Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

BIOKIMIA
(FERMENTASI)

Nama : Miratun Aini


NIM : 1413040010
Kelas/ Kelompok : Pendidikan Kimia / IV
Asisten : Idha Mashita
Dosen Penanggung Jawab : Hardin, S.Si, S.Pd, M.Pd

LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2016
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Biokimia dengan Judul “Fermentasi”


disusun oleh:
Nama : Miratun Aini
NIM : 1413040010
Kelas : Pendidikan Kimia
Kelompok : V
telah diperiksa oleh asisten dan koordinator asisten dan dinyatakan diterima.

Makassar, Desember 2016


Koordinator Asisten, Asisten,

Marwah Karim Idha Mashita

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Hardin, S.Si, S.Pd, M.Pd


NIP. 19870801 201504 1 004
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Katabolisme adalah reaksi penguraian senyawa yang kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan enzim. Penguraian suatu senyawa
dapat menghasilkan energi. Energi berasal dari terlepasnya ikatan-ikatan kimia
yang menyusun suatu persenyawaan. Semakin kompleks persenyawaan kimia itu,
semakin banyak ikatan kimia yang menyusunnya dan akan semakin besar energi
yang Respirasi dibedakan menjadi dua yaitu respirasi aerob, yaitu respirasi yang
menggunakan oksigen bebas untuk mendapatkan energi, dan respirasi anaerob,
yaitu respirasi yang tidak membutuhkan oksigen bebas untuk mendapatkan energi.
Bahan baku respirasi adalah karbohidrat, asam lemak atau protein. Hasil respirasi
berupa CO2, air dan energi dalam bentuk ATP. Salah satu contoh respirasi anaerob
yaitu fermentasi.
Dalam mikrobiologi, “fermentasi” dimaksudkan sebagai aksi mikrobial
yang tertentu dan jelas. Fermentasi adalah proses penghasil energi utama secara
kimia yang berlangsung karena adanya mikroorganisme yang mengkatalis reaksi
Karbohidrat dapat difermentasi menjadi alkohol. Glukosa dapat difermentasi oleh
sel-sel khamir (ragi) menjadi alkohol sampai membebaskan gas CO2, tetapi bahan
pati/amilum dan karbohidrat monosakarida selain glukosa tidak dapat difermentasi
oleh sel-sel ragi. Ragi banyak digunakan untuk fermentasi singkong dan beras
ketan, sebenarnya bukan ragi murni, melainkan terdiri dari beberapa jenis mikroba
antara lain khamir (saccharomyces cerevisiae ) dan kapang (Rhizopus atau
Apergillus). Fermentasi ini dilakukan oleh-oleh sel-sel ragi terhadap glukosa yang
kemudian menghasilkan CO2 dan energi, dan untuk membuktikan bahwa pada
proses fermentasi yang dilakukan oleh sel-sel ragi terhadap glukosa akan
menghasilkan karbondioksida dan energi, maka dari situlah perlu dilakukannya
percobaan ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik untuk masing-masing fermentasi.
2. kemampuan memfermentasi amilum, glukosa, fruktosa, mannosa, galaktosa
oleh beberapa jenis inokulum murni ragi roti (saccharomyces cerecisiasae ), ragi
tape dan inokulum murni Rhizopus oligosporus.
C. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari kemampuan
memfermentasi amilum, glukosa, fruktosa, mannosa, galaktosa oleh beberapa jenis
inokulum murni ragi roti (saccharomyces cerecisiasae), ragi tape dan inokulum
murni Rhizopus oligosporus.
D. Manfaat Percobaan
Adapun manfaat dari percobaan yaitu agar mahasiswa mengetahui
kemampuan memfermentasi amilum, glukosa, fruktosa, mannosa, galaktosa oleh
beberapa jenis inokulum murni ragi roti (saccharomyces cerecisiasae), ragi tape dan
inokulum murni Rhizopus oligosporus dalam proses fermentasi.
BAB II
KAJIAN TEORI

Fermentasi merupakan suatu cara yang telah dikenal dan digunakan sejak
lama sejak jaman kuno. Tahun 6000-4000 SM, teknologi fermentasi pembuatan bir
di Sumeria dan Mesir. Pada abad ke-14 distilasi untuk menghasilkan minuman
beralkohol tinggi di Cina. Bioteknologi berbasis fermentasi sebagian besar
merupakan proses produksi barang dan jasa dengan menerapkan teknologi
fermentasi atau yang menggunakan mikroorganisme untuk memproduksi makanan
dan minuman seperti: keju, yoghurt, minuman beralkohol, cuka, sirkol, acar, sosis,
kecap, dll. Produk-produk tersebut biasanya dimanfaatkan sebagai minuman
ataupun makanan. Bioteknologi fermentasi, teknologi fermentasi merupakan
teknologi yang menggunakan mikroba untuk memproduksi suatu makanan dan
minuman (Nurcahyo, 2011: 18).
Karbohidrat dapat difermentasi menjadi alkohol. Glukosa dapat
difermentasi oleh sel-sel khamir (ragi) menjadi alcohol sampai membebaskan gas
CO2, tetapi bahan pati/amilum dan karbohidrat monosakarida selain glukosa tidak
dapat difermentasi oleh sel-sel ragi. Ragi banyak digunakan untuk fermentasi
singkong dan beras ketan, sebenarnya bukan ragi murni, melainkan terdiri dari
beberapa jenis mikroba antara lain khamir (saccharomyces cerevisiae) dan kapang
(Rhizopus atau Apergillus) (Tim dosen kimia, 2016 : 1).

