Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ANATOMI DAN FISIOLOGI

“KATABOLISME DAN ANABOLISME”

DOSEN PEMBIMBING :
Ns.Jasmawati,S.kep,m.kes
Disusunoleh:
Kelompok I
Adinda zalzabila muzakkyah (P07224219001)
AndiTenriAngka (P07224219004)
Clarita Emilia Febiana (P07224219006)
Dian Sasmitah (P07224219010)
Dinni Indrawati (P07224219011)
Gusti Reni Anggini (P07224219020)
Melysa Nur Aini (P07224219024)
Ratna Komalasari (P07224219031)
Sinta Alam Sari (P07224219039)
Wiwik Kristiani (P07224219043)

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATA
KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2019

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Katabolisme dan
Anabolisme”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
dosen pemimbing kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Samarinda,08 November

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.............................................................................................. Latar
Belakang......................................................................................... 1
1.2.............................................................................................. Rum
usanMasalah ................................................................................... 1
1.3.............................................................................................. Tujua
n ...................................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 pengertian dan fungsi dari katabolisme dan anabolisme ................ 2

2.2 Proses terjadinya katabolisme dan anabolisme .............................. 5

BAB II PENUTUP

3.1 Kesimpulan..................................................................................... 8

3.2 Saran ............................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Metabolisme adalah merupakan semua reaksi kimia yang terjadi di dalam


organisme,termasuk yang terjadi di tingkat seluler.Secara umum, metabolisme
memiliki dua arah lintasan reaksi kimia organik,katabolisme, yaitu reaksi yang
mengurai molekul senyawa organik untuk medapatkan energi.Anabolisme, yaitu
reaksi yang merangkai senyawa organik dari molekul -molekul tertent, untuk
diserap oleh sel tubuh. Kedua arah lintasan metabolisme diperlukansetiap
organisme untuk dapat bertahan hidup. Arah lintasan metabolisme ditentukan oleh
suatu senyawa yang disebut sebagai hormon , dan dipercepat oleh senyawa
organik yang disebut sebagai enzim. Pada senyaa organik, penentu penentu arah
reaksi kimia disebut promoter dan penentu percepatan reaksi kimia
disebutmetabolisme adalah semua reaksi kimia yanag terjadi didalam organisme ,
katalis.Pada setiap arah metabolisme , reaksi kimiawi melibatkan sejumlah subsrat
yang berinteraksi dengan enzimpadajenjang -jenjang reaksi guna menghasilkan
senyawa intermediat yang lazim disebut dengan metabolit, yang merupakan
subsrat pada jenjang reaksi berikutnya. Keseluruhan pereaksi kimia yang terlibat
pada suatu jenjang reaksi disebut metabolom. Semua ini dipelajari pada suatu
cabang ilmu biologi yang disebut metabolomika.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1Apa pengertian dan fungsi dari katabolisme dan anabolisme?

1.2.2.Bagaimana proses terjadinya katabolisme dan anabolisme?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1.3.1.Untuk mengetahui pengertian dan fungsi dari katabolisme dan anabolisme

1.3.2.Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya katabolisme dan anabolisme


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANABOLISME DAN KATABOLISME


Metabolisme merupakan seluruh peristiwa reaksi-reaksi kimia yang
berlangsung dala sel makhluk hidup. Metabolisme terdiri atas dua proses, yaitu
anabolisme dan katabolisme.
Anabolisme adalah penyusunan senyawa kimia sederhana menjadi
senyawa kimia atau molekul komplek (Prawirohartono dan Hadisumarto, 1997).
Pada peristiwa ini diperlukan energi dari luar. Energi yang digunakan dalam
reaksi ini dapat berupa energi cahaya ataupun energi kimia. Energi tersebut,
selanjutnya digunakan untuk mengikat senyawa-senyawa sederhana tersebut
menjadi senyawa yang lebih kompleks. Jadi, dalam proses ini energi yang
diperlukan tersebut tidak hilang, tetapi tersimpan dalam bentuk ikatan-ikatan
kimia pada senyawa kompleks yang terbentuk. Energi yang digunakan dalam
anabolisme dapat berupa energi cahaya atau energi kimia. Anabolisme yang
menggunakan energi cahaya dikenal dengan fotosintesis, sedangkan anabolisme
yang menggunakan energi kimia dikenal dengan kemosintesis.
Katabolisme adalah reaksi pemecahan/pembongkaran senyawa kompleks
menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dengan menghasilkan energi
yang dapat digunakan organisme untuk melakukan aktivitasnya. Fungsi reaksi
katabolisme adalah untuk menyediakan energi dan komponen yang dibutuhkan
oleh reaksi anabolisme.
PROSES ANABOLISME

Jalur anabolisme yang membentuk senyawa-senyawa dari prekursor sederhana mencakup:

• Glikogenesis, pembentukan glikogen dari glukosa.

Glikogenesis adalah lintasan metabolisme yang mengkonversi glukosa menjadi glikogen


untuk disimpan di dalam hati. Lintasan ini diaktivasi di dalam hati, oleh hormon insulin
sebagai respon terhadap rasio gula darah yang meningkat, misalnya karena kandungan
karbohidrat setelah makan; atau teraktivasi pada akhir siklus Cori.

Penyimpangan atau kelainan metabolisme pada lintasan ini disebut glikogenosis.

• Glukoneogenesis, pembentukan glukosa dari senyawa organik lain.

Glukoneogenesis adalah lintasan metabolisme yang digunakan oleh tubuh, selain


glikogenolisis, untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa di dalam plasma darah untuk
menghindari simtoma hipoglisemia. Pada lintasan glukoneogenesis, sintesis glukosa
terjadi dengan substrat yang merupakan produk dari lintasan glikolisis, seperti asam
piruvat, asam suksinat, asam laktat, asam oksaloasetat, terkecuali:

• Jalur sintesis porfirin

Porfirin adalah senyawa siklik yang dibentuk dari gabungan empat cincin pirol melalui
jembatan metenil (-CH=). Sifat khas porfirin adalah pembentukan kompleks dengan ion-
ion logam (metaloporfirin) yang terikat pada atom nitrogen cincin-cincin pirol. Sebagai
contoh misalnya heme yang merupakan porfirin besi dan klorofil, merupakan porfirin
magnesium.

