Anda di halaman 1dari 11

JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Desember 2017 Vol.

19 (2): 89-99___________ ISSN 1410-8356

PENYAKIT BAWAAN:
KAJIAN RESIKO KESEHATAN PADA PERKAWINAN SEPUPU
1
Yayuk Yusdiawati
Received Article: 8 September 2017 Reviewed Article: 27 November 2017 Accepted Article: 20 December 2017

Abstract

This paper aims to investige about congenital diseases are an absolute risk in all
types of cousin marriages. Methods: this review is a review of literature on cousin
marriages and congenital diseases in cousin marriages, as well as qualitative
research conducted on the Mandailing community in the village of Tanjung Baringin,
North Sumatra, which practices many cross-breed cousins. Results show the risk of
the illness impacted by cousin marriage, is not an absolute negative impact on all
cousin pairs. A parallel cousin has a great chance to experience it. This can be proved
by some researchers who investige health risks in populations that practices parallel
cousin marriage. In cross-cousin pairs did not find any health risks. Therefore, cousin
marriage still exixtsnce until now, especially in cross cousin marriage.

Keywords: congenital diseases, cousin marriage, parallel-cousin, cross-cousin

Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji mengenai apakah penyakit bawaan menjadi
resiko mutlak pada semua jenis perkawinan sepupu. Metode: kajian ini merupakan
sebuah hasil review dari berbagai literatur mengenai perkawinan sepupu dan penyakit
bawaan dalam perkawinan sepupu, serta penelitian kualitatif yang dilakukan pada
masyarakat Mandailing di desa Tanjung Baringin Sumatera Utara yang banyak
memperaktekkan perkawinan sepupu silang. Hasil menunjukkan bahwa resiko
penyakit yang menjadi dampak perkawinan sepupu, bukanlah dampak negatif yang
mutlak pada semua pasangan sepupu. Pasangan sepupu yang bersifat paralel
memiliki kemungkinan yang besar untuk mengalaminya. Hal tersebut dapat dibuktikan
dari beberapa peneliti yang mengkaji resiko kesehatan pada populasi yang
mempraktikkan perkawinan sepupu paralel. Pada pasangan sepupu yang cross-
cousin tidak menemukan adanya dampak resiko kesehatan. Oleh sebab itu,
perkawinan sepupu hingga saat ini masih tetap bertahan terutama pada perkawinan
sepupu silang.

Kata-kata Kunci: penyakit bawaan, perkawinan sepupu, parallel-cousin, cross-cousin

A. PENDAHULUAN semakin canggih. Orang-orang dapat


melakukan perkawinan dengan berbeda

P
erkawinan merupakan salah satu daerah, bahkan negara sekalipun. Selain itu,
fakta dasar dalam kehidupan. Saat pilihan-pilihan tersebut terkadang meng
ini, orang-orang memiliki beragam geserkan atauran-aturan adat atau agama
pilihan dalam menentukan perkawinan sekalipun, seperti perkawinan sesama jenis
seperti apa yang mereka inginkan. Hal atau pun perkawinan beda agama.
tersebut tidak terlepas dari teknologi yang Namun, tampaknya ada beberapa
komunitas yang masih menjalankan aturan
1
Penulis adalah mahasiswa pascasarjana FISIP perkawinan adat. Salah satu perkawinan
Universitas Indonesia, Jakarta adat yang masih diminati oleh beberapa

Penyakit Bawaan: Kajian Resiko Kesehatan pada Perkawinan Sepupu 89 | P a g e


D O I : 10.25077/jaisb.v19.n2.p89-99.2017
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Desember 2017 Vol. 19 (2): 135-151_________ ISSN 1410-8356

populasi di dunia yaitu perkawinan sepupu. yang lebih rendah. Hal ini disebabkan
Hal ini sesuai dengan penjelasan karena adanya pihak keluarga yang ikut
Hammamy dan kawan-kawan (2011:841) campur tangan dalam menciptakan kelang
bahwa fenomena perkawinan kerabat gengan perkawinan tersebut dan mend
adalah perkawinan yang banyak diminati ukung dari berbagai hal-hal (ibid). Temuan
oleh berbagai komunitas di dunia terutama Zaman mengenai persentasi perceraian
perkawinan antar kerabat dari sepupu. juga terlihat pada kajian Hamamy dan
Sekitar 1,1 miliar orang saat ini tinggal di kawan-kawan. Mereka menunjukkan bahwa
negara-negara di mana perkawinan antar dari data yang tersedia menunjukkan kecen
kerabat merupakan perkawinan adat dari derungan perselisihan dalam perkawinan
negara tersebut, dan diantara mereka satu antar kerabat dan perceraian memiliki
dari tiga perkawinan merupakan perkawinan jumlah yang kecil (Hamamy dkk, 2011:843).
antara sepupu. Hal yang sama juga Fungsi-fungsi perkawinan antar kerabat
dijelaskan oleh Bittles dan Black (2001:193) yang telah saya uraikan di atas menjadi hal
bahwa perkawinan kerabat tetap menjadi yang menyebabkan orang-orang yang mem
preferensi dari sekitar 10,4% populasi pratikkan perkawinan antar kerabat sulit
global, walaupun telah terjadi penurunan untuk meninggalkannya. Bahkan perkawi
popularitas dibeberapa negara-negara maju. nan antar kerabat terutama perkawinan
Eksistensi perkawinan sepupu memang sepupu menjadi preferensi perkawinan yang
tidak terlepas dari fungsi-fungsi perkawinan paling diinginkan oleh setiap orang yang
itu sendiri. Megawati (2013:668) menjelas kemudian dianggap sebagai perkawinan
kan bahwa orang batak menikahkan anak ideal (Koentjaraningrat, 1977:92). Namun
mereka dengan para kerabatnya sendiri demikian, kajian mengenai perkawinan antar
untuk menjaga keutuhan harta keturunan kerabat tampaknya belum cukup mendalam
mereka. Dalam artian bahwa harta yang jika hanya sekedar menemukan fungsi-
mereka miliki tidak akan jatuh kepada orang fungsi perkawinan tersebut. Para peneliti
lain melainkan hanya akan dimiliki oleh menyadari bahwa selain ada fungsi yang
kerabatnya sendiri. Fungsi yang sama dari dianggap masyarakat baik, ternyata ada
segi ekonomi juga diutarakan oleh Patai. dampak negatif dibalik perkawinan antar
Patai (1955:731) menjelaskan bahwa perka kerabat ini. Para peneliti mulai menemukan
winan antar kerabat memiliki fungsi dalam adanya resiko negatif dari segi kesehatan
struktur sosial bagi kehidupan ekonomi. dalam perkawinan antar kerabat.
Penjelasan fungsi perkawinan antar kerabat Beberapa para peneliti yang mengkaji
dalam kajian kedua para ahli tampaknya mengenai resiko dalam perkawinan antar
hanya berfokus pada fungsi ekonomi. Dalam kerabat yaitu seperti Bener dan kawan-
hal ini Zaman terlihat lebih kompleks dalam kawan yang mengkaji mengenai perkawinan
melihat fungsi perkawinan antar kerabat. antar kerabat dan efek pada penyakit
Menurut Zaman (2010:382) orang-orang di dewasa. Mereka melakukan penelitian pada
Kabirwala, Punjab bagian selatan, pernika tahun 2004 dan 2005, pada populasi di
han antar kerabat berfungsi sebagai pengi Qatar (2006:262-267). Selain itu, Zaman
kat, pendukungan, pemelihara keamanan (2010:381) melakukan penelitian tentang
masyarakat, kekuatan, dan kemurnian ke perkawinan kerabat di Pakistan, ia melihat
luarga. Selain itu, perkawinan antar ke rabat dari sudut pandang kesehatan juga. Zaman
dapat memberikan stabilitas dalam perni menjelaskan bahwa perkawinan kerabat
kahan, memperkuat ikatan sosial dan jari dapat menyebabkan adanya tantangan
ngan politik. pada masyarakat di Pakistan. Perkawinan
Dalam kajian Zaman bahkan mene kerabat dapat menyebabkan penyakit
mukan ada hal yang lebih menarik dari bawaan, seperti penyakit jantung dan cacat
perkawinan antar kerabat. hal tersebut pada anak-anak. Hal yang sama juga
berhubungan dengan masalah tingkat perce dilakukan oleh Hammamy, dan kawan-
raian dari perkawinan antar kerabat. Zaman kawan (2011:841) yang meneliti mengenai
menemukan bahwa dalam perkawinan antar perkawinan kerabat dari segi resiko
kerabat menghasilkan tingkat perceraian kesehatan juga. Ia melihat perkawinan
90 | P a g e Penyakit Bawaan: Kajian Resiko Kesehatan pada Perkawinan Sepupu
D O I : 10.25077/jaisb.v19.n2.p89-99.2017
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Desember 2017 Vol. 19 (2): 135-151_________ ISSN 1410-8356

