Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PEMBAHASAN

1.1 Persamaan laplace


Dalam membahas tentang listrik statik dalam kaitannya dengan suatu
penghantar, ternyata seluruh muatan terdapat pada permukaan penghantar
atau dalam bentuk muatan titik yang tetap. Dalam hal ini ρ di sebagain besar
titik dalam ruang sama dengan nol. Dan di tempat yang rapat muatannya
nol, persamaan poison mempunyai bentuk yang lebih sederhana. Dari
persamaan   E   dan E   dapat dibuat dalam bentuk persamaan

     
0

 2  
0

 2  2  2
Di mana    
x 2 y 2  2 z
Karena ρ di sebagain titik dalam ruang sama dengan nol (ρ = 0) maka
persamaannya akan menjadi

 2   0
0

 2  0 …………………………………………………………….(1)
yang dikenal sebagai persamaan Laplace
Misalkan terdapat N buah penghantar dengan potensial yang selalu pada
harga 1, 2 , 3 ...., N . Dalam hal ini untuk menentukan potensial di semua

titik dalam ruang di luar suatu penghantar tersebut dapat diselesaikan


dengan mencari pemecahan persamaan Laplace yang berubah nilainya
menjadi  I ,  II ....., N pada permukaan penghantar yang sesuai.

Teorema I persamaan laplace


Jika 1, 2 , 3 ...., N semuanya merupakan penyelesaian persamaan

Laplace, maka

1
  C11  C 2 2  ...  C n n ……………………………………….(2)
Dimana C merupakan tetapan sebarang, juga merupakan penyelesaian
Bukti dari teorema ini diperoleh dari
 2   2 C11   2 C 2 2  ...   2 C n n
 C1 21  C 2  2 2  ...  C n  2 n
0
Berdasarkan teorema ini, kita dapat menjumlahkan dua atau lebih
penyelesaian persamaan Laplace sedemikian hingga persamaan Laplace
memenuhi seperangkat syarat batas tertentu.
Teorema II Persamaan laplace
(Teorema keunggulan) dua penyelesaian persamaan Laplace yang
memenuhi persyaratan batas yang sama, berbeda hanya dalam tetapan
tambahan
Untuk membuktikan teorema ini kita tinjau daerah tertutup V0 di luar
permukaan S1, S2,… SN dari berbagai penghantar yang dibatasi oleh
permukaan S yang dapat berupa permukaan di tempat tak hingga atau
permukaan benda nyata yang melingkupi V0. Misalkan 1 dan  2 adalah
dua penyelesaian persamaan Laplace di V0 yang selain itu memiliki syarat
batas sama dengan S, S1, S2,… SN sayarat batas ini dapat ditentukan dengan

menentukan niai  ataupun pada permukaan batas. Dalam hal ini dapat
n
didefinisikan suatu fungsi baru   1   2 sehingga diperoleh persamaan

   21   2 2 = 0. Selanjutnya, baik  maupun n   mempunyai


harga sama dengan nol pada batas tersebut. Dalam kaitanya dengan vector
divergensi  maka akan diperoleh persamaan

   dv     n


v0 s  s1 ....s N
da

0
Karena integral ke dua mempunyai harga nol. Divergensi memenuhi
persamaan
 
   2   
2

2
Akan tetapi ,  2  diatorema divergensi akan dinggap mempunyai harga
nol pada semua titik dalam V0 sehingga teorema divergensi akan menjadi

  
2
dv  0
V0

 
Dalam hal ini  2 haruslah berharga positif atau nol di setiap titik
dalam V0 dan karena integralnya sama dengan nol, maka terbukti bahwa
satu-satunya kemungkinan adalah  2  0
1.2 Persamaan Poisson
Di dalam kasus elektromagnetik dua hubungan yang dapat
dipecahkan secara simultan, yaitu :
 
E  ………………………………………………………………(3)
0

E  V ………………………………………………..……………….(4)
Kedua persamaan tersebut dapat dikombinasikan ke dalam satu persamaan yaitu :

   V  
0
yang secara umum dapat ditulis

 2V  …………………………………………..…………………..(5)
0
Persamaan (6) ini dikenal sebagai persamaan Poisson. Jika  = 0 di dalam semua
daerah di dalam ruang, maka persamaan Poisson menjadi :
 2V  0 …………………………………………..……………………..(6)
Persamaan ini dikenal dengan persamaan Laplace (Sujanem, 2001).
Di dalam kasus potensial yang ditunjukan dengan persamaan poisson :