A. Pengertian Fermentasi
Fermentasi (fermentation) adalah suatu reaksi metabolisme yang meliputi
sederet reaksi oksidasi-reduksi, yang donor dan aseptor elektronnya adalah
senyawa-senyawa organik, umumnya menghasilkan energi. Fermentasi dilakukan
oleh bakteri, fungi dan yeast tertentu, baik fakultatif maupun obliget (Tim Penulis
Laboratorium Kimia Pangan, 2002: 95). Fermentasi adalah proses perubahan
kimiawi dan sensory dalam makanan dengan ada atau tidak adanya oksigen,
biasanya dengan bantuan mikroorganisme tertentu berupa bakteri, jamur, dan ragi,
membentuk makanan baru. Misalnya, fermentasi gula menjadi alcohol (Persatuan
Ahli Gizi Indonesia, 2009: 64). Proses fermentasi atau peragian adalah suatu proses
perubahan yang terjadi terhadap bahan pangan, yang disebabkan oleh aktivitas
mikroba tertentu sehingga sifat-sifat dan kondisinya menjadi sama sekali berubah
dari sebelumnya, kecuali unsur gizi dan kalorinya. Sebagai contoh adalah pada
proses pembuatan tapai, tempe, kecap, keju, cuka, dan lain-lain (Suprapti, 2005:
44). Fermentasi merupakan suatu cara yang telah dikenal dan digunakan sejak lama
sejak jaman kuno. Fermentasi merupakan suatu cara untuk mengubah substrat
menjadi suatu produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan bantuan
mikroba (Nurcahyo, 2011: 18).
Menurut Nurcahyo (2011: 18) fermentasi dapat dibedakan menjadi:
(1) Fermentasi aerob jika memerlukan oksigen mengubah substrat gula menjadi dan
hasil akhirnya asam piruvat dan karbondioksida (CO2), dan
(2) Fermentasi anaerob jika tidak memerlukan oksigen, gula akan diubah menjadi
asam piruvat, kemudian asetaldehida dan akhirnya menjadi alkohol; etanol atau
methanol dan asam laktat.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa fermentasi adalah
suatu proses perubahan kimiawi dan sensory dalam makanan yang disebabkan oleh
aktivitas mikroba tertentu yang mengkatalis reaksi, dimana meliputi sederet reaksi
oksidasi-reduksi, yang donor dan aseptor elektronnya adalah senyawa-senyawa
organik yang umumnya menghasilkan energi sehingga sifat-sifat dan kondisinya
menjadi sama sekali berubah dari sebelumnya, kecuali unsur gizi dan kalorinya.
Jenis mikroorganisme yang dapat digunakan antara lain berupa ragi, bakteri, atau
jamur untuk menghasilkan senyawa-senyawa seperti etanol, butanol, gliserol, asam
asetat, atau asam sitrat. Fermentasi dapat di bedakan menjadi dua yaitu fermentasi
aerob, yaitu yang memerlukan oksigen dan anaerob, yaitu tidak memerlukan
oksigen.
B. Mikroorganisme dalam Fermentasi
Bakteri merupakan salah satu keluarga darii mikroba. Bakteri bersel
tunggal, tidak berinti, serta berkembang biak dengan cara pembelahan sel. Pada
kondisi lingkungan hidup yang optimal beberapa jenis bakteri dapat membelah diri
dalam waktu kurang dan 20 menit. Satu sel bakteri mampu memperbanyak diri
menjadi 16.ooo.ooo sel baru hanya dalam waktu 8 jam. Keberadaan kapang dapat
dikenali dan adanya massa rambut kapang yang lebat. Berbeda dengan kapang,
khamir biasanya bersel tunggal, berbentuk lonjong seperti buah melon, dan
melakukan proses reproduksi dengan cara bertunas atau pembelahan sel. Khamir
mampu hidup lebih baik pada kondisi buruk dibanding bakteri. Beberapa jenis
khamir banyak digunakan pada proses pembuatan makanan seperti produksi roti,
bir, anggur, dan keju (Mursito, 2004: 36-38). Berdasarkan penampakannya fungi
dikelompokkan ke dalam: kapang (moulds or molds), khamir (yeasts), dan
cendawan (mushrooms). Adapun menurut analisis molekular, kapang dan khamir
adalah organisme yang secara filogenetik bersifat diverse. Artinya, baik kapang dan
khamir terdapat dalam setiap kelompok besar dan Ascomycetes dan
Basidiomycetes. Khamir tidak sama dengan ragi, ragi adalah campuran
mikroorganisme yang terdiri dan kapang, khamir, dan bakteri. Sedangkan khamir
adalah kelompok fungi yang memiliki sel vegetatif uniselular yang sering pula
dapat membentuk miselium sejati, atau miselium palsu (pseudomiselium) (Gandjar,
dkk. 2006: 72). Menurut Nurcahyo (2011: 21) mikrobia yang umumnya terlibat
dalam fermentasi adalah bakteri, khamir, dan kapang.
1. Bakteri Acetobacter xylinum pada pembuatan nata decoco
2. Khamir Saccharomyces cerevisiae dalam pembuatan alkohol
3. Kapang Rhizopus sp pada pembuatan tempe
Mikroba dapat digolongkan menjadi: (1) kelompok bakteri: Bacillus sp.,
Lactobacillus sp., Streptococcus sp. Eschericia sp. (2) kelompok jamur: Aspergillus
sp. Penicillium sp. (3) kelompok khamir (yeast): Saccharomyces sp.

(Gambar 1. Jenis inokulum dan produknya)


Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa mikrobia yang
umumnya terlibat dalam fermentasi adalah bakteri, khamir, dan kapang. bakteri
merupakan salah satu keluarga darii mikroba. Bakteri bersel tunggal, tidak berinti,
serta berkembang biak dengan cara pembelahan sel. Pada kondisi lingkungan hidup
yang optimal beberapa jenis bakteri dapat membelah diri dalam waktu kurang dan
20 menit. Satu sel bakteri mampu memperbanyak diri menjadi 16.ooo.ooo sel baru
hanya dalam waktu 8 jam, salah satu contoh bakteri adalah Acetobacter xylinum.
Khamir adalah kelompok fungi yang memiliki sel vegetatif uniselular yang sering
pula dapat membentuk miselium sejati, atau miselium palsu (pseudomiselium).
Khamir biasanya bersel tunggal, berbentuk lonjong seperti buah melon, dan
melakukan proses reproduksi dengan cara bertunas atau pembelahan sel, contoh
dari khamir yaitu Saccharomyces sp, Saccharomyces cereviciae . Kapang adalah
organisme yang secara filogenetik bersifat diverse. Keberadaan kapang dapat
dikenali dan adanya massa rambut kapang yang lebat, salah satu caontohnya yaitu
Aspergillus wentii dan Rhizopus oligoporus.
C. Hidrolisis Pati
Amilum yang dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai zat pati atau
zat tepung, yang merupakan suatu glukosan dan cadangan persediaan makanan bagi
tanaman. Hidrolisis amilum dengan asam mineral encer akan menghasilkan
molekul-molekul glukosa. Amilum praktis tidak dapat larut dalam air dingin, tetapi
apabila dipanaskan dengn air yang cukup, ternyata zat ini terdiri dari atas 2 fraksi.
Fraksi yang larut disebut amilosa dan fraksi yang tidak larut disebut amilopektin.
Hidrolisis sempurna maltose, selobiosa, selulosa, amilum, dan glikogen
menghasikan glukosa. Hidrolisis sakarosa dan laktosa juga akan menghasilkan
glukosa dan hasil-hasil lainnya. Hidrolisis laktosa dengan asam encer atau dengan
katalis-katalis enzim laktase akan menghasilkan galaktosa dan glukosa (Sumardjo,
2006: 207 dan 226).
Hasil hidrolisis pati menjadi senyawa yang lebih sederhana oleh adanya
mikroorganisme dapat diidentifikasi dengan penetesan iodium. Apabila pati telah
mengalami hidrolisis maka akan Nampak zona jernih di atas pemrukaan media.
Pemilihan kapang dan khamir dapat mempengaruhi proses fermentasi. Misalnya
pada penggunaan kapang mampu menghidrolisis pati walaupun terdapat perbedaan
kesempurnaan pada hasil hidrolisisnya. Sehingga kapang dan khamir yang sesuai
dapat mempengaruhi proses hidrolisis pati serta fermentasinya. Dimana, kapang
dapat mengkonversi pati menjadi glukosa, khamir dapat mengkonversi glukosa
menjadi etanol dan karbon dioksida pada proses fermentasi (Meliawati, 2006: 102).
Jika laktosa dihidrolisis, maka akan menghasilkan dua buah molekul
glukosa, yaitu glukosa dan fruktosa. Dalam hal ini, hidrolisis laktosa dapat terjadi
dengan bantuan enzim maltase. Secara alamiah , maltose terdapat dalam keadaan
bebas, tetapi dibuat melalui hidrolisis zat pati (amilum) dengan bantuan enzim
amylase (Andriyani, 2015: 151-152).
Dari ketiga pendapat dapat disimpulkan bahwa amilum merupakan salah
satu jenis polisakarida dalam dalam kehidupan sehari-hari disebut zat pati atau zat
tepung. Hasil hidrolisis pati menjadi senyawa yang lebih sederhana oleh adanya
mikroorganisme dapat diidentifikasi dengan penetesan iodium. Hidrolisis pati atau
amilum merupakan penguraian zat pati menjadi penyusun-penyusunnya, yaitu
molekul-molekul glukosa.
D. Fermentasi Alkohol
Menurut Sumardjo (2010: 236-237) bahwa uji terhadap kabohidrat
pereduksi dapat ditunjukkan dengan beberapa cara antara lain uji Fehling, uji
Benedict, uji asam pikrat, uji Tollens dan Uji Barfoed.
1. Uji Fehling
Pereaksi Fehling terdiri atas Fehling A (34,65 gram kupri sulfat dalam 500
ml air) dan Fehling B (campuran 173 gram natrium hidroksida dan 125 gram kalium
natrium tartat dalam 500 ml air). Campuran larutan Fehling A dan larutan Fehling
B merupakan larutan berwarna biru. Pereaksi Fehling ditambah karbohidrat
pereduksi, kemudian dipanaskan, akan terjadi perubahan warna dari biru jadi hijau
jadi kuning kemudian kemerah merahan dan akhirnya terbentuk endapan merah
bata kupro oksida bila jumlah karbohdirat pereduksi banyak
2. Uji Benedict
Modifikasi pereaksi Fehling menjadi Benedict yang merupakan campuran
17,3 gram kupri sulfat, 173 gram natrium sitrat dan 100 gram natrium karbonat
dalam 100 gram air. pemanasan karbohidrat pereduksi dengan pereaksi Benedict
akan terjadi perubahan warna dari biru menjadi endapan merah bata kupro oksida
apabila konsentrasi karbohidrat pereduksi cukup tinggi.
3. Uji Tollens
Pereaksi Tollens dibuat dengan mereaksikan larutan perak nitrat dengan
larutan amonium hidroksida secara perlahan sehingga endapan yang mula-mula
terbentuk larut. Bila karbohidrat pereduksi dipanaskan dengan pereaksi Tollens
daam tabung reaksi bersih, terbentuk lapisan tipis menyerupai cermin pada bagian
bawah tabung percobaan.
E. Faktor Yang Berpengaruh Dalam Fermentasi
Menurut Staff USU (2016: 17-18) faktor-faktor yang mempengaruhi
proses fermentasi untuk menghasilkan etanol adalah:
a. pH
pH dari media sangat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Setiap
mikroorganisme mempunyai pH minimal, maksimal, dan optimal untuk
pertumbuhannya. Untuk yeast, pH optimal untuk pertumbuhannya ialah berkisar
antara 4,0 sampai 4,5. Pada pH 3,0 atau lebih rendah lagi fermentasi alkohol akan
berjalan dengan lambat
b. Nutrien
Dalam pertumbuhannya mikroba memerlukan nutrient. Nutrien yang dibutuhkan
digolongkan menjadi dua yaitu nutrien makro dan nutrien mikro. Nutrien makro
meliputi unsur C, N, P, K. Unsur C didapat dari substrat yang mengandung
