Terdapat dua perspektif menyangkut keberadaan BOD dalam struktur perusahaan; the
managerial dominant dan the true board Of director (lihat bagian tentang perspektif
BOD). Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa BOD merupakan mekanisme penting di
dalam membatasi manager's self-serving behavior pada saat manajer perusahaan
mempunyai tujuan yang berbeda dengan pernilik perusahaan. Namun demikian
terdapat bukti bahwa keberadaan BOD tidak selalu melindungi kepentingan pernegang
saham (Mace, 1971; Patton dan Baker, 1987). Di berbagai negara maju, perusahaan
yang mengadopsi mekanisme poison pillsr ternyata eksistensi BOD tidak selalu
membatasi manajer melakukan @ktivjtas dengan taktik untuk memperkaya diri sendiri,
dan pada umumnya mereka mempunyai konflik dengan pemilik (Iihat Davis, 1991).
-133-
CORPORATE GOVERNANCE
Mentju Penguatan Konseptual & di Indonesia
- 133 -
Implementasi
Peranan BOD dalam menjalankan fungsi pemberian nasihat (advisory roles) kepada
pihak manajemen atau direksi tidak hanya ditemukan pada sistem dewan satu-tingkat,
sebagaimana dianut korporasi di berbagai negara Anglo-Saxon seperti US, UK, dan
negatâ persemakmuran lainnya. Fungsi advisori tersebut juga ditemukan pada berbagai
perusahaan yang menganut sistem dewan dua-tingkat (two-tier board) sebagaimana
ditemukan pada berbagai negara Eropa daratan (continental European), di mana BOD
dan manajemen secara formal terpisah dan di mana seorang individü tidak dapat
menjabat sebagai anggota manajemen dan anggota BOD pada saat yang bersamaan
dan di perusahaan yang sama ('ihat Adams dan Ferreira, 2007).
Peranan BOD dalam sebuah perusahaan merupakan salah satu dari empat fitur yang
merupakan karakteristik suatu sistem governance (Van Ees, Postma, dan Sterken,
-134-
Bagian 9
Governance dan Peran Board of Directors
2003). Har tersebut tergambar dari mekanisme governance (governance mechanism)
di dalam mendisiplinkan manajemen perusahaan melalui struktur governance
(governance structure) sebuah perusahaan, khususnya terkait struktur dan
karakteristik dari BOD. Menurut Van Ees dan kawan kawan (2003) peranan penting
BOD lebih kentara pada model governance yang mengadopsi Continental-European
system. Menurut penulis tersebut, hal ini didasarkan pada argumentasi bahwa pada
negara yang mengadopsi sistem kontinental tersebut berbagai hak investor cenderung
tidak tertindungi secara baík dan optimal. Dengan dasar tersebut mereka memberikan
argumentasi bahwa BOD perusahaan merupakan salah satu dari sedikit pilihan yang
tersedia untuk mengontrol pihak manajemen, dalam upaya untuk melindungi
kepentingan investor.
Jika dihubungkan dengan dasar filosofis dan konseptual CG, maka persyaratan utama
dari seorang anggota BOD adaiah "integritas e individu yang bersangkutan. Anggota
BOO merupakan steward atau individu yang diberikan 'amanah' untuk menjaga
'kepentingan' perusahaan, dalam hal ini adalah kepentingan pemegang saham sebagai
pemilik perusahaan. Korporasi dan harta yang dimiliki entitas dijamin Oleh undang-
undang dan bukan merupakan hak milik dari anggota BOD dimaksud. Mereka
menerima kepercayaan berupa amanah dari pemilik perusahaan, dengan demikian
sebagai konsekuensinya, kepada pernilik pula mereka memiliki kewajiban fidusiari
untuk bertindak dan berperilaku terbuka (act openly) dan jujur (honestly) terhadap
kepentingan pemilik sebagai investor.