 2V   
 0 distribusi muatan umum di dalam penambahan beberapa syarat
batas, potensial dapat dicari dengan pemecahan bagian homogen dari persamaan
di atas yakni persamaan  2V  0 . Pemecahan ini ditambahkan dengan solusi
pemecahan persamaan poisson (hukum coulomb) :
 1 d '
( r ) 
4 0  r  r' + solusi persamaan Laplace……………………………...(7).

3
Penerapan Persamaan Poisson dan Laplace

Contoh :
Misalkan terdapat suatu bidang konduktor semiinfinite dengan sudut

  0 dan   , dipisahkan oleh suatu bahan isolator seperti ditunjukkan pada
4

gambar dibawah ini. Jika diketahui v = 0 dan v = 20 volt di   dan tidak ada
4
muatan antara kedua bidang tersebut. Berapakah V dan E pada ruang di antara
kedua bidang???

Jawab:
Solusi
a.  v  0

b. Pilih sistem koordinat : sistem koordinat silinder karena ada 


c. Tulis persamaan laplace
1 d 2v
2 v  0
 d 2
d. Integrasikan 1 kali
d 2v
 d 2 
 0

dv
A
d
e. Integrasikan 1 kali

 dv   A d
v  A  B

4
f. Cari nilai konstanta A dan B dengan cara memasukkan nilai batas
 saat   0 dan v  0 maka
V  A  B
0 0 B
B0

 saat   0 dan v  v0
V  A  B
V0  A 0
V0
A
0
Maka :
V  A  B
V
V 0
0
g. Cari E dengan cara 1 dimensi
E  V V
1 dv
 \ a
 d
1 d (V0 /  0 )
 a
 d
1 v0
 a
 0
Lalu masukkan kondisi batas
80
V 

1 80
E  a
 

1.3. Syarat Batas


Suatu batas terpenuhi dalam pemecahan masalah dalam volume tertentu
dalam ruang, misalnya kalau menggunakan persamaan elektrostatik yang
berbentuk diferensial ingin ditentukan daerah mana terdapat muatan titik, atau
muatan garis, akibatnya E dimana-mana merupakan fungsi V yang kontinu.

5
Dalam hal ini penyelesaian dalam V akan ditemui bila diketahui sifat tertentu
untuk pemecahan masalah, dalam batas dari V. Karena itu sangat diperlukan
memperhatikan syarat batas.

Dalam tiga dimensi, dijumpai adanya persamaan diferensial parsial, yang


dalam banyak hal tidak mudah memperoleh syarat batas yang sesuai. Oleh
karenanya V akan secara khusus (unik) ditentukan harganya pada batas dan untuk
selanjutnya syarat batas yang lain digunakan juga. Sehingga diperoleh
seperangkat syarat batas yang memenuhi solusi tersebut.

Dalam hal ini ditentukan syarat batas pada bidang yang memisahkan dua
daerah dalam ruang. Contohnya, untuk muatan titik pada gambar di bawah ini.

r
q

Gambar 1. Syarat batas pada bidang yang memisahkan dua daerah dalam ruang.
Contohnya, untuk muatan titik
1 q
Kuat medan pada bidang bola yang menutupi muatan q adalah E  .
4 0 r 3
Bidang ini membatasi ruang dalam bola dan ruang di luar bola. Besaran
1 q
E disebut syarat batas dari bidang batas bola di sekitar muatan titik q.
4 0 r 3
Contoh lain untuk muatan garis untuk muatan garis dengan muatan per satuan
1 ˆ
panjang sama dengan λ, dan pada bidang selalu berjari-jari r adalah E  .
4 0 r

Persamaan E ini merupakan syarat batas pada bidang batas sekunder tersebut.
Solusi persamaan Laplace di suatu daerah, ditentukan secara khusus. Bila
harga V merupakan hasil dari fungsi pada semua batas dalam daerah tersebut. Hal
ini dapat dibuktikan pada gambar ditunjukkan suatu daerah dengan perbatasannya.
Batas luar dapat saja dibuat di suatu tempat tak berhingga, yang biasanya
dinyatakan potensialnya nol.

