfahani ra berkata, “Sombong adalah keadaan atau kondisi
seseorang yang merasa bangga dengan dirinya sendiri, memandang dirinya
lebih utama dari orang lain, kesombongan yang paling parah adalah sombong
kepada Rabbnya dengan cara menolak kebenaran (dari-Nya) dan angkuh untuk
tunduk kepada-Nya baik berupa ketaatan maupun dalam mentauhidkan-Nya.”3

1
Salim al Hilali, Bahjatun Nadzirin, cet. Daar Ibnu Jauzi, hlm. 664

2
Salîm al-Hilâli, at-Tawâdhu’ fî Dhauil Qur’ânil Karîm was Sunnah ash-Shahîhah, hlm. 35

3
Raghib As-Asfahani, Umdatul Qari’ 22/140.

3
Syaikh Utsaimin mengatakan bahwa, “Sikap sombong manusia adalah
ia merasa dirinya-lah sebab segala-galanya, bukan dari Allah.”4

B. Celaan terhadap sikap sombong

ِ ‫ض ِبغَي ِْر ْال َح‬


‫ق‬ ِ ‫ي الَّذِينَ يَت َ َكب َُّرونَ فِي ْاْل َ ْر‬
َ ِ‫ف َع ْن آيَات‬ ْ َ ‫سأ‬
ُ ‫ص ِر‬ َ
“Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan diri-nya di
muka bumi tanpa alasan yang benar.” (Al-A’raf: 146)
“Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan
sewenag-wenag.” (Ghafir: 35)
Rasulullah bersabda, “Tidak akan masuk surga siapa yang dalam hatinya
ada kesombongan seberat semut hitam.” (HR. Muslim)
Dalam ash-Shahihain dari Nabi saw bahwa beliau bersabda, “Api neraka
berkata, ‘Aku diistimewakan dengan (dihuni oleh) orang-orang yang sombong.”
(HR. Al-Bukhari, Muslim, dan At-Tirmidzi)

Nabi ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bersabda:

‫ساقُ ْونَ إِلَى ِسجْ ٍن فِي َج َهنَّ َم‬ ٍ ‫الر َجا ِل يَ ْغشَاهُم الذُّ ُّل ِم ْن ُك ِل َمك‬
َ ُ‫َان فَي‬ ُ ‫يُحْ ش َُر ْال ُمتَك َِب ُرونَ َي ْو َم ْال ِقيَا َم ِة أ َ ْمثَا َل الذَّ ِر فِي‬
ِ ‫ص َو ِر‬
‫ار ِطينَ ِة ْال َخبَا ِل‬
ِ ‫ارةِ أَ ْه ِل ال َّن‬
َ ‫ص‬َ ‫ع‬ ِ َ‫َار ْاْل َ ْني‬
ُ ‫ار يُ ْس َق ْونَ ِم ْن‬ ُ ‫س ت َ ْعلُوهُم ن‬ َ َ‫س َّمى بُو ل‬ َ ُ‫ي‬

“Pada Hari Kiamat orang-orang yang sombong akan digiring dan


dikumpulkan seperti semut kecil, di dalam bentuk manusia, kehinaan akan meliputi
mereka dari berbagai sisi. Mereka akan digiring menuju sebuah penjara di dalam
Jahannam yang namanya Bulas. Api neraka yang sangat panas akan membakar
mereka. Mereka akan diminumi nanah penduduk neraka, yaitu thinatul khabal
(lumpur kebinasaan). (Hadits Hasan. H.R. al-Bukhari, Tirmidzi, Ahmad, dan
Nu'aim bin Hammad dalam Zawa'id Az-Zuhd, no. 151)

C. Jenis-jenis sombong

4
Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, Tafsir Al-Qur’an Al Karim–Juz ‘Amma, (Dar Tsuraya:
1424H)