Di alam, metaloporfirin terkonjugasi dengan protein membentuk senyawa-senyawa


penting dalam proses biologi, antara lain: (1) Hemoglobin, merupakan porfirin besi yang
terikat pada protein globin dan mempunyai fungsi penting pada mekanisme transport
oksigen dalam darah;(2) Mioglobin, merupakan pigmen pernafasan yang terdapat dalam
sel-sel otot; (3) Sitokrom, berperan sebagai pemindah elektron (electron transfer) pada
proses oksidasi reduksi.

Porfirin mengandung nitrogen tersier pada 2 cincin pirolen sehingga bersifat basa lemah
dan adanya gugus karboksil pada rantai sampingnya menyebabkan juga bersifat asam.
Titik isoelektriknya berkisar pada pH 3-4, sehingga pada pH trersebut porfirin mudah
diendapkan dalam larutan air. Berbagai jenis porfirinogen tidak berwarna, sedangkan
berbagai jenis porfirin berwarna. Porfirin dan derivat-derivatnya mempunyai spektrum
absorbsi yang khas pada daerah yang dapat dilihat dan pada daerah ultraviolet. Larutan
porfirin dalam HCl 5% mempunyai pita absorbsi pada 400 nm yang disebut pita Soret.

Porfirin dalam asam mineral kuat atau pelarut organik dan kemudian disianari sinar
ultraviolet akan memancarkan fluoresensi merah yang kuat. Sifat fluoresensi ini sangat
khas sehingga sering dipakai untuk mendeteksi porfirin bebas dengan jumlah yang sedikit.
Sifat absorbsi dan fluoresensi yang khas dari porfirin disebabkan oleh ikatan rangkap
yang menyatukan cincin pirol. Ikatan rangkap ini tidak ada pada porfirinogen sehingga
tidak menunjukkan sifat-sifat tersebut. Jika porfirinogen mengalami oksidasi dengan
melepaskan 6 atom H akan terbentuk porfirin yang mempunyai ikatan rangkap.

Biosintesis Heme

Tahap-tahap Biosintesis Heme

Biosintesis heme dapat terjadi pada sebagian besar jaringan kecuali eritrosit dewasa yang
tidak mempunyai mitokondria. Sekitar 85% sintesis heme terjadi pada sel-sel prekursor
eritoid di sumsum tulang dan sebagian besar sisanya di sel hepar. Biosintesis heme dapat
dibagi menjadi 2 tahap, yaitu: (1) Sintesis porfirin; (2) Sintesis heme.

Biosintesis heme dimulai di mitokondria melalui reaksi kondensasi antara suksinil-KoA


yang berasal dari siklus asam sitrat dan asam amino glisin. Reaksi ini memerlukan
piridoksal fosfat untuk mengaktivasi glisin, diduga piridoksal bereaksi dengan glisin
membentuk basa Shiff, di mana karbon alfa glisin dapat bergabung dengan karbon
karbosil suksinat membentuk α-amino-β-ketoadipat yang dengan cepat mengalami
dekarboksilasi membentuk d-amino levulinat (ALA/AmLev). Rangkaian reaksi ini
dikatalisis oleh AmLev sintase/sintetase yang merupakan enzim pengendali laju reaksi
pada biosintesis porfirin.

AmLev yang terbentuk kemudian keluar ke sitosol. Di sitosol 2 molekul AmLev dengan
perantaraan enzim AmLev dehidratase/dehidrase membentuk porfobilinogen yang
merupakan prazat pertama pirol. AmLev dehidratase merupakan enzim yang
mengandung seng dan sensitif terhadap inhibisi oleh timbal

Empat porfobilinogen selanjutnya mengadakan kondensasi membentuk tetrapirol linier


yaitu hidroksi metil bilana yang dikatalisis oleh enzim uroporfirinogen I sintase
(porfobilinogen deaminase). Hidroksi metil bilana selanjutnya mengalami siklisasi
spontan membentuk uroporfirinogen I yang simetris atau diubah menjadi uroporfirinogen
III yang asimetris dan membutuhkan enzim tambahan yaitu uroporfirinogen III kosintase
Pada kondisi normal hampir selalu terbentuk uroporfirinogen III.

Uroporfirinogen III selanjutnya mengalami dekarboksilasi, semua gugus asetatny (A)


menjadi gugus metil (M) membentuk koproporfirinogen III. Reaksi ini dikatalisis oleh
enzim uroporfirinogen dekarboksilase. Enzim ini juga mampu mengubah uroporfirinogen
I menjadi koproporfirinogen I.

Selanjutnya, koproporfirinogen III masuk ke dalam mitokondria serta mengalami


dekarboksilasi dan oksidasi, gugus propionat (P) pada cincin I dan II berubah menjadi
vini (V). Reaksi ini dikatalisis oleh koproporfirinogen oksidase dan membentuk
protoporfirinogen IX. Enzim tersebut hanya bisa bekerja pada koproporfirinogen III,
sehingga protoporfirinogen I umumnya tidak terbentuk. Protoporfirinogen IX selanjutnya
mengalami oksidasi oleh enzim protoporfirinogen oksidase membentuk protoporfirin IX.
Protoporfirin IX yang dihasilkan akan mengalami proses penyatuan dengan Fe++ melalui
suatu reaksi yang dikatalisis oleh heme sintase atau ferokelatase membentuk heme.

