Anda di halaman 1dari 54

Laporan Diagnosis Komunitas

FAKTOR FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI KEJADIAN
PENYAKIT DIARE DI WILAYAH
Oleh:
KERJA PUSKESMAS RAWAT INAP Adillah Afrilia
GEDONG AIR PERIODE JULI 2019 Emeraldha Theodorus
Melly Setiawati
Nadira Rahil

Pembimbing: dr. Dian Isti Angraini, M.P.H


1
PENDAHULUAN

2
LATAR BELAKANG

Diare menjadi penyebab kedua kematian pada anak di bawah usia lima
tahun, tersering dikarenakan dehidrasi dan fluid loss.

Penyebaran diare melalui makanan atau miuman yang terkontaminasi


atau person-to-person akibat hygiene buruk (WHO, 2017).

3
LATAR BELAKANG

1,7 miliar kasus diare pada anak tiap


tahunnya (WHO, 2017)

Global Insiden semua kelompok umur 3,5% (Riskesdas


2013); 8%, dengan karakteristik usia dominan
1-4 tahun (Riskesdas 2018)
Insiden pada balita 7,6% (Riskesdas 2013); 11%
(Riskesdas 2018) → dengan karakteristik usia
puncak 12-23 bulan
Indonesia
Insiden semua kelompok umur 1,6% (Riskesdas
Lampung 2013); 4,9% (Riskesdas 2018)
Insiden pada balita 9,1% (Riskesdas, 2018)
4
LATAR BELAKANG

Puskesmas Rawat Inap Gedong Air →


ditemukan 75 kasus diare pada bulan Juli
2019 → masuk 10 besar penyakit terbanyak.

Upaya mencegah diare sejak 2018 →


penyuluhan dan pembinaan PHBS (kerjasama
program Promosi Kesehatan dan
Pengendalian Penyakit Menular).

5
Rumusan Masalah

“ Faktor-faktor apa saja yang menjadi


penyebab meningkatnya kejadian
diare di wilayah kerja Puskesmas
Rawat Inap Gedong Air?

6
TUJUAN

Umum
▰ Melakukan diagnosis komunitas penyakit diare di wilayah kerja Puskesmas Rawat
Inap Gedong Air.
Khusus
▰ Mengidentifikasi masalah yang mempengaruhi peningkatan angka kejadian diare.
▰ Menetapkan prioritas dan penyebab masalah yang mempengaruhi peningkatan angka
kejadian diare.
▰ Merumuskan prioritas dan alternatif penyelesaian masalah yang mempengaruhi
peningkatan angka kejadian diare.

7
MANFAAT

Bagi Puskesmas
▰ Sebagai masukan dalam pelaksanaan program Pencegahan dan Penanggulangan
Penyakit Menular, terutama diare

Bagi Mahasiswa
▰ Mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapat selama menjalani masa
preklinik di FK Universitas Lampung.
▰ Mendapatkan pengalaman belajar mengenai cara membuat diagnosis komunitas.

8
2
TINJAUAN PUSTAKA

9
DEFINISI DIARE

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair (mencret)


sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam) (WHO, 2010).
Diare akut merupakan diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan
berlangsung kurang dari 14 hari, bila diare berlangsung lebih dari 14
hari maka disebut sebagai diare kronik.

10
EPIDEMIOLOGI

WHO dan UNICEF


▰ 2 milyar kasus penyakit diare di seluruh dunia setiap tahun, dan sekitar 1,9 juta anak balita
meninggal karena penyakit diare setiap tahun, sebagian besar kasus diare terjadi di Negara
berkembang.
Riskesdas 2018
▰ Insiden diare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia adalah 8% dengan karakteristik usia
dominan 1-4 tahun (12,8%)
▰ Provinsi Lampung mempunyai insiden diare sebesar 4,9%, pada semua kelompok umur dan 9,1%
khusus kelompok balita.
▰ Pada tahun 2013, Provinsi Lampung menjadi peringkat kedua provinsi terbesar penggunaan zink
dengan persentase sebesar 31,4%. Namun, pada tahun 2018 persentasenya menurun menjadi 28%.

