Anda di halaman 1dari 38

MATERI PRAKTIKUM BIOKIMIA

1. Enzim
2. Glukosa Darah
3. TTGO
4. Protein Plasma
5. BUN
6. Kreatinin
7. Asam Urat
8. Trigliserid
9. Kolesterol
10. HDL
11. LDL
12. SGOT
13. SGPT
14. Hemoglobin
15. Golongan Darah
16. Urin
PRAKTIKUM II
PENENTUAN KADAR GLUKOSA

A. Penentuan Kadar Glukosa Darah Metode GOD-PAP


Prinsip
Glukosa oksidasi (GOD) mengkatalisa oksidase membentuk H2O2 yang dengan adanya
peroksidase bereaksi dengan 4-aminoantiphyrine dan 4-hidroksi benzoat menjadi N-(4-
antiphyrine)-p-aminole. Jumlah zat warna yang terjadi sebanding dengan konsentrasi glukosa.
Reagen
Pereaksi Warna
Phophate buffer pH 7.5 250 mmol/l
Phenol 5 mmol/l
4-aminoantipyrine 0.5 mmol/l
Glukosa oksidase (GOD) ≥ 10 kU/l
peroxidase (POD) ≥ 1 kU/l
Standard : 100 mg/dL (5.55 mmol/l)

Prosedur
1. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Ambil tiga tabung reaksi dan isikan seperti tabel
Blanko Sampel / Standar
Sampel / Standar - 10 µl
Akuades 10 µl -
Reagen 1000 µl 1000 µl
Campur, inkubasi 20 menit pada suhu 20 - 250C atau 30-40
menit pada suhu 370C, baca absorban pada panjang
gelombang 500 nm dan stabil dalam waktu 1 jam.

Penentuan Hasil
∆𝐴 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑚𝑔
Glukosa [mg/dl] =
∆𝐴 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 [ 𝑑𝑙 ]

Interpretasi Hasil
Nilai normal (Kadar Gula Darah Puasa):
Dewasa : 70-110 mg/dl
Bayi baru lahir : 30-80 mg/dl
Anak : 60-100 mg/dl
Nilai normal (Kadar Gula Darah 2 jam setelah makan):
Dewasa : <140 mg/dl
Nilai normal (Kadar Gula Darah Sewaktu):
Dewasa : 70-140 mg/dl

1. Berikut ini merupakan data hasil pemeriksaan Glukosa Darah sewaktu di Laboratorium “GIZI”
No Kadar Gula Darah (mg/dl) Keterangan
1 120 …………..
2 235 …………..
3 175 …………..
4 115 …………..
5 305 …………..
6 75 …………..
7 135 …………..
8 140 …………..
9 225 …………..
10 150 …………..
a. Berilah Penjelasan mengenai hasil pemeriksaan laboratorium di atas!
b. Tindak lanjut apa yang harus dilakukan apabila kadar gula darah tersebut tidak normal ?
c. Berilah kesimpulan dari data pemeriksaan laboratorium tersebut!

2. Berikut ini merupakan data hasil pemeriksaan Glukosa Darah puasa dan 2 jam PP di
Laboratorium “GIZI”
No Kadar Glukosa Darah Puasa Keterangan Kadar Gula Darah 2 jam PP Keterangan
(mg/dl) (mg/dl)
1 95 ………….. 170 …………..
2 160 ………….. 255 …………..
3 100 ………….. 150 …………..
4 70 ………….. 125 …………..
5 185 ………….. 265 …………..
6 230 ………….. 350 …………..
7 110 ………….. 135 …………..
8 85 ………….. 120 …………..
9 135 ………….. 225 …………..
10 210 ………….. 380 …………..
a. Berilah Penjelasan mengenai hasil pemeriksaan laboratorium di atas!
b. Tindak lanjut apa yang harus dilakukan apabila kadar gula darah tersebut tidak normal ?
c. Berilah kesimpulan dari data pemeriksaan laboratorium tersebut!
PRAKTIKUM III
PENENTUAN TTGO

Prinsip
Pemeriksaan glukosa darah toleransi adalah pemeriksaan kadar gula dalam darah puasa
(sebelum diberi glukosa 75 gram oral), 1 jam setelah diberi glukosa dan 2 jam setelah diberi glukosa.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat toleransi tubuh terutama insulin terhadap pemberian glukosa
dari waktu ke waktu.
Tes toleransi glukosa oral/TTGO (oral glucose tolerance test, OGTT) dilakukan pada kasus
hiperglikemia yang tidak jelas; glukosa sewaktu 140-200 mg/dl, atau glukosa puasa antara 110-126
mg/dl, atau bila ada glukosuria yang tidak jelas sebabnya. Uji ini dapat diindikasikan pada penderita
yang gemuk dengan riwayat keluarga diabetes mellitus; pada penderita penyakit vaskular, atau
neurologik, atau infeksi yang tidak jelas sebabnya. TTGO juga dapat diindikasikan untuk diabetes pada
kehamilan (diabetes gestasional).

Prosedur
1. Syarat pemeriksaan yaitu
a. Selama 3 hari sebelum tes dilakukan, penderita harus mengkonsumsi sekitar 150 gram
karbohidrat setiap hari.
b. Terapi obat yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium harus dihentikan hingga tes
dilaksanakan. Beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium adalah
insulin, kortikosteroid (kortison), kontrasepsi oral, estrogen, anticonvulsant, diuretik, tiazid,
salisilat, asam askorbat.
c. Penderita juga tidak boleh minum alkohol. Kekurangan karbohidrat, tidak ada aktifitas atau
tirah baring dapat mengganggu toleransi glukosa. Karena itu TTGO tidak boleh dilakukan pada
penderita yang sedang sakit, sedang dirawat baring atau yang tidak boleh turun dari tempat
tidur, atau orang yang dengan diit yang tidak mencukupi.
3. Sebelum dilakukan tes, penderita harus berpuasa selama 12 jam.
4. Pengambilan sampel darah dilakukan sebagai berikut :
a. Pagi hari setelah puasa, penderita diambil darah vena 3-5 ml untuk uji glukosa darah puasa.
b. Penderita diberikan minum glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam segelas air (250ml). Lebih
baik jika dibumbui dengan perasa, misalnya dengan limun.
c. Pada waktu ½ jam, 1 jam, 1½ jam, dan 2 jam, penderita diambil darah untuk pemeriksaan
glukosa.
Interpretasi Hasil
Nilai normal TTGO:
a. Puasa : 70-110 mg/dl (3.9-6.1 mmol/L)
b. ½ jam : 110-170 mg/dl (6.1-9.4 mmol/L)
c. 1 jam : 120-170 mg/dl (6.7-9.4 mmol/L)
d. 1½ jam : 100-140 mg/dl (5.6-7.8 mmol/L)
e. 2 jam : 70-120 mg/dl (3.9-6.7 mmol/L)
PRAKTIKUM IV
PROTEIN PLASMA
Prinsip
Protein bersama dengan ion Cu membentuk kompleks warna biru violet pada larutan basa.
Absorbansi warna sesuai dengan konsentrasi protein.
Reagen
R1 : Sodium hydroxde 80 mmol/l
Potasium sodium tartrate 12,8 mmol/l
R2 : Sodium hidroxide 100 mmol/l
Potasium sodium tartrate 16 mmol/l
Potasium iodide 15 mmol/l
Copper sulphate 6 mmol/l
Standard : 5 g/dl

