Anda di halaman 1dari 8

Arab Saudi

Profil Arab Saudi


Arab Saudi secara resmi di kenal sebagai Kerajaan Arab Saudi atau Kingdom of Saudi
Arabia (KSA) adalah sebuah negara Arab di Asia Barat yang mencakup hampir keseluruhan
wilayah Semenanjung Arabia. Dengan luas wilayah kira-kira 2.150.000 km2 (830.000 sq mi).
Arab Saudi secara geografis merupakan negara terbesar ke-lima di Asia dan kedua terbesar di
Dunia Arab setelah Aljazair.
Petroleum ditemukan di Arab Saudi pada 3 Maret 1938 dan diikuti ditemukannya
ladang-ladang minyak lain di Provinsi Timur. Arab Saudi merupakan negara pemroduksi dan
pengekspor minyak terbesar di dunia, mengontrol cadangan minyak terbesar kedua di dunia,
dan memiliki cadangan gas terbesar keenam di dunia. Kekayaan yang sangat besar yang
didapat dari minyak, sangat membantu permainan dan pembentukan kekuatan peran dari
keluarga Kerajaan Saudi baik di dalam maupun luar negeri.
Negara ini seringkali mendapat kritik karena hal hak-hak perempuan dan penggunaan
hukumannya. Arab Saudi adalah sebuah negara monarki otokrasi, dengan jumlah pengeluaran
keuangan militer tertinggi keempat di dunia, dan pada 2010–14, SIPRI menemukan bahwa
Arab Saudi merupakan importir senjata terbesar kedua di dunia. Arab Saudi dapat
dipertimbangkan sebagai negara adidaya wilayah dan adidaya menengah. Negara ini
ditambahkan kedalam GCC, negara ini juga merupakan anggota aktif dalam Organisasi
Kerjasama Islam dan OPEC.

Sistem Pemerintahan
Arab Saudi ialah negara dengan bentuk negara monarki absolut. Sistem pemerintahan
Arab Saudi yaitu negara Islam yang berdasarkan syariah Islam dan Al Qur’an. Kitab Suci Al-
Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW merupakan konstitusi Arab Saudi. Pada tahun 1992
ditetapkan Basic Law of Government yang mengatur sistem pemerintahan, hak dan kewajiban
pemerintah serta warga negara.
Arab Saudi dipimpin oleh seorang raja yang dipilih berdasarkan garis keturununan atau
orang yang diberi kekuasaan langsung oleh raja. Hal ini berdasarkan pasal 5 Basic Law of
Government yang menyatakan kekuasaan kerajaan diwariskan kepada anak dan cucu yang
paling mampu dari pendiri Arab Saudi, Abdul Aziz bin Abdul Rahman Al-Saud, dimana raja
merangkap perdana menteri dan anglima tinggi angkatan bersenjata Arab Saudi. Pada tanggal
20 Oktober 2006 Raja Abdullah telah mengamandemen pasal ini dengan mengeluarkan UU
yang membentuk lembaga suksesi kerajaan (Allegiance Institution) terdiri dari para anak dan
cucu dari Raja Abdul Aziz Al-Saud. Dalam ketentuan baru, raja tidak lagi memilki hak penuh
dalam memilih Putera Mahkota. Raja dapat menominasikan calon Putera Mahkota. Namun,
Komite Suksesi akan memilih melalui pemungutan suara. Selain itu, bila Raja atau Putera
Mahkota berhalangan tetap, Komite Suksesi akan membentuk Dewan Pemerintahan Sementara
(Transitory Ruling Council) yang beranggotakan lima orang. Ketentuan ini baru akan berlaku
setelah Putera Mahkota Pangeran Sultan naik tahta. Berikut nama-nama raja yang pernah
memerintah Arab Saudi:
1. Raja Abdul Aziz (Ibnu Saud), pendiri kerajaan Arab Saudi: 1932 – 1953
2. Raja Saud, putra Raja Abdul Aziz : 1953 – 1964 (kekuasaannya diambil alih oleh
saudaranya, Putera Mahkota Faisal)
3. Raja Faisal, putra Raja Abdul Aziz : 1964 – 1975 (dibunuh oleh keponakannya,
Faisal bin Musa’id bin Abdul Aziz)
4. Raja Khalid, putra Raja Abdul Aziz : 1975 – 1982 (meninggal karena serangan
jantung)
5. Raja Fahd, putra Raja Abdul Aziz : 1982 – 2005 (meninggal karena sakit usia tua)
6. Raja Abdullah, putra Raja Abdul Aziz : 2005-sekarang.
Ayat 1 dalam Undang-undang ini menyebutkan bahwa: "Kerajaan Arab Saudi adalah
Negara Arab Islam, memiliki kedaulatan penuh, Islam sebagai agama resmi, undang-undang
dasarnya Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wa Sallam, bahasa resmi
Bahasa Arab, dan ibukotanya Riyadh". Dan ayat 5 menyebutkan bahwa sistem pemerintahan
di Arab Saudi adalah Kerajaan atau Monarki. Sedang ayat-ayat lainnya menyebutkan tentang
sendi-sendi yang menjadi landasan bagi sistem pemerintahan di Arab Saudi, lingkungan resmi
yang mengaturnya, unsur-unsur fundamental masyarakat Saudi, prinsip-prinsip ekonomi
umum yang dilaksanakan Kerajaan, jaminan negara terhadap kebebasan dan kehormatan atas
kepemilikan khusus, perlindungan atas hak-hak asasi manusia sesuai dengan hukum-hukum
Syariat Islam.