kerabat memang memiliki manfaat namun negatif pada kesehatan. Namun, tampaknya
disamping itu perkawinan kerabat juga masalah resiko kesehatan ini tidak meng
memiliki resiko yang besar dari segi hilangkan tradisi perkawinan sepupu di
kesehatan. Selanjutnya pada tahun 2012, beberapa populasi di dunia. Hal ini dapat
Hammamy juga melakukan penelitian yang dibuktikan dari maraknya kajian-kajian
melihat bahwa beberapa pasangan yang mengenai perkawinan sepupu di berbagai
melakukan perkawinan kerabat memiliki komunitas dunia. Jika kita melihat dari segi
permasalahan dalam reproduksinya. Hal ini resiko kesehatan yang ditimbulkan dari
dianggap bisa menyebabkan kelainan ba pasangan perkawinan sepupu, sangat lazim
waan dan genetika keturunan (2012:185). jika perkawinan sepupu sudah tidak lagi
Bitlles dan Black (2010: 197-198) yang dipratikkan. Hal ini tentu memunculkan
juga menyinggung mengenai efek per pertanyaan baru mengenai permasalahan
kawinan antar kerabat pada masalah resiko dari perkawinan antar kerabat. pada
kesuburan dan kesehatan dalam artikelnya. tahap ini saya mencoba mempertanyakan
Selanjutnya mereka juga mengkaji dalam apakah resiko kesehatan ini memang mutlak
satu artikel mengenai pengaruh kuat berdampak buruk dalam perkawinan sepu
perkawinan antar kerabat pada kelahiran pu?. Permasalahan yang saya sing gung
dan kematian bayi (2010 : 737-741). Shies dalam artikel ini, tentu dapat dijawab dengan
dan kawan-kawan (2013:1236-1241) juga melakukan berbagai kajian menge nai
melihat permasalahan perkawinan sepupu perkawinan sepupu yang berfokus pada
dari segi kekerabatan dan resiko penyakit masalah kesehatan. Selain itu, saya juga
bawaan pada masyarakat Arab yang melakukan penelitian kualitatif untuk mem
mempratikkan perkawinan sepupu pertama. buktikan wacana resiko kesehatan pada
Dalam penelitiannya mereka memper tanya masyarakat Mandailing di Desa Tanjung
kan apakah perkawinan keluarga mempe Baringin yang hingga saat ini masih
ngaruhi cacat lahir dan penyakit jantung memperaktikkan perkawinan antar kerabat.
bawaa, serta mengidentifikasi area untuk
penelitian lebih lanjut tentang cacat lahir.
Selain itu, Raz dan Atar (2004:49-51) yang B. PEMBAHASAN
mengkaji mengenai resiko penyakit bawaan