Prosedur
1. Campur 4 bagian R1 dengan 1 bagian R2 sehingga disebut monoreagen. Diamkan monoreagen
30 menit pada suhu 15-250C sebelum digunakan. Monoreagen stabil selama 4 minggu pada suhu
2-80C dan 5 hari pada suhu 15-250C. Hindarkan dari cahaya.
2. Ambil tiga tabung reaksi dan isikan seperti tabel dibawah ini
Blanko Sampel / Standar
Sampel / Standar - 20 µl
Akuades 20 µl
Monoreagen 1000 µl 1000 µl
Campur, inkubasi 5 menit pada suhu 20 - 250C atau 30-
40 menit pada suhu 370C, baca absorban pada panjang
gelombang 540 nm dalam waktu 60 menit.
Penentuan Hasil
∆𝐴 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑚𝑔
Protein Total [mg/dl] =∆𝐴 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 [ 𝑑𝑙 ]
Interpretasi hasil
Nilai normal kadar protein plasma
Dewasa : 6,6-8,8 gr/dl
Anak (1-30 hari) : 4,2-6,2 gr/dl (perempuan)
4,1-6,3 gr/dl (laki-laki)
Anak (1-6 bulan) : 4,4-6,6 gr/dl (perempuan)
4,7-6,7 gr/dl (laki-laki)
Anak (6 bulan- 1 tahun): 5,6-7,9 gr/dl (perempuan)
5,5-7,0 gr/dl (laki-laki)
Anak (1 tahun-18 tahun): 5,7-8,0 gr/dl (perempuan)
5,7-8,0 gr/dl (laki-laki)

Berikut ini merupakan data hasil pemeriksaan Protein Plasma di Laboratorium “GIZI”
No Kadar Protein Plasa (g/dl) Keterangan
1 5,4 …………..
2 8,6 …………..
3 7,2 …………..
4 10,9 …………..
5 12,3 …………..
6 6,5 …………..
7 9,7 …………..
8 13,6 …………..
9 8,2 …………..
10 12,2 …………..
a. Berilah Penjelasan mengenai hasil pemeriksaan laboratorium di atas!
b. Tindak lanjut apa yang harus dilakukan apabila kadar protein plasma tersebut tidak normal ?
c. Berilah kesimpulan dari data pemeriksaan laboratorium tersebut!
PRAKTIKUM V
PENENTUAN KADAR BUN

Prinsip
Urea dihidrolisis dengan adanya air dan urase, sehingga memproduksi amoniadan karbondioksida. Ion
ammonium bereaksi dengan hipoklorit dan salisilat menghasilkan warna hijau. Peningkatan absorbansi
pada 578 nm proporsional dengan konsentrasi urea pada sampel.

Reagen
Komponen dan Konsentrasi
R1 Phosphate buffer 80 mmol/l
Sodium salicylate 31 mmol/l
Sodium nitroprusside 20 mmol/l
EDTA 0,67 mmol/l
R2 Phosphate buffer 80 mmol/l
Sodium hydroxide 75 mmol/l
Sodium hypochlorite 10 mmol/l
R3 Urease ≥10 U/ml
Standard 50 mg/dl (8,33 mmol/l)

Bahan
Sampel berupa serum atau plasma darah.

Prosedur
1. Campur R1 + R3 dengan rasio 100 + 1, misal 20 ml R1 + 0,2 ml R3 = R1A
Stabilitas R1A :
2 minggu di 2 – 8 0C
2 hari di 15 – 25 0C
R1A dan R2 harus terlindungi dari sinar matahari!
Reagen 2 dan standar dapat langsung digunakan
2. Ambil tiga tabung reaksi dan isikan seperti tabel dibawah ini
Blanko Sampel / Standar
Sampel / - 10 µl
Standar
Reagen 1A 1000 µl 1000 µl
Homogenkan, inkubasi 10 menit pada suhu 20 – 25 0C
atau 5 menit pada suhu 37 0C
Reagen 2 1000 µl 1000 µl
Campur, inkubasi 10 menit pada suhu 20 - 250C atau 5
menit pada suhu 370C, baca absorbansi dalam 30
menit terhadap blanko reagen.

Penentuan Hasil
∆𝐴 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑚𝑔
Urea [mg/dl] = ∆𝐴 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 [ 𝑑𝑙 ]
Faktor Konversi
BUN = Urea [mg/dl] x 0,467

Interpretasi Hasil
Nilai Normal
Dewasa : 17 – 43 mg/ dl
Wanita < 50 th : 15 – 40 mg/dl
Wanita > 50 th : 21 – 43 mg/ dl
Pria < 50 th : 19 – 44 mg/dl
Pria > 50th : 18 – 55 mg/dl
Rasio Urea / Kreatinin : 20 – 35 mg/dl
Rasio Nitrogen Urea dan Kreatinin = 12 : 1 – 20 : 1
Penurunan Kadar BUN dapat disebabkan oleh hipervolumia (overdehidrasi), kerusakan hati
yang berat, diet rendah protein, malnutrisi, kehamilan, dan penambahan cairan glukosa intra vena yang
lam. Obat fenotiazin juga dapat menurBUN.
Peningkatan Kadar BUN dapat terjadi pada dehidrasi, konsumsi protein yang tinggi, kegagalan
prerenal (suplai darah menurun), gagal ginjal, glumerulonefritis, pielonefritis, perdarahan
gartrointestinal, sepsis, AMI, dan DM.
Berikut ini merupakan data hasil pemeriksaan BUN di Laboratorium “GIZI”
No JENIS KELAMIN USIA Urea (mg/dl) BUN mg/dl Keterangan
1 P 35 35 ............... …………..
2 P 56 56 ............... …………..
3 P 45 52 ............... …………..
4 P 60 40 ............... …………..
5 L 43 35 ............... …………..
6 L 25 40 ............... …………..
7 L 37 50 ............... …………..
8 L 65 62 ............... …………..
9 P 57 49 ............... …………..
10 P 62 70 ............... …………..
a. Berilah Penjelasan mengenai hasil pemeriksaan laboratorium di atas!
b. Tindak lanjut apa yang harus dilakukan apabila kadar Urea/BUN tersebut tidak normal ?
c. Berilah kesimpulan dari data pemeriksaan laboratorium tersebut!
PRAKTIKUM VI
PENENTUAN KADAR KREATININ PLASMA

