Anda di halaman 1dari 17

http://www.definisi-pengertian.com/2015/04/pengertian-mutu.

html diakses pada selasa 13 Agustus


2019 pukul 05.02

Pengertian Mutu Menurut Para Ahli dan Para Pakar ini melanjutkan tulisan sebelumnya tentang
Pengertian Manajemen, berikut ini adalah beberapa pengertian dari mutu :

1. Pengertian Mutu Menurut Phillip B. Crosby

Mutu adalah confermance to requirement, yaitu sesuai dengan yang diisyaratkan. Suatu produk memiliki
mutu apabila sesuai dengan yang standar atau kriteria mutu yang telah ditentukan, standar mutu
tersebut meliputi bahan baku proses produks dan produksi jadi.

2. Pengertian Mutu Menurut Edwards Deming

Mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan yang bermutu adalah
perusahaan yang menguasai pangsa pasar karena hasil produksinya sesuai dengan kebutuhan konsumen,
sehingga menimbulkan kepuasan konsumen. Jika konsumen merasa puas, maka mereka akan setia
membeli produk perusahaan tersebut baik berupa barang maupun jasa.

3. Pengertian Mutu Menurut Feigenbaum

Mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfaction). Suatu produk dianggap
bermutu apabila dapat memberikan kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan
harapan konsumen atas produk yang dihasilkan perusahaan.

4. Pengertian Mutu Menurut Gravi dan Davis

Mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, tenaga kerja, proses dan tugas
serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Perubahan mutu produk tersebut
memerlukan peningkatan atau perubahan keterampilan tenaga kerja, proses produksi, dan tugas serta
perubahan lingkungan perusahaan agar produk dapat memenuhi dan melebihi harapan konsumen.

Terdapat banyak pengertian tentang mutu. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, mutu adalah suatu
nilai atau keadaan. Sementara pengertian lain tentang mutu dikemukakan oleh para ahli dilihat dari
sudut pandang yang berbeda. Diantaranya Edward Deming, mengatakan bahwa mutu adalah :
“apredictive degree of uniformity and dependability at a low cost, suited to the market”. Pendapat lain,
seperti yang disampaikan Joseph M. Juran, mutu adalah : “fitness for use, as judged by the user”.
Kemudian Philip B. Crossby, mengatakan “conformance to requirements” dan Armand V. Feigenbaum,
mengatakan “full customer satisfaction”.

Pada hakikatnya beberapa pengertian mutu tersebut adalah sama dan memiliki elemen-elemen sebagai
berikut : pertama, meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Kedua, mencakup
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan. Ketiga, merupakan kondisi yang selalu berubah.
Berdasarkan elemen-elemen tersebut maka mutu dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi bahkan melebihi
harapan.

Dari beberapa pengertian mutu di atas, dapat penulis simpulkan bahwa secara garis besar, mutu adalah
keseluruhan ciri atau karakteristik produk atau jasa dalam tujuannya untuk memenuhi kebutuhan dan
harapan pelanggan. Pelanggan yang dimaksud disini bukan pelanggan atau konsumen yang hanya datang
sekali untuk mencoba dan tidak pernah kembali lagi, melainkan mereka yang datang berulang-ulang
untuk membeli dan membeli. Meskipun demikian, pelanggan yang baru pertama kali datang juga harus
dilayani sebaik-baiknya, karena kepuasan yang pertama inilah yang akan membuat pelanggan datang dan
datang lagi. Secara umum dapat dikatakan bahwa mutu produk atau jasa itu akan dapat diwujudkan bila
orientasi seluruh kegiatan organisasi tersebut berorientasi pada epuasan pelanggan (customer
satisfaction). Apabila diutarakan secara rinci, mutu memiliki dua perspektif, yaitu perspektif produsen
atau penyelenggara dan perspektif konsumen atau pelanggan, bila kedua hal tersebut disatukan maka
akan dapat tercapai kesesuaian antara kedua sisi tersebut yang dikenal sebagai kesesuaian untuk
digunakan oleh pelanggan. Dan apabila diperhatikan kembali, kedua perspektif tersebut akan bertemu
pada satu kata “fitness for customer use”.Kesesuaian untuk digunakan tersebut merupakan kesesuaian
antara konsumen/pelanggan dengan produsen/penyelenggara, sehingga dapat membuat suatu standar
yang disepakati bersama dan dapat memenuhi kebutuhan dan harapan kedua belah pihak.

Selanjutnya, pengukuran mutu untuk produk fisik (barang) selain menekankan pada produk yang
dihasilkan, juga perlu juga diperhatikan mutu pada proses produksi. Bahkan, yang terbaik adalah apabila
perhatian pada mutu bukan pada produk akhir, melainkan pada proses produksinya atau produk yang
masih ada dalam proses (work in process), sehingga bila diketahui ada cacat atau kesalahan masih dapat
diperbaiki. Sedangkan, untuk pengukuran mutu pada jasa -tidak terkecuali jasa pendidikan sulit sekali
dilakukan karena karakteristiknya pada umumnya tidak nampak.

