Disusun Oleh :
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumwarrahmatullahiwabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat serta Bimbingan-Nya
penulis dapat menyelesaikan Makalah yang mengangkat tema tentang “Analisis Laporan Keuangan”.
Adapun Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Manajemen. Makalah ini
berisikan tentang tata cara menganalisis laporan keuangan serta pengetahuan tentang apa itu laporan
keuangan.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun masih jauh dari kata sempurna dikarenakan adanya
keterbatasan dalam kemampuan kami. Namun demikian, kami telah berusaha dengan segala
kemampuan yang ada disertai dengan petunjuk dan bimbingan dari Dosen mata kuliah Akuntansi
Manajemen, juga tak luput dari bantuan semua pihak yang memungkinkan terselesaikannya makalah
ini.
Proses penyusunan makalah ini kami buat berdasarkan hasil pemikiran bersama dan beberapa sumber
sebagai referensinya. Kami berharap kritik dan saran demi tercapainya makalah yang lebih baik di masa
yang akan datang. Semoga makalah “Analisis Laporan Keuangan” ini dapat memberikan infromasi yang
berguna bagi para pembaca serta bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
Wassalamu’alaikumwarrahatullahiwabarakatuh
Penyusun
Kata Pengantar……………………………………………………………………………………………..
Bab I Pendahuluan…………………………………………………………………………………………
Bab II Pembahasan…………………………………………………………………………………………
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………………………
Tujuan dari penyusunan Makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang ilmu
laporan keuangan serta cara-cara dalam menganalisisnya. Juga siapa saja yang turut berperan di
dalamnya, dan faktor apa saja yang menyebabkan keterbatasan analisis rasio.
2.1 L A P O R A N K E U A N G A N
Secara sederhana keuangan dapat disebut sebagai ikhtisar yang menunjukan ringkasan posisi
keuangan dan hasil usaha sebuah organisasi yang menyelenggarakan transaksi keuangan. Laporan
keuangan disajikan secara periodic atau dalamm potongan-potongan periode waktu secara konsisten.
Laporan keuangan yang formal dan lengkap meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan
ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan. Tiap elemen laporan keuangan disajikan dalam ikhtisar
terpisah yang masing masing merupakan bagian yang tidak terpisahkan.
Neraca merupakan ikhtisar yang menunjukan posisi keuangan yang terdiri dari kelompok aktiva,
kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu, misalnya pada tanggal 31 Desember, 31 Maret, 30 juni, atau
tanggal-tanggal lain yang di kehendaki.
Laporan laba rugi merupakan ikhtisar keuangan yang menunjukan daftar jumlah pendapatan,
biaya, dan laba atau rugi selama satu periode tertentu, misalnya setahun.
Laporan arus kas merupakan ikhtisar yang menunjukan sumber dan penggunaan dan dalam satu
periode laporan. Laporan ini di bagi menjadi tiga bagian yang menggambarkan arus kas dari aktivitas
operasi, investasi, dan pendanaan
Laporan modal merupakan ikhtisar yang memuat informasi tentang modal awal tahun dan
mutasinya pada periode berjalan, serta saldo modal pada akhir periode.
Catatan atas laporan keuangan merupakan penjelasan tentang gambaran umum perusahaan,
kebijakan akuntansi yang digunakan perusahaan, dan penjelasan tiap akun yang disajikan dalam empat
ikhtisar keuangan diatas. Analisis laporan keuangan memerlukan memerlukan informasi ini untuk
mendukung hasil analisis yang dibuat bentuk rasio-rasio keuangan.
2.2 A N A L I S I S L A P O R A N K E U A N G A N
2.2.1 ANALISIS TREN
Analisis tren merupakan analisis laporan keuangan yang biasanya dinyatakan dalam presentase
tertentu. Dalam analisis tren perbandingan analisis dapat dilakukan dengan menggunakan analisis
horizontal atau dinamis. Data yang digunakan adalah data tahunan atau periode yang digunakan biasanya
hanya dua atau tiga periode saja. Hal ini disebabkan karena jika lebih dari tiga periode akan mengalami
kesulitan untuk menganalisis nya lebih cepat.
Dalam analisis ini informasi yang di sajikan dalam laporan keuangan akan memberikan gambaran
tentang kinerja perusahaan pada masa lalu. Berdarsarkan hasil analisis ini perusahaan akan mengambil
keputusan yang relevan dengan kepentingannya. Hasil analisis tren biasanya dihitung dalam presentase.