D
pada anak dari perkawinan sepupu pada alam kehidupan manusia ada sebuah
komunitas Bedouin di Israel. Shaw dan Raz peralihan yang terpenting atau yang
(2016:2) mengumpulkan berbagai arti kel disebut sebagai life-cycle. Salah satu
dari berbagai ilmuan mengenai perkawinan peralihan terpenting yaitu peralihan dari
sepupu dan resiko genetik dalam sebuah tingkat hidup remaja ketingkat hidup
buku. Dalam berbagai artikel, Shaw dan Raz berkeluarga, yang disebut sebagai perka
menjelaskan bahwa semakin lama, dalam winan. Menurut Koentjaraningrat (1977:90)
beberapa tahun terakhir, pernikahan sepupu Jika dipandang dari sudut kebudayaan
dianggap sebagai risiko dalam genetis. manusia, perkawinan merupakan penga
Wacana risiko genetik dalam perkawinan turan kelakukan manusia yang bersangkut
antara keluarga konsumtif yang didefinisikan paut dengan kehidupan sexnya, ialah
oleh ahli genetika sebagai sepupu kedua kelakuan-kelakuan sex, terutama persetu
atau yang lebih dekat, telah diumumkan buhan. Perkawinan menyebabkan bahwa
dalam debat media dan kese hatan seorang laki-laki dalam pengertian masya
masyarakat di banyak negara di mana rakat tidak dapat bersetubuh dengan
pernikahan sepupu dipraktikkan. sembarang wanita lain tetapi hanya dengan
Kajian-kajian di atas menjelaskan satu atau beberapa wanita tertentu dalam
mengenai dampak kesehatan yang terjadi masyarakatnya.
akibat perkawinan antar kerabat. Hal ini Penjelasan perkawinan tampaknya
tampaknya dapat memunculkan kesimpulan sudah tidak bisa lagi didefinisikan secara
bahwa setiap masyarakat yang mem spesifik. Hal ini sesuai dengan paradigma
praktikkan perkawinan antar kerabat teruta Parkin mengenai perkawinan. Menurut
ma perkawinan sepupu memiliki resiko Parkin (1997:39-40) bahwa mendefinisikan
Penyakit Bawaan: Kajian Resiko Kesehatan pada Perkawinan Sepupu 91 | P a g e
D O I : 10.25077/jaisb.v19.n2.p89-99.2017
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Desember 2017 Vol. 19 (2): 135-151_________ ISSN 1410-8356

perkawinan secara universal adalah hal rung ditinjau pada aturan-aturan adat
yang sulit. Dalam masyarakat secara daripada pribadi orang masing-masing.
budaya menganggap perkawinan sebagai Padahal prakteknya dimasyarakat banyak
hubungan seksual manusia, yang dibatasi orang-orang yang sudah melihat preferensi
meskipun tidak hanya satu individu bisa jadi perkawinan ideal sesuai dengan pandangan
dua atau lebih. Perkawinan tidak hanya pribadi setiap orang. Meskipun demikian
diperuntukkan antar orang-orang yang sela masih banyak di beberapa komunitas yang
ma ini kita anggap berbeda jenis kelamin, masih menjalankan preferensi perkawinan
namun bisa jadi ditemukan pada kasus yang ideal yang sesuai dengan pandangan adat.
sesama jenis kelamin. Penjelasan Parkin Menurut Parkin (1977:45) bahwa dari
menunjukkan bahwa definisi perkawinan segi pemilihan pasangan tidak ada
memiliki banyak persepsi. Setiap orang masyarakat yang secara benar-benar me
tentunya memiliki pandangan masing- milih secara random. Hal ini disebabkan
masing mengenai perkawaninan. karena adanya secara umum mengenai
Dalam perkawinan adanya istilah ilmiah larangan incest dan peraturan pernikahan
mengenai exogami dan endogami. Hal ini negatif. Ada juga penambahan yang
disebabkan karena adanya aturan aturan berhubungan dengan status, kekuatan,
mengenai pemilihan pasangan yang diang kepribadian, kekayaan dan lain-lain. Pemi
gap baik. Exogami mempunyai arti yang lihan pasangan yang tidak dilakukan secara
amat relatif, dan selalu menerangkan random karena adanya pengaruh larangan
exogami itu diluar batas apa. Jika orang incest dan peraturan pernikahan negatif
dilarang kawin dengan saudara sekan membuat beberapa suku bangsa menen
dungnya, maka hal tersebut dapat disebut tukan perkawinan ideal sesuai dengan adat
sebagai exogami keluarga inti; jika orang yang mereka yakini.
dilarang kawin dengan semua orang yang Salah satu prefernsi perkawinan ideal
mempunyai nama marga yang sama, maka yang sesuai dengan aturan adat diberbagai
hal tersebut disebut sebagai exogami populasi di dunia yaitu perkawinan sepupu.
marga; dan jika mereka dilarang kawin Oleh sebab itu, hingga saat ini perkawinan
dengan semua orang yang hidup dalam ini masih tetap bertahan. Berbicara
desanya sendiri, maka itu disebut sebagai mengenai perkawinan sepupu yang menjadi
exogami desa. Kedua, perkawinan endoga preferensi di banyak negara, beberapa para
mi yang merupakan lawan dari istilah ahli memberikan konsep defenisi perkawi
perkawinan exogami. Endogami juga nan sepupu itu sendiri. Menurut Kheshen
merupakan suatu istilah yang relatif dan dan Saadat (2013:682) perka winan sepupu
harus diterangkan endogami itu dalam batas adalah penyatuhan antara pasangan yang
apa. Jika dalam suatu desa orang harus dikaitkan sebagai sepupu kedua atau
kawin dengan orang dari desa sendiri dan bahkan lebih dekat lagi. Menurut Bittles
tak pernah cari jodoh di luar desa itu, maka (1994:562) perkawinan sepupu merupakan
akan disebut sebagai perkawinan endogami. perkawinan kerabat yang mengacu pada
(Koentjaraningrat, 1977:91). serikat antara indvidu yang berbagi
Pengaruh eksogami dan endogami setidaknya satu nenek moyang yang sama
membuat adanya perbedaan-perbedaan dan secara konvensional diterap kan pada
preferensi perkawinan ideal setiap suku orang yang terkait sebagai sepupu kedua
bangsa. Menurut Koenjtaraningrat (1977:91- atau lebih dekat. Konsep perkawinan
92) bahwa setiap masyarakat-masyarakat sepupu yang telah dijelaskan di atas dapat
banyak suku bangsa di dunia ada yang ditarik kesimpulan bahwa perkawinan
disebut dengan “marriage preferences” atau sepupu merupakan perkawinan yang terjalin
perkawinan-perkawinan yang menjadi prefe diantara sepupu pertama dan sepupu
rensi umum, artinya ada perkawinan yang kedua.
amat diingini oleh sebagian besar daripada Dalam analisis antropologi, tradisi
masyarakat, dan yang dianggap sebagai pernikahan sepupu mencakup dua bentuk
perkawinan yang ideal. Hal ini menjelaskan utama, yaitu pola parallel-cousin patrilateral
bahwa preferensi perkawinan ideal cende dan pola cross-cousin matrilateral.
92 | P a g e Penyakit Bawaan: Kajian Resiko Kesehatan pada Perkawinan Sepupu
D O I : 10.25077/jaisb.v19.n2.p89-99.2017
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Desember 2017 Vol. 19 (2): 135-151_________ ISSN 1410-8356

