Anda di halaman 1dari 55

MINI RISET RISIKO BISNIS

“ANALISIS RISIKO BISNIS PADA UMKM


KERIPIK SINGKONG TATOCHIPS DUSUN
BABADAN DESA SOKET DAJAH KEC.
TRAGAH KAB. BANGKALAN”

Oleh
Kelompok 5 :
Sundus Felisia W 160321100010
Kholisatul Farizah 160321100018
Lilis Nur Azizah 160321100038
Ika Widya Putri 160321100060
Moh.Syamsud Dhuha 160321100076

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadiran


Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah serta karunia-Nya kepada kami
semua sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas praktikum Risiko Bisnis yang berjudul
“Analisis Risiko Bisnis pada UMKM Keripik
Singkong Tatochips Dusun Babadan Desa
Soket Dajah Kec. Tragah Kab. Bangkalan”
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Kami ingin mengucapkan rasa
terimakasih kepada teman-teman yang
membantu dalam menyelesaikan miniriset ini
dari awal hingga akhir, sehingga dapat
dikumpulkan tepat waktu. Hasil miniriset ini
masih jauh dari kesempurnaan, dan kami
juga menyadari bahwa dalam penulisan
hasil miniriset ini masih banyak terdapat
kekurangan, maka dari itu kami sangat
mengharapkan saran maupun kritikan yang
membangun dari semua pihak untuk
kesempurnaan tugas ini agar dapat
diperbaiki di masa yang akan datang.

Bangkalan, 20 Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................... i


DAFTAR ISI ................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ..................................... iii
DAFTAR TABEL ......................................... iv
BAB I ...........................................................1
PENDAHULUAN..........................................1
1.1. Latar Belakang ..................................1
1.2. Rumusan Masalah ............................4
1.3. Tujuan ...............................................4
BAB II ..........................................................5
TINJAUAN PUSTAKA .................................5
2.1. Landasan Teori .................................5
2.1.1. Tipe-tipe Risiko...............................6
BAB III ....................................................... 15
METODE PENELITIAN.............................. 15
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ........... 15
3.2. Metode Pengumpulan Data ............. 15
3.3. Metode Analisis Data ...................... 16
BAB V ........................................................ 24
HASIL DAN PEMBAHASAN ...................... 24
Sumber: Data Primer Diolah, 2019 ............ 32
DAFTAR PUSTAKA................................... 38
LAMPIRAN ................................................ 39

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kategori Risiko ............................ 7

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 5. 1 Hasil Pengidentifikasian dan


Pengukuran Risiko pada Metode FMEA .... 24
Tabel 5. 2 Strategi Mitigasi Risiko Produksi
Kripik Singkong Tatochips ......................... 30

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Singkong atau ketela pohon sebagai
sumber pangan, tidak hanya digunakan
sebagai makanan tambahan pengganti
beras, tetapi dapat dikembangkan menjadi
produk industri. Beberapa macam produk
olahan dari singkong dapat berupa tepung
tapioka, bolu, opak, kripik dan lain-lain. Kripik
merupakan salah satu cemilan yang sangat
digemari oleh anak-anak sampai orang
dewasa. Dengan rasa renyah dan gurih serta
rasa yang bermacam-macam membuat kripik
singkong menjadi pilihan banyak masyarakat
sebagai camilan disaat santai mapun untuk
oleh-oleh. Dilihat dari segi ekonomi, kripik
singkong lebih mahal dari singkong yang
belum di olah. Selain itu proses
pembuatannya pun mudah dilakukan,
sehingga saat ini banyak industri rumah
tangga yang berproduksi pada pengolahan
1
pangan khususnya kripik singkong, karena
usaha kripik singkong kini menjadi salah satu
usaha yang menjanjikan dengan tingkat
keuntungan yang tinggi.
Salah satu industri rumah tangga
yang memproduksi pada pengolahan pangan
khususnya kripik singkong adalah keripik
singkong ”Tatochips” (Tragah Tortilla Chips).
yang berlokasi di Dusun Babadan, Desa
Soket Dajah, Kecamatan Tragah, Kabupaten
Bangkalan Madura. Industri kripik singkong
ini mulai berdiri pada tahun 2004. Pada
awalnya mahasiswa lulusan dari Fakultas
Pertanian Universitas Trunojoyo (UTM) yang
bernama Dahri mulai menekuni usaha
camilan kripik singkong sejak tahun 2014.
Beliau termotivasi mengolah singkong
menjadi produk kripik yang memiliki nilai jual
di pasaran. Hal tersebut dikarenakan
singkong mentah selalu dihargai rendah.
Menurut Clifford (2006) dalam Sari
dkk (2017) risiko merupakan kejadian tidak

