Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Pembelajaran di SMK dirancang dengan pendekatan berbasis kompetensi, pendekatan berbasis pada

produksi dan pendekatan berbasis dunia kerja.Pembelajaran berbasis pada kompetensi adalah pembelajaran

yang ditekankan untuk membekali kompetensi secara tuntas kepada peserta didik yang mencakup aspek sikap

(attitude), pengetahuan (knowledge) dan ketrampilan (skill). Pembelajaran berbasis produksi adalah

pembelajaran yang ditekankan pada pemerolehan hasil belajar berupa barang jadi atau jasa sesuai dengan

standar dunia industri atau dunia usaha. Sedangkan pembelajaran berbasis dunia kerja mengarahkan peserta

didik dapat meningkatkan kompetensinya melalui dunia kerja. Pembelajaran di dunia kerja ini, peserta didik

harus melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan persyaratan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia

kerja.

Pada dasarnya Praktik Kerja Industri (Prakerin) adalah suatu model penyelenggaraan pendidikan yang

memadukan secara utuh dan terintegrasi kegiatan belajar siswa di sekolah dengan proses penguasaan keahlian

kejuruan melalui bekerja langsung di lapangan kerja. Metode tersebut dilaksanakan dalam rangka peningkatan

mutu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk mencapai relevansi antara pendidikan dengan kebutuhan

tenaga kerja.

Harapan utama dalam kegiatan prakerin ini di samping meningkatkan keahlian profesional siswa agar

sesuai dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja,agar siswa memiliki etos kerja yang meliputi: kemampuan

bekerja, motivasi kerja, inisiatif, kreatif, disiplin dan tanggung jawab sehingga menghasilkan hasil pekerjaan

yang berkualitas.

2. LANDASAN HUKUM

Adapun landasan hukum pelaksanaan Prakerin adalah:

1. UU No. 20 / 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

2. PP. Nomor: 29 / 1990 tentang Pendidikan Menengah

3. Kep. Menaker No: 285 / MEN / 1991 tentang Pelaksanaan Permagangan Nasional

4. PP No: 39 / 1992 tentang peranan Masyarakat dalam Pendidikan Nasional

5. Surat Keputusan Mendikbud Nomor : 0490 / U / 1992 tentang Sekolah Menengah Kejuruan
6. Surat Keputusan Mendikbud No: 323 / U / 1997 tentang Penyelenggaraan kebijakan Prakerin

atau Pendidikan Sistem Ganda Pada Sekolah Menengah Kejuruan. .

3. TUJUAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN)

Penyelenggaraan Prakerin bertujuan untuk:

1. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional, yaitu tenaga kerja yang memiliki

tingkat pengetahuan, keterampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja;

2. Memperkokoh hubungan keterkaitan dan kesepadanan (Link and Match) antara SMK dan dunia

kerja;

3. Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas

profesional;

4. Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses

pendidikan.

4. MANFAAT PRAKTEK KERJA INDUSTRI

Kerjasama antara SMK dengan instansi pasangan dilaksanakan dalam prinsip saling membantu, saling

mengisi, dan saling melengkapi untuk keuntungan bersama.

Berdasarkan prinsip ini, pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin) akan memberi nilai tambah atau

manfaat bagi pihak-pihak yang bekerjasama, sebagai berikut:

A. Manfaat Bagi Institusi Pasangan

Penyelenggaraan Prakerin memberi keuntungan nyata bagi Institusi Pasangan antara lain:

1. Institusi Pasangan dapat mengenal kualitas peserta Prakerin yang belajar dan bekerja di tempat

Prakerin;

2. Umumnya peserta Prakerin telah ikut dalam proses pelayanan secara aktif sehingga pada

pengertian tertentu peserta Prakerin adalah tenaga kerja yang memberi keuntungan;

3. Institusi Pasangan dapat memberi tugas kepada peserta Prakerin untuk kepentingan pelayanan

sesuai kompetensi dan kemampuan yang dimiliki.

2
4. Selama proses pendidikan melalui kerja lapangan, peserta Prakerin lebih mudah diatur dalam hal

disiplin berupa kepatuhan terhadap peraturan Institusi Pasangan. Karena itu, sikap peserta Prakerin

dapat dibentuk sesuai dengan ciri khas kerja di Institusi Pasangan.

5. Memberi kepuasan bagi Institusi Pasangan karena diakui ikut serta menentukan masa depan

bangsa melalui Praktik Kerja Industri (Prakerin).

