Anda di halaman 1dari 27

AKUNTANSI MANAJEMEN

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN


Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah : Akuntansi Manajemen
Dosen Pengampu : Drs. Muhdin, M.Si.

Disusun Oleh :

Baiq Adinda Salwa Apriani (A1B017017)


Dedy Solly Yesnath (A1B017032)
Derry Imam Hidayatullah (A1B017034)
Dewi Febriani (A1B017036)
Habibah (A1B017055)
Oscar Ivan Immanuel Dimara (A1B016171)

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumwarrahmatullahiwabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat serta Bimbingan-Nya
penulis dapat menyelesaikan Makalah yang mengangkat tema tentang “Analisis Laporan Keuangan”.
Adapun Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Manajemen. Makalah ini
berisikan tentang tata cara menganalisis laporan keuangan serta pengetahuan tentang apa itu laporan
keuangan.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun masih jauh dari kata sempurna dikarenakan adanya
keterbatasan dalam kemampuan kami. Namun demikian, kami telah berusaha dengan segala
kemampuan yang ada disertai dengan petunjuk dan bimbingan dari Dosen mata kuliah Akuntansi
Manajemen, juga tak luput dari bantuan semua pihak yang memungkinkan terselesaikannya makalah
ini.

Proses penyusunan makalah ini kami buat berdasarkan hasil pemikiran bersama dan beberapa sumber
sebagai referensinya. Kami berharap kritik dan saran demi tercapainya makalah yang lebih baik di masa
yang akan datang. Semoga makalah “Analisis Laporan Keuangan” ini dapat memberikan infromasi yang
berguna bagi para pembaca serta bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

Wassalamu’alaikumwarrahatullahiwabarakatuh

Mataram, 21 November 2019

Penyusun

Analisis Laporan Keuangan Page 1


DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………………………………..

Bab I Pendahuluan…………………………………………………………………………………………

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………………………...


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………………………….
1.3 Tujuan Pembahasan……………………………………………………………………………………...

Bab II Pembahasan…………………………………………………………………………………………

2.1 Pengertian Laporan Keuangan………………………………………………………………………...

2.2 Analisis Laporan Keuangan……………………………………………………………………………

2.2.1 Analisis Tren………………………………….……………………………………………………….

2.2.2 Analisis Horizontal……………………………………………………………………………………

2.2.3 Analisis Vertikal………………………………………………………………………………………

2.2.4 Analisis Rasio…………………………………………………………………………………………

2.3 Rasio Keuangan…………………………………………………………………………………………

2.3.1 Rasio Likuiditas…………………………………………………………………………………….....

2.3.2 Rasio Aktivitas…………………………………………………………………………………….......

2.3.3 Rasio Profitabilitas………………………………………………………………………………….....

2.3.4 Rasio Utang…………………………………………………………………………………………....

2.4 Pemakai Rasio Keuangan…………………………………………………………………………….

2.5 Keterbatasan Analisis Rasio…………………………………………………………………………...

Bab III Penutup……………………………………………………………………………………………..

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………………………

3.2 Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………………

Analisis Laporan Keuangan Page 2


BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang memberikan gambaran tentang
keadaan posisi keuangan, hasil usaha, serta perubahan dalam posisi keuangan suatu perusahaan. Laporan
keuangan juga merupakan kesimpulan dari pencatatan transaksi yang dilakukan oleh suatu perusahaan.
Laporan keuangan adalah media yang paling penting untuk menilai kondisi ekonomi dan prestasi
manajemen. Laporan keuangan disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang telah
ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). SAK memberikan fleksibilitas bagi manajemen dalam
memilih metode maupun estimasi akuntansi yang dapat digunakan. Wardhani (2008) menyatakan
fleksibilitas tersebut akan mempengaruhi perilaku manajer dalam melakukan pencatatan akuntansi dan
pelaporan transaksi keuangan perusahaan.
Dalam rangka membantu pengguna laporan keuangan dalam memahami dan menginterpretasikan
laporan keuangan maka perlu dibuat analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan dimaksudkan
untuk membantu bagaimana memahami laporan keuangan, bagaimana menafsirkan angka-angka dalam
laporan keuangan, bagaimana mengevaluasi laporan keuangan dan bagaimana menggunakan informasi
keuangan untuk pengambilan keputusan. Teknik analisis yang sering digunakan dalam menganalisis
laporan keuangan adalah analisis rasio. Analisis rasio adalah teknik analisis untuk mengetahui hubungan
matematis dari pos-pos tertentu dalam setiap elemenlaporan keuangan. Hasil dari perhitungan rasio akan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, agar dapat diketahui perubahan yang terjadi, apakah mengalami
kenaikan atau penurunan.
Analisis laporan keuangan menggunakan perhitungan rasio-rasio agar dapat mengevaluasi keadaan
finansial perusahaan dimasa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang. Rasio dapat dihitung berdasarkan
sumber datanya yang terdiri dari rasio-rasio neraca yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari
neraca, rasio-rasio laporan laba-rugi yang disusun dari data yang berasal dari perhitungan laba-rugi, dan
rasio-rasio antar laporan yang disusun berasal dari data neraca dan laporan laba-rugi. Laporan keuangan
perlu disusun untuk mengetahui apakah kinerja perusahaan tersebut meningkat atau bahkan menurun dan
didalam menganalisis laporan keuangan diperlukan alat analisis keuangan, salah satunya adalah dengan
menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan tersebut meliputi rasio likuiditas, rasio solvabilitas.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu Laporan Keuangan ?


2. Cara apa saja yang dapat digunakan untuk menganalisis Laporan Keuangan ?
3. Cara apa saja yang dapat digunakan untuk menganalisis Rasio Keuangan ?
4. Siapa sajakah pengguna Rasio Keuangan?
5. Faktor apa saja yang menjadi Penyebab Keterbatasan Analisis Rasio?

Analisis Laporan Keuangan Page 3


1.3 TUJUAN PEMBAHASAN

Tujuan dari penyusunan Makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang ilmu
laporan keuangan serta cara-cara dalam menganalisisnya. Juga siapa saja yang turut berperan di
dalamnya, dan faktor apa saja yang menyebabkan keterbatasan analisis rasio.

Analisis Laporan Keuangan Page 4


BAB I I PEMBAHASAN

2.1 L A P O R A N K E U A N G A N
Secara sederhana keuangan dapat disebut sebagai ikhtisar yang menunjukan ringkasan posisi
keuangan dan hasil usaha sebuah organisasi yang menyelenggarakan transaksi keuangan. Laporan
keuangan disajikan secara periodic atau dalamm potongan-potongan periode waktu secara konsisten.
Laporan keuangan yang formal dan lengkap meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan
ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan. Tiap elemen laporan keuangan disajikan dalam ikhtisar
terpisah yang masing masing merupakan bagian yang tidak terpisahkan.
Neraca merupakan ikhtisar yang menunjukan posisi keuangan yang terdiri dari kelompok aktiva,
kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu, misalnya pada tanggal 31 Desember, 31 Maret, 30 juni, atau
tanggal-tanggal lain yang di kehendaki.
Laporan laba rugi merupakan ikhtisar keuangan yang menunjukan daftar jumlah pendapatan,
biaya, dan laba atau rugi selama satu periode tertentu, misalnya setahun.
Laporan arus kas merupakan ikhtisar yang menunjukan sumber dan penggunaan dan dalam satu
periode laporan. Laporan ini di bagi menjadi tiga bagian yang menggambarkan arus kas dari aktivitas
operasi, investasi, dan pendanaan
Laporan modal merupakan ikhtisar yang memuat informasi tentang modal awal tahun dan
mutasinya pada periode berjalan, serta saldo modal pada akhir periode.
Catatan atas laporan keuangan merupakan penjelasan tentang gambaran umum perusahaan,
kebijakan akuntansi yang digunakan perusahaan, dan penjelasan tiap akun yang disajikan dalam empat
ikhtisar keuangan diatas. Analisis laporan keuangan memerlukan memerlukan informasi ini untuk
mendukung hasil analisis yang dibuat bentuk rasio-rasio keuangan.

Tujuan Laporan keuangan


Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “tujuan laporan keuangan adalah memberikan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi”.