6
Dalam volume ini
V akan dicari

V khusus pada
permukaan batas

Gambar 2. Suatu daerah dengan perbatasannya

Misalnya terdapat dua solusi dari persamaan Laplace, yaitu V 1 dan V2 yang
memenuhi  2V1  0 dan  2V2  0 . Kedua solusi ini mempunyai harga tertentu di
permukaan batas dan dapat ditunjukkan bahwa V1=V2. Pembuktiannya dengan
mengambil solusi V3=V2-V1 yang memenuhi  2V3   2V1   2V2  0 . Jika V3=
0, maka V1 = V2. Persamaan Laplace tidak memerlukan adanya maksimum dan
minimum di titik lokal, sehingga harga maksimum dan minimum keduanya
dinyatakan dengan nol. Teorema keunikan pertama adalah suatu cara untuk
mencari solusi dengan ketentuan bahwa:
1) Solusinya memenuhi persamaan Laplace

2) Solusinya mempunyai harga yang tepat di perbatasan.

Selanjutnya untuk menangani permasalahan menggunakan persamaan



diferensial Poisson  2V  . Cara penyelesaiannya sama yaitu dengan
0
mengambil V3 = V1-V2 dengan V1 dan V2 sebagai solusinya. Dengan demikian
 
berlaku:  2V3   2V1   2V2    0 dan V3 merupakan solusi dari
0 0
persamaan Laplace, di mana V3 = 0 pada semua perbatasan. Kemudian diperoleh
V1=V2 seperti sebelumnya. Akibat penjelasan di atas disimpulkan bahwa potensial
di suatu daerah dapat ditentukan secara khusus (unik) bila memenuhi ketentuan
berikut ini:
1) Rapat muatan diketahui di seluruh daerah

2) Harga V diketahui pada semua perbatasan.

7
Selanjutnya perhatikan bidang yang membatasi ruang 1 dan ruang 2.
Bidang ini bermuatan dengan jumlah muatan per satuan luas τ. Perhatikan gambar
berikut. E2

E1
c

Gambar 3. Bidang yang membatasi ruang 1 dan ruang 2. Bidang ini bermuatan
dengan jumlah muatan per satuan luas τ

Syarat batas pada komponen normal dari E adalah ( E 2  E1 ). n  dimana E2 dan
0
E1 adalah besarnya E pada ruang 2 dan ruang 1. Hubungan antara komponen
tangensial E kawat bidang batas dapat ditentukan dengan rumus  x E = 0.
Integral pertama ini dengan batas s didapatkan:

 x E
s
0 da   c d r  0 .........................................................................................(13)

Dimana c adalah lintasan tertutup yang membatasi s. persamaan  E.d r


c
0

menunjukan bahwa komponen tangensial E lewat bidang batas adalah kontinu.


Panjang segiempat = l diambil sependek mungkin sehingga  E . d r  El dimana E

sama dengan harga kuat medan pada pertengahan l.


Suatu cara yang sederhana dalam menetapkan seperangkat syarat batas
adalah dengan memberikan harga V pada semua permukaan yang mengelilingi
suatu daerah yang menjadi perhatian. Prakteknya di laboratorium misalnya bahwa
kawat konduktor yang dihubungkan dengan baterai pada harga potensial tertentu,
atau kawat dihubungkan dengan tanah di mana sering dinyatakan mempunyai
harga V = 0. Tetapi kenyataanya, dapat saja terjadi, bahwa potensial V di batas
tidak diketahui, melainkan muatan pada berbagai permukaan knduktor diketahui
harganya.

8
Permukaan integrasi

Q1 Q3 Q5

Q2
Q4
Q6

Batas luar

Gambar 4. Daerah yang mengandung beberapa konduktor


Misalkan Q1 pada konduktor ke-1, Q2 konduktor ke-2, dst, di mana di
daerah antara beberapa konduktor tadi diketahui keadaan rapat muatan  .
Untuk menyelesaikan masalah ini digunakan teorema keunikan ke dua
sebagai berikut. Di dalam daerah yang mengandung beberapa konduktor yang
diantaranya berisi pula muatan tertentu dengan kerapatan  , maka medan listrik
dapat ditentukan secara unik, bila muatan total pada setiap konduktor diketahui.
 
