5.1 Suatu reaksi disebut sebagai reaksi sederhana bila persamaan stokiometrinya
menggambarkan apa yang sebenarnya berlangsung. Jadi, dalam hal reaksi
H2 + Br = HBr + H
dimana satu molekul H2 bertumbukan denga satu atom Br, dan terjadi pertukaran
“partner” dengan pembentukan HBr dan H, maka reaksi tersebut adalah reaksi
sederhana.
Bagi reaksi sederhana, teori reaksi kimia menunjukkan bahwa persamaan lajunya
berupa pemfaktoran dari konsentrasi pereaksi. Jadi, dalam hal reaksi
H2 + Br = HBr + H
persamaan lajunya diberikan oleh
r k H 2 Br
Demikian pula, bagi dissosiasi spontan seperti
Br2 = 2Br
persamaan lajunya diberikan oleh
r = k[Br2]
Suatu reaksi kimia disebut sebagai reaksi rumit atau kompleks bila reaksi
tersebut tersusun atas beberapa reaksi sederhana. Karena itu, pada umumnya
persamaan laju reaksi rumit tidak dapat diturunkan dari persamaan
stoikiometrinya. Sebagai contoh adalah reaksi-reaksi H2 + Cl2, CO + Cl2, dan
sebagainya, dalam contoh di atas.
Tetapi, sebaliknya tak selalu berlaku. Artinya, bila persamaan laju mengikuti
persamaan stokiometrinya, reaksi tersebut belum tentu reaksi sederhana. Sebagai
contoh adalah H2 + I2, yang persamaan lajunya berupa pemfaktoran kedua
konsentrasi, tetapi penelitian terakhir menunjukkannya bukan suatu reaksi
sederhana.
48
Untuk membedakan suatu persamaan reaksi sederhana dari suatu persamaan
stokiometri reaksi rumit, bagireaksi sederhana digunakan tanda panah. Jadi
H2 +Br HBr + H
5.2 Terdapat berbagai cara untuk menyusun reaksi-reaksi sederhana menjadi suatu
reaksi rumit. Untuk itu secara sederhana terdapat tiga macam susunan, yaitu :
a. Suatu reaksi paralel
b. Susunan reaksi berurutan/ konsekutif
c. Susunan reaksi berlawanan
Suatu susunan reaksi disebut sebagai parallel bila satu pereaksi secara bersamaan
dapat mengalami dua atau lebih reaksi yang berbeda, dengan produk yang berbeda
pula. Dengan begitu maka bagi susunan
A + B
k
P1 + …
1
A + C
k
P2 + …
2
k1 B k2 C A
Suatu susunan reaksi disebut sebagai berurutan bila salah satu produk dari reaksi
pertama mengalami reaksi lebih lanjut pada reaksi kedua. Sebagai contoh adalah
dua reaksi pertama pada mekanisme dissosiasi etana, dengan kehadiran oksida
nitrogen :
C2H6 + NO
k
C2H5 + HNO 1
C2H5
k
H + C2H4
2
Disini C2H5 disebut zat antara, karena tidak terdapat dalam produk reaksi maupun
dalam pereaksi. Laju pembentukan C2H5 diberikan oleh
d C2 H 5
k1 C2 H 6 NO k2 C2 H 5
dt
Karena konsentrasinya tak dapat diamati, konsentrasi zat antara tidak akan
tersdapat dalam persamaan laju reaksi rumit bersangkutan.
49
Suatu susunan reaksi disebut berlawanan bila produk-produk reaksinya dapat
bereaksi kembali menghasilkan reaksi awal. Sebagai contoh adalah satu bagian
dari mekanisma pembentukan HBr dari hidrogen dan brom :
Br + H2
k1
HBr + H
H + HBr
k 2
H2 + Br
Ini bukan suatu reaksi keserimbangan, karena lajunya tak harus sama pada kedua
arah.
Penyusunan persamaan laju berdasar mekanisma.
Suatu mekanisma yang berupa reaksi berurutan akan memiliki suatu zat antara.
Pada awal reaksi, konsentrasi zat antara ini nol yang kemudian bertambah; pada
saat yang sama zat ini mengalami reaksi pula, yang mengurangi konsentrasinya.
Bila laju pembentukan suatu saat seimbang dengan laju pengurangannya,
konsentrasinya akan kira-kira tetap selama selang waktu tertentu. Setelah itu akan
berkurang terus hingga pada akhir reaksi habis.
3.1 Dalam berbagai reaksi, selang waktu dimana konsentrasi zat antara ini relatif
konstan dapat cukup panjang. Selama masa ini bila X adalah zat antara, dapat
digunakan pendekatan
d X
0
dt
Situasi ini dapat dimanfaatkan untuk menyingkirkan ungkapan konsentrasi zat
antara dari ungkapan akhir persamaan laju. Pendekatan ini disebut sebagai
pendekatan steady state atau dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai
keadaan tunak. Persamaan laju yang diturunkan melalui pendekatan ini jelas tak
akan berlaku pada awal reaksi maupun pada akhir reaksi, dimana konsentrasi zat
antara berubah cepat dengan waktu.
