Anda di halaman 1dari 3

http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/intelektual-sosial-profetik-paradigma.

html
https://al-islamk.blogspot.com

Intelektual Sosial Profetik Paradigma Kuntowijoyo Sebagai Salah Satu Gerakan


Pembebasan (Perspektif Q.S Ali Imran:110)

ۡ‫ٱللِ ۡ َولَو‬
ۡ‫وف ۡ َۡوتَن َۡهونَ ۡ َع ِن ۡٱل ُۡمن َك ِۡر ۡ َوتُؤ ِمنُونَ ِۡۡب َّه‬
ِۡ ‫اس ۡتَأ ُم ُرونَ ِۡۡبٱل َمع ُر‬ ِ َّ‫ُكنتُمۡ ۡخَي َر ۡأ ُ َّمةٍۡأُخ ِر َجت ۡ ِللن‬
١١٠َۡۡ‫ۡمن ُه ُمۡٱل ُمؤ ِۡمنُونَۡۡ َۡوأَكۡث َ ُرهُ ُمۡٱلَٰۡفَ ِسقُون‬ ِۡ َ ‫َءا َمنَ ۡأَهلُۡٱل ِك َٰت‬
ِ ‫بۡلَ َكانَ ۡخَي ٗراۡلَّ ُه ۚم‬
110. kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf,
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah
itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik.

Dalam kajian ayat diatas kuntowijoyo mengaplikasikan dasar intelektual social profetik
melalui 3 unsur etika menuju profetik yaitu adanya sebuah humanisasi, liberasi, dan trasendensi.

Dalam bahasa agama, konsep humanisasi1 sudah lama kita kenal dengan sebutan hablun
min al-nas. Paradigma tersebut, Kuntowijoyo dalam pemikirannya telah mengkorelasikan dengan
sebuah penggalan ayat 110 surat ali Imran amar ma’ruf. Mengenai penafsirannya, asal makna kata
tersebut adalah sebuah anjuran untuk menegakkan kebajikan, hal ini direkontruksi dalam menifesto
untuk menegakkan dimensi dan potensi positif manusia kepada petunjuk ilahi (nur) dalam rangka
mencapai keadaan fitrah.2

Humanisasi sebelumnya dalam kanca paradigma barat telah muncul diera renaissance
dengan tujuan utama untuk memulihkan martabat manusia. Lahirnya humanisme barat akibat
pemberontakan terhadap kekuasaan Gereja yang bersifat dogmatis pada abad pertengahan. Pada
waktu itu dunia barat sedang terkukung oleh paham keagamaan yang seolah-olah membelenggu
manusia sehingga manusia tidak memiliki daya untuk mencapai kesadaran diri, kemerdekaan,
kebebasan, dan kedaulatan atas diri dan alam. Untuk menjauhkan dari dogma-dogma kaum gereja,
manusia mulai sadar akan dirinya sebagai antroposentris sehingga muncul ilmu pengetahuan dan
peradaban modern sebagai manifesto pembebasan atas keterpurukan pada abad pertengahan. Akan
tetapi damapak adanya sebuah antroposentris3, mengakibatkan manusia mengalami degradasi moral
dan keterasingan dari dirinya sendiri dan lupa pada hakikatnya. Diera ini justru muncul adanya
sebuah perbudakan kembali melalui system kapitalis.

Melihat kenyataan seperti ini, Kuntowijoyo mengusulkan humanisasi teosentris sebagai


ganti dari humanisasi antroposentris untuk mengangkat kembali martabat manusia. Berangkat dari
konsep iman dan amal soleh dipandang dapat menghindarkan terjadinya dehumanisasi4. Iman
adalah konsep teosentris dengan tuhan sebagai pusat pengabdian, sementara amal adalah konsep
humanisasi dengan dimaksudkan sebagai aksi kemanusiaan yang mana kedua ini saling berkaitan
atau berhubungan yang tidak dapat dipisahkan.