Namun demikian, menurut Garvin, ada beberapa dimensi mutu pada jasa antara lain communication,
credibility, security, knowing the customer, tangibles, reliability, responsiveness, competence, access dan
courtesy. 58 Sedangkan untuk peningkatan mutu jasa seperti jasa pendidikan, menurut Stebbing, ada
beberapa langkah yang harus ditempuh untuk dapat meningkatkan mutu jasa yang ditawarkan, yakni
mengidentifikasi penentu utama mutu jasa, mengelola harapan pelanggan, mengelola mutu jasa dan
mengembangkan budaya mutu.

Dalam konsep relatif, mutu biasanya diukur dari sisi pelanggan baik internal maupun eksternal. Dan
dalam tulisan ini, mutu yang dimaksud oleh penulis adalah mutu implementasi manajemen sumber daya
manusia di sekolah yang telah memberikan jasa (pelayanan), dengan fokus pembahasan pada pelanggan
internal -guru dan pegawai, pelanggan eksternal primer –para siswa. Selanjutnya, ukuran mutu yang
menjadi fokus dalam pembahasan ini pun adalah adanya kepuasan melalui perkembangan kemampuan
dari segi fisik dan psikis para pelanggan tersebut. Berkembang secara fisik antara lain mendapatkan
imbalan finansial dan kesejahteraan hidup lebih layak, sedangkan perkembangan secara psikis adalah
bila mereka diberi kesempatan untuk terus belajar dan mengembangkan kemampuan, bakat dan
kreativitasnya. Di samping itu, pelanggan- pelanggan tersebut merasa puas bila suasana kerja atau
budaya kerja di sekolah mendukung.

https://jurnalmanajemen.com/manajemen-mutu/

Kepuasan pelanggan adalah salah satu kunci dalam menciptakan hubungan dengan pelanggan yang
berpengaruh terhadap keberhasilan jangka panjang perusahaan. Tingkat kepuasan pelanggan tergantung
pada mutu produk dan jasa. Tingkat kualitas yang sesuai ekspektasi pelanggan akan menghasilkan
tingkat kepuasan yang tinggi.

harus diupayakan oleh setiap perusahaan jika ingin dapat bersaing di pasar untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan konsumen. Sehingga menuntut perusahaan untuk selalu memperbaiki kualitas
produk dan jasa mereka melalui manajemen mutu.

http://standarkerja-produksi.blogspot.com/2009/05/mengapa-mutu-itu-penting-istilah-mutu.html

Mutu hasil produksi dan Mutu pelayanan

Istilah mutu sangat penting bagi suatu organisasi atau perusahaan, karena:

1. Reputasi perusahaan

Perusahaan atau organisasi yang telah menghasilkan suatu produk

atau jasa yang bermutu atau berkualitas akan mendapat predikat

sebagai organisasi yang mengutamakan mutu.

Oleh karena itu, perusahaan atau organisasi tersebut dikenal oleh

masyarakat luas dan mendapat nilai "LEBIH" dimata masyarakat.

Karena nilai "lebih" itulah maka perusahaan atau organisasi

mendapat kepercayaan dari masyarakat.

2. Penurunan Biaya
Paradigma lama

bila kita ingin menghasilkan produk yang bermutu maka selalu membawa dampak pada peningkatan
biaya.

Suatu produk yang bermutu selalu identik dengan harga mahal.

Padahal pada era saat ini, tuntutan pasar sudah berbeda,

masyarakat hanya akan membeli produk yang memang sesuai

dengan kebutuhan dan berharga murah, namun tidak mengurangi

mutu.

Paradigma baru

produk atau jasa yang dihasilkan tidak perlu mengeluarkan biaya tinggi, tetapi dapat menghasilkan
produk yang bermutu, maka dapat dikatakan

perusahaan tersebut sudah berorientasi pada ”CUSTOMER SATISFACTION”

produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan.

Dengan demikian tidak ada pemborosan yang terjadi yang harus dibayar mahal oleh perusahaan

Sehingga pendapat "Quality Has No Cost" dapat dicapai dengan tidak menghasilkan produk yang tidak
dibutuhkan oleh pelanggan.

3. Peningkatan pasar

Pangsa pasar akan meningkat bila minimasi biaya tercapai, sehingga

harga dapat ditekan, dengan mutu tetap menjadi yang utama. Hal-

hal ini yang kemudian mendorong konsumen untuk membeli dan

membeli lagi produk tersebut sehingga pangsa pasar meningkat.