Karena pentingnya aspek integritas individu anggota BOO, maka aspek ini dapat
diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam membedakan antara sesuatu yang
benar (right) dari sesuatu yang salah (Wrong) serta memiliki kemampuan untuk
memberikan pertimbangan (judge) perilaku korporasi dalam konteks tersebut. Dengan
kata Iain persyaratan integritas dapat diartikan sebagai; bagaimana setiap anggota
BOD selalu bertindak untuk kepentingan perusahaan, bukan kepentingan diri sendiri
atau pribadi, serta mampu menahan diri dari godaan untuk memperkaya diri sendiri
dan/atau orang Iain, namun merugikan kepentingan perusahaan. Tegasnya integritas
dimaksudkan sebagai sikap dan perilaku yang amanah serta melaksanakannya dengan
baik dan konsisten dengan sikap profesional tanpa merugikan kepentingan perusahaan
yang seharusnya dijaga. Berhubungan dengan konteks ini„ integritas juga
-135-
CORPORATE GOVERNANCE
Mentju Penguatan Konseptual & di Indonesia
dimaksudkan sebagai kemampuan untuk menyadari dan mendeklarasikan terdapatnya
konflik kepentingan dalam perusahaan. Dengan demikian, seorang anggota BOD yang
memiliki integritas adalah individu amanah, sehingga dapat dipercaya sebagai
Implementasi
Dari sudut pandang legal, perusahaan atau korporasi merupakan entitas legal dan
memiliki berbagai hak sebagaimana halnya seorang individu. Karena korporasi
merupakan 'benda mati' sehingga tidak memiliki 'ruh' (conscience), maka BOD harus
bertindak sebagai 'ruh perusahaan' (corporate conscience). Kondisi demikian
membawa implikasi bahwa korporasi harus mematuhi hukum serta aturan perundang-
undangan yang berlaku. Lebih lanjut, hal ini berarti bahwa keberadaan BOD akan
menghasilkan karakter korporasi (creating corporate character) yang menjadi dasar;
bagaimana sebuah organisasi melakukan berbagai kegiatan operasionalnya yang selalu
mengacu kepada aspek hukum yang mengatur perilaku organisasi dalam masyarakat.
Di samping aspek integritas sebagai atribut utama yang harus dimiliki oleh anggota
BOC), terdapat beberapa aspek terkait kualitas personal sebagaimana lazim ditemukan
pada anggota BOD yang memiliki kaliber tinggi (Tricker, 2009, pp. 266—267). Di
antaranya adalah intelektualitas (intellect) yang dapat didefinisikan sebagai cara
berpikir yang baik (a good mind). Karakteristik ini merupakan kombinasi dari tingkat
intelektual yang memadai, kemampuan untuk berpikir pada berbagai tingkatan
abstrakSi, däñ ñiéñiìliki imajinasi untuk dapat melihat dan memetakan situasi dari
berbagai perspektif yang berbeda. Karakter tersebut bertolak belakang dengan
kemampuan seseorang yang hanya mampu melihat dan memahami setiap masalah dan
fenomena selalu dari satu perspektif yang sama (fixed viewpoint). Dengan kata lain,
seorang yang intelek memiliki kemampuan untuk memandang sesuatu secara
imajinatif, berpikiran orisinil, dan mampu bettindak secara kreatif.