Penggunaan laporan keuangan


• Investor
Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil
pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu
menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut.
• Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas
dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja
• Pemberi Pinjaman

Analisis Laporan Keuangan Page 5


Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan
apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
• Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk
memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.
• Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan terutama
kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang atau tergantung pada perusahaan
• Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasannya berkepentingan dengan alokasi
sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan.
• Masyarakat
Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend)
dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

2.2 A N A L I S I S L A P O R A N K E U A N G A N
2.2.1 ANALISIS TREN
Analisis tren merupakan analisis laporan keuangan yang biasanya dinyatakan dalam presentase
tertentu. Dalam analisis tren perbandingan analisis dapat dilakukan dengan menggunakan analisis
horizontal atau dinamis. Data yang digunakan adalah data tahunan atau periode yang digunakan biasanya
hanya dua atau tiga periode saja. Hal ini disebabkan karena jika lebih dari tiga periode akan mengalami
kesulitan untuk menganalisis nya lebih cepat.
Dalam analisis ini informasi yang di sajikan dalam laporan keuangan akan memberikan gambaran
tentang kinerja perusahaan pada masa lalu. Berdarsarkan hasil analisis ini perusahaan akan mengambil
keputusan yang relevan dengan kepentingannya. Hasil analisis tren biasanya dihitung dalam presentase.
Salah satu model sederhana dari analisis horizontal adalah analisis tren. Persentase tren dalam
analisis ini menujukkan perubahan data keuangan perusahaan dalam proses untuk beberapa tahun
berdasarkan suatu tahun dasar tertentu. Analisis ini lebih bermanfaat untuk menilai perkembangan
perusahaan dalam periode yang relaitf lebih lama, misalnya lima tahun.

Analisis Laporan Keuangan Page 6


Contoh Analisis Tren :
Peraga analisis 16-1
PT CN - ANALISIS TREN TAHUN 2005-2009

2005 2006 2007 2008 2009


Penjualan (Rp) 587.744,- 649.210,- 697.975,- 748.284,- 813.352,-
Penjualan (%) 100 110,46 118,75 127,31 138,36
Laba (Rp) 38.458,- 40.625,- 45.256,- 46.195,- 46.723,-
Laba (%) 100 105,63 117,68 120,12 121,49
Total aktiva (Rp) 121.000,- 123.345,- 130.123,- 135.1138,- 167.850,-
Total aktiva (%) 100 101.45 107,45 111,67 138,72

Persentase penjualan, laba dan total aktiva setiap tahun masing-masing dihitung berdasarkan data tahun
2005. Misalnya tingkat penjualan pada tahun 2005 Rp. 587.774,- dan penjualan tahun 2009 Rp. 813.352,-
. Persentase penjualan tahun 2009 dapat dihitung sebagai berikut :

Penjualan 2005 (%) = 813.352/587.744 X 100%


= 138,36%
Hasil perhitungan ini menunkjukan bahwa dibandingkan tahun 2005 tingkat penjualan sudah mengalami
kenaikan sebesar 138,36% pada tahun 2009. Demikian juga dengan persentase laba tahun 2009 sebesar
121,49% berasal dari hitungan (Rp. 46.723,- / Rp. 38.458,-)%. Rasio-rasio ini menunjukkan seberapa
cepat pertumbuhan perusahaan dalam memperoleh kenaikan penjualan dan laba dari tahun ke tahun.
Model ini dapat digunakan untuk menghitung perkembangan setiap akun yang ada dalam neraca dan
laporan laba rugi dari tahun ke tahun. Dalam pengukuran kinerja finansial penggunaan angka-angka
persentase ini lebih populer dibanding dengan jumlah satuan mata uang.
2.2.2 ANALISIS HORIZONTAL
Analisis Horizontal adalah suatu perbandingan antara dua tahun laporan keuangan atau lebih yang
disajikan secara komparatif. Untuk kepentingan analisis ini, laporan keuangan disajikan secara komparatif
untuk dua periode laporan atau lebih. Penyajian dengan cara tersebut memudahkan pembaca laporan
untuk membandingkan elemen-elemen laporan keuangan di antara periode yang dilaporkan. Dalam
laporan ini kemudian disajikan selisih kenaikan atas penurunan nilai setiap elemen laporan keuangan
yang dinyatakan dalam persen dan nilai mata uang tertentu.
Analisis horizontal neraca. Dalam peraga 16.2 dan 16.3 dapat dilihat perbandingan-perbandingan
tersebut. Missal dalam neraca dapat dilihat perbedaan total aktiva tahun 2009 sebesar Rp 167.851,-
dengan total aktiva tahun 2008 sebesar Rp 135.118,-. Dengan menggunakan model analisis ini dapat
diketahui bahwa dibanding tahun 2008, total aktiva perusahaan tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar
Rp 32.733,- atau sebesar 24.23% dengan perhitungan sebagai berikut:

Analisis Laporan Keuangan Page 7


Kenaikan (Rp) = Rp 167.851,- - Rp 135.118,-

= Rp 32.733,-

Kenaikan (%) = Rp 167.851,- - Rp 135.118,-


Rp 135.118,-
= 24,23%
Dalam perhitungan persentase total aktiva mengalami kenaikan sebesar 24,23% atau sebesar (Rp32.733,-
/Rp135.188,-)% atau (Rp 167.851,- - Rp 135.118,-) x 100%. Cara perhitungan ini dapat dibuat untuk
menghitung kenaikan atau penurunan nilai akun lain yang disajikan dalam neraca. Misalnya kenaikan
saldo utang jangka pendek sebesar Rp 21.009,- atau 58,56% dibanding saldo akhir tahun sebelumnya.
Contoh analisis horizontal :
Peraga analisis 16-2
PT CN – NERACA DAN ANALISIS HORIZONTAL
PER 31 DESEMBER 2009 & 2008 (Rp 000)
2x09 2x08 NAIK(TURUN)
Rp Rp Rp Rp
AKTIVA
AKTIVA LANCAR
Kas 32.441 31.413 1.027 3,27
Piutang Usaha 22.997 21.194 1.803 18,51
Persediaan barang dagangan 15.078 14.186 892 6,29
Aktiva lancar lainnya 1.900 1.700 200 11,74
72.726 68.493 4.222 6.16

AKTIVA TETAP
Harga perolehan 123.000 88.000 35.000 39,77
Akumulasi penyusutan 27.865 21.375 6.490 30,36
95.135 66.625 28.510 42,9
TOTAL AKTIVA 167.851 135.118 32.732 24,23

KEWAJIBAN & EKUITAS

UTANG JANGKA PENDEK


Utang usaha 28.890 24.557 4.334 17,65
Utang jangka pendek lainnya 27.813 11.138 16.675 149,73
56.703 35.695 21.009 58,86

KEWAJIBAN JANGKA PANJANG


Utang Bank 14.951 19.951 (5.000) (25,06)
EKUITAS 50.000 50.000 - -
Modal saham – 500 saham 46.197 29.473 16.723 56,74

Analisis Laporan Keuangan Page 8


Saldo laba 96.197 79.473 16.723 21,04

TOTAL KEWAJIBAN & EKUITAS 167.851 135.119 32.732 24,23

Analisis horizontal laba rugi. Atas elemen laba rugi juga dapat dibuat analisis horizontal yang
menggambarkan kenaikan atau penurunan nilai hasil usaha selama periode yang dilaporkan. Misalnya
laba bersih 2009 mengalami kenaikan sebesar Rp 527,- atau 1,14% dibanding tahun 2008.
Peraga 16-3
PT CN – LAPORAN LABA RUGI DAN ANALISIS HORIZONTAL
TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2009 (Rp 000)
2009 2008 NAIK/TURUN
Rp Rp Rp Rp
Penjualan 813.352 748.284 65.068 8,70
Beban pokok penjualan 625.643 596.364 29.279 4.91
Laba Bruto 187.709 151.920 35.789 23,56
Beban usaha :
Beban penjualan 88.299 72.830 15.468 21,24
Beban administrasi & umum 47.545 29.143 18.403 63,15
135.844 101.973 33.817 33,22
Laba usaha 51.865 49.947 1.918 32,40
Pendapatan & beban lain-lain
Pendapatn lain-lain 7.865 6.352 1.512 23,81
Beban lain-lain 6.456 5.390 1.065 19,77
1.409 962 447 46,46
Laba sebelum pajak 53.724 51.642 1.631 3,16
Taksiran pajak peghasilan 6.550 5.446 1.104 20,27
Laba bersih 46.724 46.196 527 1,14