2
pasti yang apabila terjadi akan
mengakibatkan dampak positif maupun
negatif bagi keberlangsungan organisasi.
Risiko dan ketidakpastian merupakan hal
yang berbeda, ketidakpastian mencakup hal
yang lebih luas, sementara risiko merupakan
bagian dari ketidakpastian. Manajemen risiko
merupakan usaha dalam mengenali dan
mengelola kejadian internal dan ancaman
dari luar yang dapat memberikan efek bagi
kesuksesan organisasi. Dengan adanya
manajemen risiko, maka kejadian yang
menimbulkan terjadinya risiko dapat
diminimalisir. Usaha keripik ini juga tidak
terlepas dari beberapa kendala yang
dihadapi, sesuai penelitian yang dilakukan
oleh Pariyanti (2017) yang berjudul “Analisis
Pengendalian Risiko pada Usaha Kripik
Singkong”. Penelitian tersebut menjelaskan
bahwa usaha kripik singkong memiliki risiko
pada input, proses dan output. Oleh karena
itu tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui

3
kendala atau risiko apa yang dihadapi dalam
produksi keripik singkong, strategi dalam
meminimalkan kendala atau risiko tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana identifikasi risiko pada
usaha keripik singkong “Tatochips”?
2. Bagaimana strategi yang diterapkan
dalam menghadapi risiko pada usaha
keripik singkong “Tatochips”?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui risiko yang terdapat pada
usha keripik singkong “Tatochips”.
2. Mengetahui strategi yang diterapkan
dalam menghadapi kendala atau
risiko pada usaha keripik singkong
“Tatochips”.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


Risiko bisa didefinisikan dengan
berbagai cara. Sebagai contoh, risiko bisa
didefinisikan sebagai kejadian yang
merugikan. Definisi lain yang sering dipakai
untuk analisis investasi, adalah kemungkinan
hasil yang diperoleh menyimpang dari yang
diharapkan. Deviasi standar merupakan alat
statistik yang bisa digunakan untuk
mengukur penyimpangan, karena itu deviasi
standar bisa dipakai untuk mengukur risiko.
Pengukuran yang lain adalah menggunakan
probabilitas. Sebagai contoh, pengemudi
kendaraan orang muda lebih sering
mengalami kecelakaan dibandingkan dengan
orang dewasa. Probabilitas terjadinya
kecelakaan untuk orang muda lebih tinggi
dibandingkan dengan untuk orang dewasa.

5
Karena itu risiko kecelakaan untuk orang
muda lebih tinggi dibandingkan untuk orang
dewasa. Risiko berkaitan erat dengan
kondisi ketidakpastian. Risiko muncul karena
ada kondisi ketidakpastian. Praktis kita
menghadapi banyak ketidakpastian di dunia
ini. Sebagai contoh, hari ini bisa hujan, bisa
juga tidak hujan. Investasi kita bisa
mendatangkan keuntungan (harga naik),
bisa juga menyebabkan kerugian (harga
turun). Kepastian dalam dunia ini adalah
ketidakpastian itu sendiri. Ketidakpastian
tersebut menyebabkan munculnya risiko
(Hanafi, 2014).
2.1.1. Tipe-tipe Risiko
Menurut Hanafi (2014) risiko
beragam jenisnya, mulai dari risiko
kecelakaan, kebakaran, risiko kerugian,
fluktuasi kurs, perubahan tingkat bunga, dan
lainnya. Untuk memudahkan pemahaman
dan analisis terhadap risiko, kita bisa
memetakan atau mengelompokkan risiko-

6
risiko tersebut. Salah satu cara untuk
mengelompokkan risiko adalah dengan
melihat tipe-tipe risiko. Bagan berikut ini
menunjukkan bahwa risiko bisa
dikelompokkan ke dalam tipe risiko

RISIKO

PURE SPEKU
LATIF

STATI DINA STAT DINA


S MIS IS MIS

SUBJ SUBJE SUBJ SUBJ


EKTIF KTIF EKTIF EKTIF

OBJE OBJE OBJE OBJE


KTIF KTIF KTIF KTIF

Gambar 1 Kategori Risiko

7
Menurut Hanafi (2014) risiko bisa
dikelompokkan ke dalam risiko murni dan
risiko spekulatif dengan penjelasan sebagai
berikut ini.
1. Risiko murni (pure risks) adalah risiko di
mana kemungkinan kerugian ada, tetapi
kemungkinan keuntungan tidak ada.
Jadi kita membicarakan potensi kerugian
untuk risiko tipe ini. Beberapa contoh
risiko tipe ini adalah risiko kecelakaan,
kebakaran, dan semacamnya. Contoh
lain adalah risiko banjir menghantam
rumah kita. Kejadian seperti itu akan
merugikan kita. Tetapi rumah berdiri di
tempat tertentu tidak secara langsung
akan mendatangkan keuntungan
tertentu. Jika terjadi kebakaran atau
banjir, di samping individu yang terkena
dampaknya, masyarakat secara
keseluruhan juga akan dirugikan.
Asuransi biasanya lebih banyak
berurusan dengan risiko murni.