Pengendalian Biosintesis Heme

Enzim yang bertindak sebagai regulator biosintesis heme adalah AmLev sintase. Heme
yang mungkin bekerja melalui molekul aporepresor menghambat sintesis AmLev sintase,
dalam hal ini kemungkinan terjadi feed back negative. Obat yang metabolismenya
menggunakan hemoprotein spesifik di hati (sitokrom-P450) menyebabkan konsentrasi
heme intra seluler menurun. Hal ini menyebabkan represi terhadap AmLev sintase
menurun. Aktivitas AmLev sintase meningkat sehingga sintesis heme juga meningkat.
Pemberian glukosa dan hematin dapat mencegah pembentukan AmLev sintase sehingga
menurunkan sintesis heme.

• Jalur HMG-CoA reduktase, mengawali pembentukan kolesterol dan isoprenoid.

• Metabolisme sekunder, jalur-jalur metabolisme yang tidak esensial bagi pertumbuhan,


perkembangan, maupun reproduksi, namun biasanya berfungsi secara ekologis, misalnya
pembentukan alkaloid dan terpenoid.

Metabolisme sekunder adalah berbagai macam reaksi yang produknya tidak secara
langsung terlibat dalam pertumbuhan normal. Dalam hal ini metabolit sekunder berbeda
dengan bahan metabolit intermediet yang memang merupakan produk dari metabolisme
normal.
• Fotosintesis

Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi yaitu
glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan
zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari.
Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis.
Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga
berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme
yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai
fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam
fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul
penyimpan energi. Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon
adalah melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang.

Daun tempat berlangsungnya fotosintesis

Proses fotosintesis tidak dapat berlangsung pada setiap sel, tetapi hanya pada sel yang
mengandung pigmen fotosintetik. Sel yang tidak mempunyai pigmen fotosintetik ini tidak
mampu melakukan proses fotosintesis. Pada percobaan Jan Ingenhousz, dapat diketahui
bahwa intensitas cahaya mempengaruhi laju fotosintesis pada tumbuhan. Hal ini dapat
terjadi karena perbedaan energi yang dihasilkan oleh setiap spektrum cahaya. Di samping
adanya perbedaan energi tersebut, faktor lain yang menjadi pembeda adalah kemampuan
daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya yang berbeda tersebut. Perbedaan
kemampuan daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya tersebut disebabkan adanya
perbedaan jenis pigmen yang terkandung pada jaringan daun.

Di dalam daun terdapat mesofil yang terdiri atas jaringan bunga karang dan jaringan
pagar. Pada kedua jaringan ini, terdapat kloroplas yang mengandung pigmen hijau
klorofil. Pigmen ini merupakan salah satu dari pigmen fotosintesis yang berperan penting
dalam menyerap energi matahari.

Kloroplas

Kloroplas terdapat pada semua bagian tumbuhan yang berwarna hijau, termasuk batang
dan buah yang belum matang. Di dalam kloroplas terdapat pigmen klorofil yang berperan
dalam proses fotosintesis. Kloroplas mempunyai bentuk seperti cakram dengan ruang
yang disebut stroma. Stroma ini dibungkus oleh dua lapisan membran. Membran stroma
ini disebut tilakoid, yang didalamnya terdapat ruang-ruang antar membran yang disebut
lokuli.[9] Di dalam stroma juga terdapat lamela-lamela yang bertumpuk-tumpuk
membentuk grana (kumpulan granum). Granum sendiri terdiri atas membran tilakoid
yang merupakan tempat terjadinya reaksi terang dan ruang tilakoid yang merupakan
ruang di antara membran tilakoid. Bila sebuah granum disayat maka akan dijumpai
beberapa komponen seperti protein, klorofil a, klorofil b, karetonoid, dan lipid. Secara
keseluruhan, stroma berisi protein, enzim, DNA, RNA, gula fosfat, ribosom, vitamin-
vitamin, dan juga ion-ion logam seperti mangan (Mn), besi (Fe), maupun perak (Cu).
Pigmen fotosintetik terdapat pada membran tilakoid. Sedangkan, pengubahan energi
cahaya menjadi energi kimia berlangsung dalam tilakoid dengan produk akhir berupa
glukosa yang dibentuk di dalam stroma. Klorofil sendiri sebenarnya hanya merupakan
sebagian dari perangkat dalam fotosintesis yang dikenal sebagai fotosistem.

Struktur kloroplas:

1. membran luar

2. ruang antar membrane

3. membran dalam (1+2+3: bagian amplop)

4. Stroma

5. lumen tilakoid (inside of thylakoid)

6. membran tilakoid

7. granum (kumpulan tilakoid)

8. tilakoid (lamella)

9. Pati

10. Ribosom

11. DNA plastid

12. plastoglobula

Fotosintesis Tumbuhan
Tumbuhan bersifat autotrof. Autotrof artinya dapat mensintesis makanan langsung dari
senyawa anorganik. Tumbuhan menggunakan karbon dioksida dan air untuk
menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Energi untuk
menjalankan proses ini berasal dari fotosintesis. Perhatikan persamaan reaksi yang
menghasilkan glukosa berikut ini:

6H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2

Glukosa dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti selulosa dan
dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung melalui respirasi
seluler yang terjadi baik pada hewan maupun tumbuhan. Secara umum reaksi yang terjadi
pada respirasi seluler berkebalikan dengan persamaan di atas. Pada respirasi, gula
(glukosa) dan senyawa lain akan bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan karbon
dioksida, air, dan energi kimia.

Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil. Pigmen inilah
yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut
kloroplas. klorofil menyerap cahaya yang akan digunakan dalam fotosintesis. Meskipun
seluruh bagian tubuh tumbuhan yang berwarna hijau mengandung kloroplas, namun
sebagian besar energi dihasilkan di daun. Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut
mesofil yang mengandung setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya. Cahaya
akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju mesofil,
tempat terjadinya sebagian besar proses fotosintesis. Permukaan daun biasanya dilapisi
oleh kutikula dari lilin yang bersifat anti air untuk mencegah terjadinya penyerapan sinar
matahari ataupun penguapan air yang berlebihan.