Cabang-cabang Pemerintahan Internal


1. Cabang Legislatif
Badan legislatif disini disebut Majlis Al-Shura . Sebelum 1993, anggotanya terdiri dari
60 orang berpengaruh dari berbagai latarbelakang sosial, politik dan keagamaan di Arab
Saudi . Tetapi pada Agustus 1993, mendiang Raja Fahd telah menstrukturkan kembali
acara ini untuk menjadikannya lebih efisien. Kini acara ini terdiri dari 90 orang
anggota. Majelis Al-Shura menasihati Raja dan juga Dewan Menteri-Menteri tentang isu-
isu terkait program-program serta kebijakan-kebijakan pemerintah . Peran utama majllis
ini adalah untuk mengevaluasi, menafsirkan dan memperbaiki hukum pemerintah, hukum
kecil , kontrak dan perjanjian internasional.
2. Cabang Eksekutif
Ketua eksekutif di Arab Saudi adalah raja dan Perdana Menteri yaitu ABDULLAH bin
Abdul-Aziz Al Saud (sejak 1 Agustus 2005). Arab Saudi merupakan salahsatu negara di
dunia dimana raja memegang dua peran utama yaitu sebagai kepala negara dan
kepala pemerintahan .
Dewan Menteri-Menteri adalah ditunjuk oleh raja dan kebanyakan terdiri dari kaum
kerabat raja. Namun pada Oktober 2003, Dewan ini telah mengumumkan niat mereka
untuk mengadakan pemiluuntuk setengah dari anggota wakil pemerintah lokal dan provinsi
dan sepertiga anggota Dewan al-Shura , dalam waktu empat hingga lima tahun.
3. Cabang Kehakiman
Pengadilan tertinggi di sini adalah Dewan Kehakiman Agung yang membicarakan hal-
hal yang disebut oleh Raja. Ia juga merupakan makhamah banding tertinggi dan
menimbang banding dan juga merevisi kasus yang melibatkan hukuman mati atau mutilasi
yang dijatuhkan oleh pengadilan rendah.
Pengadilan Tingkat kedua terdiri dari dua pengadilan yang mendengar rayuan dan yang
tertinggi adalah Pengadilan Banding yang terdiri dari lima atau
lebih hakim . Pengadilan ini bisa mendengar semua rayuan kecuali kasus-kasus dari badan
administratif dan pengadilan atau konflik antara pengadilan syariah rendah dengan
pengadilan yang lain.
Setelah itu adalah Pengadilan Terbatas yang mendengar kasus-kasus kecil melibatkan
hal perdata atau pidana. Sedangkan pengadilan terendah adalah Pengadilan Umum yang
mendengar kasus pribadi, sipil , keluarga dan kriminal.
4. Pemerintah Daerah
Ada 13 daerah atau mintaqah di sini dan setiap area adalah dipimpin oleh
seorang gubernur yang disebut Amir yang ditunjuk oleh raja. Amir ini pula adalah dibantu
oleh seorang wakil gubernur dan juga majelis daerah. Dewan ini terdiri dari ketua-ketua
departemen pemerintah tingkat daerah. Disamping itu, acara ini juga dibantu oleh suatu
majelis 10 anggota orang-orang ternama di masyarakat masing-masing yang ditunjuk setiap
empat tahun.
5. Pemerintah local
Ada 178 Dewan pembuangan kota di sini dan setiap acara memiliki anggota antara
empat sampai empat belas orang tergantung pada ukuran nya. Kota yang
utama seperti Riyadh , Dammam, Jeddah , Mekah dan Madinah memiliki 14 orang
anggota dalam pemerintahanlokal. Pemerintah lokal di Taif, Al-
Ahsa, Buraidah, Abha, Hail, Tabuk, Jizan, Baha, Najran, Al-Jouf dan Wilayah Perbatasan
Utara memiliki 12 orang anggota dan majelis di Khamis Mushait, Unaizah, Alkharj, Hafr
Al-Baten

