Anda di halaman 1dari 15

DIMENSI MANUSIA DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM

PAI
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum PAI
Dosen Pengampu : Badrus Zaman, M,Pd.I.

Disusun oleh :
1) Pinky Dewi Fatmawati (23010170238)
2) Siti Kurnia Kusumaningsih (23010170329)
3) Shofwatun Ni’mah (23010170382)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbil‘alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat,


rahmat, dan inayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini sesuai
waktu yang telah ditentukan.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Agung
Muhammad SAW, yang menuntun kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang
benderang dan semoga kita tergolong dalam orang-orang yang mendapat syafa’atnya
di yaumul qiyamah nanti Aamiin Aamiin Ya Robbal ‘Alamin.
Makalah berjudul Dimensi Manusia dalam Pengembangan Kurikulum PAI ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum PAI.
Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang
penyusun miliki agar makalah ini dapat tersusun sesuai harapan. Karena kesempurnaan
hanyalah milik Allah SWT, maka dari itu apabila terdapat banyak kekurangan ataupun
kesalahan penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya dan penyusun sangat
mengharap saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah untuk bisa lebih baik kedepannya.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Badrus Zaman M.Pd.I selaku
dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Kurikulum PAI yang telah memberikan
arahan maupun bimbingan kepada penyusun. Tidak lupa penyusun mengucapkan
terima kasih kepada rekan-rekan seperjuangan yang telah ikut membantu maupun
memberikan partisipasi dan dukungan dalam penyelesain makalah ini. Penyusun
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca umumnya
dan bagi penyusun khususnya. Aamiin.

Salatiga, 11 Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTARi
DAFTAR ISIii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang1
B. Rumusan Masalah1
C. Tujuan Penulisan1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Manusia 2
B. Dimensi dalam Pengembangan Kurikulum4
C. Fungsi Kurikulum bagi seorang Guru………………………………………6
D. Peran Guru dalam Pengembangan Kurikulum …...……………….………..7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan10
B. Saran10
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan keseluruhan pengalaman peserta didik baik saat
berada didalam kelas dalam artian terjadwal, diluar kelas (seperti di halaman,
di ruang praktek, di laboratorium atau perpustakaan) dan maupun di luar
sekolah yang mempunyai misi dan tujuan pembelajaran, program tersebut
berada dibawah tanggung jawab sekolah. Itulah arti kurikulum menurut konsep
dan pandangan modern.
Selain itu para ahli mengartikan kata kurikulum sebagai suatu rencana
(plan) pembelajaran yang berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan
proses belajar mengajar di sekolah. Kurikulum mengandung perencanaan
kegiatan yang akan dilakukan selama berlangsungnya proses belajar mengajar,
kedudukan kurikulum seperti dianggap sebagai instructional guidance, juga
sebagai alat anticipatory, yaitu alat yang meramalkan target kurikulum yang
akan dicapai di akhir pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat manusia?
2. Bagaimana dimensi dalam pengembangan kurikulum?
3. Apa fungsi kurikulum bagi seorang guru?
4. Bagaimana peran guru dalam pengembangan kurikulum?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui dan memahami hakikat manusia.
2. Untuk mengetahui dimensi dalam pengembangan kurikulum
3. Untuk mengetahui dan memahami fungsi kurikulum bagi seorang guru.
4. Untuk mengetahui dan memahami peran guru dalam pengembangan
kurikulum

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Manusia.
Pengertian manusia, asal kejadian manusia, serta fungsi dan tujuan
manusia diciptakan merupakan suatu hal yang perlu kita pahami supaya kita
mengerti tentang hakikat manusia. Selain itu kita juga memerlukan suatu
landasan yang kuat untuk memahami hakikat manusia karena hakikat
manusia tidak bisa dipahami hanya dengan ilmu nalar saja. Dalam al-
Qur’an juga telah digambarkan manusia secara jelas. Hakikat manusia
dalam pandangan Islam adalah keterkaitan antara badan dan ruh yang mana
masing-masing berdiri sendiri dan tidak bergantung pada orang lain
(Zuhairini, 1995:75).
Upaya untuk mengetahui hakikat manusia mencangkup pengertian
manusia, asal kejadian manusia, serta fungsi dan tujuan manusia itu
diciptakan.
1. Pengertian Manusia
Arti manusia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah makhluk yang berakal budi atau mampu menguasai makhluk lain
(Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
1997:629). Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa manusia terdiri dari
badan dan ruh yang mana antara keduanya saling berhubungan dan
saling mempengaruhi, artinya manusia bukan seekor binatang yang
habis riwayatnya setelah ia mati dan bukan juga seekor binatang yang
wujudnya tidak berbeda dengan binatang lain (Muhammad Fadhil,
1986:4-5). Hal ini menunjukkan bahwa manusia hakikatnya memiliki
perbedaan dengan makhluk lain yaitu manusia memiliki keistimewaan
yang sanggup menerima amanat Allah sebagai khalifah dibumi dan
manusia juga dibekali dengan akal dan fikiran.