Proses Fotosintesis

Proses fotosintesis sangat kompleks karena melibatkan semua cabang ilmu pengetahuan
alam utama, seperti fisika, kimia, maupun biologi sendiri.

Pada tumbuhan, organ utama tempat berlangsungnya fotosintesis adalah daun. Namun
secara umum, semua sel yang memiliki kloroplas berpotensi untuk melangsungkan reaksi
ini. Di organel inilah tempat berlangsungnya fotosintesis, tepatnya pada bagian
stroma.[17] Hasil fotosintesis (disebut fotosintat) biasanya dikirim ke jaringan-jaringan
terdekat terlebih dahulu.
Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama:
reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya
tetapi memerlukan karbon dioksida).

Reaksi Terang

Reaksi terang terjadi pada grana (tunggal: granum), sedangkan reaksi gelap terjadi di
dalam stroma. Dalam reaksi terang, terjadi konversi energi cahaya menjadi energi kimia
dan menghasilkan oksigen (O2).

Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2. Reaksi ini
memerlukan molekul air dan cahaya matahari. Proses diawali dengan penangkapan foton
oleh pigmen sebagai antena.

Reaksi terang melibatkan dua fotosistem yang saling bekerja sama, yaitu fotosistem I dan
II. Fotosistem I (PS I) berisi pusat reaksi P700, yang berarti bahwa fotosistem ini optimal
menyerap cahaya pada panjang gelombang 700 nm, sedangkan fotosistem II (PS II) berisi
pusat reaksi P680 dan optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 680 nm.

Mekanisme reaksi terang diawali dengan tahap dimana fotosistem II menyerap cahaya
matahari sehingga elektron klorofil pada PS II tereksitasi dan menyebabkan muatan
menjadi tidak stabil. Untuk menstabilkan kembali, PS II akan mengambil elektron dari
molekul H2O yang ada disekitarnya. Molekul air akan dipecahkan oleh ion mangan (Mn)
yang bertindak sebagai enzim. Hal ini akan mengakibatkan pelepasan H+ di lumen
tilakoid. Dengan menggunakan elektron dari air, selanjutnya PS II akan mereduksi
plastokuinon (PQ) membentuk PQH2. Plastokuinon merupakan molekul kuinon yang
terdapat pada membran lipid bilayer tilakoid. Plastokuinon ini akan mengirimkan elektron
dari PS II ke suatu pompa H+ yang disebut sitokrom b6-f kompleks. Reaksi keseluruhan
yang terjadi di PS II adalah:

2H2O + 4 foton + 2PQ + 4H- → 4H+ + O2 + 2PQH2

Sitokrom b6-f kompleks berfungsi untuk membawa elektron dari PS II ke PS I dengan


mengoksidasi PQH2 dan mereduksi protein kecil yang sangat mudah bergerak dan
mengandung tembaga, yang dinamakan plastosianin (PC). Kejadian ini juga
menyebabkan terjadinya pompa H+ dari stroma ke membran tilakoid. Reaksi yang terjadi
pada sitokrom b6-f kompleks adalah:

2PQH2 + 4PC(Cu2+) → 2PQ + 4PC(Cu+) + 4 H+ (lumen)


Reaksi Terang dari fotosintesis dalam membran Tilakoid

Elektron dari sitokrom b6-f kompleks akan diterima oleh fotosistem I. Fotosistem ini
menyerap energi cahaya terpisah dari PS II, tapi mengandung kompleks inti terpisahkan,
yang menerima elektron yang berasal dari H2O melalui kompleks inti PS II lebih dahulu.
Sebagai sistem yang bergantung pada cahaya, PS I berfungsi mengoksidasi plastosianin
tereduksi dan memindahkan elektron ke protein Fe-S larut yang disebut feredoksin.[22]
Reaksi keseluruhan pada PS I adalah:

Cahaya + 4PC(Cu+) + 4Fd(Fe3+) → 4PC(Cu2+) + 4Fd(Fe2+)

Selanjutnya elektron dari feredoksin digunakan dalam tahap akhir pengangkutan elektron
untuk mereduksi NADP+ dan membentuk NADPH. Reaksi ini dikatalisis dalam stroma
oleh enzim feredoksin-NADP+ reduktase. Reaksinya adalah:

4Fd (Fe2+) + 2NADP+ + 2H+ → 4Fd (Fe3+) + 2NADPH

Ion H+ yang telah dipompa ke dalam membran tilakoid akan masuk ke dalam ATP
sintase. ATP sintase akan menggandengkan pembentukan ATP dengan pengangkutan
elektron dan H+ melintasi membran tilakoid. Masuknya H+ pada ATP sintase akan
membuat ATP sintase bekerja mengubah ADP dan fosfat anorganik (Pi) menjadi ATP.
Reaksi keseluruhan yang terjadi pada reaksi terang adalah sebagai berikut:

Sinar + ADP + Pi + NADP+ + 2H2O → ATP + NADPH + 3H+ + O2

Sedangkan dalam reaksi gelap terjadi seri reaksi siklik yang membentuk gula dari bahan
dasar CO2 dan energi (ATP dan NADPH). Energi yang digunakan dalam reaksi gelap ini
diperoleh dari reaksi terang.[19] Pada proses reaksi gelap tidak dibutuhkan cahaya
matahari. Reaksi gelap bertujuan untuk mengubah senyawa yang mengandung atom
karbon menjadi molekul gula. Dari semua radiasi matahari yang dipancarkan, hanya
panjang gelombang tertentu yang dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, yaitu
panjang gelombang yang berada pada kisaran cahaya tampak (380-700 nm). Cahaya
tampak terbagi atas cahaya merah (610 - 700 nm), hijau kuning (510 - 600 nm), biru (410
- 500 nm) dan violet (< 400 nm).[20] Masing-masing jenis cahaya berbeda pengaruhnya
terhadap fotosintesis. Hal ini terkait pada sifat pigmen penangkap cahaya yang bekerja
dalam fotosintesis. Pigmen yang terdapat pada membran grana menyerap cahaya yang
memiliki panjang gelombang tertentu. Pigmen yang berbeda menyerap cahaya pada
panjang gelombang yang berbeda. Kloroplas mengandung beberapa pigmen. Sebagai
contoh, klorofil a terutama menyerap cahaya biru-violet dan merah. Klorofil b menyerap
cahaya biru dan oranye dan memantulkan cahaya kuning-hijau. Klorofil a berperan
langsung dalam reaksi terang, sedangkan klorofil b tidak secara langsung berperan dalam
reaksi terang. Proses absorpsi energi cahaya menyebabkan lepasnya elektron berenergi
tinggi dari klorofil a yang selanjutnya akan disalurkan dan ditangkap oleh akseptor
elektron. Proses ini merupakan awal dari rangkaian panjang reaksi fotosintesis.