4
Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi semua Bani Adam,
benih-benihnya seringkali muncul tanpa disadari. Sering kali yang menjadikan
seseorang itu sombong ialah karena harta, fisik, ilmu pengetahuan, keturunan,
bahkan ibadah. Berikut beberapa jenis kesombongan yang patut kita ketahui agar
terhindar daripadanya:
1. Sombong terhadap Allah
Merupakan sebuah penyakit yang paling parah karena seseorang
sombong kepada Allah SWT, artinya ia menolak dan tidak taat kepada Allah.
Orang yang memiliki sifat tinggi hati kepada Allah berarti dalam hatinya
tertanam bahwa ia tidak peduli, tidak takut, serta tidak segan untuk melanggar
apapun perintah Allah yang pastinya semua itu dilakukan tanpa ada perasaan
bersalah atau tidak merasa berdosa sedikitpun.

2. Sombong terhadap Rasulullah


Seseorang yang tidak mau mengikuti ajaran Rasulullah, merasa bahwa
apa yang diajarkan Rasulullah tidak benar dan tidak sedikitpun peduli atau mau
taat terhadap ajaran beliau, berarti orang tersebut telah memiliki sifat sombong
terhadap Rasulullah di dalam hatinya.

3. Sombong terhadap sesama manusia


Jenis penyakit sombong ini yang paling sering terjadi yakni
menganggap remeh orang lain, merasa dirinya adalah yang paling baik, paling
bijaksanan, paling hebat, paling kaya, paling cantik, dan segala yang
besifat paling lainnya. Selalu memabandingkan diri dengan orang lain dan
menganggap orang lain tersebut paling buruk jika dibandingkan dengan diri
sendiri.
Orang yang sombong biasanya gila hormat dan sangat senang dipuji
bahkan bisa dibilang haus pujian. Mereka selalu memabanggakan diri
dihadapan orang lain dengan niat ingin pamer agar dipuji dan orang lain pun
jadi merasa rendah. Selain itu, orang yang sombong tidak suka menerima
teguran, kritik, saran, nasihat, apalagi bantahan. Ia merasa bahwa dirinya lah

5
yang paling benar dan tidak akan peduli terhadap keadaan atau pendapat orang
lain.5

D. Bentuk Perilaku Sombong

Sebagian orang menyangka bahwa kesombongan itu letaknya dalam hati


saja, sehingga dengan perbuatannya semata-mata seseorang itu tidak bisa dikatakan
sombong. Benarkah demikian? Ternyata tidak. Karena walaupun pada asalnya
kesombongan itu di dalam hati, akan tetapi bisa memunculkan bentuk-bentuk
kesombongan yang dapat diketahui oleh panca indra. Berikut bentuk
kesombongan-kesombongan yang harus ditinggalkan:

1 Sombong Terhadap al-Haq(kebenaran)


Di antara bentuk kesombongan terburuk adalah menolak kebenaran.
Kesombongan ini menyebabkan dia tidak bisa mengambil faedah ilmu dan
tidak bisa menerima al-haq serta tidak tunduk kepada al-haq.
2 Sombong Dengan Manusia
Yaitu seseorang memandang dirinya di atas manusia lainnya, sehingga
dia menganggap dirinya besar dan meremehkan yang lain. Kesombongan ini
akan mendorong kepada kesombongan terhadap perintah Allah. Sebagaimana
kesombongan Iblis terhadap Nabi Adam mendorongnya untuk enggan
melaksanakan perintah Allah untuk sujud kepada Adam. Allah berfirman:
“Lalu seluruh malaikat-malaikat itu bersujud semuanya, kecuali Iblis;
dia menyombongkan diri dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir.
Allah berfirman, "Hai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada
yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu
menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang
(lebih) tinggi?". Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau
ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah". (QS. Shad:
73-76)