4. Pertanggung jawaban produk

Dengan selalu menjaga minimasi biaya dengan mutu yang tetap terjaga, maka perusahaan akan tampak
semakin bertanggung jawab terhadap proses dan hasil produksi tersebut untuk memenuhi kebutuhan
pasar.
Pelanggan akan menaruh rasa percaya dan semakin menanti produk2 yang dihasilkan oleh perusahaan
tersebut.

Kesimpulan:

Jika sebuah perusahaan ingin tetap eksis dan terus berkembang, maka harus menganut pada "New
Paradigma", yaitu Customer Satisfaction yang berorientasi pada pelanggan yang mengacu pada:

” Focus pada pelanggan, baik internal maupun external ”

Tujuan utamanya adalah :

- Komitmen terhadap mutu dalam jangka panjang

- Mengadakan perbaikan terus menerus dan berkesinambungan.

Mutu mencakup semua segi bisnis, termasuk mutu pelayanan, bukan cuma mutu produk (barang/jasa)

Sedangkan mutu pelayanan yang sasarannya adalah kepuasan pelanggan mencakup pelanggan luar
(ultimate users) dan pelanggan dalam (next process), sebab kita tidak dapat mengharapkan pelanggan
dalam yang tidak puas untuk memuaskan pelanggan luar secara berkelanjutan.

Untuk mencapai sasaran tersebut , pembinaan pelayanan pelanggan diberikan pada karyawan yang
didepan langsung berhubungan dengan pelanggan (Customer service) dan jajaran karyawan dan
pimpinan yang juga perlu pembinaan

Dengan tujuan agar "mutu pelayanan antar bagian/karyawan akan menunjang pelayanan keluar"

Sasaran pelayanan tidak sekedar meniadakan keluhan (complaint) atau memuaskan pelanggan,
melainkan lebih dari itu (beyond customer satisfaction) sehingga upaya perusahaan untuk
memuaskannya tidak semudah seperti yang diperkirakan.

Untuk pencapaian hal tersebut diatas perlu komitmen dari jajaran pimpinan yang kuat untuk
membangun budaya pelayanan (service culture) dalam organisasinya dengan pendekatan yang lebih dari
pada sekedar pelatihan bagi customer service

https://www.academia.edu/19269691/Pengendalian_Mutu
2. Mutu Menurut Para Ahli

W. Edward Deming, seorang konsultan manajemen dan pakar mutu, menyatakan bahwa penggunaan
statistik untuk menganalisis variabilitas dan proses-proses produksi adalah sangat penting. Sebuah,
produksi yang dikelola dengan baik adalah organisasi yang pengendalian statistiknya mengurangi
variabilitas dan menghasilkan mutu produk yang seragam serta keluaran jumlah produk yang mudah
diramalkan. Deming memperkenalkan konsep 14 pengendalian mutu produk yang dikenal dengan istilah

Deming's 14 points

dan juga konsep PDCA

(Plan, Do, Check, Act)

sebagai langkah-langkah sistematis dalam pengendalian mutu. Joseph M Juran menyatakan bahwa
pengendalian mutu perlu memperhatikan tahap-tahap perencanaan, pengendalian, dan perbaikan, yang
kemudian lebih dikenal dengan sebutan trilogi Juran. Ahli lainnya yaitu Philip Crosby menitikberatkan
pada pentingnya melibatkan semua orang pada proses produksi agar setiap orang berusaha mewujudkan
kesesuaian produk/jasa terhadap persyaratan yang telah ditentukan. Sementara itu Armand V.
Feigenbaum berpendapat bahwa perlu adanya komitmen total upaya manajemen dan pegawai untuk
meningkatkan mutu produk/jasa yang dihasilkan.

3. Arti Penqendalian Mutu

Pengendalian mutu merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis,
dan objektif dalam memantau dan menilai barang, jasa, maupun pelayanan yang dihasilkan perusahaan
atau institusi dibandingkan dengan standar yang ditetapkan serta menyelesaikan masalah yang
ditemukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu.

4. Tujuan dan Manfaat Pengendalian Mutu

Tujuan pengendalian mutu meliputi dua tahap, yaitu tujuan antara dan tujuan akhir. Tujuan antara
pengendalian mutu adalah agar dapat diketahui mutu barang, jasa, maupun pelayanan yang dihasilkan.
Tujuan akhirnya yaitu untuk dapat meningkatkan mutu barang, jasa, maupun pelayanan yang dihasilkan.
Mengapa pengendalian mutu penting dilakukan? Karena dapat meningkatkan indeks kepuasan mutu

(quality satisfaction index),

produktivitas dan efisiensi, laba/keuntungan, pangsa pasar, moral dan semangat karyawan
serta kepuasan pelanggan. Terdapat lima dimensi pokok mutu, yaitu sebagai berikut : a. Bukti langsung