Teorema tersebut dapat dibuktikan misalnya terdapat dua medan E1 dan E 2 yang
memenuhi persyaratan dan merupakan solusi persamaan diferensial. Hukum
   
Gauss   E1  dan   E 2  . Dalam bentuk integral dengan mengambil
0 0
permukaan Gauss mengelilingi setiap konduktor, maka dapat ditulis:
  Q1   Q2
 1  da  dan
E
s1
0  2  da  dengan Si = permukaan konduktor yang ke-i.
E
s1
0

Sama halnya untuk batas permukaan luar Sl (yang dapat pula dibuat besar
sampai tak hingga), hukum Gauss menjadi
  Qtot   Qtot
 1  da  dan
E
s1
0  2  da  ................................................................(14)
E
s1
0

9
  
Dengan memakai cara seperti sebelumnya, E3  E1  E 2 , di mana memenuhi

ketentuan:
    
  E3    E1    E 2    0 untuk daerah ruang antara konduktor,
0 0
maka setiap batas permukaan S, berlaku perumusan integral:
 
 3  da  0 .......................................................................................................(15)
E
s1


Untuk menetapkan apakah E3 = 0, tinjau ketentuan bahwa konduktor
merupakan benda yang ekipotensial artinya V 3 adalah konstan pada setiap
konduktor. Walaupun tidak perlu bahwa potensial V3 mempunyai harga konstan
yang sama untuk setiap konduktor, dan harga V3 tidak perlu nol. Selanjutnya
dengan mengunakan aturan:
  
  

  fA  f   A  A  f ..............................................................................(16)

     
  
untuk menyatakan hubungan   V3 E3 V 3   E3  E3  V3 dengan   E3 =

0 dan E3  V3 Sehingga diperoleh:

 

  V3 E3  E3  .............................................................................................(17)
2

Dengan mengintegrasikan hubungan di atas antar semua daerah ruang antara


konduktor, dan menggunakan pula teorema Stokes, bentuk integralnya adalah:

 
 
   V3 E3 d   V3 E3  da    E2  d .........................................................(18)
2

vol A vol

Dengan s meliputi semua permukaan batas daerah ruang yang menjadi perhatian,
termasuk semua permukaan konduktor dan batas luar. Karena potensial V 3
konstan untuk setiap permukaan walaupun pada permukaan batas luar yang
ukurannya tak terhingga diambil V3 = 0, maka integral yang ke dua menjadi:
 
V3  E3  da    E2  d  0 .............................................................................(19)
2

vol

Kesimpulan yang diperoleh yaitu E3 = 0 yang berarti E1=E2.
1.4 Metode Bayangan

 Muatan Titik Dalam Bidang

10
Kita ilustrasikan muatan titik dengan menganggap sebuah muatan q pada
jarak z’ diatas sebuah pelat konduktor yang sangat luas (gambar 3). Bidang
tersebut dihubungkan dengan bumi, sehingga potensialnya nol. Kemudian
dicari potensial dan medan listrik didalam ruang yang bermuatan q. Didalam
gambar ini adalah daerah dari ruang z  0. kita tempatkan sementara muatan q
dibawah titik asal dari permukaan konduktor.

Konduktor
P

-q z’ 0 z’ q z

Gambar 5

Kita ambil z = 0 pada permukaan konduktor , kemudian jumlah potensial


yang disebabkan oleh q dan muatan bayangan –q yang terletak z’ dibawah
bidang z = 0. dengan demikian potensial dan medan listrik untuk z  0 adalah
sederhana terhadap dua muatan titik q dan –q yang terpisah pada jarak 2z’. kita
dapat mengkaji solusi ini yaitu:

1  q  q 
V(r) =    z0 ....................................... (20)
4 0  r  zzˆ' r  zˆz ' 

Dalam koordinat silinder, r = ˆ  zˆz , dan r  z ' zˆ   2   z  z ' . Medan


2 2

listrik dapat diperoleh dari pernyataan E(r) = - V r  atau secara langsung dari
hukum coulomb untuk dua muatan titik:

 
1  qr  z ' zˆ   qr  z ' zˆ  
E(r) =    z0 .............................. (21)
4 0  r  zzˆ' r  zˆz ' 

