Anda di halaman 1dari 32

KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL BUDAYA

“Konsep Transkultural dan Perspektif Transkultural Dalam Keperawatan


Serta Diversity Dalam Masyarakat”

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Dosen Pembimbing:
Ns. Andi Parellangi, S.Kep., M.Kep., M.H

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2019

i
KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL BUDAYA

“Konsep Transkultural dan Perspektif Transkultural Dalam Keperawatan


Serta Diversity Dalam Masyarakat”

Disusun Oleh :

Adhan Azhari Rauf Hendi Herdiyan


Anis Agustina Reni Rahmi Putri
Hairullah Sopia Fitriani
Hazelelfoni Efraim P

Dosen Pembimbing:
Ns. Andi Parellangi, S.Kep., M.Kep., M.H

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2019

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan makalah tugas mata kuliah Keperawatan Psikosoial Budaya
“Konsep Transkultural dan Perspektif Transkultural Dalam Keperawatan Serta
Diversity Dalam Masyarakat” ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata ajar
keperawatan Psikososial Budaya. Selain itu, agar pembaca dapat memperluas
ilmu yang berkaitan dengan judul makalah, yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber dan hasil kegiatan yang telah dilakukan.
Dalam penulisan makalah ini, kami banyak mendapat bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih
kepada:
1. H. Supriadi B, M.Kep, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kaltim
2. Hj. Umi Kalsum, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
3. Ns. Parellangi, S.Kep., M.Kep,. M.H selaku Ketua Prodi Ners Poltekkes
Kemenkes Kaltim dan dosen pembimbing dalam penyelesaian makalah ini
4. Ns. Tini S.Kep., M.Kep selaku koordinator mata kuliah keperawatan
Psikososial Budaya
5. Seluruh dosen, tenaga kependidikan dan pustakawan Poltekkes Kemenkes
Kaltim dan pihak-pihak terkait yang telah memberikan bimbingan dan
pengajaran dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Dan kami menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar dalam
makalah ini. Oleh karena itu, kami memohon keterbukaan dalam pemberian saran
dan kritik agar lebih baik lagi untuk ke depannya.
Samarinda, September 2019

Kelompok 4

iii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 8

C. Rumusan Penulisan ........................................................................................ 8

C. Manfaat Penulisan .......................................................................................... 9

C. Sistematika Penulisan .................................................................................... 9

BAB II ..................................................................................................................... 4

TINJAUAN TEORI ................................................................................................ 4

A. Konsep Transkultural ..................................................................................... 9

1. Definisi Keperawatan Transkultural ..................................................... 4

2. Tujuan Penggunaan Keperawatan Transkultural ................................ 11

B. PERSPEKTIF TRANSKULTURAL DALAM KEPERAWATAN ............ 12

1. Keperawatan Transkultural Dalam Keperawatan ............................... 12

2. Konsep Dalam Keperawatan Transkultural ........................................ 15

3. Prinsip Dalam Asuhan Keperawatan Transkultual ............................ 17

4. Paradigma Keperawatan Transkultural ............................................... 18

5. Contoh Kasus Keperawatan Transkultural.......................................... 21

C. DIVERSTY DALAM MASYRAKAT ........................................................ 22

1. Unsur-unsur Keragaman Dalam Masyarakat Indonesia ..................... 22

2. Pengaruh Keragaman Dalam Kehidupan Beragama, Bermasyarakat,


Bernegara dan Kehidupan Global ...................................................... 24

3. Problem Diskriminasi ......................................................................... 27

iv
4. Pemecahan Masalah Dalam Masyarakat Multikultural ...................... 28

BAB III ................................................................................................................. 30

A. Kesimpulan .................................................................................................. 30

B. Saran ............................................................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam menjalankan tugas sebagai perawat, banyak perubahan-
perubahan yang ada baik di lingkungan maupun klien. Perawat harus
menghadapi berbagai perubahan di era globalisasi ini termasuk segi pelayanan
kesehatannya. Perpindahan penduduk menuntut perawat agar dapat
menyesuaikan diri dengan budayanya dan sesuai dengan teori-teori yang
dipelajari. Terjadi peningkatan jumlah penduduk baik populasi maupun
variasinya, keadaan ini memungkinkan adanya multikultural atau variasi
kultur pada setiap wilayah. Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan yang berkualitas pun semakin tinggi.
Dalam ilmu keperawatan, banyak sekali teori-teori yang mendasari
ilmu tersebut. Termasuk salah satunya teori yang mendasari bagaimana sikap
perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan. Salah satu teori yang
diaplikasikan dalam asuhan keperawatan adalah teori tentang “transcultural
nursing”. Dalam teori ini transcultural nursing didefinisikan sebagai area yang
luas dalam keperawatan yang fokusnya dalam komparatif studi dan analisis
perbedaan kultur dan subkultur dengan menghargai perilaku caring, nursing
care, dan nilai sehat sakit, kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan
perkembangan ilmu dan humanistik body of knowledge untuk kultur yang
universal dalam keperawatan. Dalam hal ini diharapkan adanya kesadaran
terhadap perbedaan kultur berarti perawat yang profesional memiliki
pengetahuan dan praktik berdasarkan kultur secara konsep perencanaan dalam
praktik keperawatan. Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah
untuk mengembangkan sains dan keilmuan yang humanis sehingga tercipta
praktik keperawatan pada kultur yang spesifik dan kultur yang universal.
Kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai dan norma spesifik yang
dimiliki oleh kelompok tertentu.

