Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Interprofessional education (IPE) adalah metode pembelajaran yang
interaktif, berbasis kelompok, yang dilakukan dengan menciptakan
suasana belajar berkolaborasi untuk mewujudkan praktik yang
berkolaborasi, dan juga untuk menyampaikan pemahaman mengenai
interpersonal, kelompok, organisasi dan hubungan antar organisasi
sebagai proses profesionalisasi. IPE dapat terjadi ketika dua atau lebih
mahasiswa dari program studi kesehatan yang berbeda belajar bersama
yang bertujuan untuk meningkatkan kerja sama dan kualitas pelayanan
kesehatan (Umy, 2016).
Tujuan IPE adalah praktik kolaborasi antar profesi, dimana
melibatkan berbagai profesi dalam pembelajaran tentang bagaimana
bekerjasama dengan memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang diperlukan untuk berkolaborasi secara efektif. Implementasi IPE di
bidang kesehatan dilaksanakan kepada mahasiswa dengan tujuan untuk
menanamkan kompetensi-kompetensi IPE sejak dini dengan retensi
bertahap, sehingga ketika mahasiswa berada di lapangan diharapkan
dapat mengutamakan keselamatan pasien dan peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan bersama profesi kesehatan yang lain (Uns, 2016).
Inter Professional Collaboration (IPC) adalah suatu kegiatan
intrakurikuler yang memadukan pelaksanaan Tri Darma Perguruan
Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat)
yang dilakukan melalui pendekatan kolaborasi antar rumpun ilmu
kesehatan dalam menciptakan masyarakat cinta sehat dengan cara
memberikan kepada mahasiswa pengalaman belajar dan bekerja dalam
kegiatan pembangunan masyarakat bidang kesehatan sebagai wahana
penerapan dan pengembangan ilmu yang dilaksanakan di luar kampus
dalam waktu, mekanisme dan persyaratan tertentu. (Poltekkes
Semarang, 2017).
Proses kolaborasi ini diperlukan dan lebih ditingkatkan dalam
pelayanan kesehatan di masa sekarang ini karena di iklim global
sekarang ini sudah tidak cukup bagi tenaga kesehatan untuk bekerja
1
secara profesional saja namun tenaga kesehatan perlu juga
mengembangkan upaya antar profesional dalam menangani pasien.
Beberapa bukti menunjukkan bahwa perawatan pasien dengan
kolaborasi lintas profesi dapat meningkatkan keberhasilan perawatan.
Dengan demikian kami melakukan kolaborasi antara keperawatan,
kebidanan dan analis kesehatan untuk memberikan asuhan kepada
keluarga binaan dengan kasus anemia pada ibu hamil. Dalam hal ini
kami berfokus pada tingginya angka kematian ibu dan bayi di Provinsi
Banten.
Ispa (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) merupakan penyakit infeksi
akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas
mulai dari hidung (Saluran atas) hingga Alveoli (Saluran bawah)
termasuk jaringan adneksanya seperti sinus rongga telinga tengah dan
pleura (Irianto, 2015)
Menurut WHO (2017), ispa menjadi salah satu penyebab utama
morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hamper 4 juta
orang meninggal akibat ispa setiap tahun, 98% disebabkan oleh infeksi
saluran pernafasan bawah. Kelompok yang paling beresiko adalah
balita, anak-anak, dan orang lanjut usia terutama di Negara-negara
dengan pendapatan perkapita rendah dan menengah.
Ispa merupakan penyakit yang banyak terjadi di Negara
berkembang serta salah satu penyebab kunjungan pasien ke
puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%). Kasusu ispa
terbanyak terjadi di India 43 juta kasus, China 21 juta kasus, Pakistan 10
juta kasus, dan Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta
kasus. Semua kasus ispa yang terjadi di masyarakat, 7-13% merupakan
kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit (Dirjen PP dan PL,
2012)
Kasus ispa di Indonesia pada 3 tahun terakhir menempati ururtan
pertama penyebab kematian bayi yaitu sebesar 27,46% (2015), 25,47%
(2016), 44,13% (2017). Selain itu, penyakit ispa juga sering berada pada
daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit (Kemenkes RI, 2017).
Terdapat 5 provinsi dengan ispa tertinggi yaitu Nusa Tenggara Timur
(41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%),
2
dan Jawa Timur (28,3%). Karakteristik penduduk dengan ispa yang
tertinggi berdasarkan umur terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun
(25,8%), penyakit ini lebih banyak dialami pada kelompok penduduk
kondisi ekonomi menengah kebawah (Kemenkes, 2013).
Berdasarkan hasil laporan bulanan penyakit di Puskesmas Jayanti
pada tahun 2017 terdapat penyakit ISPA di urutan ke 6 dari 10 besar
penyakit di Puskesmas Jayanti (Profil Data Puskesmas Jayanti, 2017).
Berdasarkan latar belakang diatas kami tertarik untuk melakukan
pengkajian keluarga binaan IPE-IPC dengan kasus Infeksi Saluran
Pernafasan Akut pada Balita “I” Dengan adanya kolaborasi antara
keperawatan, kebidanan dan analis kesehatan diharapkan dapat
mengurangi AKB di Provinsi Banten khususnya di Kabupaten
Tangerang.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Melakukan kolaborasi dan memberikan pendidikan kesehatan untuk
meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan pada
keluarga.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan pada Balita diharapkan
ibu mampu :
a. Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang
dimilikinya untuk menolong diri sendiri dalam meningkatkan
mutu hidup, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat
secara optimal.
b. Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu dalam
penanganan kesehatan pada Balita sakit sebelum meminta
pertolongan lebih lanjut.
c. Melakukan pemeriksaan secara kolaboratif kepada Balita sakit
d. Melakukan tindakan dan pemecahan masalah kesehatan
bersama-sama.
e. Meningkat pengetahuan ibu akan dampak yang terjadi pada
Balita sakit.
3
C. SASARAN
Sasaran kegiatan keluarga binaan praktik kerja lapangan (PKL) terpadu
adalah keluarga dengan Balita sakit yang bertempat tinggal di RW 004
Desa Pasir Muncang Kabupaten Tangerang.