Prinsip
Kreatinin dalam larutan asam pikrat dalam suasana alkalis membentuk senyawa berwarna
merah kuning (amber). Dengan cara ini konsentrasi asam pikrat rendah sehingga tidak terjadi
pengendapan protein. Konsentrasi dan warna yang terbentuk sesudah reaksi tertentu merupakan hasil
dari konsentrasi kreatinin. Karena reaksi yang cepat antara kreatinin dengan asam pikrat, maka reaksi
berikutnya tidak mengganggu. Cara ini terkenal karena spesifikasinya yang tinggi
Reaksi
Kreatinin + Asam Pikrat → Kompleks Kreatinin Pikrat
Reagen
Komponen dan Konsentrasi
R1 : Sodium hydroxide 0.16 mmol/l
R2 : Asam Pikrat 4.0 mmol/l
Standar 2 mg/dl
Bahan
Sampel berupa serum atau plasma darah.

Prosedur
1. Campur 4 bagian R1 dengan 1 bagian R2 sehingga disebut monoreagen. Diamkan monoreagen 30
menit pada suhu 15-250C sebelum digunakan. Monoreagen stabil selama 4 minggu pada suhu 2-
80C dan 5 hari pada suhu 15-250C. Hindarkan dari cahaya.
2. Ambil tiga tabung reaksi dan isikan seperti tabel dibawah ini
Sampel Standar
Sampel / Standar 50 µl 50 µl
Monoreagen 1000 µl 1000 µl
Campur, inkubasi 60 detik pada suhu 250C / 300C atau
30-40 menit pada suhu 370C, baca absorban A1 pada
panjang gelombang 500 nm, setelah 60 detik baca
absorban A2

Penentuan Hasil
∆A = [(A1 – A2) sampel / standar] - [(A1 – A2) blanko]
∆𝐴 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑚𝑔
Kreatinin [mg/dl] =∆𝐴 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 [ 𝑑𝑙 ]

Interpretasi hasil
Nilai normal kreatinin plasma : 0,7-1,4 mg/dl
Peningkatan kreatinin menunjukkan adanya penurunan fungsi ginjal dan penyusutan masa otot rangka.
Peningkatan kadar kreatinin terjadi pada gagal ginjal akut dan kronis, shok yang lama, kanker, lupus
eritematosus, nefropatie diabetic, gagal jantung kongesti, AMI dan konsumsi daging sapi tinggi.
PRAKTIKUM VII
PENENTUAN KADAR ASAM URAT

Prinsip
Asam urat dioksidasi menjadi allantoin oleh Urikase. Hidrogen Peroksida bereaksi dengan 4-
aminoantipyrine dan 2,4,6-tribromo-3-hydroxybenzoid acid (TBHA) menjadi quinoneimine. Metode yang
digunakan adalah Enzimatik Fotometri menggunakan TBHA (2,4,6-tribromo-3-hydroxybenzoic acid).
Asam Urat merupakan produk akhir metabolisme purin (bagian penting dari asam nukleat).
Pergantian purin dalam tubuh berlangsung kontinyu dan menghasilkan banyak asam urat walaupun
tidak adanya inpun makanan yang mengandung asam urat. Asam urat sebagian disintesis dalam hati,
diangkut sirkulasi ke ginjal. Intake purin normal melalui makanan akan menghasilkan 0,5-1 gr/hari.
Reaksi
𝑈𝑟𝑖𝑘𝑎𝑠𝑒
Asam Urat + H2O + O2 → Allantoin + CO2 + H2O2
𝑃𝑂𝐷
TBHA + 4-Aminoantipyrine + 2 H2O2 → Quinoneimine + 3H2O

Reagen
R1 Phosphate buffer pH 7.0 100 mmol/l
TBHA 1 mmol/l
R2 Phosphate buffer pH 7.0 100 mmol/l
4-Aminoantipyrine 0,3 mmol/l
K4[Fe(CN)6] 10µmol/l
Peroxidase (POD) ≥ 2 kU/l
Uricase ≥3 U/l
Standard 6 mg/dl (357µmol/l)

Prosedur
Prosedur Kerja Standar (µl) Sampel (µl)
Serum - 20
Standar 20 -
Monoreagen 1000 1000
Dicampur, inkubasi 30 menit pada 20 – 250C / 10 menit pada suhu 370C, dibaca absorban
sampel dan standar terhadap blanko akuades pada panjang gelombang 520 nm
(maksimal 60 menit)
Penentuan Hasil
𝐴 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Kadar Asam Urat : 𝐴 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑥 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟

Interpretasi Hasil
Nilai Normal dalam darah
Pria : 3,4-8,5 mg/dl
Wanita : 2,8-7,3 mg/dl
Anak : 2,5-5,5 mg/dl
Lansia : 3,5-8,5
Nilai Normal dalam Urin
Dewasa:250-750 mg/24 jam
Peningkatan asam urat dalam serum dan urin tergantung dari fungsi ginjal, metabolisme purin dan
intake makanan yang mengandung purin. Asam urat dalam urin asam akan membentuk kristal/batu
dalam saluran kencing. Hiperuricemia akan menyebabkan tertimbunnya asam urat dalam jaringan
lunak dan sendi – sendi sehingga muncul sindrom klinis yang disebut sebagai penyakit Gout.
Peningkatan kadar purin terjadi pada penyakit Gout, alkoholik, leukemia, metastatis kanker,
eklamsia berat, mieloma miltiple,hiperlipoproteinemia, DM berat, gagal ginjal, glumerulus nefritis, stres,
gagal jantung kongesti, keracunan timah hitam, latian yang berat, malnutrisi, limfoma, anemia
hemolitik, anemia megaloblastik, dan polisitemia vera.
Penurunan Asam Urat dapat terjadi pada penyakit Wilson’s asidosis pada tubulus proksimal ginjal,
anemia karena defisiensi asam folat, luka bakar, dan kehamilan.