1
Hal ini menuntut setiap tenaga kesehatan profesional termasuk perawat
untuk mengetahui dan bertindak setepat mungkin dengan prespektif global
dan medis bagaimana merawat pasien dengan berbagai macam latar belakang
kultur atau budaya yang berbeda dari berbagai tempat di dunia dengan
memperhatikan namun tetap pada tujuan utama yaitu memberikan asuhan
keperawatan yang berkualitas. Penanganan pasien dengan latar belakang
budaya disebut dengan transkultural nursing.
Transkultural nursing adalah suatu daerah/wilayah keilmuan budaya
pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokusnya memandang
perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat
dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan,
dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya
budaya atau keutuhan budaya kepda manusia (Leininger, 2002). Proses
keperawatan transkultural diaplikasikan untuk mengurangi konflik perbedaan
budaya atau lintas budaya antara perawat sebagai profesional dan pasien.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, bagaimana Konsep Transkultural
dan Perspektif Transkultural Dalam Keperawatan Serta Diversity Dalam
Masyarakat?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa/ (i) dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir
berbagai konsep transkultural.
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa/ (i) mampu mengetahui dan memahami tentang konsep
transkultural:
a. Perspektif Transkultural Dalam Keperawatan
b. Diversity Dalam Masyarakat

2
D. Manfaat
1. Teoritis
Dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam pengembangan mata ajar
keperawatan psikososial khususnya dalam hasil-hasil penelitian.
2. Praktis
Dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk menerapkan hasil-hasil
penelitian dalam kasus psikososial keperawatan transkultural melalui
langkah-langkah yang telah tersedia.

E. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini dibagi dalam beberapa bab, yaitu:
Bab I : Berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan
sistematika penulisan.
Bab II : Mencakup konsep transkultural, perspektif transkultural
dalam keperawatan serta diversity dalam masyarakat
Bab III : Berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
Lampiran

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Transkultural
Di dalam buku yang berjudul “Fundamentals of Nursing Concept and
Procedures” yang ditulis oleh Kazier Barabara (1983) mengatakan bahwa
konsep keperawatan adalah merupakan suatu bagian dari ilmu kesehatan dan
seni merawat yang meliputi pengetahuan. Konsep ini ingin memberikan
penegasan bahwa sifat seorang manusia yang menjadi target pelayanan dalam
perawatan adalah bersifat bio – psycho – social – spiritual . Oleh karenanya,
tindakan perawatan harus didasarkan pada tindakan yang komperhensif
sekaligus holistik.
Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi
yang nyata sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma,
adat istiadat menjadi acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang
lain. Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam suatu tempat, selalu
diulangi, membuat manusia terikat dalam proses yang dijalaninya.
Keberlangsungan terus – menerus dan lama merupakan proses internalisasi
dari suatu nilai – nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter, pola pikir,
pola interaksi perilaku yang kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada
pendekatan intervensi keperawatan (cultural nursing approach).
1. Definisi Keperawatan Transkultural
Pengertian Transkultural bila ditinjau dari makna kata, transkultural
berasal dari kata trans dan culture, trans berarti alur perpindahan, jalan
lintas atau penghubung. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia; trans
berarti melintang, melintas, menembus, melalui. Culture berarti budaya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kultur berarti; kebudayaan, cara
pemeliharaan, pembudidayaan. kepercayaan, nilai – nilai dan pola perilaku
yang umum berlaku bagi suatu kelompok dan diteruskan pada generasi
berikutnya, sedangkan cultural berarti; sesuatu yang berkaitan dengan
kebudayaan. Budaya sendiri berarti : akal budi , hasil dan adat istiadat.

4
Dan kebudayaan berarti hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi)
manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat atau keseluruhan
pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk
menjadi pedoman tingkah lakunya. Jadi transkultural dapat diartikan
sebagai lintas budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu
mempengaruhi budaya yang lain atau juga pertemuan kedua nilai – nilai
budaya yang berbeda melalui proses interaksi sosial.
Transkultural Nursing merupakan suatu area yang berkaitan dengan
perbedaan maupun kesamaan nilai– nilai budaya (nilai budaya yang
berbeda, ras, yang mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan
asuhan keperawatan kepada klien / pasien) menurut Leininger (1991).
Transkultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan
budaya pada proses belajar dan praktik keperawatan yang fokus
memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai
asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan
asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada
manusia (Leininger, 2002).
Perilaku caring adalah bagian dari keperawatan yang membedakan,
mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan
caring adalah tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan
kepada individu secara utuh. Perilaku ini seharusnya sudah tertanam di
dalam diri manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan,
masa pertahanan sampai individu tersebut meninggal. Hal ini tetap ikut
berkembang dengan seturut jalannya perkembangan manusia tersebut.