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian IPE – IPC


Interprofessional education (IPE) adalah metode pembelajaran
yang interaktif, berbasis kelompok, yang dilakukan dengan menciptakan
suasana belajar berkolaborasi untuk mewujudkan praktik yang
berkolaborasi, dan juga untuk menyampaikan pemahaman mengenai
interpersonal, kelompok, organisasi dan hubungan antar organisasi
sebagai proses profesionalisasi. IPE dapat terjadi ketika dua atau lebih
mahasiswa dari program studi kesehatan yang berbeda belajar bersama
yang bertujuan untuk meningkatkan kerja sama dan kualitas pelayanan
kesehatan (Umy, 2016).
Inter Professional Collaboration (IPC) adalah suatu kegiatan
intrakurikuler yang memadukan pelaksanaan Tri Darma Perguruan
Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat)
yang dilakukan melalui pendekatan kolaborasi antar rumpun ilmu
kesehatan dalam menciptakan masyarakat cinta sehat dengan cara
memberikan kepada mahasiswa pengalaman belajar dan bekerja dalam
kegiatan pembangunan masyarakat bidang kesehatan sebagai wahana
penerapan dan pengembangan ilmu yang dilaksanakan di luar kampus
dalam waktu, mekanisme dan persyaratan tertentu. (Poltekkes
Semarang, 2017).

B. Infeksi Saluran Pernafasan Akut


1. Definisi
Infeksi Saluran Pernafasan Akut atau ISPA adalah infeksi
saluran dipernafasan, yang menimbulkan gejala batuk, pilek, disertai
dengan demam tinggi. ISPA sangat mudah menular dan dapat
dialami oleh siapa saja, terutama anak-anak dan lansia.
Sesuai dengan namanya, ISPA akan menimbulkan peradangan
pada saluran pernafasan, mulai dari hidung hingga paru-paru.
Kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus, sehingga dapat sembuh
dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus dan antibiotik.
5
Walaupun demikian seseorangan perlu waspada dan
mengetahui kapan saatnya perlu berkonsultasi dengan dokter, serta
cara mencegah penyakit ini.