Reaksi Gelap

Reaksi gelap pada tumbuhan dapat terjadi melalui dua jalur, yaitu siklus Calvin-Benson
dan siklus Hatch-Slack. Pada siklus Calvin-Benson tumbuhan mengubah senyawa
ribulosa 1,5 bisfosfat menjadi senyawa dengan jumlah atom karbon tiga yaitu senyawa 3-
phosphogliserat. Oleh karena itulah tumbuhan yang menjalankan reaksi gelap melalui
jalur ini dinamakan tumbuhan C-3. Penambatan CO2 sebagai sumber karbon pada
tumbuhan ini dibantu oleh enzim rubisco. Tumbuhan yang reaksi gelapnya mengikuti
jalur Hatch-Slack disebut tumbuhan C-4 karena senyawa yang terbentuk setelah
penambatan CO2 adalah oksaloasetat yang memiliki empat atom karbon. Enzim yang
berperan adalah phosphoenolpyruvate carboxilase.

• Siklus Calvin dan fiksasi karbon

Mekanisme siklus Calvin-Benson dimulai dengan fiksasi CO2 oleh ribulosa difosfat
karboksilase (RuBP) membentuk 3-fosfogliserat. RuBP merupakan enzim alosetrik yang
distimulasi oleh tiga jenis perubahan yang dihasilkan dari pencahayaan kloroplas.
Pertama, reaksi dari enzim ini distimulasi oleh peningkatan pH. Jika kloroplas diberi
cahaya, ion H+ ditranspor dari stroma ke dalam tilakoid menghasilkan peningkatan pH
stroma yang menstimulasi enzim karboksilase, terletak di permukaan luar membran
tilakoid. Kedua, reaksi ini distimulasi oleh Mg2+, yang memasuki stroma daun sebagai
ion H+, jika kloroplas diberi cahaya. Ketiga, reaksi ini distimulasi oleh NADPH, yang
dihasilkan oleh fotosistem I selama pemberian cahaya.
Fiksasi CO2 ini merupakan reaksi gelap yang distimulasi oleh pencahayaan kloroplas.
Fikasasi CO2 melewati proses karboksilasi, reduksi, dan regenerasi. Karboksilasi
melibatkan penambahan CO2 dan H2O ke RuBP membentuk dua molekul 3-fosfogliserat
(3-PGA). Kemudian pada fase reduksi, gugus karboksil dalam 3-PGA direduksi menjadi
1 gugus aldehida dalam 3-fosforgliseradehida (3-Pgaldehida). Reduksi ini tidak terjadi
secara langsung, tapi gugus karboksil dari 3-PGA pertama-tama diubah menjadi ester
jenis anhidrida asam pada asam 1,3-bifosfogliserat (1,3-bisPGA) dengan penambahan
gugus fosfat terakhir dari ATP. ATP ini timbul dari fotofosforilasi dan ADP yang dilepas
ketika 1,3-bisPGA terbentuk, yang diubah kembali dengan cepat menjadi ATP oleh reaksi
fotofosforilasi tambahan. Bahan pereduksi yang sebenarnya adalah NADPH, yang
menyumbang 2 elektron. Secara bersamaan, Pi dilepas dan digunakan kembali untuk
mengubah ADP menjadi ATP.

Pada fase regenerasi, yang diregenerasi adalah RuBP yang diperlukan untuk bereaksi
dengan CO2 tambahan yang berdifusi secara konstan ke dalam dan melalui stomata. Pada
akhir reaksi Calvin, ATP ketiga yang diperlukan bagi tiap molekul CO2 yang ditambat,
digunakan untuk mengubah ribulosa-5-fosfat menjadi RuBP, kemudian daur dimulai lagi.

Tiga putaran daur akan menambatkan 3 molekul CO2 dan produk akhirnya adalah 1,3-
Pgaldehida. Sebagian digunakan kloroplas untuk membentuk pati, sebagian lainnya
dibawa keluar. Sistem ini membuat jumlah total fosfat menjadi konstan di kloroplas,
tetapi menyebabkan munculnya triosafosfat di sitosol. Triosa fosfat digunakan sitosol
untuk membentuk sukrosa.

PROSES KATABOLISME

Jalur katabolisme yang menguraikan molekul kompleks menjadi senyawa sederhana


mencakup:

Respirasi sel, jalur metabolisme yang menghasilkan energi (dalam bentuk ATP dan
NADPH) dari molekul-molekul bahan bakar (karbohidrat, lemak, dan protein). Jalur-jalur
metabolisme respirasi sel juga terlibat dalam pencernaan makanan.