5
https://dalamislam.com/dasar-islam. Diakses pada, kamis 31 Oktober, 7:54

6
3 Kesombongan Dengan Pakaian
Rasulullah bersabda:“Barangsiapa menyeret pakaiannya dengan sebab
sombong, Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat Lalu Abu Bakar
berkata, "Sesungguhnya terkadang salah satu sisi sarungku turun, kecuali jika
aku menjaganya". Maka Nabi bersabda, "Engkau tidak termasuk orang yang
melakukannya dengan sebab sombong" (HR. Al-Bukhari)
4 Kesombongan Dengan Perbuatan
Kesombongan dengan perbuatan bisa berupa memalingkan wajahnya
dari manusia, berjalan dengan berlagak, dan lainnya. Allah berfirman,
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)

Semoga Allah menjauhkan kita dan menjaga diri dari kesombongan dengan
segala bentuknya. Hanya Allah ‫ عزوجل‬tempat memohon pertolongan.6

E. Bahaya sombong

Sesungguhnya bahaya kesombongan itu sangat besar, banyak orang binasa


karenanya. Di antara bahaya kesombongan adalah kesombongan merupakan dosa
pertama yang dilakukan makhluk. Kesombongan adalah dosa pertama yang
dilakukan Iblis. Allah berfirman:

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat, "Sujudlah


kamu kepada Adam!," Maka sujudiah mereka kecuali Ibiis; ia enggan dan takabur
dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS.Al-Baqarah: 34)

6
Majalah As-Sunnah Edisi 09. (Surakarta, Yayasan Lajnah Istiqomah: 2015M)

7
Diantara bahaya kesombongan juga adalah neraka menjadi tempat kembali
mereka, sebagaimana ketika Allah menyebutkan sifat sombong orang-orang kafir
dalam firman-Nya:

َ‫س َمثْ َوى ْال ُمتَ َك ِب ِرين‬ َ ‫قِي َل ادْ ُخلُوا أَب َْو‬
َ ْ‫اب َج َهنَّ َم خَا ِلدِينَ فِي َها فَ ِبئ‬

“Masukilah pintu-pintu neraka Jahannam itu, sedang kamu kekal di


daiamnya. Maka neraka Jahannam ituiah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang
yang menyombongkan diri.” (QS.Az-Zumar: 72)

Nabi ‫ صلى هللا عليه وسلم‬bersabda:

َ‫ضعَفَا ُء ْال َم ْغلُوبُون‬


ُّ ‫ظ ِري ٍ َج َّواظٍ ُم ْست َ ْكبِ ٍر َج َّماعٍ َمنَّاعٍ َوأَ ْه ُل ْال َجنَّ ِة ال‬ ِ َّ‫إِ َّن أ َ ْه َل الن‬
َ ‫ار ُك ُّل َج ْع‬

“Sesungguhnya penduduk neraka adalah semua orang yang kasar lagi


keras, orang yang bergaya sombong saat berjalan, orang yang bersombong, orang
yang banyak mengumpulkan harta, orang yang sangat bakhil. Adapun penduduk
surga adalah orang-orang yang lemah dan terkalahkan.” (H.R Ahmad, 2/114; al-
Hakim, 2/499)

Mereka akan merasakan berbagai macam siksaan di neraka Jahannam, akan


diliputi kehinaan dari berbagai sisi, dan akan diminumi nanah penduduk neraka.7

F. Ketika seorang guru berperilaku sombong

1. Sebab-sebab kesombongan guru

Guru adalah sebuah tongak perubahan dalam dunia pendidikan, selain


itu guru adalah seorang manusia bisa yang diberi kelebihan besar memiliki ilmu
banyak untuk diberikan kepada anak-anak. lalu kenapa seorang guru bisa

7
Abu Ismail Muslim al-Atsari, Kesombongan Penghalang Masuk Surga, Majalah As-Sunnah Edisi
09. (Surakarta, Yayasan Lajnah Istiqomah: 2015M)