Sistem Perpajakan di Arab Saudi


Arab Saudi menggunakan sistem kerajaan atau monarki dalam menjalankan
pemerintahannya. Hukum yang digunakan adalah hukum Syariat Islam dengan berdasarkan
pada pengamalan ajaran Islam. Negara yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas gurun pasir
ini tidak memberlakukan pajak penghasilan (PPh) orang pribadi (OP) dan pajak penjualan
(PPN). Namun, karena krisis keuangan yang melanda negara ini, pemerintah Arab Saudi
berencana akan menerapkan PPN dan pajak atas produk-produk merugikan kesehatan, seperti
tembakau dan minuman ringan pada 2018.
Meskipun tidak mengenakan PPh OP, otoritas pajak Arab Saudi yang bernama General
Authority of Zakat and Tax (GAZT) menetapkan zakat yang harus dibayar oleh pemegang
saham individu atau badan dengan tarif sebesar 2,5%.
Di Arab Saudi zakat dan pajak sudah seperti Saudara. Zakat dan pajak ditangani oleh
satu departemen. Setiap penduduk diwajibkan membayar zakat. Jika sudah membayar zakat
tidak ditarik pajak lagi begitupun sebaliknya. Uang dari pajak akan digunakan untuk
membiayai kelangsungan Negara. Sedangan zakat akan disalurkan melalui Departemen Sosial
sesuai peruntukannya.

Pajak vs Zakat
Pajak bisa diartikan kontribusi wajib kepada Negara berdasarkan Undang-undang dan
dipergunakan untuk kelangsungan Negara dengan tujuan memakmurkan masyarakat. Pajak
dibayar oleh Wajib Pajak setelah Wajib Pajak tersebut dalam satu tahun berpenghasilan
melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
Peruntukan pajak sangat universal. Pajak diperuntukan untuk semua masyarakat baik
kaya ataupun miskin. Pajak yang terkumpul akan dikembalikan kepada masyarakat lagi dengan
tidak secara langsung. Pajak akan dikembalikan dalam bentuk pembangunan jalan, rumah
sakit, sekolah, pembayaran gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS), subsidi, Bantuan Langsung Tunai
(BLT) dan pembiayaan negara lainnya.
Setelah pajak terkumpul, pajak akan dialokasikan ke Departemen lain sesuai
proporsinya. Departemen lain itulah yang akan mengelola uang pajak tersebut.
Sedangkan Zakat merupakan harta yang dikeluarkan karena sudah memenuhi batas
kekayaan tertentu dan besar serta peruntukannya sudah ditentukan. Zakat dikeluarkan jika
kekayaan orang dalam satu tahun telah setara dengan 85 gram emas. Sedangkan peruntukan
zakat untuk delapan golongan antara lain orang fakir, miskin, amil zakat, muallaf, orang
berhutang dan musafir.
Jika dianalogikan dengan pajak, pajak dikeluarkan jika penghasilan Wajib Pajak dalam
satu tahun sudah memenuhi Penghasilan Tidak Kena Pajak. Sedangkan zakat dikeluarkan jika
dalam satu tahun kekayaan setara dengan 85 gram emas.
Analogi lain antara pajak dan zakat yaitu tujuan peruntukannya. Pajak diperuntukkan
untuk masyarakat umum, baik kaya atau miskin. Sedangakan zakat diperuntukkan hanya
kepada delapan golongan saja. Tetapi tujuan dari peruntukan pajak dan zakat adalah sama yaitu
untuk kesejahteraan.