(tangible),

terdiri dari fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi. Contohnya dalam hal pelayanan
gizi di poliklinik suatu rumah sakit, maka pasien melihat mutu pelayanan dari fasilitas ruangan yang
memadai,

food model,

perlengkapan pengukur status gizi, dan sebagainya. b. Keandalan

(reliability),

merupakan kemampuan perusahaan/institusi dalam memberi pelayanan yang dijanjikan dengan segera,
akurat, dan memuaskan. Contohnya dalam hal pelayanan gizi yaitu janji ditepati sesuai jadwal, anjuran
diet terbukti akurat, dan sebagainya. c. Daya tanggap

(responsiveness),

yaitu dapat diakses, tidak lama menunggu, serta bersedia mendengar keluh kesah konsumen. d. standar
yang ditetapkan serta menyelesaikan masalah yang ditemukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu.
e. Empati, merupakan kemudahan berhubungan, berkomunikasi, perhatian pribadi, serta memahami
kebutuhan konsumen.

5. Prinsip-Prinsip Penqendalian Mutu:

Menurut Deming, pengendalian mutu secara sistematis mengikuti langkah-langkah perencanaan

(plan),

pelaksanaan (do), pemeriksaan

(check),

serta penindakan atas dasar hasil evaluasi dan perbaikan terus menerus

(act).

Langkah-langkah ini lebih dikenal dengan sebutan PDCA

Cycle

(Gambar 3).
Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu (Quality Control), atau QC untuk akronimnya, adalah suatu proses yang pada intinya
adalah menjadikan entitas sebagai peninjau kualitas dari semua faktor yang terlibat dalam kegiatan
produksi. Terdapat tiga aspek yang ditekankan pada pendekatan ini, yaitu:

1. Unsur-unsur seperti kontrol, manajemen pekerjaan, proses-proses yang terdefinisi dan telah terkelola
dengan baik, kriteria integritas dan kinerja, dan identifikasi catatan.

2. Kompetensi, seperti pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kualifikasi.

3. Elemen lunak, seperti kepegawaian, integritas, kepercayaan, budaya organisasi, motivasi, semangat
tim, dan hubungan yang berkualitas.

Lingkup kontrol termasuk pada inspeksi produk, di mana setiap produk diperiksa secara visual, dan
biasanya pemeriksaan tersebut menggunakan mikroskop stereo untuk mendapatkan detail halus
sebelum produk tersebut dijual ke pasar eksternal. Seseorang yang bertugas untuk mengawasi
(inspektur) akan diberikan daftar dan deskripsi kecacatan-kecacatan dari produk cacat yang tidak dapat
diterima (tidak dapat dirilis), contohnya seperti keretak atau kecacatan permukaan. Kualitas dari output
akan beresiko mengalami kecacatan jika salah satu dari tiga aspek tersebut tidak tercukupi.

Penekanan QC terletak pada pengujian produk untuk mendapatkan produk yang cacat. Dalam pemilihan
produk yang akan diuji, biasanya dilakukan pemilihan produk secara acak (menggunakan teknik
sampling). Setelah menguji produk yang cacat, hal tersebut akan dilaporkan kepada manajemen
pembuat keputusan apakah produk dapat dirilis atau ditolak. Hal ini dilakukan guna menjamin kualitas
dan merupakan upaya untuk meningkatkan dan menstabilkan proses produksi (dan proses-proses
lainnya yang terkait) untuk menghindari, atau setidaknya meminimalkan, isu-isu yang mengarah kepada
kecacatan-kecacatan di tempat pertama, yaitu pabrik. Untuk pekerjaan borongan, terutama pekerjaan-
pekerjaan yang diberikan oleh instansi pemerintah, isu-isu pengendalian mutu adalah salah satu alasan
utama yang menyebabkan tidak diperbaharuinya kontrak kerja.

https://ilmumanajemenindustri.com/perbedaan-pengertian-quality-control-qc-quality-assurance-qa/

Untuk menjaga dan meningkatkan kualitas, perusahaan manufaktur (produsen) umumnya akan
menggunakan dua teknik yaitu teknik pengendalian kualitas (Quality Control) dan teknik penjaminan
kualitas (Quality Assurance). Kedua teknik tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa produk akhir
atau layanan memenuhi persyaratan dan standar kualitas yang ditetapkan.

Pengertian Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA)

Banyak diantara kita yang kurang jelas tentang perbedaan QC dan QA, banyak juga menganggap kedua-
duanya adalah fungsi yang sama. Namun pada dasarnya QC dan QA adalah dua fungsi dan teknik
penjagaan dan peningkatan kualitas yang berbeda.

Quality Control (QC)

Suatu perusahaan dapat menentukan standar kualitas, proses dan prosedur internal masing-masing dan
mengembangkannya dari waktu ke waktu, kemudian pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder)
tersebut diminta untuk mengikutinya. Proses untuk memastikan semua pihak yang berkepentingan
tersebut mengikuti dan mematuhi standar dan prosedur yang ditentukan inilah disebut dengan proses
pengendalian kualitas atau Quality Control.