Salah satu model sederhana dari analisis horizontal adalah analisis tren. Persentase tren dalam
analisis ini menujukkan perubahan data keuangan perusahaan dalam proses untuk beberapa tahun
berdasarkan suatu tahun dasar tertentu. Analisis ini lebih bermanfaat untuk menilai perkembangan
perusahaan dalam periode yang relaitf lebih lama, misalnya lima tahun.
Persentase penjualan, laba dan total aktiva setiap tahun masing-masing dihitung berdasarkan data tahun
2005. Misalnya tingkat penjualan pada tahun 2005 Rp. 587.774,- dan penjualan tahun 2009 Rp. 813.352,-
. Persentase penjualan tahun 2009 dapat dihitung sebagai berikut :
= Rp 32.733,-
AKTIVA TETAP
Harga perolehan 123.000 88.000 35.000 39,77
Akumulasi penyusutan 27.865 21.375 6.490 30,36
95.135 66.625 28.510 42,9
TOTAL AKTIVA 167.851 135.118 32.732 24,23
Analisis horizontal laba rugi. Atas elemen laba rugi juga dapat dibuat analisis horizontal yang
menggambarkan kenaikan atau penurunan nilai hasil usaha selama periode yang dilaporkan. Misalnya
laba bersih 2009 mengalami kenaikan sebesar Rp 527,- atau 1,14% dibanding tahun 2008.
Peraga 16-3
PT CN – LAPORAN LABA RUGI DAN ANALISIS HORIZONTAL
TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2009 (Rp 000)
2009 2008 NAIK/TURUN
Rp Rp Rp Rp
Penjualan 813.352 748.284 65.068 8,70
Beban pokok penjualan 625.643 596.364 29.279 4.91
Laba Bruto 187.709 151.920 35.789 23,56
Beban usaha :
Beban penjualan 88.299 72.830 15.468 21,24
Beban administrasi & umum 47.545 29.143 18.403 63,15
135.844 101.973 33.817 33,22
Laba usaha 51.865 49.947 1.918 32,40
Pendapatan & beban lain-lain
Pendapatn lain-lain 7.865 6.352 1.512 23,81
Beban lain-lain 6.456 5.390 1.065 19,77
1.409 962 447 46,46
Laba sebelum pajak 53.724 51.642 1.631 3,16
Taksiran pajak peghasilan 6.550 5.446 1.104 20,27
Laba bersih 46.724 46.196 527 1,14
Dalam laporan laba rugi dapat dilihat kenaikan penjualan, biaya-biaya, dan laba pada tahun 2009
dibanding dengan elemen yang sama pada tahun 2008. Dalam laporan tersebut misalnya dapat dilihat
penjualan tahun 2009 sebesar Rp 813.352,- dengan penjualan selama tahun 2008 sebesar Rp 748.284,-.
Dengan menggunakan model analisis ini dapat diketahui bahwa penjualan perusahaan tahun 2009
mengalami kenaikan sebesar Rp 65.068,- atau 8,70% dibanding tahun 2008. Kenaian tersebut dapat
dihitung dengan prosedur sebagai berikut :
Analisis vertikal membutuhkan penyajian laporan keuangan perusahaan dalam bentuk common
size. Laporan common size ini merupakan suatu bentuk laporan yang menunjukkan item-item di
dalamnya yang dinyatakan dalam presentase dan juga dalam mata uang. Dalam laporan laba rugi,
persentasenya didasarkan pada total penjualan dan dalam neraca persentase didasarkan pada total aktiva.
Dalam implementasinya terhadap laporan laba rugi, analisis ini dapat digunakan untuk
mengetahui besarnya tingkat pengorbanan yang dilakukan untuk mencapai tingkat penjualan yang dicapai
dalam operasi bisnis. Penerapannya terhadap neraca dapat digunakan untuk mengetahui proporsi tiap
elemen aktiva, kewajiban, dan modal dibanding total aktiva. Analisis ini juga sekaligus memberikan
indikasi lebih awal mengenai kesehatan posisi keuangan perusahaan, baik dalam komposisi untuk tahun
berjalan maupun menurut perkembangan dari tahun ke tahun.