Respirasi dalam biologi adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan jasad hidup
melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi (SET) untuk digunakan dalam menjalankan
fungsi hidup. Dalam pengertian kegiatan kehidupan sehari-hari, respirasi dapat disamakan
dengan pernapasan. Namun demikian, istilah respirasi mencakup proses-proses yang juga
tidak tercakup pada istilah pernapasan. Respirasi terjadi pada semua tingkatan organisme
hidup, mulai dari individu hingga satuan terkecil, sel. Apabila pernapasan biasanya
diasosiasikan dengan penggunaan oksigen sebagai senyawa pemecah, respirasi tidak
melulu melibatkan oksigen.
Pada dasarnya, respirasi adalah proses oksidasi yang dialami SET sebagai unit penyimpan
energi kimia pada organisme hidup. SET, seperti molekul gula atau asam-asam lemak,
dapat dipecah dengan bantuan enzim dan beberapa molekul sederhana. Karena proses ini
adalah reaksi eksoterm (melepaskan energi), energi yang dilepas ditangkap oleh ADP
atau NADP membentuk ATP atau NADPH. Pada gilirannya, berbagai reaksi biokimia
endotermik (memerlukan energi) dipasok kebutuhan energinya dari kedua kelompok
senyawa terakhir ini.

Kebanyakan respirasi yang dapat disaksikan manusia memerlukan oksigen sebagai


oksidatornya. Reaksi yang demikian ini disebut sebagai respirasi aerob. Namun demikian,
banyak proses respirasi yang tidak melibatkan oksigen, yang disebut respirasi anaerob.
Yang paling biasa dikenal orang adalah dalam proses pembuatan alkohol oleh khamir
Saccharomyces cerevisiae. Berbagai bakteri anaerob menggunakan belerang (atau
senyawanya) atau beberapa logam sebagai oksidator.

Respirasi dilakukan pada satuan sel. Proses respirasi pada organisme eukariotik terjadi di
dalam mitokondria.

Katabolisme karbohidrat

Glikogenolisis, pengubahan glikogen menjadi glukosa.

Glikogenolisis adalah lintasan metabolisme yang digunakan oleh tubuh, selain


glukoneogenosis, untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa di dalam plasma darah
untuk menghindari simtoma hipoglisemia. Pada glikogenolisis, glikogen digradasi
berturut-turut dengan 3 enzim, glikogen fosforilase, glukosidase, fosfoglukomutase,
menjadi glukosa. Hormon yang berperan pada lintasan ini adalah glukagon dan adrenalin.

Glikolisis, pengubahan glukosa menjadi piruvat dan ATP tanpa membutuhkan

oksigen

Glikolisis adalah serangkaian reaksi biokimia di mana glukosa dioksidasi menjadi


molekul asam piruvat. Glikolisis adalah salah satu proses metabolisme yang paling
universal yang kita kenal, dan terjadi (dengan berbagai variasi) di banyak jenis sel dalam
hampir seluruh bentuk organisme. Proses glikolisis sendiri menghasilkan lebih sedikit
energi per molekul glukosa dibandingkan dengan oksidasi aerobik yang sempurna. Energi
yang dihasilkan disimpan dalam senyawa organik berupa adenosine triphosphate atau
yang lebih umum dikenal dengan istilah ATP dan NADH.

Lintasan glikolisis yang paling umum adalah lintasan Embden-Meyerhof-Parnas (bahasa


Inggris: EMP pathway), yang pertama kali ditemukan oleh Gustav Embden, Otto
Meyerhof dan Jakub Karol Parnas. Selain itu juga terdapat lintasan Entner–Doudoroff
yang ditemukan oleh Michael Doudoroff dan Nathan Entner terjadi hanya pada sel
prokariota, dan berbagai lintasan heterofermentatif dan homofermentatif.

Ringkasan reaksi glikolisis pada lintasan EMP adalah sebagai berikut:


Sedangkan ringkasan reaksi dari glikolisis, siklus asam sitrat dan fosforilasi oksidatif
adalah:

Jalur pentosa fosfat, pembentukan NADPH dari glukosa.

Jalur pentose fosfat adalah adalah jalur alternative metabolism glukosa. Jalur ini
berlangsung di sitosol. Enzim yang terlibat antara lain G6P, transketolase, dan
transaldolase.

Katabolisme protein, hidrolisis protein menjadi asam amino.

Respirasi aerobik

Siklus Krebs

Siklus krebs merupakan tahap kedua respirasi aerob. Nama siklus ini berasal dari nama
orang yang menemukan reaksi tahap kedua respirasi aerob ini, yaitu Hans Krebs. Siklus
ini disebut juga siklus asam sitrat.

Siklus krebs diawali dengan adanya 2 molekul asam piruvat yang dibentuk pada glikolisis
yang meninggalkan sitoplasma masuk ke mitokondria. Sehingga, siklus krebs terjadi di
dalam mitokondria.

Tahapan siklus krebs adalah sebagai berikut:

a) Asam piruvat dari proses glikolisis, selanjutnya masuk ke siklus krebs setelah bereaksi
dengan NAD+ (Nikotinamida adenine dinukleotida) dan ko-enzim A atau Ko-A,
membentuk asetil Ko-A. Dalam peristiwa ini, CO2 dan NADH dibebaskan. Perubahan
kandungan C dari 3C (asam piruvat) menjadi 2C (asetil ko-A).

b) Reaksi antara asetil Ko-A (2C) dengan asam oksalo asetat (4C) dan terbentuk asam
sitrat (6C). Dalam peristiwa ini, Ko-A dibebaskan kembali.

c) Asam sitrat (6C) dengan NAD+ membentuk asam alfa ketoglutarat (5C) dengan
membebaskan CO2.

d) Peristiwa berikut agak kompleks, yaitu pembentukan asam suksinat (4C) setelah
bereaksi dengan NAD+ dengan membebaskan NADH, CO2 dan menghasilkan ATP
setelah bereaksi dengan ADP dan asam fosfat anorganik.

e) Asam suksinat yang terbentuk, kemudian bereaksi dengan FAD (Flarine Adenine
Dinucleotida) dan membentuk asam malat (4C) dengan membebaskan FADH2.

f) Asam malat (4C) kemudian bereaksi dengan NAD+ dan membentuk asam oksaloasetat
(4C) dengan membebaskan NADH, karena asam oksalo asetat akan kembali dengan asetil
ko-A seperti langkah ke 2 di atas.