Preferensi perkawinan parallel–cousin kanker, penyakit mental, penyakit hati,


patrilateral merupakan antara seorang pria penyakit perut-usus, hipertensi, penurunan
yang menikahi seorang putri dari saudara pendengaran dan diabetes millitus. Menurut
ayah (FBD) atau pada wanita disebut data yang ditemukan oleh mereka, tipe
dengan istilah kekerabatan silsilah untuk perkawinan sepupu yang sering dilakukan
FBD, sedangkan pola cross-cousin matrila adalah perkawinan sepupu pertama. Perka
teral merupakan pernikahan antara seorang winan sepupu pertama tersebut bertipe
pria yang menikahi putri saudara ibunya perkawinan sepupu parallel patrilateral
(MBD)(Shaw dan Raz, 2015:6). Menurut sebanyak 26,7 %. Para penduduk Qatar
Koentjaraningrat (1977:92) banyak masya yang menderita penyakit dewasa yang telah
rakat di dunia memiliki preferensi untuk dijelaskan di atas mencapai 211 bagi
kawin dengan cross-cousin. Selanjutnya pasangan perkawinan sepupu dan 85 bagi
perkawinan parallel-cousin ini biasanya perkawinan yang bukan sepupu. Data
banyak mendominasi di masyarakat muslim tersebut menunjukkan bahwa populasi
bagian Timur Tengah, Asia Barat serta dengan tingkat perkawinan sepupu yang
Afrika Tengah ( Ayoub, 1959:266). tinggi, secara signifikan mengalami
Tampaknya kebertahanan perkawinan peningkatan pada penyakit dewasa.
sepupu hingga saat ini, selaras juga dengan Hamamy dan kawan-kawan (2011:841-
perkembangan penelitian mengenai perka 845) melakukan sebuah kelompok studi
winan sepupu. Sebagian besar literatur konsekwensi pakar dan konselor interna
ilmiah tentang pernikahan sepupu ini sional yang dilakukan di Geneva
terkonsentrasi pada aspek yang cukup International Consanguinity Workshop dari 3
spesifik dari efek perkawinan sedarah Mei 2010 sampai 7 Mei 2010, untuk
dengan kesuburan dan kesehatan (Bittles membahas resiko dan manfaat yang
dan Black, 2010:197). Zaman (2010:381- diketahui dan dugaan pada perkawinan
382) menemukan bahwa dalam masyarakat keluarga dekat. Mereka menemukan adanya
Pakistan yang mempratekkan perkawinan resiko pada kesehatan bagi pasangan
sepupu, dapat menyebabkan penyakit perkawinan sepupu, terutama pada negara-
bawaan, seperti: penyakit jantung, tala negara bagian Timur Tengah. Hal ini
semia, dan kecacatan lainnya pada anak- dibuktikan oleh pernyataan penyedia
anak. Kematian pasca-neonatal, morbiditas layanan kesehatan dan ahli genetika yang
masa kanak-kanak, dan haemoglobino- menilai keseluruhan dampak negatif
pathies (S dan £) umum terjadi pada perkawinan keluarga dapat meningkatkan
keturunan perkawinan ini. Orangtua mening resiko genetik terhadap keturunnya. Dalam
katkan risiko rendahnya kecerdasan, pertemuan tersebut, beberapa peneliti
ketidakstabilan mental, anemia sel sabit, melaporkan adanya tingkat kelainan kom
dan fibrosis kistik pada anak-anak. Selama pleks yang lebih tinggi pada keturunan
penelitiannya mengenai pertukaran sistem perkawinan keluarga pada masyarakat Arab
perkawinan di Kabirwala, Punjab-Selatan, Badui di Israel Selatan . Selanjutnya shieh
Pakistan. Zaman menemukan bahwa di dan kawan-kawan (2013:1236) menemukan
antara anak-anak yang orang tuanya bahwa secara keseluruhan hasil penelitian
merupakan saudara sepupu, dua buta dan mereka menunjukkan resiko penyakit jan
satu meninggal, serta satu bayi meninggal tung kongenital meningkat pada persatuan
setelah satu bulan lahir. Ia mulai menyadari keluarga, terutama pada tingkat perkawinan
bahwa hal tersebut disebabkan oleh sepupu pertama dan lebih dekat.
masalah genetik pada pasangan Raz dan Atar (2014: 49,50) juga
perkawinan sepupu. melakukan penelitian mengenai resiko
Hal yang sama juga ditemukan oleh kesehatan pada masyarakat di daerah
Bener dan kawan-kawan (2006:262, 264) Negev di Selatan Israel. Masyarakat Negev
bahwa perkawinan sepupu pada area Qatar memiliki adat untuk melakukan perkawinan
mencapai sekitar 51 %. Menurut mereka kerabat. Pada tahun 1999-2002, ada
generasi perkawinan saat ini memiliki resiko sebanyak 51 (89%) dari perkawinan adalah
penyakit lebih tinggi, seperti penyakit keluarga, dengan 21 (37%) double
Penyakit Bawaan: Kajian Resiko Kesehatan pada Perkawinan Sepupu 93 | P a g e
D O I : 10.25077/jaisb.v19.n2.p89-99.2017
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Desember 2017 Vol. 19 (2): 135-151_________ ISSN 1410-8356

