Laporan Praktikum Respirasi
Laporan Praktikum Respirasi
Laporan Praktikum
yang dibina oleh Dra. Hj. Susilowati, M.Si dan Dr. H.Abdul Ghofur, M.Kes
Oleh:
Kelompok 2 – Off B
Gupita Laksmi P. (120341421990)
Humila Ainun N. (120341421995)
Nadhia Kirana D. (120341421996)
Nisaul Lauziah S. (120341421967)
Noviana Tri L. (100342404646)
Rizky Alfarizy (120341421984)
B. Tanggal Praktikum
6 Oktober 2014
C. Tujuan
1. Menentukan volume tidal, volume cadangan ekspirasi, kapasitas vital,
volume cadangan inspirasi
2. Mengetahui frekuensi pernapasan, faktor-faktor yang mempengaruhi
irama pernapasan
3. Mendapatkan kandungan CO2 dalam udara ekspirasi
D. Dasar Teori
Respirasi berarti satu inspirasi dan satu ekspirasi. Seorang dewasa
normal melakukan 14-18 kali respirasi setiap menit, dan dalam keadaan
istirahat sebanyak 12-15 kali. Selama ini paru-paru mempertukarkan udara di
dalamnya denagn atmosfir. Untuk mengukur volume udara yang
dipertukarkan, dipergunakan spirometer (respirometer) (Basuki, 2000).
Selama proses bernapas normal, kira-kira 500ml udara bergerak ke
saluran napas dalam setiap inspirasi, dan jumlah yang sama bergerak keluar
dalam setiap ekspirasi. Hanya kira-kira 350 ml volume tidal benar-benar
mencapai alveoli, sedangkan yang 150ml tetap berada di hidung, faring,
trakhea, dan bronkhi, yang disebut sebagai volume udara mati (Soewolo,
2003).
Dengan bernapas sangat kuat, kita dapat menghisap lebih dari 500ml
udara. Kelebihan udara yang dihirup ini, yang disebut volume udara cadangan
inspiratori, rata-rata 3.100ml. Dengan demikian sistem pernapasan dapat
menarik 3.100ml (volume cadangan respiratori) + 500ml (volume udara tidal)
= 3.600ml (Soewolo, 2003).
Bila kita melakukan inspirasi normal dan kemudian melakukan
ekspirasi sekuat-kuatnya, kita akan dapat mendorong keluar 1.200ml udara,
volume udara ini disebut volume cadangan ekspiratori. Susudah volume udara
cadangan ekspiratori dihembuskan, sejumlah udara masih tetap berada dalam
paru-paru karena tekanan intrapleural lebih rendah sehingga udara yang
tinggal ini dipakai untuk mempertahankan agar alveoli tetap sedikit
menggembung, juga beberapa udara masih tetap ada pada saluran udara
pernapasan. Udara ini disebut udara residu, jumlahnya kira-kira 1.200ml
(Soewolo, 2003).
Kapasitas paru-paru dapat dihitung dengan menjumlah semua volume
udara paru-paru. Kapasitas inspiratori adalah keseluruhan kemampuan
inspiratori paru-paru, yaitu jumlah volume udara tidal dan volume udara
cadangan inspiratori = 500ml + 3.100ml = 3.600 ml. Kapasitas residu
fungsional adalah jumlah volume udara residu dan volume udara cadangan
ekspiratori = 2.400 ml. Kapasitas vital adalah volume udara cadangan
inspiratori + volume udara tidal + volume udara cadangan ekspiratori =
4.800ml. Akhirnya, kapasitas total paru merupakan jumlah semua volume
udara, yaitu = 6.000ml (Soewolo, 2003).
Frekuensi pernapasan adalah intensitas memasukkan atau
mengeluarkan udara per menit. Pada umumnya intensitas pernapasan pada
manusia berkisar antara 16 - 18 kali. Frekuensi respirasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti: usia, jenis kelamin, aktifitas, kondisi fisik, suhu
tubuh dan posisi tubuh (Anonim, 2009).
Menurut Basoeki (2000), respirasi seorang dewasa normal adalah 14-
18 kali per menit, sedangkan dalam keadaan istirahat 12-15 kali. Irama dasar
respirasi dikendalikan oleh sistem saraf dalam medula oblongata dan spons
(Soewolo, 2003).