Untuk z = 0, r = ˆ , maka diperoleh:

11
1  ˆ  z ' zˆ  ˆ  z ' zˆ  
 q
  2 z ' zˆ 
E(p) =   
4 0    2  z ' 2  2

3
 2  z'2 2 
3
  4 0
    2  z ' 2  2 
3

Dari hasil ini kita akan dapat mencari rapat muatan permukaan pada z= 0
muka dari konduktor diperoleh:

q
   0 E.zˆ z 0 
z'
................................................ (22)

2  2  z ' 2 3
2

Muatan induksi seperti yang diharapkan adalah berharga negatif. Muatan


induksi tersebut mempunyai harga maksimum pada   0 , dan jatuh mengikuti

1 , sehingga  menjadi besar dibandingkan dengan z’ (lihat gambar 4). Hal


3
ini berarti muatan induksi ditambah muatan q asal. Yang menghasilkan solusi
yang aktual, sama dengan pemikiran bahwa solusinya sesuai dengan q dan
“muatan bayangan“ –q.

Gambar 7

Untuk menunjukkan muatan permukaan induksi total Q adalah sama


dengan –q, termasuk bahwa semua garis gaya berakhir pada konduktor. Kita
integrasikan rapat muatan untuk seluruh luas bidang konduktor yang memberikan
:


d
   2d  qz'   q .............................. (23)
0  2
  z '
2

3
2

Muatan q mengalami gaya yang menariknya kepermukaan konduktor.


Lintasan partikel bermuatan dekat permukaan ditunjukkan pada gambar 5. gaya

12
tersebut mempunyai besar yang ditentukan oleh medan listrik dari muatan
permukaan induksi. Karena medan ini identik dengan medan muatan bayangan,
gaya dengan mudah diperoleh seperti gaya antara 2 muatan titik yaitu:

q2
F = - zˆ ................................................................... (24)
4 0 2 z '
2

Konduktor

Gambar 7

Gaya bayangan ini memberikan kontribusi yang besar dalam mengukur


pencegahan elektron keluar dari permukaan konduktor yamg diasosiasikan
dengan“fungsi kerja“ bahan konduktor.

 Muatan Titik Dengan Suatu Bola Konduktor


Untuk menganalisis potensial yang ditimbulkan oleh muatan titik dan bola
konduktor. Kita perhatikan gambar (6) dibawah ini.

P(r, )
r
r2 r1
r’a
θ +q
O b q2
d -q2, dengan posisi (0,d)
Ada 2 buah muatan titik q1 dan –q2, dimana q1>
danV=0
(0,b). Apabila potensial pada permukaan bola dianggap mempunyai harga
v = 0, maka rumus potensial :
q1 q 2
V=
1
   0 ...................................................... (25)
4 0 r1 r2

13
q1 q 2
Maka diperoleh hubungan 
R1 R2
Nyatakan titik asal koordinat kutub (r,  ), dan dari gambar diatas diketahui
adanya ketentuan :
R12 = a2 + d2 – 2ad cos  ......................................................... (26)
R2 = a + b – 2ab cos 
2 2 2
......................................................... (27)
Karena v = 0 maka dapat dibuktikan persamaan berikut ini :

 d    d  2a cos 
 a2
q1 R
 
 
2
  1   d ...................... (28)
 b a  b  2a cos 
2
q2  R2
 b 
Persamaan diatas berlaku untuk setiap  , bila dinyatakan bahwa:
(i) a2 =db
q1
(ii)  2 d karena d > b
q2 b
maka q1 > q2
Bila kita memilki bola konduktor dengan jejari a kemudian diberi
potensial nol, dan pada jarak d dipasang muatan q1 dari pusat bola. Menurut
metoda bayangan, maka bola tersebut dapat digantikan dengan muatan titik.

b d
 
q2 =  d q1   a q ............................................................. (29)

Pada posisi b=(a2/d) dari pusat bola dan potensial dititik p dengan koordinat
(r,  ) diluar bola:
q1 q2
V(p) = V (r, ) =
1
  
4 0 r1 r2
a
=
1
 1
 d 
4 0 r1 r2


r1  r 2  d 2  2rd cos  1
2

 r  2rb cos 
1
r2 r
 b2 2

Jadi,

14
 
a
q1  1 d 
V(r,  ) =
   
 1 
.....(30)

4a  r 2  d 2  2rd cos  1
2 4
r  a 2  2r a
2 2
cos 
2

 d d 
Khusus pada permukaan bola, dimana r = a, medan listrik arahnya radial
sehingga:

q1  d 2  a2 
Er    dan
 
4a  a a 2  d 2  2ad cos  3
2 

Eo  0.

