Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Eksklusivisme adalah salah satu cara pandang suatu agama terhadap agama-agama yang berbeda
dari agama tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata "eksklusivisme"
berarti paham yg mempunyai kecenderungan untuk memisahkan diri dr masyarakat. Pendekatan
eksklusivisme merupakan salah satu pendekatan di dalam studi teologi agama.

Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang masyarakatnya terdiri dari berbagai suku dan
agama. Di Indonesia,terdapat 6 agama yang diakui. Kemajukan tersebut menjadikan masyarakat
Indonesia harus bersikap kritis dalam menjaga persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia. Sejak
Indonesia merdeka pada tahun 1945, para pendiri Bangsa Indonesia telah berusaha keras dalam
menciptakan suasana yang aman, nyaman, adil, dan beradab melalui dasar negara Indonesia
yaitu Pancasila dan diatur dalam UUD 1945.

Namun,kenyataan yang terjadi di Indonesia adalah banyak anggota masyarakat yang tidak
menyadari arti dasar Negara Indonesia dalam kehidupan antar umat beragama. Masih sering
ditemukannya adanya sikap eksklusivisme pada masyarakat Indonesia. Timbulnya sikap
eksklusivisme di Indonesia dapat kita lihat dari sebagian masyarakat Indonesia yang
menganggap agamanya yang paling benar atau mayoritas sehingga beranggapan bahwa
merekalah yang menjadi penentu keputusan Negara Indonesia. Ada juga penganut agama tertentu
yang secara terang-terangan menganggap agama lain sebagai golongan kafir yang perlu
ditobatkan.

1. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Eksklusivisme

2. Risnawati Sinulingga,dkk, Buku Ajar Agama Kristen Protestan Edisi 2, (Medan; USU Press 2019), Cet.1, hlm. 121

3. http://adekkutamsyur.blogspot.com/2016/02/semester-vi-tugas-presentase.html?m=1
Bahkan, terjadi pengeboman oleh kelompok radikal dari agama tertentu terhadap gedung ibadah
agama lain di Indonesia karena mereka menganggap hal tersebut merupakan kehendak yang
ilahi, yang patut dikerjakan untuk mendapatkan upah di dunia akhirat kelak.

Permasalahan diatas menjadi ancaman bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal tersebut
mengancam kesatuan dan persatuan Indonesia bahkan merusak kerukunan antar umat beragama
di Indonesia. Pergumulan dan tanggung jawab umat Kristen di Indonesia adalah menjalankan
ajaran agama Kristen tetapi juga menghadirkan kasih bagi seluruh umat beragama di Indonesia.
Tindakan ini dilakukan untuk menjaga dan melestarikan kerukunan antar umat beragama di
Indonesia.

Dalam hal ini, etika kristen yang mengutamakan kasih dalam kehidupan umatnya tidak dapat
diabaikan, khususnya dalam sikap eksklusivisme dan ancaman terhadap NKRI untuk mendukung
dan menjaga kesatuan dan persatuan negara Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu eksklusivisme dan apa saja sikap eksklusivisme yang terjadi di kehidupan
masyarakat?

3. Apa ancaman sikap eksklusivisme terhadap NKRI?

4. Apa dampak positif dan dampak negatif dari sikap eksklusivisme?

5. Bagaimana tinjauan etis Kristen mengenai sikap eksklusivisme?

6. Apa kesimpulan dan saran yang didapat dari hal tersebut?


II. RANGKUMAN ARTIKEL
[4]
Eksklusivisme adalah paham yang mempunyai kecenderungan untuk memisahkan diri dari
masyarakat. Ciri-ciri orang yang menganut eksklusivisme, yaitu mengutamakan kepentingan
pribadi dan memiliki kecenderungan untuk memisahkan diri dengan sikap khusus yang
disepakati dalam kelompok.

Eksklusivisme dapat memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif eksklusivisme, yaitu
masyarakat dapat tetap mempertahankan kebudayaan kelompoknya karena menganggap
kelompoknya yang paling baik dan wajib dipertahankan, mampu membedakan dirinya dengan
orang lain, serta tidak mudah terbawa oleh kelompok lain sedangkan dampak negatif yang
ditimbulkan dari eksklusivisme, yaitu membuat seseorang menganggap kepentingan kelompok
sendiri menjadi satu-satunya hal yang penting, tertutup pada pengaruh budaya lain sehingga
sangat sulit melakukan berbagai perubahan yang bersifat progresif, serta dapat memecah belah
persatuan. (berita 1,2,3,7,8,12)

[5]
Eksklusivisme berhubungan dengan Dimensi Sikap yaitu yang sering memunculkan sikap atau
perilaku yang berbeda. Contoh eksklusivisme dalam masyarakat adalah seorang anak murid
yang pintar hanya mau berteman dengan seorang anak murid yang mempunyai latar belakang
yang sama dengan dirinya.