Usia: makin tambah usia, makin kecil frekuensi respirasi seseorang.
Anak-anak lebih banyak frekuensi pernafasannya daripada orang dewasa. Hal
ini disebabkan anak-anak masih dalam usia pertumbuhan sehingga banyak
memerlukan energi. Oleh sebab itu, kebutuhannya akan oksigen juga lebih
banyak dibandingkan orang tua (Anonim, 2009).
Jenis Kelamin: laki-laki lebih banyak frekuensi pernafasannya
daripada perempuan. semakin banyak energi yang dibutuhkan, berarti
semakin banyak pula O2 yang diambil dari udara. Hal ini terjadi karena laki-
laki umumnya beraktivitas lebih banyak daripada perempuan (Anonim, 2009).
Aktifitas dan kondisi fisik: makin terlatih fisik seseorang, makin kecil
frekuensi respirasinya. Jika diperhatikan, orang yang melakukan aktivitas
kerja membutuhkan energi, memiliki frekuensi pernapasan yang besar pula.
Berarti, semakin berat kerjanya maka semakin banyak kebutuhan energinya,
sehingga frekuensi pernapasannya semakin cepat (Anonim, 2009).
Setelah melakukan aktivitas (misalnya: berlari), metabolisme dalam
tubuh meningkat terutama untuk metabolisme asam laktat dalam sel yang
banyak menghasilkan CO2 dan panas. Selama berlari, penggunaan O2 oleh
otot yang bekerja bertambah. Sehingga PO2 dalam jaringan dan dalam darah
menurun. Difusi O2 dan darah ke jaringan bertambah sehingga PO2 darah pada
otot berkurang dan pelepasan O2 dari hemoglobin meningkat. Selama
olahraga, penggunaan oksigen dapat meningkat sampai sebanyak 30 kali lipat.
Harus ada mekanisme untuk menyesuaikan usaha respirasi terhadap tuntutan
metabolik (Soewolo, 2003).
Suhu tubuh: suhu yang tinggi, meningkatkan frekuensi respirasi.
Semakin tinggi suhu tubuh (demam) maka frekuensi pernapasan akan
semakin cepat. Di lingkungan yang panas tubuh mengalami peningkatan
metabolisme untuk mempertahankan suhu agar tetap stabil. Untuk itu tubuh
harus lebih banyak mengeluarkan keringat agar menurunkan suhu tubuh.
Aktivitas ini membutuhkan energi yang dihasilkan dari peristiwa oksidasi
dengan menggunakan oksigen sehingga akan dibutuhkan oksigen yang lebih
banyak untuk meningkatkan frekuensi (Anonim, 2009).
Posisi tubuh, posisi berbaring frekuensi respirasi 13/menit, dan pada
posisi duduk 18/menit dan 22/menit pada posisi berdiri. Frekuensi pernapasan
meningkat saat berjalan atau berlari dibandingkan posisi diam. frekuensi
pernapasan posisi berdiri lebih cepat dibandingkan posisi duduk. Frekuensi
pernapasan posisi tidur terlentang lebih cepat dibandingkan posisi tengkurap
(Anonim, 2009).
Namun, masih banyak factor-faktor lain yang lebih dominan
mempengaruhi frekuensi pernapasan yaitu.
1. Emosi seseorang
2. Perasaan seseorang
3. Kejiwaan seseorang.
4. Energi dan aura seseorang
5. Latihan dan kebatinan seseorang
Dalam keadaaan normal, kegiatan inspirasi dan ekpirasi atau
menghirup dan menghembuskan udara dalam bernapas hanya menggunakan
sekitar 500 cc volume udara pernapasan (kapasitas tidal = ± 500 cc). Fase
ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke posisi
semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi
lebih besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru (Mrwaldi, 2009).
Sel-sel tubuh terus menerus menggunakan O2 untuk reaksi metabolik
yang melepaskan energi dari molekul nutrien dan menghasilkan ATP. Pada
saat yang sama, reaksi ini juga melepaskan Karbon dioksida. Karena jumlah
karbondioksida yang berlimpah akan menghasilkan keasaman yang bersifat
racun bagi tubuh, maka CO2 yang berlimpah harus dibuang dengan cepat dari
sel tubuh (Soewolo, 2003).
