Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Termoregulasi


Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
Hari/ Tanggal : Senin, 16 September 2019
Tempat : Ruang D3
Waktu : 20 menit

1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 1x15 menit pasien dan
keluarga pasien dapat memahami tentang termogulasi.

2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit pasien dan keluarga dapat :
a. Mengetahui definisi, penyebab, tanda dan gejala, proses terjadinya demam,
penatalaksanaan dan cara mencegah terjadinya termogulasi.
b. Keluarga dapat berperan dalam melakukan perawatan terhadap anggota
keluarga yang mengalami masalah termogulasi.
c. Memperlancar sirkulasi darah.
d. Mengurangi rasa sakit.
e. Memberi rasa hangat, nyaman, dan tenang pada klien.
f. Merangsang peristaltik usus.
g. Meredakan perdarahan.
h. Meredakan inflamasi.

3. Meteri Penyuluhan
a. Pengertian termogulasi
b. Penyebab termogulasi
c. Proses terjadinya demam
d. Tanda dan gejala termogulasi
e. Penatalaksanaan termogulasi
f. Pencegahan termogulasi

4. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab

5. Media Penyuluhan
Leaflet dan lembar balik

6. Setting
Keterangan :
: Pasien atau peserta penyuluhan

: Perawat atau pemateri

: Fasilitator

: Moderator
7. Strategi penyuluhan
No Kegiatan Penyuluhan Peserta Waktu
1. Pembukaan  Mengucapkan salam  Menjawab salam 5 menit
 Memperkenalkan  Mendengarkan
diri  Memperhatikan dan
 Mengingatkan menjawab
kontrak  Mendengarkan dan
mencatat
 Menjelaskan tujuan  Mengucapkan terima
kasih dan tersenyum
 Memberikan leaflet
2. Isi  Menjelaskan  Memperhatikan, 15
pengertian demam. bertanya, diskusi menit
 Menjelaskan  Memperhatikan,
penyebab demam bertanya, diskusi
 Menjelaskan proses  Memperhatikan,
terjadinya demam bertanya, diskusi
 Menjelaskan tentang  Memperhatikan,
tanda dan gejala bertanya, diskusi
demam
 Menjelaskan  Memperhatikan,
penatalaksanaan bertanya, diskusi
demam
 Menjelaskan  Memperhatikan,
pencegahan demam bertanya, diskusi

3. Penutupan  Mengevaluasi  Mengungkapkan 5 menit


perasaan peserta perasaan setalah
setelah penyuluhan penyuluhan
 Mengajukan beberapa  Bertanya tentang materi
pertanyaan penyuluhan yang belum
paham

8. Evaluasi
a. Evaluasi proses
1) Peserta memperhatikan penjelasan perawat
2) Peserta aktif bertanya atau memberikan pendapat
3) Media dapat digunakan secara efektif
b. Evaluasi Hasil
1) Menyebutkan tentang pengertian termoregulasi dan hipertermi
2) Menyebutkan tentang penyebab hipertermi
3) Menyebutkan tentang gejala hipertermi
4) Menyebutkan penatalaksaan hipertermi
5) Menyebutkan tentang cara pencegahan hipertermi
MATERI PENYULUHAN
A. Definisi Termogulasi
Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara
konstan, termoregulasi manusia berpusat pada hipotalamus anterior. Terdapat 3
komponen atau penyusunan sistem pengaturan panas. Suhu atau termoregulasi
merupakan suatu perbedaan antara jumlah suhu yang dihasilkan oleh tubuh
dengan jumlah panas yang hilang pada lingkungan eksternal / substansi panas
dingin / permukaan kulit tubuh.
1. Hipertermia
Hipertermia atau peningkatan suhu tubuh merupakan keadaan dimana
seorang individu mengalami kenaikan suhu tubuh diatas 37o C.
2. Hipotermia
Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk
pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Dimana suhu
dalam tubuh dibawah 35 o C.