Secara sosiologis eksklusivisme mempunyai sisi positif yaitu masyarakat dapat tetap
mempertahankan kebudayaan kelompoknya karena mereka menggangap kebudayaannya paling
baik dan wajid dipertahankan. Sedangkan sisi negatifnya mereka sangat tertutup pada pengaruh
budaya lain sehingga sangat sulit melakukan berbagai perubahan yang bersifat progresif. (berita
5,15,27)

[4] Redaksi, “eksklusivisme dalam kehidupan sosial modern”,


(https://www.kompasiana.com/reynaldotrikadibusana6789/5b967bc4bde575667141afc7/eksklusivisme-dalam-kehidupan-
kelompok-sosial-modern
Selain dari sisi sosiologis adapun dampak positifnya yaitu identitas sosial dan budaya dapat
terpelihara, dapat mempertahankan kelompoknya agar tidak dipengaruhi oleh pengaruh luar
yang dianggap berbahaya, sedangkan dampak negatifnya membuat seseorang menggangap
kepentingan kelompok sendiri menjadi satu-satunya hal yang penting.

Dari salah satu artikel menyatakan bahwa [6]Setara Institute merilis temuannya dalam studi
kasus gerakan ekslusivisme agama di 10 perguruan tinggi negeri (PTN) yang ada di Indonesia.
Hasilnya, ada tiga kesimpulan dan temuan utama. Pertama, gerakan eksklusivisme agama di
kampus mengancam keberagaman.

"Di berbagai kampus negeri area riset, masih berkembang wacana dan gerakan keagamaan
eksklusif yang tidak hanya digencarkan oleh satu kelompok tertentu, tapi beberapa kelompok,"
kata Direktur Riset Setara Institute Halili dalam jumpa pers di Hotel Ibis Tamarin, Jakarta Pusat,
Jumat (31/5).

Kondisi eksklusivisme agama di kampus dikhawatirkan menjadi ancaman bagi demokrasi.


Apalagi di tengah situasi politik yang memanas. Indoktrinasi terus diproduksi di tengah kampus.

Kesimpulan kedua, pembubaran HTI oleh pemerintah pada kenyataannya tidak mengurangi
eksklusivitas gerakan mereka di perguruan tinggi. "Pembubaran HTI hanya menghilangkan
struktur organisasi di permukaan, tapi wacana eksklusif masih terus berkembang," beber Halili.

[5] Redaksi, “eksklusivisme yang terjadi pada masyarakat”,


(https://www.kompasiana.com/melisa70479/5b8f03f843322f41273d6fc3/eksklusivisme-yang-terjadi-pada-masyarakat)

[6] Redaksi, “riset setara institue soal gerakan eksklusivisme agama di 10 perguruan tinggi negeri”,
(https://www.merdeka.com/peristiwa/riset-setara-institute-soal-gerakan-eksklusivisme-agama-di-10-perguruan-tinggi-
negeri.html)

Selain itu, dari artikel yang sudah kami tinjau dan diskusikan, terdapat banyak dampak negatif
dari sikap eksklusivisme yang mengancam kesatuan NKRI baik dari intoleransi umat beragama,
[7] seperti yang terjadi di Dusun Karet, Pleret, Bantul, Yogyakarta. Seorang warga yang
beragama katolik bernama Slamet Jumiarto yang tak diizinkan warga Karet menetap di dusun
itu karena tak memeluk Islam.(berita 16,18,19)

Selain itu,intoleransi umat beragama yang dipicu oleh sikap eksklusivisme juga dapat kita lihat
dari tindakan pengeboman gereja yang dilakukan oleh sekelompok umat yang mengaku
melakukan hal tersebut guna mendapat upah di akhirat kelak.sangat banyak kejadian
pengeboman rumah ibadah terjadi di Indonesia .aksi pengeboman bunuh diri pun tak luput dari
damppak negatif sikap eksklusivisme . [8]Publik bertanya mengapa seseorang bisa berubah
menjadi monster yang siap membunuhi orang lain.