8
2. Risiko spekulatif adalah risiko di mana
kita mengharapkan terjadinya kerugian
dan juga keuntungan. Potensi kerugian
dan keuntungan dibicarakan dalam jenis
risiko ini. Contoh tipe risiko ini adalah
usaha bisnis. Dalam kegiatan bisnis, kita
mengharapkan keuntungan, meskipun
ada potensi kerugian. Contoh lain
adalah jika kita memegang (membeli)
saham. Harga pasar bisa meningkat
(kita memperoleh keuntungan), bisa juga
analisis kita salah, harga saham
bukannya meningkat, tetapi malah turun
(kita memperoleh kerugian). Risiko
spekulatif juga bisa dinamakan sebagai
risiko bisnis. Kerugian akibat risiko
spekulatif akan merugikan individu
tertentu, tetapi akan menguntungkan
individu lainnya. Misalkan suatu
perusahaan mengalami kerugian karena
penjualannya turun, perusahaan lain
barangkali akan memperoleh

9
keuntungan dari situasi tersebut. Secara
total, masyarakat tidak dirugikan oleh
risiko spekulatif tersebut.
Di samping kategorisasi murni dan
spekulatif, risiko juga bisa dibedakan antara
risiko yang dinamis dan yang statis.
1. Risiko statis muncul dari kondisi
keseimbangan tertentu. Sebagai contoh,
risiko terkena petir merupakan risiko
yang muncul dari kondisi alam yang
tertentu. Karakteristik risiko ini praktis
tidak berubah dari waktu ke waktu.
2. Risiko dinamis muncul dari perubahan
kondisi tertentu. Sebagai contoh,
perubahan kondisi masyarakat,
perubahan teknologi, memunculkan
jenis-jenis risiko baru. Misal, jika
masyarakat semakin kritis, sadar akan
haknya, maka risiko hukum (legal risk)
yang muncul karena masyarakat lebih
berani mengajukan gugatan hukum

10
(sue) terhadap perusahaan, akan
semakin besar.
Risiko juga bisa dikelompokkan ke
dalam risiko subjektif dan objektif dengan
penjelasan sebagai berikut ini.
1. Risiko objektif adalah risiko yang
didasarkan pada observasi parameter
yang objektif. Sebagai contoh, fluktuasi
harga atau tingkat keuntungan investasi
di pasar modal bisa diukur melalui
standar deviasi, misal standar deviasi
return saham adalah 25% per tahun.
2. Risiko subjektif berkaitan dengan
persepsi seseorang terhadap risiko.
Dengan kata lain, kondisi mental
seseorang akan menentukan
kesimpulan tinggi rendahnya risiko
tertentu. Sebagai contoh, untuk standar
deviasi return pasar yang sama sebesar
25%, dua orang dengan kepribadian
berbeda akan mempunyai cara pandang
yang berbeda. Orang yang konservatif

11
akan menganggap risiko investasi di
pasar modal terlalu tinggi. Sementara
bagi orang yang agresif, risiko investasi
di pasar modal dianggap tidak terlalu
tinggi. Perhatikan bahwa kedua orang
tersebut melihat pada risiko objektif yang
sama, yaitu standar deviasi return
sebesar 25% per tahun.
2.2. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Pariyanti (2017) yang
berjudul “Analisis Pengendalian Risiko Pada
Usaha Keripik Singkong” menyatakan bahwa
pengendalian resiko yang dilakukan oleh
pelaku usaha keripik singkong XYZ adalah
pengendalian fisik (resiko di hilangkan,
resiko diminimalisi) yaitu meminimasi resiko
dilakukan dengan upaya-upaya untuk
meminimumkan kerugian. Hasil penelitian
menunjukkan resiko yang paling banyak
terjadi adalah produk kadaluarsa di pasaran,
maka sebaiknya perusahaan memberikan

12
potongan harga satu minggu sebelum
produk keripik singkong tersebut kadaluarsa.
Hasil penelitian menurut Irawan
(2017) yang berjudul “Model Analisis dan
Strategi Mitigasi Risiko Produksi Keripik
Tempe” dengan menggunakan metode
FMEA menyatakan bahwa pada proses
pengidentifiksian risiko, proses produksi
keripik tempe di UKM XYZ terdapat 11 risiko
yaitu pada variabel bahan baku antara lain :
ketersediaan pasokan kedelai kurang, harga
bahan baku kedelai fluktuatif, kualitas kedelai
yang tidak bagus. Pada variabel proses
prduksi terdapat riiko kerusakan mesin dan
peralatan, hasil produksi keripik tempe yang
tidak baik, kebersihan dan ketidaknyamanan
lingkungan kerja. Pada variable permintaan
terdapat risiko permintaan keripik tempe
yang tidak pasti, keterambatan pengiriman
keripik tempe, retur penjualan keripik tempe,
para pesaing produk keripik tempe dan
pembatalan pemesanan produk keripik

13
tempe. Hasil pengukuran dan penilaian risiko
proses produksi kripik tempe di UKM XYZ
didapatkan risiko tertinggi pada masing –
masing variabel. Risiko pada bahan baku
(harga bahan baku kedelai fluktuatif), proses
produksi (hasil keripik tempe yang tidak
baik), dan permintaan (permintaan keripik
tempe yang fluktuatif).