pernikahan sepupu pertama, 17 (30%) resesif. Hal tersebut dipercaya terjadi ketika
perkawinan sepupu pertama, tujuh (12%) tingkat perkawinan sedarah yang terus
pernikahan paman-keponakan, dan enam menerus dilakukan selama beberapa gene
(11%) merupakan perkawinan sepupu ke rasi akan menyebabkan penghapusan gen
dua. Raz dan Atar menemukan bahwa dari resesif yang dapat merugikan kolam gen.
65% orang yang melakukan perkawinan Namun, tampaknya temuan tersebut belum
sepupu memiliki penyakit genetik yang berakhir. Ada temuan baru pada populasi
berbeda dan beresiko untuk memiliki anak India yang juga mempratekkan perkawinan
yang terkena dampak. sedarah selama lebih dari 200 tahun.
Menurut Mash dan Wolfe (2014: 28) Temuan tersebut menunjukkan telah terjadi
bahwa sebenarnya ada beberapa hal yang penghapusan yang tidak berarti pada gen
bisa menyebabkan masalah kecacatan resesi mematikan dan gen-gen sublethal
mental pada anak. Namun, hal yang paling dalam kolam gen. Mereka menemukan
utama di cek terlebih dahulu adalah bahwa beberapa kelainan genetik bawaan
pengaruh biologis. Pengaruh biologis, yaitu malformasi dan pemborosan reproduktif
ketika ada anak-anak yang mengalami sering terjadi pada perkawinan kerabat,
kecacatan mental atau abnormal terlebih terutama perkawinan sepupu pertama.
dahulu kita bisa bertanya pada orang tuanya Tampaknya perkawinan sepupu yang
tentang sejarah prenatal termasuk penyakit banyak dikaji mengenai resiko penyakit
utama, Cedera, atau mungkin masalah sering ditemukan pada populasi yang
perkawinan atau tekanan yang mungkin memperatekkan perkawinan sepupu paralel.
mempengaruhi kehamilannya. Pengaruh Perkawinan sepupu paralel ini biasanya
tersebut bisa disebabkan oleh cara dan pola banyak mendominasi di masyarakat muslim
pengasuhan orang tua sejak bayi. bagian Timur Tengah, Asia Barat serta
Kemungkinan lain adalah bahwa kecacatan Afrika Tengah (Ayoub,1959:266). Penelitian
anak mungkin telah dimewarisi satu atau Zaman pada masyarakat Pakistan juga
lebih gen yang mempengaruhi kesadaran merupakan komunitas yang mempraktekan
fonologisnya. perkawinan sepupu paralel. Hal yang sama
Resiko kesehatan pada perkawinan juga yang dilakukan pada peneliti lain
sepupu ini awalnya bermula pada pene seperti Bener dan kawan-kawan yang
muan Darwin. Dalam temuannya Darwin melakukan penelitian pada masyarakat
menjelaskan bahwa resiko penyakit ini Qatar, Hamamy dan kawan-kawan yang
bermula dari adanya individu yang memiliki juga banyak mengkaji resiko kesehatan
dua alel identik pada lokus gen tertentu dan perkawinan sepupu di negara-negara Timur
pada sepasang kromosom homolog Tengah, Shieh dan kawan-kawan yang juga
autozygosity atau homozigositas. Dua alel mengkaji segi kesehatan pada masyarakat
identik dengan keturunan yang berasal dari Libanon, Iran dan India, begitu juga dengan
nenek moyang yang sama menyebabkan Raz dan Atar yang mengkaji kesehatan
adanya Genome-wide heterozygosity. Ketika pada masyarakat Israel. Hal tersebut
orang banyak melakukan perkawinan se semakin membuktikan bahwa resiko
pupu, maka akan terjadi peningkatan pada dampak negatif dari segi kesehatan banyak
Genome-wide heterozygosity yang dapat terjadi pada populasi yang mempraktikkan
menyebabkan pengurangan tekanan darah perkawinan sepupu paralel, sedangkan
dan tingkat kolesterol total. Oleh sebab itu, pada masyarakat yang mempraktikkan
perkawinan sepupu menjadi insiden penya perkawi nan sepupu silang masih belum
kit menular dewasa yang umum terjadi saat terlihat jelas.
ini (Bittles dan Black, 2010 :203). Selaras dengan adanya indikasi yang
Penemuan dampak utama perkawinan belum jelas mengenai resiko kesehatan
sedarah yang menyebabkan resiko dalam pada perkawinan sepupu silang, membuat
kesehatan juga ditemukan oleh Bener dan saya mencoba untuk mengkajinya. Saya
kawan-kawan. Bener dan kawan-kawan menguji permasalah tersebut pada
(2006: 266) menjelaskan bahwa adanya masyarakat Mandailing di Tanjung Baringin,
peningkatan laju homozigot untuk gangguan Padang Lawas, Sumatera Utara, Indonesia.
94 | P a g e Penyakit Bawaan: Kajian Resiko Kesehatan pada Perkawinan Sepupu
D O I : 10.25077/jaisb.v19.n2.p89-99.2017
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Desember 2017 Vol. 19 (2): 135-151_________ ISSN 1410-8356

Masyarakat Mandailing merupakan salah seperti binatang dalam adat Mandailing.


satu populasi yang masih menganggap Oleh sebab itu, para tokoh adat Mandailing
perkawinan sepupu silang merupakan membuat sebuah aturan agar setiap orang
perkawinan yang ideal dalam adat mereka Mandailing dan para keturunannya untuk
hingga saat ini. Mereka menyakini bahwa menikah dengan para kerabatnya. Disisi
perkawinan sepupu dapat mempererat tali lain, mereka juga mulai berpikir bagaimana
persaudaraan diantara mereka, serta dapat untuk bisa mempertahankan suku bangsa
mempertahankan tanah kelahiran mereka. mereka dan mempererat tali persaudaraan
Keyakinan masyarakat Mandailing menge diantara mereka. Munculnya pemikiran ter
nai tujuan perkawinan sepupu, tampaknya sebut membuat para tokoh adat mewajibkan
sama dengan interpretasi para antropolog perkawinan manyunduti ini dilakukan.
mengenai perkawinan sepupu. Para Mereka sadar dengan membuat perkawinan
antropolog menginterpretasikan perkawinan manyunduti sebagai perkawinan yang ideal
sepupu sebagai perkawinan adat untuk dalam adat maka mereka dapat
mempromosikan ikatan solidaritas lineage memaksakan anak-anak dan cucu-cucu
tanpa tekanan dan kesulitan (Keesing, mereka untuk melakukan perkawinan
1975:45 ). manyunduti.
Perkawinan sepupu dalam masyarakat Dalam masa penelitian saya, saya
Mandailing di sebut sebagai perkawinan melakukan wawancara mendalam pada 10
manyunduti. Perkawinan manyunduti ini informan dari 37 pasangan sepupu. Namun
merupakan perkawinan sepupu yang bertipe demikian, saya tetap melakukan
cross-cousin. Jika saya melihat tipe perka pengamatan dan wawancara sekilas kepada
winan cross-cousin yang telah saya uraikan pasangan sepupu lainnya. Dalam
di atas, dalam masyarakat Mandailing pengamatan dan wawancara yang berfokus
perkawinan sepupu silang berupa MBD ( pada kesehatan anak, saya tidak
Mother’ Brother’ Daughter). Dalam arti lain, menemukan adanya penyakit mental dan
seorang anak laki-laki harus menikahi penyakit bawaan yang diderita oleh anak-
perempuan dari anak saudara laki-laki ibu. anak pasangan sepupu. Bahkan untuk lebih
Perkawinan sepupu ini sudah ada secara memperkuat data yang saya miliki, saya
turun-temurun dari nenek moyang mereka, juga melakukan pengamatan di sekolah,
yang bahkan mereka sudah tidak serta mewawancarai beberapa guru-guru.
mengetahui urutan-urutannya lagi. Hampir Anak-anak pasangan sepupu terlihat aktif
seluruh masyarakat Mandailing saat ini, baik saat berada di lingkungan sekolah, di
masih terus berusaha untuk memper rumah atau di tempat-tempat bermain.
tahankan dan menurunkan perkawinan Kesepuluh orang tua yang menjadi informan
sepupu ke setiap generasi mereka. Oleh saya menjelaskan bahwa anak-anak mereka
sebab itu, setiap keluarga Mandailing akan tidak pernah mengalami penyakit yang
berusaha untuk menikahkan anaknya serius. Anak-anak mereka biasanya hanya
dengan anak dari kerabatnya sendiri. Dalam mengalami sakit demam atau diare.
satu keluarga minimal harus ada salah satu Pernyataan para informan cukup bisa
anaknya yang melakukan perkawinan dibuktikan melalui pengamatan saya.
manyunduti. Selama masa studi, saya melihat sebagian
Perkawinan manyunduti ini bukanlah anak-anak banyak yang terkena demam.
hal yang muncul tanpa sejarah. Menurut Hal tersebut bisa dilihat dari ingus (lendir
tokoh adat yaitu bapak Tongku Partemuan yang keluar dari hidung) yang keluar dari
Harahap (salah satu tokoh adat di desa hidung mereka. Meskipun demikian, mereka
Tanjung Baringin) sejarah adanya tetap terlihat aktif pada setiap kegiatan
perkawinan manyunduti dalam adat Man yang mereka lakukan. Penyakit demam
dailing disebabkan munculnya kesadaran yang dialami oleh para anak-anak
para tokoh adat Mandailing untuk tidak Mandailing tampaknya disebabkan oleh
sembarang dalam memilih pasangan yang keaktifan mereka. Mereka tetap bermain di
akan dinikahi. Sembarangan dalam memilih luar rumah dalam keadaan cuaca sedang
pasangan untuk dinikahi akan dianggap panas ataupun hujan. Hal ini tentu dapat
Penyakit Bawaan: Kajian Resiko Kesehatan pada Perkawinan Sepupu 95 | P a g e
D O I : 10.25077/jaisb.v19.n2.p89-99.2017
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Desember 2017 Vol. 19 (2): 135-151_________ ISSN 1410-8356