2. Tujuan Penggunaan Keperawatan Transkultural


Menurut Leniger tujuan penggunaan keperawatan transkultural
adalah dalam pengembangan sains dan ilmu yang humanis sehingga
tercipta praktek keperawatan pada kebudayaan yang spesifik. Kebudayaan
yang spesifik adalah kebudayaan dengan nilai dan norma yang spesifik

5
yang tidak dimiliki oleh kelompok lain contohnya suku Osing, Tengger
dan Dayak. Sedangkan, kebudayaan yang universal adalah kebudayaan
dengan nilai dan norma yang diyakini dan dilakukan oleh hampir semua
kebudayaan seperti budaya olahraga untuk mempertahankan kesehatan.
Dengan adanya keperawatan transkultural dapat membantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatannya. Perawat juga dapat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan status
kesehatan. Misalnya, jika klien yang sedang hamil mempunyai pantangan
untuk makan makanan yang berbau amis seperti akan, maka klien tersebut
dapat mengganti ikan dengan sumber protein nabati yang lain. Seluruh
perencanaan dan implementasi keperawatan dirancang sesuai latar
belakang budaya sehingga budaya dipandang sebagai rencana hidup yang
lebih baik setiap saat. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih
menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.

B. Perspektif Transkultural Dalam Keperawatan


1. Keperawatan Transkultural Dan Globalisasi Dalam Pelayanan Kesehatan
Peran perawat transkultural menjembatani antara sistem perawat
yang dilakukan oleh masyarakat awam dengan perawatan profesional
melalui asuhan keperawatan. Keperawatan lintas budaya merupakan
bidang studi dan praktik formal yang berfokus pada analisis komparatif
budaya dan sub budaya di dunia dalam kaitanya dengan keperawatan
kultural, kepercayaan tentang kesehatan dan penyakit, nilai-nilai dan
praktik yang bertujuan untuk menggunakan pengetahuan ini dalam
memberikan perawatan sesuai budaya tertentu atau sesuai budaya
universal kepada semua orang (Leininger, 1978). Keperawatan lintas
budaya memberikan kerangka budaya kerja untuk memenuhi kebutuhan
keperawatan kesehatan dari kelompok dengan latar budaya beraneka
ragam.

6
Dalam melakukan pencapaian keperawatan ada 6 fenomena
kultural yang dipertimbangkan, yaitu :
a. Komunikasi : verbal, non verbal bahasa utama
b. Ruang pribadi : tindakan lebih menonjol dari kata-kata
c. Organisasi sosial : Prilaku didapat, ciri khas budaya, nilai-
nilai berorientasi internal, kepercayaan keagamaan,
pembuatan keputusan dalam keluarga.
d. Waktu : cara mengkaji waktu, konsep waktu
e. Lingkungan : mengevaluasi sistem kesehatan, lokus kontrol
f. Variasi biologis : struktur tubuh, genetik, atribut fisik, karakteristik
psikologis
Mendorong potensi perawat untuk memberikan secara cermat arti
diversivitas bukan realitas masa depan tetapi tantangan masa kini dan
kesempatan untuk berkembang (Hagivary,1192). Ada 3 pendekatan
profesi keperawatan untuk menyiapkan praktisi untuk masa depan
(Andrews,1992).
a. Lingkungan Praktis klinis
Diperlukan program pendidikan yang berkelanjutan guna
menyadarkan perawat akan nilai, kepercayaan dan praktek yang
berlandaskan kepada budaya mereka sendiri, meningkatkan dasar
pengetahuan tentang kesehatan berkaitan dengan budaya tertentu serta
praktek orang lain yang akan di jumpai.
b. Lingkungan Akademis
Program sarjana muda dan sarjana mengalami kemajuan
menandakan konsep budaya dalam kurikulum keperawatan,
pengajaran harus difokuskan pada pengkajian kulturologi, variasi
biokultural dalam kesehatan dan penyakit, perbedaan kultural dalam
komunikasi, kepercayaan beragama, nutrisi, aspek perawatan dan
sebagainya, memadukan konsep budaya dalam kurikulum mencakup
permainan simulasi, latihan klarifikasi nilai, kelompok pertemuan
untuk membangkitkan kesadaran dan pengalaman.

7
c. Bidang Penelitian.
Dibutuhkan studi lintas budaya di bidang penelitian dasar dan
penelitian terapan, lembaga penyandang dana dan yayasan harus di
dorong untuk mendukung studi lingkungan budaya yang menekankan
metode penelitian kualitatif penggabungan metode kuantitatif dan
kualitatif menghasilkan data yang bermanfaat untuk mencapai hasil
optimal.

Sebelum mengetahui lebih lanjut keperawatan transkultural, perlu


kita ketahui apa arti kebudayaan terlebih dahulu. Kebudayaan adalah suatu
sistem gagasan, tindakan, hasil karya manusia yang diperoleh dengan cara
belajar dalam rangka kehidupan masyarakat. (koentjoroningrat,1986).
Wujud-wujud kebudayaan antara lain :
1) Kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan
2) Kompleks aktivitas atau tindakan
3) Benda-benda hasil karya manusia
Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of
knowledge yang dapat dikembangkan dan diaplikasikan dalam praktek
keperawatan. Teori transkultural dari keperawatan berasal dari disiplin
ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini
menjabarkan konteks atau konsep keperawatan yang didasari oleh
pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai cultural yang melekat
dalam masyarakat. Menurut Leinenger, sangat penting memperhatikan
keragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan
kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh
klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan
perbedaan nilai budaya.
Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis
yang difokuskan pada perilaku individu/kelompok serta proses untuk
mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau sakit secara fisik
dan psikokultural sesuai latar belakang budaya. Sedangkan menurut