Pusat kontrol yang ada di medulla oblongata juga membantu
mempertahankan homeostasis dengan cara memonitor kadar CO2 dalam darah
dan mengatur jumlah CO2 yang dibuang oleh alveoli saat ekspirasi. Petunjuk
utama mengenai konsentrasi CO2 datang dari munculnya sedikit perubahan
pH darah dan cairan jaringan yang menggenangi otak. CO2 bereaksi dengan
H2O untuk membentuk H2CO3, yang akan menurunkan pH. Ketika pusat
control yang ada di medulla oblongata mendeteksi adanya penurunan pH,
pusat control tersebut akan meningkatkan kedalaman dan laju pernapasan.n
Kelebihan CO2 dibuang dalam udara ekspirasi. Peningkatan konsentrasi CO2
umumnya merupakan indikasi kuat mengenai adanya penurunan konsentrasi
O2, karena CO2 dihasilkan melalui proses yang sama dengan proses konsumsi
O2, yakni respirasi seluler (Alvyanto, 2009).
Bahan:
F. Langkah Kerja
1. Mengukur volume pernapasan
Persiapan: pipa tiup dicuci dengan alkohol 70% setiap akan dipakai; pipa
tiup dipasang pada spirometer; skala diatur menunjukkan angka 0 (nol)
sebelum spirometer digunakan; udara pernapasan ditiup melalui mulut.
2. Irama pernapasan
Dari hasil praktikum, diperoleh data bahwa volume tidal dan volume
cadangan ekspirasi pelaku adalah 2550 cc pada ulangan pertama, 1600 cc
pada ulangan kedua, dan 1700 cc pada ulangan ketiga. Jadi rata-rata volume
tidal dan volume cadangan ekspirasi adalah 1950 cc. Sementara itu, volume
cadangan ekspirasi adalah 1100 cc pada ulangan pertama, 600 cc pada
ulangan kedua, dan 700 cc pada ulangan ketiga. Diperoleh rata-rata volume
cadangan ekspirasi pelaku adalah 800 cc. Volume tidal didapatkan dari selisih
hasil yaitu volume tidal dan volume cadangan ekspirasi dikurangi volume
cadangan ekspirasi. Dari hasil pengurangan tersebut, diperoleh data 1450 cc
pada ulangan pertama, 1000 cc pada ulangan kedua, dan 1000 cc pada
ulangan ketiga. Rata-rata volume tidal pelaku adalah 1150 cc. Jadi dapat
disimpulkan bahwa diperoleh volume tidal pelaku adalah 1150 cc.
Kesimpulan sementara dipeeroleh bahwa volume udara yang dihirup atau
dihembuskan oleh pelaku adalah 1150 cc.
Ulangan 1 (Nadhia)
3000
2500
2000
Volume (cc)
1500
1000
500
0
Volume tidal Cadangan Volume tidal Kapasitas Vital Volume
dan volume ekspirasi dan volume Cadangan
cadangan cadangan Inspirasi
ekspirasi ekspirasi
Volume Pernapasan
Ulangan 2 (Humila)
2000
1800
1600
1400
Volume (cc)
1200
1000
800
600
400
200
0
Volume tidal Cadangan Volume tidal Kapasitas Vital Volume
dan volume ekspirasi dan volume Cadangan
cadangan cadangan Inspirasi
ekspirasi ekspirasi
Volume Pernapasan
Ulangan 3 (Nisaul)
2000
1800
1600
1400
Volume (cc) 1200
1000
800
600
400
200
0
Volume tidal Cadangan Volume tidal Kapasitas Vital Volume
dan volume ekspirasi dan volume Cadangan
cadangan cadangan Inspirasi
ekspirasi ekspirasi
Volume Pernapasan
2500
2000
Volume (cc)
1500
1000
500
0
Volume tidal Cadangan Volume tidal Kapasitas Vital Volume
dan volume ekspirasi dan volume Cadangan
cadangan cadangan Inspirasi
ekspirasi ekspirasi
Volume Pernapasan
2. Irama Pernapasan
60
50
40
30
Rizky
20 Noviana
Gupita
10
0
Duduk santai Bernafas cepar 1 Bernafas di dalam Lari di tempat 60
menit, bernafas kantong plastik 2 kali
normal 1 menit menit, bernafas
normal 1 menit
3. Kandungan CO2 dalam Udara Pernapasan
2.5
1.5
Kadar CO2 (µmol)
1
0.5
0
Sebelum Setelah
Lari lari 60
langkah
I. Pembahasan
1. Mengukur Volume Pernapasan
Pada perlakuan pertama adalah pelaku menghirup udara dengan
inspirasi normal, kemudian pelaku menghembuskan udara sekuat mungkin
pada spirometer. Angka pada spirometer saat itu menunjukkan 2550 cc
pada ulangan pertama, 1600 cc pada ulangan kedua, 1700 cc pada ulangan
ketiga, sehingga rata-rata udara yang dapat dikeluarkan sekuat mungkin
setelah melakukan inspirasi normal adalah 1950 cc. 1950 cc tersebut
merupakan gabungan volume tidal dan volume cadangan ekspirasi. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Basoeki (2000) menyatakan bahwa udara yang
dihembuskan sekuat mungkin setelah menghirup udara dengan inspirasi
normal merupakan volume tidal dan volume cadangan ekspirasi.