karbohidrat, unsur N didapat dari penambahan urea, sedang unsur P dan K dari
pupuk NPK. Unsur mikro meliputi vitamin dan mineral-mineral lain yang disebut
trace element seperti Ca, Mg, Na, S, Cl, Fe, Mn, Cu, Co, Bo, Zn, Mo, dan Al.
c. Temperatur
Mikroorganisme mempunyai temperatur maksimal, optimal, dan minimal untuk
pertumbuhannya. Temperatur optimal untuk yeast berkisar antara 25-30 o C dan
temperatur maksimal antara 35-47 oC. Beberapa jenis yeast dapat hidup pada suhu
0o C. Temperatur selama fermentasi perlu mendapatkan perhatian, karena di
samping temperatur mempunyai efek yang langsung terhadap pertumbuhan yeast
juga mempengaruhi komposisi produk akhir. Pada temperatur yang terlalu tinggi
akan menonaktifkan yeast. Pada temperatur yang terlalu rendah yeast akan menjadi
tidak aktif.
d. Oksigen
Berdasarkan kemampuannya untuk mempergunakan oksigen bebas,
mikroorganisme dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: aerob apabila untuk
pertumbuhannya mikroorganisme memerlukan oksigen, anaerob apabila
mikroorganisme akan tumbuh dengan baik pada keadaan tanpa oksigen, dan
fakultatif apabila dapat tumbuh dengan baik pada keadaan ada oksigen bebas
maupun tidak ada oksigen bebas. Sebagian besar yeast merupakan
mikroorganisme aerob.
e. Lama Fermentasi
Waktu yang dibutuhkan dalam proses fermentasi adalah 2-3 hari. Waktu
yang sesuai akan menghasilkan etanol yang optimum. Semakin lama fermentasi
kadar alkohol yang dihasilkan akan optimum dan akhirnya akan menurun. Hal ini
karena kadar etanol dipengaruhi oleh waktu fermentasi.
BAB III
METODE PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Plat tetes 1 buah
b. Pipet tetes 6 buah
c. Tabung Reaksi 17 buah
d. Spatula 1 buah
e. Rak tabung reaksi 2 buah
f. Batang pengaduk 2 buah
g. Botol semprot 1 buah
h. Auto clave 1 buah
i. Gelas kimia 25 mL 3 buah
j. Gelas kimia 800 mL 1 buah
k. Kaki tiga dan kasa 2 buah
l. Bunsen 3 buah
m. Gelas ukur 10 mL 2 buah
n. Gelas ukur 25 mL 1 buah
o. Lap kasar 1 buah
p. Lap halus 1 buah
q. Stopwatch 1 buah
r. Penjepit tabung 2 buah
2. Bahan
a. Ragi roti (saccharomyces cerecisiasae )
b. Ragi tape (Aspergillus sp)
c. Ragi tempe (Rhizopus oligosporus)
d. Amilum 1% (C6H12O6)n
e. Glukosa (C6H12O6)
f. Fruktosa 5% (C6H12O6)
g. Galaktosa 5% (C6H12O6)
h. Iod 0,1% (I2)
i. Pereaksi benedict/fehling
j. Pereaksi tollens
k. Kapas Penutup
l. Aluminium foil
m. Aquades (H2O)
n. Tissue
o. Korek api
B. Prosedur Kerja
1. Tes Hidrolisis Pati
a. Dibuat suspensi ragi tape, ragi roti , dan ragi tempe dengan jalan 1/10 bagian
sendok masing-masing dilarutkan didalam 25 mL aquades.
b. Isi tabung plat tetes masing- masing dengan 3 tetes larutan amilum lalu diberi
nomor 1 sampai 10.
c. kedalam lubang plat tetes nomor 2,3 dan 4 ditambahkan masing-masing 3 tetes
suspensi ragi roti, lubang 5,6, dan7 ditambahkan 3 tetes suspensi ragi tape dan
lubang 8,9 dan 10 ditambahkan 3 tetes suspensi ragi tempe sedangkan lubang
nomor 1 sebagai kontrol yang di isi dengan aquades.
d. Setelah 5 menit, kedalam lubang 2, 5 dan 8 ditambahkan masing-masing 2 tetes
iod 0,1 % dan warna yang terbentuk dicatat. Hal yang sama dilakukan pada
lubang nomor 3, 6, 9 dan 4,7.10 pada lubang masing – masing setelah 10 menit
dan 15 menit.
e. Amati perubahan yang terjadi.
2. Fermentasi Alkohol
a. 12 buah tabung reaksi disiapkan.
b. 5 mL larutan amilum diisi kedalam tabung 1, 2, dan 3 kemudian ditutup dengan
kapas dan aluminium foil ( tabung tidak boleh terisi lewat dari sepertiganya.
c. Perlakuan yang sama dilakukan pada tabung 4, 5, 6 untuk glukosa. Tabung 7, 8,
9 untuk fruktosa dan tabung 10, 11, 12 untuk galaktosa.
d. Disterilkan pada suhu 100oC selama 2 jam.
e. Setelah dingin (temperatur kamar) ketiga tabung reaksi yang berisi amilum ,
tabung 1 ditambahkan 1 ml suspensi ragi roti, tabung 2 dengan 1 ml suspensi
ragi tape, dan tabung 3 dengan 1 ml suspensi ragi tempe.
f. Dilakukan perlakuan yang sama terhadap tabung yang berisi glukosa, fruktosa
dan galaktosa.
g. Diinkubasi pada temperatur kamar, kemudian diperiksa adanya gas CO2 dengan
jalan menggoyang-goyangkan tabung reaksi setelah 24 jam. Setelah itu diperiksa
juga adanya bau alkohol dengan jalan membuka tutup tabung kemudian
menciumnya.
h. Untuk tabung yang berisi amilum (tabung 1,2 dan 3) diuji dengan benedict atau
fehling dan dicatat perubahan yang terjadi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Hidrolisis pati
No Aktivitas Hasil
1. 3 tetes amilum + suspensi ragi roti (2) Larutan bening (2)
suspensi ragi roti (3) Larutan bening (3)
suspensi ragi roti (4) Larutan bening (4)
3 tetes amilum + suspensi ragi tape (5) Larutan bening (5)
suspensi ragi tape (6) Larutan bening (6)
suspensi ragi tape (7) Larutan bening (7)
3 tetes amilum + suspensi ragi tempe (8) Larutan bening (8)
suspensi ragi tempe (9) Larutan bening (9)
suspensi ragi tempe (10) Larutan bening (10)
3 tetes amilum + H2O (1) Larutan bening (1)
Larutan bening (1) + 1 tetes iod 0,1% Larutan ungu (1)
Larutan bening (2) setelah 5 menit + 1 tetes iod 0,1% Larutan ungu (2)
Larutan bening (5) setelah 5 menit + 1 tetes iod 0,1% Larutan ungu (5)
Larutan bening (8) setelah 5 menit + 1 tetes iod 0,1% Larutan ungu (8)
Larutan bening (3) setelah 5 menit + 1 tetes iod 0,1% Larutan ungu (3)
Larutan bening (6) setelah 5 menit + 1 tetes iod 0,1% Larutan ungu (6)
Larutan bening (9) setelah 5 menit + 1 tetes iod 0,1% Larutan ungu (9)
Larutan bening (4) setelah 5 menit + 1 tetes iod 0,1% Larutan ungu (4)
Larutan bening (7) setelah 5 menit + 1 tetes iod 0,1% Larutan ungu (7)
Larutan bening (10) setelah 5 menit + 1 tetes iod 0,1% Larutan ungu (10)