Dalam laporan laba rugi dapat dilihat kenaikan penjualan, biaya-biaya, dan laba pada tahun 2009
dibanding dengan elemen yang sama pada tahun 2008. Dalam laporan tersebut misalnya dapat dilihat
penjualan tahun 2009 sebesar Rp 813.352,- dengan penjualan selama tahun 2008 sebesar Rp 748.284,-.
Dengan menggunakan model analisis ini dapat diketahui bahwa penjualan perusahaan tahun 2009
mengalami kenaikan sebesar Rp 65.068,- atau 8,70% dibanding tahun 2008. Kenaian tersebut dapat
dihitung dengan prosedur sebagai berikut :

Kenaikan (Rp) = Rp 813.352,- - Rp 748.284,-


= Rp 65.068,-

Kenaikan (%) = Rp 65.068,-


Rp 748.284,- x 100%
= 8,70%

Analisis Laporan Keuangan Page 9


Cara perhitungan yang sama berlaku juga untuk semua kelompok akun aktiva lancar, aktiva tetap, aktiva
lain-lain, utang lancar, kewajiban jangka panjang, dan ekuitas beserta elemen-elemennya dalam neraca,
serta akun pendapatan dan beban dalam laporan laba rugi. Untuk membedekannya dari selisih kenaikan,
selisih yang merupakan penurunan biasanya dinyatakan dalam angka yang diberi tanda kurung, baik
untuk angka persentase maupun nilai uang.
Sebagai ilustrasi, misalkan dari data penjualan dan laba dari laporan laba rugi PT CN di atas secara
berutur-turut dalam ribuan rupiah. Berdasarkan urutan data penjualan, laba, dan total aktiva tersebut
analisis trennya dapat disusun seperti peraga 16.1.

2.2.3 ANALISIS VERTIKAL

Analisis vertikal membutuhkan penyajian laporan keuangan perusahaan dalam bentuk common
size. Laporan common size ini merupakan suatu bentuk laporan yang menunjukkan item-item di
dalamnya yang dinyatakan dalam presentase dan juga dalam mata uang. Dalam laporan laba rugi,
persentasenya didasarkan pada total penjualan dan dalam neraca persentase didasarkan pada total aktiva.

Dalam implementasinya terhadap laporan laba rugi, analisis ini dapat digunakan untuk
mengetahui besarnya tingkat pengorbanan yang dilakukan untuk mencapai tingkat penjualan yang dicapai
dalam operasi bisnis. Penerapannya terhadap neraca dapat digunakan untuk mengetahui proporsi tiap
elemen aktiva, kewajiban, dan modal dibanding total aktiva. Analisis ini juga sekaligus memberikan
indikasi lebih awal mengenai kesehatan posisi keuangan perusahaan, baik dalam komposisi untuk tahun
berjalan maupun menurut perkembangan dari tahun ke tahun.

Sebagai ilustrasi, Peraga 16-4 merupakan contoh analisis vertical untuk neraca dan peraga 16-5
menunjukkan analisis vertikal untuk laba rugi. Dalam Peraga 16-4 misalnya terdapat persentase
common-size aktiva lancar sebagai 43,32% pada tahun 2009 dan 50,69 pada tahun 2008, dengan
perhitungan sebagai berikut :

Rasio 2009 = Rp 72.715.455,-


Rp 167.850.872,- x 100%
= 43,32%
Rasio 2008 = Rp 68.493.352,-
= Rp 135.118.352,- x 100%
= 50,69%

Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa dari total aktiva sebesar Rp 167.850.872,- pada tahun
2009, 43,32% di antaranya terdiri dari aktiva lancar dan dari total aktiva sebesar Rp 135.118.352,- pada
tahun 2008, 50,69% di antaranya terdiri dari aktiva lancar. Bandingkan dengan perbedaan komposisi
tersebut dan gunakan cara berpikir analisis tren untuk memberikan makna atas hasil-hasil perhitungan
tersebut.

Analisis Laporan Keuangan Page 10


Peraga 16-4
PT CN –NERACA DAN ANALISIS VERTIKAL
PER 31 DESEMBER 2009 & 2008 (Rp 0000)
2009 2008 %COMMON-SIZE
Rp Rp 2x09 2x08
AKTIVA
AKTIVA LANCAR
Kas 32.441 31.413 19.33 23,25
Piutang usaha 22.997 21.194 13,7 15,69
Persediaan barang dagangan 15.078 14.186 8,98 10,5
Aktiva lancar lainnya 1.900 1.700 1,13 1,26
72.726 68.493 43,32 50,69
AKTIVA TETAP
Harga perolehan 123.000 88.000 73,28 65,12
Akumulasi penyusutan 27.865 21.375 16,60 15,82
95.135 66.625 56,68 49,31
TOTAL AKTIVA 167.851 135.118 100,00 100,00
KEWAJIBAN& EKUITAS
UTANG JANGKA PENDEK
Utang usaha 28.890 24.557 17,21 18,17
Utang jangka pendek lainnya 27.813 11.138 16,57 8,24
56.703 35.695 33,78 26,42
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang bank 14.951 19.951 8,91 14,77
EKUITAS
Modal saham 500 lembar 50.000 50.000 29,79 37,00
Saldo laba 46.197 29.473 27,52 21,81
96.197 79.473 57,31 58,82
TOTAL KEWAJIBAN & EKUITAS 167.851 135.119 100,00 100,00

Peraga 16-5
PT CN- LAPORAN LABA RUGI DAN ANALISIS VERTIKAL
TAHUN YANG BERAKHIR TANGGAL 31 DESEMBER 2009 & 2008 (Rp 000)

2009 2008 %COMMON-SIZE


Rp Rp 2x09 2x08
Penjualan 813.352 784.284 100,00 100,00
Beban pokok penjualan 625.643 596.364 76,92 79,70
Laba bruto 187.709 151.920 23,08 20,30
Beban usaha :
Beban penjualan 88.209 72.830 10,86 9,73
Beban administrasi & umum 47.545 29.143 5,85 3,89
135.844 101.971 16,70 13,63
Laba usaha 51.865 49.974 6,38 6,67
Pendapatan & beban lain-lain
Pendapatan lain-lain 7.865 6.352 0,97 0,85

Analisis Laporan Keuangan Page 11


Beban lain-lain 6.456 5.390 0,79 0,72
1.409 962 0,17 0,13
Laba sebelum pajak 53.274 51.642 6,55 6,90
Taksiran sebelum pajak 6.550 5.446 0,81 0,73
Laba bersih 46.724 46.196 5,74 6,17

Dalam Peraga 16-5 terdapat persentase common-size beban pokok penjualan sebesar 23.08% pada tahun
2009 dan 20,30% pada tahun 2008, dengan perhitungan sebagai berikut:

Rp 187.708.600
Rasio 2009 =
Rp 813.352.000 x 100%

= 23,08%

Rp 151.919.522
Rasio 2008 =
Rp 748.283.840 x 100%

= 20,30%

Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa dari total penjualan sebesar Rp 813.352.000,- pada tahun
2009 diperoleh proporsi laba bruto sebesar 23,08% dan dari total penjualan sebesar Rp 748.283.840,-
pada tahun 2008, diperoleh proporsi laba bruto sebesar 20,30%.