B. Manfaat Bagi Sekolah

Tujuan pendidikan untuk memberi keahlian professional bagi peserta didik lebih terjamin

pencapaiannya. Terdapat kesesuaian yang lebih pas antara program pendiddikan dengan kebutuhan

lapangan kerja (sesuai dengan prinsip Link and Match). Memberi kepuasan bagi penyelenggaraan

pendidikan sekolah karena tamatannya lebih terjamin memperoleh bekal yang bermanfaat, baik untuk

kepentingan tamatan, kepentingan dunia kerja, dan kepentingan bangsa.

C. Manfaat Bagi Praktikan / Peserta didik

Hasil belajar peserta Prakerin akan lebih bermakna, karena setelah tamat akan betul-betul

memiliki keahlian profesional sebagai bekal untuk meningkatkan taraf hidupnya dan sebagai bekal

untuk pengembangan dirinya secara berkelanjutan.

Keahlian profesional yang diperoleh dapat mengangkat harga diri dan rasa percaya diri tamatan,

yang selanjutnya akan mendorong mereka untuk meningkatkan keahlian profesionalnya pada tingkat

yang lebih tinggi.

3
BAB II

PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

1. PETUNJUK UMUM PRAKTIK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN)

A. Prakerin dilaksanakan siswa kelas XI pada akhir semester 3 (Ganjil);

B. Lama Prakerin 2 bulan, waktu dan tempat ditentukan oleh POKJA Prakerin;

C. Prakerin dilaksanakan selama 2 bulan penuh tanpa ada beban PBM di sekolah.

2. Syarat peserta Prakerin:

A. Kompetensi dasar sudah tuntas

B. Sudah menyelesaikan administrasi sekolah sebelum melaksanakan Prakerin;

C. Biaya Prakerin sepenuhnya dibebankan pada orang tua/wali peserta Prakerin;

D. Memenuhi pemberkasan Prakerin antara lain :

1. Surat pernyataan orang tua;

2. Mengisi biodata/curriculum vitae siswa dilengkapi foto berwarna ukuran 3 x 4 sebanyak 4

lembar;

3. Surat perjanjian mematuhi tata tertib sekolah dan Institusi Pasangan.

E. Siswa menerima panduan Prakerin;

F. Siswa menerima buku jurnal kegiatan Prakerin;

G. Institusi Pasangan menerima buku panduan penilaian Prakerin;

H. Siswa mendapat pembelajaran yang sesuai dengan program keahliannya;

I. Siswa mendapatkan sertifikat Prakerin dari Institusi Pasangan.

3. PROSEDUR KEGIATAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN)

A. Penentuan Jadwal Prakerin;

B. Pertemuan dengan orang tua/Wali Peserta Prakerin;

C. Pencarian Partner Institusi Pasangan;

D. Siswa diberi pilihan untuk menentukan tempat Prakerin sendiri dengan persetujuan sekolah;

E. Penanda tanganan MOU antara sekolah dan Institusi Pasangan;

F. Ploting / Penempatan Siswa ke Institusi Pasangandan Pembimbingan;

4
G. Penjemputan Siswa Prakerin;

H. Pembuatan laporan Prakerin oleh peserta Prakerin;

I. Seminar Prakerin.

4. TATA TERTIB PRAKTIK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN)

A. Hak Peserta;

B. Mengikuti program Prakerin;

C. Mendapat perlakuan yang sesuai dengan bidang / program keahlian;

D. Memperoleh kesempatan melaksanakan ibadah sesuai dengan agamanya;

E. Memperoleh penilaian penghargaan atas hasil praktiknya.

5. KEWAJIBAN PESERTA

1. Mematuhi peraturan yang berlaku atau ditetapkan oleh instansi pasangan (tempat pelatihan);

2. Memperhatikan dan melaksanakan aturan keselamatan kerja yang diperlukan dalam

melaksanakan suatu pekerjaan;

3. Menghormati instruktur;

4. Kehadiran prakerin 100% berada di tempat kerja;

5. Berlaku sopan dan santun serta bekerja jujur, bertanggung jawab berinisiatif dan kreatif terhadap

tugas-tugas yang diberikan dalam pelatihan kerja;

6. Berpakaian rapi dan sopan (tidak memakai sandal, kaos oblong, baju ketat, anting-anting dan

rambut gondrong;

7. Mengenakan jas laboratorium;

8. Mengenakan pakaian sesuai dengan ketentuan ( memakai seragam sekolah );

9. Siswa WAJIB menggunakan Nametag;

10.Siswa WAJIB membawa handscone dan masker;

11.Siswa DILARANG menggunakan :

a. Perhiasan (Cincin,gelang,kalung dan accesoris lainnya yang mencolok);

b. Pakaian press body;

c. Cat kuku;

5
d. Softlens ;

e. Make up yang berlebihan;

f. HP saat praktek (Menonaktifkan HP);

g. Melakukan transaksi dalam bentuk apapun.