2. Penyebab ISPA
Penyebab ISPA adalah virus atau bakteri, yang mudah sekali
menular. Penularan virus atau bakteri penyebab ISPA dapat terjadi
melalui kontak dengan percikan air liur orang yang terinfeksi. Virus
atau bakteri dalam percikan liur akan menyebar melalui udara,
masuk ke hidung atau mulut orang lain.
Selain kontak langsung dengan percikan liur penderita, virus
juga dapat menyebar melalui sentuhan dengan benda yang
terkontaminasi, atau berjabat tangan dengan penderita. Walaupun
penyebarannya mudah, ada beberapa kelompok orang yang lebih
rentan tertular ISPA, yaitu :
a. Anak-anak dan lansia
Anak-anak dan lansia memiliki sistem kekebalan tubuh yang
rendah, sehingga rentan terhadap berbagai infeksi. Selain itu,
penyebaran virus atau bakteri ISPA di kalangan anak-anak
dapat terjadi sangat cepat karena anak-anak banyak
berinteraksi secara dekat dan melakukan kontak dengan anak-
anak yang lain.
b. Orang dewasa dengan sistem kekebalan tubuh lemah
Sistem kekebalan tubuh sangat berpengaruh dalam melawan
infeksi virus maupun bakteri. Ketika kekebalan tubuh menurun,
maka risiko terinfeksi akan semakin meningkat. Salah satunya
adalah penderita AIDS atau kanker.
c. Penderita gangguan jantung dan paru-paru
ISPA lebih sering terjadi pada orang yang sudah memiliki
penyakit jantung atau gangguan pada paru-paru sebelumnya.
d. Perokok aktif
Perokok lebih berisiko mengalami gangguan fungsi paru dan
saluran pernapasan, sehingga rentan mengalami ISPA dan
cenderung lebih sulit untuk pulih.
6
3. Pencegahan ISPA
Tindakan pencegahan utama ISPA adalah menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat. Beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Cuci tangan secara teratur, terutama setelah beraktivitas di
tempat umum.
b. Hindari menyentuh wajah, terutama bagian mulut, hidung, dan
mata, untuk menghindari penularan virus dan bakteri.
c. Gunakan sapu tangan atau tisu untuk menutup mulut ketika
bersin atau batuk. Hal ini dilakukan untuk mencegah
penyebaran penyakit ke orang lain.
d. Perbanyak konsumsi makanan kaya vitamin, terutama vitamin
C, untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
e. Olahraga secara teratur.
f. Berhenti merokok.
g. Lakukan vaksinasi, baik vaksin MMR, influenza, atau
pneumonia. Diskusikan dengan dokter mengenai keperluan,
manfaat, dan risiko dari vaksinasi ini.

4. Gejala ISPA
Gejala dari infeksi saluran pernapasan akut berlangsung antara 1-2
minggu. Sebagian besar penderita akan mengalami perbaikan
gejala setelah minggu pertama. Gejala tersebut adalah:
a. Batuk
b. Bersin
c. Pilek
d. Hidung tersumbat
e. Nyeri tenggorokan
f. Sesak napas
g. Demam
h. Sakit kepala
i. Nyeri otot

7
5. Diagonosis ISPA
Ketika pasien mengalami gangguan pernapasan, maka dokter
akan memeriksa gejala dan penyakit lain yang pernah dialami.
Selanjutnya, dokter akan memeriksa hidung, telinga, dan
tenggorokan untuk mendeteksi kemungkinan infeksi. Dokter juga
akan memeriksa suara napas dengan stetoskop untuk memantau
apakah ada penumpukan cairan atau peradangan pada paru-paru.
Jika pasien mengalami sesak napas, dokter akan melakukan
pemeriksaan kadar (saturasi) oksigen di dalam tubuh dengan alat
pulse oxymetry.
Bila ISPA disebabkan oleh virus, dokter tidak akan melakukan
pemeriksaan lebih lanjut, karena dapat sembuh sendiri setelah
beberapa minggu. Meski begitu, perbaikan maupun perburukan
gejala perlu tetap dipantau.
Bila dicurigai terdapat kuman khusus yang menyebabkan ISPA,
dokter akan melakukan pengambilan sampel dahak atau usap
tenggorokan untuk diperiksa di laboratorium. Dan bila infeksi
menyerang paru-paru, dokter akan melakukan pemeriksaan foto
Rontgen dada atau CT scan, untuk memeriksa kondisi paru-paru.