Pada pengamatan pelaku ekspirasi normal, lalu menghembuskan udara
secara normal, lalu menghembuskan udara lagi sekuat mungkin pada
spirometer. Menurut Basoeki (2000) menyatakan bahwa langkah tersebut
digunakan untuk mengetahui volume cadangan ekspirasi. Berdasarkan
pengamatan pada ulangan pertama, jarum spirometer menunjukkan angka
1100 cc, ulangan kedua 600 cc, ulangan ketiga 700 cc, sehingga rata-rata
volume cadangan ekspirasi pelaku sebesar 800 cc. Menurut Soewolo, dkk.
(1999) volume cadangan ekspirasi adalah sebesar 1200 ml. Dari analisis
yang diperoleh bahwa angka 800 cc termasuk masih dalam kisaran
normal volume cadangan ekspirasi, yaitu 1200 ml. Angka 800 cc
merupakan angka yang masih berada pada kisaran normal dari angka 1200
ml. Sehingga dapat dikatakan bahwa volume cadangan ekspirasi pelaku
adalah masih berada di batas normal.
Volume tidal dapat diperoleh dengan mengurangi nilai volume yang
diperoleh pada tahap pertama dikurangi nilai volume yang diperoleh dari
nilai cadangan ekspirasi. Basoeki, dkk. (2003). Berdasarkan pengamatan,
pelaku memiliki volume tidal sebesar 1150 cc. Nilai volume tidal tersebut
kurang sesuai dengan volume tidal menurut Soewolo, dkk. (1999) yang
menyebutkan bahwa selama proses bernafas normal, kira-kira 500 ml
udara bergerak ke saluran napas dalam setiap inspirasi dan jumlah yang
sama bergerak keluar dalam setiap ekspirasi, dan jumlah tersebut disebut
volume tidal. Dari pembahasan ini terlihat bahwa baik volume cadangan
ekspirasi maupun volume tidal pelaku berada pada kisaran yang kurang
normal, sehingga volume yang terukur melibihi kisaran normal. Hal ini
dimungkinkan karena ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan jarum
spirometer kurang sesuai, contohnya pengaturan skala awal oleh pengamat
yang kurang tepat, kurangnya ketelitian dari pengamat, sehingga
pergerakan jarum kurang valid.
Pengamatan selanjutnya yaitu pelaku bernafas dalam-dalam kemudian
menghembuskan udara sebanyak mungkin untuk mengetahui kapasitas
vital pelaku. Berdasakan pengamatan, pada saat ulangan pertama 2800 cc,
ulangan kedua 1800 cc, ulangan ketiga jarum menunjukkan nilai sebesar
1900 cc, sehingga rata-rata kapasitas paru-paru pelaku adalah 2167 cc. Hal
ini tidak sesuai dengan pernyataan menurut Soewolo, dkk. (2003) yang
menyatakan bahwa kapasitas vital yang merupakan sejumlah volume
cadangan inspiratori dengan volume tidal dan volume cadangan ekspirasi
adalah sebesar 4800 ml. Dari pembahasan ini terlihat bahwa kapasitas
vital pelaku berada pada kisaran yang tidak normal, namun nilai kapasitas
vital lebih besar dari volume tidal dan cadangan ekspirasi. Hal ini
dimungkinkan karena ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan jarum
spirometer kurang sesuai, contohnya pengaturan skala awal oleh pengamat
yang kurang tepat, kurangnya ketelitian dari pengamat, sehingga
pergerakan jarum kurang valid.