2. femantasi alkohol

No. Aktivitas Hasil


1. 5 ml larutan amilum 1 % Larutan tak berwarna
Dimasukkan dalam tabung 1,2,3
2. 5 ml larutan glukosa Larutan tak berwarna
Dimasukkan dalam tabung 4,5,6
3. 5 ml larutan fruktosa Larutan tak berwarna
Dimasukkan dalam tabung 7,8,9
4. 5 ml larutan galaktosa Larutan tak berwarna
Dimasukkan dalam tabung 10,11,12
5. Semua tabung di strerilisasi dengan Larutan tak berwarna
menggunakan autoclave pada suhu
1100C selama 10 menit
6. Dinginkan pada suhu kamar Larutan tak berwarna
(25 0C)
7. Tabung 1,4,7,10 diinkubasi dengan Larutan tak berwarna
ditambahkan suspensi ragi roti
8. Tabung 2,5,8,11 diinkubasi dengan Larutan tak berwarna
ditambahkan suspensi ragi tape
9. Tabung 3,6,9,12 diinkubasi dengan Larutan tak berwarna
ditambahkan suspensi ragi tempe
10. Diperiksa adanya gas CO2 dan bau
alkohol
Amilum + ragi roti Tidak bergelembung + tidak
berbau alkohol
Glukosa + ragi roti Bergelembung + bau alkohol
Fruktosa + ragi roti Bergelembung + bau alkohol
Galaktosa+ ragi roti Tidak bergelembung+ tidak
berbau alkohol
Amilum + ragi tape Bergelembung + bau alkohol
Glukosa + ragi tape Bergelembung + bau alkohol
Fruktosa + ragi tape Bergelembung + tidak bau alkohol
Galaktosa + ragi tape Bergelembung + tidak bau alkohol

Amilum + ragi tempe Bergelembung + bau alkohol


Glukosa + ragi tempe Bergelembung + bau alkohol
Fruktosa + ragi tempe Bergelembung + bau alkohol
Galaktosa + ragi tempe Bergelembung + bau alkohol

Uji benedict
Tabung 1 Bening kekuningan
2 Bening kekuningan
3 Bening kekuningan

Uji Fehling
Tabung 1 Endapan merah bata
2 Endapan merah bata
3 Endapan merah bata
Uji Tollens
Tabung 1 Coklat
2 Coklat
3 Coklat

B. Pembahasan
Percobaan ini berjudul fermentasi dengan tujuannya yaitu untuk
mempelajari kemampuan memfermentasi amilum, glukosa, fruktosa, manosa,
galaktosa oleh beberapa jenis inoculum murni ragi roti (saccharomyces cerevisiae),
ragi tape dan inoculum murni Rhizopus oligosporus. Fermentasi adalah suatu
proses perubahan kimiawi dan sensory dalam makanan yang disebabkan oleh
aktivitas mikroba tertentu yang mengkatalis reaksi, dimana meliputi sederet reaksi
oksidasi-reduksi, yang donor dan aseptor elektronnya adalah senyawa-senyawa
organik yang umumnya menghasilkan energi sehingga sifat-sifat dan kondisinya
menjadi sama sekali berubah dari sebelumnya, kecuali unsur gizi dan kalorinya.
Jenis mikroorganisme yang dapat digunakan antara lain berupa ragi, bakteri, atau
jamur, khamir dan kapang untuk menghasilkan senyawa-senyawa seperti etanol,
butanol, gliserol, asam asetat, atau asam sitrat.
1. Tes Hidrolisis Pati
Amilum akan dihidrolisis menjadi glukosa dengan melakukan
penambahan mikroba yaitu ragi roti, ragi tape, dan ragi tempe. Ketiga ragi disebut
dibuat suspensi dengan cara melarutkan dengan aquadest. Pengujian ini digunakan
plat tetes sebagai medianya. Kemudian plat tersebut diberi nomor 1 sampai 10.
Semua lubang di isi dengan amilum. Pada lubang plat tetes 2,3,4 ditambahkan
dengan suspensi ragi tape dan lubang 8,9,10 ditambah dengan suspensi tape dan
lubang 8,9,10 ditambah dengan suspensi ragi tempe. Setelah 5 menit plat 2,5,8
ditambahkan dengan iod dan setelah 10 menit ditambahkan iod untuk plat 3,6,9 dan
15 menit berikutnya ditambahkan iod untuk plat 4,7, dan 10. Adapun tujuan dari
penambahan iod adalah untuk mengetahui adanya pembentukan kompleks amilum
yang ditandai dengan berubahan warna biru.
Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa amilum dengan penambahan
ragi tape dan tempe mengalami perubahan warna dari ungu menjadi bening, yang
menandakan terjadinya hidroslisis paati. Pada ragi tape plat tetes nomor 7
mengalami hidrolisis sempurna sementara plat nomor 5 dan 6 hanya mengalami
sedikit perubahan warna yang berarti hanya sebagian pati yang terhidrolisis.
Sementara pada penambahan ragi tempe plat 8,9, dan 10 hanya mengalami sedikit
perubahan warna yang berarti hanya sedikit pati yang mengalami hidrolisis. Untuk
amilum dengan penambahan ragi roti semua plat tidak mengalami perubahan warna
dari ungu menjadi bening. Hasil yang diperoleh telah sesuai dengan teori dimana
jenis mikroorganisme yang dapat mengidrolisis pati menjadi glukosa yaitu jenis
kapang (Rhizopus oligoporus dan Aspergillus sp), dimana selain dapat tumbuh
dengan baik, mikroorganisme tersebut juga dapat memecah pati menjadi senyawa
yang lebih sederhana sehingga di sekitar mikroorganisme tersebut terlihat zona
jernih apabila di atas permukaan media tersebut ditetesi larutan jodium. Zona jernih
terlihat karena area tersebut sudah tidak mengandung pati (Melliawati, 2006: 102).
Sementara ragi roti tidak dapat mengalami hidrolisis karena Saccharomyces
cerevisiae merupakan mikroorganisme golongan dari khamir, yaitu
mikroorganisme yang dapat mengfermentasi glukosa menjadi alkohol sambil
membebaskan gas CO2 (Tim Dosen Biokimia, 2016: 1).
Selain itu hasil pengamatan diperoleh dari ketiga ragi ini yang paling cepat
menghidrolisis pati adalah tape dan tempe dimana pada percobaan menghasilkan
warna ungu berbeda dengan ragi roti. Berdasarkan rentang waktunya, dimana
semakin lama waktu ynag digunakan maka amilum semakin banyak terhidrolisis
oleh ketiga ragi tersebut dan warna yang dihasilkan yaitu berwarna ungu hingga
tidak berwarna, serta jika waktu yang dibutuhkan terhidrolis banyak maka gula
(glukosa ) yang dihasilkan akan semakin banyak. Hal ini telah sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa pati akan terhidrolisis menjadi glukosa (Hamdani,2011).
Hal ini karena pati termasuk polisakarida yang apabila terhidrolisis akan menjadi
monosakarida. Adapun reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Ragi Roti
CH 2OH