Dapat disimpulkan bahwa siklus krebs merupakan tahap kedua dalam respirasi aerob
yang mempunyai tiga fungsi, yaitu menghasilkan NADH, FADH2, ATP serta
membentuk kembali oksaloasetat. Oksaloasetat ini berfungsi untuk siklus krebs
selanjutnya. Dalam siklus krebs, dihasilkan 6 NADH, 2 FADH2, dan 2 ATP.
Transpor elektron

Transpor elektron terjadi di membran dalam mitokondria, dan berakhir setelah


elektron dan H+ bereaksi dengan oksigen yang berfungsi sebagai akseptor terakhir,
membentuk H2O. ATP yang dihasilkan pada tahap ini adalah 32 ATP. Reaksinya
kompleks, tetapi yang berperan penting adalah NADH, FAD, dan molekul-molekul
khusus, seperti Flavo protein, ko-enzim Q, serta beberapa sitokrom. Dikenal ada beberapa
sitokrom, yaitu sitokrom C1, C, A, B, dan A3. Elektron berenergi pertama-tama berasal
dari NADH, kemudian ditransfer ke FMN (Flavine Mono Nukleotida), selanjutnya ke Q,
sitokrom C1, C, A, B, dan A3, lalu berikatan dengan H yang diambil dari lingkungan
sekitarnya. Sampai terjadi reaksi terakhir yang membentuk H2O.

Jadi, hasil akhir proses ini terbentuknya 32 ATP dan H2O sebagai hasil sampingan
respirasi. Produk sampingan respirasi tersebut pada akhirnya dibuang ke luar tubuh, pada
tumbuhan melalui stomata dan melalui paru-paru pada pernapasan hewan tingkat tinggi.
Ketiga proses respirasi dapat diringkas sebagai berikut.

Fosforilasi oksidatif

Fosforilasi oksidatif adalah suatu lintasan metabolisme yang menggunakan energi


yang dilepaskan oleh oksidasi nutrien untuk menghasilkan ATP, dan mereduksi gas
oksigen menjadi air.

Walaupun banyak bentuk kehidupan di bumi menggunakan berbagai jenis nutrien, hampir
semuanya menjalankan fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP. Lintasan ini sangat
umum digunakan karena sangat efisien untuk mendapatkan energi, dibandingkan dengan
proses fermentasi alternatif lainnya seperti glikolisis anaerobik.

Dalam proses fosforilasi oksidatif, elektron yang dihasilkan oleh siklus asam sitrat akan
ditransfer ke senyawa:

• NAD+ yang berada di dalam matriks mitokondria. Setelah menerima elektron, NAD+
akan bereaksi menjadi NADH dan ion H+, kemudian mendonorkan elektronnya ke rantai
transpor elektron kompleks I.

• dan FAD yang berada di dalam rantai transpor elektron kompleks II. FAD akan
menerima dua elektron, kemudian bereaksi menjadi FADH2 melalui reaksi redoks.

Reaksi redoks ini melepaskan energi yang digunakan untuk membentuk ATP. Pada
eukariota, reaksi redoks ini dijalankan oleh serangkaian kompleks protein di dalam
mitokondria, manakala pada prokariota, protein-protein ini berada di membran dalam sel.
Enzim yang saling berhubungan ini disebut sebagai rantai transpor elektron. Pada
eukariota, lima kompleks protein utama terlibat dalam proses ini, manakala pada
prokariota, terdapat banyak enzim-enzim berbeda yang terlibat.

Elektron yang melekat pada molekul rantai transpor elektron di sisi dalam membran
mitokondria akan menarik ion H+ menuju membran mitokondria sisi luar, disebut
kopling kemiosmotik,[4] yang menyebabkan kemiosmosis, yaitu difusi ion H+ melalui
ATP sintase ke dalam mitokondria yang berlawanan dengan arah gradien pH, dari area
dengan energi potensial elektrokimiawi lebih rendah menuju matriks dengan energi
potensial lebih tinggi. Proses kopling kemiosmotik menghasilkan kombinasi gradien pH
dan potensial listrik di sepanjang membran ini yang disebut gaya gerak proton. Energi
gaya gerak proton digunakan untuk menghasilkan ATP melalui reaksi fosforilasi ADP.

Walaupun fosforilasi oksidatif adalah bagian vital metabolisme, ia menghasilkan spesi


oksigen reaktif seperti superoksida dan hidrogen peroksida pada kompleks I.[5] Hal ini
dapat mengakibatkan pembentukan radikal bebas, merusak sel tubuh, dan kemungkinan
juga menyebabkan penuaan. Enzim-enzim yang terlibat dalam lintasan metabolisme ini
juga merupakan target dari banyak obat dan racun yang dapat menghambat aktivitas
enzim.

Dekarbosilasi Oksidatif

Dekarbosilasi Oksidatif atau disingkat dengan DO adalah proses Perubahan Piruvat


Menjadi Asetilkoezim – A

• Proses ini berlangsung karboksilasi Oksidatif ini di membran luar mitocondria sebagai
fase antara sebelum Siklus Krebs ( Pra Siklus Krebs ) sehingga DO sering dimasukkan
langsung dalam Siklus krebs.

• Reaksi oksidasi piruvat hasil glikolisis menjadi asetil koenzim-A, merupakan tahap
reaksi penghubung yang penting antara glikolisis dengan jalur metabolisme lingkar asam
trikarboksilat (daur Krebs).

• Reaksi yang diaktalisis oleh kompleks piruvat dehidrogenase dalam matriks


mitokondria melibatkan tiga macam enzim (piruvat dehidrogenase, dihidrolipoil
transasetilase, dan dihidrolipoil dehidrogenase), lima macam koenzim (tiaminpirofosfat,
asam lipoat, koenzim-A, flavin adenin dinukleotida, dan nikotinamid adenin dinukleotida)
dan berlangsung dalam lima tahap reaksi.