2
Menurut M.Quraish Shihab (2004:278), istilah manusia dalam
Al-Qur’an yaitu: pertama, menggunakan kata yang terdiri dari huruf
alif, nun dan sin semacam insan, ins atau unas (makhluk sosial, khalifah
dibumi), kedua, menggunakan kata Basyar (makhluk biologis yang
dapat dilihat, dan berusaha memenuhi kebutuhan biologisnya), Ketiga,
menggunakan kata bani Adam atau zuriyat Adam.
Dari penjelasan diatas menunjukkan bahwa Al-Qur’an
memandang hakikat manusia secara menyeluruh, yaitu:
a. Dari aspek biologis, manusia disebut dengan Basyar yaitu Makhluk
jasmani yang memerlukan pemenuhan kebutuhan biologis
b. Dari aspek sosiologis, manusia disebut al-nas yaitu makhluk sosial
yang membentuk kelompok-kelompok
c. Dari aspek kedudukan, manusia disebut al-ins yaitu makhluk yang
tunduk patuh terhadap Allah
d. Dari aspek kemampuan, manusia disebut al-uns yaitu makhluk yang
diberberbagai potensi
e. Dari aspek sejarah, manusia disebut bani adam yaitu keturunannabi
adam
f. Dari aspek fungsinya, manusia disebut sebagai khalifah yaitu wakil
Allah yang memiliki tugas untuk melaksanakan amanat Allah
dibumi.

Ibnu Arabi mengatakan bahwa tidak ada makhluk yang lebih


bagus dari manusia, karena manusia merupakan makhluk yang sudah
dilengkapi dengan semua pembawaan dan syarat-syarat yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai makhluk
Allah di bumi (Samsul Nizar, 2002:1).

3
2. Kejadian Manusia
Asal usul manusia dalam pandangan Islam tidak lepas dari
wahyu dalam Al-Qur’an dan Hadits. Al-Qur’an memberikan informasi
tentang beberapa tahapan dalam proses penciptaan manusia. Tahap
pertama adalah pensabdaan (ucapan penciptaan) sebagai proses
produksi manusia dan yang kedua adalah proses reproduksi manusia
(Ahmad Ali Riyadi, 2010: 154)
3. Tujuan dan Fungsi Penciptaan Manusia
Dalam Al-Qur'an telah dijelaskan tentang tujuan manusia
diciptakan yaitu sebagai hamba Allah, wakil Allah serta khalifah Allah
di bumi. Sedangkan menurut Achmadi (2005:61-63), tujuan diciptakan
manusia terbagi menjadi tiga bagian yaitu:
a. Tujuan utama diciptakanya manusia adalah agar manusia
beribadah kepada Allah.
b. Manusia diciptakan untuk berperan sebagai wakil Allah di muka
bumi.
c. Manusia diciptakan untuk membentuk suatu makhluk yang saling
mengenal, saling menghormati, dan saling tololong menolong
antara satu dengan yang lainya.

Dengan melihat tujuan tersebut maka fungsi diciptakanya


manusia adalah untuk mengemban amanah atau tugas keagamaan,
mengabdi dan beribadah kepada Allah, sebagai Khalifah atau pengelola
di muka bumi, serta untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan, tolong
menolong dalam hal kebaikan dan ketakwaan.

B. Dimensi dalam Pengembangan Kurikulum


Zainal Arifin (2011:77) mengemukakan bahwa pada saat sekarang
istilah kurikulum mempunyai enam dimensi pengertian, yang mana antara
keenam dimensi tersebut saling berkaitan. Enam dimensi tersebut yaitu:

4
1. Kurikulum sebagai suatu ide atau gagasan
Ide atau gagasan dalam kurikulum bersifat dinamis, artinya ide
atau gagasan tersebut berubah mengikuti perkembangan zaman.
Pengertian dimensi kurikulum dalam konteks ini merupakan
sekumpulan ide yang akan dijadikan pedoman dalam
pengembangan kurikulum selanjutnya.
2. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis
Dimensi kurikulum dalam hal ini mengandung arti sebagai
seperangkat rencana dan cara untuk mengadministrasikan tujuan,
isi, bahan pengajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman
untuk mencapai tujuan tertentu. Biasanya dimensi kurikulum ini
dituangkan dalam suatu dokumem tertulis serta dimensi kurikulum
ini merupakan bentuk nyata dari dimensi kurikulum sebagai ide atau
gagasan.
3. Kurikulum sebagai suatu kegiatan
Dimensi kurikulum dalam hal ini merupakan suatu kurikulum
yang sesungguhnya terjadi dilapangan (real curriculum). Secara
nyata dimensi kurikulum ini merupakan pelaksanaan dari kurikulum
sebagai suatu rencana tertulis. Pengertian dimensi kurikulum dalam
hal ini merupakan segala aktifitas dari guru dan siswa dalam proses
pembelajaran di sekolah.
4. Kurikulum sebagai hasil belajar
Dimensi kurikulum dalam hal ini tercipta akibat adanya suatu
kegiatan pembelajaran siswa di sekolahan. Definisi dimensi
kurikulum dalam hal ini memandang bahwa dimensi kurikulum ini
sangat memperhatikan hasil belajar yang akan dicapai setiap siswa
agar sesuai dengan tujuan dan apa yang telah direncanakan.
5. Kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu

5
Sebagai suatu disiplin ilmu, berarti kurikulum harus memiliki
konsep, prosedur, prinsip, asumsi, dan teori yang dapat dianalisis
dan dipelajari. Adapun tujuan kurikulum dalam hal ini adalah untuk
mengembangkan ilmu, baik ilmu tentang kurikulum maupun ilmu
tentang sistem kurikulum.
6. Kurikulum sebagai suatu sistem
Dimensi kurikulum dalam hal ini merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari sistem pendidikan, sistem persekolahan, dan
sistem masyarakat. Kurikulum dapat dikatakan sebagai suatu sistem
karena kurikulum memiliki satu tujuan dan memiliki komponen-
komponen yang saling berkaitan sama halnya seperti sistem.
C. Fungsi Kurikulum Bagi Guru
Fungsi kurikulum bagi guru yaitu sebagai alat pedoman kerja dalam
melaksanakan program pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
atau tujuan sekolah. Guru tidak hanya berfungsi sebagai pelaksana
kurikulum tapi guru juga berfungsi sebagai perancang dan penilai
kurikulum. Dengan demikian guru selalu dituntut untuk meningkatkan
kemampuannya sesuai dengan perkembangan kurikulum, perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta perkembangan masyarakat. Oleh
karena itu, penguasaan kurikulum bagi guru merupakan kewajiban serta
menjadi suatu hal yang mutlak (Sholeh Hidayat, 2013:26). Suatu proses
pembelajaran yang tidak berpedoman pada kurikulum maka tidak akan
berjalan efektif, karena pembelajaran merupakan suatu proses yang
mempunyai suatu tujuan, sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan
siswa harus diarahkan supaya suatu tujuan itu tercapai (Wina Sanaja,
2008:13).
Dengan demikian adanya kurikulum membuat tugas guru sebagai
pendidik dan pengajar lebih terarah karena guru juga merupakan salah satu
faktor terpenting dalam menentukan suatu proses pendidikan.