8
Leinenger (1978), keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan
keperawatan yang berfokus pada analisa dan studi perbandingan tentang
perbedaan budaya.
Tujuan dari transkultural nursing adalah untuk mengidentifikasi,
menguji, mengerti dan menggunakan norma pemahaman keperawatan
transcultural dalam meningkatkan kebudayaan spesifik dalam asuhan
keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan teori caring, caring adalah
esensi dari, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan
keperawatan. Perilaku caring diberikan kepada manusia sejak lahir hingga
meninggal dunia. Human caring merupakan fenomena universal
dimana,ekspresi, struktur polanya bervariasi diantara kultur satu tempat
dengan tempat lainnya.

2. Konsep Dalam Keperawatan Transkultural


Selain itu ada beberapa konsep lagi yang terkandung dalam
transkultural nursing ;
a. Budaya
Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak
dan mengambil keputusan.
b. Nilai budaya.
Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau
sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan
melandasi tindakan dan keputusan.
c. Perbedaan budaya
Dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal
dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan
variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan
asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan
dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu

9
yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger,
1985).
d. Etnosentris
Diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah
persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa
budayanya adalah yang terbaik.
e. Etnis
Berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok
budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
f. Ras
Perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada
mendiskreditkan asal muasal manusia.
g. Etnografi
Ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada
penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan
kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu,
menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-
orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.
h. Care
Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,
dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya
kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik actual maupun potensial
untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
i. Caring
Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,
mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada
keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan
kondisi kehidupan manusia.
j. Cultural Care
Berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui
nilai,kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing,

10
mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau
kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan
bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian
dengan damai.
k. Cultural imposition
Berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain
karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi
daripada kelompok lain.

3. Prinsip Dalam Asuhan Keperawatan Transkultural


a. Culture care preservation / maintenance : Yaitu prinsip membantu,
memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya guna membantu
individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang
diinginkan.
b. Culture care accomodation / negotiation : Yaitu prinsip membantu,
memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya, merefleksikan
cara-cara untuk beradaptasi, bernegosiasi atau mempertimbangkan
kondisi kesehatan dan gaya hidup individu dan klien.
c. Culture care reparterning / restructuring : Yaitu prinsip merekontruksi
atau mengubah desain untuk memperbaiki kondisi kesehatan dan pola
hidup klien kearah yang lebih baik.
Hasil yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan transkultural
pada asuhan keperawatan adalah tercapainya culture congruent nursing
care health and well being yaitu asuhan keperawatan yang kompeten
berdasarkan budaya dan pengetahuan kesehatan yang sensitif, kreatif, serta
cara- cara yang bermakna guna mencapai tingkat kesehatan dan
kesejahteraan bagi masyarakat.

11
4. Paradigma Keperawatan Transkultural
Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan
transkultural sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep
dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar
belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan (Andrew and
Boyle, 1995), yaitu manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan.
a. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang
memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk
menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984)
manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya
pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
b. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien
dalam mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat dan sakit.
Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam
konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara
keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-
hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin
mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif
(Andrew and Boyle, 1995).
c. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien.
Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien
dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk
lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah
lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah
katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di
daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada
matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan

12
struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga
atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam
lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan
yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah
keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau
kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa
dan atribut yang digunakan.
d. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian
kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai
dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan
memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang
digunakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan (Leininger, 1991)
adalah :
1) Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya.
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak
bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi
keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang
telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya,misalnya budaya berolah
raga setiap pagi.
2) Strategi II, Mengakomodasi/negoasiasi budaya.
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan
untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang
lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar
dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai
pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan
sumber protein hewani.

13
3) Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi
gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok.
Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih
menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.

5. Contoh Kasus Keperawatan Transkultural


Kasus I (Unit Perspektif Transkultural)
Seorang pasien laki-laki korban tabrak lari, masuk ke unit
perawatan sebuah rumah sakit. Pasien mengalami fraktur dekstra dan
terpasang traksi. Pasien juga mengalami perdarahan abdomen dan telah
dilakukan tindakan laparatomy eksplorasi. Pasien dalam status NPO
(nothing per oral). Dilihat dari wajahnya, pasien adalah seorang keturunan
India. Ia berteriak-teriak meminta minum dalam bahasa Inggris.
Perawat berusaha untuk menjelaskan bahwa saat ini pasien tidak
boleh minum. Pasien tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik
sementara di ruang perawatan tersebut tidak ada perawat yang lancar
berbahasa Inggris.
a. Bagaimana peran perawat bila dihadapkan pada situasi di atas?
Menunjukan peranan Independent dari perawat dengan :
1) Mengenal budayanya (nilai, kepercayaan, prilaku, kebiasaan)
2) Mengenal etnik / suku /latar belakang dari pasien (bahasa)
b. Apa yang sebaiknya dilakukan perawat untuk membantu pasie?
Perawat memulai pengkajian dengan melihat latar budaya cultural
yang di miliki klien dan latar belakang social juga ketrampilan bahasa
yang dimilikinya. Dengan cara :
1) Perawat harus bersikap terbuka dengan cara menerima pasien
sesuai dengan perbedaan budayanya
2) Memanggil dengan nama belakang klien / nama lengkap
3) Ciptakan hubungan saling percaya