12.Memberitahu pimpinan unit / pembimbing apabila berhalangan hadir;

13.Membicarakan dengan segera kepada guru pembimbing, ketua kelompok instruktur apabila

menemui kesulitan dalam melaksanakan pelatihan;

14.Melaporkan dengan segera kepada petugas yang berwenang apabila terjadi kerusakan atau salah

mengambil bahan / alat;

15.Ikut memelihara sarana, prasarana pelatihan, kebersihan, ketertiban dan keamanan di tempat

pelatihan.

6. SANKSI PESERTA

Peserta yang tidak mengikuti atau meninggalkan kegiatan Prakerin tanpa ada surat keterangan akan

dikenakan sanksi sebagai berikut:

a. Surat teguran;

b. Surat peringatan keras;

c. Dinyatakan tidak lulus Prakerin dan mengulang.

7. KETRAMPILAN YANG HARUS DICAPAI

1. Mencatat kebutuhan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan;

2. Memesan sediaan farmasi dan perbekalan farmasi;

3. Menerima sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dan memeriksa kesesuaian pesanan dan

memeriksa keadaan fisik sediaan;

4. Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan;

5. Prosedur distribusi sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan untuk keperluan Floor Stock;

6. Melakukan administrasi dokumen sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan;

7. Melaksanakan prosedur penerimaan dan penilaian resep;

6
8. Melaksanakan prosedur dispensing sediaan farmasi sesuai permintaan dokter sesuai protap

dibawah supervisi Apoteker/pimpinan Unit;

9. Menulis etiket dan menempelkannya pada kemasan sediaan farmasi;

10. Pencatatan semua data yang berhubungan dengan proses dispensing;

11. Penyerahan obat dibawah pengawasan apoteker/pimpinan unit;

12. Memberikan pelayanan obat bebas, bebas terbatas dan perbekalan kesehatan;

13. Berkomunikasi dan Memberikan KIE kepada Pasien dibawah pengawasan Apoteker;

8. METODE EVALUASI

1. Sikap, penampilan dan kegiatan teknis : 25 %

2. Kehadiran : 10 %

3. Pencapaian kompetensi : 50 %

4. Penyelesaian tugas : 15 %

Nilai Batas Lulus: 80

Catatan Penilaian Umum Dengan Huruf:

No Nilai Arti nilai Penilaian Angka

huruf

1 A Sangat memuaskan 91-100

2 B Memuaskan 81-90

3 C Cukup memuaskan 71-80

4 D Tidak memuaskan 50-70

7
BAB III. KEGIATAN PRAKERIN

Program Keahlian FARMASISMK 5 AGUSTUS PEKANBARU

3.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan

a. Pemilihan

Pemilihan adalah proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit,

identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan

memprioritaskan obat esensial, standardisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.

b. Perencanaan

Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi

yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran. Untuk menghindari kekosongan obat atau Alkes di

IFRS ada hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam proses perencanaan antara lain:

a) Kebutuhan

Perencanaan yang baik harus sesuai dengan kebutuhan IFRS, perhitungan kebutuhan yang benar

akan mencegah pengadaan perbekalan farmasi yang berlebihan.

b) Persediaan atau stok sisa

Lihat berapa jumlah stok sisa yang ada maka dari data tersebut dapat dijadikan acuan jumlah yang

akan dibeli untuk satu jenis perbekalan farmasi.

c) Prioritas

Perbekalan farmasi yang sering dibutuhkan pasien di rumah sakit hendaklah diprioritaskan paling

utama untuk diadakan.

d) Waktu Tunggu

Proses pengiriman perbekalan farmasi dari distributor ke IFRS memerlukan waktu. Pengadaan

melalui tender memerlukan waktu yang lama berbeda dengan pengadaaan melalui pembelian

langsung mungkin waktu pengiriman akan lebih cepat.

8
e) Metode Perencanaaan

Metode perencanaan yang dapat dipergunakan antara lain metode konsumsi, metode

epidemiologi dan metode kombinasi dari metode konsumsi dan epidemiologi.

c. Pengadaan

Pengadaan perbekalan farmasi dilakukan dengan membuat surat pesanan (SP) yang ditujukan kepada

distributor atau PBF. Surat pesanan tersebut disusun berdasarkan perencanaan yang telah dilakukan.