1
Humanisasi adalah memanusiakan manusia untuk menghilangkan sifat kebendaan, ketergantungan, kekerasan, dan
kebencian dari manusia menuju transformatif.
2
Fitrah adalah keadaan dimana manusia mendapatkan posisinya sebagai makhluk yang mulia sebagai kodrat
kemanusiaannya
3
Berpusat pada manusia itu sendiri, manusi berkuasa akan alam semesta.
4
Terjatuhnya martabat kemanusiaan pada tempat yang tidak semestinya (tidak sesuai fitrah)
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/intelektual-sosial-profetik-paradigma.html
https://al-islamk.blogspot.com

Berdasarkan pandangan diatas, maka humanisasi teosentris adalah sebuah ajaran iman
dan amal yang dimanifestasikan secara trasendensi dan tidak secara rasional sebagaimana dalam
nilai-nilai antroposentris. Hal ini diperlukan karena masyarakat sedang berada dalam tiga keadaan
akut, yaitu dehumanisasi karena aksi manusia tergantikan dengan alat teknologi, agresifitas kolektif
karena ketidakadilan social yang menyebabkan kekumuhan, kemiskinan, dan pengangguran pada
kaum mutadhafin, dan loneliness5 terjadi karena individuasi oleh kelas menengah keatas.

Adapun konsep liberasi dimanifestasikan dari kata nahi munkar yang berarti melarang
atau mencegah segala tindak kejahatan yang merusak. Kata tersebut dapat dikorelasikan kedalam
bahasa ilmu sebagai bentuk pembebasan – mencegah – dari kebodohan, kemiskinan, ataupun
penindasan.

Sebetulnya kata tersebut berasal dari unsur kata teologi pembebasan yang lahir dari
tradisi pemikiran Katolik di Amerika Latin pada tahun 1960-an sebagai kekuatan moral dan social
untuk melakukan praksisi liberatif dan emansipatoris. Adapun liberasi yang dimaksud
Kuntowijoyodalam ilmu social profetik adalah konteks ilmu yang didasari nilia-nilai luhur
trasendental yang memiliki tanggung jawab profetik untuk membebaskan manusia dari kekejaman,
kemiskinan, pemerasan kelimpahan, dominasi struktur yang menindas dan hegemoni kesadaran
palsu.

Fenomena kemiskinan yang lahir dari ketimpangan ekonomi adalah bagian penting dari
proyek liberasi. Selanjutnya Kuntowijoyo menjabarkan empat sasaran liberasi yaitu: system
pengetahuan, system social, system ekonomi, dan system politik yang membelenggu manusia
sehingga tidak dapat mengaktualisasikan dirinya sebagai makhluk yang merdeka dan mulia. Sasaran
liberasi dari system pengetahuan adalah berupa usaha – usaha untuk membebaskan orang dari
belenggu system pengetahuan yang materealistik dari dominasi structural. Selanjutnya liberasi dari
system social membebaskan keterpurukan dalam industrial6 kembali pada agraris dengan melihat
nilai-nilai pada sebuah obyek penelitian, komunitas. Adapun system ekonomi dilakukan untuk
memperbaiki kesenjangan dan kemiskinan dengan nilai-nilai keadilan. Sedangkan liberasi system
politik tertuju pada pembebasan dari otoriterianisme7, kediktatoran dan neofeodalisme8.

Unsur yang ketiga merupakan unsur terpenting dan dasar dari unsur lain yang tidak dapat
dipisahkan, yaitu trasendensi dengan bahsa agama adalah hablu min Allah. Unsur ini merupakan
manifestasi dari kata tu’minuna bi Allah yaitu sebuah bentuk ketahuidan. Trasendensi memberikan
arah dan tujuan dalam unsur humanisasi dan liberasi. Sebagai contoh, liberasi dalam konteks
kemiskinan dapat dilakukan dengan cara menghancurkan para penguasa dari system kapitalis
menuju system ekonomi yang berkeadilan.

Dalam memaknai trasendensi lebih dalam lagi Roger menjabarkan dengan tiga
perspektif: pertama, mengakui ketergantungan manusia kepada penciptanya – mengatasi naluri-
naluri manusia seperti keserakahan dan nafsu berkuasa –, kedua, mengakui kontinuitas dan ukuran
bersama antara tuhan dan manusia. Ketiga, mengakui keunggulan norma-norma mutlak yang
melampaui akal manusia. Dengan demikian trasendensi merupakan perwujudan tidak hanya pada

5
Sifat individualisme.
6
System ini berwujud pada pengkelompokkan social, pendidikan, dan kepemimpinan
7
Kekuasaan tunggal
8
Penguasa wilayah, karakteristik masyarakat dengan corak sifat kebangsawanan
http://filsafatislam12.blogspot.com/2018/06/intelektual-sosial-profetik-paradigma.html
https://al-islamk.blogspot.com

hubungan kerohanian antara manusia dan tuhannya, melainkan juga keterkaitan dengan hubungan
social.

Anda mungkin juga menyukai