14
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penentuan lokasi ini dilakukan secara
purposive atau sengaja yaitu di UMKM
keripik singkong “Tatochips” yang terletak di
Desa Soket Dajah, Kecamatan Tragah,
Kabupaten Bangkalan. Pemilihan lokasi ini
dilakukan dengan pertimbangan bahwa
usaha keripik singkong “Tatochips” telah
menjadi sentra produksi keripik singkong di
Kabupaten Bangkalan. Penelitian ini
dilakukan pada 10 Mei 2019.
3.2. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan sumber
data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber aslinya tanpa melalui
perantara yaitu wawancara langsung dengan
pemilik usaha keripik singkong “Tatochips”.
Data sekunder merupakan data yang
15
diperoleh dari literatur yang ada ataupun dari
lembaga yang berhubungan dengan
penelitian yang ingin diteliti seperti jurnal
ilmiah, buku, penelitian terdahulu yang dapat
dijadikan pedoman untuk keperluan
penelitian.
3.3. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah menggunakan
Metode FMEA (Failure Modes and Effects
Analysis). Metode FMEA adalah suatu
prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi
dan mence- gah sebanyak mungkin mode
kegagalan (failure mode) dengan sekala
prioritas. Hasil akhir dari metode FMEA
adalah Risk Priority Nmber (RPN) atau
angka risiko prioritas. RPN merupakan nilai
yang dihitung berdasarkan informasi yang
diperoleh berkaitan dengan Potential Failure
Modes, Effect dan Detection. Nilai RPN
dihitung berdasarkan perkalian antara tiga
peringkat kuantitatif yaitu efek/ pengaruh,

16
penyebab, dan deteksi pada setiap proses
atau dikenal dengan perkalian S, O, D
(severity, occurance, detection) RPN = O x S
x D. Kemudian diurutkan mulai rating
tertinggi, serta tindakan yang disarankan
untuk perbaikan. (Firdaus dkk dalam Irawan
dkk, 2017).
Data analisis risiko dinilai oleh panelis
ahli yakni pemilik UKM sesuai kriteria
Severity (S), Occurrence (O), dan Detection
(D). Nilai Severity mencerminkan tingkat
keparahan dampak suatu potensi kegagalan
atau kerugian dari setiap indikator risiko.
Nilai Occurence adalah probabilitas atau
peluang terjadinya kegagalan atau kerugian
dari setiap indikator risiko, sedangkan nilai
Detection adalah tingkat ketersediaan sistem
deteksi dampak suatu potensi kegagalan
atau kerugian dari setiap indikator risiko
untuk mengetahui secara lebih dini terhadap
terjdinya suatu kegagalan atau kerugian dari
setiap indikator risiko (Irawan, 2017).

17
Pengolahan data dengan
menggunakan Metode FMEA dilakukan
dengan melalui beberapa tahap (Ookalkar,
Joshi, & Ookalkar dalam Puspitasari dkk.,
2017), yaitu :
1. Mengidentifikasi moda kegagalan
potensial dan efeknya sehingga
didapatkan tingkat keparahan (Severity).
Severity dilakukan untuk menganalisa
resiko dengan menghitung seberapa
besar/ intensitas kejadian yang
mempengaruhi output proses (Souza &
Carpinetti dalam Puspitasari dkk., 2017).
2. Mengidentifikasi penyebab kegagalan
potensial untuk melihat tingkat kejadian
(Occurence) kegagalan pada assembly-
line (Rakesh, Jos, & Mathew dalam
Puspitasari dkk., 2017).
3. Mengidentifikasi pengendalian yang telah
dilakukan oleh perusahaan guna
mengetahui tingkat deteksi (Detection)
yang ada.

18
4. Tahap selanjutnya yaitu menentukan nilai
severity (S), Occurence (O), dan detection
(D). Kriteria skor dinilai dengan rentang
skor 1-10 dengan masing-masing kriteria
menurut (Rakesh dkk dalam Puspitasari
dkk., 2017)
5. Setelah mengetahui nilai severity,
Occurence, dan detection pada setiap
moda kegagalan, maka dilakukan
perhitungan skor Risk Priority Number
(RPN). RPN merupakan suatu indikator
untuk mengukur resiko dari kegagalan
dan menentukan tingkat skala prioritas
perbaikan yang harus dilakukan terlebih
dahulu (Kang, Sun, Sun, & Wu dalam
Puspitasari dkk., 2017). Skor RPN
didapatkan dari yang diperoleh dari
perkalian tiga faktor yaitu probabilitas
terjadinya risiko, dampak kerusakan yang
dihasilkan, dan deteksi risiko.
RPN = O x S x D