Setiap organisasi yang menerapkan Quality Control (QC) harus memiliki Pedoman Kualitas yang biasanya
disebut dengan Quality Manual. Quality Manual tersebut akan memberikan panduan kualitas ke
berbagai unit kerja dan departemen. Dengan demikian, setiap individu dalam organisasi menyadari apa
yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya sesuai dengan yang disebutkan dalam Quality Manual.

Pada dasarnya, Quality Control ini berkaitan dengan kegiatan operasional dan teknik yang digunakan
untuk memenuhi persyaratan kualitas. Tujuan utama Pengendalian Kualitas atau Quality Control adalah
memastikan bahwa produk yang akan dikirimkan ke pelanggan adalah bebas dari cacat dan dapat
diterima sesuai dengan persyaratan kualitas yang ditentukan. Jika ditemukan produk yang cacat maka
diperlukan tindakan perbaikan yang sesuai.

Teknik dan Alat yang digunakan Quality Control (QC)

Terdapat tiga teknik Quality Control yang umum digunakan oleh sebuah perusahaan manufakturing yaitu
Inspeksi (Inspection), pengambilan sample secara statistik (Statistical Sampling) dan Tujuh alat
pengendalian kualitas (QC Seven Tools).
Inspeksi atau Inspection adalah menguji produk-produk yang akan dikirim ke pelanggan untuk
memastikan tidak ada yang cacat dan sesuai dengan persyaratan kualitas yang telah ditentukan.

Statistical Sampling adalah memilih sejumlah unit/produk secara acak dari suatu batch atau lot untuk
diperiksa kembali dengan tujuan untuk memastikan produk yang akan dikirimkan tersebut tidak terdapat
produk cacat dan sesuai dengan persyaratan kualitas yang ditentukan.

QC Seven Tools atau Tujuh alat pengendalian kualitas terdiri dari Histogram, Scatter Diagram, Control
Chart, Check Sheet, Pareta Diagram, Cause and Effect Diagram dan Flow Chart. Alat-alat tersebut
digunakan untuk membantu menemukan ketidaksesuai dan kecacatan pada produk.

Quality Assurance (QA)

Quality Assurance (QA) atau jika diterjemahkan langsung ke dalam bahasa Indonesia adalah “Penjaminan
Kualitas”. Istilah “Assurance” atau “Jaminan” menyatakan suatu kepastian ataupun kepercayaan terhadap
produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Quality Assurance (QA) menjamin kualitas produk yang
dihasilkan dan memastikan proses pembuatan produk tersebut sesuai dengan standar dan persyaratan
yang telah ditentukan.

Quality Assurance merupakan suatu pendekatan yang berbasis PROSES (process base approach) yang
tujuan utamanya adalah mencegah produk cacat mulai dari tahap perencanaan (planning) hingga tahap
pengiriman produk ke pelanggan sehingga menghindari terjadi pengerjaan ulang (rework) dan keluhan
pelanggan yang akan merugikan reputasi perusahaan serta pengeluaran biaya-biaya akibat kualitas yang
buruk.

Quality Assurance adalah proses yang pro-aktif yaitu melakukan penekanan terhadap perencanaan,
dokumentasi dan penentuan panduan kualitas pada awal proyek dimulai untuk memahami persyaratan
dan standar kualitas yang diharapkan. Setelah semua persyaratan dan standar kualitas yang diinginkan
tersebut di-identifikasikan, maka diperlukan pengembangan perencanaan untuk memenuhi persyaratan
dan standar kualitas yang diinginkan tersebut.
Teknik dan Alat Quality Assurance

Terdapat tiga teknik ataupun alat yang digunakan untuk menjamin kualitas suatu produk yaitu Quality
Audit, Process Analysis, Quality Management and Control Tools.

Dalam Quality Audit, suatu tim ahli yang berasal dari pihak ketiga eksternal (bukan dari internal
perusahaan) akan melakukan peninjauan proses dan prosedur yang telah ditentukan oleh perusahaan.
Apabila ditemukan perbedaan antara apa yang dilakukan dengan apa yang dinyatakan dalam prosedur
atau proses maka perusahaan yang bersangkutan (perusahaan yang diaudit) diminta untuk melakukan
tindakan perbaikan (Corrective Action). Pihak ketiga dari eksternal tersebut juga akan memberikan saran-
saran untuk perbaikan pada proses-prosesnya. Quality Audit ini memastikan proses dan prosedur yang
telah disetujui dan yang telah ditentukan tersebut telah dilaksanakan dengan baik dan diikuti oleh pihak
yang bersangkutan.

Process Analysis adalah menganalisis setiap proses untuk menemukan kemungkinan (potensi) terjadinya
produk cacat ataupun proses-proses yang tidak memiliki nilai tambah kemudian carikan akar
penyebabnya dan lakukan tindakan perbaikannya.