Anggota BOD yang baik juga ditandai dengan karakter yang baik atau lebih dikenal
dengan kekuatan karakter (strength of character): Termasuk dalam kriteria ini adalah
memiliki pemikiran yang independen, objektif, serta imparsial. Sehingga anggota BOD
dalam setiap korporasi harus memiliki kapabilitas untuk bertindak maju sesuai dengan
konsensus. Sejalan dengan perkembangan dan perubahan lingkungan organisasi, maka
anggota BOD perlu memiliki pola pikir yang kuat (tough minded), tidak cepat
menyerah dengan keadaan dan tangguh, dengan keberanian untuk menentukan pilihan
posisi. Kemampuan untuk berorientasi kepada hasil melalui pendekatan yang seimbang
dengan proses untuk mencapai hasil tersebut, tidak takut atau menghindari risiko serta
tidak mengambil keputusan secara tergesa-gesa. Hal Jain yang turut mempengaruhi
tingkat intelektualitas anggota BOD adalah kemampuan mengarnbi/ keputusan sec-ara
bijaksana dan bukan berdasarkan kondisi apa adanya (common sense) serta tidak
memiliki dasar yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
-136-
Bagian 9
Governance dan Peran Board of Directors
Atribut Iainnya yang diharapkan dimiliki oleh anggota BOD adalah personalitas yang
positif, ke-ñíäñíþúái'i úfîtúk berinteraksi secara positif dengan orang {ain secara
fleksibel. Dalam kaitan ini seorang anggota BOD diharapkan juga untuk memiliki
sensitivitas terhadap situasi, mampu berdiplomasi, bersikap persuasif, kemampuan
untuk memotivasi pihak Iain, serta memiliki rasa humor.
Kemampuan interpersonal semakin penting untuk dimiliki anggota BOD, sebagai dasar
melakukan interaksi dengan sesama anggota maupun dengan pimpinan BOD. Lebih
lanjut, atribut personalitas yang diinginkan termasuk kemampuan untuk menjadi
pendengar yang baik, kornunikator yang andal; dan memiliki sensitivitas politik yang
memadai.
Irrw—ntasi
-138-
Bagian 9
Governance dan Peran Board of Directors
peran BOD sebagai representasi atas perspektif ini. Berdasarkan pandangan ini,
keberadaan BOD dalam struktur korporasi hanyalah sebagai hal yang bersifat forma},
pasif dan eksistensinya tebih sebágai institusi seremoniai daiam mekanisme
governance (Bosch, 1995).
-139-
GOVERNANCE
Konseptual & Implementasi di Indonesia
Hingga saat ini masih terdapat perdebatan di kalangan para ahli CG menyangkut
peranan BOD di dalam korporasi, terutama jika keberadaanya dihubungkan dengan
terjadinya berbagai perubahan di lingkungan organisasi perusahaan. Namun demikian,
karena keberadaan BOD mempunyai peran sentral di dalam governance korporasi,
terdapat pandangan Iain yang berada di antara perspektif managerial hegemony dan
agency theory (Lukviarman, 2005b). Pandangan ini juga didukung oleh Rindova (1999)
yang menyatakan bahwa BOD dan manajemen dapat bekerja sama di dalam
melaksanakan fungsi masing-masing untuk kesuksesan organisasi. Sudut pandang
ketiga ini merupakan perspektif alternatif dengan mendasarkan argumentasinya pada
konsepsi bahwa kedua dewan perusahaan dapat terlibat di dalam menyusun dan
mengembangkan strategi korporasi, sehingga BOD dapat memberikan kontribusi Iebih
dari expertise yang mereka miliki- Hal ini menunjukkan perJunya upaya optimalisasi
kompetensi yang dimiliki BOD, tanpa mengkompromikan (compromising) tugas dan
tanggung jawab utamanya di dalam menyelesaikan agency problems.
Dalam konteks governance, kata 'monitoring' sering digunakan sebagai label yang
bersifat komprehensif untuk berbagai hat yang berhubungan dengan value-enhancing
activities dari korporasi (Iihat Maug, 1998). Secara Iebih khusus, dari perspektif
agency theory aktivitas tersebut mengacu kepada peranan dan fungsi utama BOD
sebagai bagian penting mekanisme kontrol internal dalam sebuah korporasi. Misalnya,
Jensen (1993) menyatakan pentingnya mekanisme board governance yang bekerja
secara bersama-sama dengan peralatan mekanisme kontrol eksternal Iainya4. Board
governance sebagai bagian dari mekanisme kontrol internal akan bekerja secara in
concert di dalam mengendalikan agency cost5 antara pemegang saham dan manajer.
