Makalah Pemerasan
Makalah Pemerasan
“PEMERASAN”
DISUSUN OLEH :
1. HAYUNING FANI WULANDARI (P1337420516060)
2. SYAM SAHARA (P1337420516052)
3. FARIDA INTAN (P1337420516055)
4. YUNITA NUR FAJARWATI (P1337420516069)
5. ANISA SEKAR (P1337420516074)
6. LI’ANA FATIMATUL (P1337420516083)
GATOTKACA 2
PENDAHULUAN
2. Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari pemerasan ?
2. Apa jenis-jenis dan hukum yang berlaku pada pemerasan ?
3. Apa saja unsur-unsur dari pemerasan ?
4. Apa klasifikasi dari pemerasan ?
5. Apa empati inti delik pemerasan ?
6. Apa saja yang terkait dengan perbuatan pemerasan pegawai negeri ?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Untuk mengetahui pengertian pemerasan.
2. Untuk mengetahui penyebab atau latar belakang terjadinya pemerasan.
3. Untuk mengetahui macam-macam dari pemerasan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Dalam kamus bahasa Indonesia istilah “pemerasan” berasal dari kata dasar
“peras” yang bermakna leksikal “meminta uang dan sejenisnya dengan ancaman’.
Sementara menurut Black’s Law Dictionary (2004: 180), blackmail : diartikan
sebagai ‘a threatening demand made without justification’. Sinonim dengan extortion,
yaitu suatu perbuatan untuk memperoleh sesuatu dengan cara melawan hukum seperti
tekanan atau paksaan. Pengertian yang diberikan Black’s Law Dictionary lebih
mendekati dari maksud hukum terhadap pemerasan sebagai sebuah kejahatan atau
tindak pidana.
Pemerasan (Belanda: afpersing; Inggris: blackmail), adalah satu jenis tindak
pidana umum yang dikenal dalam hukum pidana Indonesia. Spesifik tindak pidana ini
diatur dalam pasal 368 KUHP. Dalam struktur KUHP, tindak pidana pemerasan diatur
dalam satu bab (Bab XXIII) bersama tindak pidana pengancaman. Karena itu kata
afpersing sering digabung dengan kata afdreiging yang diatur pasal 369 KUHP.
Pemerasan adalah tindakan melawan hukum memaksa seseorang dengan
kekerasan atau pencurian yang didahului disertai kekerasan atau ancaman kekerasan,
baik diambil sendiri oleh tersangka maupun penyerahan barang oleh korban.(Pasal
368 ayat (2) KUHP ) : ketentuan pasal 365 ayat 2,3 dan 4 berlaku bagi kejahatan ini
(KUHP 35, 89 , 335, 370 dst.).
C. Unsur-Unsur Pemerasan
1. Unsur obyektif
a) Dalam pemerasan terdapat unsur kesengajaan yang bersifat tujuan,
yaitumengambil barang orang lain dengan cara kekerasan atau ancaman
kekerasan atau mengambil barang dengan membunuh korban.
b) Unsur memaksa pelaku terhadap korban. Memaksa merupakan tindakan
yang merugikan orang lain.
c) Yang dipaksa yaitu orang (yang menjadi korban)
d) Cara memaksa menggunakan ancaman tertulis, lisan, maupun akan
membuka rahasia korban.
2. Unsur subyektif
a) Maksud yang dituju. Maksud pelaku untuk melakukan pemerasan
merupakan tindakan pidana yang dilarang.
b) Menguntungkan diri atau orang lain.Perbuatan ini dilakukan, untuk
menguntungkan diri atau orang lain, sebagaiman dijelaskan dalam pasal
pemerasan.
c) Melawan hukum. Pemerasan merupakan pidan terhadap benda orang lain,
yang sudah menjadi kekuasaan mereka.
Pasal 12 huruf e UU No. 20 Tahun 2001 berasal dari Pasal 423 KUHP yang
dirujuk dalam Pasal 1 ayat (1) huruf c UU No. 3 Tahun 1971, dan Pasal 12 UU
No. 31 Tahun 1999 sebagai tindak pidana korupsi, yang kemudian dirumuskan
ulang pada UU No. 20 Tahun 2001.
Pasal 12 huruf e UU No. 31 Tahun 1999 no. UU No. 20 Tahun 2001 :Dipidana
dengan pidana penjara seumur hidup atau pidanapenjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
2) Pasal 12 huruf g, “Pegawai Negeri Memeras”
Untuk menyimpulkan apakah suatu perbuatan termasuk korupsi menurut Pasal
ini, harus memenuhi unsur :
a. Pegawai negeri atau penyelenggara Negara.
b. Pada waktu menjalankan tugas.
c. Meminta atau menerima pekerjaan, atau penyerahan barang.
d. Seolah-olah merupakan utang kepada dirinya.
e. Diketahuinya bahwa hal tersebut merupakan utang.