Secara operasional rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan harus menghabiskan 76,92%
(100%-23,08%) dari hasil penjualannya untuk membiayai proses produksi atau pengadaan persediaan
untuk dijual pada tahun 2009. Sementara untuk keperluan yang sama pada tahun 2008, perusahaan harus
menyediakan 79,70% (100%-20,30%) dari hasil penjualannya. Dari segi tren, hal ini menunjukkan
peningkatan efisiensi di mana persentase laba bruto mengalami kenaikan karena persentase biaya
pengadaan persediaan barang jadi menjadi lebih rendah.
Seperti dikemukakan di atas, contoh-contoh analisis di atas menunjukkan bahwa angka rupiah
yang disajikan dalam setiap elemen laporan keuangan akan menjadi lebih bermakna bila dianalisis lebih
jauh dengan berbagai model yang tersedia. Bagi manajemen hasil analisis ini menjadi sangat penting
karena dengan berbagai analisis tersebut kinerja manajemen diukur dan di evaluasi.Dengan menggunakan
model-model analisis tersebut juga dapat mengendalikan kinerjanya, baik dalam suatu periode berjalan
maupun dalam suatu siklus operasi tahunan scara berturut-turut. Sebagaimana halnya pihak-pihak
manajemen, pihak-pihak luar perusahaan juga dapat mengetahui kinerja dan menilai prospek sebuah
perusahaan melalui pendekatan-pendekatan ini. Tentu saja informasi yang akan digunakan dapat dipilih
sekian alterrnatif yang tersedia sesuai dengan kebutuhan pemakai informasinya.

2.2.4 ANALISIS RASIO

Rasio keuangan merupakan suatu cara yang membuat perbandingan data keuanagan perusahaan
menjadi lebih berarti. Rasio keuangan menjadi dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan penting
mengenai kesehatan keuangan dari perusahaan. Pertanyaan tersebut meliputi likuiditas perusahaan,dan
kemampuan manajemen memperoleh laba dari penggunaan aktiva perusahaan, dan kemampua

Analisis Laporan Keuangan Page 12


manajemen mendanai investasinya, serta hasil yang dapat diperoleh para pemegang saham dari investasi
yang dilakukannya ke dalam perusahaan.
Untuk memenuhi informasi tersebut jenis rasio keuangan yang lazim digunakan terdiri dari rasio
likuiditas, rasio profitabilitas, rasio laverage, dan rasio lain. Pemakai infromasi keuangan selanjutnya
bebas memilih jenis rasio yang ingin digunakannya sesuai dengan kepentingannya terhadap sebuah
perusahaan.
Infromasi keuangan yang dinyatakan dalam elemen-elemen laporan keuangan merupakan
akumulasi nilai transaksi bisnis yang dilakukan oleh perusahaan selama periode waktu yang dilaporkan.
Dalam pelaporan keuangan dikenal sistem pembukuan berpasangan yang secara filosofis berkaitan
dengan pemikiran bahwa tiap kegiatan dalam bisnis bukan merupakan bagian tunggal yang berdiri
sendiri.
Sebagai contoh, pada saat melakukan penjualan tunai, maka sebagai konsekuensinya akan ada
nilai penjualan itu sendiri di satu sisi, dan di sisi lain nilai penjualan akan diterima dalam bentuk kas.
Akibatnya, pada saat penjualan akan terjadi transfer barang kepada pihak lain dan semuanya akan diukur
dengan satuan uang seperti rupiah secara konsisten.
Bertitik tolak pada dasar pemikiran tersebut, maka pembaca laporan keuangan hendaknya
memahami hubungan antara infromasi yang ada dalam laporan keuangan. Dalam pengertian pembaca
laporan keuangan harus memahami jenis kegiatan yang sudah dilakukan perusahaan pada masa lalu, dan
berapa nilai uang dari kegiatan tersebut seperti tercermin dalam nilai tiap elemen laporan keuangan. Hal
ini berlaku sama untuk semua transaksi yang berhubungan dengan kegiatan operasi, pendanaan, investasi
maupun permodalan.
Rasio keuangan memperagakan hubungan-hubungan finansial antar-akun di atas. Oleh karena itu,
manajemen dapat menggunakan hasil perhitungan rasio sebagai standar untuk mengendalikan kinerja
manajemen. Rata-rata industri, dan rasio yang dialami pada masa lalu akan dijadikan sebagai standar
pengukuran kinerja dalam menjalankan bisnis.
Sebagai contoh, selama lima tahun terakhir perputaran persediaan rata-rata 12 kali setahun. Rasio
ini dapat menjadi standar untuk tahun keenam. Kalau tiba-tiba perputaran persediaan tahunkeenam
menjadi hanya Sembilan kali, maka kelambatan perputaran persediaan ini menjadi pusat perhatian, untuk
menelusuri penyebabnya, atau menelusuri masalah peresediaan pada tahun keenam, sehingga terjadi
kelambatan seperti itu. Alternatif masalah yang dapat dipertimbangkan bisa berupa kelebihan pengadaan,
teknologi produk yang dijual sudah ketinggalan, konsistensi kualitas barang, perubahan selera konsumen,
dan lain sebagainya.
Contoh yang lain misalnya dalam analisis rasio keuangan ditemukan perubahan biaya yang
melebihi rasio yang ditetapkan. Berdasarkan indikasi ini manajemen dapat menelusuri aktivitas yang
menyebabkan peningkatan biaya. Karena suatu elemen biaya terkait dengan faktor keuangan lainnya
dalam organisasi bisnis, maka dalam rangka pengendalian manajemen tidak cukup menekan biaya yang
bersangkutan dengan cara mengehentikan pengeluaran kas untuk itu. Akan tetapi manajemen harus
mengidentifikasi faktor yang terkait dengan biaya tersebut, sehingga kalaupun terjadi kenaikan biaya,
kenaikan tersebut tidak mengganggu profitabilitas secara signifikan.

Sekalipun contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa untuk menemukan dengan tepat penyebab-
penyebab sesuatu masalah keuangan masih diperlukan disiplin ilmu lain, namun rasio keuangan dapat
memberikan gambaran awal mengenai pemicu masalah yan terjadi dalam perusahaan. Dalam implikasi
pengendalian manajemen untuk mengendalikan suatu nilai finansial tidak cukup dengan mengendalikan
aktivitas yang menyebabkan terjadinya efek-efek finansial dalam pelaporan keuangan.
Sebagai ilustrasi, misalkan atas laba tahun 2008 perushaan membayarkan deviden sebesar
Rp 16.722.459,- dan dari laba pada tahun 2009 perusahaan membayarkan deviden sebesar
Rp 30.000.000,-. Berdasarkan data dari neraca dan laporan laba rugi di atas secara berturut-turut, pada
bagian berikut ini dibahas berbagai analisis rasio keuangan untuk memenuhi kebutuhan pemakai
informasi dari laporan keuangan yang disajikan perusahaan.

Analisis Laporan Keuangan Page 13


Untuk kepentingan analisis laporan keuangan dapat digunakan data yang disajikan dalam neraca
dan laporan laba rugi. Untuk itu dalam penyajian laporan keuangan perlu diperhatikan kepentingan
berbagai pihak dari laporan keuangan tersebut termasuk kepentingan untuk analisis profitabilitas. Agar
informasinya lebih lengkap, laporan laba rugi harus disajikan dengan bentuk multiple step seperti Peraga
16.3. sementara neraca dapat disusuk dengan bentuk dan elemen seperti Peraga 16.2.
Secara perinci neraca terdiri dari sisi kiri yang memuat posisi aktiva perusahaan. Aktiva terdiri
dari aktiva lancar, aktiva tetap, dan aktiva lain yang tidak sepenuhnya memenuhi kriteria dua kelompok
aktiva tersebut. Sisi kanan memuat perincian kewajiban dan ekuitas. Kewajiban terdiri dari utang jangka
pendek dan kewajiban jangka panjang. Dalam kelompok ekuitas disajikan modal saham, modal
sumbangan, selisih revaluasi aktiva, dan saldo laba. Dalam istilah yang lain juga disebutkan bahwa sisi
kanan neraca memuat sumber dana dan sisi kiri memuat objek pendanaan.
Sumber data yang lain adalah laporan laba rugi. Laporan ini memuat ikhtisar hasol operasi
perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu, misalnya setahun atau kurang dari itu. Elemen laporan
laba rugi terdiri dari penjualan /pendapatan, dan beban seperti telah diuraikan di atas. Agar diperoleh hasil
analisis yang valid tentu saja penyiapan laporan keuangan yang menjadi dasar analisis harus diproses
melalui sistem informasi akuntansi yang mengacu pada prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Pada bagian berikut ini diuraikan jenis-jenis rasio keuangan yang dapat digunakan poleh pihak
pemegang saham, pemberi kredit jangka panjang, serta rasio keuangan yang menjadi tanggung jawab
manajemen.