11
FAKTOR RISIKO

• Bakteri • Pengetahuan • Sarana air


• Virus • Sikap bersih
• Parasit • Perilaku • Pembuangan
tinja
• musim

Agent Host Environtment

12
KLASIFIKASI DIARE

Klasifikasi Gejala atau tanda


Dehidrasi berat Dua atau lebih tanda-tanda berikut :
• Letargi / tidak sadar
• Sunken eyes
• Tidak dapat minum atau sulit minum
• Skin pinch sangat lambat kembali (> 2detik)
Dehidrasi sedang Dua atau lebih tanda-tanda berikut :
• Rewel
• Sunken eyes
• Terlihat kehausan
• Skin pinch lambat kembali
Dehidrasi ringan Tidak cukup tanda-tanda untuk mengklasifikasikannya sebagai
dehidrasi sedang atau berat
13
GAMBARAN KLINIS

Gejala akut diare dibagi menjadi 3 fase: ▰ BAB cair


▰ muntah-muntah
▰ Demam

Fase pemulihan
pra-diare)

Fase diare
Fase prodromal (sindroma

pasien mengeluh pasien mengeluh gejala diare dan


penuh di diare dengan kolik abdomen ▰ Tenesmus
abdomen, nausea, komplikasi berkurang, ▰ Hematochezia
vomitus, (dehidrasi, disertai fatigue.
berkeringat dan asidosis, syok, ▰ nyeri / kejang
sakit kepala. dan lain-lain), perut.
kolik abdomen,
kejang dengan
atau tanpa
demam, sakit
kepala 14
Manifestasi Diare Inflamasi Diare non Inflamasi
Karakter tinja Volume sedikit, mengandung darah dan pus Volume banyak, cair, tanpa pus atau darah

Patologi Inflamasi mukosa colon dan ileum distal Usus halus proksimal
Want big impact?
USE BIG IMAGE
Mekanisme diare Inflamasi mukosa mengganggu absorbsi Diare sekretorik/osmotik yang diinduksi oleh
cairan yang kemungkinan efek sekretorik dari enterotoksin atau mekanisme lainnya. Tidak
inflamasi ada inflamasi mukosa

Kemungkinan patogen Shigella, Salmonella, Clampylobacter, E. Colli, Kolera, ETEC, EPEC, keracunan makanan tipe
EIEC, Clostridium dificcile, Yersinina toksin, rotavirus, Adenovirus, NLV,
enterocolitica. cryptosporidia, Giardia lamblia

15
TATALAKSANA DIARE ANAK

16
TATALAKSANA DIARE ANAK

17
TATALAKSANA DIARE ANAK

18
TATALAKSANA DIARE ANAK

19
TATALAKSANA DIARE DEWASA

Rehidrasi cairan Pengaturan asupan makanan Terapi simptomatik


• Pada keadaan awal : sediaan cair/ • Porsi kecil namun sering. • Antimotilitas: loperamid dosis
bubuk hidrasi peroral tiap diare • Tinggi mikronutrien dan energi. 4-6 mg / hari
atau melalui cairan infus • I: diare ringan atau sedang.
• Hindari makanan/minuman yang
• Komposisi larutan peroral per liter: mengandung • KI: susp. diare inflamasi, diare
3,5 gr NaCl, 2,5 gr Na bikarbonat, berdarah/ dengan nyeri perut.
1,5 gr KCl, 20 gr glukosa • susu karena (intoleransi laktosa)
• makanan yang pedas • Antisekretori :bismuth
• Cairan infus :Ringer Laktat atau subsalisilat dosis 2 tablet
NaCl isotonis. • berlemak tinggi.
• Dapat diulang, dosis max: 8
• Rehidrasi harus dicapai secepat tab/hari.
mungkin.
• Pemberian cairan selanjutnya
adalah sesuai balans cairan 20
Terapi Shigellosis Ciprofloxacin 2x500 mg selama 3 hari atau Kotrimoxazol 2x960 mg
definitif perhari selama 3 hari atau ceftriaxone 1gr/ hari selama 5 hari. Pada
pasien imunokompromais dapat diberika selama 7-10 hari.

Salmonellosis (non Ciprofloxacin 2x500mg selama 3 hari atau Kotrimoxazol 2x960 mg


perhari selama 5-7 hari
typhoidal)
Kolera Want big impact?
Tetrasiklin 4x500 mg/hari selama 3 hari atau doksisiklin 3x100 mg
sekali pemberian atau ciprofloxacin atau azitromicin
USE BIG IMAGE
Metronidazole 3x750 mg selama 5-10 hari
Amubiasis

Metronidazole 3x250-750 mg selama 7-10 hari


Giardiasis

Azitromisin 250-500mg sehari selama 3-5 hari atau eritromisin


Campylobacter 2x500mg selama 5 hari

Kotrimoxazol 2x960 mg selama 3 hari atau ciprofloxacin 2x500 mg


E. Coli selama 3 hari
21
PENCEGAHAN

Pengendalian penyakit diare di puskesmas:


▰ Tatalaksana penderita diare
▰ Surveilans epidemiologi
▰ Promosi kesehatan, pencegahan diare
▰ Pengelolaan logistik
▰ Pemantauan dan evaluasi.