Kebijakan Pajak
Menurut kamus bahasa Indonesia, kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yg
menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan
cara bertindak (tata pemerintahan, organisasi, dsb); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau
maksud sbg garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran; garis haluan.
Menurut pendapat Ray M. Sommerfeld yang dikutip R.Mansury bahwa pengertian
pajak adalah pengalihan sumber daya dari sektor swasta kepada sektor publik (Negara), karena
penduduk yang bersangkutan mempunyai kemampuan secara ekonomis yang didasarkan atas
peraturan perundang-undangan tanpa mendapat imbalan yang langsung ditunjuk dalam rangka
memenuhi tujuan ekonomi sosial negaranya. Jadi tujuan pemungutan pajak adalah merupakan
tujuan sosial dan ekonomi suatu bangsa yang ingin dicapai melalui pengeluaran publik, yang
tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Menurut R. Mansury, tujuan kebijakan perpajakan adalah sama dengan kebijakan
publik pada umumnya, yaitu mempunyai tujuan pokok:
1. Untuk peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran,
2. Distribusi penghasilan yang lebih adil, dan
3. Stabilitas.

Kebijakan Pajak di Arab Saudi


Pemerintah Arab Saudi untuk pertama kalinya akan menerapkan pajak untuk warganya.
Langkah ini diambil setelah sumber pemasukan utama Saudi, yaitu minyak, menurun drastis.
Kantor berita Arab Saudi, Saudi Press Agency, mengatakan dekrit kerajaan Saudi soal
penetapan pajak pertambahan nilai atau PPN untuk pertama kalinya di negara itu akan segera
dikeluarkan. Dalam pernyataan Senin lalu, pemerintah Saudi akan menerapkan PPN 5 persen
untuk beberapa jenis barang mulai tahun 2018. Sebenarnya PPN telah diterapkan di Saudi,
namun hanya untuk produk tembakau dan minuman ringan. Untuk produk lainnya, warga
Saudi dan para pendatang di negara itu bisa membelinya tanpa pajak tambahan.
Keputusan Saudi ini sesuai dengan rekomendasi IMF untuk menambah pemasukan di
sektor non-minyak. Menurut IMF, Saudi pada tahun 1950 sebenarnya telah menetapkan pajak
personal, pertambahan nilai dan perusahaan untuk warga negara dan non-warga negara. Tapi
pajak itu kemudian direvisi enam bulan kemudian dan diterapkan hanya untuk warga asing.
Pada tahun 1975, Saudi akhinya menghapuskan pajak pendapatan bagi warga asing di tengah
tingginya harga minyak demi memancing para ekspatriat untuk membantu membangun
infrastruktur dan perekonomian.
Ekonomi Saudi mulai merosok sejak harga minyak turun drastis pada tahun 2014,
mencapai di bawah 100 dolar AS per barel. Januari tahun lalu, harga minyak Saudi anjlok
hingga sekitar 29 dolar AS, dan belakangan mulai pulih di angka 55 dolar AS. Sektor minyak
menyumbang hingga 87 persen dari pemasukan negara, menjadikan Saudi eksportir minyak
terbesar dunia. Saudi menyadari ketergantungan mereka akan minyak akan berdampak buruk
di masa mendatang. Untuk itulah kerajaan Saudi menetapkan target tahun 2030 bebas dari
ketergantungan pada minyak.
Berdasarkan rencana yang diumumkan pada April tahun lalu, Saudi akan meningkatkan
pemasukan di sektor non-minyak hingga enam kali lipat menjadi US$266 miliar pada 2030,