Karena Er = 
 0 , maka diperoleh muatan induksi persatuan luas pada bola
konduktor, yaitu:

q1  d 2  a2 
   ............................................. (31)
 
4a  a 2  d 2  2ad cos 3
2 

Sedangkan gaya antara bola dengan muatan q1 adalah:
2
1 q1q 2 1 aq1
F  .......................................... (32)
4 0 d  b 2 4 0 d d  b 2
Persamaan diatas juga menyatakan gaya antara muatan q 1 dengan bola
konduktor yang dihubungkan dengan tanah.
 Muatan Garis Dengan Silinder Bermuatan
Untuk menganalisis potensial yang ditimbulkan oleh muatan titik dan bola
konduktor, perhatikan gambar dibawah ini
P(r, )

r
r’
a
θ
x0


d
V=0
Ada 2 muatan garis saling sejajar terpisah sejarak d potensial dititk p akibat
adanya - dan   adalah: Gambar 9

15
 
V(p) = ln r ' ln r  C .................................................... (33)
2 0 2 0

Dimana terdapat konduktor silinder dengan jari-jari a seperti gambar di atas.


Agar v=0 untuk semua permukaan silinder, maka :

C=
1
4 0
 r
ln r '
2

Misalkan :

r r  d 2  2rd cos
2
 r' 
    m2
 
2
r r
= konstan pada rentangan 0 < m <  .
Jadi, r2+ d2 -2rd cos  =m2r2
Apabila x = r cos  , y = r sin  , maka diperoleh:
2
 d  m2d 2
x  2  y  2
2
.................................................. (34)
 m 1 m 1
2
 
Persamaan diatas menunjukkan rumus permukaan silinder. Dimana jarak
sumbu silinder hingga   adalah:
d m2d
  ma ..................................................... (35)
P=d+
m2 1 m2 1  
d a  a2 .

Dan jarak =
m2 1 m p

1.5. METODA PEMISAHAN VARIABEL

Pada sub bab ini kita akan mengkaji pemecahan persamaan Laplace secara
langsung dengan metoda pemisahan variable. Strategi dasar yang digunakan
dalam metodi sangat sederhana, dimana solusi yang merupakan perkalian fungsi,
masing – masing dibuat hanya bergantung pada satu koordinat.

Metode ini digunakan untuk pemecahan persamaan Laplace yang


berkaitan dengan medan potensial yang berubah terhadap lebih dari satu
koordinat. Dalam dalam penyelesain permasalahan akan melibatkan fungsi
matematika lanjut, seperti fungsi Bessel, fungsi harmoni bola, fungsi harmoni
tabung.

Contoh persamaan Laplace dalam sistem koordinat Kartesian.

16
Dua buah pelat logam tak hingga terletak sejajar pada bidang xz, salah satu
pada y = 0, dan yang lainnya pada y = π. Pada ujung sebelah kiri pada x = 0,
ditutup dengan menggunakan pelat tak hingga dan potensialnya dibuat konstan.
V0 (seperti pada gambar dibawah). Carilah potensial di dalam sistem tersebut.

π V=0
V0 x
(y) V=0

Gambar 4.1

z
Penyelesaian.