Proses pengadaan dapat dilakukan dengan pembelian baik pembelian secara langsung atau melalui

tender.

a. Pembelian

b. Produksi pembuatan sediaan farmasi.

c. Sumbangan atau droping.

d. Penerimaan

Penerimaan adalah kegiatan menerima perbekalan farmasi yang telah dipesan ke PBF atau unit

gudang pelayanan kesehatan sesuai dengan aturan kefarmasian.

e. Penyimpanan

Penyimpanan merupakan kegiatan pengaman barang dengan menempatkan obat-obatan atau Alkes

sesuai metode penyimpanan.Metode penyimpanan diantaranya:

a) Metode FIFO (First In First Out)

FIFO adalah metode penyimpanan berdasarkan barang yang pertama masuk, maka yang lebih

dahulu dikeluarkan.

b) Metode LIFO (Last In First Out)

LIFO adalah metode penyimpanan berdasarkan barang yang terakhir masuk, maka yang lebih

dahulu dikeluarkan.

c) Metode FEFO (First Exfire First Out)

FEFO adalah metode penyimpanan berdasarkan barang yang masa kadaluarsanya paling dekat,

maka yang paling dahulu dikeluarkan.

d) Berdasarkan Bentuk Sediaan

9
Metode ini lebih tepat dalam penyimpanan obat-obatan, misalnya sediaan tablet dipisah dengan

sedian syrup dan disimpan di rak atau etalase yang berbeda.

e) Berdasarkan Golongan Obat

Metode ini dilakukan dengan cara memisahkan obat-obatan tiap golongan dan tidak

mempertimbangkan bentuk sediaan atau efek farmakologinya, yang terpenting obat tertata sesuai

golongannya.

f) Berdasarkan Alfabetis

Perbekalan farmasi ditata sesuai namanya secara berurutan dari A sampai Z. Keuntungan

metode ini adalah obat atau alkes akan lebih mudah dicari dan kelemahannya gudang tidak

digunakan secara maksimal.

g) Berdasarkan Efek Farmakologi

Metode ini dilakukan dengan cara menata obat sesuai khasiatnya misalnya obat untuk batuk

berdahak ditempatkan berbeda dengan obat untuk batuk kering.

f. Pendistribusian

Pendistribusian adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi untuk pelayanan individu

dalam proses terapi bagi pasien serta untuk menunjang pelayanan medis.

g. Pengendalian

Pengendalian adalah kegiatan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kelebihan dan kekosongan

perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan

h. Pemusnahan

Pemusnahan adalah kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan farmasi yang tidak terpakai karena

kadaluwarsa, rusak dan tidak memenuhi standar.

i. Administrasi dan Pelaporan

a) Administrasi

Administrasi bertujuan memonitor transaksi perbekalan farmasi yang masuk dan

keluar.Pencatatan bisa dilakukan secara manual dan komputer.

10
b) Pelaporan

Pelaporan berisi kumpulan catatan pendataan kegiatan administrasi perbekalan farmasi, serta

pelaporan obat golongan narkotika dan psikotropika.

j. Evaluasi

Evaluasi merupakan salah satu upaya untuk terus mempertahankan mutu pengelolaan perbekalan

farmasi.

3.2 Penggolongan Obat

Penggolongan obat dimaksudkan untuk meningkatkan keamanan dan ketetapan penggunaan serta

pengamanan distribusi.Penggolongan obat ini terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat

keras, obat psikotropika, obat narkotika dan obat wajib apotek (OWA).Penggolongan obat ini

tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 917/Menkes/Per/1993 yang kini diubah menjadi

Permenkes No. 949/Menkes/Per/2000. Penggolongan obat itu terdiri dari:

1. Obat Bebas

Obat bebas yaitu obat yang bisa dibeli bebas di apotek, toko obat bahkan di warung.Obat bebas

ditandai dengan lingkaran hijau bergaris tepi hitam.Contoh obat bebas adalah paracetamol,

antasida dan obat batuk hitam.Penandaan obat bebas diatur berdasarkan SK Menkes RI

Nomor 2380/A/SK/VI/1983 tentang tanda khusus untuk obat bebas dan obat bebas terbatas.

Penandaan Obat Bebas :

2. Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas atau yang masuk dalam daftar “W”, menurut bahasa Belanda “W” singkatan

dari “Waarschuwing” artinya peringatan.Jadi, maksudnya obat yang pada penjualannya disertai

dengan peringatan tertentu yang ditandai dengan lingkaran biru bergaris tepi hitam.Contoh obat

bebas terbatas adalah paratusin, proris dan CTM.

Penandaan Obat Bebas Terbatas :

11
Obat-obatan yang masuk kedalam daftar obat “W” atau obat bebas terbatas adalah obat keras

yang dapat diserahkan kepada konsumen tanpa resep dokter, dalam penyerahannya

harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari pabriknya atau pembuatnya.

b. Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus mencantumkan tanda peringatan yang

tercetak sesuai contoh. Tanda peringatan tersebut berwarna hitam, berukuran panjang 5 cm,

lebar 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut:

P. No.1
P. No. 2
Awas ! Obat Keras
Awas ! Obat Keras
Bacalah aturan
Hanya untuk kumur,
memakainya
jangan ditelan

P. No 4
P. No. 3
Awas ! Obat Keras
Awas ! Obat Keras
Hanya untuk dibakar
Hanya untuk bagian luar badan

P. No. 6
P. No. 5 Awas ! Obat Keras
Obat wasir, jangan di telan
Awas ! Obat Keras

Tidak boleh di telan

Peringatan Obat Bebas Terbatas

3. Obat Keras

12
Obat keras disebut juga obat daftar “G” dalam bahasa Belanda “G” singkatan dari “Gevaarlijk” yang

berarti berbahaya.Maksudnya, obat keras adalah obat yang ada di apotek dan hanya dapat diberikan

dengan resep dokter.Penandaannya adalah lingkaran berwarna merah dengan garis tepi berwarna

hitam dan terdapat huruf K yang menyentuh garis tepi.Contoh obat keras adalah dexametason,

amoxicillin dan ambroxol.

Penandaan Obat Keras:

4. Obat Narkotika

Menurut UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, yang dimaksud dengan narkotika adalah zat atau

obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Penandaan obat narkotika yaitu

palang medali merah.

Obat narkotika dibagi menjadi tiga golongan:

a. Narkotika Golongan I

Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk pengembangan ilmu

pengetahuan dan tidak untuk terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan

ketergantungan.Contoh obat narkotika golongan I yaitu opium dan kokain.

b. Narkotika Golongan II

Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan digunakan sebagai

pilihan terakhir dan dapat digunakan untuk terapi atau pengembangan ilmu pengetahuan serta

berpotensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.Contoh obat narkotika golongan II

adalah petidin.

c. Narkotika Golongan III

Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan

dalam terapi atau pengembangan ilmu pengetahuan serta berpotensi ringan menimbulkan

ketergantungan.Contoh obat narkotika golongan III adalah kodein.

13
Gambar II.5 Penandaan Obat Narkotika

5. Obat Psikotropika

Menurut UU No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, yang dimaksud psikotropika adalah zat atau obat

baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif

pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Penandaan obat psikotropika hampir sama dengan penandaan obat keras yaitu lingkaran merah dengan

garis tepi berwarna merah dengan huruf K yang menyentuh garis tepi.

Obat psikotropika dibagi menjadi empat golongan:

a. Psikotropika Golongan I

Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk ilmu pengetahuan

dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan.Contoh obat psikotropika golongan I yaitu lisergida dan meskalina.

b. Psikotropika Golongan II

Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan digunakan

dalam terapi atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat

mengakibatkan sindroma ketergantungan.Contoh obat psikotropika golongan II yaitu amfetamin.

c. Psikotropika Golongan III

Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan

dalam terapi atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta berpotensi sedang

mengakibatkan sindroma ketergantungan.Contoh obat psikotropika golongan III yaitu amobarbital

dan pentobarbital.

d. Psikotropika Golongan IV

Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas

digunakan dalam terapi dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi

ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.Contoh psikotropika golongan IV yaitu

penobarbital, alprazolam dan diazepam.

14
Gambar II.6 Penandaan Obat Psikotropika

6. Obat Wajib Apotek

Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotek

tanpa resep dokter, tetapi harus diserahkan langsung oleh seorang apoteker kepada pasien disertai

informasi lengkap tentang penggunaan obat.Contoh obat wajib apotek yaitu asam mefenamat,

lidokain HCl dan Omeprazole. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.

347/Menkes/SK/VII/1990 yang telah diperbaharui dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.

924/Menkes/Per/X/1993 menyatakan bahwa:

a. Obat wajib apotek boleh diserahkan tanpa resep dokter;

b. Peningkatan peran apoteker di apotek dalam pelayanan Komunikasi Edukasi Informasi (KIE);

c. Peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk swamedikasi.

Dafar Obat Wajib Apotek (DOWA) terbagi menjadi tiga daftar, yaitu:

1) DOWA No. 1 berdasarkan Kepmenkes RI No. 347 Tahun 1990

a. Obat kontrasepsi : linesterol (etinil estradiol) dan desogestrel;

b. Obat saluran cerna : antasida;

c. Obat alergi : hidrokortison dan betametason;

d. Obat saluran nafas : aminofilin sup.