menjual sebagian saham perusahaan minyak nasional Aramco, dan menciptakan dana publik
sebesar US$1,9 triliun untuk investasi di dalam dan luar negeri.
Arab Saudi adalah negara pengekspor minyak nomor satu di dunia. Perindustriannya
ditopang oleh sektor minyak bumi dan petrokimia. Namun harga minyak dunia yang terus
menurun dalam satu dekade terakhir mengakibatkan kondisi perekonomian di Arab Saudi
memburuk. Anjloknya harga minyak ini membuat Arab Saudi mengalami defisit anggaran
mencapai US$100 miliar pada 2015. International Monetary Fund (IMF) memprediksi
pertumbuhan ekonomi Arab Saudi melambat dan terpuruk di level 1,2% pada 2016 dari level
3,4% di 2015.
Arab Saudi sedang menghadapi "economic bomb", karena pemerintah mulai kehabisan
uang akibat anjloknya harga minyak dunia dan tingginya beban subsidi negara. Persediaan dana
tunai Saudi sangat menipis sehingga pemerintah menaikkan harga bensin 50% dan membuat
warga Saudi mengantri panjang di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) hari Senin
(4/1) lalu sebelum harga baru berlaku. Sebagai catatan, kenaikan harga yang drastis ini
sebetulnya tidak menciptakan harga yang luar biasa dalam standar dunia.
Harga bensin sebelumnya hanya 16 sen Amerika (Rp 2.224) per liter, salah satu yang
termurah di dunia. Sekarang harga naik menjadi maksimal 24 sen Amerika (Rp 3.336) per liter,
masih sangat murah. "Banyak warga Saudi mengendarai mobil-mobil SUV (sport utility
vehicle) yang besar dan tidak memiliki konsep menghemat bensin," kata Robert Jordan, mantan
duta besar Amerika Serikat di Arab Saudi, seperti dikutip CNN Money.
Kenaikan harga bensin ini hanya permulaan. Dalam waktu dekat pemerintah akan
menaikkan tarif air dan listrik, dan menunda belanja infrastruktur. Ini merupakan kebijakan
yang lazim dilakukan suatu pemerintahan ketika mulai kekurangan dana tunai. Namun khusus
bagi Saudi, situasinya sangat problematik karena sebagian besar warga Saudi bekerja di sektor
publik. Faktor lain, sekitar 75% anggaran pemerintah Saudi berasal dari minyak. Harga minyak
telah terjun bebas dari di atas US$ 100 per barel menjadi sekitar US$ 36 sekarang ini.

Beban Berat Subsidi


Pemerintah Saudi menggunakan kekayaan minyaknya untuk memberikan tunjangan
yang sangat murah hati kepada warga negara. Ketika gerakan revolusi Arab Spring
mengguncang Timur Tengah pada 2011 dan mengancam pemerintahan monarki seperti Saudi,
maka Raja Saudi menggelontorkan dana subsidi lebih banyak lagi untuk meredam situasi.
Berikut ini subsidi dan tunjangan-tunjangan yang diterima warga Saudi:
- Subsidi harga bensin besar besaran (semula 16 sen per liter, sekarang 24 sen).
- Layanan kesehatan gratis.
- Sekolah gratis.
- Subsidi air dan listrik.
- Tak ada pajak pendapatan.
- Dana pensiun masyarakat.
- Sekitar 90% tenaga kerja Saudi dipekerjakan oleh pemerintah.
- Seringkali pegawai negeri bergaji lebih tinggi dari pegawai swasta.
- Tunjangan pengangguran (berlaku sejak 2011 sebagai reaksi atas Arab Spring).
- Dana pembangunan, yaitu pinjaman bebas bunga untuk membantu pemilikan rumah dan
membuka usaha.