menyebabkan seseorang terserang flu. kebiasaan pada setiap orang desa Tanjung
Selain itu, anak-anak yang berumur sekitar Baringin.
3-5 tahun sering keluar rumah tanpa Selain itu, sebagian penduduk desa
menggunakan pakaian. Terkadang mereka banyak yang tidak memiliki kakus yang
hanya bertelanjang dada, dalam arti tidak layak. Menurut salah satu petugas
menggunakan baju dan bahkan mereka kesehatan desa menjelaskan bahwa banyak
terkadang tidak menggunakan sehelai dari penduduk yang tidak memiliki kakus
pakaian apapun. Hal tersebut bukan yang layak. Hal tersebut ditemukan ketika
dikarenakan mereka tidak memiliki pakaian, mereka melakukan survey desa. Bahkan
namun anak-anak Mandailing memang ada beberapa penduduk yang tidak memiliki
sudah terbiasa tidak menggunakan pakaian. kakus, mereka membuang kotoran di sungai
Kebiasaan tersebut semakin didukung oleh atau mencangkul lubang di belakang rumah
orang tua mereka yang tidak mengubah mereka. Hal tersebut tentu akan menbawa
kebiasaan mereka. Hal tersebut tentu akan dampak yang buruk bagi kebersihan
berpengaruh pada ketahanan tubuh mereka, lingkungan sekitar mereka. Oleh sebab itu,
terlebih lagi ketika mereka tetap melaku wajar jika anak-anak penduduk desa sering
kannya pada saat cuaca panas dan hujan. mengalami sakit demam dan diare.
Masalah penyakit diare juga bukanlah Penyakit-penyakit tersebut juga tidak hanya
tanpa alasan bahwa mereka sering dialami oleh anak-anak dari pasangan
mengalami penyakit tersebut. Menurut sepupu, namun semua anak-anak penduduk
Irianto dan kawan-kawan (1994:78) bahwa desa memiliki peluang untuk terserang
banyak faktor yang secara langsung penyakit tersebut. pada masalah kekura
maupun tidak langsung dapat mendorong ngan gizi pada anak-anak, saya akan
terjadinya diare. Faktor-faktor tersebut mencoba menjelaskan selaras dengan
antara lain meliputi faktor keadaan gizi, masalah lain yang juga ditimbulkan dari
faktor sosio demografi, faktor lingkungan pengaruh kurang gizi.
dan faktor prilaku. Hal yang sama juga Fakta yang saya temukan di lapangan
dijelaskan oleh Caulfield dan kawan-kawan bahwa masalah kekurangan giji tampaknya
(2017:197 ) bahwa masalah kurang giji juga mempengaruhi kecerdasan anak-anak
menjadi faktor yang jelas penyebab Mandailing selain dari masalah diare. Dalam
terjadinya diare pada anak. Saya akan beberapa kajian mempertimbangkan bahwa
mencoba menggambarkan faktor yang banyak faktor yang berkontribusi pada
menyebabkan diare dalam aktifitas dan penurunan kecerdasan dan perkembangan
kebiasaan anak-anak Mandailing. Anak- anak. Didalam perspektif yang lebih besar
anak para penduduk Mandailing sering tentang kesehatan anak menunjukkan
sekali keluar rumah tanpa menggunakan bahwa peluang nutrisi mengambil posisi
alas kaki. Padahal lingkungan desa mereka penting menyangkut masalah ini. Sudah
sering ditemukan tumpukan kotoran sapi, lama diketahui bahwa gizi individu
kerbau atau kambing. Ketika saya bertanya merupakan faktor yang paling banyak
hal tersebut kepada salah satu penduduk mempengaruhi pertumbuhan, kesehatan
yang saya kenal. Ia menjelaskan bahwa dan pembangunan. Nutrisi yang tidak
orang-orang dikampung ini, tidak hanya adekuat berakibat pada masalah-masalah
anak-anak saja namun juga para orang tua perkembangan anak dan resistensi terhadap
sering tidak menggunakan sandal. Hal ini segala jenis penyakit. Oleh karena itu
sudah menjadi kebiasaan para penduduk. sepenuhnya bisa dimengerti bahwa dalam
Terkadang ketika anak-anak memakai kurun waktu yang dipersembahkan untuk
sendal untuk keluar rumah, mereka akan perbaikan manusia dan kapasitasnya "yang
kembali tanpa menggunakan sendal lagi. menjadi perhatian baru telah diarahkan
Mereka akan meninggalkan sendal mereka pada hubungan gizi dengan kecerdasan dan
disebarang tempat. Oleh sebab itu, para kemampuan belajar (Birch, 1972:773).
orang tua sudah lelah untuk membuat anak- Faktor gizi yang diyakini mempengaruhi
anak mereka menggunakan sendal. Hal masalah kecerdasaan anak-anak Man
tersebut pun hingga saat ini menjadi dailing juga diyakini oleh salah satu guru SD
96 | P a g e Penyakit Bawaan: Kajian Resiko Kesehatan pada Perkawinan Sepupu
D O I : 10.25077/jaisb.v19.n2.p89-99.2017
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Desember 2017 Vol. 19 (2): 135-151_________ ISSN 1410-8356