2.3 A N A L I S I S R A S I O

2.3.1 RASIO LIKUIDITAS

Secara umum, rasio likuiditas merupakan suatu perbandingan antara total aktiva lancar dengan
total utang lancar. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan menutupi utang-utang jangka
pendeknya dengan aktiva lancar. Rasio likuiditas diukur dengan; (1) Current Ratio,(2) Quick Ratio,(3)
Rasio persediaan terhadap modal kerja bersih, dan (4) Rasio Kas.
Dengan menggunakan data neraca PT CN tahun 2009 di atas, formula, cara perhitungan dan hasil
penafsiran untuk tiap rasio di atas secara berturut-turut dijelaskan sebagai berikut:

Aktiva lancar
Current Ratio = Kewajiban jangka pendek
= Rp 72.715.455,-
Rp 56.703.338,-
= Rp 1,28
Rasio ini dinyatakan dengan desimal dan menunjukkan kemampuan perusahaan membayar
kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar. Atau berapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk
menutupi tiap rupiah kewajiban jangka pendek. Rasio di atas meunjukkan bahwa tiap rupiah kewajiban
jangka pendek dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp1,28.
Aktiva lancar - Persediaan
Quick Ratio = Kewajiban jangka pendek
(acid test ratio) = Rp 72.715.455,- Rp 15.078.380,-
Rp 56.703.338,-

Analisis Laporan Keuangan Page 14


= Rp 1,02
Rasio ini dinyatakan dengan desimal dan menunjukkan kemampuan perusahaan membayar
kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar selain persediaan. Rasio di atas menunjukkan bahwa
tiap rupiah kewajiban jangka pendek dijamin dengan aktiva lancar selain persediaan sebesar Rp 1,02.

Rasio persediaan terhadap = Persediaan


modal kerja bersih Aktiva Lancar Kewajiban jangka pendek
= Rp 15.078.380,-
Rp 72.715.455, Rp 56.703.338,-
= Rp 0,94
Rasio ini dinyatakan dengan desimal dan menunjukkan saldo persediaan yang dapat melindungi
kelebihan aktiva lancar di atas kewajiban jangka pendek dari pengaruh perubahan persediaan yang tidak
menguntungkan. Rasio di atas menunjukkan bahwa tiap rupiah kelebihan aktiva lancar di atas kewajiban
jangka pendeknya, atau di atas modal kerja bersih dijamin dengan Rp 0,94 persediaan.
Kas – Setara Kas
Rasio Kas = Kewajiban jangka pendek
= Rp 32.440.500,-
Rp 56.703.338,-
= Rp 0,57
Rasio ini dinyatakan dengan desimal dan digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
membayar kewajiban jangka pendeknya dengan modal yang tertanam dalam kas selain setara kas. Rasio
di atas menunjukkan bahwa tiap rupiah kewajiban jangka pendek dijamin dengan kas selain setara kas
sebesar Rp 0,57.
Ringkasan hasil-hasil perhitungan dan penjelasan rasio likuiditas di atas disajikan dalam Peraga
16.6 di bawah ini. Rasio yang sama pada tahun 2008 disajikan sebagai pembanding untuk rasio tahun
2009.
Peraga 16-6
RASIO LIKUIDITAS 2009 PENJELASAN
1. Current Ratio 128% Tiap Rp 100,- utang jangka pendek pada
tahun 2009 dijamin dengan aktiva lancar
Rp 128,-.

2. Quick Ratio (acid test ratio) 102% Tiap Rp 100,- utang jangka pendek pada
tahun 2009 dijamin dengan Rp 102,-
aktiva lancar selain persediaan.

3. Ratio persediaan terhadap 94% Tiap Rp 100,- modal kerja bersih pada
modal kerja bersih tahun 2009 dijamin dengan Rp 94,-
persediaan.

Analisis Laporan Keuangan Page 15


4. Rasio Kas modal kerja 57% Tiap Rp 100,- kewajiban jangka pendek
Bersih pada tahun 2009 dijamin dengan kas Rp
57,-.

Perbandingan rasio ini dengan tahun sebelumnya dapat menunjukkan penguatan atau melemahnya
likuiditas perusahaan. Semakin likuid sebuah perusahaan, maka semakin andal kemampuang
keuangannya dalam jangka pendek. Likuiditas diperlukan untuk memberikan kepercayaan kepada
pelanggan dan pemasok untuk menunjang keandalan kinerja operasi perusahaan.

2.3.2 RASIO AKTIVITAS

Rasio aktivitas atau rasio efisiensi menyediakan dasar untuk menilai keefektifan perusahaan
menggunakan sumber-sumber daya yang dimilikinya. Rasio efisiensi dapat ditetapkan untuk tiap kategori
aktiva yang menjadi objek investasi atau penggunaan dana perusahaan. Dalam pembahasan ini akan
diuraikan beberapa rasio penting dalam mengukur efisiensi yang berhubunga dengan piutang usaha,
persediaan aktiva tetap bersih dan total aktiva. Rasio aktivitas PT CN tahun 2009 dapat dihitung sebagai
berikut :

Beban pokok penjualan


Perputaran persediaan = Persediaan
= Rp 625.643.400,-
Rp 15.078.380,-
= 41,49 x
Rasio ini dinyatakan dengan desimal dan menyatakan berapa kali rata-rata persediaan barang jadi
berputar atau terjual dalam satu periode waktu, biasanya setahun. Rasio di atas menunjukan bahwa dalam
tahun 2009 persediaan mengalami perputaran sebanyak 41,49x.
Persediaan
Hasil Persediaan = Beban pokok penjualan/360
= Rp15.078.380,-
(625.643.400/360)
= 8,68 hari
Hari persediaan dinyatakan dengan desimal yang menunjukkan jumlah hari atau panjangnya
periode yang diperlukan untuk menyimpan persediaan di gudang persediaan yang dimiliki perusahaan
dalam sati periode waktu tertentu. Rasio di atas menunjukkan bahwa tiap rupiah persediaan rata-rata
tersimpan di gudang perusahaan selama 8,68 hari.
Penjualan bersih
Perputaran modal kerja = Modal kerja bersih
= Rp813.352.000,-

Analisis Laporan Keuangan Page 16


Rp 72.715.455 – Rp 56.703.338,-
= 50,80 x
Perputaran modal kerja bersih dinyatakan dengan desimal dan menunjukkan tingkat efektivitas
penggunaan modal kerja bersih dalam menghasilkan penjualan. Rasio di atas menunjukkan bahwa tiap
rupiah modal kerja bersih rata-rata berputar sebanyak 50,80 kali selama tahun 2009.
Penjualan
Perputaran aktiva = Total aktiva
= Rp813.352.000,-

Rp167.850.872,-
= 4,85 x

Rasio ini dinyatakan dengan desimal dan digunakan untuk mengukur penggunaan sebuah aktiva
perusahaan, sekaligus mengukur jumlah penjualan yang diperoleh dengan menggunakan tiap rupiah
aktiva. Rasio di atas menunjukkan bahwa tiap rupiah aktiva dapat menghasilkan penjualan sebesar Rp
4,85, atau untuk menghasilkan Rp 1-, penjualan diperlukan aktiva sebesar Rp 0,21.
Penjualan
Periode rata-rata penagihan hutang = Total aktiva tetap
= Rp813.352.000,-

Rp95.135.417,-
= 8,55 x

Rasio ini dinyatakan dengan desimal dan digunakan untuk mengukur penggunaan semua aktiva
perusahaan, dan mengukur jumlah penjualan yang dapat diperoleh dari tiap rupiah aktiva tetap. Rasio di
atas menunjukkan bahwa tiap rupiah aktiva tetap menghasilkan penjualan sebesar Rp 0,855. Atau untuk
menghasilkan penjualan Rp 1,- diperlukan aktiva tetap sebesar Rp 0,117.
Piutang usaha
Periode rata-rata penagihan piutang = Penjualan tahun berjalan/100
= Rp22.996.975,-

(Rp813.352.000,-/360)
= 10,18 hari

Rasio ini dinyatakan dengan hari dan menunjukkan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk
merealisasikan hasil penjualan menjadi kas. Untuk mengukur kewajarannya, hasil perhitungan rasio ini
dapat dibandingkan dengan termin kredit rata-rata yang diberikan oleh perusahaan kepada para
pelanggannya. Hasil perhitungan rasio di atas menunjukkan bahwa tiap rupiah penjualan rata-rata beredar
sebagai piutang di tangan pelanggan selama 10,18 hari.