Defisit Besar
Tampaknya Saudi harus mulai memajaki rakyatnya, karena mulai kesulitan membiayai
semua tunjangan itu. Saudi mengalami defisit hampir US$ 100 miliar (Rp 1.386 triliun) tahun
lalu, dan kondisi yang sama atau malah lebih buruk diperkirakan akan terjadi tahun ini. Dana
Moneter Internasional (IMF) belum lama ini memprediksi bahwa Saudi bisa kehabisan dana
tunai dalam lima tahun ke depan atau kurang, jika harga minyak dunia tetap di bawah US$ 50
per barel. Tingkat pengangguran juga cukup tinggi, yaitu 12% menurut data resmi pemerintah.
Beban lain yang mengancam anggaran adalah belanja pertahanan yang besar. Pengeluaran
Saudi di bidang pertahanan mencakup 11% dari produk domestik bruto, prosentase tertinggi di
dunia. Dan Saudi berniat meningkatkan angka itu tahun ini.

Tidak Mengenakan PPH Orang Pribadi


Negara yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas gurun pasir ini tidak
memberlakukan pajak penghasilan (PPh) orang pribadi (OP) dan pajak penjualan (PPN).
Namun, karena krisis keuangan yang melanda negara ini, pemerintah Arab Saudi berencana
akan menerapkan PPN dan pajak atas produk-produk merugikan kesehatan, seperti tembakau
dan minuman ringan pada 2018. Meskipun tidak mengenakan PPh OP, otoritas pajak Arab
Saudi yang bernama General Authority of Zakat and Tax (GAZT) menetapkan zakat yang
harus dibayar oleh pemegang saham individu atau badan dengan tarif sebesar 2,5%.
Adapun, baru-baru ini, negara yang menggantungkan 60% penerimaannya dari sektor
minyak, pemerintah Arab Saudi memutuskan untuk melakukan pemangkasan tarif pajak
perusahaan minyak dan hidrokarbon dari 85% menjadi 50% dengan syarat tertentu. Ini sebagai
upaya untuk mereformasi pajak agar sejalan dengan praktik internasional dan membuat negara
ini menjadi lebih kompetitif dimata internasional. Tarif PPh Badan yang berlaku umum di Arab
Saudi adalah sebesar 20%, termasuk juga subjek pajak luar negeri yang melakukan bisnis dan
memperoleh penghasilan di Arab Saudi melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT). Bagi perusahaan
minyak dan hidrokarbon dikenakan tarif tertinggi yaitu sebesar 85%, sedangkan untuk
perusahaan yang bergerak di gas alam dikenakan tarif sebesar 30%.
Sampai saat ini Arab Saudi tidak memiliki aturan controlled foreign corporation (CFC)
dan juga tidak memiliki aturan khusus yang mengatur mengenai transfer pricing. Hingga saat
ini, sudah 32 negara yang melakukan perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B) atau tax
treaty dengan Arab Saudi dan 22 negara yang masih melakukan negosiasi tax treaty.

Uraian Keterangan
Sistem Pemerintahan Politik Monarki
PDB Nominal US$ 646 miliar (2015)
Pertumbuhan ekonomi 3,49% (2015)
Populasi 31,54 juta jiwa (2015)
Tax Ratio 5,3% (2015)
Otoritas Pajak Department of Zakat and Income Tax(DZIT)
Sistem Perpajakan Self-Assessment System
Umum 20%
Tarif PPh Badan Perusahaan Minyak dan Hidrokarbon 85%
Perusahaan Gas Alam 30%
Tarif PPh Orang Pribadi -
Tarif PPN -
Tarif pajak dividen 5%
Tarif pajak royalty 15%
Tarif bunga 5%
Tax Treaty 32 negara