Quality Management dan Control Tools mencakup berbagai teknik diagram yang membantu untuk
menemukan permasalahan, ide perbaikan, pengambilan keputusan dan prioritas permasalahan yang
harus diselesaikan. Contoh alat-alat Quality Management and Control Tools ini diantaranya seperti
Diagram Pohon, Diagram Afinitas, Diagram Jaringan dan lain-lainnya.

Perbedaan Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA)

Berikut ini adalah beberapa perbedaan antara Quality Control dan Quality Assurance.

Quality Assurance (QA) fokus pada pencegahan cacat sedangkan Quality Control (QC) fokus pada
identifikasi atau menemukan cacat.

Di Quality Assurance (QA), kita mencari cara yang paling efektif untuk menghindari cacat sedangkan di
Quality Control (QC) kita untuk berusaha untuk mendeteksi kecacatan dan kemudian mencari cara
perbaikan untuk membuat kualitas produk menjadi lebih baik.

Quality Assurance (QA) adalah proses pro-aktif sedangkan Quality Control (QC) adalah proses reaktif.
Quality Assurance (QA) merupakan pendekatan berdasarkan proses (process base approach) sedangkan
Quality Control (QC) merupakan pendekatan berdasarkan produk (product base approach).

Quality Assurance (QA) melibatkan proses dalam menangani masalah kualitas sedangkan Quality Control
(QC) melakukan verifikasi terhadap kualitas produk itu sendiri (pada produknya).

Kualitas Audit (Quality Audit) merupakan salah satu contoh proses pada Quality Assurance (QA)
sedangkan Inspeksi dan Pengujian (testing) terhadap produk merupakan contoh proses pada Quality
Control (QC).

Manfaat Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA)

Berikut ini adalah beberapa manfaat adanya Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) di industri
manufakturing.

Menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.

Menghindari pemborosan (waste).

Meningkatkan efisiensi operasional.

Memberikan kepuasan pada pelanggan.

Mengurangi pekerjaan ulang yang merugikan perusahaan dalam segi finansial maupun waktu.

Memotivasi tim dalam bekerja lebih baik dengan kualitas yang tinggi.

Meningkatkan kepercayaan pelanggan.

https://huangcorp.wordpress.com/2008/04/29/manajemen-kualitas-quality-management/

Manajemen Kualitas (Quality Management)

29 April 2008 by Wijaya99

Pengertian Mutu ( Kualitas )

Mutu (kualitas) dalam kerangka ISO 9000 didefinisikan sebagai “ciri dan karakter menyeluruh dari suatu
produk atau jasa yang mempengaruhi kemampuan produk tersebut untuk memuaskan kebutuhan
tertentu”. Hal ini berarti bahwa kita harus dapat mengidentifikasikan ciri dan karkter produk yang
berhubungan dengan mutu dan kemudian membuat suatu dasar tolok ukur dan cara pengendaliannya.
Definisi ini jelas menekankan pada kepuasan pelanggan atau pemakai produk. Dalam suatu proyek
gedung, pelanggan dapat berarti pemberi tugas, penyewa gedung atau masyarakat pemakai. Misalnya
dari segi disain, kepuasan dapat diukur dari segi estetika, pemenuhan fungsi, keawetan bahan,
keamanan, dan ketepatan waktu. Sedangkan dari segi pelaksanaan, ukurannya adalah pada kerapihan
penyelesaian, integritas (sesuai gambar dan spesifikasi) pelaksanaan, tepatnya waktu penyerahan dan
biaya, serta bebas cacat.

Pengertian Manajemen Mutu

Manajemen Mutu adalah aspek-aspek dari fungsi manajemen keseluruhan yang menetapkan dan
menjalankan kebijakan mutu suatu perusahaan/organisasi. Dalam rangka mencukupkan kebutuhan
pelanggan dan ketepatan waktu dengan anggaran yang hemat dan ekonomis, seorang manager proyek
harus memasukkan dan mengadakan pelatihan management kualitas. Hal hal yang menyangkut kualitas
yang di maksud diatas adalah :

· Produk / pelayanan / proses pelaksanaan.

· Proses management proyek itu sendiri.

Didalam tuntutan zaman , dan dalam era persaingan bebas, kita harus banyak belajar tentang hal hal
yang menyangkut proses manajemen dalam lingkungan kerja, terutama tentang pentingnya sistem dan
realisasinya dalam proyek di lapangan.

Management kualitas Proyek

Pada bagian ini di fokuskan pada proses dari management proyek. Ada 2 model atau teknik yang telah
sukses di gabungkan dan di terapkan dalam pelatihan di konsultan konsultan konstruksi dalam
meningkatkan kinerja proses dari management proyek, antara lain : Continuous Quality Model dan
Process Quality Management Model.