14
4) Dengan menggunakan bahasa yang sederhana, verbal & non verbal
(isyarat & tulisan)
5) Mencari bantuan dari orang terdekat pasien yang bisa dan mengerti
bahasa Indonesia
6) Mencarikan penerjemah, bila pasien masih tidak dapat mengerti &
bila tidak ada keluarga. Kriteria penerjemah sebaiknya sbb :
a) Jenis kelamin yang sama
b) Umurnya lebih dewasa
c) Mempunyai status social yang sama dengan klien
d) Yang mempunyai pemahaman tentang budaya India
e) Mengerti tentang kesehatan

Ini diperlukan dalam mengumpulkan data mengenai penyebab


penyakit dan masalah klien. Tindakan keperawatan yang diberikan klien
ada 3 :
a. Culture care preservation : Prinsip membantu, memfasilitasi, atau
memperhatikan fenomena budaya guna membantu individu
menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan.
Contohnya memberitahukan bahwa Ia tidak boleh minum dengan
bahasa verbal maupun non verbal (Gambar/tulisan dan isyarat).
b. Culture care accomodation : Prinsip membantu, memfasilitasi atau
memperhatikan fenomena yang ada, merefleksikan cara-cara untuk
beradaptasi, bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan
dan gaya hidup individu atau klien. Contohnya: meletakan peralatan
yang dibutuhkan klien (tisu, pulpen, kertas dll).
c. Culture care repatterning : Prinsip merekonstruksi atau mengubah
desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola
hidup klien kearah yang lebih baik. Contohnya Klien diharuskan
bedrest total dikarenakan ada traksi dan post operasi laparatomy
eksplorasi.

15
C. Diversity Dalam Masyarakat
Keragaman berasal dari kata ragam yang menurut kamus besar bahasa
indonesia artinya tingkah laku, macam jenis, lagu musik langgan, warna
corak ragi, laras. Sehingga kergaman berarti perihal beraga-ragam berjenis-
jenis;perihal ragam hal jeniskergaman yang di maksud di sini suatu kondisi
dalam masyarakat dimana terdapat perbedaaa-perbedaan dalam berbagai
bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi, adat
kesoponan serta situasi ekonomi.
1. Unsur-unsur Keragaman Dalam Masyarakat Indonesia
a. Suku Bangsa dan Ras
Suku bangsa yang menempati wilayah indonesia dari sabang
sampai merauke sangat beragam.sedangkan perbedaan ras muncul
karena adanya pengelompokkan besar manusia yang memiliki ciri-ciri
biologis lahiriyah yamg sama seperti rambut, warna kulit, ukuran
tubuh, mata, ukuran kepala dan lain sebagainya.
Di indonesia, terutama bagian barat mulai dari sulawesi adalah
termasuk ras mongoloid melayu muda. Kecuali batak dan toraja yang
termasuk mongoloid melayu tua sebelah timur indonesia termasuk ras
austroloid, termasuk bagian NTT. Sedangkan kelompokterbesar yang
tidak termasuk kelompok pribumi adalah golongan chinayang
termasuk atratic mongooid.
b. Agama dan Keyakinan
Agama mengandung arti ikatan yang harus di pegang dan di
patuhi manusia. Ikatan yang di maksud berasal dari kekuatan yang
lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaibyang tak dapat di
tangkap dengan panca indra. Namun mempunyai pengaruh besar yang
besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari (Haru nasution:
10).
Agama sebagai keyakinan memang sulit di ukur secara tepat
dan rinci.Hal ini pula yang barang kali menyulitkan para ahli untuk
memberikan definisi yang tepat tentang agama. Namun apapun

16
bentuknya kepercayaan yang di anggap sebagai agama, tampaknya
memang memilki ciri umum yang hampir sama, baik dalam agama
pitif maupun agama monoteisma. Menurut Robert H. Thouless, fakta
menunjukkan bahwa agama berpusat pada tuhan atau dewa-dewa
sebagai ukuran yang menentukan yang tak boleh di abaikan (Psikologi
Agama: 14).
Masalah agama tak akan mungkin dapat di pisahkan dari
kehidupan masyarakat. Dalam praktiknya fungsi agama dalam
masyarakat antara lain adalah :
1) Berfungsi edukatif: ajaran agama secara yuridis berfungsi
menyuruh dan melarang
2) Berfungsi penyelamat
3) Berfungsi sebagai perdamaian
4) Berfungsi sebagai sosial kontrol
5) Berfungsi sebagai pemupuk ras dan solidaritas
6) Berfungsi tranformatif
7) Berfungsi kreatif
8) Berfungsi sublimatif