Menteri Keuangan Arab Saudi Muhammad al-Jadaan sekali lagi menegaskan


pemerintah tidak akan mengenakan pajak penghasilan terhadap warga negaranya, seperti
dilansir Saudi Press Agency.
Dia menekankan pula Arab Saudi tidak bakal menerapkan pajak atas laba perusahaan
milik warga negara Kabah itu. Dia menambahkan warga negara dan perusahaan Arab Saudi
tidak akan dikenai pajak sebagai bagian dari Visi Arab Saudi 2030, untuk memberagamkan
sumber pendapatan negara dan tidak lagi mengandalkan dari minyak.
April tahun lalu, Wakil Putera Mahkota Arab Saudi Pangeran Muhammad bin Salman
bilang negaranya tidak berencana memungut pajak pendapatan, properti, atau komoditas
terhadap warga Arab Saudi.
Jadaan membenarkan VAT (pajak pertambahan nilai) diterapkan mulai tahun depan
dengan lima negara anggota GCC (Dewan Kerja Sama Teluk) lainnya, yaitu Qatar, Uni Emirat
Arab, Kuwait, Bahrain, dan Oman. "Tapi besarnya tidak akan lebih dari lima persen sebelum
2020," ujarnya.
Dalam laporan Program Keseimbangan Fiskal 2020 dirilis Desember tahun lalu,
pemerintah Arab Saudi mengatakan akan menerapkan pajak 50 persen atas minuman ringan
dan seratus persen buat produk tembakau dan minuman berenergi, mulai kuartal kedua tahun
ini.
Arab Saudi juga akan menaikkan pajak ekspatriat mesti dibayar pihak sponsor mulai
kuartal ketiga 2017. Tarifnya naik saban tahun hingga US$ 213,30 per pekerja asing pada
2020.
Arab Saudi bulan lalu memperkenalkan tarif pajak baru bagi investasi di bidang minyak
dan gas. Nilai investasi di atas US$ 100 miliar (375 miliar riyal) bakal dikenai pajak 50 persen.
Menurut Menteri Energi, Industri, dan Sumber Daya Mineral Arab Saudi Khalid al-Falih, tarif
itu sesuai standar internasional.

Perbedaan Penerapan Zakat di Indonesia dan Arab Saudi


Jika di Indonesia, zakat dan pajak belum berkolaborasi menjadi satu. Pengelola zakat
dan pajak masih berdiri sendiri-sendiri. Zakat dipegang oleh amil zakat sedangkan pajak
dikelola oleh pemerintah. Hanya saja, perhitungan zakat sudah dimasukkan untuk menjadi
kredit pajak dalam Surat Pemberitahuan Tahunan.
Indonesia perlu berbenah. Sistem perlu diperbaiki. Seandainya sistem dari kedua
Negara yaitu Amerika dan Arab Saudi diadopsi, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi
lebih maju daripada kedua negara tersebut.
Kolaborasi antara pajak dan zakat yang dinaungi dalam satu departemen dan sistem
penagihan yang mengadopsi dari Amerika. Serta partisipasi masyarakat yang aktif dalam
mengawasi pengelolaannya. Baik pajak yang didistribusikan ke seluruh departemen untuk
pembiayaan negara maupun penyaluran zakat yang langsung kepada penerima zakat sesuai
peruntukannya. Maka akan tercipta kesejahteraan masyarakat yang merata.
Selama ini, anggapan masyarakat Indonesia tentang pajak dan zakat berbeda-beda. Ada
yang beranggapan bahwa membayar zakat itu wajib tetapi membayar pajak tidak. Ada juga
yang sebaliknya. Dan pendapat yang paling mulia adalah membayar zakat dan pajak sama
wajibnya.
Sebetulnya, zakat dan pajak di Indonesia merupakan dua hal yang bertujuan mulia.
Pajak diperuntukkan untuk kelangsungan Negara seperti pembangun, pembayaran gaji
Pegawai Negeri Sipil (PNS), subsidi dan lainnya. Sedangkan zakat digunakan untuk
mengentaskan kemiskinan atau membantu yang membutuhkan.
Dan pada intinya, tujuan keduanya sama yaitu untuk kemakmuran masyarakat. Karena
tujuan yang mulia tersebut, maka akan sangat bagus jika pajak dan zakat bisa berkolaborasi
mensejahterakan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai