Anda di halaman 1dari 11

REFERAT

SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

DIAGNOSIS DAN TREATMENT CALLUS

DAFTAR ISI
BAB 1 ............................................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................................... 1

1.2 Pembatasan Masalah .......................................................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................................. 2

1.4 Metode Penulisan ............................................................................................................................... 2

BAB II ............................................................................................................................................................. 3

TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................................................... 3

2.1 Definisi ................................................................................................................................................ 3

2.2 Epidemiologi ....................................................................................................................................... 3

2.3 Etiologi dan Faktor Predisposisi .......................................................................................................... 4

2.4 Patofisiologi......................................................................................................................................... 5

2.5 Gambaran Klinis, Diagnosis dan Diagnosis banding............................................................................ 5

2.6 Penatalaksaan ..................................................................................................................................... 6

BAB III ............................................................................................................................................................ 9

KESIMPULAN ................................................................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 10

i
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mekanisme-mekanisme dari keratinasi telah diperjelasan beberapa tahun ini.
Genetik bertanggung jawab atas kelainan herediter dari keratinasi abnormal yang telah
diidentifikasi, tetapi patogenesis dari beberapa kelainan tetap tidak diketahui. 1

Kelainan keratinasi abnormal di klasifikasikan sebagai keratoses herediter


(icthyosis, Darier’s disease) dan penyakit yang di dapat. Penyakit yang di dapat di
subklasifikasikan menjadi inflamatory diseases, yang gejala utamanya disertai rasa gatal
(psoriasis, lichen planus), dan non-inflamatory keratoses (clavus, callus).1
Callus atau tylosis adalah lapisan-lapisan epitel tanduk yang bersifat proliferatif
dan terlokalisir.1 Callus ini pada umumnya merupakan hasil dari deformitas, dan
terkadang berhubungan dengan perubahan dinamik dari fungsi kaki yang umum terjadi
pada orang tua, terutama pada daerah yang terdesak oleh tekanan pada kulit plantar dan
sering memburuk karena alas kaki yang tidak sesuai.2

1.2 Pembatasan Masalah


Referat ini membahas Memahami definisi, epidemiologi, etiologi dan faktor
predisposisi, gejala klinis, patogenesis, diagnosis dan diagnosis banding,
penatalaksanaan dari Callus.

1
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan referat ini bertujuan untuk:

1. Memahami definisi, epidemiologi, etiologi dan faktor predisposisi, gejala klinis,


patogenesis, diagnosis dan diagnosis banding, penatalaksanaan dari Callus.
2. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran
3. Memenuhi salah satu persyaratan kelulusan Kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin RSU Haji Fakultas Kedokteran Universitas Hang
Tuah Surabaya.

1.4 Metode Penulisan


Referat ini menggunakan metode tinjauan kepustakaan dengan mengacu kepada
beberapa literatur.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Terdapat beberapa definsi callus, yaitu :
1. Callus adalah lapisan-lapisan epitel tanduk yang bersifat proliferatif dan
terlokalisir1
2. Callus atau tylosis adalah sebagai pelebaran difus area hiperkeratosis yang
relatif tebal, dan biasanya terletak dibawah metatarsal head.2
3. Callus adalah hiperkeratosis yang dibatasi dan nonpenetrating yang dihasilkan
oleh tekanan3

Gambar 2.1 Diagram clavus dan callus

Shimizu, Hiroshi. (2007). Shimizu’s Textbook of Dermatology. Japan: Hokkaido


University Press. P.

2.2 Epidemiologi
Callus dapat terbentuk pada semua usia, terutama pada pasien yang lebih tua dan
tergantung dari faktor predisposisi setiap pasien. Baik laki-laki ataupun perempuan rentan
terhadap pembentukan callus, meskipun distribusi dan presentasi dapat bervariasi
karena faktor sosial seperti pekerjaan dan hobi. 2

3
Callus terjadi pada bagian yang terpapar tekanan, khususnya telapak tangan dan
kaki dan khususnya pada penonjolan tulang dari sendi.3 Tersering timbul diantara distal
phalanx ke-2 dan ke-3 juga pada regio dorsal dari pergelangan kaki (berasal dari duduk
dilantai) pada orang Jepang. 1

2.3 Etiologi dan Faktor Predisposisi


Faktor mekanik dapat memicu perubahan pada kulit seperti tekanan, gesekan,
dan benda asing (sebagai injeksi) dan beberapa hal yang dapat menyebabkan luka pada
kulit. Seseorang yang melakukan berbagai olahraga, pekerjaan terntentu dan aktivitas
berulang lainya dapat menyebabkan pembentukan callus. Sebagai contoh surfer’s
nodules, boxer’s knuckle pads, jogger’s toe, tennis toe, prayer callus, yoga sign 3