B. Klasifikasi Termoregulasi
Suhu tubuh terdiri atas beberapa klasifikasi yaitu :
1. Normal : 36,6ºc - 37,5ºc
2. Subfebris : 37ºc - 38ºc
3. Febris : 38ºc - 40ºc
4. Hipereksis : lebih dari 40ºc
5. Hipotermi : kurang dari 36ºc

C. Etiologi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam
dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit
metabolic maupun penyakit lain. (Julia, 2000). Menurut Guyton (1990) demam
dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak
atau dehidrasi. Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh
keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada
gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada
dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan
antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan
pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan
laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistik. Beberapa hal
khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama
demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lain yang menyertai demam.

D. Patofisiologi
Castillo, et al (1998) melaporkan bahwa hipertermia, 58% disebabkan
oleh infeksi, 42% disebabkan oleh nekrosis jaringan atau oleh perubahan
mekanisme termoregulasi yang terjadi jika lesi mengenai daerah anterior
hipotalamus. Terjadinya demam disebabkan oleh pelepasan zat pirogen dari
dalam lekosit yang sebelumnya telah terangsang baik oleh zat pirogen eksogen
yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi
imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi (Benneth, et al, 1996;
Gelfand, et al, 1998).
Pirogen eksogen ini juga dapat karena obat-obatan dan hormonal, misalnya
progesterone. Pirogen eksogen bekerja pada fagosit untuk menghasilkan IL-1,
suatu polipetida yang juga dikenal sebagai pirogen endogen. IL-1 mempunyai
efek luas dalam tubuh. Zat ini memasuki otak dan bekerja langsung pada area
preoptika hipotalamus. Di dalam hipotalamus zat ini merangsang pelepasan
asam arakhidonat serta mengakibatkan peningkatan sintesis PGE-2 yang
langsung dapat menyebabkan suatu pireksia atau demam (Gelfand, et al,
1998).
Penyebab demam selain infeksi ialah keadaan toksemia, adanya keganasan
atau akibat reaksi pemakaian obat (Gelfand, et al, 1998). Sedangkan gangguan
pada pusat regulasi suhu sentral dapat menyebabkan peninggian temperature
seperti yang terjadi pada heat stroke, ensefalitis, perdarahan otak, koma atau
gangguan sentral lainnya. Pada perdarahan internal saat terjadinya reabsorbsi
darah dapat pula menyebabkan peninggian temperatur (Andreoli, et al, 1993 ).
Reaksi tubuh terhadap stress pada keadaan injury akan menimbulkan
peningkatan metabolic, hemodinamik dan hormonal respons (Lukmanto,
1990). Peningkatan pengeluaran hormon katabolik (stress hormon) yang
dimaksud adalah katekolamin, glukagon dan kortisol. Ketiga hormon ini
bekerja secara sinergistik dalam proses glukoneogenesis dalam hati terutama
berasal dari asam amino yang pada akhirnya menaikkan kadar glukosa darah
(hiperglikemia). Faktor lain yang menambah pengeluaran hormon katabolik
utamanya katekolamin ialah dilepaskannya pirogen dapat merubah respon
hiperkatabolisme dan juga merangsang timbulnya panas (Ginsberg, 1998).

E. Tanda Dan Gejala


Berikut adalah tanda dan gejala dari hipertermi yaitu :
1. Peningkatan Tanda-tanda vital
2. Kulit kemerahan
3. Kulit terasa hangat
4. Dehidrasi
5. Pusing
6. Mual
7. Muntah
8. Kelemahan, keletihan dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme protein.
9. Kurang nafsu makan