8
memiliki sifat sombong? Ust Adi Hidayat menyebutkan beberapa sebab
seseorang menjadi sombong, yakni:
 Merasa senior
 Faktor kesuksesan yang ia raih atau anaknya yang sukses karena hasil
usahanya
 Merasa paling dipercaya oleh atasan
 Paling menguasai konsep suatu acara sekolah
 Merasa paling hebat dan mulia
 Merasa paling dekat dengan murid dan wali murid
 Merasa paling terdepan dalam segala hal
 Merasa paling berjasa terhadap murid
 Merasa paling cantik atau tampan
 Karena faktor bentuk tubuh
 Karena faktor kekuatan dan kesehatan
 Berasal dari keluarga terpandang
 Karena sebab bisa dekat dengan wali murid yang terpandang (donator)
 Banyak melakukan perbuatan atau kegiatan amal
 Merasa dirinya sudah baik
 Mengikuti hawa nafsu
 Haus pujian
Ustadz Adi Hidayat menambahkan beberapa sebab paling besar
orang berperilaku sombong, yakni:
 Bertambahnya harta
 Bertambahnya kedudukan (Jabatan)
 Bertambahnya ilmu (merasa paling pintar)
 Bertambahnya ketaatan8

2. Dampak sombong bagi guru

8
Lihat Kajian Ust Adi Hidayat, Penyebab Orang Menjadi Sombong. Diakses pada, kamis 31
Oktober, 7:59

9
a) Diri sendiri
 Ditutupnya pintu hidayah
 Mendapat kehinaan dunia dan akhirat (siksaan di neraka)
 Dijauhi oleh orang dekat
 Meninggal dengan su-ul khatimah
 Menjadikanya kufur atas nikmat Allah
 Pintu hatinya terkunci dan tertutup
 Sulit menerima nasihat atau masukan dari orang lain
 Mudah tergoda oleh rayuan setan
 Kehilangan wibawa didepan murid
 Tidak akan mendapat bantuan jika ia dalam kesulitan
 Selalu lelah karena orang lain tidak pernah benar dimatanya
 Disulitkan kehidupan dunianya
 Selalu merasa kurang dalam segala hal

b) Murid
 Jalannya pendidikan tidak akan sesuai
 Murid tidak akan menyukai guru
 Murid meremehkan guru karena terlalu sombong
 Murid akan mengabaikan apa yang dibicarakan dan dilakukan guru
 Murid engan menerima permintaan tolong dari guru
 Murid akan malas ketika guru ngajar
 Tidak akan menjadi guru teladan atau favorit bagi murid

c) Rekan kerja
 Rekan kerja akan menjauhi dan memutus tali silaturahmi
 Tidak akan memberinya bantuan ketika dalam kesusuahan
 Akan menjadi bahan ghibahan di kantor
 Akan mendapat komplain dari para murid dan wali murid
 Tidak merasa tenang jika ia ada di kantor

10
 Tidak akanada yang mau mengajaknya dalam rapat kerja/rekreasi
 Merasa terepotkan dalam hal diskusi karena selalu minta didepankan
pendapatnya, sehingga susah mencari kesepakatan
 Akan ada pandangan sinis dari rekan kerja karena perilaku sombongnya

d) Wali murid
 Wali murid tidak respek terhadap guru tersebut
 Dipandang jelek oleh wali murid
 Tidak akan disegani
 Guru tidak akan dihormati dan dijunjung
 Wali murid akan selalu membicarakanya di belakang (ghibah)
3. Hikmah larangan sombong
4. Cara guru untuk menghindari sikap sombong

Sifat sombong itu adalah salah satu sifat yang dibenci Allah, maka
tentunya sebagai seorang guru harus mencegahnya untuk kebaikan seluruh
penghuni sekolah:

a) Meningkatkan ibadah kepada Allah

Tujuan hidup menurut Islam adalah untuk beribadah kepada Allah,


maka dengan meningkatkan ibadah ibadah kita sudah berusaha memenuhi
tujuan hidup tersebut. Sebagai seorang guru yang berkualitas sudah
seharusnya memperbaiki dan meningkatkan kualitas ibadahnya, maka
dengan ini sifat sombong bisa dihindari.

b) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan

Hal yang wajib bagi seorang Muslim adalah meningkatkan


keimanan dan ketaqwaan dalam hal ibadah. Jika seorang guru banyak
menjalankan ibadah dengan tekun dan khusyuk, tentulah keimananya akan
semakin meningkat. Begitu pula dengan kadar ketaqwaannya terhadap