HO O H
H CH 2OH
OH OH
H O O H
H
H H OH OH
H OH

H H

Amilum
Ragi tape
CH 2OH
CH2OH
HO O H

OH
H
OH
CH 2OH
HO OH
H O O H H
H OH OH
H H OH OH
H OH
H OH
H H H H

Amilum
Ragi tempe
CH 2OH
CH2OH
HO O H

OH
H
OH
CH 2OH
HO OH
H O O H H
H OH OH
H H OH OH
H OH
H OH
H H H H
Amilum
2. Fermentasi alkohol
Pada percobaan ini bertujuan untuk mempelajari kemampuan
memfermentasi amilum, glukosa, fruktosa dan galaktosa oleh beberapa jenis
inoculum murni ragi roti, ragi tape dan ragi tempe sehingga menghasilkan alkohol
dan membebaskan karbondioksida. Pada fermentasi alkohol, asam piruvat dari
glikolisis kehilangan satu karbon dalam bentuk karbondioksida untuk membentuk
asetaldehid, kemudian tereduksi menjadi etil alkohol oleh NADH. Ketika
asetaldehid direduksi menjadi etil alkohol, NADH menjadi NAD+ (mengalami
oksidasi). Seperti fermentasi asam laktat, fermentasi alkohol memungkinkan
glikolisis dapat berlanjut dengan memastikan NADH dikembalikan dalam bentuk
teroksidasinya (NAD+). Prinsipnya reaksi proses pembuatan alkohol dangan fermentasi
adalah sebagai berikut (Kumalaningsih, 1995) : C6H12O6 Khamir 2C2H5OH + 2CO2
Pada perlakuan ini disiapkan 12 tabung reaksi, dimana tabung reaksinya
disterilkan dengan cara pemanasan yang bertujuannya agar air dan bakteri pada
tabung hilang, sehingga tidak menggangu proses fermentasi. Setiap 3 tabung
masing-masing diisi dengan amilum, glukosa, fruktosa dan galaktosa, kemudian
ditutup rapat dengan menggunak an kapas lalu disterilkan atau disterilisasi pada
suhu 1100C. Digunakan suhu 1100C karena proses steril ini merupakan sterilisasi
basah yang dapat digunakan untuk mensterilkan bahan apa saja yang dapat
ditembus uap air dan tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu yang berkisar antara
110 oC dan 121 oC. Tujuan dari ditutup dengan kapas yaitu mencegah masuknya O2
dan mikroorganisme-mikroorganisme dari udara. Sterilisasi dilakukan sebelum
penambahan ketiga ragi. Tujuannya agar mikroorganisme yang terdapat dalam
tabung dapat mati sehingga tidak mengganggu proses fermentasi yang akan
dilakukan oleh ketiga jenis ragi tersebut. Sterilsasi tidak dilakukan setelah
penambaahn ragi karena jika dilakukan setelah penambaahn ragi maka mikroba-
mokroba dalam ragi akan mati menyebabkan tidak dapat melakukan fermentasi.
Setelah mencapai suhu 1100C, tabung didinginkan pada suhu kamar,
kemudian tabung reaksi yang berisi amilum, masing-masing ditambahkan dengan
ragi roti, ragi tape, dan ragi tempe. Begitupun untuk masing-masing tabung
terhadap glukosa, fruktosa dan galaktosa. Selanjutnya dilakukan inkubasi selama 2
hari terhadap masing-masing tabung. Tujuan dilakukan inkubasi adalah untuk
memelihara perkembangan dan pertumbuhan kultur bakteri dengan pada suhu
tertentu. Berdasarkan pengamatan diperoleh bahwa pada tabung yang berisi
amilum ditambahkan dengan ragi roti tidak berbau alkohol dan ada gas CO2, untuk
tabung 2 yang ditambahkan dengan ragi tempe terdapat gas CO2 dan berbau alkohol
sama halnya dengan yang ditambahkan ragi tape berbau alkohol dan ada gas CO2.
Dari hasil percobaan yang diperoleh tidak sesuai dengan teori dimana seharusnya
ragi roti (Saccharomyces cerevisiae) dan ragi tape (Aspergillus sp dan
Saccharomyces cerevisiae) dapat mengasilkan alkohol dan gas CO2.
Saccharomyces cerevisiae dapat mengkonversi gula menjadi etanol karena adanya
enzim invertase dan zimase. Dengan adanya enzim D enzim ini Saccharomyces
cerevisiae memiliki kemampuan untuk mengkonversi baik gula dari kelompok
monosakarida maupun dari kelompok disakarida. Jika gula yang tersedia dalam
substrat merupakan gula disakarida maka enzim invertase bekerja menghidrolisis
disakarida menjadi monosakarida. Setelah itu, enzim zymase akan mengubah
monosakarida tersebut menjadi alkohol dan CO2 (Azizah dkk, 2012: 74-75).
Pada tabung berisi glukosa semua penambahan ragi menghasilkan gas CO2
dan semua tabung menghasilkan alkohol. Untuk tabung yang berisi fruktosa yang
ditambahkan ragi roti berbau alkohol dan ada gas CO2, yang ditambahkan ragi tape
ada gas CO2 tetapi tidak berbau alkohol, sementara yang ditambah ragi tempe
berbau alkohol dan ada gas CO2. Hasil dari galaktosa yang ditambahkan ragi roti
tidak berbau alkohol dan tidak ada gas CO2, yang ditambahkan ragi tape dan tempe
ada gas CO2 tetapi tidak berbau alkohol. Hasil yang diperoleh telah sesuai dengan
teori bahwa meskipun Saccharomyces cerevisiae dapat mengubah gula sederhana
menjadi etanol, namun sejumlah penelitian menyebutkan bahwa Saccharomyces
cerevisiae tidak mampu mengkonversi galaktosa menjadi etanol (sesuai dengan
hasil percobaan). Sehingga dalam proses fermentasi bioetanol dari sumber laktosa,
hanya glukosa saja yang diubah menjadi etanol (Azizah dkk, 2012: 74-75).
Sementara pada ragi tempe tidak sesuai dengan teori karena Rhizopus oligoporus
merupakan jenis kapang yang tidak bisa mengfermentasi. Sementara pada
pembuatan tape telah sesuai dengan teori bahwa mikroba yang juga berperan selain.
Kapang dan khamir yang sesuai dapat mempengaruhi proses hidrolisis pati serta
fermentasinya. Dimana, kapang dapat mengkonversi pati menjadi glukosa, khamir
dapat mengkonversi glukosa menjadi etanol dan karbon dioksida pada proses
fermentasi (Meliawati, 2006: 102).
Berdasarkan Waktu Fermentasi bahwa Waktu berpengaruh terhadap hasil
fermentasi. Makin lama waktu fermentasi makin besar massa alkohol yang
dihasilkan sehingga kadarnya besar. Pada waktu 36 jam terjadi kenaikan massa
alkohol dan akan mencapai hasil yang makin optimum pada waktu 60 jam dengan
hasil 9,3%. Penggunaan beberapa mikroorganisme tersebut disesuaikan dengan
substrat atau bahan yang akan difermentasi dan kondisi proses yang akan
berlangsung. Sekarang ini mikroorganisme yang banyak digunakan dalam proses
fermentasi alkohol adalah Sacharomyces cerevisiae yang dapat berproduksi tinggi,
tahan atau toleran terhadap kadar alkohol yang tinggi, tahan terhadap kadar gula
yang tinggi dan tetap melakukan aktivitasnya pada suhu 4 – 32oC. (Santi, 2008).
Tabung yang berisi amilum dilakukan uji benedict dan fehling untuk
pengujian gula-gula pereduksi pada amilum dan uji tollens untuk menguji adanya
gugus keton pada amilum yang ditandai dengan terbentuknya cermin perak. Pada
uji benedict, ketiga tabung ditambahkan dengan larutan benedict menghasilkan
warna biru kemudian dipanaskan menghasilkan larutan bening kekuningan. Namun
tidak menghasilkan endapan merah bata. Hasil yang diperoleh telah sesuai dengan
teori bahwa menurut Sumardjo (2010: 237), ketika pereaksi Fehling ditambah
karbohidrat pereduksi, kemudian dipanaskan, akan terjadi perubahan warna dari
biru jadi hijau jadi kuning kemudian kemerah merahan dan akhirnya terbentuk
endapan merah bata kupro oksida bila jumlah karbohdirat pereduksi banyak.
Sehingga warna kuning yang dihasilkan menandakan hanya sedikit konsentrasi
karbohidrat pereduksi yang terkandung. Pada uji fehling yang menghasilkan
endapan merah bata untuk semua tabung. Hasil yang diperoleh sesuai dengan teori
untuk amilum dengan penambahan ragi tempe, dimana ragi tempe (Rhizopus
oligoporus) merupakan golongan kapang sehingga dapat menghidrolisis amilum
menjadi glukosa. Sementara pada penambahan amilum dengan ragi roti dan ragi
tape tidak sesuai dengan teori karena Saccharomyces cerevisiae dalam ragi roti
adalah golongan khamir memiliki kemampuan untuk mengfermentasi baik gula dari
kelompok monosakarida maupun dari kelompok disakarida, sehingga ragi roti tidak
menghasilkan gula pereduksi, karena tidak bisa menghidrolisis amilum menjadi
monosakarida. Sementara ragi tape yang memiliki dua mikroba dari kapang dan
khamir (Aspergillus sp dan Saccharomyces cerevisiae) yang dapat menghidrolisis
amilum menjadi glukosa kemudian mengfermentasi glukosa mengasilkan alkohol
dan gas CO2 (Azizah dkk, 2012: 74-75). Untuk pemanasan karbohidrat pereduksi
dengan pereaksi Benedict akan terjadi perubahan warna dari biru menjadi endapan
merah bata kupro oksida apabila konsentrasi karbohidrat pereduksi cukup tinggi
(Sumardjo, 2010: 237). Untuk uji tollens, larutan gula direaksikan dengan pereaksi
tollens kemudian dipanaskan. Tidak ada tabung yang membentuk cermin perak. Hal
ini tidak sesuai dengan teori dimana jika karbohidrat pereduksi dipanaskan dengan
pereaksi Tollens dalam tabung reaksi bersih, terbentuk lapisan tipis menyerupai
cermin perak pada bagian bawah tabung (Sumardjo, 2010: 237). Ketidak sesuaian
ini dikarenakan beberapa faktor yaitu pH, nutrien, temperatur, oksigen, dan
lamanya proses fermentasi. Adapun reaksi-reaksi yang terjadi yaitu:

Uji Benedict
CH 2OH
CH2OH CH2OH

O H H O H H OH
H
H
H
H + 2CU 2+
+ 5OH - H + Cu2O + 3H2O
HO H
HO H O
OH
HO H
HO O H
HO biru, kuning,
H HO
H HO kemerah-merah
an atau endapan
merah bata
Uji Fehling
CH2OH CH 2OH
CH2OH

O H H O H H OH
H H H
H H
+ Cu2O + 3H2O
HO H
OH + 2Cu2+ + 5OH HO H O
HO O H HO H
HO biru dan
H HO
H HO endapan merah
bata
Uji Tollens CH 2OH
CH2OH
CH2OH
H OH
O H H O H H
H H HO H O
H H
HO H
OH 2Ag(NH3)2OH- HO H
cermin perak
HO O H
HO H HO
H HO
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa:
1. Ragi tape (Aspergillus sp dan Saccharomyces cerecisiasae) dan ragi tempe
(Rhizopus oligosporus) dapat mengalami hidrolisis karena merupakan jenis
kapang dengan kemampuan hidrolisis yang rendah, sementara ragi roti tidak
dapat menghidrolisis karena merupakan jenis khamir.
2. Ragi roti (saccharomyces cerecisiasae) dan tape (Aspergillus sp dan
Saccharomyces cerecisiasae) dapat menfermentasi karena merupakan jenis
khamir mengasilkan alkohol dan gas CO2. Saccharomyces cerevisiae dapat
mengkonversi gula menjadi etanol karena adanya enzim invertase dan zimase.
Dengan adanya enzim D enzim ini Saccharomyces cerevisiae memiliki
kemampuan untuk mengkonversi baik gula dari kelompok monosakarida
maupun dari kelompok disakarida.
3. Hasil uji gula pereduksi menunjukkan bahwa amilum dengan penambahan ragi
tempe menghasilkan gula pereduksi, dimana ragi tempe (Rhizopus oligoporus)
merupakan golongan kapang sehingga dapat menghidrolisis amilum menjadi
glukosa. Sementara pada penambahan amilum dengan ragi roti dan ragi tape
tidak menghasilkan gula pereduksi, karena ragi roti (saccharomyces
cerecisiasae) adalah golongan khamir yang tidak bisa menghidrolisis amilum
menjadi monosakarida. Sementara ragi tape yang memiliki dua mikroba dari
kapang dan khamir (Aspergillus sp dan Saccharomyces cerevisiae) yang dapat
menghidrolisis amilum menjadi glukosa kemudian mengfermentasi glukosa
mengasilkan alkohol dan gas CO2, sehinggga tidak ada gula pereduksi.
Sementara uji tollens tidak menghasilkan cermin perak yang berarti tidak
adanya gugus keton pada amilum.
B. Saran
Untuk pratikan selanjutnya agar lebih teliti dalam mereaksikan bahan dan
menjaga kebersihan selama pratikum.
DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, Rika, Ani Triana, dan Widya Juliarti. 2015. Buku Ajar Biologi
Reproduksi dan Perkembangan. Yogyakarta: Deepuplish.