2) DOWA No. 2 berdasarkan Permenkes RI No. 924 Tahun 1993

a. Dexamethason

b. Omeprazole

c. Albendazol

3) DOWA No. 3 berdasarkan Kepmenkes RI No. 1176 Tahun 1999

a. Allopurinol

b. Diklofenak Natrium

c. Ranitidin

7. Pengelolaan Narkotika

15
Pengelolaan narkotika di IFRS diatur secara khusus dari pemesanan, penyimpanan, pelaporan,

pelayanan resep, pemusnahan hingga saluran distribusi obat narkotika.Tujuan dari pengelolaan

tersebut untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika.

a. Pemesanan Narkotika

UU No. 9 tahun 1976 menyatakan bahwa Menteri Kesehatan memberikan izin kepada apotek dan

IFRS untuk membeli, meracik, menyediakan, menyimpan untuk persediaan, menguasai, menjual,

menyalurkan, menyerahkan, mengirimkan, membawa atau mengangkut narkotika untuk

kepentingan pengobatan.

Pengadaan narkotika di apotek dilakukan dengan pesanan tertulis melalui surat pesanan narkotika

kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF). PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Surat pesanan narkotika

harus ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) dengan mencantumkan nama jelas,

nomor Surat Izin Kerja (SIK), Surat Izin Apotek (SIA) dan stempel apotek. Satu pesanan terdiri

dari empat rangkap dan hanya dapat untuk memesan satu jenis obat narkotika.

b. Penyimpanan Narkotika

Narkotika harus disimpan sesuai ketentuan yaitu Permenkes RI No. 28/Menkes/Per/I/1978

tentang Tata Cara Penyimpanan Narkotika, yaitu pada pasal 5 yang menyebutkan bahwa apotek

harus mempunyai tempat khusus untuk penyimpanan narkotika yang memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat;

b. Harus mempunyai kunci yang kuat;

c. Lemari dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berbeda, bagian pertama digunakan

untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garam serta persediaan narkotika. Bagian

kedua dipergunaan untuk menyimpan narkotika lainnya dipakai sehari-hari;

d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari ukuran kurang dari 40/80/100 cm, maka

lemari tersebut harus dibuat pada tembok atau lantai.

c. Pelaporan Narkotika

16
Apotek atau IFRS berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan narkotika setiap bulan paling

lambat tanggal 10 bulan berikutnya.Dalam laporan tersebut diuraikan mengenai pembelian atau

pemasukan dan penjualan atau pengeluaran narkotika yang ada dalam tanggung jawabnya dan

ditandatangani oleh APA. Laporan tersebut ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten atau

Kota dengan tembusan:

a. Balai POM setempat;

b. Arsip.

Laporan penggunaan narkotika tersebut terdiri dari:

a. Laporan pemakaian bahan baku narkotika;

b. Laporan penggunaan sedian jadi narkotika;

c. Laporan khusus penggunaan petidin dan morfin.

8. Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika

Narkotika dapat digunakan untuk kepentingan pengobatan hanya dapat diberikan berdasarkan resep

dokter. Untuk resep dokter dan salinan resep yang mengandung narkotik, apotek atau IFRS

dilarang:

a. Melayani salinan resep yang mengandung narkotika, untuk resep narkotika yang baru dilayani

sebagian, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani

di apotek yang menyimpan resep asli;

b. Melayani salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter, dengan demikian dokter tidak

boleh menambahkan tulisan iter pada resep yang mengandung narkotika.

9. Pemusnahan Narkotika

Pasal 9 Permenkes RI No. 28/Menkes/Per/1978 disebutkan bahwa APA dapat memusnahkan

narkotika yang rusak atau tidak memenuhi syarat lagi.Pelaksanaan pemusnahan narkotika di

apotek atau IFRS harus disaksikan oleh petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota.

APA yang memusnahkan narkotika harus membuat berita acara

pemusnahan narkotika yang memuat:

a. Hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan;

17
b. Nama Apoteker Pengelola Apotek (APA);

c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari apotek tersebut;

d. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan;

e. Cara pemusnahan;

f. Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi-saksi.

Kemudian berita acara tersebut dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota dengan

tembusan:

a. Balai POM setempat;

b. Arsip.

10. Saluran Distribusi Obat Narkotika

Secara umum bentuk saluran distribusi obat narkotika adalah sebagai berikut:

Produsen (PT Kimia Farma) → Pedagang Besar Farmasi ( PBF Kimia Farma) → Apotek atau IFRS

→ Pasien.