11
Allah SWT. Selain menghindarkan guru menjadi sombong, orang yang
beriman dan bertaqwa akan tahu cara menjaga sifat-sifat buruk yang tak
pantas disandang dan dimiliki.

c) Menyadari segala kekurangan sebagai manusia

Cara menjaga kesehatan hati adalah dengan tetap melihat dan


berkaca pada kekurangan diri sendiri. Manusia terlahir dengan segala
kelebihannya, tetapi dibalik setiap kelebihan itu ada kekurangan pula.
Tidak ada seorangpun yang sempurna, begitupula dengan anak didik. Tak
pantas jika seorang guru sombong atas apa yang menjadi kelebihan dan hal
yang ia sandang.

d) Mensyukuri segala nikmat Allah

Allah telah memberikan nikmat-Nya kepada hambanya dalam


berbagai bentuk. Dengan menumbuhkan pentingnya rasa syukur terhadap
semua karunia Allah kepada kita, dapat mengurangi keinginan untuk
bersikap sombong terhadap orang lain. Menjadi guru adalah suatu
kenikmatan, segala hal yang terjadi adalah bagian cerita perjalanan kita.
Namun, jika seorang guru menorehkan rasa sombong didalamnya akankah
itu terasa nikmat?

e) Menyadari bahwa hidup ini hanya sementara

Suatu saat manusia akan mengalami yang namanya kematian. Itu


berarti bahwa hidup ini hanya sementara saja di dunia ini. Orang yang
sombong kerap melupakan hal ini. Mereka merasa bahwa kehidupan
sebagai manusia akan berlangsung selamanya sehingga lupa menyiapkan
bekal untuk ke akhirat kelak.

f) Ikhlas melakukan perbuatan amal

12
Banyak berbuat amal juga bisa menyebabkan seseorang mulai
bersikap takabur, karena merasa dirinya telah melakukan amalan baik yang
banyak. Jika perbuatan itu dilakukan dengan ikhlas, biasanya seseorang
justru tidak akan mengingatnya lagi, karena ia melakukannya memang
bukan untuk memamerkan kebaikan hatinya.

g) Selalu berusaha menghormati dan menghargai orang lain

Untuk menghindar dari sifat sombong, hendaknya seorang guru


haruslah menumbuhkan rasa penghargaan terhadap orang lain. Jika ada rasa
penghargaan terhadap keberadaan orang lain, maka keinginan untuk
menonjolkan diri dan merasa hebat tidak akan muncul.

h) Berusaha selalu rendah hati atau bersikap tawadhu di depan Allah dan
sesama manusia

Rendah hati adalah lawan dari sombong. Dengan selalu bersikap


rendah hati, maka tidak mudah tergelincir kepada sikap sombong. Bila ingin
menarik hati anak didik ialah bersikap rendah hati. Sedangkan sifat
sombong tidak disukai.

i) Tidak membedakan perlakuan dengan sesama manusia

Semua manusia diciptakan sama oleh Allah SWT. Memang ada


beberapa manusia yang hidupnya lebih beruntung dari pada yang lainnya.
Tetapi itu tidak memberi hak untuk mulai bersikap menyombongkan diri
terhadap orang lain yang tidak sama berlebihannya. Bersikap adil terhadap
sesama manusia adalah cara menjadi peribadi baik serta menghilangkan
sifat egois. Dan sikap ini wajib dimiliki oleh seorang guru.