Sebagai ilustrasi, Peraga 16-4 merupakan contoh analisis vertical untuk neraca dan peraga 16-5
menunjukkan analisis vertikal untuk laba rugi. Dalam Peraga 16-4 misalnya terdapat persentase
common-size aktiva lancar sebagai 43,32% pada tahun 2009 dan 50,69 pada tahun 2008, dengan
perhitungan sebagai berikut :
Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa dari total aktiva sebesar Rp 167.850.872,- pada tahun
2009, 43,32% di antaranya terdiri dari aktiva lancar dan dari total aktiva sebesar Rp 135.118.352,- pada
tahun 2008, 50,69% di antaranya terdiri dari aktiva lancar. Bandingkan dengan perbedaan komposisi
tersebut dan gunakan cara berpikir analisis tren untuk memberikan makna atas hasil-hasil perhitungan
tersebut.
Peraga 16-5
PT CN- LAPORAN LABA RUGI DAN ANALISIS VERTIKAL
TAHUN YANG BERAKHIR TANGGAL 31 DESEMBER 2009 & 2008 (Rp 000)
Dalam Peraga 16-5 terdapat persentase common-size beban pokok penjualan sebesar 23.08% pada tahun
2009 dan 20,30% pada tahun 2008, dengan perhitungan sebagai berikut:
Rp 187.708.600
Rasio 2009 =
Rp 813.352.000 x 100%
= 23,08%
Rp 151.919.522
Rasio 2008 =
Rp 748.283.840 x 100%
= 20,30%
Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa dari total penjualan sebesar Rp 813.352.000,- pada tahun
2009 diperoleh proporsi laba bruto sebesar 23,08% dan dari total penjualan sebesar Rp 748.283.840,-
pada tahun 2008, diperoleh proporsi laba bruto sebesar 20,30%.
Secara operasional rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan harus menghabiskan 76,92%
(100%-23,08%) dari hasil penjualannya untuk membiayai proses produksi atau pengadaan persediaan
untuk dijual pada tahun 2009. Sementara untuk keperluan yang sama pada tahun 2008, perusahaan harus
menyediakan 79,70% (100%-20,30%) dari hasil penjualannya. Dari segi tren, hal ini menunjukkan
peningkatan efisiensi di mana persentase laba bruto mengalami kenaikan karena persentase biaya
pengadaan persediaan barang jadi menjadi lebih rendah.
Seperti dikemukakan di atas, contoh-contoh analisis di atas menunjukkan bahwa angka rupiah
yang disajikan dalam setiap elemen laporan keuangan akan menjadi lebih bermakna bila dianalisis lebih
jauh dengan berbagai model yang tersedia. Bagi manajemen hasil analisis ini menjadi sangat penting
karena dengan berbagai analisis tersebut kinerja manajemen diukur dan di evaluasi.Dengan menggunakan
model-model analisis tersebut juga dapat mengendalikan kinerjanya, baik dalam suatu periode berjalan
maupun dalam suatu siklus operasi tahunan scara berturut-turut. Sebagaimana halnya pihak-pihak
manajemen, pihak-pihak luar perusahaan juga dapat mengetahui kinerja dan menilai prospek sebuah
perusahaan melalui pendekatan-pendekatan ini. Tentu saja informasi yang akan digunakan dapat dipilih
sekian alterrnatif yang tersedia sesuai dengan kebutuhan pemakai informasinya.
Rasio keuangan merupakan suatu cara yang membuat perbandingan data keuanagan perusahaan
menjadi lebih berarti. Rasio keuangan menjadi dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan penting
mengenai kesehatan keuangan dari perusahaan. Pertanyaan tersebut meliputi likuiditas perusahaan,dan
kemampuan manajemen memperoleh laba dari penggunaan aktiva perusahaan, dan kemampua
Sekalipun contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa untuk menemukan dengan tepat penyebab-
penyebab sesuatu masalah keuangan masih diperlukan disiplin ilmu lain, namun rasio keuangan dapat
memberikan gambaran awal mengenai pemicu masalah yan terjadi dalam perusahaan. Dalam implikasi
pengendalian manajemen untuk mengendalikan suatu nilai finansial tidak cukup dengan mengendalikan
aktivitas yang menyebabkan terjadinya efek-efek finansial dalam pelaporan keuangan.
Sebagai ilustrasi, misalkan atas laba tahun 2008 perushaan membayarkan deviden sebesar
Rp 16.722.459,- dan dari laba pada tahun 2009 perusahaan membayarkan deviden sebesar
Rp 30.000.000,-. Berdasarkan data dari neraca dan laporan laba rugi di atas secara berturut-turut, pada
bagian berikut ini dibahas berbagai analisis rasio keuangan untuk memenuhi kebutuhan pemakai
informasi dari laporan keuangan yang disajikan perusahaan.