Berdasarkan konfik bergantgurasi diatas, Nampak bahwa sistem tidak bergantung


pada z, sehingga merupakan pemasalah dua dimensi. Dengan demikian kita harus
memecahkan persamaan Laplace:
 2V  2 y
  0...........................................................................................(35)
x 2 y 2
Dengan syarat batas
(i) V = 0, bila y = 0
(ii) V = 0, bila y = 0
(iii) V = V0(y), bila x = 0
(iv) V→ 0, bila x → ∞
Misalkan solusinya dalam bentuk perkalian fungsi yaitu:
V ( x, y)  X ( x) Y ( y).....................................................................................(36)

Dengan demikian persamaan Laplacenya menjadi


d2X d 2Y
Y  X  0....................................................................................(37)
dx 2 dy 2
Kita bagi kedua persamaan Laplace tersebut dengan V(x,y) sehingga diperoleh:

17
1 d 2 X 1 d 2Y
  0.................................................................................(38)
X dx 2 Y dy 2
Tampak dari persamaan (4.4) suku pertama hanya bergantung pada x, dan suku ke
dua hanya bergantung pada y. secara singkat persamaan tersebut dapat ditulis
f (x) + g (y) = 0..........................................................................(39)
dan hanya berlaku bila f dan g keduanya merupakan konstanta. Sehingga,
1 d2X 1 d 2Y
f ( x)   C1 , dan g ( y)   C 2 ................................(40)
X dx 2 Y dy 2
Sehingga dengan persamaan diatas diperoleh C1 + C2 = 0. Salah satu dari
konsanta ini adalah positif dan yang lainnnya nol, atau keduanya nol. Kita
misalkan C1 = k2, dan C2 = - k2, maka persaman dierensialnya menjadi:
d2X d 2Y
2
 k X , dan
2
2
 k 2Y .............................................................(41)
dx dy
Solusinya yang lazim adalah:
X ( x)  Ae kx  Be  kx
Y ( y )  C sin ky  D cos ky....................................................................................(42)
Dengan demikian diperoleh solusi umum:
V ( x, y )  ( Ae kx  Be  kx )(C sin ky  D cos ky )......................................................(43)
Untuk memperoleh solusi khusus, kita harus memasukkan syarat batas yang telah
diketahui. Kita mulai dengan memasukkan syarat batas yang pertama, yang
mengharapkan potensial nol pada jarak kearah x menuju tak hingga. Ini berrti
suku Ae kx tidak memenuhi, maka kostanta A harus diambil nol. Dengan demikian
solusinya menjadi
V ( x, y )  Be  kx (C sin ky  D cos ky )..................................................................(44)
Dengan memasukkan syarat batas yang kedua, mengharuskan konstanta D = 0. Ini
berarti
V ( x, y )  Ce  kx sin ky ......................................................................................(45)
Sedangkan untuk syarat batas yang ke tiga akan memberikan
sin k  0 ....................................................................................................(46)

Yang berarti harga k adalah bilangan bulat. Persamaan (45) tidak hanya memiliki
satu solusi saja, melainkan ada satu perangkat solusi yang mengikuti harga k.
karena persamaan Laplace merupkan persamaan yang linier, hal ini berarti bila

18
terdapat sejumlah solusi yang memenuhi syarat, yaitu : V1, V2,V3,.. maka
gabungan liniernya  1V1   2V2   3V3  .... juga menjadi solusinya, dengan

 1 ,  2 ,  3 ,.... merupakan konstanta sembarang. Dengan demikian solusinya dapat


dinyatakan sebagai:

V ( x, y )   C k e  kx sin ky.........................................................................(47)
k 1

Kemudian kita masukkan syarat batas berikutnya, maka diperoleh:



V ( x, y )   C k e  kx sin ky  V0 ( y )...................................................................(48)
k 1
Untuk menentukan konstanta Ck, kita gunakan analisa fourier dengan
memperhatikan sifat ortogonalitas,yakni kalikan dua ruas pada persamaan (49)
dengan sin ly dan integrasi dari 0 sampai π:
  


k 1
C k  sin ky sin( ly )dy   V0 ( y ) sin( ly )dy......................................................(50)
0 0

Dalam hal ini l adalah beberapa bilangan bulat positif. Harga integral pada ruas
kiri yaitu:
Dengan mengambil ketentuan k=1, maka diperoleh:

2
 0 0
Ck  V ( y ) sin k ( y )dy..................................................................................(51)

Apabila kita tetapkan potensial pada x = 0 adalah konstana V0, maka diperoleh:


2 0
C k  V0 sin( ky )d y

2V0 k
 (1  cos )
k 2
0, jika k  genap................................................................................(52)

  4V0
 k , jika k  ganjil

Akhirnya diperoleh:
4V0
1 kx
V ( x, y) 
 k 1,3,5 k

e sin ky.........................................................................(53)