22
PENCEGAHAN

▰ Promosi kesehatan, antara lain:


▻ Menggunakan air bersih (tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa)
▻ Memasak air sampai mendidih sebelum diminum, agar mematikan
sebagian besar kuman penyakit
▻ Mencuci tangan dengan sabun pada saat sebelum dan sesudah
makan, serta pada waktu sesudah buang air besar
▻ Memberikan Air Susu Ibu (ASI) pada anak sampai usia 2 tahun
▻ Menggunakan jamban yang sehat
▻ Membuang tinja bayi dan anak dengan benar
23
KERANGKA KONSEP

24
3
PROFIL PUSKESMAS
GEDONG AIR

25
Peta Wilayah Kerja Puskesmas Gedong Terletak pada 5o20’-5o30’ Lintang Selatan 01
Air dan 105o28’-105o30’ Bujur Timur

Terletak pada ketinggian 0-700


m
02
di atas permukaan laut

Kelurahan Segala Mider dan


kecamatan Kedaton

U
Kelurahan Susunan Baru dan B T Kecamatan
Segala Mider Tanjung Karang Pusat

S
Kecamatan Teluk Betung Selatan
Kelurahan Gedong Air
1,31 km2
01
LUAS WILAYAH KERJA KELURAHAN BINAAN
PUSKESMAS RAWAT INAP GEDONG AIR Kelurahan Suka Jawa
0,46 km2
02

Kelurahan Sukadanaham 03
4,11 km2

Kelurahan Suka Jawa Baru 04


0,46 km2

Kelurahan Kelapa Tiga Perma


0,53 km2
05
No. Kelurahan Jumlah Penduduk
1. Gedong Air 14.775
2. Suka Jawa 9.877
3. Sukadanaham 4.079
4. Suka Jawa Baru 7.648
5. Kelapa Tiga Permai 4.381
TOTAL 40.760

JUMLAH PENDUDUK
TAHUN SEX RATIO
LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL
2016 19.995 19.343 39.338 103,4
2017 20.352 19.704 40.056 103,3
2018 20.698 20.062 40.760 103,2
DATA KASUS

No. Nama Penyakit Laki-Laki Perempuan Jumlah


1. Hipertensi 177 224 401
2. Faringitis 117 124 241 10 Besar Penyakit
3. Common cold 110 110 220 Puskesmas Rawat Inap
Gedong Air Juli 2019
4. DM 112 89 201
5. Myalgia 68 70 138
6. Dispepsia 48 52 100
7. Dermatitis kontak 42 46 88
8. Cephalgia 39 47 86
9. Febris 39 43 82
10. Diare 35 44 75
29
PROGRAM

▰ Program puskesmas terhadap penyakit diare yaitu program P2 Diare ialah program
pelayanan upaya pencegahan dan meningkatkan kualitas pelayanan serta meningkatkan
jangkauan program P2 Diare. Program P2 Diare meliputi kegiatan penemuan dan
pengobatan penderita diare. Pertemuan lintas sektor dan program terkait sistem
kewaspadaan dini, penanggulangan KLB, pemantapan logistik dan monitoring/evaluasi.
▰ Sasaran Program Promosi Kesehatan Puskesmas Rawat Inap Gedong Air dalam
melakukan kegiatan adalah: Petugas Puskesmas, Masyarakat (perorangan maupun
kelompok), Sekolah-sekolah, Tempat kerja / Instansi / Kantor Pemerintah maupun
Swasta, Tempat-tempat umum (TTU), Tempat ibadah.

30
4
METODE KEGIATAN

31
JENIS KEGIATAN

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif yaitu


suatu kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu
fenomena sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses
interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan yang
diteliti.
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas Rawat Inap
Gedong Air Kota Bandar Lampung pada 28 Juli – 22 Agustus 2019.