yang bernama Dewi. Dewi menjelaskan penyebab utama kekurangan gizi pada anak
bahwa para orang tua kurang disebabkan oleh taraf pendidikan yang
memperhatikan asupan makanan yang bergi rendah, berbagai kebiasaan yang merugikan
zi untuk anak-anak mereka. Mereka hanya dan daya beli masyarakat yang rendah
memberikan makanan ala kadarnya saja (Roekmono dan Setiady, 1985:9). Dalam
tanpa melihat gizi yang terkandung dalam wawancara tingkat pendidikan orang tua
makanan tersebut. Saya sering melihat ibu- menjadi hal utama yang perlu diper
ibu hanya berbelanja bahan-bahan yang tanyakan. Pada 10 informan hanya tiga
cukup sedikit dan itu harus digunakan orang yang memiliki pendidikan hingga
selama satu minggu. Mereka jarang sekali Sekolah Menengah Atas (SMA), selebihnya
membeli ikan-ikan atau daging. Mereka hanya memiliki tingkat pendidikan sampai
biasanya hanya membeli teri atau ikan asin. Sekolah Dasar (SD). Fakta ini bisa juga
Hal-hal yang dijelaskan oleh Dewi, pernah menjadi salah satu mutlak kurangnya
juga saya lihat ketika saya melakukan pengetahuan orang tua mengenai gizi.
observasi. Saya melihat seorang ibu Hal yang paling menyedihkan
berbelanja di salah satu warung. Ia hanya adalah Ketika saya berada di lingkungan
membeli jipang (labu siam) sebanyak dua sekolah, saya melihat banyak anak-anak
buah yang ukurannya sebesar kepalan yang mengkonsumsi mie instan tanpa
orang dewasa. Cabai merah segenggam dimasak dan kopi atau minuman bubuk
tangan dewasa, tomat tiga buah, ikan teri lainnya tanpa disedu dengan air. Mereka
sekitar 3 ons dan bawang merah, bawang tampak menikmati makanan yang mereka
putih masing-masing seharga sekitar makan. Menurut keterangan beberapa guru
Rp.2000,-an. bahwa makanan tersebut memang sering
Bahan-bahan tersebut mereka mereka bawa setiap hari. Para orang tua
gunakan selama satu minggu. Padahal juga tidak keberatan ketika anak-anak
penduduk Mandailing memiliki anak minimal mereka mengkonsumsi makanan tersebut
tiga orang anak. saya berpikir apakah itu setiap harinya. Hal ini memperjelas bahwa
akan mencukupi asupan gizi anak-anaknya. masalah kesehatan anak-anak Mandailing
saya mulai berpikir bahwa mereka mungkin lebih disebabkan pada pengaruh lingku
tidak mampu untuk membeli cukup bahan- ngan, makanan dan kebiasaan yang buruk.
bahan makanan karena kondisi ekonomi Hal tersebut sangat berbalik dari pengaruh
mereka. Namun hal tersebut ternyata tidak perkawinan sepupu yang telah dijelaskan
sesuai dengan penjelasan Dewi. Dewi oleh beberapa peneliti. Penjelasan tersebut
menjelaskan bahwa mereka mampu untuk tentu menunjukkan bahwa resiko negatif
membeli bahan-bahan makanan yang pada kesehatan keturunan pasangan anak
cukup, jika pun ada yang tidak mampu, itu bukanlah mutlak merupakan dampak negatif
hanya beberapa orang saja. Mereka lebih perkawinan sepupu. Banyak faktor-faktor
suka menghabiskan uang untuk membeli yang dapat mempengaruhi masalah
emas dari pada membeli ikan, sayuran yang kesehatan anak, hal tersebut dapat dilihat
cukup, susu dan lain-lain. Jika mereka tidak dari empiris anak-anak Mandaling yang
mampu membeli ikan, mereka bisa mencari merupakan keturunan dari pasangan
ikan di sungai. Salah satu mata pencaharian sepupu silang.
mereka adalah menangkap ikan. Namun jika
mereka memdapatkan ikan, mereka lebih
memilih untuk menjualnya. Uang hasil jual C. KESIMPULAN
ikan sebagian bisa mereka belikan ikan asin

K
atau teri untuk pengganti lauk mereka. ajian-kajian mengenai resiko kese
Faktor lain yang mungkin menyebabkan hatan tampaknya tidak membuat
mereka kurang memperhatikan gizi adalah perkawinan sepupu ditinggalkan. Hal
pengetahuan orang tua yang kurang. ini didasari karena tidak semua resiko
Masalah pengetahuan yang kurang tentang kesehatan akan berdampak pada semua
gizi telah menjadi permasalah yang lazim, pasangan perkawinan sepupu. Hal tersebut
berdasarkan laporan penelitian tahun 1979 dapat dilihat dari berbagai penelitian-
Penyakit Bawaan: Kajian Resiko Kesehatan pada Perkawinan Sepupu 97 | P a g e
D O I : 10.25077/jaisb.v19.n2.p89-99.2017
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Desember 2017 Vol. 19 (2): 135-151_________ ISSN 1410-8356