Gambar 2.2 A and B, Calluses from sitting in yoga position

James, W. D., Berger, T. G., & Elston, D. M. (2011). Dermatoses resulting from
physical factors. In Andrew’s Diseases of the Skin: Clinical Dermatology (11st ed.).
USA: Elsevier. P. 37-38

Pada pasien dengan penyakit reumatic akan ada pembentukan pola khusus dari
callus yang dapat diprediksi dari sendi yang berkaitan. Pasien dengan diabetes, terutama
pada pasien yang mengalami neuropathy, lebih rentan terhadap pembentukan callus.
Callus pada tepi area tumpuan berat telapak kaki sering disebabkan sepatu yang longgar.
Pada daerah tangan dan sisi sebaliknya, callus menunjukan luka gesekan yang berulang

4
yang tampak dari sejarahnya. Secara genetik, callus berhubungan dengan autosomal
dominan. 2

2.4 Patofisiologi
Pada callus, terdapat hiperplasi epidermal. Stratum korneum menebal dan
memadat, terkadang disertai parakeratosis dari demal papil, dan dapat meluas ke lapisan
granular. Lapisan dermis dibawahnya akan tampak peningkatan dermal kolagen dan
fibrosis disekitar neurovacular bundles. Peningkatan ekspresi dari adeshi molekul seperti
corneodesmosin, desmoglein 1, dan desmoglein 3, dan peningkatan dalam jumlah
proliferasi sel stratum basal, diperkirakan sebagai mekanisme pembentukan callus .2

2.5 Gambaran Klinis, Diagnosis dan Diagnosis banding


Callus ditentukan dari anamnesa riwayat penyakit, pasien mengeluhakan adanya
area penebalan pada kulit, pada umumnya terlokalisir sangat baik atau pada satu daerah
yang terpengaruhi, dalam beberapa kasus dapat terasa nyeri saat diberikan tekanan
langsung.2

Callus tampak area seperti lilin yang tidak jelas, berwarna kekuningan, dan
penebalan dari dematoglyphic marking yang menyebabkan susah dibedakan. Pada
Callus dapat dirasakan nyeri, mengahalangi pergerakan, dan merusak jaringan yang
lebih dalam bahkan menimbulkan ulcerasi. Pemeriksaan penunjang seperti biopsy kulit
jarang diindikasikan.2

Diagnosis banding dari callus termasuk viral warts, keratoderma, granuloma


annulare dan knuckle pads.2

5
Gambar 2.3 Callus pada telapak kaki

Madan, V., & Lear, T. J. (2016). External agent. In Rook’s Textbook of Dermatology
(9th ed., p. 123.6-123.8). Blackwell Publishing

2.6 Penatalaksaan
Prinsip terapi dari callus, yaitu :

1. meringankan gejala symptomatis

2. menetukan etiologi mekanis

3. menentukan rencana terapi termasuk padding dan modifikasi alas kaki

4. mempertimbangkan pembedahan ketika tindakan konservatif gagal

6
Pada terapi simptomatis dapat dilakukan debridement untuk mengurangi jumlah
jaringan hiperkeratosis. Pisau nomer 15 dapat digunakan untuk memotong lesi dan
memnyingkirkan keratin plug. Dapat memberi perbaikan penuh pada area. Pad dapat
digunakan untuk memperpanjang perbaikan dari debridement. Pasien dengan
hiperkeratotik difus yang tidak nyeri dapat dianjurkan untuk menggunakan pumice stone
untuk mengurangi lesi yang sebelumnya kai sudah dibilas dengan air hangat. 4
Bilas callus dengan air hangat sekitar 5-10 menit hingga kulit melunak. Lalu
singkirkan callus dengan pumice stone yang sebelumnya batu telah dicelupkan ke air
hangat lalu di gosokan perlahan pada callus secara srikular atau menyamping.
Penggosokan dilakukan perlahan agar tidak terjadi perdarahan atau infeksi. Dilanjutkan
dengan pemberian cream dan lotion 5

Penggunaan keratolitik seperti asam salisilat plester 40% efektif dalam perbaikan
callus yang nyeri. Serta pemberian ammonium lactate lotion 12% atau cream yang
mengandung urea sering membantu.3 Tetapi produk asam salisilat dapat merusak
jaringan normal sekitarnya, terutama pada pasien neuropathic dan immunocompromised.
4

Padding dapat meringankan gejala yang dirasakan pasien dengan mengurangi


irtasi mekanis pada baigan yang terdapat callus. Silicones sleeve dapat berguna karena
bekerja sebagai bantalan dan dengan lambat melepas mineral oil yang melunakan
keratotic lesion.4
Plantar callus yang disebabkan tumpuan berat badan dapat diringankan atau di
hilangkan dengan metatarsal pads. Adhesive felt dapat memindahkan berat dari area
yang nyeri ke area yang tidak terlibat pada kaki. Ukuran dan bentuk dari metatarsal heads
harus dipertimbangkan untuk fashion. Bagian tepi anterior pad harus penuh dengan lebar
metatarsal heads dan menyempit di proksimal bersamaan dengan tepi medial dan lateral.
Pad akan semakin menyempit saat mendekati tumit. Potongan semisirkular cukup besar
untuk metatarsal heads dibagian distal pad. Padding dapat dipasang langsung pada kaki
atau dengan sepatu.4
Sebagian besar lesi mekanis dapat ditangani secara sederhana dengan sepatu
yang adekuat. Pasien disarankan untuk menggunakan sepatu dengan heel yang rendah
dengan bagian atas yang empuk dan ruangan untuk jari kaki. Iregularitas dari sepatu

7
seharusnya tidak dapat di tolerir, karena posisi yang buruk dapat menyebabkan iritasi
mekanik yang menyebabkan lesi.4
Pembedahan dikonsentrasikan untuk membenahi stres mekanis yang abnormal
dan hanya dilakukan ketika tindakan sederhana sudah gagal. Callus dibawah metatarsal
heads terbaik bila di tangani dengan teknik sederhana karena metatarsal osteomies
memiliki hasil yang tidak dapat diprediksi, dan kalus dapat berpindah ke metatarsal head
yang berdekatan.4

8
BAB III

KESIMPULAN

Callus atau tylosis merupakan lapisan-lapisan epitel tanduk yang bersifat


proliferatif dan terlokalisir1 yang dihasilkan oleh tekanan3 dan biasanya terletak
dibawah metatarsal head.2 Callus dapat terbentuk pada semua usia, terutama
pada pasien yang lebih tua dan tergantung dari faktor predisposisi setiap pasien.
distribusi dan presentasi dapat bervariasi karena faktor sosial seperti pekerjaan
dan hobi. 2
Faktor mekanik dapat memicu perubahan pada kulit seperti tekanan,
gesekan, dan benda asing (sebagai injeksi) dan beberapa hal yang dapat
menyebabkan luka pada kulit3. Pada callus, terdapat hiperplasi epidermal dan
Peningkatan ekspresi dari adeshi molekul seperti corneodesmosin, desmoglein
1, dan desmoglein 3, dan peningkatan dalam jumlah proliferasi sel stratum basal,
diperkirakan sebagai mekanisme pembentukan callus .2
Callus tampak area seperti lilin yang tidak jelas, berwarna kekuningan,
dan penebalan dari dematoglyphic marking yang menyebabkan susah
dibedakan. Diagnosis banding dari callus termasuk viral warts, keratoderma,
granuloma annulare dan knuckle pads.2

Prinsip terapi dari callus, yaitu meringankan gejala symptomatis,


menetukan etiologi mekanis, menentukan rencana terapi termasuk padding dan
modifikasi alas kaki, mempertimbangkan pembedahan ketika tindakan
konservatif gagal4

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Shimizu, Hiroshi. (2007). Shimizu’s Textbook of Dermatology. Japan: Hokkaido

University Press. P. 229, 255-256

2. Madan, V., & Lear, T. J. (2016). External agent. In Rook’s Textbook of Dermatology

(9th ed., p. 123.6-123.8). Blackwell Publishing

3. James, W. D., Berger, T. G., & Elston, D. M. (2011). Dermatoses resulting from

physical factors. In Andrew’s Diseases of the Skin: Clinical Dermatology (11st ed.).

USA: Elsevier. P. 37-38

4. American Academy of Family Physicians. Corns and Calluses Resulting from

Mechanical Hyperkeratosis .2002. Jun 1;65(11):2277-2280;

URL: https://www.aafp.org/afp/2002/0601/p2277.html

5. American Academy of Dermatology. How to Treat Corn and Calluses. 2018; URL:

https://www.aad.org/public/skin-hair-nails/skin-care/corns-and-calluses

10

Anda mungkin juga menyukai