Berikut ini merupakan data hasil pemeriksaan Asam Urat di Laboratorium “GIZI”
No Jenis Kelamin Usia Asam Urat (mg/dl) Keterangan
1 L 25 3,7 …………..
2 L 65 7,5 …………..
3 P 45 8,2 …………..
4 P 52 6,9 …………..
5 L 36 5,6 …………..
6 L 45 10,2 …………..
7 L 67 8,9 …………..
8 P 32 4,2 …………..
9 P 55 7,9 …………..
10 P 42 6,3 …………..
a. Berilah Penjelasan mengenai hasil pemeriksaan laboratorium di atas!
b. Tindak lanjut apa yang harus dilakukan apabila kadar Asam Urat tersebut tidak normal ?
c. Berilah kesimpulan dari data pemeriksaan laboratorium tersebut!
PRAKTIKUM VIII
PENENTUAN KADAR TRIGLISERIDA

Prinsip
Penentuan Trigliserid setelah pemisahan secara enzimatik dengan lipase lipoprotein. Indikator
yang digunakan adalah quinoneimine yang dihasilkan dari 4-aminoantiphyrine dan 4-chlorophenol oleh
hydrogen peroksida setelah proses katalisasi peroksidase.
Trigliserida merupakan senyawa yang terdiri dari 3 molekul asam lemak yang tersterisasi
menjadi gliserol, disintesis dari karbohidrat yang disimpan dalam bentuk lemak hewani. Dalam serum
dibawa oleh lipoprotein, merupakan penyebab utama penyakit arteri dibanding kolesterol. Peningkatan
trigliserida biasanya diikuti oleh peningkatan VLDL (very low density lipoprotein). Pada peristiwa
hidrolisis lemak-lemak ini akan masukkan dalam pembuluh darah dalam bentuk lemak bebas. Metode
yang digunakan adalah tes Enzimatik Kolorimetrik
Reaksi
𝐿𝑃𝐿
Trigliserid → Glyserol + Fatty Acid
𝐺𝐾
Glyserol + ATP → Glyserol-3-phosphate + ADP
𝐺𝑃𝑂
Glycerol-3-phosphat + O2 → Dihydroxyaceton phpsphate + H2O2
𝑃𝑂𝐷
2 H2O2 + Aminoantipyrine + 4-Chlorophenol → Quinoneimine + HCl + 4H2O
Reagen
Reagen Good’s buffer pH 7.2 50 mmol/l
4-Chlorophenol 4 mmol/l
ATP 2 mmol/l
Mg2+ 15 mmol/l
Glycerokinase (GK) ≥ 0,4 kU/l
Peroxidase (POD) ≥ 2 kU/l
Lipoprotein lipase (LPL) ≥ 2 kU/l
4-Aminoantipyrine 0,5 mmol/l
Glycerol-3-phosphate- (GPO) ≥0,5 kU/l
oxidase
Standard 200 mg/dl (2,3 mmol/l)
Bahan berupa serum atau plasma darah
Prosedur
Blanko Standar Sampel
Akuades 10 - -
Standar - 10 -
Serum - - 10
Reagen 1000 1000 1000
Dicampur, diinkubasi 20 menit pada suhu 20-250C atau 10
menit pada suhu 370C. Baca absorban pemeriksaan dan
standar terhadap blanko pada panjang gelombang 500 nm
dalam 60 menit.

Penetuan hasil
𝐴 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Kadar Trigliserida : 𝐴 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑥 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
Interpretasi hasil
Nilai Normal
Dewasa muda : sampai dengan 150 mg/dl
Tua (>50 tahun) : sampai dengan 190 mg/dl
Anak : 10-135 mg/dl
Bayi : 5-40 mg/dl
Penurunan Kadar Trigliserid serum dapat terjadi karena congenital, hipertiroid, dan malnutrisi
protein. Dapat juga oleh obat-obatan, asam askorbat, Atromid-S (kofribrat). Penformin, dan metformin.
Peningkatan kadar Trigliserid serum dapat terjadi pada lipoproteinemi, hipertensi,
hipotiroidisme, sindrom nefrotik, thrombosis cerebral, sirosis alkoholik, DM tak terkontrol, Down’S
Sindrom, diet tinggi karbohidrat, dan kehamilan. Obat pil KB terutama estrogen dapat juga
meningkatkan trigliserid.
PRAKTIKUM IX
PENENTUAN KADAR KOLESTEROL TOTAL
(METODE CHOD-PAP)
Prinsip
Penentuan Kolesterol setelah hidrolisis dan oksidasi. Indikator kolorimetri adalah quinoneimine
yang dihasilkan dari 4-aminoantipyrin dan fenol oleh hydrogen peroksida setelah proses katalisasi
peroksidase.
Reaksi
CHE

Cholesterol ester + H2O → cholesterol + Fatty Acid


CHO

Cholesterol + O2 → cholesterol-3-one + H2O2


𝑃𝑂𝐷
2 H2O2 + 4-Aminoantipyrine + phenol → Quinoneimine + 4 H2O
Reagen
Reagen Good’s buffer pH 6.7 50 mmol/l
Phenol 5 mmol/l
4-Aminoantipyrine 0.3 mmol/l
Cholesterol esterase (CHE) ≥ 200 kU/l
Cholesterol oxidase (CHO) ≥ 50 kU/l
Peroxidase (POD) ≥ 3 kU/l
Standard 200 mg/dl (5.2 mmol/l)
Bahan berupa serum atau plasma darah