Sebuah pertanyaan yang keliru, sebab bahkan para teroris itu sangat siap membunuh dirinya
sendiri. Aksi teror di tiga gereja di Surabaya disebut sebagai aksi teror pertama oleh anggota
keluarga, sekaligus melibatkan perempuan dan anak-anak. Publik kaget mengapa seorang ibu
mengajak anak-anaknya untuk mati atas nama agama. Akibat dari pengajaran yang salah, dan
sikap eksklusivisme yang melekat pada pola pikir para teroris .(berita 17,20,22,23,24,25)

[7] Redaksi, “diusir dari desa karena agama, bagaimana mencegah toleransi di tingkat warga?”, (

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-47801818)

[8] Redaksi, “eksklusivisme beragama,satu langkah menuju aksi teror” ( https://news.detik.com/kolom/d-


4027290/eksklusivisme-beragama-satu-langkah-mendukung-aksi-teror

III. TINJAUAN ETIS KRISTEN

Seperti yang kita ketahui eksklusivisme adalah paham yang mempunyai kecenderungan untuk
memisahkan diri dari masyarakat. Ciri-ciri orang yang menganut eksklusivisme ini, yaitu
mengutamakan kepentingan pribadi dan memiliki kecenderungan untuk memisahkan diri
dengan sikap khusus yang disepakati dalam kelompok.

Eksklusivisme, membuat seseorang menganggap kepentingan kelompok sendiri menjadi satu-


satunya hal yang penting, tertutup pada pengaruh budaya lain sehingga sangat sulit melakukan
perubahan yang bersifat progresif, serta dapat memecah belah persatuan.

Beberapa contoh kasus masyarakat yang menganut konsep eksklusivisme dan biasa ditemui
dalam kehidupan sehari-hari dimana terdapat satu kelompok yang terdiri dari orang-orang yang
hanya mau berteman dengan orang yang dianggap kaya, keren, orang yang memiliki status
sosial yang tinggi, ataupun orang yang seagama dengannya.

Faktor-faktor yang menyebabkan eksklusivisme adalah faktor kecemburuan sosial, perbedaan


status dan peran sosial, merasa kelompok sendiri adalah kelompok yang paling baik.

Hal di atas sangatlah bertolak belakang dengan kehendak Tuhan yang tertulis dalam alkitab
dalam Yakobus 2: 1. Dalam nats tersebut Tuhan mengatakan dengan jelas bahwa kita tidak
boleh membeda bedakan orang. Karena di mata Tuhan kita semua adalah sama.

[9]Redaksi, “pandangan alkitab toleransi”, (https://www.jw.org/id/publikasi/majalah/g201508/kata-alkitab-tentang-toleransi/)

[10]Redaksi, “pandangan alkitab toleransi,anak anak” ( https://www.jw.org/id/publikasi/majalah/g201508/kata-alkitab-tentang-


toleransi/)

Yang membedakan kita adalah kebaikan dan perbuatan yang kita lakukan selama hidup kita.
Dalam Yak 2: 8 juga menyebutkan bahwa kita harus mengasihi sesama kita manusia tanpa
membeda bedakan dari segi apapun.

Yesus mengasihi kita manusia berdosa untuk itu kita juga harus mengasihi sesama kita manusia
seperti tertulis dalam 1 Petrus 4:8 : “Tetapi yang terutama : kasihilah sungguh-sungguh seorang
akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.” Ayat ini mencerminkan sikap Kristiani
yaitu kasih. Ayat ini menjadi pedoman bagi umat Kristiani dalam berbaur di kehidupan
bermasyarakat.

Dalam Roma 12:2 juga tertulis “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi
berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak
Allah : apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Rasul Paulus
menuliskan kitab tersebut dan menerapkan hal tersebut. Misalnya, ada beberapa orang Kristen
Yahudi memisahkan diri dari orang Kristen non-Yahudi. Walaupun Paulus juga orang Yahudi, tapi
dia dengan tegas dan ramah menegur mereka.

Kemudian dalam Kisah Para Rasul 10 : 34 tertulis “Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa
Allah tidak membedakan orang”. Dari nats ini kita mengerti bahwa Allah tidak membeda
bedakan manusia baik dari segi fisik, segi derajat, ataupun yang lainnya.

