Diagnosis Dan Tatalaksana Callus
Diagnosis Dan Tatalaksana Callus
DAFTAR ISI
BAB 1 ............................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 1
BAB II ............................................................................................................................................................. 3
2.4 Patofisiologi......................................................................................................................................... 5
KESIMPULAN ................................................................................................................................................. 9
i
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan referat ini bertujuan untuk:
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Terdapat beberapa definsi callus, yaitu :
1. Callus adalah lapisan-lapisan epitel tanduk yang bersifat proliferatif dan
terlokalisir1
2. Callus atau tylosis adalah sebagai pelebaran difus area hiperkeratosis yang
relatif tebal, dan biasanya terletak dibawah metatarsal head.2
3. Callus adalah hiperkeratosis yang dibatasi dan nonpenetrating yang dihasilkan
oleh tekanan3
2.2 Epidemiologi
Callus dapat terbentuk pada semua usia, terutama pada pasien yang lebih tua dan
tergantung dari faktor predisposisi setiap pasien. Baik laki-laki ataupun perempuan rentan
terhadap pembentukan callus, meskipun distribusi dan presentasi dapat bervariasi
karena faktor sosial seperti pekerjaan dan hobi. 2
3
Callus terjadi pada bagian yang terpapar tekanan, khususnya telapak tangan dan
kaki dan khususnya pada penonjolan tulang dari sendi.3 Tersering timbul diantara distal
phalanx ke-2 dan ke-3 juga pada regio dorsal dari pergelangan kaki (berasal dari duduk
dilantai) pada orang Jepang. 1
James, W. D., Berger, T. G., & Elston, D. M. (2011). Dermatoses resulting from
physical factors. In Andrew’s Diseases of the Skin: Clinical Dermatology (11st ed.).
USA: Elsevier. P. 37-38
Pada pasien dengan penyakit reumatic akan ada pembentukan pola khusus dari
callus yang dapat diprediksi dari sendi yang berkaitan. Pasien dengan diabetes, terutama
pada pasien yang mengalami neuropathy, lebih rentan terhadap pembentukan callus.
Callus pada tepi area tumpuan berat telapak kaki sering disebabkan sepatu yang longgar.
Pada daerah tangan dan sisi sebaliknya, callus menunjukan luka gesekan yang berulang
4
yang tampak dari sejarahnya. Secara genetik, callus berhubungan dengan autosomal
dominan. 2
2.4 Patofisiologi
Pada callus, terdapat hiperplasi epidermal. Stratum korneum menebal dan
memadat, terkadang disertai parakeratosis dari demal papil, dan dapat meluas ke lapisan
granular. Lapisan dermis dibawahnya akan tampak peningkatan dermal kolagen dan
fibrosis disekitar neurovacular bundles. Peningkatan ekspresi dari adeshi molekul seperti
corneodesmosin, desmoglein 1, dan desmoglein 3, dan peningkatan dalam jumlah
proliferasi sel stratum basal, diperkirakan sebagai mekanisme pembentukan callus .2
Callus tampak area seperti lilin yang tidak jelas, berwarna kekuningan, dan
penebalan dari dematoglyphic marking yang menyebabkan susah dibedakan. Pada
Callus dapat dirasakan nyeri, mengahalangi pergerakan, dan merusak jaringan yang
lebih dalam bahkan menimbulkan ulcerasi. Pemeriksaan penunjang seperti biopsy kulit
jarang diindikasikan.2
5
Gambar 2.3 Callus pada telapak kaki
Madan, V., & Lear, T. J. (2016). External agent. In Rook’s Textbook of Dermatology
(9th ed., p. 123.6-123.8). Blackwell Publishing
2.6 Penatalaksaan
Prinsip terapi dari callus, yaitu :
6
Pada terapi simptomatis dapat dilakukan debridement untuk mengurangi jumlah
jaringan hiperkeratosis. Pisau nomer 15 dapat digunakan untuk memotong lesi dan
memnyingkirkan keratin plug. Dapat memberi perbaikan penuh pada area. Pad dapat
digunakan untuk memperpanjang perbaikan dari debridement. Pasien dengan
hiperkeratotik difus yang tidak nyeri dapat dianjurkan untuk menggunakan pumice stone
untuk mengurangi lesi yang sebelumnya kai sudah dibilas dengan air hangat. 4
Bilas callus dengan air hangat sekitar 5-10 menit hingga kulit melunak. Lalu
singkirkan callus dengan pumice stone yang sebelumnya batu telah dicelupkan ke air
hangat lalu di gosokan perlahan pada callus secara srikular atau menyamping.
Penggosokan dilakukan perlahan agar tidak terjadi perdarahan atau infeksi. Dilanjutkan
dengan pemberian cream dan lotion 5
Penggunaan keratolitik seperti asam salisilat plester 40% efektif dalam perbaikan
callus yang nyeri. Serta pemberian ammonium lactate lotion 12% atau cream yang
mengandung urea sering membantu.3 Tetapi produk asam salisilat dapat merusak
jaringan normal sekitarnya, terutama pada pasien neuropathic dan immunocompromised.
4
7
seharusnya tidak dapat di tolerir, karena posisi yang buruk dapat menyebabkan iritasi
mekanik yang menyebabkan lesi.4
Pembedahan dikonsentrasikan untuk membenahi stres mekanis yang abnormal
dan hanya dilakukan ketika tindakan sederhana sudah gagal. Callus dibawah metatarsal
heads terbaik bila di tangani dengan teknik sederhana karena metatarsal osteomies
memiliki hasil yang tidak dapat diprediksi, dan kalus dapat berpindah ke metatarsal head
yang berdekatan.4
8
BAB III
KESIMPULAN
9
DAFTAR PUSTAKA
2. Madan, V., & Lear, T. J. (2016). External agent. In Rook’s Textbook of Dermatology
3. James, W. D., Berger, T. G., & Elston, D. M. (2011). Dermatoses resulting from
physical factors. In Andrew’s Diseases of the Skin: Clinical Dermatology (11st ed.).
URL: https://www.aafp.org/afp/2002/0601/p2277.html
5. American Academy of Dermatology. How to Treat Corn and Calluses. 2018; URL:
https://www.aad.org/public/skin-hair-nails/skin-care/corns-and-calluses
10