Prosedur
Blanko Standar Sampel
Akuades (µl) 10 - -
Standar (µl) - 10 -
Serum (µl) - - 10
Reagen (µl) 1000 1000 1000
Dicampur, diinkubasi 20 menit pada suhu 20-250C
atau 10 menit pada suhu 370C. Baca absorban
pemeriksaan dan standar terhadap blanko pada
panjang gelombang 500 nm dalam 60 menit.
Penentuan hasil
𝐴 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Kadar Kolesterol = 𝐴 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑥 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
Interpretasi hasil
Nilai normal
Dewasa sampai dengan 200 mg/dl, resiko sedang 200-240 mg/dl, resiko tinggi > 240 mg/dl.
Bayi 90-130 mg/dl
Anak 130-170 mg/dl, resiko tinggi > 185 mg/dl
Peningkatan kolesterol menyebabkan arterosklerosis dan terdapat pada penderita hipotiroidisme,
DM, sirosis bilier, pakreatektomi, kehamilan trimester III, stress berat, hiperlipoproteinemi, diet
tinggi kolesterol dan sindrom nefrotik.
PRAKTIKUM X
PENENTUAN KADAR KOLESTEROL HDL
Prinsip
Kilomikron, VLDL, dan LDL diendapkan dengan menambahkan asam phosphotungstic dan ion
magnesium ke dalam sampel. Sentrifugasi hanya meninggalkan HDL di supernatant. Kolesterol
ditentukan menggunakan Ecoline S+ Kolesterol secara enzimatik.
HDL merupakan salah satu dari tiga komponen lipoprotein kombinasi lemak dan protein,
mengandung kadar protein tinggi, sedikit trigliserid dan fosfolipid, mempunyai sifat umum protein
dan terdapat dalam plasma darah, disebut juga lemak baik membantu mengurangi penimbunan
plak pada pembuluh darah.
Reagen
Reagen Phospotungstic acid 1.4 mmol/l
Presipitat Magnesium chloride 8.6 mmol/l
Reagen Good’s buffer pH 6.7 50 mmol/l
Kolesterol Phenol 5 mmol/l
4-Aminoantipyrine 0.3 mmol/l
Cholesterol esterase (CHE) ≥ 200 kU/l
Cholesterol oxidase (CHO) ≥ 50 kU/l
Peroxidase (POD) ≥ 3 kU/l
Standard 200 mg/dl
(5.2 mmol/l)
Bahan berupa serum atau plasma darah
Prosedur
1. Presipitasi
Pipet ke dalam tabung sentrifuge
Sampel Standar
Serum (µl) 250 -
Standar (µl) - 250
Reagen (µl) 1000 1000
Dicampur dan didiamkan 15 menit pada suhu kamar. Dipusingkan 20 menit pada 2500 rpm.
Supernatan dipipet ke dalam tabung reaksi.
2. Penetapan Kadar HDL
Sampel Standar
Supernatan (µl) 100 -
Standar (µl) - 100
Reagen Kolesterol (µl) 1000 1000

Dicampur, inkubasi 10 menit pada 20-250C atau 5 menit pada suhu 370C. Dibaca absorban
Sampel dan Standar terhadap blanko pada λ : 500 nm dalam waktu kurang dari 45 menit.

Penentuan hasil
Kadar HDL Kolesterol Supernatan =
𝐴 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑥 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
𝐴 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
Interpretasi hasil
Nilai normal
Laki – laki : > 55 mg/dl
Wanita : > 65 mg/dl
Beresiko tinggi penyakit jantung koroner (PJK) : < 35 mg/dl
Resiko sedang PJK : 35-45 mg/dl
Risiko rendah PJK : > 60 mg/dl
PRAKTIKUM XI
PENENTUAN KADAR KOLESTEROL LDL

Prinsip
LDL diendapkan dengan menambahkan heparin. HDL dan VLDL tertinggal di supernatant
setelah disentrifuge dan diukur secara enzimatik dengan method CHOD-PAP. Konsentrasi LDL
kolesterol dihitung dari total kolesterol dikurangi kolesterol pada supernatan.
LDL adalah lipoprotein dalam plasma yang mengandung sedikit trigliserid, fosfolipid sedang,
protein sedang dan kolesterol tinggi.

Reagen
Reagen Heparin 100000 U/l
Presipitat Sodium citrate 64 mmol/l
Reagen Good’s buffer pH 6.7 50
Kolesterol Phenol mmol/l
4- 5
Aminoantipyrine (CHE) mmol/l
Cholesterol (CHO) 0.3
esterase (POD) mmol/l
Cholesterol ≥ 200
oxidase kU/l
Peroxidase ≥ 50
Standard kU/l
≥3
kU/l
200
mg/dl
(5.2
mmol/l)
Bahan berupa serum atau plasma darah
Prosedur
1. Presipitasi
Pipet ke dalam tabung sentrifuge
Sampel Standar
Serum (µl) 100 -
Standar (µl) - 100
Reagen (µl) 1000 1000

Dicampur dan didiamkan 15 menit pada suhu kamar. Dipusingkan 20 menit pada 2500 rpm.
Supernatan dipipet ke dalam tabung reaksi.
2. Penetapan Kadar HDL
Sampel Standar
Supernatan (µl) 100 -
Standar (µl) - 100
Reagen Kolesterol 1000 1000
(µl)

Dicampur, inkubasi 10 menit pada 20-250C atau 5 menit pada suhu 370C. Dibaca absorban
Sampel dan Standar terhadap blanko pada λ : 500 nm dalam waktu kurang dari 45 menit.

Penentuan hasil
Kadar Kolesterol Supernatan =
𝐴 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑥 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
𝐴 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
Kadar LDL-Kolesterol =
kolesterol total – kolesterol supernatan
Interpretasi hasil
Nilai normal
Kurang dari 150 mg/dl
Berisiko tinggi terhadap PJK : > 160 mg/dl
Risiko sedang : 130-159 mg/dl
Risiko rendah : < 130 mg/dl
LDL merupakan lipoprotein Beta yang mempunyai andil utama terjadinya arterosklerosis dan
penyakit arteria koronaria.
PRAKTIKUM XII
PENENTUAN SGOT / ASAT

Alanine Aminotransferase (ALAT/ALT) sebelumnya dikenal dengan sebutan Glutamic


Pyruvic Transaminase (GPT) dan Aspartate Aminotransferase (ASAT/AST) dulu disebut
Glutamic Oxalacetic Transaminase (GOT) merupakan kelompok enzim penting
Metode
Tes UV berdasarkan IFCC (International Federation of Clinical Chemistry and Laboratory
Medicine) [modifikasi]
Prinsip
ASAT
L-Aspartate + 2 Oxaglutarate L-Glutamate + Oxalacetat
MDH
Oxalocetat + NADH + H + L- Malate + NAD+

Penambahan pyridoxal-5-phosphate (P-5-P) menstabilkan transaminase dan mencegah


terjadinya nilai yang terlalu rendah dalam sampel yang kandungan P-5-P endogennya
rendah, misal pasien dengan myocardial infarction, kelainan hati dan pasien yang dirawat
secara intensif (misal ICU).