penelitian resiko kesehatan hanya banyak akan berusaha untuk menghindarinya. Oleh
ditemukan pada populasi-populasi yang sebab itu, emosi bisa menjadi peristiwa yang
mempratekkan perkawinan sepupu paralel. hebat, menuntut agar anak menemukan
Namun demikian, sebagian masyarakat cara untuk mengurangi atau mengatur
yang mempratekkan perkawinan sepupu kekuatan mereka. 2) Pengaruh perilaku dan
paralel masih tetap mempertahankan kognitif, adanya prilaku yang tidak
perkawinan tersebut. Oleh sebab itu, hal menyenangkan hati seorang anak dari
yang wajar ketika populasi yang mem orang sekitarnya. Hal ini bisa berwujud
pratekkan perkawinan sepupu silang masih kritikan, hukuman dan lain-lain yang
tetap bertahan hingga saat ini. Selain itu, membuat seorang anak merasa takut untuk
banyaknya fungsi-fungsi dan manfaat dari melakukan tindakan. Sedangkan pengaruh
perkawinan sepupu pada setiap masyarakat kognitif yaitu bagaimana interpretasi
menyumbang poin penting bagi keber seseorang terhadap masalah anaknya. Hal
tahanan perkawinan sepupu. ini sangat berpengaruh dalam pengambilan
Para peneliti juga tampaknya harus keputusan orangtua untuk menerapkan
melihat pengaruh lain yang menyebabkan pengasuhan kepada anaknya. 3) Pengaruh
masalah kesehatan terutama cacat mental keluarga, budaya dan etnis, hubungan awal
pada anak-anak tersebut. Menurut Mash seorang anak dengan orang tuanya
dan Wolfe (2014:29-30) ada beberapa faktor mungkin telah memberikan kontribusi pada
lain yang menyebabkan penyakit pada kemampuan yang kurang untuk mengatur
anak-anak, terutama penyakit mental. 1) emosi adaptifnya, begitu juga hubungan
pengaruh emosional, reaktivitas dan saat ini dengan Guru, teman sebaya, dan
ekspresi emosional adalah cara bayi dan anggota keluarga lainnya. Penjelasan Mash
anak kecil pertama kali berkomunikasi dan Wolfe mungkin bisa menjadi acuan
dengan dunia di sekitar mereka, dan untuk tidak langsung menyimpulkan
kemampuan mereka untuk mengatur hal ini. langsung bahwa resiko penyakit pada anak
Ketika mereka tidak bisa mengatur hanya disebabkan oleh faktor perkawinan
emosional mereka, maka hal tersebut akan sepupu, begitu juga dengan penyakit-
menimbulkan masalah, seperti rasa takut, penyakit bawaan lainnya.
gugup dan lain-lain. Pada akhirnya mereka

DAFTAR PUSTAKA

Ayoub, Millicent R. "Parallel Cousin Marriage and Endogamy: A Study in Sociometry."


Southwestern Journal of Anthropology, 1959: 266-275.
Bener, Abdul, and dan kawan-kawan. "Consanguineous Marriage and Thus Effects on
Common Adult Diseases: Studies from an Andegamous Population." Medical
Principles and Practice, 2006: 262-267.
Birch, Herbert G. "Malnutrition, Leraning and Intelligence." AJPH, 1972: 773.
Bittles, A.H, and M.L Black. "Consanguineous Marriage and Human Evolution." The Annual
Reveiw of Anthropology, 2010: 193-207.
Bittles, Alan H. "The Role and Significance of Consanguinity as a Demographic Variable."
Population and Development Review, 1994: 561-584.
Caulfield, Laura E, and dkk. "Undernutrion Asan Underlying Couse of Child Deaths
Associated with Diarrhea, Phemonia, Malaria, and Measles." The american Journal
of Clinic Nuttrion, 2017: 773.
El-Kheshen, Ghadir, and Mostafa Saadat. "Prevalence of Consanguineous Marriages
among Shi'A Population of Lebanon." Biosocial Science, 2013: 675-682.

98 | P a g e Penyakit Bawaan: Kajian Resiko Kesehatan pada Perkawinan Sepupu


D O I : 10.25077/jaisb.v19.n2.p89-99.2017
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Desember 2017 Vol. 19 (2): 135-151_________ ISSN 1410-8356

Hamamy, Hanan. "Consanguineous Marriage : Preconception Consultation in Primary


Health Care Settings." Springer-Verlog, 2012: 185-192.
Hamamy, Hanan dkk. "Consanguineous marriages, pearls and perils: Geneva International
Consanguinity Workshop Report." American College of Medical Genetics, 2011:
841-847.
Irianto, Joko, and dkk. "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Anak
Balita." Pusat Penelitian Ekologi, 1994: 77-96.
Keesing, Roger M. Kin Groups and Social Structure. Harcourt Brace Jovanovich Collage
Publishers, 1975.
Koentjaraningrat. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: PT. Dian Rakyat, 1977.
Megawati, Rena. "Tinjauan Yuridis Mengenai Keabsahan Perkawinan Pariban dalam Hukum
Adat Batak Toba Dihubungkan dengan Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan." Wawasan Hukum, 2013: 662-674.
Parkin, Robert. Kinship, An Introduction to the Basic Concept. USA: Blackwell, 1997.
Patai, Raphael. "Cousin-Right in Middle Eastern Marriage." Southwestern Journal Of
Anthropology, 1955: 371-390.
Raz, Aviad E., and Marcela Atar. "Cousin marriage and premarital carrier matching in a
Bedouin Community in Israel : Attitudes, Service Development and Educational
Intervention." Family Planning and Reproductive Health Care, 2004: 49-51.
Roekmono, Bintari, and I. F. Setiady. "Masalah Kesehatan di Indonesia." In Ilmu-Ilmu Sosial
Dalam Pembangunan Kesehatan, by Koentjaraningrat and A. A. Loedin, 1-29.
Jakarta: PT Gramedia, 1985.
Shaw, Alison, and Aviad Raz. Cousin Marriages : Between Tradition, Genetic Risk and
Cultural Change. New York, Oxford: Berghahnbooks, 2015.
Shieh, Joshep T.C., and dan kawan-kawan. "Consanguinity and The Risk of Congenital
Heart Disease." NIH Public Access, 2013: 1-11.
Zaman, Muhammad. "Marriage of cousins: Congenital diseases and people's perceptions in
Pakistan, a publichealth challenge." Public Healt Policy, 2010: 381-383.

Penyakit Bawaan: Kajian Resiko Kesehatan pada Perkawinan Sepupu 99 | P a g e


D O I : 10.25077/jaisb.v19.n2.p89-99.2017

Anda mungkin juga menyukai