32
INFORMAN PENELITIAN

Pemilihan informan penelitian ditetapkan secara langsung (purposive) dengan prinsip


kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequancy) dengan karakteristik informan
sebagai berikut.
▰ Kriteria Inklusi:
▻ Penduduk di wilayah kerja puskesmas Rawat Inap Gedong Air yang menderita
penyakit diare.
▻ Bersedian diwawancara.
▰ Kriteria Eksklusi:
▻ Menolak untuk diwawancara
▻ Pasien tidak kooperatif. 33
CARA PENGUMPULAN DATA

• Diagnosis pasien dengan keluhan BAB cair


Pengumpulan • Diagnosis Diare
Data

• Pengetahuan tentang diare


• Cara pencegahan diare
Indepth • PHBS
Interview • Cara mengobati diare

34
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

ALAT METODE PENGOLAHAN DATA


- Alat tulis Dilakukan dengan cara menarasikan hasil
- Notebook wawancara mendalam dan hasil
pengamatan ke dalam bentuk field note
BAHAN atau catatan lapangan yang mudah
- Hasil pengamatan, wawancara, dipahami dan dimengerti.
dan pemeriksaan fisik
- Dikembangkan menjadi field note

35
LANGKAH DIAGNOSIS KOMUNITAS

Pertemuan awal untuk menentukan permasalahan

• Membentuk Tim Pelaksana untuk mengidentifikasi masalah yang ada.


• mencari penyebab masalah dan menetapkan alternatif pemecahan masalah.
• Melakukan skrining pada seluruh informan untuk menegakkan diagnosa.
• Ditetapkanlah prioritas masalah yang akan dicari solusi untuk memecahkannya.

Mengumpulkan data dari masyarakat

• Data primer dikumpulkan dari wawancara serta pemeriksaan fisik.

Menganalisis dan Menyimpulkan Data

• Identifikasi masalah
• Menentukan prioritas penyebab masalah
• Membuat kerangka konsep dari masalah
• Identifikasi penyebab masalah
36
• Membuat alternatif pemecahan masalah
5
HASIL KEGIATAN

37
Identifikasi Faktor Penyebab Masalah Kesehatan
Komunitas

Penelitian yang dilakukan meliputi identifikasi masalah kesehatan


dengan melakukan observasi perilaku dan lingkungan. Proses
identifikasi masalah dilakukan secara primer dengan melakukan
indepth interview.

38
Penentuan Prioritas Masalah dengan metode USG

Masalah Pencapaian U S G Total


Peningkatan kejadian Ditemukan 75 kasus diare dalam 3 4 4 48
diare di wilayah satu bulan, sepanjang bulan Januari
Puskesmas Rawat hingga Juni 2019, diare tidak masuk
Inap Gedong Air ke dalam sepuluh penyakit
terbanyak
Hipertensi selalu Hipertensi menjadi 3 penyakit 1 2 3 6
menjadi 3 besar tertinggi sepanjang Januari-
penyakit terbanyak di Agustus 2019
Puskesmas Rawat
Inap Gedong Air 39
HASIL OBSERVASI

▰Penduduk di wilayah Gedong Air tidak memiliki aktivitas khusus untuk mencegah
terjadinya diare.
▰Rendahnya pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat menyebabkan kejadian
▰Masih banyak masyarakat yang tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
walaupun sebagian dari mereka sudah ada yang mengetahui beberapa perilaku
hidup bersih dan sehat.
▰Masyarakat yang memiliki anak juga ada yang sudah mengetahui untuk
pencegahan diare, namun belum semuanya menerapkan cara pencegahan tersebut,
diketahui dari banyak anak-anak mereka yang sudah mencuci tangan sebelum makan,
namun jarang menggunakan sabun

40
IDENTIFIKASI PENYEBAB MASALAH

41
PEMILIHAN PRIORITAS MASALAH

I Jumlah
No. Daftar Masalah T R
P S RI DU SB PB PC IxTxR
1. Man
Rendahnya perilaku cuci tangan 5 5 3 3 2 5 3 5 4 500
dengan sabun dalam penerapan
PHBS
Minimnya partisipasi masyarakat 5 3 3 3 2 2 2 4 4 320
dalam mengikuti program
penyuluhan yang diselenggarakan

2. Material
Tidak diketahuinya kualitas 3 3 3 3 4 3 4 3 4 276
sumber air
Sarana cuci tangan di tempat 3 2 3 2 4 2 2 3 4 192
umum yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Rawat Inap Gedong
Air belum mencukupi atau 42
maksimal
PEMILIHAN PRIORITAS MASALAH