Secara khusus pemerintah mengatur penyaluran obat narkotika hanya boleh diproduksi dan

disalurkan oleh PT. Kimia Farma, dengan tujuan agar obat tersebut dapat terkendali dan diawasi

dengan ketat sehingga tidak membahayakan masyarakat akan penyalahgunaannya.

11. Pengelolaan Psikotropika

Ruang lingkup pengaturan psikotropika dalam UU No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, bahwa

segala hal yang berhubungan dengan psikotropika yang dapat mengakibatkan ketergantungan.

Tujuan pengaturan psikotropika sama seperti dengan narkotika, yaitu mencegah terjadinya

penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika serta menjamin ketersedian psikotropika untuk

pengobatan dan ilmu pengetahuan.

Pengelolaan psikotropika di apotek atau IFRS adalah sebagai berikut:

a. Pemesanan Psikotropika

Obat psikotropika dipesan dengan surat pesanan psikotropika yang ditandatangani oleh APA

dengan mencantumkan SIK. Surat pesanan tersebut dibuat rangkap empat dan setiap surat

pesanan dapat digunakan untuk memesan beberapa jenis psikotropika.

18
b. Penyimpanan Psikotropika

Obat golongan psikotropika disimpan terpisah dengan obat lain dalam suatu rak atau lemari

khusus dan tidak harus dikunci, tetapi lebih baik dikunci.

c. Penyerahan Psikotropika

Obat golongan psikotropika diserahkan oleh apotek, hanya dapat dilakukan kepada apotek

lainnya, rumah sakit, puskesmas balai pengobatan dan dokter kepada pasien berdasarkan resep

dokter.

d. Pelaporan Psikotropika

Obat psikotropika dilaporkan sebulan sekali dengan ditandatangani oleh APA dilakukan secara

berkala setiap bulan.

Pelaporan ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota dengan tembusan:

a. Balai POM setempat;

b. Arsip.

c. Saluran Distribusi Obat Psikotropika

Secara umum bentuk saluran distribusi obat psikotropika adalah sebagai berikut:

Produsen → Pedagang Besar Farmasi (PBF) → Apotek atau IFRS →Pasien.

Obat Psikotropika dapat diproduksi oleh perusahaan farmasi selain PT Kimia Farma.

3.3 Pelayanan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan

1. Melaksanakan prosedur penerimaan dan penilaian resep:

a. Mampu membaca dan menilai kelengkapan resep;

b. Mampu membuat salinan resep.

2. Melaksanakan prosedur dispensing sediaan farmasi sesuai permintaan dokter sesuai protap

dibawah supervisi Apoteker/pimpinan Unit:

a. Menyiapkan/mengambil sediaan farmasi;

b. Meracik sediaan farmasi dibawah pengawasan apoteker dan mengemasnya.

3. Pencatatan semua data yang berhubungan dengan proses dispensing;

4. Menulis etiket dan menempelkannya pada kemasan sediaan farmasi;

19
5. Penyerahan obat dibawah pengawasan apoteker/pimpinan unit;

6. Memberikan pelayanan obat bebas, bebas terbatas dan perbekalan kesehatan.

3.4 Kompetensi Berkomunikasi dan Memberikan KIE kepada Pasien

1. Menyerahkan obat kepada pasien;

2. Berkomunikasi dengan pasien;

3. Memberikan KIE kepada pasien.

BAB IV

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

Laporan kegiatan Prakerin diwajibkan bagi seluruh siswa yang telah melaksanakan kegiatan Prakerin.

Laporan terdiri dari laporan individu dan laporan kelompok .

A. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN PRAKERIN

Laporan Prakerin terbagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian awal, bagian inti dan bagian akhir. Bagian

awal dan bagian akhir untuk semua Institusi Pasanagan sama, sedangkan bagian inti tidak sama,

tergantung dari Institusi mana peserta didik melaksanakan praktik. Secara umum bagian dari laporan

Prakerin tersebut adalah sebagai berikut:

1. BAGIAN AWAL

 Halaman Sampul

 Halaman Logo (logo timbul)

 Halaman Judul (sama dengan halaman sampul)

 Halaman Pengesahan

 Kata Pengantar

 Daftar Isi

 Daftar Tabel

 Daftar Gambar

 Daftar Lampiran

 Daftar Lainnya

20
2. BAGIAN INTI

BAB 1 PENDAHULUAN

 Latar Belakang

 Ruang Lingkup

 Tujuan dan Manfaat

 Sistematika Penulisan

BAB 2 TINJAUAN UMUM

 Gambaran umum Institusi Pasangan

 Struktur Organisasi dan job Deskripsi Institusi Pasangan

 Sejarah Institusi Pasangan

 Sistem yang sedang berjalan di Institusi Pasangan

BAB 3 URAIAN KEGIATAN

 Tabel Kegiatan pelaksanaan PKL

 Uraian kegiatan PKL

BAB 4 PEMBAHASAN MASALAH (sesuai dengan topik)