2.3 A N A L I S I S R A S I O
Secara umum, rasio likuiditas merupakan suatu perbandingan antara total aktiva lancar dengan
total utang lancar. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan menutupi utang-utang jangka
pendeknya dengan aktiva lancar. Rasio likuiditas diukur dengan; (1) Current Ratio,(2) Quick Ratio,(3)
Rasio persediaan terhadap modal kerja bersih, dan (4) Rasio Kas.
Dengan menggunakan data neraca PT CN tahun 2009 di atas, formula, cara perhitungan dan hasil
penafsiran untuk tiap rasio di atas secara berturut-turut dijelaskan sebagai berikut:
Aktiva lancar
Current Ratio = Kewajiban jangka pendek
= Rp 72.715.455,-
Rp 56.703.338,-
= Rp 1,28
Rasio ini dinyatakan dengan desimal dan menunjukkan kemampuan perusahaan membayar
kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar. Atau berapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk
menutupi tiap rupiah kewajiban jangka pendek. Rasio di atas meunjukkan bahwa tiap rupiah kewajiban
jangka pendek dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp1,28.
Aktiva lancar - Persediaan
Quick Ratio = Kewajiban jangka pendek
(acid test ratio) = Rp 72.715.455,- Rp 15.078.380,-
Rp 56.703.338,-
2. Quick Ratio (acid test ratio) 102% Tiap Rp 100,- utang jangka pendek pada
tahun 2009 dijamin dengan Rp 102,-
aktiva lancar selain persediaan.
3. Ratio persediaan terhadap 94% Tiap Rp 100,- modal kerja bersih pada
modal kerja bersih tahun 2009 dijamin dengan Rp 94,-
persediaan.
Perbandingan rasio ini dengan tahun sebelumnya dapat menunjukkan penguatan atau melemahnya
likuiditas perusahaan. Semakin likuid sebuah perusahaan, maka semakin andal kemampuang
keuangannya dalam jangka pendek. Likuiditas diperlukan untuk memberikan kepercayaan kepada
pelanggan dan pemasok untuk menunjang keandalan kinerja operasi perusahaan.
Rasio aktivitas atau rasio efisiensi menyediakan dasar untuk menilai keefektifan perusahaan
menggunakan sumber-sumber daya yang dimilikinya. Rasio efisiensi dapat ditetapkan untuk tiap kategori
aktiva yang menjadi objek investasi atau penggunaan dana perusahaan. Dalam pembahasan ini akan
diuraikan beberapa rasio penting dalam mengukur efisiensi yang berhubunga dengan piutang usaha,
persediaan aktiva tetap bersih dan total aktiva. Rasio aktivitas PT CN tahun 2009 dapat dihitung sebagai
berikut :
Rp167.850.872,-
= 4,85 x
Rasio ini dinyatakan dengan desimal dan digunakan untuk mengukur penggunaan sebuah aktiva
perusahaan, sekaligus mengukur jumlah penjualan yang diperoleh dengan menggunakan tiap rupiah
aktiva. Rasio di atas menunjukkan bahwa tiap rupiah aktiva dapat menghasilkan penjualan sebesar Rp
4,85, atau untuk menghasilkan Rp 1-, penjualan diperlukan aktiva sebesar Rp 0,21.
Penjualan
Periode rata-rata penagihan hutang = Total aktiva tetap
= Rp813.352.000,-
Rp95.135.417,-
= 8,55 x
Rasio ini dinyatakan dengan desimal dan digunakan untuk mengukur penggunaan semua aktiva
perusahaan, dan mengukur jumlah penjualan yang dapat diperoleh dari tiap rupiah aktiva tetap. Rasio di
atas menunjukkan bahwa tiap rupiah aktiva tetap menghasilkan penjualan sebesar Rp 0,855. Atau untuk
menghasilkan penjualan Rp 1,- diperlukan aktiva tetap sebesar Rp 0,117.
Piutang usaha
Periode rata-rata penagihan piutang = Penjualan tahun berjalan/100
= Rp22.996.975,-
(Rp813.352.000,-/360)
= 10,18 hari
Rasio ini dinyatakan dengan hari dan menunjukkan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk
merealisasikan hasil penjualan menjadi kas. Untuk mengukur kewajarannya, hasil perhitungan rasio ini
dapat dibandingkan dengan termin kredit rata-rata yang diberikan oleh perusahaan kepada para
pelanggannya. Hasil perhitungan rasio di atas menunjukkan bahwa tiap rupiah penjualan rata-rata beredar
sebagai piutang di tangan pelanggan selama 10,18 hari.