Menurut Soewolo, dkk. (1999) menyatakan bahwa volume cadangan
inspiratori dapat diperoleh dengan bernapas sangat kuat, sehingga dapat
menghisap lebih dari 500 ml udara. Kelebihan udara yang dihirup tersebut
merupakan volume cadangan inspiratori. Rata-rata volume cadangan
inspiratori adalah rata-rata 3100 ml. Dari pembahasan ini terlihat bahwa
baik volume cadangan inspirasi kisaran yang kurang normal. Hal ini
dimungkinkan karena ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan jarum
spirometer kurang sesuai, contohnya pengaturan skala awal oleh pengamat
yang kurang tepat, kurangnya ketelitian dari pengamat, sehingga
pergerakan jarum kurang valid. Angka 217 cc merupakan angka yang
hampir melenceng jauh dari angka 3100 ml. Sehingga dapat dikatakan
bahwa volume cadangan inspirasi pelaku adalah di bawah batas normal.
2. Irama Pernapasan
Pada percobaan kali ini, perlakuan yang diberikan yaitu dengan subjek
duduk santai dan bernafas cepat selama 1 menit kemudian bernafas
normal selama 1 menit, dimana diketahui terdapat perbedaan frekuensi
pernafasan pada saudara Rizky (21 th), saudari Noviana (22 th), dan
saudari Gupita (20 th). Dalam 1 menit, frekuensi pernafasan saudari
Gupita terlihat paling rendah dibandingkan yang lainnya, namun memiliki
kemampuan menahan nafas paling baik, dan waktu penghembusan nafas
paling singkat. Hal ini karena udara yang tersimpan dalam paru-paru
sebagai cadangan respirasi cukup banyak dan cukup. Noviana memiliki
frekuensi pernafasan yang hampir sama dengan Rizki, karena secara usia
Noviana memiliki usia yang lebih tua, namun secara jenis kelamin Rizky
berkelamin laki-laki. Perbedaan ini terjadi karena beberapa faktor, seperti
yang diketahui Rizki memiliki jenis kelamin laki-laki dengan usia 21
tahun, sedangkan Gupita berkelamin perempuan dengan usia paling muda
yaitu 20 tahun dan bertubuh kecil, begitu juga dengan Noviana berkelamin
perempuan dengan usia 22 tahun.
Hal ini sesuai dengan sumber yang menyatakan bahwa kapasitas vital
paru dapat dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang melakukan olahraga
(dalam hal ini berlari). Olah raga dapat meningkatkan aliran darah melalui
paru-paru sehingga menyebabkan oksigen dapat berdifusi ke dalam
kapiler paru dengan volume yang lebih besar atau maksimum. Kapasitas
vital pada seorang atletis lebih besar daripada orang yang tidak pernah
berolahraga. Kebiasaan olah raga akan meningkatkan kapasitas paru dan
akan meningkat 30-40 % (Guyton & Hall, 1997: 605).
J. Kesimpulan
1. Berdasarkan praktikum diketahui volume cadangan ekspirasi adalah 800cc
(sumber: 1200ml), volume tidal 1150cc (sumber: 500ml), kapasitas paru-
paru 2167cc (sumber: 4800ml), volume cadangan inspiratori 217cc
(sumber: 3100ml).
2. Berdasarkan praktikum diketahui frekuensi pernapasan setiap orang
berbeda-beda, dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, usia, dan kebiasaan
olah raga.
3. Berdasarkan praktikum diketahui bahwa ketika lelah, kadar CO2 dalam
udara ekspirasi lebih rendah daripada saat normal (sumber: kadar CO2
dalam udara ekspirasi lebih tinggi ketika lelah daripada saat normal).
K. Daftar Pustaka
Suyono, Joko. 1995. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Jakarta : EGC.