 Permasalahan

 Usulan pemecahan masalah

BAB 5 PENUTUP

 Kesimpulan

 Saran

3. BAGIAN AKHIR

 DAFTAR PUSTAKA

 LAMPIRAN

B. TEKNIK PENULISAN LAPORAN

 Ukuran kertas A4, 70 Gram

 Batas kanan & batas atas 3 cm, sedangkan batas bawah dan batas kiri 4 cm
21
 Jarak Ketikan adalah 2 (dua) spasi

 Tipe font Time New Roman

 Ukuran huruf 12

 Penomoran Bab serta sub bab

o Bab dinomori dengan menggunakan angka romawi.

o Subbab dinomori dengan menggunakan angka latin dengan mengacu pada nomor bab/subbab dimana

bagian ini terdapat.

Contoh :

II ………………... (Judul Bab)

2.1 ………………..(Judul Subbab)

2.2 ………………..(Judul Subbab)

2.2.1 ………………(Judul Sub-Subbab)

o Penulisan nomor dan judul bab di tengah; dengan huruf besar, ukuran font 14,tebal.

o Penulisan nomor dan judul subbab; dimulai dari kiri, dimulai dengan huruf besar,ukuran font 12,

tebal.

 Penomoran Halaman

o Bagian Awal, nomor halaman ditulis dengan angka romawi huruf kecil (i,ii,iii,iv,…).Posisi di tengah

bawah (2 cm dari bawah). Khusus untuk lembar judul dan lembar pengesahan, nomor halaman tidak

perlu diketik, tapi tetap dihitung.

o Bagian inti, nomor halaman ditulis dengan angka latin. Halaman pertama dari bab pertama adalah

halaman nomor satu. Peletakan nomor halaman untuk setiap awal bab di bagian bawah tengah,

sedangkan halaman lainnya di pojok kanan atas.

 Bagian akhir, nomor halaman ditulis di bagian bawah tengah dengan angka latin dan merupakan

kelanjutan dari penomoran pada bagian intiJudul dan Nomor Gambar / Grafik / Tabel

o Judul gambar/grafik diketik di bagian bawah tengah dari gambar.

o Judul tabel diketik di bagian atas kiri dari tabel.

22
o Penomoran gambar/grafik/tabel tergantung pada bab yang bersangkutan, contoh : gambar 3.1 berarti

gambar pertama yang ada di bab III.

23
CONTOH
LAPORAN

PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN)

DI RUMAH SAKIT ……………………………………

PEKANBARU

TANGGAL …….SAMPAI………

Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Nasional (UAN) dan

Ujian Kompetensi Keahlian (UKK)

Disusun oleh :

(nama siswa)

NISN/NIS

SMK 5 AGUSTUS PEKANBARU

Jln.Soekarno Hatta No 10 Pekanbaru

24
CONTOH
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulisan Laporan Pelaksanaan Praktek Kerja Industri (Prakerin) Di

Rumah Sakit ………… dapat terselesaikan dengan baik.

Laporan ini dapat terselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari semua pihak. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian laporan ini, terutama

kepada:

1. …………………..selaku pembimbing sekolah.

2. ………………….., selaku pembimbing di Rumah Sakit

3. …………………… selaku kepala SMK 5 AGUSTUS PEKANBARU

4. Guru-guru SMK 5 AGUSTUS PEKANBARU.

5. Karyawan/Pegawai RS………

6. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam proses

penyusunan laporan ini.

Penyusunan laporan ini sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Nasional (UAN) dan

Ujian Kompetensi Keahlian (UKK) Tahun Diklat 2019/2020 serta sebagai bukti bahwa telah melaksanakan

praktek kerja Industri (Prakerin).

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran

yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini sangat penulis harapkan.Mudah-mudahan laporan ini

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Pekanbaru, ..............

Penulis

25
Lembar Pengesahan

LAPORAN

PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

DI RUMAH SAKIT ………………………….

TANGGAL….. SAMPAI ……..

Pembimbing RS…, Pembimbing Program studi,

(________________) (.................)

MENGETAHUI

Kepala SMK 5 AGUSTUS

Doni Rahman, SE., M.Si

26

Anda mungkin juga menyukai