Pasal 12 huruf g UU No. 20 Tahun 2001 berasal dari Pasal 425 angka 2 KUHP
yang dirujuk dalam Pasal 12 UU No. 31 Tahun 1999 sebagai tindak pidana
korupsi, yang kemudian dirumuskan ulang pada UU No. 20 Tahun 2001.
Pasal 12 huruf g UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 :Dipidana
dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
Pasal 12 huruf f UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20Tahun 2001 :Dipidana
dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
G. Contoh
1. Seorang pemuda asal Sumber, Banjarsari, Solo, Jawa Tengah, Rabu (7/7),
dibekuk polisi lantaran diduga kerap memeras di rumah keluarga artis dan
pelawak Nunung Srimulat. Pemuda bernama Andi Rismanto alias Ambon yang
dikenal sebagai preman kampung meminta jatah Rp 150 ribu per minggu dengan
alasan iuran keamanan. Saat dimintai keterangan, ia hanya bisa tertunduk lesu.
Pemuda bertato ini ditangkap aparat Kepolisian Sektor Banjarsari, menyusul
laporan salah seorang kerabat Nunung. Dari keterangan saksi, tersangka sering
memeras di rumah keluarga tersebut. Jika tidak dituruti, maka pelaku tidak segan
melakukan kekerasan.
2. Perilaku tersangka pun dianggap meresahkan. Tidak hanya keluarga Nunung
Srimulat yangmenjadi korban, tapi juga warga lain di kawasan tersebut. Dari
pengakuan tersangka, uang yang diperoleh digunakan untuk membeli rokok dan
minuman keras. Selain menangkap tersangka, polisi menyita barang bukti uang
sebesar Rp 20 ribu dan kartu tanda penduduk milik tersangka. Atas
perbuatannya, tersangka dijerat pasal 368 KUHP mengenai pemerasan dengan
ancaman hukuman maksimal sembilan tahun penjara.
BAB III
PENUTUP
A. Saran.
Sebagai pelengkap dalam penulisan hukum ini maka penulis
akan menyumbangkan beberapa pemikiran-pemukiran yang kemudian penulis
tuangkan dalam bentuk saran yaitu:
a. Putusan pemidanaan dapat tepat sasaran dan sesuai dengan hukum.
b. Mengingat efek jera adalah suatu tujuan dari pemidanaan, maka bagi
hakim yang memutus perkara pemerasan yang berawal alasan iuran keamanan,
hendaknya memberikan hukuman yang cukup berat agar
fenomena iuran keamanan yang berakhir dengan pemerasan yang
meresahakan masyarakat dapat diberantas. Pihak kepolisian sebagai
mitra dari badan peradilan hendaknya mendukung upaya badan peradilan
untuk memberantas berbagai kejahatan dan tindak pidana yang dewasa
ini banyak dilakukan.
B. Kesimpulan
Pada kasus di atas, pelaku, Andi Rismanto telah melakukan tindak pidana
pemerasan kepada keluarga Nunung dengan cara meminta secara paksa uang Rp
150.000,- setiap minggu. Karena yang melakukan tindak pidana adalah warga
Negara Indonesia dan terjadi di wilayah Indonesia, maka berlaku hukum pidana
Indonesia , yaitu
1. KUHP (asas teritorialitas). Pelaku dijerat oleh pasal mengenai pemerasan
yang diatur dalam pasal 368 KUHP ayat (1)“ Barang siapa dengan maksud
untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,
memaksa orang lain dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, untuk
memberikan sesuatu barang, yang seluruhnya atau sebagian adalah milik
orang lain, atau supaya memberikan hutang maupun menghapus piutang,
diancam, karena pemerasan, dengan pidana penjara paling lama sembilan
tahun ”
2. Ketentuan Pasal 365 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) berlaku dalam tindak
pidana ini. Unsur-Unsur yang ada di dalam ketentuan Pasal 368 KUHP.
DAFTAR PUSTAKA
Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan Dan Pengembangan
Hukum Pidana, Cet Ke II, (Bandung Citra Aditya Bakti, 2005)
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi Cetakan Ke-4,(Jakarta:Sinar Grafika, 2012)
Hamzah Andi, Delik-delik Tertentu di Dalam KUHP, Cet Ke-4,(Jakarta:Sinar
Grafika, 2011)