Analisis Laporan Keuangan Page 17


Penjualan kredit tabungan
Perputaran piutang usaha = Piutang usaha
= Rp813.352.000,-

Rp22.996.975,-
= 35,37 x

Perputaran piutang usaha dinyatakan dengan desimal dan menunjukkan bahwa berapa kali
piutang berputar dalam satu periode waktu tertentu, biasanya setahun. Rasio di atas menunjukkan bahwa
tiap rupiah hasil penjualan kredit akan beredar di tangan pelanggan selama 360 hari/35,37 kali atau 10,18
hari. Bandingkan dengan hasil perhitungan rasio untuk periode rata-rata penagihan piutang di atas.
Utang usaha
Periode utang usaha = Pembelian tahunan/360
= Rp28.890.000,-

(Rp626.535.325,-/360)
= 16,60 hari

Periode tersebut dinyatakan dengan hari dan menunjukkan rata-rata panjangnya waktu dalam hari
yang diperlukan sebuah perusahaan untuk membayar utang yang berasal dari pembelian kreditnya. Rasio
di atas menunjukkan bahwa tiap rupiah utang usaha akan dilunasi setelah berumur 16,60 hari, atau 17
hari.
Kas
Perputaran aktiva = Penjualan bersih tahunan/360
= Rp32.440.500,-

Rp813.352.000,-/360
= 14,36 hari

Jumlah hari kas dinyatakan untuk menunjukkan jumlah hari yang merupakan periode lamanya
kas rata-rata tersimpan di tangan pada tingkat penjualan saat ini. Rasio di atas menunjukkan bahwa tiap
rupiah hasil penjualan akan mengendap di dalam kas perusahaan selama 14,36 hari.
Ringkasan hasil-hasil perhitungan dan penjelasan rasio aktivitas di atas disajikan dalam Peraga
16.7 di bawah ini. Rasio yang sama pada tahun 2008 disajikan sebagai pembanding untuk rasio tahun
2009.
Peraga 16-7

RASIO AKTIVITAS 2009 PENJELASAN


1. Perputaran persediaan 41,49x Selama tahun 2009 terjadi 41,49x
penggantian persediaan di gudang.

Analisis Laporan Keuangan Page 18


2. Hari persediaan 8,68x Selama tahun 2009 tiap rupiah
persediaan mengendap di gudang
selama 8,68 hari.

3. Perputaran modal kerja bersih 50,80x Selama tahun 2009 tiap rupiah modal
kerja bersih berputar sebanyak 50,80x.
atau mengendap rata-rata 7,09 hari.

4. Perputaran aktiva 4,85x Selama tahun 2009 tiap rupiah nilai


aktiva berputar sebanyak 4,85x.

5. Perpuataran aktiva tetap 8,55x Selama tahun 2009 tiap rupiah aktiva
tetap berputar sebanyak 8,55x.

6. Periode rata-rata penagihan 10.18 hari Selama tahun 2009 tiap rupiah piutang
piutang usaha tertagih dalam waktu 10,18 hari.

7. Perputaran piutang dagang 35,37x Selama tahun 2009 tiap rupiah piutang
usaha akan tertagih sebanyak 35,37x.

8. Periode utang usaha 16,60 hari Selama tahun 2009 tiap rupiah utang
usaha akan dilunasi dalam waktu 16,60
hari.

9. Hari kas 14,36 hari Tiap rupiah kas hasil penjualan akan
mengendap di kas perusahaan selama
14,35 hari.

Perbandingan rasio tahun 2009 dan 2008 dapat menunjukkan perbaikan atau penurunan kinerja
aktivitas perusahaan. Perputaran persediaan misalnya tahun 2008 berputar sebanyak 41,49 kali.
Disbanding tahun lalu, rasio tahun 2009 menunjukkan perbaikan/penurunan. Makin tinggi perputaran
persediaan semakin baik karena memungkinkan pencapaian total penjualan yang lebih tinggi dengan
biaya modal yang relatif lebih kecil.

2.3.3 RASIO PROFITABILITAS

Rasio profitabilitas merupakan suatu model analisis yang berupa perbandingan data keuangan
sehingga informasi keuangan tersebut menjadi lebih berarti. Analisis ini sering digunakan untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang:
1. Kemampuan perusahaan memperoleh laba bruto.
2. Cara manajemen mendanai investasinya.
3. Pertanyaan tentang kecukupan pendapatan yang dapat diterima pemegang saham biasa dari
investasi yang mereka lakukan dalam pemilikan perusahaan.
Analisis profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan dari neraca dan
laporan laba rugi yang disajikan perusahaan. Rasio tersebut terdiri dari rasio margin laba kotor, rasio
margin laba bersih, ROI (Return on Investment), dan laba per saham.
Dengan menggunakan data dari laporan keuangan PT CN tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember
2009, selanjutnya secara berturut-turut dapat dihitung rasio profitabilitas sebagai berikut:

Analisis Laporan Keuangan Page 19


Laba bersih setelah pajak
Margin Laba bersih (%) = Penjualan bersih
= Rp 46.723.217
RP 813.352.000
= 5,74%
Rasio di atas menunjukkan bahwa setiap rupiah penjualan menghasilkan laba setelah pajak
sebebsar Rp 0,0574, atau untuk menghasilkan Rp 1,- laba setelah pajak diperlukan penjualan sebesar Rp
5,74.

Penjualan – Beban pokok penjualan


Margin laba bersih (%) = Penjualan bersih
Rp 813.352.000,- Rp 625.643.400,-
= Rp 813.352,000,
= 23,38%
Rasio di atas menunjukkan bahwa tiap rupiah penjualan menghasilkan laba bruto sebesar Rp
0,2308. Atau untuk menghasilkan Rp 1,- laba bruto diperlukan pernjualan sebesar Rp 23,08.

Laba bersih setelah pajak


Return on investment (ROI) = Total aktiva
Rp 46.723.217,-
= Rp 167.850.872,-
= 27,84%
Rasio di atas menunjukkan bahwa tiap rupiah aktiva yang digunakan perusahaan menghasilkan
laba setelah pajak sebesar Rp 0,2784 atau untuk menghasilkan Rp 1,- laba setelah pajak digunakan aktiva
sebesar Rp 27,84.
Laba bersih setelah pajak
Return on Ekuitas (ROE) = Ekuitas pemegang saham
Rp 46.723.217,-
= Rp96.196.534,-
= 48,57%
Rasio di atas menunjukkan bahwa tiap rupiah ekuitas pemegang saham menghasilkan laba setelah
pajak sebesar Rp 0,4857 atau untuk menghasilkan Rp 1,- laba setelah pajak digunakan aktiva sebesar Rp
48,57.
Laba bersih setelah pajak
Laba per saham (EPS) = Penjualan saham biasa
Rp 46.723.217,-
= Rp 500,-
= Rp 93,446,434%/lembar saham biasa

Analisis Laporan Keuangan Page 20


Rasio di atas menunjukkan bahwa tiap rupiah laba bersih setelah pajak menghasilkan laba sebesar
Rp 93.446,434 bagi tiap lembar saham biasa.
Perbandingan rasio-rasio tersebut dari tahun ke tahun menunjukkan tren profitabilitas perusahaan.
Secara konservatif rata-rata dari tiap ukuran kemampuan perusahaan memperoleh laba dapat menjadi
acuan profitabilitas minimum yang harus dipertahkankan pada masa yang akan datang.
Ringkasan hasil-hasil perhitungan dan penjelasan rasio profitabilitas di atas disajikan dalam
Peraga 16-8 di bawah ini. Rasio yang sama pada tahun 2008 disajikan sebagai pembanding untuk rasio
tahun 2009.

Peraga 16-8
RASIO PROFITABILITAS %/Rp PENJELASAN
1. Margin laba bersih 5,74% Tiap Rp 100,- penjualan tahun 2009
menghasilkan lababersih 5,74%.

2. Margin laba bruto 23,08% Tiap Rp 100,- penjualan tahun 2009


menghasilkan laba bruto Rp 23,08.