Reagen
R1: TRIS pH 7.65 110 mmol/L
Aspartate 320 mmol/L
MDH (Malate dehydrogenase) ≥ 800 U/L
LDH (Lactate dehydrogenase) ≥ 1200 U/L
R2: 2- Oxoglutarate 65 mmol/L
NADH 1 mmol/L
Pyridoxal-5-Phosphate FS
Good’s buffer pH 9.6 100 mmol/L
Pyridoxal-5-phosphate 13 mmol/L

Prosedur
1. Campur 4 bagian R1 dengan 1 bagian R2 sehingga disebut monoreagen. Diamkan monoreagen
30 menit pada suhu 15-250C sebelum digunakan. Monoreagen stabil selama 4 minggu pada suhu
2-80C dan 5 hari pada suhu 15-250C. Hindarkan dari cahaya.
2. Ambil tiga tabung reaksi dan isikan seperti tabel dibawah ini
Sampel Standar
Sampel / Standar 100 µl 100 µl
Monoreagen 1000 µl 1000 µl
Campur, baca absorban pada menit 1, 2 dan 3 pada
panjang gelombang 365 nm,

Penentuan Hasil
Aktivitas SGOT/ASAT : (A1 – A2) + (A2 – A3) x Faktor

Intepretasi Hasil
Wanita < 31 U/L
Pria < 35 U/L
Anak-anak 1-3 tahun < 50 U/L
4-6 tahun < 45 U/L
7-9 tahun < 40 U/L
10-12 tahun < 40 U/L
13-15 tahun < 35 U/L
16-18 tahun < 35 U/L
PRAKTIKUM XIII
PENENTUAN SGPT / ALAT

Prinsip

Reaksi
ALAT
L- Alanine + 2 Oxaglutarate L-Glutamate + Pyruvate
LDH
Pyruvate + NADH + H + D-Lactate + NAD+

Reagen
R1: TRIS pH 7.15 140 mmol/L
L-Alanine 700 mmol/L
LDH (Lactate dehydrogenase) ≥ 2300 U/L
R2: 2- Oxoglutarate 85 mmol/L
NADH 1 mmol/L
Pyridoxal-5-Phosphate FS
Good’s buffer pH 9.6 100 mmol/L
Pyridoxal-5-phosphate 13 mmol/L

Prosedur
1. Campur 4 bagian R1 dengan 1 bagian R2 sehingga disebut monoreagen. Diamkan monoreagen
30 menit pada suhu 15-250C sebelum digunakan. Monoreagen stabil selama 4 minggu pada suhu
2-80C dan 5 hari pada suhu 15-250C. Hindarkan dari cahaya.
2. Ambil tiga tabung reaksi dan isikan seperti tabel dibawah ini
Sampel Standar
Sampel / Standar 100 µl 100 µl
Monoreagen 1000 µl 1000 µl
Campur, baca absorban pada menit 1, 2 dan 3 pada
panjang gelombang 365 nm,

Penentuan Hasil
Aktivitas SGOT/ASAT : (A1 – A2) + (A2 – A3) ??????????????

Intepretasi Hasil
Wanita < 34 U/L
Pria < 45 U/L
Anak-anak 1-30 hari < 25 U/L
2- 12 bulan < 35 U/L
1-3 tahun < 30 U/L
4-6 tahun < 25 U/L
7-9 tahun < 25 U/L
10-18 tahun < 30 U/L
PRAKTIKUM XIV
PENENTUAN KADAR HAEMOGLOBIN

Haemoglobin adalah molekul yang terdiri dari 4 kandungan haem (berisi zat besi) dan 4 rantai
(alfa,beta,gama dan delta), berada di dalam eritrosit dan bertugas utama untuk mengangkut oksigen.
Kualitas darah dan warna merah darah ditentukan oleh kadar haemoglobin. Struktur haemoglobin
dinyatakan dengan menyebut jumlah dan jenis rantai globin yang ada. Terdapat 141 molekul asam
amino pada rantai alfa dan 146 mol asam amino pada rantai beta, gama dan delta.
Beberapa metode yang digunakan untuk pemeriksaan kadar haemoglobin, antara lain:
A. Talquist
Prinsip
Kadar Hb ditentukan dengan menggunakan Haemoglobin Scale dalam prosentase (%). Metode ini
tidak akurat.

Prosedur
1. Darah diambil dengan pipet sahli (0,02 ml)
2. Teteskan pada kertas saring Haemoglobin Scale, ditunggu beberapa detik sampai kering.
3. Cocokkan pada warna di Haemoglobin Scale.

B. Sahli
Prinsip
Haemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara
visual dengan standart. Metode ini banyak di lakukan di seluruh pelayanan medis di Indonesia.
Kelemahan Metode Sahli: alat tidak dapat dikalibrasi dan tidak semua jenis Haemoglobin diubah
menjadi hematin asam, seperti: karboksi-Hb, Methemoglobin, dan Sulfhemoglobin.

Prosedur
1. Masukkan kira-kira 5 tetes HCl 0,1 N ke dalam tabung pengencer hemometer
2. Isaplah darah (kapiler, EDTA atau oxalat) dengan pipet haemoglobin sampai garis tanda 20 µl.
3. Hapuslah darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet.
4. Catatlah waktunya dan segeralah alirkan darah dari pipet ke dalam dasar tabung pengencer
yang berisi HCl itu. Hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara.
5. Angkatlah pipet itu sedikit, lalu hisap HCl yang jernih itu ke dalam pipet 2 atau 3 kali untuk
membersihkan darah yang masih tinggal dalam pipet.
6. Campurlah isi tabung itu supaya darah dan asam bersenyawa, warna campuran menjadi coklat
tua.
7. Tambahkan air setetes demi setetes, tiap kali diaduk dengan batang pengaduk yang tersedia.
Persamaan warna campuran dan batang standart harus dicapai dalam waktu 3-5 menit setelah
darah dan HCl dicampur. Pada usaha mempersamakan warna hendaknya tabung diputar
sehingga garis bagi tidak terlihat.
8. Bacalah kadar haemoglobin.

C. Cyanmethemoglobin
Prinsip
Turunan hemoglobin dalam darah kecuali sulfhemoglobin dikonversi secara kuantitatif menjadi
hemoglobin sianida menggunakan larutan reaksi. Reaksi selesai setelah tiga menit. Warna yang
terbentuk sangat stabil dan dapat diukur secara fotometri. Absorbansi diukur pada 540 nm
sebanding dengan konsentrasi hemoglobin dalam sampel.
Larutan drabkin dalam 1 Liter berisi:
1. Na-bikarbonat (NaHCO3) 1 gr
2. K-cyanida (KCN) 0,05 gr
3. K-ferricyanida (K3Fe(CN)6) 0,2 gr
Larutan ini disimpan dalam botol berwarna gelap dan di lemari es/suhu dingin, Reagen rusak bila
sudah tampak adanya endapan.