6
D. Peran Guru dalam Pengembangan Kurikulum.
Kurikulum merupakan suatu hal yang diinginkan atau dicita-
citakan supaya anak didik mempunyai minat untuk belajar. Semua
keinginan atau hasil belajar yang diinginkan disusun dan ditulis dalam
bentuk program pendidikan kurikulum yang berwujud buku kurikulum,
semua itu dituangkan dalam bentuk garis-garis besar program pengajaran
(GBPP). Isi dari GBPP tersebut tentunya sudah dipilih yang terbaik untuk
anak didik. Kurikulum dalam konteks ini disebut kurikulum potensial atau
kurikulum ideal atau kurikulum resmi yang dibakukan oleh pemerintah.
Namun walaupun sudah di pilih dan di susun sebaik mungkin juga belum
tentu bisa menjamin untuk menghasilkan lulusan yang terbaik seperti yang
di inginkan oleh kurikulum itu sendiri. Hal itu disebabkan oleh proses
belajar siswa bergantung pada guru, dan dari situlah guru yang bisa
menentukan sampai atau tidaknya niat dan harapan yang ada dalam
kurikulum tersebut untuk dimiliki dan terjadi pada pribadi anak didik (Nana
Sudjana, 1991:16).
Dengan itu maka hubungan tugas dan tanggung jawab guru dengan
kurikulum adalah mewujudkan kurikulum potensial menjadi kegiatan nyata
melalui proses belajar mengajar. Agar guru dapat melaksanakan tugas dan
tanggung jawab tersebut maka guru dituntut untuk:
1. Menguasai GBPP dan petunjuk-petunjuk pelaksanaannya
Untuk bisa menguasai GBPP tersebut maka seorang guru harus
menguasai berbagai aspek diantaranya adalah tujuan yang ingin dicapai,
isi bahan pengajaran dari setiap pokok pembahasan, menentukan waktu
lamanya bahan pengajaran bisa dipelajari oleh siswa, alat dan sumber
yang bisa digunakan untuk menunjang pencapaian bahan tersebut.
2. Terampil menyusun program pengajaran dalam bentuk satuan
pelajaran yang bersumber dari GBPP
3. Terampil melaksanakan proses belajar mengajar

7
Dalam hal ini seorang guru dituntut untuk mampu memahami
siswa, menguasai serta terampil dalam hal memilih dan menggunakan
metode belajar, alat bantu pengajaran, dan juga harus pandai
memanfaatkan sumber berlajar yang tersedia.
4. Memahami dan mau melaksanakan tindak lanjut dari proses belajar
mengajar yang telah dilaksanakan.
Dalam hal ini seorang guru harus terampil dalam melakukan
usaha-usaha untuk perbaikan mengajar selanjutnya berdasarkan
pengalaman-pengalaman yang diperoleh.

Atas dasar itu maka profesional guru memegang peranan penting,


Kemampuan dasar atas kompetensi guru mutlak diperlukan. Secara umum
kemampuan guru yang paling utama adalah:

1. Menguasai bidang keilmuan yang diajarkan.


2. Terampil melaksanakan proses pengajaran sehingga mampu mendidik
dan mengajar siswa.
3. Sikap positif terhadap profesi guru serta senantiasa mau meningkatkan
kemampuan yang berkenaan dengan tugas profesinya (Nana Sudjana,
1991:18-20).

Seorang guru memiliki peran yang sangat penting dalam


pengembangan kurikulum, karena tanpa seorang guru, kurikulum tidak
bisa diwujudkan. Dalam suatu kegiatan belajar mengajar diperlukan
adanya fasilitator, mediator, dan si penerima pesan. Sukses tidaknya suatu
kurikulumakan ditentukan oleh kualitas dan profesionalisme seorang
guru.

Pengembangan kurikulum dari segi pengelolaanya dibedakan


antara yang bersifat sentralisasi, desentralisasi, dan sentral desentral.

8
1. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat
sentralisasi
Guru tidak mempunyai peranan dalam sebuah perancangan
dalam evaluasi yang bersifat besar, akan tetapi mereka berperan dalam
kurikulum yang bersifat kecil. Kurikulum yang bersifat besar disusun
oleh tim khusus sedangkan seorang guru hanya menyusun kurikulum
dalam jangka waktu satu tahun, satu semester, beberapa minggu, atau
beberapa hari saja. Tugas guru untuk menyusun dan merumuskan
tujuan yang tepat, memilih serta menyusun bahan pelajaran sesuai
kebutuhan, minat dan tahap perkembangan anak, memiliki metode dan
media mengajar yang bervariasi. Penyusunan kurikulum secara
sistematis serta rinci akan memudahkan guru penyampaianya, setelah
itu guru jugs mempunyai tugas untuk mengadakan penyempurnaan
dan penyesuaian-penyesuaian. Kreatifitas dan kecekapan guru sangat
berperan dalam implementasi kurikulum. Guru juga haris
berkewajiban untuk menjelaskan apa saja yang harus di capai oleh
siswa, membangkitkan motivasi belajar, kemudian memberikan
arahan dan bimbingan.
2. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat
desentralisasi.
Kurikulum desentralisasi disusun oleh sekolah ataupun
kelompok sekolah tertentu dalam suatu wilayah. Dibentuk kurikulum
ini didasarkan atas karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah
kemudian kemampuan sekolah tersebut. Peranan guru lebih besar
daripada dikelola secara sentralisasi, karena guru-guru juga turut
berpartisipasi, bukan hanya dalam penjabaran sebuah materi, semester,
satuan pengajaran, tetapi juga didalam sebuah penyusunan kurikulum
yang menyeluruh untuk sekolahnya. Disini guru juga berperan sebagai