19
6. Setelah dilakukan analisis dengan metode
FMEA dan didapatkan masing-masing
skor RPN untuk tingkat kegagalan yang
ada, maka selanjutnya nilai skor
kegagalan tersebut dinilai berdasarkan
tingkat resiko dengan melakukan
pemberian skala prioritas pada masing-
masing nilai risik yang diperoleh dari hasil
perhitungan nila RPN. Dimana skala
prioritas yang digunakan adalah :
1 = Tinggi

2 = Sedang

3 = Rendah

4 = Sangat Rendah

20
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI

4.1. Gambaran Umum Lokasi Pembuatan


Keripik Singkong
Pembuatan keripik singkong
”Tatochips” ini dilakukan di Dusun Babadan
Desa Soket Dajjah Kecamatan Tragah
Kabupaten Bangkalan.
4.2. Letak Geografis Kecamatan Tragah
Kecamatan Tragah merupakan salah
satu kecamatan yang terletak di Kabupaten
Bangkalan dengan luas wilayah 3961.16 Ha
atau 39.61 m2 dan tingi dari permukaan laut
yaitu 24.00. Secara administrative batas-
batas Kecamatan Tragah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Kecamatan
Tanah Merah
2. Sebelah Timur : Kecamatan
Kwanyar
3. Sebelah Selatan : Kecamatan
Labang

21
4. Sebelah Barat : Kecamatan
Burneh
4.3. Gambaran Umum
Usaha ”Tatochips” berdiri sejak tahun
2014 namun mulai berkembang sejak tahun
2015. Awal mulanya usaha ”Tatochips” ini
memproduksi keripik jagung namun pada
tahun 2017 usaha ini juga memproduksi
keripik singkong. Usaha ini berawal dari
keprihatinan Bapak Dahri dikarenakan
apabila panen raya tiba harga dari singkong
maupun jagung sangat rendah, hingga
sering membuat petani rugi dan juga karena
terlalu rendahnya harga membuat para
petani memutuskan untuk tidak menjualnya
dan digunakan sebagai pakan ternak
mereka, tetapi tetap saja sering kali hasil
panen yang mereka peroleh masih banyak
sehingga banyak yang tebuang dengan
percuma. Hal ini memunculkan rasa empati
Bapak Dahri kepada para petani tersebut
hingga akhirnya beliau membeli hasil panen

22
petani tersebut dan memunculkan ide untuk
mengolah produk pertanian tersebut menjadi
keripik singkong dan keripik jagung. Keripik
singkong “tatochips” ini memiliki beberapa
varian rasa antara lain original, pedas, manis
dan pedas manis. Harga dari keripik
singkong “tatochips” ini yaitu Rp. 10.000
untuk ukuran 100 gram, sedangkan untuk
ukuran 1 kilogram dijual dengan harga Rp.
95.000. Usaha ”Tatochips” ini juga sudah
memiliki P-IRT dengan nomor
2.15.35.36.01.0093.22. Pemasaran dari
produk ”Tatochips” ini yaitu di pondok-
pondok pesantren, kampus Universitas
Trunojoyo Madura serta di kantor-kantor
UMKM seperti Jokotole. Usaha ”Tatochips”
ini juga sering mengikuti pameran-pameran
produk guna untuk mempromosikan
produknya.

23
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identifikasi Risiko Pada Usaha Keripik


Singkong Tatochips
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan pada usaha keripik singkong
tatochips, risiko yang dihadapi terdapat pada
faktor bahan baku, pengolahan bahan baku,
dan produk keripik singkong. Ketiga faktor
tersebut akan sangat berpengaruh pada
proses produksi yang akan dilakukan pada
usaha keripik singkong tatochips. Metode
FMEA digunakan untuk mengidentifikasi dan
mengukur tingkat Risk Priority Number
(RPN) tertinggi yang terdapat pada proses
produksi keripik singkong tatochips. Hasil
pengidentifikasian dan pengukuran risiko dari
metode FMEA dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5. 1 Hasil Pengidentifikasian dan


Pengukuran Risiko pada Metode FMEA

24
Pengukuran
S O D RPN Peringkat
Risiko
Risiko bahan
baku
Bahan baku
4 7 2 56 1
mudah busuk
Bahan baku
8 2 1 16 2
musiman
Risiko
pengolahan
bahan baku
Kurangnya
2 2 4 16 2
tenaga kerja
Alat yang
digunakan
sebagian 6 7 7 294 1
masih
sederhana

Risiko Produk
Semakin
8 25 7 3 168 1
banyakanya
pesaing
Produk
kadaluarsa di 2 2 2 8 2
pasaran