Prosedur
1. Ke dalam tabung reaksi, masukkan 5 ml larutan drabkin dan 0,02 ml darah.
2. Homogenkan dan diamkan 3 menit (waktu terbentuknya Cyanmeth-Hb).
3. Baca dengan Spektrofotometer dengan OD 540 nm.
Penentuan hasil
Kadar hemoglobin (g/dl) = Abs sampel x Faktor (konsentrasi standar dibagi absorbansi standar)
Interpretasi hasil
Nilai normal kadar haemoglobin
Wanita : 12-16 gr/dl
Pria : 14-18 gr/dl
Anak : 10-16 gr/dl
Bayi baru lahir : 12-24 gr/dl
Penurunan kadar haemoglobin terdapat pada penderita anemia, kanker, penyakit ginjal, pemberian
cairan intra vena berlebihan, dan penyakit Hodkins. Dapat juga disebabkan oleh obat-obatan, misalnya
antibiotika, aspirin, antineoplastik (obat kanker), indometasin, sulfonamide, primaquin, rifampin, dan
trimetadion.
Peningkatan kadar hemoglobin terdapat pada pasien dehidrasi, polisitemia, penyakit paru obstruktif
menahun (COPD), gagal jantung kongesti, dan luka bakar hebat. Obat yang dapat meningkatkan hasil
pemeriksaan hemoglobin adalah metildopa dan gentamicin.
PRAKTIKUM XV
PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH
PRAKTIKUM XVI
PEMERIKSAAN URIN

Pemeriksaan urin akan memberikan gambaran tentang ada tidaknya penyakit di dalam ginjal,
saluran pembuangannya, dan dapat memperoleh data penting tentang penyakit-penyakit yang terdapat
ditempat lain dalam tubuh kita. Hasil-hasil pemeriksaan urin akan mempunyai arti apabila diketahui
periode atau waktu urin tersebut diambil.
1. Untuk pemeriksaan rutin urin, bila mungkin digunakan urin pagi, keuntungannya ialah :
a. Tidak ada kekeruhan yang mengganggu karena perubahan kimia karena bakteri.
b. Tidak ada oksidasi, sehingga beberapa bahan akan lebih mudah dan lebih cepat ditentukan.
c. Kadar spontan maksimal, sehingga penetapan berat jenis mempunyai makna untuk menilai
fungsi ginjal.
d. Tidak ada pengaruh perubahan siang hari.
2. Dalam kasus tertentu, urin diambil pada siang hari, hal ini dilakukan pada kasus-kasus tertentu.
a. Albuminuria ortostatis : harus dibandingkan kadar protein urin pagi sebelum bangun dengan
urin sesudah bangun.
b. Pada pengaturan diet diabetes, urin dikumpulkan 3-4 bagian selama 24 jam
3. Untuk semua penetapan kuantitatif, urin dikumpulkan dalam 24 jam, dan sampel diambil dari
kumpulan itu.
Untuk pengambilan sampel urin, urin diambil urin tengah dan akhir yaitu dengan cara urin yang
dikeluarkan awal dibuang dan baru diambil bagian tengah dan akhir.

ANALISA URIN KUALITATIF


A. WARNA
Prinsip
Zat warna normal urin berasal dari metabolisme endogen yang ditunjukkan zat warna darah
empedu. Urin segar yang normal mempunyai warna sitrun sampai warna kuning batu ambar. Dapat
dikatakan bahwa warna urin tergantung pada kadar zat yang terlarut didalamnya. Warna gelap
berhubungan dengan berat jenis yang tinggi, sedangkan warna terang berhungan dengan berat
jenis yang rendah.
Pada fungsi ginjal yang terganggu, warna urin menjadi lebih muda kecuali dalam urin terdapat
banyak benda-benda padat. Urin asam biasanya berwarna gelap dari pada urin basa. Tetapi urin
basa yang mengandung fenol atau alkapton akan menjadi gelap bila didiamkan diudara terbuka.
Bahan-bahan abnormal yang dapat dijumpai dalam urin adalah sebagai berikut :
1. Darah dan zat warna
Adanya hematuria, warna urin menjadi merah sampai coklat, karena adanya butir-butir darah.
Hemoglobinuria karena adanya zat warna darah yang terlarut. Pada kasus hematuria, urin
tidak tembus cahaya, sedangkan dalam kasus hemoglobinuria, urin menjadi tembus cahaya.
2. Urobilin
Urin yang mengandung urobilin akan berwarna kayu mahoni.
3. Bilirubin
Urin akan berwarna kuning sampai coklat tua dan sesudah digojog terlihat buaih berwarna
kuning yang tahan lama. Sesudah disimpan lama urin akan menjadi hijau coklat sampai hijau.,
karena bilirubin teroksidasi menjadi biliverdin.
4. Porfirin
Adanya porfirin maka urin akan berwarna merah anggur. Bila ada porfirinogen maka warna urin
normal, tetapi setelah didiamkan dengan pengaruh cahaya dan udara lambat laun menjadi
gelap.
Prosedur
1. Siapkan urin segar kedalam tabung reaksi.
2. Segera amati warna dari urin tersebut.
3. Catat warna dari urin yang saudara amati.
Interpretasi hasil
Beberapa sebab warna urin
Kuning
1. Zat warna normal dalam jumlah besar: urobilin, urochrom
2. Zat warna abnormal: bilirubin
3. Obat-obatan dan diagnostika: Fenacetin, Kaskara, Nitrofurantoin, Santonin, PSP, riboflavin
(dengan fluoresensi hijau). Santonin dan PSP berwarna kuning dalam lingkungan asam.
Jangan lupa kemungkinan warna kuning urin disebabkan oleh zat warna yang terdapat dalam
makanan, misalnya wortel.
Jingga
1. Zat warna normal : zat warna empedu.
2. Karena obat-obatan : antiseptik saluran kencing, pyridium, dan obat fenothiazin.
Hijau
1. Zat warna normal dalam jumlah besar : indikan
2. Adanya biliverdin
3. Obat preparat vitamin dan obat Psikoaktif
4. Adanya bakteri: Pseudomonas Aeruginosa (B.pyocyaneus)
Biru disebabkan karena deuretika tertentu.
Merah
1. Zat warna normal dalam jumlah besar : uroerythrin
2. Zat warna abnormal : hemoglobin, porfirin (berarti ada perdarahan saluran kencing), porfobilin
3. Obat-obatan dan diagnostika : Santonin, PSP, amidopyrin, Congored, BSP. Zat-zat itu
berwarna merah dalam lingkungan basa. Zat warna makanan juga perlu dipertimbangkan,
misalnya Biet, Senna, Robarber
4. Kuman- kuman : B. prodigiosus
Coklat
1. Zat warna normal dalam jumlah besar : urobilin
2. Zat warna abnormal : bilirubin, hematin asam, porfobilin
3. Obat – obat Nitrofurantion, levodopa
Coklat tua atau hitam
1. Zat warna normal dalam jumlah besar : indikan
2. Zat warna abnormal : darah tua, alkapton, melamin
3. Obat-obat : devirat-devirat fenol, argyrol
Serupa susu
1. Zat normal dalam jumlah besar : fosfat, urat
2. Zat abnormal : pus, getah prostat, chylus, zat-zat lemak, bakteri-bakteri, protein yang
membeku