3. Return on investment (ROI) 27,84% Tiap Rp 100,- Investasi tahun 2009


menghasilkan laba bersih Rp 27,84%

4. Return on Equity (ROE) 48,57% Tiap Rp 100,- ekuitas menghasilkan


laba bersih sebesar Rp 48,57.

5. Laba per saham (EPS) Rp 93,446,43 Tiap lembar saham biasa tahun 2009
menghasilkan laba bersih Rp 93.446,43.

Profitabilitas rata-rata ini menjadi dasar pembuatan anggaran perusahaan/operasional yang lebih
optimis sehingga menjadi umpan balik pengendalian penjualan, produksi, biaya, dan laba dalam jangka
pendel. Dalam jangka panjang diperlukan berbagai strategi untuk mempertahankan profitabilitas secara
terus-menerus agar tidak mengalami penurunan. Rasio profitabilitas di atas dapat digunakan untuk jenis
industry manufacturing, jasa dan perdagangan.

2.3.4 RASIO UTANG

Para kreditor jangka panjang lebih berkepentingan pada rasio leverage. Dengan rasio ini para
kreditor dapat digunakan untuk mengtahui:
1) Keberhasilan perusahaan membelanjai aktivanya. Masalah pertama dapat diketahui dengan
menggunakan rasio-rasio yang didasarkan pada laporan laba rugi, atau sering disebut coverage
ratio.
2) Kemampuan perusahaan menghasilkan laba untuk menutupi beban tetap yang
berhubungandengan penggunaan dana-dana yang berasal dari bukan pemilik, termasuk
penggunaan dan untuk melunasi bunga obligasi dan pembayaran kembali pokok pinjaman.

Rasio leverage, atau biasa disebut juga rasio utang terdiri dari: (1) rasio kewajiban terhadap aktiva,
(2) rasio kewajiban terhadap ekuitas , (3) rasio kewajiban jangka panjang terhadap struktur modal, (4)
times interest earned.

Analisis Laporan Keuangan Page 21


Dengan menggunakan data dari neraca dan laporan laba rugi PT CN tahun 2009 di atas, formula,
cara perhitungan dan hasil penafsiran untuk tiap rasio di atas secara berutur-turut dijelaskan sebagai
berikut :

Total kewajiban

Rasio kewajiban terhadap aktiva = Total aktiva


Rp71.654.338,-
= Rp 167.850.872,-
= 42,69%
Rasio kewajiban terhadap aktiva dinyatakan dalam persentase. Mengukur sampai seberapa besar
dana pinjaman yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan. Rasio di atas menunjukkan bahwa
tiap rupiah kewajiban dijamin dengan aktiva sebesar Rp 42,69.

Total kewajiban
Rasio kewajiban terhadap ekuitas = Ekuitas Pemegang saham
Rp71.654.338,-
= Rp 96.196.534,-
= 74,49%
Rasio ini dinyatakan dalam persentase dan digunakan untuk mengukur dana yang disediakan oleh
kreditur dan dana yang disediakan oleh pemilik. Rasio di atas menunjukkan bahwa tiap rupiah kewajiban
dijamin dengan ekuitas pemegang saham sebesar Rp 74,49.

Kewajiban jangka panjang


Rasio kewajiban jangka panjang = Ekuitas Pemegang saham
terhadap struktur modal Rp141.951.000,-
= Rp 96.196.534,-
= 1,47%
Rasio ini dinyatakan dalam persentase dan digunakan sebagai alat ukur komponen struktur modal
dalam jangka panjang. Misalkan bunga pinjaman jangka panjang 18% kali pokok pinjmana, maka rasio di
atas menunjukkan bahwa tiap rupiah kewajiban dijamin dengan ekuitas pemegang sebesar Rp 1,47.

Laba sebelum pajak + Bunga


Times interest earned = beban bunga
Rp53.273.217,- + Rp3.591.180
= 3.591.180
= 15,83x

Rasio ini dinyatakan dalam desimal dan menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi biaya
bunga tahunannya. Rasio di atas menunjukkan bahwa tiap rupiah beban bunga diamin dengan Rp 15,83
laba sebelum dikurangi bunga.

Analisis Laporan Keuangan Page 22


Ringkasan hasil-hasil perhitungan dan penjelasan rasio utang di atas disajikan dalam Peraga 16.9
di bawah ini. Rasio yang sama pada tahun 2008 dapat disajikan sebagai pembanding untuk rasio tahun
2009.

Peraga 16-9
RASIO HUTANG
%/x PENJELASAN
1. Rasio kewajiban terhadap aktiva 42,69% Tiap Rp 42,69 kewajiban dijamin
dengan dijamin dengan total aktiva Rp
100,-.

2. Rasio kewajiban terhadap ekuitas 74,49% Tiap Rp 74,49 kewajiban dijamin


dengan Rp 100,- ekuitas pemegang
saham.

3. Kewajiban jangka panjang 14,54% Tiap Rp 14,54 kewajiban jangka


terhadap struktur modal panjang dijamin dengan Rp 100,-
ekuitas pemegang saham.

4. Times interest earned 15,83x Tiap ruiah beban bunga tahun 2009
dijamin dengan Rp 15,83 laba sebelum
bunga.

Rasio-rasio keuangan yang diuraikan di atas merupakan pedoman umum bagi kebanyakan
industri. Namun dalam industry pertambangan, pelayaran, telekomunikasi, asuransi, perbankan dan
industri khusus lainnya masih terdapat beberapa rasio tambahan yang menjadi kelaziman dalam praktik
akuntasi industri yang bersangkutan.

2.4 P E M A K A I R A S I O K E U A N G A N

Selain manajemen,para pihak yang paling sering menggunakan analisis rasio keuangan adalah
kreditor jangka pendek,kreditor jangka panjang,investor dan pemegang saham. Perhatian pertama pada
rasio keuangan adalah kemamampuan perusahaan memperoleh laba. Jika profitabilitas baik,maka langkah
selanjutnya adalah melihat rasio mana yang paling dekat dengan kepentingan pemakai laporan.
Bagi semua pemakai informasi,profitabilitas menjadi penting karena semua pihak berharap
keamanan kepentingan keuangannya bisa terpenuhi dari laba perusahaan. Laba merupakan sumber dana
internal yang dapat diperoleh dari aktivitas normal perusahaan yang tidak membutuhkan biaya ekstra
untuk penyimpanan atau penggunaannya.

1 .kreditor jangka pendek

Kredit jangka pendek terdiri dari pinjaman-pinjaman yang masa jatuh temponya paling lama
12bulan.sebagaimana pemberi kredit pada umumnya,pemberi kredit jangka pendek juga sangat
berkempentingan pada keamanan yang di salurkannnya.oleh karena itu,kepentingan pemberi kredit lebih
ditekankan pada kesehatan keuangan perusahaan dalam kisaran waktu sampe dengan saat pelunasan
kredit.untuk mengetahui kesehatan keuangan perusahaan dalam jangka pendek pemberi kredit akan
mengukur kemungkinanan perusahaan melunasi pinjamannya dengan menggunakan rasio likuiditas dan
rasio aktivitas perusahaan.

Analisis Laporan Keuangan Page 23


2 kreditor jangka panjang

Agak berbeda dengan kreditor jangka pendek,kreditor jangka panjang relative lebih berisiko
tinggi karena rentang waktu pinjamannya yang berkisar lima tahun ke atas.karena saat jatuh tempo
pinjamannya yang demikian lama,maka debitor jangka panjang berkempentingan untuk mengetahui
kemungkinan pengembalian pokok pinjaman dan bunga dengan memerhatikan proyeksi kesehatan
keuangan perusahaan dalam jangka panjang tersebut.untuk itu para pemberi kredit lebih cenderung
menekankan analisisnya pada rasio leverage,selain analisis lain yang sifatnya jangka pendek.kreditor pada
umumnya sangat berkepentingan terhadap rasio earning power

3 Pemegang saham

Secara teori,para pemegang saham sebenarnya merupakan pemodal yang menjadi pemilik sebuah
perusahaan.karena itu,idealnya mereka sangat berkepentingan terhadap analisis rasio keuangan
perusahaan.
Dalam praktiknya,para investor memilki motif yang berbeda-beda.sebagian investor,membeli
saham sebuah perusahaan untuk tujuan spekulasi dengan harapan akan memperoleh keuntangan dari
selisih perubahan harga saham dalam jangka pendek.kelompok investor ini sering membeli saham dengan
lebih mempertimbangkan informasi dari analisis laporan keuangan,tetapi lebih banyak memperhitungkan
spekulasi pergerakan harga saham di pasar modal.
Selain itu terdapat kelompok yang memiliki saham perusahaan dalam satu kesatuan misi dengan
keberadaan perusahaan.kelompok ini cenderung memiliki saham perusahaan dalam jangka panjang
dengan tujuan-tujuan khusus untuk menguasai perusahaan,atau mengurangi persaingan.dalam skala
pragmatis mereka mengharapkan deviden yang dibagikan secara periodic dari laba petusahaan sesuai
dengan komposisi kepemilikan sahamnya.kelompok investor ini lebih suka menggunakan semua rasio
dan bahkan statistik profitabilitas yang berupa rasio margin laba,return of equity,return of investment,dan
juga laba per saham.