3. Method
Belum ada pemeriksaan 3 2 2 3 2 2 3 3 4 204
bakteriologis sumber air secara
berkala
Kurangnya media informasi 2 2 3 2 4 2 2 4 5 340
mengenai diare dan
pencegahannya
Cakupan promosi kesehatan yang 3 4 2 4 3 2 3 4 4 336
belum spesifik mengenai diare
Kurangnya koordinasi bagian Balai 3 3 2 4 3 2 4 2 3 126
Pengobatan (BP) dengan bagian
Kesling terkait upaya
penanggulangan diare
Alur konseling di Balai 3 3 2 4 3 2 4 2 3 126
Pengobatan (BP) belum maksimal
mengenai edukasi penanganan 43
dan pencegahan diare
PEMILIHAN PRIORITAS MASALAH

4 Machine
Kurang efektifnya peran kader 3 4 3 3 3 4 3 3 3 207
dalam menyukseskan program
penanggulangan diare
Minimnya pemantauan oleh 3 4 3 3 3 4 3 3 3 207
petugas bagian Kesehatan
Lingkungan dalam pemeriksaan
sampel air dan sumber air

Setelah dilakukan pemilihan prioritas


masalah, didapatkan masalah yang
berpengaruh besar didapatkan pada
faktor Man, yaitu Rendahnya perilaku
cuci tangan dengan sabun dalam
penerapan PHBS
44
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Masalah Penyebab Alternatif


Angka kejadian diare di wilayah Rendahnya perilaku cuci tangan 1. Advokasi dengan Dinas Pendidikan serta pihak
kerja Puskesmas Rawat Inap dengan sabun dalam sekolah dalam penyediaan tempat cuci tangan dan
Gedong Air periode Juli 2019 penerapan PHBS sabun untuk meningkatkan penerapan PHBS di
sebesar 75 kasus sekolah
2. Melakukan pelatihan kepada kader untuk melakukan
observasi tempat pengolahan makanan dan isi ulang
air minum serta edukasi kepada pedagang.
3. Menjalin kerja sama dengan Satuan Polisi Pamong
Praja dalam melakukan upaya pendampingan
penertiban pedagang, terutama pedagang makanan
yang seharusnya tidak berjualan di tempat tertentu,
contohnya sekolah. 45
Pemilihan Prioritas Pemecahan Masalah
Perlunya advokasi
Efektivitas Efisiensi Jumlah
No Daftar Alternatif Jalan Keluar dengan Dinas
M I V C (MIV/C) Pendidikan dan
1. Advokasi dengan Dinas Pendidikan serta 3 3 3 1 27 pihak
pihak sekolah dalam penyediaan tempat cuci sekolah dalam
tangan dan sabun untuk meningkatkan penyediaan tempat
penerapan PHBS di sekolah
cuci tangan dan
2. Melakukan pelatihan kepada kader untuk 3 2 3 1 18
sabun bertujuan
untuk
melakukan observasi tempat pengolahan
meningkatkan
makanan dan isi ulang air minum serta penerapan PHBS di
edukasi kepada pedagang . tempat umum,
3. Menjalin kerja sama dengan Satuan Polisi 3 2 2 2 6 terutama di
Pamong Praja dalam melakukan upaya sekolah.
pendampingan penertiban pedagang,
terutama pedagang makanan yang
seharusnya tidak berjualan di tempat 46
tertentu, contohnya sekolah.
4. BPOM
5. Dinas Pekerjaan
3. Instansi Umum dan Perumahan
Pendidikan Rakyat

2. Kepala
Want big impact?
Puskesmas
Gedong Air
USE BIG IMAGE 6. Laboratorium
Kesehatan Daerah

7. Satuan
1. Kepala Rencana Polisi
Desa Advokasi Pamong
Praja

47
6
PENUTUP

48
SIMPULAN

▰ Salah satu masalah penyakit 10 terbanyak di Puskesmas Gedong Air


adalah penyakit Diare.
▰ Prioritas masalah yang paling utama setelah diidentifikasi adalah
rendahnya perilaku cuci tangan dengan sabun dalam penerapan PHBS.
▰ Alternatif pemecahan masalah (jalan keluar) yaitu advokasi dengan dinas
pendidikan serta pihak sekolah dalam penyediaan tempat cuci tangan
dan sabun untuk meningkatkan penerapan PHBS di sekolah.

