Anda di halaman 1dari 2

DAMPAK GERAKAN RADIKALISME

TERHADAP BANGSA DAN NEGARA

Latar Belakang

Radikalisme merepotkan karena:

 Mewarnai/mengganti ideologi negara yang mapan dgn ideologi kelompok tersebut, tanpa
mempertimbangkan kepentingan ideologi kelompok lain
 Membawa instabilitas/keresahan sosial : militan, keras, cenderung anarkis, tidak mau
kompromi
 Dampak dari radikalisme dapat mengancam eksistensi kedudukan para elit penguasa

Radikalisme Agama

 Radikal (bhs Inggris): ekstrim, menyeluruh, fanatik, revolusioner, ultra dan fundamental
 Radicalism: doktrin/praktek penganut paham radikal atau paham ekstrim
 Sebagian kelompok gerakan radikal keagamaan hanya terbatas pada pemikiran dan
ideologi, karena itu pengertian gerakan radikalisme keagamaan tidak selalu ditandai
dengan anarkisme/terorisme
 Di Indonesia, radikalisme sering merujuk pada kelompok beragama Islam, karena
ideologi jihad dalam Islam dapat mendorong radikalisasi kelompok-kelompok Islam
Fanatik
 Keberadaan radikalisme berkembang secara trans nasional dan trans religion di berbagai
negara dan dialami semua agama
 Gerakan radikal sering menggunakan simbol-simbol agama dengan dalih pemurnian atau
purifikasi ajaran agama
 Gerakan radikalisme di Indonesia terutama dilakukan oleh kelompok Islam garis keras
dan melakukan gerakan bawah tanah yang diduga menganut faham Salafi Jihadis (Al
Jamaah al Islamiyah, Tanzhim al Qaedah, NII & faksi-faksinya)
 Ciri-ciri kelompok radikal:
1. memperjuangkan Islam secara kaffah, dimana syariat Islam sebagai hukum negara
2. mendasarkan praktek keagamaannya pada orientasi masa lalu (salafy)
3. cenderung memusuhi Barat, terutama terhadap sekularisasi dan modernisasi
4. perlawanan terhadap liberalisme Islam yang tengah berkembang di Indonesia

Kajian Kasus Gerakan

Keagamaan Radikal

Penelitian Badan Litbang dan Diklat: Penelitian Tentang Perkembangan Paham Keagamaan
Transnasional di Indonesia Tahun 2010. Gerakan keagamaan transnasional dimaksud: Salafi,
Syi’ah, Jama’ah Tabligh, Ikhwanul Muslimin (IM) dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Penelitian
ini juga mengcover gerakan di luar Islam termasuk Gereja Pantekosta di Indonesia, Buddha
Meitreya dan Buddha Soka Ghakai di Indonesia

Penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan pendekatan kualitatif

Kajian Kasus Gerakan Keagamaan Radikal

Kesimpulan dari penelitian tsb:


1. Secara intelektual seluruh gerakan keagamaan ini memang memiliki jaringan intelektual
dengan berbagai lembaga pendidikan dan ormas keagamaan di luar negeri, baik secara
langsung maupun tidak langsung
2. Jaringan kegiatan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk tukar menukar tenaga edukatif,
atau menyusun program kegiatan yang setara atau mirip di seluruh Indonesia dan di luar
negeri
3. Pendanaan gerakan keagamaan transnasional kurang terdeteksi dari hasil penelitian ini.
Namun demikian ada indikasi kuat, bahwa setidaknya pada awalnya mereka mendapat
bantuan luar negeri
4. Jaringan kerja kelembagaan yang terdapat dalam gerakan keagamaan transnasional itu
tidak sama di antara satu gerakan dengan yang lain
5. “Sebagian” Keberadaan gerakan keagamaan transnasional di Indonesia secara agama,
politik dan ekonomi tidaklah membahayakan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI)

Saran dari penelitian tsb:

1. Organisasi keagamaan lokal Indonesia, tidak perlu khawatir akan keberadaan mereka di
Indonesia. Kemenag (Dirjen Bimas Agama) dapat memfasilitasi pertemuan antara
gerakan keagamaan transnasional dengan organisasi keagamaan sehingga ada
kesepahaman di antara mereka dalam pembinaan keagamaan
2. Hendaknya Kemenag dapat melacak sumber-sumber dana internasional bagi gerakan
keagamaan transnasional ini, karena hal ini dapat menimbukan masalah hubungan
antarumat beragama di Indonesia
3. Kekhawatiran tentang pengambilalihan berbagai rumah ibadah yang dibangun oleh umat
organisasi keagamaan mapan oleh simpatisan gerakan keagamaan transnasional tidak
perlu terjadi. Kemenag perlu memfasilitasi pertemuan sehingga ada kesepahaman dan
membangun jaringan kerja kelembagaan dan kegiatan utk memakmurkan rumah ibadah
yang sudah dibangun
4. Keberadaan GPdI, GBI, Buddha Maitrya dan Buddha Soka Ghakai secara politik tidak
perlu dikhawatirkan juga karena mereka itu minoritas, namun hak-haknya sebagai warga
negara tetap diperhatikan

Kemenag perlu merumuskan langkah strategis dalam upaya mengantisipasi merebaknya gerakan
radikalisme melalui pendekatan pranata sebagai berikut:

1. Institusi Pendidikan: target yang paling rentan terhadap infiltrasi berbagai gerakan
radikalisme agama, mengingat peserta didik merupakan sasaran yang sangat empuk dari
aspek sosial psikologis
2. Lembaga Keagamaan: terutama tempat ibadah, khususnya masjid dan musholla yang
berada di lingkungan kampus / pemukiman, mengingat sifat tempat ibadah yang terbuka
untuk umum dan biasanya sifat mangemennya. Hasil riset UIN Jakarta tahun 2009,
sebagian besar tamir Masjid di Jakarta adalah bagian dari mainstream Islam, kaum Sunni,
yang merupakan pendukung utama Pancasila/NKRI
3. Masyarakat: Fenomena kasus pencucian otak oleh gerakan radikalisme agama terhadap
salah satu anggota keluarga bisa “meradikalkan” seluruh anggota keluarga, Maka sangat
penting upaya peningkatan ketahanan keluarga terhadap infiltrasi gerakan radikalisme
agama : “Indonesia strong from home”

Penutup

Gerakan radikalisme agama nyata eksistensinya, dalam beberapa hal dapat mengganggu
stabilitas nasional dan NKRI, maka diperlukan kebijakan yang tegas dari pemerintah

Fenomena radikalisme sebaiknya disikapi sebagai wake up call yang menyadarkan seluruh
komponen bangsa untuk melakukan konsolidasi diri dengan usaha-usaha early warning system,
pembinaan umat yang lebih efektif serta kerjasama kebangsaan yang lebih kokoh.

Anda mungkin juga menyukai