Continuous Quality Management


Merupakan cara yang digunakan sebuah perusahaan yang mana dapat digunakan untuk meningkatkan
proses bisnis mereka. Ini merupakan cara hidup dari semua organisasi yang ingin mencapai posisi yang
kompetitif dalam arus industrisasi yang cepat.

Process Management Model

Model atau cara ini digunakan menghubungkan faktor kesuksesan yang kritis pada proses bisnis . Ini
membangun dasar pondasi yang mana Continous Quality Management Model meneruskan mengadakan
suatau analisis yang terhadap langkah langkah dan proses dalam meningkatkan dan memanfaatkan
kesempatan yang ada.

Penggunaan kualitas dalam proyek konstruksi

Management kualitas yang terpadu merupakan pendekatan yang umum di gunakan untuk mendapatkan
suatu kualitas yang diinginkan. Dan kualitas suatu proyek adalah masalah yang khusus yang mana wajib
memerlukan penafsiran yang khusus pula.

Ada 6 (enam) lingkup dari pekerjaan proyek yang mana kualitas harus diuji dan diperiksa yaitu :

· Kualitas dari penerangan dan keputusan dari klien

· Kualitas dari proses disain

· Kualitas Material dan komponen

· Kualitas dari kumpulan proyek


· Kualitas dari kegiatan management proyek

· Management proyek sebagai rata rata dari peningkatan kualitas proyek

Syarat Penggunaan dalam Quality Management

Ada beberapa bagian yang mana digunakan dalam management kualitas. Dalam konteks konstruksi
beberapa akan di jelaskan.

1. Inspeksi

Inspeksi merupakan alat untuk mengukur kegiatan proses konstruksi untuk memeriksa apakah standard
spesifikasi udah di capai.

2. Quality control

Pengendalian Mutu (Quality Control) adalah teknik dan aktivitas operasi yang digunakan agar mutu
tertentu yang dikehendaki dapat dicapai. Aktivitasnya mencakup monitoring, mengeliminir problem yang
diketahui, mengurangi penyimpangan/perubahan yang tidak perlu serta usaha-usaha untuk mencapai
efektivitas ekonomi.

Mutu (kualitas) dalam kerangka ISO-9000 didefinisikan sebagai “ciri dan karakter menyeluruh dari suatu
produk atau jasa yang mempengaruhi kemampuan produk tersebut untuk memuaskan kebutuhan
tertentu”. Hal ini berarti bahwa kita harus dapat mengidentifikasikan ciri dan karakter produk yang
berhubungan dengan mutu dan kemudian membuat suatu dasar tolok ukur dan cara pengendaliannya.

Quality Assurance
Pemastian Mutu (Quality Assurance) adalah seluruh tindakan yang sistematis dan terencana yang
diperlukan agar terjadi kepastian dan kepercayaan terhadap mutu produk/jasa yang diberikan.
Aktivitasnya mencakup kegiatan proses, baik internal maupun eksternal termasuk merumuskan
kebutuhan pelanggan. Maksud dari Quality assurance ini adalah mengidentifikasi kemajuan dari kualitas.
Quality assurance mengevaluasi cost dari proyek secara keseluruhan secara teratur untuk menetapkan
anggaran yang keluar relevan dan sesuai dengan standard kualitas.

Total Quality Management (management kualitas terpadu )

Pada tahun-tahun sekarang sangat sangat penting meningkatkan kualitas dari sebuah produk yang di
hasilkan . Tekanan ini banyak datang dari perusahaan -perusahaan besar internasional seperti
perusahaan mobil dan computer. Persaingan antar perusahaan tersebut lebih memaksa mereka untuk
lebih lagi meningkatkan kualitas produk yang di hasilkan, agar mendapat kepercayaan dari pasar..

5( lima ) pilar dalam Total quality management

Semua sistem manajemen yang menjunjung tinggi kemanusiaan di perlukan untuk menyatukan prinsip
prinsip Total quality management ke dalam setiap aspek organisasi. Bill Creech, salah seorang dari Tim
manajemen impian tahun 90-an di Amerika, telah lama menggunakan lima pilar sebagai suatu cara
untuk memberikan gambaran akan perlunya dasar yang luas bagi TQM . Menurut Bill Creech ,Produk
adalah titik pusat untuk tujuan dan pencapaian organisasi. Mutu dalam produk tidak mungkin ada tanpa
mutu di dalam proses. Mutu di dalam proses tidak mungkin ada tanpa organisasi yang tepat. Organisasi
yang tepat tidak ada artinya tanpa pemimpin yang memadai. Komitmen yang kuat dari bawah ke atas
merupakan pilar pendukung bagi semua yang lain. setiap pilar tergantung pada pilar yang lainnya , dan
kalau salah satu lemah sendirinya yang lain akan lemah.