Pada dasarnya agama dan keyakinan merupkan unsur penting


dalam keragaman bangsa indonesia. Hal ini terlihat dari banyaknya
agama yang di akui di indonesia.
c. Tata Krama
Tata krama yang di anggap sebagai dari bahasa jawa yang
berarti “adat sopan santun, basa basi” pada dasarnya ialah segala
tindakan, prilaku, adat istiadat, tegur sapa,ucap dan cakap sesuai
kaidah atau norma tertentu. Tata krama di bentuk dan di kembangkan
oleh masyarakat yang terdiri dari aturan-aturan yang kalo di patuhi di
harapkan akan tercipta interaksi sosial yang tertib dan efektif di dalam
masyarakat yang bersangkutan. Indonesia memiliki keragaman suku
bangsa dimanadi setiap suku bangsa memiliki adat tersendiri meskipun

17
kerena adanya sosialisasi nila-nilai dan norma secara turun menurun
dan berkisenambungan dari generasi ke generasi menyebabkan suatu
masyarakat yang ada dalam suatuisuku bangsa yang sama akan
memiliki adat dan kesopanan yang relatif sama.
d. Kesenjangan Ekonomi
Bagi sebagian negara, perkonomian akan menjadi salah satu
perhatian yang harus di tingkatkan namun umumnya, masyarakat kita
berada di golongan tingkat ekonomi menengah kebawah. Hal ini tentu
saja menjadi sebuah pemicu adanya kesenjangan yang tak dapat di
hindari lagi
e. Kesenjangan Sosial
Masyarakat indonesia merupakan masyarakat yang majemmuk
dengan bermacam tingkat pangkat, dan seterata sosial yang
hierarkis.hal ini, dapat terlihat dan di rasakan dengan jelas dengan
adanya penggologan orang berdasarkan kasta.Hal ini yang dapat
menimbulkan kesenjangan sosialyang tidak saja dapat menyakitkan,
namun juga membahayakan bagi kerukunan masyarakat.Tak hanya itu
bahkan menjadi sebuah pemicu perang antara etnis atau suku.

2. Pengaruh Keragaman dam Kehidupan Beragama, Bermasyarakat,


Bernegara, dan Kehidupan Global
Berdirinya negara indonesia di latar belakangi oleh masyarakat
yang demikian majemuk baik secara eknis, biogarfis.kultural, maupun
religius. Kita tidak dapat mengingkari prulalistik bangsa kita.sehingga kita
perlu memberi tempat bagi berkembangnya kebudayaan suku bangsa dan
kebudayaan beragama yang di anut oleh warga indonesia.masalah suku
bangsa dan, kesatuan nasional di indonesia telah menunjukkan kepada kita
bahwa suatu negara yang multi etnik memerlukan suatu kebudayaan
nasional untuk menistasikan peranan identitas nasional dan solidaritas
nasional di antara warganya. Gagasan tentang kebudayaan nasional yang
menyangkut kesadaran dan identitas suatu bangsa telah di rancang saat
bangsa kita belum merdeka.

18
Manusia secara kodrat diciptakan sebagai makhluk yang
mengusung nilai harmoni.Perbedaan yang mewujud baik secara fisik
ataupun mental, sebenarnya merupakankehendak tuhan yang seharusnya
dijadikan sebagai sebuah potensi untuk menciptakan sebuah kehidupan
yang menjunjung tinggi toleransi. Dikehidupan Sehari-Hari,Kebudayaan
Suku Bangsa dan kebudayaan agama,bersama-sama dengan pedoman
kehidupan berbangsa dan bernegara, mewarisi perilaku dan kegiatan
kita.berbagai kebudayaan itu beriringan, saling melengkapi. Bahkan
mampu saling menyesuaikan dalamkehidupan sehari-hari tetapi sering kali
yang terjadi malah sebaliknya.Perbedaa-perbedaan tersebut menciptkan
ketegangan hubungan antara anggota masyarakat. Hal ini di sebabkan oleh
sifat dasar yang selalu di miliki oleh masyarakat majemuk sebagai mana
di jelaskan oleh Van de Berghe:
a. Terjadinya sikmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang seringkali
memiliki kebudayaan yang berbeda.
b. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga
yang bersifat non komplenter
c. Kurang mengembangkan konsensuf di antar anggota masyarakat
tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar.
d. Secara relatif sering kali terjadi konflikdi antara kelompokyang satu
dengan yang lainnya.
e. Secara relatif integrasi tumbuh di atas paksaan yang saling
ketergantungan di dalam bidang ekonomi
f. Adanya dominasi politik oleh suatu kelomok terhadap kelompok yang
lain

Realitas di atas harus di akui dengan sikap terbuka logis, dan dewasa
karena dengannya, kemajemukkan yang adad dapat di pertumpul. Jika
keterbukaan dan kedewasaan sikap dikesampingkan, besarkemungkinan
tercipta masalah-masalah menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa
seperti:

19
a. Disharmonisasi.
Tidak adanya kesesuaian atas keragaman antara manusia dengan
dunia lingkungannya. Disharmonisasi di bawa oleh virus paparoks
yang ada dalam globalisasi. Paket globalisasi begitu memikat
masyarakat dunia dengan tawarannya akan keseragman global untuk
maju bersama dan komunikasi gaya hidup ,manusia yang bebas dan
harmonis dalam tatanan dunia, dengan menyampingkan keunikan dan
keberagaman indonesia sebagai pelaku utama.
b. Perilaku diskriminatif.
Terdapat etnis atau kelompok masyarakat tertentu akan muncul
masalah yang lain, yaitu kesenjangan dalam berbagai bidang yang
tentu saja yang tidak mengentungkan bagi hidup berbangsa dan
bernegara.
c. Eksklusivme, realisis, bersumber dari superioritas
Alasannya dapat bermacam-macam antara lain; keyakinan bahwa
secara koadrati ras/sukunya ke kelompoknya lebih tinggi dari
ras/suku/kelompok lain