6. Pengobatan ISPA
Seperti telah disebutkan sebelumnya, ISPA paling sering
disebabkan oleh virus, sehingga akan sembuh sendiri tanpa perlu
penanganan khusus. Beberapa tindakan untuk meredakan gejala
dapat dilakukan secara mandiri di rumah, yaitu dengan:
a. Memperbanyak istirahat dan konsumsi air putih untuk
mengencerkan dahak, sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan.
b. Mengonsumsi minuman lemon hangat atau madu untuk
membantu meredakan batuk.
c. Berkumur dengan air hangat yang diberi garam, jika mengalami
sakit tenggorokan.
d. Menghirup uap dari semangkuk air panas yang telah dicampur
dengan minyak kayu putih atau mentol untuk meredakan hidung
yang tersumbat.
8
e. Memposisikan kepala lebih tinggi ketika tidur dengan
menggunakan bantal tambahan, untuk melancarkan
pernapasan.
Jika gejala yang dialami tidak membaik, Anda perlu
berkonsultasi dengan dokter. Dokter dapat memberikan obat-obatan
untuk meredakan gejala, antara lain:
a. Ibuprofen atau paracetamol, untuk meredakan demam dan nyeri
otot.
b. Diphenhydramine dan pseudoephedrine,untuk mengatasi pilek
dan hidung tersumbat.
c. Obat batuk.
d. Antibiotik, jika dokter menemukan bahwa ISPA disebabkan oleh
bakteri.

9
BAB III
HASIL KEGIATAN

A. Tinjauan Kasus
Nama KK : Tn. U
Alamat Lengkap : Kp. Sempur

1. Identitas Pasien
Nama : An. I
Nama Ortu : Ny T
Umur : 6 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan :-
Pendidikan :-

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan anaknya batuk pilek sudah lebih dari satu minggu.

3. Riwayat Penyakit Terdahulu


Ibu mengatakan anaknya tidak memiliki riwayat penyakit.

4. Riwayat Imunisasi
Anak telah di imunisasi lengkap.

5. Riwayat Pemenuhan Nutrisi


Ibu mengatakan anaknya makan sebanyak 3 kali sehari dengan
menu nasi, lauk pauk dan sayuran tetapi jarang mengkonsumsi buah-
buahan.

6. Riwayat Pemenuhan Eliminasi


Ibu mengatakan anaknya BAK 5x/hari dengan warna kuning keruh
dan BAB 2x/hari dengan konsistensi lunak dan berwarna coklat, tidak
ada keluhan dalam BAK dan BAB.

10
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Istirahat
Ibu mengatakan anaknya jarang tidur siang, tidur malam ± 9 jam

8. Personal Hygiene
Ibu mengatakan anaknya mandi 2x/hari, menggososk gigi sebanyak
2x/hari, keramas 3x/seminggu.

9. Pemeriksaan Fisik
Tanda – Tanda Vital
BB : 18kg
TB : 100 cm
S : 37,3oC
N :107 x/menit
RR : 25 x/menit

Pemeriksaan Fisik Head to Toe


a. Kepala
Bentuk kepala simetris dengan tubuh, tidak teraba benjolan di
kepala, rambut berwarna hitam, distribusi rambut merata, kulit
kepala bersih, muka tidak oedem.
1) Mata
Mata simetris, bentuk mata normal, pupil isokor,
conjungtiva anemis, sklera tidak ikterik.
2) Hidung
Bentuk hidung simetris, terdapat sekret, , dan tidak
terdapat nyeri tekan pada sinus, fungsi penciuman
dibagian kanan tersumbat.
3) Mulut
Bentuk mulut simetris, bibir klien kering dan berwarna
merah muda kehitaman, mulut bersih, fungsi pengecapan
baik.
4) Telinga
Bentuk telinga simetris antara kiri dengan kanan, tidak
terdapat sekret, telinga bersih, fungsi pendengaran baik.
11
b. Leher
Bentuk leher normal, tidak teraba pembesaran vena jugularis,
tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, pergerakan leher baik.
c. Dada
Bentuk dada normal, pergerakan dada simetris antara kiri dan
kanan, tidak ada suara nafas tambahan, suara nafas whezing,
RR 25 x/menit, tidak ada suara murmur pada jantung.
d. Abdomen
Bentuk abdomen simetriis tidak terdapat luka, edema
e. Ektremitas
1) Ekstremitas Atas
Bentuk tangan simetris baik kanan maupun kiri,
pergerakan baik, tidak ada varises.
2) Ekstremitas Bawah
Bentuk kaki simetris baik kanan maupun kiri, pergerakan
baik, tidak ada varises,

10. Pemeriksaan Penunjang

11. Obat – obatan Yang Dikonsumsi


Ibu mengatakan mengkonsumsi obat batuk.