Penerapan TQM dalam Organisasi

Didalam 5 pilar manajemen kualitas terpadu , organisasi merupakan pilar di tengah. Cara kita
berorganisasi jelas mempengaruhi semua unsur dan kegiatan yang lain. Organisasi adalah kerangka kerja
yang diandalkan oleh seluruh sistem manajemen untuk mendapatkan hasil kerja yang efisien. Untuk
alasan tersebut organisasi lebih dari sesuatu dalam menentukan kesehatan dan vitalitas keseluruhan dari
sistem. Pengalaman menunjukan bahwa beberapa struktur organisasi hanya cocok untuk sistem
sentralisasi,
sedangkan yang lain hanya cocok untuk sistem desentralisasi. Penetapan sentralisme pada input dan
ketergantungan pada peraturan yang berlebihan menekan semangat manusia . Perlakuan yang kasar
terhadap factor sistem manusia memuat orang merasa terasing dan juga bisa memadamkan motivasi
kita. Sebaliknya struktur desentralisasi mempermudah pemimpin dan membebaskan kreatifitas.
Sebenarnya. Pertanyaaan kuncinya adalah organisasi mengembangkan atau meredam semangat
manusia. Oleh karena itu bagaimana kita memilih organisasi yang dapat melambungkan dan organisasi
yang dapat memjatuhkan kita. Berkenaan dengan hal itu , memikirkan struktur sebuah organisasidalam
arti vertical merupakan hal yang tradisional. Seertisebuah pyramid dengan sebuah puncak, suatu

Pentingnya Sistem Management Kualitas

Gelombang globalisasi ekonomi akibat AFTA, GATTS, APEC, WTO, dan lain sebagainya, telah menciptakan
kancah kompetisi yang semakin bebas dan ketat. Proteksi yang sebelumnya menjadi benteng bagi
produk barang dan jasa dalam negeri, akan hilang diterjang arus liberalisasi. Produk barang dan jasa luar
negeri akan bebas masuk ke pasar domestik. Menghadapi situasi seperti ini, terdapat dua pilihan bagi
para pelaku usaha jasa konstruksi dan jasa konsultansi yaitu masuk dalam arena kompetisi atau keluar
arena kompetisi. Kedua keputusan tersebut memiliki konsekuensi yang sama beratnya. Memasuki arena
kompetisi tanpa kekuatan dan strategic sama saja dengan bunuh diri. Keluar dari arena kompetisi tidak
berarti luput dari hempasan gelombang globalisasi, malahan boleh jadi dampaknya lebih dahsyat dari
pada ikut bertarung pada era kompetisi tersebut. Strategi kompetisi yang paling dapat diandalkan oleh
pelaku usaha jasa konstruksi dan jasa konsultansi adalah “strategi kualitas”. Oleh karena itu, para pelaku
usaha jasa konstruksi dan konsultansi harus terus berusaha untuk mengembangkan konsepsi dan
teknologi kualitas, sejalan dengan kecenderungan globalisasi. Diantara alternatif pilihan yang ada,
nampaknya sistem manajemen kualitas ISO9000 dan Total Quality Management (TQM) adalah pilihan
yang tepat dan efektif bagi para pelaku usahajasa konstruksi dan konsultansi. TQM mengembangkan
konsep kualitas dari sudut pandang pengguna jasa konstruksi dan jasa konsultansi yang mengartikan
kualitas adalah <!–[endif]–> kesesuaian. Bila suatu konstruksi prasarana atau infrastruktur dibangun,
dibiayai dan digunakan atau dimanfaatkan oleh pengguna jasa (pemerintah dan masyarakat) sesuai
dengan persyaratan , maka dapat di katakana berkualitas. Persyaratan yang dimaksudkan adalah sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan penggunaj asa. Oleh karena itu dalam konsep TQM, pengguna jasa
bukan hanya diartikan sebagai pembeli bangunan, tetapi diartikan juga sebagai proses berikutnya dan
pihak yang menentukan persyaratan. Usaha-usaha peningkatan dan pengendalian kualitas pada awalnya
hanya dalam lingkup penyedia jasa dan pengguna jasa. Sehingga diperlukan pihak ketiga yang sifatnya
independen. Kehadiran pihak ketiga ini dianggap lebih obyektif dan dapat diterima kedua belah pihak.
Sehingga memunculkan lembaga akreditasi di beberapa negara dengan menggunakan produk standar
seperti: ASTM, JIS, BS dan lain sebagainya. Untuk memberikan jaminan pada semua pihak yang terlibat
dalam perdagangan global (termasuk pelayanan jasa konstruksi/ konsultansi) bagi pihak pengguna jasa,
diperlukan pihak ketiga yang independen dan dapat diterima semua pihak. Demikian sedikit kupasan
mengenai hubungan globalisasi, jasa konstruksi, konsultansi dengan manajemen kualitas.

Anda mungkin juga menyukai