5. Sikap ketika menghadapi guru yang sombong

13
Ketika berhadapan dengan guru yang sombong selayaknya harus
memiliki cara untuk menghadapinya. Berikut beberapa sikap murid ketika
meghadapi guru yang sombong:

a) Hadapi guru dengan santai


Ketika berhadapan dengan guru yang selalu bersikap sombong,
hendaknya ia buat hati dan pikiran sesantai mungkin. Jangan pernah berfikir
untuk membalas kelakuan minus sang guru, karena pada hakikatnya guru
adalah orang tua pengganti ketika di Sekolah.
b) Jangan tersinggung dan terbawa emosi
Mengelola hati, tidak mudah tersinggung, dan jangan terpancing
emosi adalah kunci utama murid ketika menghadapi gurunya saat sombong.
Guru akan merasa pekewoh sendiri saat si murid bisa mengatur emosinya.
c) Selalu berikan senyuman
Selalu berikan senyuman tulus pada guru walaupun ia sombong,
selalu membanggakan diri, dan memandang rendah. Karena dengan
senyuman akan meluluhkan hati guru yang sudah tercemar rasa sombong.
d) Mendekati guru dengan kesederhanaan
Memberikan perlakuan yang berbeda merupakan salah satu langkah
menghadapi guru sombong yang cukup efektif. Sebagai contoh,
memberikan hadiah kecil yang tak malah sebagai ucapan terimakasih
kepada guru. Dengan begitu mungkin saja sang guru akan membuka mata
dan pikiran bahwa yang ia sombongkan tidaklah penting.
e) Percaya diri dihadapan sang guru
Salah satu hal positif dari orang yang sombong dan suka pamer
adalah tingkat kepercayaan diri mereka yang tinggi. Ketika guru mulai
menceritakan yang mereka miliki dan mereka raih tentu diselingi rasa
sombongan, hal ini membuat murid semakin rendah dan terintimidasi.
Solusinya adalah tetaplah percaya diri ketika guru mulai
menyombong dalam segala hal, dan tetap menjaga adab terhadapnya.
f) Doakan sang guru

14
Hal yang paling mujarab adalah do’a. Dengan sebuah do’a kebaikan
kepada sang guru Allah akan membukakan cahaya taubat dari perilaku
sombong. Do’a yang tulus akan mengetuk hati guru yang sombong dan
membuatnya menyadari akan kekeliruan selama ini.

6. KOLERASI

Dikisahkan dalam kitab Fathul Majid karya Syekh Nawawi Al-


Jawi terdapat seorang ulama yang memiliki ilmu luas dan tiada bandingnya,
namanya Dahriyah. Ulama ini hidup di masa Imam Abu Hanifah masih kecil,
yaitu sekitar umur beliau sekitar 7 tahun.

Seluruh ulama pada waktu itu tidak mampu menandinginya saat


berdebat, terutama dalam bab tauhid. Oleh karena itu, dia merasa paling pintar,
sehingga muncullah sifat sombong. Saking sombongnya, ia sampai berani
mengatakan bahwa Allah SWT itu tidak ada. Pada suatu pagi dikumpulkanlah
para ulama di suatu majlis milik Syekh Himad. Pada hari itu, Imam Abu
Hanifah yang masih kecil ikut hadir di majlis tersebut.

Dahriyah yang ikut hadir di majlis tersebut langsung naik ke mimbar


dan berkata dengan sombongnya, “Siapakah di antara kalian para ulama yang
akan sanggup menjawab pertanyaanku?”

Mendengar ucapan tersebut, sejenak suasana hening, para ulama


semuanya diam, namun tiba-tiba Imam Abu Hanifah berdiri dan berkata,
“Pertanyaan apa? Maka siapa pun yang tahu, pasti akan menjawab
pertanyaanmu.”

Dahriyah yang melihat hal tersebut, kemudian berkata, “Siapa kamu


wahai anak ingusan, beraninya kamu bicara denganku. Tidakkah kamu tahu,
bahwa banyak yang bersorban, berumur tua, para pejabat, para pemilik jubah
kebesaran. Mereka semua kalah dan diam dari pertanyaanku, kamu masih
ingusan dan kecil badan berani menantangku!”
15
Imam Abu Hanifah kemudian menimpali ucapan Dahriyah yang begitu
sombong, “Allah SWT tidak menyimpan kemuliaan dan keagungan kepada
pemilik sorban yang besar dan para pejabat, akan tetapi kemuliaan hanya
diberikan kepada ulama.”