49
SARAN

▰ Perlu meningkatkan upaya promosi kesehatan khusunya mengenai penyakit Diare dan
penyakit yang berhubungan dengan lingkungan atau sanitasi yang kurang baik kepada
masyarakat.
▰ Untuk kepaniteraan IKAKOM yang akan melakukan Diagnosis Komunitas mengenai diare
disarankan untuk melakukan wawancara dengan anak sekolah sehingga dapat diketahui
persepsi anak-anak mengenai diare dan pencegahannya.
▰ Memberikan pembinaan kepada masyarakat melalui tokoh masyarakat untuk menata
lingkungan, serta menjaga kebersihan rumah dan lingkungan.
▰ Melakukan advokasi kepada pejabat berwenang untuk turut melakukan survei dan observasi ke
tempat pengelolaan makanan.

50

DAFTAR PUSTAKA

PENUTUP

51
• Batubara JRL. 2010. Sari Pediatri. Volume 12 No 1 bulan Juni 2010. Jakarta; Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM .
• Berardi, R.R., et al. 2009. Handbook of Nonprescription Drugs:An Interactive Approach to Self Care 16th Editio. American Pharmascist
Association. Washington DC.
• Departemen Kesehatan RI. 2011. Kementrian Kesehatan RI, Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare pada Balita. Jakarta: Depkes RI.
• Departemen Kesehatan RI. 2011. Survey morbiditas diare tahun 2010 : laporan Subdit Diare, Ditjen P2MPLP. Jakarta: Departeman Kesehatan RI.
• Depkes RI. 2011. Perilaku Mencuci Tangan Pakai Sabun di Indonesia. Tersedia dalam https://www.depkes.go.id diakses pada tanggal 29
Agustus 2019.
• Depkes RI. 2016. Profil Kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2015. Tersedia dalam www.depkes.go.id . diakses pada tanggal 29 Agustus 2019.
• Dinas Kesehatan Propinsi Lampung. 2015. Standar Penanggulangan Penyakit Diare. Volume 7 Edisi 1. Lampung: DinKes Propinsi Lampung.
• Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2015. Profil kesehatan Provinsi Lampung. Lampung: Dinas Kesehatan Propinsi Lampung.
• Ditjen PPM dan PLP. 1999. Tatalaksana Kasus Diare Departemen Kesehatan RI.
• IDAI. 2011.Diare Akut pada Anak. Jakarta: IDAI.
• Irwanto, Roim A, Sudarmo SM. 2002. Diare Akut Anak. Dalam: Ilmu Penyakit Anak
• Diagnosa dan Penatalaksanaan. Edisi ke-1. Jakarta: Salemba Medika.
• Joan R, Butterion Stephen B, Calder Wood. 2008. Acute Infectious Diarrheal Diseases and Bacterial Poisoning In : Horison’s Principle of Internal
52
Medicine. New York. Mc Graw Hill Inc.
• Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak. Jakarta; Kemenkes RI.
• Kementerian Kesehatan RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar 2018. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI.
• Kementerian Kesehatan RI. 2017. Profil kesehatan Indonesia 2016. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
• Kushartanti, Roro. 2012.Tesis. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) (Studi di Sekolah Dasar Negeri
Brebes) http://Eprints.Undip.ac.id/42527/. Semarang: Program Pacsa Sarjana Universitas Dipenogoro.
• Lung E. Acute Diarrheal Diseases. In: Current Diagnosis abd Treatment in Gastroenterology, 2nd ed. New York: McGraw Hill. 2003. p. 131 – 49.
• Maharani S. 2012.Mengenali dan memahami berbagai gangguan kesehatan anak. Yogyakarta: Penerbit Katahati.
• Notoatmodjo S. 2010.Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan VI, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
• Raini M, Isnawati A. 2016. Profil Obat Diare yang Disimpan di Rumah Tangga di Indonesia Tahun 2013. Media Litbangkes, Vol. 26 No. 4.
• Rohim A, Soebijanto MS. Probiotik dan Flora Normal Usus. Dalam: Ilmu Penyakit Anak Diagnosa dan Penatalaksanaan. Ed Soegijanto S. Edisi ke-
1. Jakarta: Salemba Medika; 2002. h. 93 – 103.
• Sinuhaji AB. 2003. Peranan Obat Antidiare pada Tatalaksana Diare Akut. Dalam: Kumpulan Makalah Kongres Nasional II BKGAI.
• Strohl WA, Rouse H, Fisher BD. 2001. Lippincott’s Illustrated Reviews: Microbiology. Pennsylvania: Lippincott Williams & Wilkins.
• Suharyono. 1994.Terapi Nutrisi Diare Kronik. Dalam: Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak ke XXXI. FKUI.
• Widoyono. 2008. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga.
53
• World Health Organization. Diarrhoeal Disease. USA: World Health Organization Press; 2017.
THANK YOU

54

Anda mungkin juga menyukai