Adanya beberapa hal yang dapat dilakukan memperkecil masalah


yang di akibatkan oleh pengaruh negatif dari keragaman, yaitu:
a. Semangat religius
b. Semangat nasionalisme
c. Semangat pluralisme
d. Semangat humanisme
e. Dialog antar umat beragama
f. Membangun suatu pola komikasi untuk interaksi maupun konfigurasi
hubungan antara agama,media massa, dan harmonisasi dunia.

Keterbukaan, kedewasaan sikap, pemikiran globalyang bersifat


inklusif, kesadaran kebesamaan dalam mengarungi sejarah, merupakan
modalyang menentukan bagi terujudnya sebuah bangsa yang di bhineka
tunggal ika.menyatu dalamkeragaman, dan beragam dalam

20
kesatuan.Segala bentuk kesenjangan di dekatkan, segala ke anekaragaman
di pandang sebagaikekayaan bangsa milik bersama. Sikap inilah yang
perlu di kembangkan dalampikir masyarakat untuk menuju indonesia raya
merdeka.

3. Problem Diskriminasi
Diskriminasi adalah sebuah tindakan yang melakukan perbedaan
terhadap seseorang atau kelompok orang berdasarkan ras,agama,suku,
etnis, kelompok, golongan, status, dan kelas soaial ekonomi, jenis
kelamin, kondisi fisik tubuh, usia,orientasi seksual, pandangan ideologi
dan politik. serta batas negara, dan kebangsaan seseorang.
Tuntutan atas kesamaan hak bagi setiap manusia di dasarkan pada
prinsi-prinsip hak asasi manusia.Sifat dari HAM adalah universal dan
tanpa pengecuali tidak dapat di pisahkan dan saling tenrgantung. Berngkat
dari pemahaman tersebut seyogianyasikap-sikap yang didasarkan pada
ethnosentrisme, resisme, religius fanatisme,dan diskrimination harus
dipandang sebagai dipandang sebagaiti8ndakan yang menghambat
pengembangan kesedarajatan dan demokrasi, penegakan hukum dalam
kerangka pemajuan dan pemenuhan HAM.
Pasal 218 Ayat (2) UUD NKRI 1945 telah menegaskan bahwa:
“setiap orang berhak bebas dari perlakuan bersifat diskriminatif atas dasar
apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang
bersifat diskriminatif itu.” Sementara itu pasal 3 UU No 1999 tentang
HAM telah menegaskan bahwa “... setiap orang di lahirkan bebas dengan
harkat dan martabat yang sama dan sederajat... “ ketentuan tersebut
merupakan landasan hukumyang mendasari prinsip non-diskriminasi di
indonesia.
Pencantuman prinsip ini pada awal pasal berbagai instrumen
hukum yang mengatur HAM pada dasarnya menunjukkan bahwa
diskriminasi telah menjadi realitas yang promblematik sehingga:
a. Komunitas internasional telah mengakui bahwa diskriminasi masih
terjadi di berbagai belahan dunia

21
b. Prinsip non-diskriminasi harus mengawali kesepakatan antar bangsa
untuk dapat hidup dalamkebebasan keadilan dan perdamaian

Dalam demokrasi diskriminasi seharusnya telah di tiadakan dengan


adanya kesetaraan dalam bidang hukum, kesedarajatan dalam perlakuan
adalah salah satu wujud ideal dalam kehidupan negara yang demokratis.
Akan tetapi berbagai penelitian dan pengkajian menunjukkan bahwa
kondisi di indonesia saat ini belum mencerminkan penerapan asas
persamaan di muka hukum secara utuh.
Promblematika lainnya timbul dan harus di waspadai adalah
disentegrasi bangsa dari kajian yang di lakukan terhadap berbagai kasus
dissntegrasi bangsa dan bubarnya sebuah negara dapat di simpulkan
adanya enam faktor utama secara gradualbisa menjadi penyebab utama
proses itu, yaitu:
a. Kegagalan kepemimpinan
b. Krisis ekonomi yang akut dan berlangsung lama
c. Krisis politik
d. Krisis sosial
e. Demoralisasi tentara dan polisi
f. Intervensi asing

4. Pemecahan Masalah dalam Masyarakat Multikultural


Kemampuan untuk menampung berbagai perbedaan dan
keanekaragaman kebudayaan dalam sebuah kesatuan yang di landasi suatu
ikatan kebersamaan. Salah satu pengembangan konsep toleransi terhadap
keberagaman budaya adalah mewujudkan masyarakat indonesia yang
multikultural dengan bentuk pengakuan dan toleransi, terhadap perbedaan
dalam kesetaraan individual maupun secara kebudayaan. Dalam
masyarakat multikultural, masyarakat antar suku bangsa dapat hidup
berdampingan, bertoleransi, dan saling menghargai. Selain itu, alternatif
penyelesaian keberagaman budaya yang ada di indonesia di lakukan