Dalam Yohanes 4 : 9 tertulis : “Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya : masakan
Engkau, seorang Yahudi minta minum kepadaku, seorang Samaria? (Sebab orang Yahudi tidak
bergaul dengan orang Samaria)”. Selama pelayanannya, Yesus Kristus melihat ada banyak orang
yang tidak toleran. Para wanita dianggap lebih rendah daripada pria. Pemimpin agama Yahudi
juga menghina rakyat jelata.

Berbeda dengan yang tertulis dalam Lukas 15 : 2 yaitu “Ia menerima orang-orang berdosa dan
makan bersama-sama dengan mereka”. Ayat ini menegaskan bahwa Yesus sangat berbeda.
Yesus sifatnya baik, sabar, dan juga toleran. Karena Ia datang bukan untuk menghakimi
melainkan untuk menyembuhkan mereka secara rohani.
Dari nats-nats alkitab di atas, kita bisa mengetahui bahwa kita diajarkan untuk menghargai
semua manusia dan saling mengasihi. Walaupun terdapat banyak perbedaan di antara setiap
manusia, bahkan agama sekalipun, itu tidak bisa menjadi tembok penghalang untuk saling
mengasihi dan menghargai antar sesama manusia.

TINJUAN TERHADAP UNDANG UNDANG


Pendekatan eksklusivisme merupakan salah satu pendekatan di dalam studi teologi agama-
agama. Contoh, Pendekatan eksklusivisme menyatakan bahwa agama Kristen merupakan satu-
satunya jalan keselamatan.. meskipun sudut pandang setiap agama terhadap agama lain berbeda
namun kita harus menggunakan dasar hukum dalam UUD, pasal 29 ayat 1 UUD 1945
Kita memiliki Tuhan yang sama, namun yang membedakan adalah cara beribadah sesuai dengan
kitab Suci masing-masing agama.

Setiap orang dilarang dengan sengaja di muka umum menceritakan, menganjurkan atau
mengusahakan dukungan umum, untuk melakukan penafsiran tentang sesuatu agama yang dianut
di Indonesia atau melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan-kegiatan
keagamaan dari agama itu, penafsiran dan kegiatan mana menyimpang dari pokok-pokok agama
itu.

Undang undang no 1/pnps/1965 tentang pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan


agama

Masalah penodaan agama ketika berhadapan dengan hukum akan kembali ke masalah mayoritas
vs minoritas. UU PNPS Nomor 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau
Penodaan Agama kembali menjadi ujung tombak. Tombak dan pisau yang tajam untuk
menghukum yang dianggap bersalah dan menodai agama tertentu.

UU PNPS No.1 Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama
acap kali dipergunakan secara emosional. Sebagaimana kita ketahui bahwa para penganut agama
memang dididik untuk fanatik menjaga agamanya. Sehingga sifat pembelaan agama yang
berlebihan justru akan menimbulkan efek yang sulit diduga. Memiliki resiko yang luar biasa.

Adapun Bunyi dari Undang undang no 1/pnps/1965 tentang pencegahan penyalahgunaan


dan/atau penodaan agama :

 Pasal 1 : “Setiap orang dilarang dengan sengaja di muka umum menceritakan,


menganjurkan dan mengusahakan dukungan umum, untuk melakukan penafsiran tentang
sesuatu agama yang dianut di Indonesia atau melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan
yang menyerupai kegiatan-kegiatan keagamaan dari pokok-pokok ajaran agama itu. “
 Pasal 156a: “ Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 5 tahun barang
siapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan
perbuatan:
a. yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan
terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia;
b. dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama apapun juga, yang
bersendikan Ketuhanan Yang Maha Esa”

KESIMPULAN & SARAN

Kesimpulan

Dari seluruh ulasan di atas,dapat disimpulkan bahwa eksklusivisme adalah paham yang
menganggap dirinya atau agama yang dianutnya berbeda dari agama lain atau bisa dikatakan
menganggap dirinya benar. Paham eksklusivisme memiliki dampak positif dan negatif. Dampak
negative dari eksklusivisme dapat kita rasakan karena dampaknya sudah terjadi di masyarakat.
Dan banyak terjadi perpecahan di NKRI akibat dari dampak negatif eksklusivisme, yang jelas
merupakan ancaman bagi kesatuan NKRI. Sikap masyarakat yang menjadi intoleransi terhadap
masyarakat yang berbeda dengannya adalah sikap yang terjadi di masyarakat.