Sumber : Data Primer Diolah, 2019


Berdasarkan hasil yang diperoleh dari
tabel 5.1 terdapat tiga faktor risiko yang
terdapat pada usaha keripik singkong
tatochips yaitu risiko bahan baku, risiko
pengolahan bahan baku, dan risiko produk.
Kemudian berdasarkan hasil perhitungan
menggunakan metode FMEA dapat diketahui
bahwa RPN tertinggi dari risiko bahan baku
terdapat pada faktor bahan baku mudah
busuk dengan nilai sebesar 56. Pada risiko
bahan baku mudah busuk merupakan faktor
risiko yang paling tinggi. Ini disebabkan
karena pada umumnya singkong memiliki
umur segar yang singkat yaitu sekitar 2 x 24
jam. Terlebih lagi banyak singkong yang di
dapat dari petani banyak yang mengalami

26
kerusakan sehingga memper cepat singkong
menjadi busuk. Hal ini disebabkan salah
satunya karena pada saat proses
pemanenan para petani singkong salah
dalam proses pencabutan singkong.
Singkong harus dicabut dalam keadaan utuh
atau tidak patah agar umur singkong dapat
bertahan lama, apabila salah cara
pencabutan dalam pemanenan dapat
mempengaruhi kualitas singkong khususnya
umur segar singkong. Sedangkan pada risiko
bahan baku musiman memiliki nilan RPN
sebesar 16. Pada risiko bahan baku
musiman disebabkan oleh karakteristik
produk pertanian yang memiliki sifst
musiman, dan singkong siap untuk dipanen
setelah berumur 4 bulan. Kemudian untuk
RPN tertinggi pada risiko pengolahan bahan
baku terdapat pada risiko alat yang
digunakan sebagian masih sederhana
dengan nilai 294. Dalam proses produksi
keripik singkong tatochips ini, alat yang

27
digunakan masih tergolong sederhana yaitu
pisau, plastik, dan untuk pengemasan
menggunakan hand seller. Sehingga dalam
proses produksi keripik singkong
membutuhkan waktu produksi yang lama,
misalnya pada saat memotong singkong
masih menggunakan cara manual dengan
pisau dan belum menggunakan mesin
pemotong singkong. Untuk risiko kurangnya
tenaga kerja pada proses produksi keripik
singkong tatochips memiliki nilai RPN
sebesar 16, hal ini disebabkan oleh tenaga
kerja masih berasal dari anggota keluarga
dan tidak memiliki karyawan tetap.
Sedangkan untuk RPN tertinggi pada risiko
produk terdapat pada risiko semakin
banyaknya pesaing dengan nilai 168. Hal ini
disadari langsung oleh pemilik usaha, karena
semakin banyaknya produk – produk sejenis
yang diproduksi oleh pengusaha lain yang
dapat mengakibatkan turunnya jumlah
penjualan. Dalam risiko produk kadaluarsa

28
dipasar memiliki nilai RPN sebesar 8, ini
disebabkan oleh produk keripik singkong
tersebut tidak menggunakan bahan
pengawet makanan sehingga umur produk
keripik singkong tatochips mampu bertahan
kurang lebih 3 bulan dipasaran.
5.2. Strategi menghadapi risiko kripik
singkong Tatochips
Strategi pengendalian risiko adalah
kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk
meminimalkan dampak yang terjadi karena
adanya risiko. Dampak yang ditimbulkan dari
risiko dapat diminimalkan dengan strategi
pengendalian risiko yang baik sehingga
perusahaan memperoleh pendapatan yang
ditargetkan. Strategi pengendalian risiko
yang dilakukan oleh perusahaan diharapkan
dapat menjadi strategi yang tepat dalam
menekan atau meminimalkan risiko.
Kegiatan usaha kripik singkong tatochips
milik Pak Dahri menghadapi risiko dalam
produksinya. Hal ini diidentifikasikan dengna

29
adanya fluktruasi produksi kripik singkong.
Untuk itu, diperlukan strategi pengendalian
risiko yang tepat agar risiko tersebut dapat
diminimalkan. Strategi pengendalian risiko
yang dilakukan oleh pelaku usaha kripik
singkong tatochips dapat dilihat pada tabel
5.2
Tabel 5. 2 Strategi Mitigasi Risiko Produksi
Kripik Singkong Tatochips
Alternatif
Tujuan Variabel Resiko
Strategi
Strate Risiko Bahan 1.
gi bahan baku Memilih
mitigas baku mudah singkong
i risiko busuk yang utuh
proses
produk
si
2. Tidak
melakukan
penimbun
an bahan
baku
3.
Mengolah
singkong
secara
langsung

30
Bahan 1.
baku Membeli
musiman bahan
baku dari
luar
daerah
(Pamekaa
n)
2.
Menanam
singkong
sendiri
Risiko Kurangny 1.
pengolah a tenaga Mengajak
an bahan kerja anggota
baku kelurga
membantu
proses
produksi
Alat yang 1.
digunaka Membeli
n peralatan
sebagian modern
masih secara
sederhan bertahap
a
Semakin 1.
banyakan Memperba
Risiko ya iki kualitas
Produk pesaing produk
dan
kemasan