Sebagai contoh adalah suatu reaksi yang secara stokiometri diberikan oleh
A+B=C+D
50
a. Salah satu kemungkinan mekanisma reaksi, yang melibatkan suatu zat antara X,
adalah sebagai berikut
A + B
k
X+D
1
X
k
C 2
d C
r k2 X
dt
ungkapan bagi konsentrasi X diperoleh dari pendekatan steady state bagi X, yaitu
d X
k1 A B k2 X 0
dt
X k1 A B
k2
Atas dasar ini maka persamaan laju secara keseluruhan menjadi
r k1 A B
X + D
k
A+B 1
X
k 2
C
Pendekatan steady state bagi X
d X
k1 A B k2 X 0
dt
X k1 A B
k2
Atas dasar ini maka persamaan laju secara keseluruhan menjadi
r k1 A B
51
3.2 Dalam mekanisme kedua, dimana terdapat reaksi berlawanan, bila kedua
tetapan laju dari reaksi berlawanan ini jauh lebih besar dari tetapan laju reaksi
terakhir
k1 k1 k 2
maka reaksi terakhir tak berpengaruh pada pasangan reaksi berlawanan. Pasangan
reaksi ini praktis mengalami suatu kesetimbangan. Keadaan ini dapat
dimanfaatkan, yaitu
X k1 A B
k 1 D
sehingga persamaan laju menjadi
k k A B
r 1 2
k 1 D
Pendekatan ini disebut sebagai pendekatan kesetimbangan. Perhatikan bahwa ini
dapat diperoleh melalui pengabaian k2 dalam penyebut dari ungkapan persamaan
laju yang diperoleh melalui pendekatan steady state.
Keuntungan cara integrasi numerik secara langsung ini adalah dapat diamati
secara langsung pengaruh berbagai variabel pada jalan reaksi, seperti : konsentrasi
awal pereaksi, kehadiran katalis, perubahan harga tetapan laju, serta berbagai
faktor lain. Hal-hal ini sulit dipelajari bila digunakan kedua pendekatan di atas.
52
3.4 Untuk memperjelas berbagai prinsip di atas, akan dibahas mekanisme
sederhana dari beberapa reaksi yang telah dikenal.
a. Reaksi pembentukan fosgen, yang diberikan oleh persamaan stokiometri
CO + Cl2 = COCl2
dengan persamaan laju
d COCl2
k Cl2 2 CO
3
r
dt
Reaksi ini diterangkan melalui suatu mekanisme yang melibatkan beberapa
kesetimbangan seperti berikut :
(i) Cl2 2Cl2
(ii) Cl + CO COCl
(iii) COCl + Cl2
k
COCl2 + Cl
3
COCl K
CO Cl 2
k3 K1 2 K 2 Cl2 2 CO
1 3
53
Semenjak kinetika reaksi ini dipelajari oleh Daniels dan Johnston di tahun 1921,
telah banyak menimbulkan kontroversi, karena disangka merupakan contoh suatu
reaksi dissosiasi unimolekul yang sebenarnya. Penelitian pengaruh berbagai
variabel menunjukkan bukan reaksi unimolekul. Untuk itu, saat ini mekanisme
yang diterima adalah sebagai berikut :
(i) N2O5
k1
NO2 + NO3
(ii) NO2 + NO3
k 1
N2O5
(iii) NO2 + NO3
k2
NO2 + O2 + NO
(iv) NO + N2O5
k3
3NO2
yang diusulkan oleh Ogg. Penerapan pendekatan steady state bagi NO3 dan NO :
d NO3
k1 NO k1 k2 NO2 NO3 0
dt
d NO
k2 NO2 NO3 k3 NO N 2O5 0
dt
sedangkan laju reaksi adalah
d N 2O5
- k1 N 2O5 k1 NO2 NO3 k3 NO N 2O5
dt
Penyisihan (eliminasi ) konsentrasi NO dan NO3 akhirnya menghasilkan
2k1k 2 N 2O5
r
k1 k2
sesuai pengamatan.
c. Reaksi penguraian ozon, yang terjadi pada permukaan-permukaan
2O3 = 3O2
yang dipelajari oleh Chapman dan Jones semenjak 1910 memiliki perilaku yang
rumit. Reaksi diamati berbanding terbalik dengan konsentrasi oksigen dan pada
keadaan oksigen berlebihan diamati berorde dua terhadap ozon.
Mekanisme yang saat ini diterima adalah dari Benson dan Axworthy (tahun 1957),
yaitu
(i) O3 + M
k
O2 + O + M
1
(ii) O2 + O + M
k
O3 + M 1
(iii) O + O3
k
2O2
2
54
dengan laju reaksi
d O3
- k 1 O3 M k 1 O2 O M k 2 O O3
dt
dimana M adalah molekul sebarang atau permukaan.