Dengan tidak berfungsinya mekanisme kontrol eksternal berbasis pasar secara efektif,
maka peranan aktif board governance melatui fungsi monitoring diharapkan mampu
menutupi keiemahan mekanisme pasar tersebut. Pada akhirnya peranan aktif BOD
diharapkan dapat menghasilkan dampak penting di dalam upaya maksimalisasi nilai
perusahaan bagi pemegang saham. Namun demikian, karena tidak semua perusahaan
menghadapi agency conflict pada tingkatan atau derajat yang sama, maka kondisi
tersebut juga memberikan konsekuensi perlunya tingkatan pengendalian internat yang
juga beragam dari BOD.
-139 -
GUHPURATE
Menuju Penguatan
Secara konseptual, BOD harus mampu menjalankan dua fungsi utama di dalam
organisasi (Finkelstein, Hambrick, and Canella, 2009). Pertama adalah bertindak
sebagai penyangga (buffer) dan boundary spanners, menghubungkan organisasi
dengan sumber daya kritikal di lingkungan organisasi dan berbagai informasi yang
memiliki nilai (valuable) melalui jaringan yang terjadi lewat proses director interlocks
(lihat Price, 1963; Pettigrew, 1992; Kim, 2002; Hillman dan Dalziel, 2003; McDonald
dan Westphal, 2003; Zald, 1969; Pfeffer, 1972). Kedua, memiliki peranan di dalam
pengadministrasian dan pengendalian internal, bettanggung jáwab SéCara putatively
(dan secara legal) di daiam membuat kebijakan dan memonitor pihak manajemen
(Zald, 1969; Johnson, Daily, dan Ellstrand, 1996; Fama dan Jensen, 1983b; Dalton et
al., 2007).
Peranan fungst pertama bersifat externally directed, yang kedua bersifat internally
focused, yang dinyatakan secara implisit pada setiap formulasi teoretis yang
berhubungan dengan BOD. Namun demikian, terdapat juga perspektif alternatif yang
secara teoretik perbedaannya terletak pada tingkat kepentingan atas setiap fungsi
tersebut serta penilaian terhadap efektivitas board di dalam melaksanakan setiap
fungsinya. Menurut Finkelstein; Hambrick, dan Canella (2009) kedua cara pandang
board melaksanakan aktivitasnya dengan penekanan atau fokus kepada faktor eksternal
dan internal tersebut, masing-masing berhubungan dengan strategic leadership.
GOVERNANCE
Konseptual & Implementasi di Indonesia
Kondísi kontekstual utama yang mempengaruhi karakteristik board adalah komposisi
dåñ Struktuidari board itu sendiri. Kondisi kontekstuai dalam kaitan ini termasuk;
faktor ketergantungan kritikal yang dihadapi perusahaan, kekuatan institusional
(pengaruh kelas sosial dan managerial elites), dan kondisi keagenan (the agency
conditions). Selain fokus perhatian terhadap struktur dan komposisi board, keberadaan
board dalam organisasi juga dapat diamati melalui observasi terhadap proses (melalui
interaksi antara anggota BOD sebagai suatu kelompok, e.g. Vance, 1983; Finkelstein
dan Mooney, 2003), style (personalitas atau modus operasional fungsi BOD, e.g.
Mueller, 1981), dan internal
-140-
organisasi (keanggotaan dalam komite dan aliran informasi diantara komite, e.g.
Brown, 1981). Namun demikian, perhatian utama terhadap struktur dan komposisi
board didasarkan pada dua alasan berikut. Pertama, menurut Zahra dan Pearce (1989)
struktur dan komposisi BOD merupakan dimensi yang paling fundamental, sehingga
selalu menjadi acuan di dalam berbagai penelitian tentang BOD. Kedua, menurut
Finkelstein, Hambrick, dan Canella (2009) faktor penentu dan konsekuensi dari
struktur dan komposisi board mengakar secara kuat di dalam kepemimpinan strategis,
karena struktur dan komposisi board akan menjawab aspek pilihan strategis dari sudut
sosial, psikologis, dan ekonomis.