Rp22.996.975,-
= 35,37 x
Perputaran piutang usaha dinyatakan dengan desimal dan menunjukkan bahwa berapa kali
piutang berputar dalam satu periode waktu tertentu, biasanya setahun. Rasio di atas menunjukkan bahwa
tiap rupiah hasil penjualan kredit akan beredar di tangan pelanggan selama 360 hari/35,37 kali atau 10,18
hari. Bandingkan dengan hasil perhitungan rasio untuk periode rata-rata penagihan piutang di atas.
Utang usaha
Periode utang usaha = Pembelian tahunan/360
= Rp28.890.000,-
(Rp626.535.325,-/360)
= 16,60 hari
Periode tersebut dinyatakan dengan hari dan menunjukkan rata-rata panjangnya waktu dalam hari
yang diperlukan sebuah perusahaan untuk membayar utang yang berasal dari pembelian kreditnya. Rasio
di atas menunjukkan bahwa tiap rupiah utang usaha akan dilunasi setelah berumur 16,60 hari, atau 17
hari.
Kas
Perputaran aktiva = Penjualan bersih tahunan/360
= Rp32.440.500,-
Rp813.352.000,-/360
= 14,36 hari
Jumlah hari kas dinyatakan untuk menunjukkan jumlah hari yang merupakan periode lamanya
kas rata-rata tersimpan di tangan pada tingkat penjualan saat ini. Rasio di atas menunjukkan bahwa tiap
rupiah hasil penjualan akan mengendap di dalam kas perusahaan selama 14,36 hari.
Ringkasan hasil-hasil perhitungan dan penjelasan rasio aktivitas di atas disajikan dalam Peraga
16.7 di bawah ini. Rasio yang sama pada tahun 2008 disajikan sebagai pembanding untuk rasio tahun
2009.
Peraga 16-7
3. Perputaran modal kerja bersih 50,80x Selama tahun 2009 tiap rupiah modal
kerja bersih berputar sebanyak 50,80x.
atau mengendap rata-rata 7,09 hari.
5. Perpuataran aktiva tetap 8,55x Selama tahun 2009 tiap rupiah aktiva
tetap berputar sebanyak 8,55x.
6. Periode rata-rata penagihan 10.18 hari Selama tahun 2009 tiap rupiah piutang
piutang usaha tertagih dalam waktu 10,18 hari.
7. Perputaran piutang dagang 35,37x Selama tahun 2009 tiap rupiah piutang
usaha akan tertagih sebanyak 35,37x.
8. Periode utang usaha 16,60 hari Selama tahun 2009 tiap rupiah utang
usaha akan dilunasi dalam waktu 16,60
hari.
9. Hari kas 14,36 hari Tiap rupiah kas hasil penjualan akan
mengendap di kas perusahaan selama
14,35 hari.
Perbandingan rasio tahun 2009 dan 2008 dapat menunjukkan perbaikan atau penurunan kinerja
aktivitas perusahaan. Perputaran persediaan misalnya tahun 2008 berputar sebanyak 41,49 kali.
Disbanding tahun lalu, rasio tahun 2009 menunjukkan perbaikan/penurunan. Makin tinggi perputaran
persediaan semakin baik karena memungkinkan pencapaian total penjualan yang lebih tinggi dengan
biaya modal yang relatif lebih kecil.
Rasio profitabilitas merupakan suatu model analisis yang berupa perbandingan data keuangan
sehingga informasi keuangan tersebut menjadi lebih berarti. Analisis ini sering digunakan untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang:
1. Kemampuan perusahaan memperoleh laba bruto.
2. Cara manajemen mendanai investasinya.
3. Pertanyaan tentang kecukupan pendapatan yang dapat diterima pemegang saham biasa dari
investasi yang mereka lakukan dalam pemilikan perusahaan.
Analisis profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan dari neraca dan
laporan laba rugi yang disajikan perusahaan. Rasio tersebut terdiri dari rasio margin laba kotor, rasio
margin laba bersih, ROI (Return on Investment), dan laba per saham.
Dengan menggunakan data dari laporan keuangan PT CN tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember
2009, selanjutnya secara berturut-turut dapat dihitung rasio profitabilitas sebagai berikut:
Peraga 16-8
RASIO PROFITABILITAS %/Rp PENJELASAN
1. Margin laba bersih 5,74% Tiap Rp 100,- penjualan tahun 2009
menghasilkan lababersih 5,74%.