Dari artikel-artikel di atas, dapat kita lihat berbagai contoh eksklusivisme yang terjadi di
Indonesia bahkan dunia. Mulai dari duduk di angkutan umum harus seagama,lalu seorang
bupati ditolak karna beda agama, dan masih banyak lagi. Perpecahan demi perpecahan dapat
kita lihat dari artikel-artikel tersebut. Banyak masyarakat menganggap dirinya benar karena
mereka mayoritas di negeri ini. Banyak yang beranggapan bahwa merekalah penguasa dan
merekalah penentu keputusan di negeri ini.

Sebagai anak-anak Allah marilah kita meninjau secara kritis tentang paham eksklusivisme ini.
Dalam Yakobus 1:2 Tuhan mengingatkan untuk tidak membeda-bedakan orang. Karena di Mata
Tuhan kita semua sama. Bapa saja tidak membeda-membedakan setiap orang,mengapa kita
orang berdosa membeda-bedakannya?. Artinya, janganlah kita menganggap diri kita yang
benar,mereka berbeda dengan kita, janganlah muncul paham eksklusivisme di dalam diri kita.

SARAN

Indonesia sebagai negara kesatuan, seharusnya dapat menjaga agar perbedaan tidak menjadi
sebab dari perpecahan. Terlebih Indonesia memiliki Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara
yang menekankan pada persatuan. Sebaiknya, sikap eksklusivisme tidak ditonjolkan pada
kehidupan pribadi rakyat Indonesia, tetapi tetap mengikuti landasan hidup rakyat Indonesia,
Pancasila. Terutama bagi umat kristen, untuk melandasi sikap dan tindakan kehidupan kita
sesuai dengan pedoman kehidupan kita, yaitu alkitab, dan teladan kita yaitu Tuhan Yesus
Kristus.
Oleh karena itu untuk negara, sebaiknya lebih memperhatikan seluruh perbedaan dan mencari
cara agar perbedaan itu bukan menjadi kelemahan,tetapi menjadi kelebihan sehingga tidak
terbentuk kelompok-kelompok yang memandang bahwa merekalah yang paling benar dan
istimewa. Tindakan ini menuntut agar warga negara selalu aktif menjaga persatuan dan
kesatuan mengingat banyaknya perbedaan ras, agama, suku dan sebagainya. Dan sebaiknya
negara memberi tindakan hukum yang tegas bagi pihak yang mengancam kesatuan NKRI baik
dalam sikap eksklusivisme yang diumbar-umbarkan maupun tindakan intoleransi lainnya.

Untuk masyarakat, sebaiknya masyarakat memiliki kesadaran dimulai dari diri masing-masing
untuk menghilangkan pandangan eksklusivisme. Seperti tidak menganggap bahwa golongan
atau kelompoknya yang paling benar dan istimewa. Dan untuk selalu menjaga dan menanamkan
sikap toleransi dalam perbedaan, karena Indonesia merupakan negara dengan keberagaman
yang majemuk.

Untuk gereja, sebaiknya menuntun umat kristen dengan teladan Tuhan Yesus yang tidak
membeda bedakan manusia, dan rela menjadi manusia untuk menebus dosa semua yang
percaya kepadanya, dan juga melihat banyaknya pandangan-pandangan baru yang lahir
sebaiknya tidak menimbulkan adanya anggapan bahwa pandangannyalah yang paling benar
sehingga menyatakan argumen yang dapat menimbulkan perpecahan. Dan diharapkan agar
gereja dapat merangkul seluruh jemaat agar membangun kesadaran untuk mengatasi
eksklusivisme.

Untuk mahasiswa, sebaiknya mahasiswa yang umumnya telah mempelajari tentang konsep
persatuan tidak terlibet terhadap asutan atau ajakan yang bersifat eksklusivisme, dan lebih
dapat menyaring dahulu berbagai pendapat yang beredar terlebih pendapat yang menimbulkan
perpecahan. Namun, sebelum memulai hal-hal tersebut ada baiknya bila mahasiswa memulai
dari dirinya sendiri seperti lebih menekankan toleransi dan menghargai setiap pendapat yang
disampaikan kepadanya dan tidak menganggap pendapat yang dilontarkannya adalah yang
paling benar.

Anda mungkin juga menyukai