Kemudian Dahriyah bertanya kepada Imam Abu Hanifah, “Apakah


kamu akan menjawab pertanyaanku?

Imam Abu Hanifah menjawab, “Ya, aku akan menjawab pertanyaanmu


dengan taufiq Allah SWT.”

Dahriyah pun memberikan pertanyaan kepada Imam Abu Hanifah,


“Apakah Allah SWT itu ada?” Imam Abu Hanifah menjawab, “Iya, ada”.
Dahriyah bertanya lagi, “Di mana?” Imam Abu Hanifah menjawab, “Dia, tiada
tempat bagian Dia”.

Dahriyah kembali bertanya kepada Imam Abu Hanifah, “Bagaimana


bisa disebut ada bila dia tidak punya tempat?” Imam Abu Hanifah menjawab,
“Dalilnya ada di badan kamu, yaitu ruh. Saya tanya, kalau kamu yakin ruh itu
ada, maka di mana tempatnya? Di kepalamu, di perutmu atau di kakikmu?”

Mendengar jawaban tersebut, Dahriyah diam seribu bahasa dengan


muka malu. Lalu Imam Abu Hanifah minta air susu kepada gurunya Syekh
Himad, dan dia balik bertanya kepada Dahriyah, “Apakah kamu yakin di dalam
susu ini ada manis?” Dahriyah menjawab, “Ya, saya yakin di susu itu ada
manis”

Imam Abu Hanifah lalu bertanya kembali, “Kalau kamu yakin ada
manisnya, saya tanya apakah manisnya ada di bawah, atau di tengah, atau di
atas?” Lagi-lagi Dahriyah diam dengan rasa malu dan kemudian Imam Abu
Hanifah menjelaskan, “Seperti ruh atau manis yang tidak memiliki tempat,
maka seperti itu pula tidak akan ditemukan bagi Allah SWT tempat di alam ini,
baik itu arsy atau dunia ini.”

16
Dahriyah pun bertanya lagi kepada Abu Hanifah, “Sebelum Allah SWT
itu apa dan setelah Allah SWT itu apa?”

Imam Abu Hanifah kemudian menjawab, “Tidak ada apa-apa sebelum


dan sesudahnya Allah SWT.” Dahriyah masih belum terima dan berkata,
“Bagaimana bisa dijelaskan bila sebelum dan sesudahnya tidak ada apa-apa?”

Imam Abu Hanifah menjawab, “Dalilnya ada di jari tanganmu, apakah


ada sesuatu sebelum jempol dan setelah kelingking? Apakah kamu bisa
menerangkan mana yang lebih dahulu, jempol duluan atau kelingking duluan?
Demikianlah sifat Allah SWT, ada sebelum semuanya ada dan tetap ada bila
semua tiada. Itulah makna kalimat ada bagi Allah SWT”.

Lagi-lagi Dahriyah dipermalukan. Namun ia belum menyerah, ia


kemudian mengajukan pertanyaan lagi, “Apa perbuatan Allah SWT sekarang
ini?” Imam Abu Hanifah menjawab, “Perbuatan Allah SWT sekarang adalah
menjatuhkan orang yang tersesat seperti kamu, ke bawah jurang neraka dan
menaikkan yang benar seperti aku, ke atas mimbar keagungan.”

Oleh karena itulah, walaupun punya banyak ilmu jangan berlagak


sombong. Karena di atas ilmu masih ada ilmu dan di atas langit masih ada
langit.9

Oleh Bahron Ansori, wartawan Mi’raj Islamic News Agency


(MINA)
Suatu hari, ada seorang pria yang bertamu di rumah seorang Kyai
ternama tertegun keheranan. Dia melihat Sang Kyai sedang sibuk bekerja
sendiri menyikat lantai rumahnya sampai bersih.