31
Produk 1.
kadaluars Melakukan
a di retur
pasaran produk
yang
kadaluars
a dengan
produk
yang baru.
Sumber: Data Primer Diolah, 2019
1. Strategi risiko pada input (singkong atau
bahan baku)
Dalam pengadaan bahan baku
singkong yang bersifat musiman, Pak Dahri
mengantisipasi kelangkaan bahan baku
dengan cara membeli singkong dari luar
Kabupaten Bangkalan. Pak Dahri membeli
singkong dari Kabupaten Pamekasan
dengan harga yang relatif murah. Untuk
menjaga kualtas kripik singkong, Pak Dahri
memilih bahan baku yang berkualitas baik
yaitu singkong yang utuh (tidak patah saat
dilakukan pencabutan/pemanenan). Serta
untuk tetap menjaga pasokan bahan baku
singkong yang beliau butuhkan pak dahrijuga

32
menanam sendiri singkong yang akan diaa
jadikan sebagai bahan baku. Selain risiko
tersebut, risiko lain yang dialami pada
produksi kripik singkong yaitu bahan baku
yang mudah busuk, sehingga untuk
mengantisipasi hal tersebut Pak Dahri
langsung melakukan pengolahan pada kripik
singkong. Upaya lain yang dilakukan Pak
Dahri yaitu tidak melakukan penimbunan
bahan baku untuk mencegah terjadinya
pembusukan pada singkong.
2. Strategi risiko pada on farm (proses
produksi)
Proses pengolahan kripik singkong
juga mengalami beberapa risiko yang telah
dijelaskan. Untuk meminimalisir hal tersebut,
Pak Dahri mengajak anggota keluarga yang
lain dan tetangga untuk membantu
melakukan proses pengolahan kripik
singkong. Selain risiko tersebut, penggunaan
alat yang masih sederhana juga
menghambat proses produksi kripik

33
singkong. Strategi yang dilakukan Pak Dahri
yaitu membeli perlatan modern secara
bertahap.
3. Strategi risiko pada output
Risiko yang dialami pada output yaitu
semakin banyaknya pesaing dan banyaknya
produk yang sama dipasaran. Untuk
meminimalisir risiko tersebut, Pak Dahri
melakukan perbaikan kualitas produk dan
juga kemasan agar konsumen tetap loyal
terhadap produk kripik singkong UD Tajul
Anwar. Pak Dahri juga memiliki nama merk
yang unik yaitu “Tatochips” yang artinya
Tragah Tortila Chips. Merk tersebut dipilih
agar Kecamatan Tragah lebih dikenal
masyarakat luas. Selain risiko tersebut,
adapun risiko lain yaitu produk kadaluarsa
dipasaran, yang dapat diantisipasi dengan
melakukan retur produk yang kadaluarsa
dengan produk yang baru sehingga kualitas
kripik singkong tetap terjaga dengan baik
dipasaran. Namun, hal tersebut sangat

34
jarang terjadi karena produk lebih cepat
habis terjual.

35
BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
1. Identifikasi risiko pada UMKM keripik
singkong tathochips terdapat tiga faktor
risiko yaitu risiko bahan baku, risiko
pemgolahan bahan baku, serta risiko
produk. Untuk risiko yang paling
berpengaruh dalam UMKM keripik
singkok tathochip adalah risiko
pengolahan bahan baku di alat yang
digunakan masih sederhana dengang
nilai RPN 294.
2. Dalam menghadapi resiko yang ada
pada usaha UMKM keripik singkong
tatochips pemilik usaha menerapkan
strategi mitigiasi untuk mengendalikan
semua risiko tersebut.
6.2. Saran
Jika UMKM keripik singkong
tathochips ingin mengembangkan usahanya
maka alat yang digunakan dalam proses

36
produksi keripik singkong harus lebih modern
agar dalam proses produkdsi bisa lebih
efektif dan efisien.

37
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, Mamduh. 2014. Manajemen Risiko.


Tanggerang Selatan. Universitas
Terbuka
Irawan, July Prasetyo dkk., 2017. Model
Analisis dan Strategi Mitigasi Risiko
Produksi Keripik Tempe. Jurnal
Teknologi dan Manajemen
Agroindustri, Vol. 6 No 2: 88-96.
Pariyanti, Eka. 2017. Analisis Pengendalian
Risiko Pada Usaha Keripik Singkong.
Jurnal Manajemen Magister. Vol. 03
No. 01.
Puspitasari, dkk., 2017. Identifikasi Masalah
Dengan Menggunakan Metode Failure
Mode And Effect Analysis (Fmea) Dan
Risk Priority Number (Rpn) Pada Sub
Assembly Line (Studi Kasus : Pt.
Toyota Motor Manufacturing
Indonesia). Jurnal Teknik Industri, Vol.
12, No. 2: 77-84