4 Manajemen

Oleh karena manajemen merupakan pihak yang bertangung jawab tentang pencapaian tujuan
perusahaan,maka dengan sendirinya manajemen berkepentingan untuk untuk
mengetahui,mengukur,merencanakan,dan mengendalikan semua rasio keuangan.termasuk dalam lingkup
tanggung jawab tersebut,manajemen harus menciptakan rasio keuangan.Termasuk dalam lingkup
tanggung jawab tersebut,manajemen harus menciptakan rasio keuangan yang sehat sehingga dapat
memberikan jaminan pencapaian kepentingan semua pihak,baik pihak internal maupun eksternal
perusahaan.

5 Auditor
Akuntan publik sebagai auditor menggunakan berbagai analisis rasio keuangan untuk melakukan
deteksi awal tentang penyajian pos-pos yang tidak biasa dalam laporan keuangan.pengujian seperti itu
dilakukan sebagai analytical review,pada tahap permulaan audit, pada saat audit berjalan dan pada saat
penyelesaian draf laporang audit.

Analitical review pada pertengahan dan penyelesaian audit dimaksudkan untuk melihat besarnya
perubahan atau pergesaran angaka-angka dalam laporan keuangan setelah auditor melaukakan
penyesuaian atau koreksi audit.pada akhir audit analisis ini diperlukan sebagai salah satu alat untuk
menilai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
Untuk memperkuat analisisnya,auditor sering membandingkan rasio tahun yang yang diauditdengan rasio
yang sama pada periode sebelumnya,atau rasio menurut rata-rata industri laba bersih 5% dari total
penjualan.kalau margin laba bersih klien menunjukkan angka10%,maka berdasarkan ini auditor akan

Analisis Laporan Keuangan Page 24


terlebih dahulu menelusuri;apakah kenaikan tersebut disebabkan kenaikan penjualan,penurunan
biaya,atau bisa juga kedua-duanya.kalau hal itu disebakan kenaikan penjualan maka auditor akan
menelusuri kebijakan manajemen yang berpotensi menaikan penjualan.misalnya;apakah ada kebijakan
harga jual,perubahan kapasitas pabrik dan ekspansi pasar,atau kebijakan lain pada tahun yang diaudit.jika
tidak terjadi manajerial seperti itu,maka auditor akan focus pada pengujian internal kontrol dan pengujian
substantif.

2.5 K E T E R B A T A S A N A N A L I S I S R A S I O

Analsis rasio keuangan meruapakan alat yang cukup popular dalam mengukur kesehatan
keuangan sebuah organisasi bisnis.Namun banyak hal dapat menjadi masalah bagi analisi laporang
keuangan bila tidak mengambil faktor lingkungan yang memengaruhi validitas penggunaan analisis rasio
tersebut.
Faktor pertama penyebab kelemahan analisis rasio keuangan berhubungan dengan identifikasi
bidang usaha bagi perusahaan yang akan dianalisisis.terhadap sebuah perusahaan yang menjalankan
kegiatan dalam banyak lini bisnis,kadang-kadang sulit mengidentifikasi kategori industri yang menjadi
bidang usaha perusahaan yang bersangkutan.hal imi menyebabkan kesulitan dalam memilih jenis industri
yang dapat di jadikan sebagai bahan pembanding.
Faktor kedua berhubungan dengan penggunaan rata-rata industri sebagai alat ukur kewajaran
suatu kinerja yang dicapai.rata-rata industri yang dipublikasikan hanya merupakan aproksimasi dan
menyediakan pedoman umum kepada para pemakai dibanding dengan rasio rata-rata yang ditentukan
secara ilmiah,dari semua atau bahkan suatu sampel perusahaan yang representative dalam kelompok
indusrti tertentu.dengan demikian,suatu rata-rata industri tidak dapat sepenuhnya dijadikan target atau
standar rasio yang dikehendaki.
Faktor ketiga berhubungan dengan perbedaan interpretasi di antara praktisi akuntansi.para
praktisi akuntasi di perusahaan-perusahaan sering memberikan penafsiran yang berbeda atas transaksi
sejenis yang terjadi.hal ini menyebabkan timbulnya perbedaan perhitungan rasio.sebagai akibat perbedaan
interpretasi tersebut selanjutnya dapat menyebabkan rasio-rasio keuangan yang dibuat dapat menjadi
terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Faktor lain yang menjadi kelemahan dari analisis rasio keuangan berhubungan dengan fluktuasi
kegiatan bisnis yang musiman.dalam praktiknya banyak bisnis yang volume aktivitasnya dipengaruhi
oleh musim,baik yang disebabkan faktor alam maupun perubahan perilaku konsumen.Dengan mengetahui
faktor-faktor tersebut,analisis rasio keuangan dapat membuat interpretasi tambahan untuk menyusaikan
hasil analisisnya sehingga kebih mendekati keadaan yang sebenarnya.
Untuk menilai kinerja pencapaian rasio yang baik,manajemen dapat menggunakan rata-rata
industry,pengalaman yang lalu atau target rasio lain yang ditetapkan sebelumnya sebagai bench mark,atau
patokan dasarnya.

Analisis Laporan Keuangan Page 25


BAB III PENUTUP

3.1 K E S I M P U L A N

Analisis keuangan sangat penting untuk diterapkan dal sistem suatu perusahaan. Karena dengan
menggunakan analisis keuangan ini perusahaan dapat mengetahui keuntungan dan kerugian yang dicapai
perusahaan dalam suatu periode.
Analisis laporan keuangan adalah suatu proses penelitian laporan keuangan beserta unsure-unsurnya
yang bertujuan untuk mengevaluasi dan memprediksi kondisi keuangan perusahaan atau badan usaha dan
juga mengevaluasi hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan atau badan usaha pada masa lalu dan
sekarang.
Analisis Common Size adalah analisis yang disusun dengan menghitung tiap-tiap rekening dalam
laporan laba-rugi dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan (untuk laporan laba-rugi) atau dari total
aktiva (untuk neraca).
Analisa rasio adalah analisis yang menghubungkan perkiraan neraca dan laporan laba rugi terhadap
satu dengan yang lainnya, yang memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan serta penilaian
terhadap suatu perusahaan tertentu.
Beberapa isu yang harus dipertimbangkan dalam analisis laporan keuangan agar laporan keuangan bis
diperbandingkan (comparable). Analisis berdasarkan laporan keuangan yang melibatkan beberapa
perbandingan baik terhadap perusahaan lainnya atau terhadap data pada periode-periodde sebelumnya.

3.2 D A F T A R P U S T A K A
https://ccaccounting.wordpress.com/2012/10/27/tujuan-dan-manfaat-analisis-laporan-keuangan/
Dr. Kasmir, S.E., M.M., Analisis Laporan Keuangan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008,
hlm. 69
http://nofiandesta.blogspot.co.id/2014/04/analisis-common-size.html
Sofyan syafri harahap, Analisis Kritis atas laporan keuangan, Rajawali pers, Jakarta : 2011hlm. 250.
https://dwiermayanti.wordpress.com/2011/06/10/analisis-rasio-keuangan/

Analisis Laporan Keuangan Page 26

Anda mungkin juga menyukai