Peranan BOD di dalam organisasi secara mendasar selalu dikaitkan dengan fungsi
pelaksanaan tugasnya yang dicantumkan secara legal dalam bentuk Anggaran Dasar
(articles of incorporation) korporasi dan aturan lainnya di berbagai belahan dunia.
Fungsi utama board governance secara legal mencakup duty of loyalty dan duty of care
dalam menjalankan tugas dan fungsi utamanya (Iihat Ward, 2007). Kedua fungsi
tersebut lebih diprioritaskan dibanding fungsi fiduciary7 Iainnya dan monitoring dari
seperangkat tugas BOD. Duty of loyalty 8 mengharuskan anggota BOD to act in good
faith and refrain from activities that put their own interests ahead of the interests of the
company". Hal ini mempertegas bahwa tugas BOD yang atama harus bertindak dengan
niat baik (good intention) dan menahan diri (refreained) dari berbagai tindakan yang
mendahulukan kepentingan pribadi dibandingkan kepentingan institusi.
Bagian 9
Governance dan Peran Board of Directors
Sementara the duty of care requires directors to exercise due diligence and prudence in
carrying out their oversight function, meaning they must run the company honestly and in
good faith by exercising the level of care that are reasonably prudent person would use
under the same circumtances. Melalui pengertian dimaksud maka dalam menjalankan
tugasnya anggota BOD harus bertindak secara cermat dan dengan sikap penuh kehati-
hatian (prudent) terutama daþm menjalankan fungsi pengawasan- Kondisi ini
mengharuskan anggota BOD dalam menjalankan fungsinya dengan berperilaku jujur dan
niat baik melalui tindakan yang hati-hati sebagaimana individu lain pada posisi yang sama
dengan kondisi yang sama akan mengambil keputusan atau tindakan. Selanjutnya berbagai
fungsi fidusiari lainnya yang berhubungan dengan fiduciary duties BOD di antaranya
adalah; the duty of
- 141 -
CORPORATE
Menuju Penguatan
Obedience, the duty óf"ód fåith, åñd thé duty Of fáiÉ diSClóSuíé (Iiha{ Farrar, 2001
untuk penjelasan).
Minimal review Formally reviews selected issues that officers bring to its
attention.
Involv to a limit degree lñ the perfOÈmåhce or review e
decisions ' dicators or am of n
Active participation Approves, questions, and makes final decisions on mission,
strategy, policies, and objectives; has active board
committees; performs fiscal and management audits.
a es the jeading hole in establiShing añd h'odifÿing the
mission, objectives, strategy, and policies; hasa very active
committee
Sumber: Wheelen dan Hunger (2000), Lane et al. (2006).
- 142 -
Semakin
Lingkungan Eksternal dan Peranan Board of Directors
Organisasi korporasi yang beroperasi di abad ke-21 menghadapr seperangkat
tantangan manajerial relatif baru dibandingkan beberapa dekade sebelumnya. Hal ini
mengisyaratkan perlunya kemampuan perangkat organisasi secara keseluruhan untuk
berasimilasi dan menciptakan pengetahuan secara koJektif serta belajar untuk
Bagian 9
Governance dan Peran Board of Directors
berkompetisi dengan cara baru di dalam lingkungan organisasi yang selalu mengalami
perubahan (Dess dan
Pernyataan ini memberikan penekanan pentingnya peranan human
capital di dalam menghadapi perubahan lingkungan perusahaan diiringi dengan
peningkatan intensitas persaingan. Dalam kaitan ini juga terdapat kecenderungan
untuk menggantikan peranan financial capital dengan intellectual capital sebagai the
driving force bagi berbagai perusahaan di dalam perekonomian baru (Wallis, 2000).
Sebagai dampaknya, peranan BOD sebagai bagian dari aset perusahaan berupa
strategic human menjadi semakin penting untuk diakui keberadaannya di dalam suatu
perusahaan
- 143 -
GOVERNANCE
Konseptuai & Implementasi Indonesia
CORPORATE
Menuju Penguatan
-144 -