Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MANDIRI FILSAFAT

“JIKA AKU MENJADI SEORANG DOKTER GIGI PENDIRI


YAYASAN YATIM PIATU”

Pembimbing: Dr. Edhi Jularso, drg., MS

Disusun oleh:
Claudya Nathania

NIM:
021811133086

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018
Tugas Individu Filsafat
“Jika Aku Menjadi Dokter Gigi Pendiri Yayasan Yatim Piatu”

Ilmu filsafat merupakan suatu ilmu universal yang mengaji suatu hal secara mendalam
dengan pendekatan aktuaria. Ilmu filsafat dengan berbagai macam cabang-cabangnya
sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam menentukan kerangka
berpikir untuk menyusun rencana masa depan yang baik. Termasuk juga dalam
menentukan cita-cita dan langkah yang harus ditempuh untuk mencapainya.

Saya ingin menjadi dokter gigi yang mahir dan memiliki yayasan panti asuhan sendiri
dimasa depan. Dalam cita-cita dan harapan saya tersebut, terdapat dua objek besar ilmu
filsafat yang mendasari yakni objek material dan objek formal. ​Objek material filsafat
adalah segala sesuatu yang berwujud, yaitu segala sesuatu yang ada dan mungkin
ada, baik materi konkret, fisik, maupun yang material abstrak, psikis. Sedangkan
objek formal filsafat ilmu adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah
objek materialnya. Misalnya objeknya “manusia” yang dapat ditinjau dari berbagai
sudut pandang, di antaranya psikologi, antropologi, sosiologi, dan sebagainya.

Objek material dalam kajian ini ialah cita-cita saya menjadi dokter gigi yang mahir dan
memiliki panti asuhan. Sedangkan objek formalnya ialah sudut pandang yang dilihat dari
segi psikologi, sosiologi, ekonomi, dan lain sebagainya.

Secara logika deduktif, apabila saya dapat melewati segala proses pembelajaran dalam
perkuliahan dengan baik, tentu saya akan menjadi dokter gigi yang baik di kemudian hari
dan berpotensi besar untuk menjadi sukses, kemudian dapat mendirikan panti asuhan yang
saya impikan. Secara logika induktif, jika saya dapat menjadi dokter gigi yang mahir dan
memiliki yayasan panti asuhan, tentu saya akan dapat menolong banyak jiwa.

Secara ontologi, profesi dokter gigi memang merupakan salah satu profesi yang banyak
diminati karena profesi ini memiliki seni tersendiri dan keuntungan tersendiri dalam
pekerjaannya.

Dilihat dari segi ilmu etika dalam cabang aksiologis, profesi dokter gigi merupakan profesi
yang menjunjung tinggi etika hukum maupun etika moral dalam praktiknya. Sehingga segala
tindakan yang dilakukan tidak bisa sembarangan, melainkan harus berlandaskan pada etika
moral dan hukum yang berlaku. Misalnya nilai-nilai kesopanan dalam praktik medis.

Secara epistemologis, ilmu pengetahuan biologi merupakan cabang ilmu yang paling
mendominasi ilmu kedokteran gigi. Selain itu terdapat juga cabang ilmu fisika dan ilmu
kimia. Sedangkan jika dilihat dari sisi ilmu estetika dalam kajian aksiologis, praktik ilmu
kedokteran gigi diperlukan untuk memperbaiki maupun merawat estetika gigi.

Metode kerangka berpikir dengan pendekatan ilmu filsafat juga dapat dilihat dari beberapa
segi. Dilihat dari segi sosial, menjadi seorang dokter gigi tentu secara langsung akan
berhubungan langsung dengan orang lain. Dokter gigi merupakan profesi mulia untuk
menolong banyak jiwa. Dokter gigi juga memiliki status sosial yang cukup tinggi yang akan
terus dilihat oleh masyarakat sebagai patron. Maka seorang dokter gigi harus berkelakuan
baik dan menjadi contoh yang baik. Sedangkan dalam membangun panti asuhan, dilihat dari
segi sosial tentu hal ini akan menyelamatkan banyak anak-anak yang kehilangan orang
tuanya maupun masalah lain yang mengganggu kehiupan mereka.

Dilihat dari segi ekonomi, profesi dokter gigi merupakan profesi yang membutuhkan biaya
yang cukup besar baik untuk menempuh pendidikannya maupun pada saat ingin melakukan
praktik setelah lulus. Sehingga dibutuhkan persiapan biaya sejak awal untuk menempuh
pendidikan sebagai dokter gigi karena alat-alat yang digunakan berharga cukup tinggi.
Demikian pula dalam mendirikan panti asuhan, dibutuhkan biaya yang cukup banyak untuk
membangun gedung dan bukan hanya itu, untuk mendapatkan legalisasi dari pemerintah.
Namun dalam praktiknya, dokter gigi juga secara otomatis akan mendapat imbalan yang
cukup besar untuk jasanya. Sehingga hasilnya dapat dikumpulkan dan digunakan untuk
pembangunan panti nantinya.

Dilihat dari segi psikologi, untuk menempuh pendidikan dokter gigi dan bekerja sebagai
dokter gigi, saya harus memiliki psikis yang baik dan sehat sebab saya pun harus
menghadapi pasien yang berbeda-beda kondisi psikologisnya. Dan saya pun harus mengerti
kondisi tersebut dan tidak boleh membuat kondisi psikologis mereka merasa takut maupun
tertekan. Saya harus benar-benar mengerti dan memahami setiap pasien. Begitu pula
dengan kondisi anak-anak panti asuhan yang akan saya dirikan. Tentu mereka perlu
perhatian lebih lagi karena anak-anak dengan masalah sosial rentan untuk mengalami
tekanan mental.

Dilihat dari segi pengabdian masyarakat, profesi dokter gigi tentu merupakan profesi yang
sangat mengutamakan jiwa pelayanan dan pengabdian dalam masyarakat. Karena profesi
ini berhubungan langsung dengan masyarakat dan motivasi utama yang harus saya bangun
tentulah pengabdian untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat. Begitu pula dengan
membangun sebuah yayasan panti asuhan. Dibutuhkan jiwa yang tulus melayani dan tanpa
pamrih untuk membantu masyarakat banyak.

Dilihat dari segi hukum, untuk menjadi seorang dokter gigi yang baik saya perlu untuk
mematuhi ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku bagi seorang dokter gigi termasuk
didalamnya etika hukum dan legalitas dalam praktik. Juga dalam mendirikan sebuah
yayasan panti asuhan tentu memerlukan surat-surat dan aturan hukum yang resmi agar
dapat diakui oleh negara demi kenyamanan bersama.

Apabila semua dapat berjalan dengan kesinambungan, tentu kedua impian saya dapat
terlaksana dan terwujud dengan baik.

Claudya Nathania
021811133086
Fakultas kedokteran gigi

Anda mungkin juga menyukai