F. Penatalaksanaan
Dalam penaggulangan hipertermi dapat dilakukan dengan cara.
1. Antipiretik
Antipiretik tidak diberikan secara otomatis pada setiap penderita panas
karena panas merupakan usaha pertahanan tubuh, pemberian antipiretik juga
dapat menutupi kemungkinan komplikasi. Pengobatan terutama ditujukan
terhadap penyakit penyebab panas.
2. Antipiretika
a. Pemberian parasetamol: 10 -15 mg/kg BB/ kali (dapat diberikan secara
oral atau rektal).
b. Metamizole (novalgin): 10 mg/kg BB/kali per oral atau intravenous.
Ibuprofen: 5-10 mg/kg BB/ kali, per oral atau rektal.
3. Dianjurkan untuk istirahat minimal 1 minggu dan mengurangi aktivitas
bermain.
4. Memperkuat asupan nutrisi makanan dalam porsi kecil tapi sering.
5. Dianjurkan untuk mengkomsumsi makanan yang dihaluskan seperti bubur
saring.
6. Kompres pada daerah dahi, ketiak dan lipat paha bila panas.
a. Pengertian
Kompres hangat adalah suatu metode dalam penggunaan suhu
hangat setempat yang dapat menimbulkan beberapa efek fisiologis .
Kompres hangat merupakan tindakan keperawatan dengan memberikan
kompres hangat yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan rasa
nyaman . (Kozier&Erb, 2002 Hal.402)
Kompres dingin adalah suatu metode dalam penggunaan suhu
rendah setempat yang dapat menimbulkan beberapa efek fisiologis
.Kompres dingin merupakan tindakan keperawatan dengan cara
memberikan kompres dingin basah dalam memenuhi kebutuhan rasa
nyaman . (Kozier&Erb, 2002)
b. Cara Mengompres
Alat yang perlu disiapkan :
1) Wash lap atau handuk 1
2) Kain kassa / kain biasa secukupnya
3) Air hangat atau air dingin
4) Waskom
Pelaksanaan :
1) Sebelum mengompres, sediakan baskom kecil berisi air hangat
2) Basahi handuk atau washlap dengan air hangat
3) Saat mengompres , baju di buka . Letakkan handuk di axila ( ketiak )
dan lipatan paha, bukan di dahi. Axila dan lipatan paha dilintasi
pembuluh darah besar, sehingga segera memberi sinyal ke pusat
pengatur suhu di otak untuk menurunkan demam.
4) Kompres bagian tersebut ± 10 menit. Bila handuk sudah berkurang
hangatnya, ulangi lagi dengan membasahinya dengan air hangat.
Kompres lagi sampai suhu tubuh anak menurun .
5) Selesai mengompres, seka bagian yang habis dikompres
(kemungkinan basah) dengan cara menekan-nekan kulit, jangan
digosok. Gunakan handuk kering. Kenakan kembali baju . Pilih baju
yang tipis dan longgar sehingga membantu meredakan panas melalui
proses penguapan. Tutupi dengan selimut tipis apabila kedinginan atau
menggigil.
7. Dianjurkan untuk banyak minum.
8. Menggunakan pakaian yang dapat menyerap keringat.
9. Hubungi petugas kesehatan atau fasilitas kesehatan yang terdekat.

G. Pencegahan Terhadap Hipertermia


1. Kesehatan lingkungan.
2. Penyediaan air minum yang memenuhi syarat.
3. Pembuangan kotoran manusia pada tempatnya.
4. Pemberantasan lalat.
5. Pembuangan sampah pada tempatnya.
6. Pendidikan kesehatan pada masyarakat.
7. Pemberian imunisasi lengkap kepada bayi.
8. Makan makana yang bersih dan sehat.
9. Jangan biasakan anak jajan diluar
DAFTAR PUSTAKA
Cecily. L. Betz (2002). Buku Saku Keperawatan pediatrik. Edisi 3. Jakarta :
ECG
Corwin. J. Elizabeth (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Donna L Wong (2003). Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta : EGC
Nelson (1999). Ilmu Kesehatan Anak.Edisi 14. Jakarta : EGC
Tarwoto dan Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika.
Donna. L. Wong. 2008. KeperawatanPediatrik. Jakarta : EGC.
http://weenbee.wordpress.com/2011/07/27/anak-hipertermijangan-
panik/#more-
59
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2009/12/11/pertolongan-pertama-
untuk-
hipertermi-hipertermi/
Suprajitno. 2004. AsuhanKeperawatanKeluarga. Jakarta : EGC.
https://aritw.wordpress.com/2014/02/04/laporan-pendahuluan-hipertermi/
(Diakses tanggal 10 April 2016)
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/162/jtptunimus-gdl-intandewim-8084-1-
babi.pdf (Diakses tanggal 10 April 2016)
http://serpihanilmuku.blogspot.co.id/2013/05/pathway-demam hipertermi.html
(Diakses tanggal 10 April 2016)
https://www.academia.edu/9192731/Hipertermi (Diakses tanggal 10 April
2016)

Anda mungkin juga menyukai