5. Laba per saham (EPS) Rp 93,446,43 Tiap lembar saham biasa tahun 2009
menghasilkan laba bersih Rp 93.446,43.
Profitabilitas rata-rata ini menjadi dasar pembuatan anggaran perusahaan/operasional yang lebih
optimis sehingga menjadi umpan balik pengendalian penjualan, produksi, biaya, dan laba dalam jangka
pendel. Dalam jangka panjang diperlukan berbagai strategi untuk mempertahankan profitabilitas secara
terus-menerus agar tidak mengalami penurunan. Rasio profitabilitas di atas dapat digunakan untuk jenis
industry manufacturing, jasa dan perdagangan.
Para kreditor jangka panjang lebih berkepentingan pada rasio leverage. Dengan rasio ini para
kreditor dapat digunakan untuk mengtahui:
1) Keberhasilan perusahaan membelanjai aktivanya. Masalah pertama dapat diketahui dengan
menggunakan rasio-rasio yang didasarkan pada laporan laba rugi, atau sering disebut coverage
ratio.
2) Kemampuan perusahaan menghasilkan laba untuk menutupi beban tetap yang
berhubungandengan penggunaan dana-dana yang berasal dari bukan pemilik, termasuk
penggunaan dan untuk melunasi bunga obligasi dan pembayaran kembali pokok pinjaman.
Rasio leverage, atau biasa disebut juga rasio utang terdiri dari: (1) rasio kewajiban terhadap aktiva,
(2) rasio kewajiban terhadap ekuitas , (3) rasio kewajiban jangka panjang terhadap struktur modal, (4)
times interest earned.
Total kewajiban
Total kewajiban
Rasio kewajiban terhadap ekuitas = Ekuitas Pemegang saham
Rp71.654.338,-
= Rp 96.196.534,-
= 74,49%
Rasio ini dinyatakan dalam persentase dan digunakan untuk mengukur dana yang disediakan oleh
kreditur dan dana yang disediakan oleh pemilik. Rasio di atas menunjukkan bahwa tiap rupiah kewajiban
dijamin dengan ekuitas pemegang saham sebesar Rp 74,49.
Rasio ini dinyatakan dalam desimal dan menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi biaya
bunga tahunannya. Rasio di atas menunjukkan bahwa tiap rupiah beban bunga diamin dengan Rp 15,83
laba sebelum dikurangi bunga.
Peraga 16-9
RASIO HUTANG
%/x PENJELASAN
1. Rasio kewajiban terhadap aktiva 42,69% Tiap Rp 42,69 kewajiban dijamin
dengan dijamin dengan total aktiva Rp
100,-.
4. Times interest earned 15,83x Tiap ruiah beban bunga tahun 2009
dijamin dengan Rp 15,83 laba sebelum
bunga.
Rasio-rasio keuangan yang diuraikan di atas merupakan pedoman umum bagi kebanyakan
industri. Namun dalam industry pertambangan, pelayaran, telekomunikasi, asuransi, perbankan dan
industri khusus lainnya masih terdapat beberapa rasio tambahan yang menjadi kelaziman dalam praktik
akuntasi industri yang bersangkutan.
2.4 P E M A K A I R A S I O K E U A N G A N
Selain manajemen,para pihak yang paling sering menggunakan analisis rasio keuangan adalah
kreditor jangka pendek,kreditor jangka panjang,investor dan pemegang saham. Perhatian pertama pada
rasio keuangan adalah kemamampuan perusahaan memperoleh laba. Jika profitabilitas baik,maka langkah
selanjutnya adalah melihat rasio mana yang paling dekat dengan kepentingan pemakai laporan.
Bagi semua pemakai informasi,profitabilitas menjadi penting karena semua pihak berharap
keamanan kepentingan keuangannya bisa terpenuhi dari laba perusahaan. Laba merupakan sumber dana
internal yang dapat diperoleh dari aktivitas normal perusahaan yang tidak membutuhkan biaya ekstra
untuk penyimpanan atau penggunaannya.