B. KEJERNIHAN
Prinsip
Urin normal segar terlihat jernih tembus terang penuh.
Prosedur
a. Masukkan urin segar kedalam beker glass 100 ml sampai ¾ penuh
b. Dengan menggunakan kertas yang dilubang, kemudian beker glass disorot dengan lampu
senter.
c. Amati dan catat hasilnya.
Interpretasi hasil
Tidak semua kekeruhan urin bersifat abnormal. Urin normalpun akan menjadi agak keruh jika
dibiarkan atau didinginkan; kekeruhan ringan itu disebut nubecula dan terjadi dari lender, sel-sel
epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap. Sebab-sebab urin menjadi keruh setelah
dibiarkan:
1. Nubecula
2. Ura-Urat amorf yang terbentuk dalam urin asam dan dingin. Warna kekeruhan dan endapan
putih atau merah jambu akan lenyap jika urin dipanasi.
3. Fosfat amorf dan karbonat. Zat-zat ini mengendap dalam urin basa atau urin yang menjadi
basa. Kedua macam zat larut bila urin diasamkan, karbonat melarut dengan pembentukan gas
CO2.
4. Bakter-bakteri. Mungkin bakteri-bakteri itu tidak berasal dari dalam badan, melainkan
berkembang biak dalam urin yang ditampung dalam botol kotor. Kalau tidak berasal dari dalam
badan, adanya bakteri-bakteri itu tidak disertai bertambahnya unsur-unsur sediment.
5. Benda-benda koloid. Umumnya sukar diketahui koloid apa dan sebabnya maka koloid itu ada
dalam urin. Urin tidak dapat dijernihkan dengan menyaringnya atau memusingkannya. Benda-
benda koloid itu tidak nampak pada pemeriksaan mikroskopik dan tidak dapat juga larut dalam
ether.
Jika urin keruh, maka:
1. Bila kekeruhan dapat melewati filter, maka menunjukkan adanya bakteri. Dalam urin segar
keadaan ini patologis.
2. Urin keruh dan alkalis
a. Bila kekeruhan menghilang dengan penambahan asam cuka 6% maka :
1) tanpa adanya gas menunjukkan adanya posfat
2) terbentuk gas menunjukkan adanya karbonat
b. Bila hilang dengan penambahan HCl, maka menunjukkan adanya kalsium oksalat.
3. Urin keruh dan asam
Kekeruhan hilang setelah dipanaskan, maka menunjukkan adanya asam urat, garam urat. Bila
kekeruhan tidak hilang dengan pemanasan dan juga tidak hilang dengan penambahan alkalis
maka menunjukkan adanya bahan organik, seperti : nanah, epitel, dan sebagainya. Kekeruhan
menghilang setelah ditambah eter menunjukkan adanya butir-butir lemak.

C. BAU
Prinsip
Urin normal mempunyai bau khas.
Prosedur
a. Masukkan urin segar kedalam beker glass secukupnya.
b. Kemudian segera dicium baunya.
c. Catat hasilnya.
Interpretasi hasil
Dalam keadaan patologis, urin segar dapat berbau menyimpang dari biasanya, yaitu urin pekat dan
baunya keras (bau amoniak). Bila bau seperti buah-buahan maka menunjukkan adanya diabetes.
Bila urin segar baunya busuk maka urin tercampur feses (fistel vesica urinaria-kolon).

D. DERAJAT KEASAMAN
Prinsip
Untuk mengukur derajat keasaman dapat digunakan kertas lakmus yang mempunyai daerah
perubahan warna antara pH 5,4 (merah) dan pH 7,8 (biru). Pada penentuan, urin yang digunakan
adalah urin segar, karena setelah dibiarkan lama urin cenderung bersifat basa.
Prosedur
a. Masukkan urin segar kedalam beker glass secukupnya.
b. Celupkan kertas lakmus sampai sepertiga bagian.
c. Amati perubahan warnanya.
d. Catat hasilnya.

Interpretasi hasil
Perubahan lambat menjadi merah menunjukkan bahwa urin bersifat asam lemah, bila perubahan
merah menjadi cepat, maka urin bersifat asam kuat.
Batas-batas normal pH ialah dari 4,6 – 8,5. urin 24 jam mempunyai pH rata-rata 6,2 oleh
pengeluaran zat-zat metabolik yang asam. Keasaman titrasi urin 24 jam rerata 300 ml asam 1/10 n,
dengan batas-batas dari 100 – 600 ml.

E. BERAT JENIS
Prosedur
a. Timbang 25,0 ml urin
b. Catat hasilnya
c. Hitung berat urin dalam 1000,0 ml
d. Buat kesimpulannya
Interpretasi hasil
Penetapan berat jenis urin pagi sangat membantu menaksir fungsi ginjal. Bila berat jenisnya diatas
1,020, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada gangguan fungsi ginjal.
Berat jenis urin sangat erat hubungannya dengan diuresis, makin besar deuresis, makin rendah
berat jenis dan sebaiknya. Berat jenis urin 24 jam orang normal biasanya berkisar antara1,016 –
1,022 (lazim ditulis 1016 – 1022 saja dengan meniadakan koma). Oleh pengaruh faktor-faktor yang
menentukan besarnya diuresis, batas normal boleh berbeda-beda dari 1003 – 1030.
Penetapan berat jenis urin bukan 24 jam juga mempunyai makna, juga dalam urin sewaktu.
Tingginya berat jenis itu memberi kesan tentang pekatnya urin: jadi berhubungan dengan faal
pemekatan ginjal.
Batas-batas normal urin sewaktu 1003-1030. jika terdapat urin sewaktu (sering urin pagi) yang
mempunyai berat jenis 1025 atau lebih tinggi, sedangkan reduksi urin itu negatif dan tidak ada
protein, maka hal itu menunjukkan faal pemekatan ginjal yang baik. Berat jenis yang lebih dari
1030 memberi isyarat akan kemungkinan glukosuria.

Anda mungkin juga menyukai