22
melalui interaksi lintas budaya dengan mengembangkan media sosial,
seperti pengembangan lambang-lambang komunikasi lisan maupun
tertulis, norma-norma yang di sepakati dan di terima sebagai pedoman
bersama, dan perangkat nilai sebagai kerangka acuan bersama.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan yaitu Transkultural
Nursing merupakan suatu area yang berkaitan dengan perbedaan maupun
kesamaan nilai– nilai budaya (nilai budaya yang berbeda, ras, yang
mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan
kepada klien / pasien). Perspektif keperawatan transkultural dan
globalisasi dalam pelayanan kesehatan dengan keperawatan lintas budaya
yang merupakan bidang studi dan praktik formal yang berfokus pada
analisis komparatif budaya dan sub budaya di dunia dalam kaitanya
dengan keperawatan kultural, kepercayaan tentang kesehatan dan penyakit,
nilai-nilai dan praktik yang bertujuan untuk menggunakan pengetahuan ini
dalam memberikan perawatan sesuai budaya tertentu atau sesuai budaya
universal kepada semua orang.
Keragaman adalah perihal beragam-ragam suatu kondisi dalam
masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang,
terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi, adat
keseponan serta situasi ekonomi. Dalam masyarakat multikultural,
masyarakat antar suku bangsa dapat hidup berdampingan, bertoleransi, dan
saling menghargai. Selain itu, alternatif penyelesaian keberagaman budaya
yang ada di indonesia di lakukan melalui interaksi lintas budaya dengan
mengembangkan media sosial, seperti pengembangan lambang-lambang
komunikasi lisan maupun tertulis, norma-norma yang di sepakati dan di
terima sebagai pedoman bersama, dan perangkat nilai sebagai kerangka
acuan bersama.

B. Saran

24
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi dapat memberikan tambahan literatur
tentang mengenai konsep transkultural dan perspektif transkultural
dalam keperawatan serta diversity dalam masyarakat. Sehingga dapat
dijadikan referensi bagi mahasiswa dan update ilmu pengetahuan.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Penatalaksanaan transkultural nursing, mengetahui perspektif
transkultural dalam keperawatan serta diversity dalam masyarakat
dengan. Pendekatan ilmu pengetahuan hendaknya mencakup
pelayanan kepada klien sehingga profesionalitas keperawatan tetap
terjaga.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui transkultural
nursing, mengetahui perspektif transkultural dalam keperawatan serta
diversity dalam masyarakat sehingga dapat menerapkannya pada
praktik klinik keperawatan di kemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

25
Ali, Zaidin. (2010). Agama, Kesehatan dan Keperawatan. Jakarta: CV Trans Info
Media.
Andrew . M & Boyle. J.S. (1995). Transcultural Concepts in Nursing Care, 2nd
Ed, Philadelphia, JB Lippincot Company.
Arum, Pratiwi. (2011). Buku Ajar Keperawatan Transkultural. Yogyakarta:
Penerbit Gosyen Pulishing.
Chaplin, J.P. (2011). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Ginger, J. N. dan Davidhizar (1995). Transcultural Nursing: Assessment and


Intervention. St. Louis: Mosby, hal 1-157.
Firanika, Rayuni. (2010). Aspek Budaya dalam Pemberian ASI Eksklusif di
Kelurahan Bubulak Kota Bogor Tahun 2010. Jakarta: Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.
Foster, Anderson. (1986). Antropologi Kesehatan, Jakarta, Grafiti.Kozier, B., Erb,
G., Berman A.J., & Snyder. (2004). Fundamentals of Nursing: Concepts,

M. Si, Dr. Elly M. Setiadi, et al. 2006. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar edisi kedua
catatan ke-5. Jakarta : Kencana Prenada Media Group Process, and Practice .
7th Ed. New Jersey: Pearson Education, Inc. Hal. 205-221.
Pratiwi, Arum. (2011) Buku Ajar Keperawatan Transkultural. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Potter, P. A. & Perry, A. G. (2005). Fundamentals of Nursing: Concepts, Procces,
and Practice. 6th Ed. St. Louis, MI: Elsevier Mosby. Hal. 118-136.

Potter, P. A. & Perry, A. G. (2009). Fundamentals of Nursing. 7th Ed. (Terj. dr.
Adrina Ferderika). Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Sarwono, Sarlito W., & Meinarno, Eko A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta:
Salemba Humanika.
Stuart, Gail & Sundeen, Sandra. (2005). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
EGC
Sutria, Eny. (2013) Keperawatan Transkultural. Makassar: Alauddin University
Press, 2013.

26
Wahyu Ratna. 2010. Sosiologi dan Antropologi Kesehatan dalam Perspektif Ilmu
Keperawatan Edisi I. Pustaka Rihama: Yogyakarta.
Yusuf, Ah., Nihayati, HE., Iswari, MF & Okviasanti, Fanni. (2016). Kebutuhan
Spiritual; Konsep dan Aplikasi dalam Asuhan Keperawatan. Jakarta: Mitra
Wacana Media.

27

Anda mungkin juga menyukai