Kredit jangka pendek terdiri dari pinjaman-pinjaman yang masa jatuh temponya paling lama
12bulan.sebagaimana pemberi kredit pada umumnya,pemberi kredit jangka pendek juga sangat
berkempentingan pada keamanan yang di salurkannnya.oleh karena itu,kepentingan pemberi kredit lebih
ditekankan pada kesehatan keuangan perusahaan dalam kisaran waktu sampe dengan saat pelunasan
kredit.untuk mengetahui kesehatan keuangan perusahaan dalam jangka pendek pemberi kredit akan
mengukur kemungkinanan perusahaan melunasi pinjamannya dengan menggunakan rasio likuiditas dan
rasio aktivitas perusahaan.
Agak berbeda dengan kreditor jangka pendek,kreditor jangka panjang relative lebih berisiko
tinggi karena rentang waktu pinjamannya yang berkisar lima tahun ke atas.karena saat jatuh tempo
pinjamannya yang demikian lama,maka debitor jangka panjang berkempentingan untuk mengetahui
kemungkinan pengembalian pokok pinjaman dan bunga dengan memerhatikan proyeksi kesehatan
keuangan perusahaan dalam jangka panjang tersebut.untuk itu para pemberi kredit lebih cenderung
menekankan analisisnya pada rasio leverage,selain analisis lain yang sifatnya jangka pendek.kreditor pada
umumnya sangat berkepentingan terhadap rasio earning power
3 Pemegang saham
Secara teori,para pemegang saham sebenarnya merupakan pemodal yang menjadi pemilik sebuah
perusahaan.karena itu,idealnya mereka sangat berkepentingan terhadap analisis rasio keuangan
perusahaan.
Dalam praktiknya,para investor memilki motif yang berbeda-beda.sebagian investor,membeli
saham sebuah perusahaan untuk tujuan spekulasi dengan harapan akan memperoleh keuntangan dari
selisih perubahan harga saham dalam jangka pendek.kelompok investor ini sering membeli saham dengan
lebih mempertimbangkan informasi dari analisis laporan keuangan,tetapi lebih banyak memperhitungkan
spekulasi pergerakan harga saham di pasar modal.
Selain itu terdapat kelompok yang memiliki saham perusahaan dalam satu kesatuan misi dengan
keberadaan perusahaan.kelompok ini cenderung memiliki saham perusahaan dalam jangka panjang
dengan tujuan-tujuan khusus untuk menguasai perusahaan,atau mengurangi persaingan.dalam skala
pragmatis mereka mengharapkan deviden yang dibagikan secara periodic dari laba petusahaan sesuai
dengan komposisi kepemilikan sahamnya.kelompok investor ini lebih suka menggunakan semua rasio
dan bahkan statistik profitabilitas yang berupa rasio margin laba,return of equity,return of investment,dan
juga laba per saham.
4 Manajemen
Oleh karena manajemen merupakan pihak yang bertangung jawab tentang pencapaian tujuan
perusahaan,maka dengan sendirinya manajemen berkepentingan untuk untuk
mengetahui,mengukur,merencanakan,dan mengendalikan semua rasio keuangan.termasuk dalam lingkup
tanggung jawab tersebut,manajemen harus menciptakan rasio keuangan.Termasuk dalam lingkup
tanggung jawab tersebut,manajemen harus menciptakan rasio keuangan yang sehat sehingga dapat
memberikan jaminan pencapaian kepentingan semua pihak,baik pihak internal maupun eksternal
perusahaan.
5 Auditor
Akuntan publik sebagai auditor menggunakan berbagai analisis rasio keuangan untuk melakukan
deteksi awal tentang penyajian pos-pos yang tidak biasa dalam laporan keuangan.pengujian seperti itu
dilakukan sebagai analytical review,pada tahap permulaan audit, pada saat audit berjalan dan pada saat
penyelesaian draf laporang audit.
Analitical review pada pertengahan dan penyelesaian audit dimaksudkan untuk melihat besarnya
perubahan atau pergesaran angaka-angka dalam laporan keuangan setelah auditor melaukakan
penyesuaian atau koreksi audit.pada akhir audit analisis ini diperlukan sebagai salah satu alat untuk
menilai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
Untuk memperkuat analisisnya,auditor sering membandingkan rasio tahun yang yang diauditdengan rasio
yang sama pada periode sebelumnya,atau rasio menurut rata-rata industri laba bersih 5% dari total
penjualan.kalau margin laba bersih klien menunjukkan angka10%,maka berdasarkan ini auditor akan
2.5 K E T E R B A T A S A N A N A L I S I S R A S I O
Analsis rasio keuangan meruapakan alat yang cukup popular dalam mengukur kesehatan
keuangan sebuah organisasi bisnis.Namun banyak hal dapat menjadi masalah bagi analisi laporang
keuangan bila tidak mengambil faktor lingkungan yang memengaruhi validitas penggunaan analisis rasio
tersebut.