38
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Dokumentasi

Lampiran 2 : Kuesioner
KUISIONER RISIKO BISNIS USAHA
KERIPIK SINGKONG PADA UD. TAJUL
ANWAR MENGGUNAKAN ANALISIS
FMEA (Failur Mode Effect Analysis)
Berikanlah nilai yang menurut anda
paling mewakili keadaan yang terjadi di
39
usaha keripik singkong UD. Tajul Anwar.
Nilai yang diberikan mengacu pada tabel
dibawah ini.
Tabel peringkat Severity
Tingkat
Dampak keseriusan Peringkat
dampak
Dampak
Sangat
menghentikan 10
tinggi
produksi
Dampak cukup
dapat
9
menghentikan
produksi
Tinggi
Dampak tidak
cukup
8
menghentikan
produksi
Dampak
menghambat
Sedang 7
produksi secara
signifikan

40
Dampak cukup
menghambat
6
produksi secara
signifikan
Dampak
menghambat 5
produksi
Rendah Dampak tidak
cukup
4
menghambat
produksi
Dampak
berpengaruh bagi 3
produksi
Sangat
Dapak tidak
Rendah
berpengaruh yang
2
bererarti bagi
produksi
Tidak memberikan
Tidak ada 1
dampak

Tabel Kriteria Penilaian Occurence

41
Probabilitas
kejadian
risiko Frekuensi Peringkat
Sangat
Sangat Pasti
tinggi terjadi 10
Pasti
terjadi 9
Sangat
Sering
terjadi 8
Sering
Tinggi terjadi 7
Cukup
sering
terjadi 6
Jarang
terjadi 5
Cukup
jarang
Sedang terjadi 4
Rendah Sangat 3
42
jarang
terjadi
Hampir
tidak terjadi 2
Tidak
Sangat pernah
rendah terjadi 1

Tabel Kriteria Penilaian Detection


Kemungkinan
Deteksi deteksi Peringkat
pengontrolan
Hampir
tidak dapat
tidak mendeteksi
mungkin kegagalan 10
sangat jauh
pengontrol akan
menemukan
Sangat potensi
jarang kegagalan 9
jarang
Jarang pengontrol 8

43
menemukan
potensi
kegagalan
kemungkinan
pengontrol
untuk
mendeteksi
Sangat kegagalan
Rendah sangat rendah 7
kemungkinan
pengontrol
untuk
mendeteksi
kegagalan
Rendah sedang 6
kemungkinan
pengontrol
untuk
mendeteksi
kegagalanagak
Sedang tinggi 5
Cukup kemungkinan 4

44
Tinggi pengontrol
untuk
mendeteksi
kegagalan
cukup tinggi
kemungkinan
pengontrol
untuk
mendeteksi
Tinggi kegagalan tinggi 3
kemungkinan
pengontrol
untuk
mendeteksi
Sangat kegagalan
tinggi sangat tinggi 2
kegagalan
dalam proses
tidak dapat
terjadi karena
Hampir telah dicegah
pasti melalui desain 1

45
solusi

Bagian 1 (Severity)
Risiko bahan baku (Input)
No. Resiko severity
1. Bahan baku mudah
busuk
2. Bahan baku musiman

Resiko pengolahan bahan baku


No. Resiko severity
1. Tenaga kerja kurang
2. Alat yang digunakan
masih sederhna

Resiko produk keripik singkong (Output)


No. Resiko severity

46
1. Semakin banyak
pesaing
2. Produk kadaluarsa
dipasaran

Bagian 2 (Occurrence)
Risiko bahan baku (Input)
No. Resiko Occurrence
1. Bahan baku mudah
busuk
2. Harga bahan baku
tidak menentu

Resiko pengolahan bahan baku


No. Resiko Occurrence
1. Tenaga kerja kurang
2. Alat yang digunakan
masih sederhana

Resiko produk keripik singkong (Output)


No. Resiko Occurence
47
1. Semakin banyak
pesaing
2. Produk kadaluarsa
dipasaran

Bagian 3 (Detection)
Risiko bahan baku (Input)
No. Resiko Detection
1. Bahan baku mudah
busuk
2. Harga bahan baku
tidak menentu

Resiko pengolahan bahan baku


No. Resiko Detection
1. Tenaga kerja kurang
2. Alat yang digunakan
masih sederhana

Resiko produk keripik singkong (Output)


No. Resiko Detection

48
1. Semakin banyak
pesaing
2. Produk kadaluarsa
dipasaran

Pertanyaan Gambaran Umum


1. Bagaimana asal mula terbentuknya
usaha ini ?
2. Bahan untuk membuat produk
diperoleh darimana?
3. Berapa lama keripik singkong ini
bertahan ?
4. Berapa harga produk dari keripik
singkong ini ?
5. Bagaimana kriteria singkong yang
cocok untuk dijasikan keripik
6. Berasal darimana bahan baku untuk
membuat prosuk?
7. Apakah usaha ini sudah memiliki
legalitias usaha?
8. Produk keripik singkong ini
dipasarkan dimana saja?

49
50

Anda mungkin juga menyukai