• Keseluruhan reaksi dekarboksilasi ini irreversibel, dengan ∆ G 0 = - 80 kkal per mol.

• Reaksi ini merupakan jalan masuk utama karbohidrat kedalam daur Krebs.

• Tahap reaksi pertama dikatalis oleh piruvat dehidrogenase yang menggunakan tiamin
pirofosfat sebagai koenzimnya.

• Dekarboksilasi piruvat menghasilkan senyawa α-hidroksietil yang terkait pada gugus


cincin tiazol dari tiamin pirofosfat.

• Pada tahap reaksi kedua α-hidroksietil didehidrogenase menjadi asetil yang kemudian
dipindahkan dari tiamin pirofosfat ke atom S dari koenzim yang berikutnya, yaitu asam
lipoat, yang terikat pada enzim dihidrolipoil transasetilase.

• Dalam hal ini gugus disulfida dari asam lipoat diubah menjadi bentuk reduksinya, gugus
sulfhidril. Pada tahap reaksi ketiga, gugus asetil dipindahkan dengan perantara enzim dari
gugus lipoil pada asam dihidrolipoat, kegugus tiol (sulfhidril pada koenzim-A).

• Kemudian asetil ko-A dibebaskan dari sistem enzim kompleks piruvat dehidrogenase.
• Pada tahap reaksi keempat gugus tiol pada gugus lipoil yang terikat pada dihidrolipoil
transasetilase dioksidasi kembali menjadi bentuk disulfidanya dengan enzim dihidrolipoil
dehidrogenase yang berikatan dengan FAD (flavin adenin dinukleotida).

• Akhirnya (tahap reaksi kelima) FADH + (bentuk reduksi dari FAD) yang tetap terikat
pada enzim, dioksidasi kembali oleh NAD + (nikotinamid adenin dinukleotida) manjadi
FAD, sedangkan NAD + berubah menjadi NADH (bentuk reduksi dari NAD +).
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Metabolisme merupakan seluruh peristiwa reaksi-reaksi kimia yang berlangsung dalam


sel makhluk hidup. Metabolisme terdiri atas dua proses, yaitu anabolisme dan
katabolisme. Anabolisme adalah penyusunan zat kompleks dari zat yang lebih sederhana.
Sebaliknya, katabolisme adalah pemecahan zat komplek menjadi zat yang lebih
sederhana disertai dengan pelepasan energi. Kedua proses metabolisme tersebut
merupakan reaksi enzimatis, artinya reaksi tersebut melibatkan peranan enzim. Enzim
adalah suatu protein dan dihasilkan oleh sel hidup. Enzim adalah protein yang bekerja
secara khusus, sebagai katalisator, dapat digunakan berulang kali, rusak oleh panas tinggi,
terpengaruh oleh pH, diperlukan dalam jumlah sedikit dan dapat bekerja secara bolak-
balik. Enzim bekerja dalam mengkatalisis reaksi kimia (biokimia) yang berlangsung di
dalam sel itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi enzim yaitu: suhu (temperature),
derajat keasaman (pH), konsentrasi substrat, zat penghambat (inhibitor) dan hasil akhir.
Mekanisme kerja enzim dapat dijelaskan dengan dua, yaitu hipotesis gembok dan anak
kunci dan hipotesis kecocokan yang terinduksi.
Enzim diklasifikasi dalam berbagai kategori sesuai dengan reaksi yang dikatalisisnya.
Menurut komisi enzim persatuan biokimia internasional (Commission of Enzymes of the
International Union of Biochemistry), enzim dibedakan menjadi enam kelompok, yaitu:
oksidoreduktase, transferase, hidrolase, liase, isomerase dan ligase.
Pengendalian metabolisme selular yang tepat yang pada akhirnya menyangkut
pengendalian kegiatan enzim. Pengendakian enzim dapat diatur melalui 2 cara, yaitu
pengendalian langsung (mekanisme katalitik itu sendiri yang terjadi dengan mengubah
konsentrasi substrat atau reaktan) dan pengendalian genetis (melalui induksi dan represi
enzim).Bakteri dapat merubah zat kimia dan energi radiasi ke bentuk yang berguna untuk
kehidupannya melalui proses respirasi, fermentasi dan fotosintesis. Dalam respirasi,
molekul oksigen adalah penerima elektron utama, sementara dalam fermentasi molekul
bahan makanan biasanya pecah menjadi dua bagian, dimana yang satu kemudian
dioksidasi oleh yang lainnya. Dalam fotosintesis, energi cahaya diubah menjadi energi
kimia. Bagaimanapun, dalam semua jenis sel dan tanpa menghiraukan mekanisme yang
digunakan untuk mengekstrak energi, reaksi tersebut diiringi oleh pembentukan
Adenosine Triphosphate (ATP).
Anabolisme adalah lintasan metabolisme yang menyusun beberapa senyawa organik
sederhana menjadi senyawa kimia atau molekul kompleks. Sedangkan Katabolisme
adalah reaksi penguraian senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana
dengan bantuan enzim. Terdapat perbedaan diantara proses anabolisme serta katabolisme
pada tumbuhan, hewan atau manusia.
SARAN

Makalah ini berisi materi dari kajian pustaka yang bertujuan untuk menambah wawasan
dan sebagai acuan dalam pembelajaran .Namun, makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagai mana manusia yang tidak luput dari kesalahan .Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk kesempurnaan
makalah-maklah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Indra Nurdin.2019. Anabolisme dan Katabolisme. Diakses pada tanggal 9


november 2019 pada pukul 11.06 WITA melalui

https://www.academia.edu/11915755/Anabolisme_dan_Katabolisme

Malik in IPA. 2017 Proses anabolisme dan katabolisme. Diakses pada tanggal 9
november 2019 pada pukul 11.59 WITA melalui

https://mengakujenius.com/proses-anabolisme-dan-katabolisme-pada-makhluk-
hidup/

Anda mungkin juga menyukai