Azizah N,A.N. Al Baarri, dan S.Mulyani. 2012. Pengaruh Lama Fermentasi


Terhadap Kadar Alkohol, pH, Dan Produksi Gas Pada Proses Fermentasi
Bioetanol Dari Whey Dengan Substitusi Kulit Nanas. Jurnal Aplikasi
Teknologi Pangan. Vol.1, No.2.

Debora, Nangin, dan Aji Sutrisno. Enzim Amilase Pemecah Pati Mentah Dari
Mikroba: Kajian Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 3.
Malang: Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya
Gandjar, Indrawati, Wellyzar Sjamsuridzal dan Ariyanti Oetari. 2006. Mikrologi
Dasar Dan Terapan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Meliawati, Ruth, dkk. 2006. Seleksi Mikroorganisme Potensial untuk Fermentasi


Pati Sagu. Jurnal Biodiversitas, Vol. 7, No. 2.
Mursito, Bambang. 2004. Ramuan Tradisional Pelangsing Tubuh. Jakarta: Seri
Agrisehat.

Nurcahyo, Heru. 2011. Diktat Bioteknologi. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan


(Jurdik) Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.

Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 2009. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga.
Jakarta: PT kompas Media Nusantara.

Sumardjo, Darmin. 2009. Pengantar Kimia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC.

Santi, Sintha Soraya. 2008. 2015. Pembuatan Alkohol Dengan Proses Fermentasi
Buah Jambu Mete Oleh Khamir Sacharomices Cerevesiae. Jurnal
Penelitian Ilmu Teknik Vol.8, No.2. Jatim: Tekbik Kimia FTI-UPN.

Suprapti, Lies. Badeg Dan Anggur Jambu Mete. 2005. Yogyakarta: Penerbit
Kanius.

Tim Dosen Biokimia. 2016. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar;


Laboratorium Kimia FMIPA UNM.

Tim Penulis Laboratorium Kimia Pangan. 2002. Kamus Istilah Pangan Dan
Nutrisi. Yogyakarta: Penerbit Kanius.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Adapun uji positif
a. Saccharomyces cerevisiae : dapat memfermentasi glukosa, fruktosa dan
galaktosa menghasilkan etanol dan CO2.
b. Ragi Tape : dapat memfermentasi amilum menghasilkan glukosa , alcohol
dan CO2.
c. Ragi Tempe : dapat memfermentasi amilum menghasilkan glukosa, alcohol
dan CO2.
2. Reeaksi fermentasi yang terjadi pada :
Glukosa+ saccharomyces cerevisiae C2H5OH + CO2
Glukosa+ ragi tape C2H5OH + CO2
Glukosa + Rhizopus Oligosporus C2H5OH + CO2
JURNAL PERCOBAAN
PRAKTIKUM BIOKIMIA

Judul percobaan : Fermentasi


Hari/tanggal percobaaan : Jum’at/ 15 Desember 2016
Nama/nim : Miratun Aini/ 1413040010
Kelas/ Kelompok : Pendidikan Kimia/ IV
Anggota kelompok : 1.Anugrah Pratama
2. Isti Amalia Damayanti
3. Pratiwi Herman
4. Sitti Hajar Nasution
Asisten : Ida Mashita

A. Tujuan Percobaan
Untuk mempelajari kemampuan menfermentasi amilum, glukosa, fruktosa,
manosa, galaktosa oleh beberapa jenis inokulum murni ragi roti (Saccharomyces
cerevisiae), ragi tape dan inokulum murni Rhizopus oligosporus.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Plat tetes 1 buah
b. Pipet tetes 6 buah
c. Tabung Reaksi 17 buah
d. Spatula 1 buah
e. Rak tabung reaksi 2 buah
f. Batang pengaduk 2 buah
g. Botol semprot 1 buah
h. Auto clave 1 buah
i. Gelas kimia 50 mL 3 buah
j. Gelas kimia 800 mL 1 buah
k. Kaki tiga dan kasa 2 buah
l. Bunsen 3 buah
m. Gelas ukur 10 mL 2 buah
n. Gelas ukur 25 mL 1 buah
o. Lap kasar 1 buah
p. Lap halus 1 buah
q. Stopwatch 1 buah
r. Penjepit tabung 2 buah
2. Bahan
a. Ragi roti
b. Ragi tape
c. Ragi tempe
d. Amilum 1% (C6H12O6)n
e. Glukosa (C6H12O6)
f. Fruktosa 5% (C6H12O6)
g. Galaktosa 5% (C6H12O6)
h. Iod 0,1% (I2)
i. Pereaksi benedict/fehling
j. Pereaksi tollens
k. Kapas Penutup
l. Aluminium foil
m. Aquades (H2O)
n. Tissue
o. Korek api

C. Prosedur kerja
1. Tes Hidrolisis Pati
2. Fermentasi Alkohol

1 2 3 1 2 3

5-20 mL
Pati 1% tutup dengan kapas

4 5 6 4 5 6

5-20 mL
glukosa tutup dengan kapas

7 8 9 7 8 9

5-20 mL
fruktosa tutup dengan kapas

10 11 12 10 11 12

5-20 mL
galaktosa tutup dengan kapas
13 14 15 13 14 15

5-20 mL
mannosa tutup dengan kapas

Uji tollens untuk tabung 1-3

Uji Benedict/Fehling untuk tabung 1-3


1 2 3

Diamati

Makassar, 13 November 2016


Asisten Praktikan

Ida Mashita MiratunAini

Anda mungkin juga menyukai