Faktor pertama penyebab kelemahan analisis rasio keuangan berhubungan dengan identifikasi
bidang usaha bagi perusahaan yang akan dianalisisis.terhadap sebuah perusahaan yang menjalankan
kegiatan dalam banyak lini bisnis,kadang-kadang sulit mengidentifikasi kategori industri yang menjadi
bidang usaha perusahaan yang bersangkutan.hal imi menyebabkan kesulitan dalam memilih jenis industri
yang dapat di jadikan sebagai bahan pembanding.
Faktor kedua berhubungan dengan penggunaan rata-rata industri sebagai alat ukur kewajaran
suatu kinerja yang dicapai.rata-rata industri yang dipublikasikan hanya merupakan aproksimasi dan
menyediakan pedoman umum kepada para pemakai dibanding dengan rasio rata-rata yang ditentukan
secara ilmiah,dari semua atau bahkan suatu sampel perusahaan yang representative dalam kelompok
indusrti tertentu.dengan demikian,suatu rata-rata industri tidak dapat sepenuhnya dijadikan target atau
standar rasio yang dikehendaki.
Faktor ketiga berhubungan dengan perbedaan interpretasi di antara praktisi akuntansi.para
praktisi akuntasi di perusahaan-perusahaan sering memberikan penafsiran yang berbeda atas transaksi
sejenis yang terjadi.hal ini menyebabkan timbulnya perbedaan perhitungan rasio.sebagai akibat perbedaan
interpretasi tersebut selanjutnya dapat menyebabkan rasio-rasio keuangan yang dibuat dapat menjadi
terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Faktor lain yang menjadi kelemahan dari analisis rasio keuangan berhubungan dengan fluktuasi
kegiatan bisnis yang musiman.dalam praktiknya banyak bisnis yang volume aktivitasnya dipengaruhi
oleh musim,baik yang disebabkan faktor alam maupun perubahan perilaku konsumen.Dengan mengetahui
faktor-faktor tersebut,analisis rasio keuangan dapat membuat interpretasi tambahan untuk menyusaikan
hasil analisisnya sehingga kebih mendekati keadaan yang sebenarnya.
Untuk menilai kinerja pencapaian rasio yang baik,manajemen dapat menggunakan rata-rata
industry,pengalaman yang lalu atau target rasio lain yang ditetapkan sebelumnya sebagai bench mark,atau
patokan dasarnya.
3.1 K E S I M P U L A N
Analisis keuangan sangat penting untuk diterapkan dal sistem suatu perusahaan. Karena dengan
menggunakan analisis keuangan ini perusahaan dapat mengetahui keuntungan dan kerugian yang dicapai
perusahaan dalam suatu periode.
Analisis laporan keuangan adalah suatu proses penelitian laporan keuangan beserta unsure-unsurnya
yang bertujuan untuk mengevaluasi dan memprediksi kondisi keuangan perusahaan atau badan usaha dan
juga mengevaluasi hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan atau badan usaha pada masa lalu dan
sekarang.
Analisis Common Size adalah analisis yang disusun dengan menghitung tiap-tiap rekening dalam
laporan laba-rugi dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan (untuk laporan laba-rugi) atau dari total
aktiva (untuk neraca).
Analisa rasio adalah analisis yang menghubungkan perkiraan neraca dan laporan laba rugi terhadap
satu dengan yang lainnya, yang memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan serta penilaian
terhadap suatu perusahaan tertentu.
Beberapa isu yang harus dipertimbangkan dalam analisis laporan keuangan agar laporan keuangan bis
diperbandingkan (comparable). Analisis berdasarkan laporan keuangan yang melibatkan beberapa
perbandingan baik terhadap perusahaan lainnya atau terhadap data pada periode-periodde sebelumnya.
3.2 D A F T A R P U S T A K A
https://ccaccounting.wordpress.com/2012/10/27/tujuan-dan-manfaat-analisis-laporan-keuangan/
Dr. Kasmir, S.E., M.M., Analisis Laporan Keuangan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008,
hlm. 69
http://nofiandesta.blogspot.co.id/2014/04/analisis-common-size.html
Sofyan syafri harahap, Analisis Kritis atas laporan keuangan, Rajawali pers, Jakarta : 2011hlm. 250.
https://dwiermayanti.wordpress.com/2011/06/10/analisis-rasio-keuangan/