9
pengguna, tetapi perencana, pemikir, penyusun, pengembang dan juga
pelaksana dan evaluator kurikulum (Khoirun Nisa, 2018: 49).
3. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat sentral
desentral.
Agar dapat mengatasi kelemahan dari bentuk kulikulum yang
bersifat sentralisasi dan desentralisasi maka dapat menggunakan
bentuk campuran dari keduanya yaitu bentuk sentras desentra. Dalam
sebuah kurikulum yang di kelola secara sentralisasi dan desentralisasi
juga mempunyai batasan-batasan tertentu diantaranya yaitu peran dari
guru dalam pengembangan kurikulum lebih besar di bandingkan
dengan yang dikelola oleh sentralisasi karena, guru turut berpartisipasi
dan memberi andil dalam pengembangan kurikulum. Karena
sebenarnya guru-guru juga diikut sertakan dalam penyusunan
kurikulum Sebenarnya guru adalah salah satu sumber belajar karena masih
banyak lagi sumber belajar yang dapat di gunakan siswa diantaranya: buku
(literature), e-book, orang lain, perpustakaan, media cetak, dan media
elektronik lainnya. Maka dari itu, guru lebih banyak berperan sebagai
fasilitato (Khoirun Nisa, 2018: 50).

BAB III

10
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia terdiri dari badan dan ruh yang keduanya saling berhubungan
dan saling mempengaruhi, artinya manusia bukan seekor binatang yang habis
riwayatnya setelahia mati dan bukan juga seekor binatang yang wujudnya
tidak berbeda dengan binatang lain. Hal ini menunjukkan bahwa manusia
hakikatnya memiliki perbedaan dengan makhluk lain yaitu manusia memiliki
keistimewaan yang sanggup menerima amanatAllah sebagai khalifah dibumi
dan dibekali dengan akal dan fikiran.
Seorang guru memiliki peran yang sangat penting dalam
pengembangan kurikulum, karena tanpa seorang guru, kurikulum tidak bisa
diwujudkan. Dalam suatu kegiatan belajar mengajar diperlukan adanya
fasilitator, mediator, dan si penerima pesan. Sukses tidaknya suatu kurikulum
akan ditentukan oleh kualitas dan profesionalisme seorang guru.
B. Saran
Dalam menyusun makalah ini, kami menyadari tentunya masih banyak
kekurangan baik dari segi materi, penulisan makalah maupun pengembangan
bahasa. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
dengan makalah ini bisa memberikan pengetahuan dan manfaat baik bagi
pembaca maupun bagi penulis.

DAFTAR PUSTAKA

11
Achmadi. 2005. Ideologi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ahmad Ali Riyadi. 2010. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras.

Khoirun Nisa. 2018. Peran Guru Dakam Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam.
Volume 4, No. 2.

Muhammad Fadhil Al Jamaly. 1986. Filsafat Pendidikan Islam dalam Al-Qur’an.


Surabaya: Bina Ilmu.

M. Quraish Shihab. 2004. Wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhu’I Atas Pelbagai


Persoalan Umat. Bandung: Mirzan.

Nana Sudjaya. 1991. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung:


CV Sinar Baru.
Samsul Nizar. 2002. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press.

Sholeh Hidayat, 2013, Pengembangan Kurikulum Baru, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

TPKP3B (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa). 1997.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Depdikbud dan Balai
Pustaka.

Wina Sanaja, 2008, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), Jakarta: Prenada Media Group.

Zainal Arifin. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT


Rosdakary

Zuhairi dkk. 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksar

12

Anda mungkin juga menyukai