Pria itu bertanya, “Apa yang sedang Kyai lakukan?” Kyai itu menjawab,
“Tadi saya kedatangan tamu yang minta nasihat. Saya berikan banyak nasihat

9
https://islami.co/kisah-anak-kecil-membungkam-ulama-sombong/ diakses pada 7 November 2019, 9:49

17
yang bermanfaat. Namun, setelah tamu itu pulang saya merasa jadi orang hebat.
Kesombongan saya mulai muncul, karena itu, saya lakukan pekerjaan ini untuk
membunuh perasaan sombong itu.”

Dari ilustrasi dialog diatas, bisa dibilang kesombongan seseorang itu


bukan hanya karena banyaknya ilmu yang dimilikinya, hartanya, keturunannya
saja, tapi bisa jadi kesombongan itu muncul setelah berbuat kebaikan seperti
Kyai tersebut.

Tak sedikit di antara kita yang sombong setelah berhasil memberi solusi
bagi masalah orang lain. Ada juga yang merasa besar hati setelah berhasil
membantu meringankan beban hidup orang lain. Tak jarang ungkapan
kesombongan pun tanpa disadari muncul seperti, “Andai dia tidak aku bantu,
pasti masalahnya tak pernah terselesaikan.” Ini adalah bentuk ungkapan
sederhana tapi mengandung makna keangkuhan.

Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi semua Bani


Adam, benih-benihnya seringkali muncul tanpa disadari.

BAB III

18
KESIMPULAN

Jika seorang muslim memerlukan sikap tawadhu’ supaya sukses


dalam hubungannya dengan Allah dan masyarakat, maka tingkat kebutuhan
seorang guru kepadanya lebih tinggi dan lebih kuat karena profesinya yang
bersifat ilu, pengajar, dan pengarah mengharuskan adanya komunikasi anak
didik dan dekat dengan mereka.
Jika seorang pengajar berperilaku sebaliknya yaitu sombong maka
tidak akan mampu meraih tujuan dari mengajar.
Maka dari itu, guru yang profesional ialah harus memiliki sifat dan
sikap rendah hati, karena guru bukanlah satu-satunya faktor yang
menentukan perkembangan anak. Guru yang bersikap rendah hati
(tawadhu’), adalah guru yang tidak sombong dan tidak membangga-
banggakan dirinya, serta mengakui dan menghargai eksistensi orang lain,
termasuk terhadap peserta didiknya.
Sikap guru yang demikian sangat berpengaruh terhadap peserta
didik yang ingin mengaktualisasikan diri untuk menemukan jati dirinya.
Sebab segala pengaruh, terutama dari guru yang menjadi tokoh acuannya,
bisa diterima dan diolahnya secara pribadi sesuai dengan individualitasnya
masing-masing, yang kemudian menjadi bagian dari dirinya sendiri.
Wahai para guru, jadilah engkau teladan bagi anak didikmu.
Tularkan ilmu, bukan akhlak negatifmu. Bersahabatlah dengan mereka dan
sertailah akhlak yang mulia. Niscaya kenikmatan itu akan nampak di depan
matamu dan begitu terasa dalam hatimu. Anak didikmu bukanlah sebuah
robot berjalan, mereka adalah pelita bagi kegelapan dunia.

DAFTAR PUSTAKA

19
 Al-Qur’an digital
 Abu Ismail Muslim al-Atsari, Kesombongan Penghalang Masuk Surga, Majalah As-
Sunnah Edisi 09. Surakarta, Yayasan Lajnah Istiqomah: 2015M
 Adi Hidayat, Penyebab Orang Menjadi Sombong
 Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, Tafsir Al-Qur’an Al Karim–Juz ‘Amma,(Dar
Tsuraya: 1424H
 Raghib As-Asfahani, Umdatul Qari’
 Salim al Hilali, Bahjatun Nadzirin, cet. Daar Ibnu Jauzi

 ………………..at-Tawâdhu’ fî Dhauil Qur’ânil Karîm was Sunnah ash-Shahîhah


 https://dalamislam.com/dasar-islam
 https://rumaysho.com/category/belajar-islam

20

Anda mungkin juga menyukai