Penerapan kaidah steady state bagi konsentrasi O menghasilkan
k1 O3 M
O
k1 O2 M k2 O3
sehingga ungkapan laju menjadi
2k1k2 O3 M
2
r
k1 O2 M k2 O3
LATIHAN
Reaksi Sederhana dan Reaksi Rumit
55
[ I ]2
I K1 I 2 ...................2
2
K1 = 2
[I ]
H 2 I H I K I H .......... ........3
K2 = I H 2 2 2 2
r k3 K 2 I H 2 .................4
2
dt
56
d Cl3
k 2 Cl Cl2 k 2 Cl3 0.............2
dt
untuk mendapatkan [Cl3] ternyata melibatkan zat antara lain yaitu [Cl] maka
d Cl
berlaku juga 0
dt
d Cl
2 k1 Cl2 2 k 1 Cl 0.................3
2
dt
1/ 2
Cl k1 Cl2 1 / 2 .......... ........4
k1
masukkan persamaan 4 ke dalam persamaan 2 :
1/ 2
k
k 2 1 Cl2 3 / 2 k 2 Cl3
k 1
1/ 2
k k1
Cl3 2 Cl2 3 / 2
k 2 k 1
K 2 K1
1/ 2
Cl2 3 / 2 ...................5
masukkan persamaan 5 kedalam persamaan 1, maka akan diperoleh hukum
laju bagi reaksi maju :
d COCl2
k3 K 2 K1 Cl2 CO
1/ 2 3/ 2
dt
k Cl2 CO
3/2
d COCl 2
k 3 COCl 2 Cl2 ......................6
dt
dengan cara yang sama dengan reaksi maju, maka dapat diperoleh :
d COCl2
1/ 2
k
k 3 1 Cl2 1 / 2 COCL2
dt k1
k 1 Cl2 COCl2
1/ 2
b. Pendekatan kesetimbangan
57
Reaksi maju :
K2
Cl3 .............7
Cl Cl2
masukkan persamaan 7 ke dalam persamaan 1
d COCl 2
k3 K 2 Cl Cl2 CO ..................8
dt
K1
Cl 2 Cl K 1 / 2 Cl 1 / 2................9
Cl2 1
dt
k Cl2 CO
3/ 2
Reaksi balik :
-
d COCl 2
k3 COCl2 Cl .................10
dt
dengan cara yang sama akan diperoleh :
d COCl2
k 3 K1 COCl2
1/ 2
-
dt
kesimpulan yang diperoleh adalah : dua pendekatan di atas menghasilkan
hasil yang sama.
3. Mekasnisme fotolisa asetalhida diberikan sebagai berikut
CH 3CHO hv
1
CH 3 CHO
CHO
2
CO H
CH 3 CH 3CHO
3
CH 4 CH 3CO
CH 3 CO
4
CH 3 CO
H CH 3CHO
5
H 2 CH 3CO
2 CH 3
6
C2 H 6
58
Pendekatan steady state :
d CH 4
k3 CH 3 CH 3CHO
dt
k3 CH 3 CH 3CHO k4 CH 3CO k6 CH 3
2 2
d CH 3CO
0 dt k3 CH 3 CH 3CHO k4 CH 3CO k5 H CH 3CHO
dt
demikian juga untuk mendapatkan [CH3CO] perlu mengetahui konsentrasi
dari [H].
d CH 3
3. 0 k1 CH 3CHO hυ -
dt
k3 CH 3 CH 3CHO k4 CH 3CO k6 CH 3
2 2
4.
d CH 3CO
0 dt k3 CH 3 CH 3CHO k4 CH 3CO k5 H CH 3CHO
dt
jumlahkan persamaan 1,2,3 dan 4, maka akan diperoleh :
2 k1 [CH3CHO] h 2 k6 CH 3 0
2
1/ 2
CH 3 k1 CH 3CHO h1 / 2
k6
1/ 2
k
1 I 1 / 2 .................5
k6
dengan [ I ] = intensitas sinar yang diadsorpsi
= [ CH3CHO ] h ν
masukkan persamaan 5 ke dalam hukum laju bagi CH4
59
d CH 4
1/ 2
k
k3 1 I CH 3CHO
1/ 2
dt k6
d CH 4
k I CH 3CHO
1/ 2
dt
Latihan soal :
1. Turunkan hukum laju bagi reaksi antara H 2 dan I2 yang memiliki
mekanisme
reaksi
k1
I2
k 1 2I
I + H2 HI + H
k2
H + I2 HI + I
k3
dt
Petunjuk : susun dahulu mekanisme reaksi.
3. Mekanisme dekomposisi etana dengan adanya nitrogen monoksida, NO
yang cukup memberikan inhibisi total adalah :
C 2 H 6 NO C 2 H 5 HNO
C2 H 5 H C2 H 4
H C2 H 6 C2 H 6 H 2
H NO HNO
C 2 H 5 HNO C 2 H 6 NO
60
d C 2 H 4 k1 k 2 k 3 k 4
1/ 2
C2 H 6
dt k 1 k 4
(Jawab : )
dt 1 k 1 A
61
62