PERSAMAAN LAPLACE DALAM SISTEM KOORDINAT BOLA


Banyak diantara persoalan yang menarik berkaitan dengan penghantar
yang berbentuk bola dan selinder, sehingga diperlukan persamaan laplace, baik

19
dalam koordinat bola maupun koordinat selinder. Untuk koordinat bola harga 

dinyatakan sebagai  r ,  dengan r adalah vektor jari-jari dengan titik awal


tertentu O dan θ adalah sudut polar. Dengan demikian persamaan Laplace dalam
koordinat bola dinyatakan sebagai :
1   2   1    
r  2  sin  0
r r  r  r sin   
2
  ………………………..(54)
Persamaan diferensial parsial ini akan dapat diselesaikan dengan cara yang
disebut dengan pemisah peubah. Penyelesaian yang berbentuk  r,   Z r P 
adalah
a  dZ  Z r  d  dP 
P   r 2
1
 2  sin    0............................................(55)
r 2
dr  dr  r sin  d  d 

φ θ
r
O Arah kutub

Gambar 4.2. Letak titik P dalam koordinat r, θ, φ

Perhatikan bahwa turunan parsialnya telah diganti dengan turunan total,


oleh karena Z dan P masing-masing merupakan fungsi dari hanya satu peubah.
Setelah dibagi seluruhnya dengan  r ,  dan dikalikan seluruhnya dengan
persamaan di atas maka persamaannya akan berubah menjadi :

1 d  2 dZ  1 d  dP 
r   sin  
Z dr  dr  p sin  d  d  ……………………………(56)

Ruas kiri dari persamaan tersebut merupakan fungsi dari r saja, sedangkan ruas
kanan merupakan fungsi θ untuk semua nilai r dan θ. Selanjutnya, dimisalkan tiap
ruas dari persamaan tersebut sama dengan k yang merupakan tetapan pemisah.

1 a  dP 
 sin    kP  0.............................................................(57)
sin  d  d 

20
Persamaan ini disebut sebagai persamaan Logendre.

 PERSAMAAN LAPLACE DALAM SISTEM KOORDINAT SILINDER

Dalam kasus benda yang berbentuk silinder, maka analisis potensial


digunakan sistem koordinat silinder. Potensial yang akan dikaji, terbatas pada
fungsi ρ dan φ saja. Dengan demikian potensial yang muncul di dalam kasus ini
merupakan simetri sepanjang sumbu z. di daerah yang ada muatan titik,
potensialnya mengikuti persamaan Laplace:

1  V 1 V
( ) 2  0....................................................................................(58)
     2

Dengan menggunakan metode pemisahan variable, maka solusinya dapat


dituliskan V (  ,  )  R(  )( ) dan substitusikan pada persamaan () maka
diperoleh
 d  R  1 d 2
     .....................................................................................(59)
R d      2
Kedua sisi dari persamaan (4.24) akan diambil sama dengan K2, yang mana secara
terpisah dalah konstan. Persamaan untuk Φyaitu:
d 2
 K 2   0..................................................................................................(60)
 2

Mempunyai solusi:
( )  A cos K  B sin K................................................................................(61)

Persamaan yang mengandung bagain radial, dapat dituliskan (denhan mengambil


k = n) yaitu:
d  R  n 2 R
   0.............................................................................(62)
d    
Untuk n = 0, berarti potensial tidak bergantung pada sudut, yakni:
d  R 
   0..............................................................................................(63)
d   
Yang mempunyai solusi:
R(  )  kons tan dan R(  )  ln ....................................................................(64)

21
Untuk n ≠0, persamaan (4.29) ,mempunyai dua solusi, yakni  n dan   n dengan
demikian solusi umumnya adalah:
 
V (r ,  )   ( An cos n  Bn sin n )  n   (C n cos n  Dn sin n )   n  A0  A0 ln  .................(65
'

n 1 n1

22
23
DAFTAR PUSTAKA

Giancolli, Douglas C. 2001. Fisika. Jakarta: Erlangga.


Sujanen Rai.2001.Bahan Ajar Listrik Magnet.Singaraja
Resnick & Halliday. 1984. Fisika Jilid 2. Erlangga: Jakarta.

24

Anda mungkin juga menyukai