12. Data Lingkungan Yang Menunjang


Bapak merokok atau tidak ? ventilasi cukup tidak ? ada pembakaran
dengan sampah tidak ?

B. Implementasi Kegiatan
1. Implementasi Keperawatan dan Kebidanan
Dalam keperawatan hal yang dilakukan kepada An.I yaitu :
a. Pada hari pertama perawat melakukan pemeriksaan BB dan TB dan
pemeriksaan fisik.

12
b. Pada hari kedua perawat memberikan pendidikan kesehatan
tentang PHBS yaitu jajanan sehat, cuci tangan 6 langkah dengan
sabun dan air mengalir.
2. Implementasi Analis
pada hari pertama dan kedua menganjurkan untuk tidak membuang
air liur dan dahak sembanrangan dan menganjurkan untuk menutup
mulut pada saat batuk dengan menggunakan sapu tangan/tissue atau
lengann si penderita.
C.Identifikasi Overlapping
Overlapping antar profesi kesehatan terjadi pada keperawatan dan
kebidanan dalam melakukan pemeriksaan fisik. Overlapping
penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang penyebaran penyakit ISPA,
terjadi antar ketiga profesi (Keperawatan, Kebidanan, dan Analis
Kesehatan).
D. Identifikasi Keunikan Masing-Masing Profesi
Keperawatan, Kebidanan, Analis Kesehatan masing-masing
memberikan penyuluhan tentang mencegah penularan penyakit ISPA,
memberikan pendidikan kesehatan PHBS jajan sehat dan cuci tangan
6 langkah dengan sabun dan air mengalir serta Etika Batuk.
E.Pengalaman Positif Yang Didapat
Pengalaman positif yang kami dapatkan selama memberikan asuhan
kepada keluarga binaan yaitu saling memberikan pengetahuan dan
berbagi ilmu tentang pemeriksaan yang dilakukan di masing-masing
bidang profesi dan mengaplikasikan ilmu yang sudah kami dapatkan
selama pembelajaran di kampus dan menerapkannya kepada keluarga
binaann selama PKL Terpadu ini.

13
BAB IV
MONITORING SETELAH INTERVENSI

Setelah dilakukan implementasi selama 2 hari dari tanggal 02– 04Mei


2019, selanjutnya dilakukan monitoring dari intervensi selama 2 hari.
Hasil monitoring hari pertama yaitu melakukan pemeriksaan fisik
mengkaji tanda-tanda ISPA. Pada hari kedua melakukan pendidkan
kesehatn mengenai penyakit ISPA dan cara mencegah penularan
ISPA.
Tabel 4.1
A. Permasalahan
NO MASALAH TINDAKAN RTL
1 Kurangnya 1. Memberikan 1. Anjurkan
pengetahuan ibu pendidikan ibu untuk
mengenai ISPA kesehatan berobat
mengenai ISPA ketenaga
kesehatan
2 Penyebaran 1. Memberikan 1. Anjurkan
penyakit ISPA pendidikan ibu untuk
kesehatan mengingatk
tentang an kepada
kebersihan anaknya
tangan untuk selalu
menjaga
kebersihan
tangan

14
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembelajaran berbasis komunitas memberikan dampak positif
dengan adanya peningkatan kemampuan kolaboratif antara
keperawatan,kebidanan dan analis kesehatan. Proses pembelajaran
berbasis komunitas pada mahasiswa keperawatan, kebidanan dan
analis kesehatan telah berjalan sesuai dengan panduan dan
terdokumentasikan dengan baik oleh mahasiswa.
Setelah dilakukannya implementasi secara kolaboratif antara
kepeawatan, kebidanan dan analis kesehatan selama 2 hari terhadap
keluarga binaan pada anak dengan ISPA pada tanggal 1-2 Mei 2019,
klien dan keluarga dapat memahami tentang bahaya ISPA. Sehingga
klien mampu melakukan perubahan pola hidup sehat dan perilaku
dengan cara melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan secara
rutin.

B. Saran
Diharapkan kepada Ibu An.I untuk membawa anaknya berobat
ke fasilitas kesehatan untuk melakukan pemeriksaan sputum jika anak
mengalami batuk selama 2 minggu untuk mengetahui penyakit di
fasilitas kesehatan terdekat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, 1999. Ilmu Kebidanan, Edisi 111, Cetakan 4, YBS — SP.


https://www.aladokter.com/ispa

16

Anda mungkin juga menyukai