Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Dasar – Dasar Manajemen
Dosen Pengampu : Agus Sutandi, S.TP., M.P.
Disusun Oleh :
Abdul Rojak (190210001)
Ahmad Syauqi (190210003)
Destyo Kurniawan (190210008)
Nur Iman Wijaya (190210011)
Zahra Isnaina Zhafira (190210012)
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt., karena rahmat dan karunia-Nya kami
mampu membuat Makalah Organisasi ini dengan baik. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah Dasar – Dasar Manajemen tepat waktu.
Sholawat serta salam tak lupa kami sampaikan kepada Rasulullah Saw. beserta keluarga
dan para sahabatnya hingga pada umatnya sampai akhir zaman. Dan semoga kita semua termasuk
ke dalamnya.
Terimakasih kepada teman – teman yang sudah membantu dengan segala kekurangan,
kesulitan, dan segala hambatannya, tetap mampu menyelesaikan makalah ini.
Kami berharap dengan dibuatnya makalah ini, bisa menambah wawasan, ilmu, juga
pengetahuan bagi pembaca mengenai materi organisasi dalam Dasar – Dasar Manajemen. Kami
sadar bahwa makalah ini tidak sempurna. Untuk itu, kami menerima segala kritik dan saran untuk
membantu kami membuat makalah yang lebih baik.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen merupakan proses khas yang menggerakan organisasi adalah sangat penting.
Karena, tanpa manajemen yang baik dan efisien, tidak aan ada usaha yang berhasil untuk waktu
yang cukup lama.
Manajemen memberikan efektivitas pada usaha manusia untuk mencapai tujuan tertentu
dengan menggunakan sumber – sumber yang tersedia dalam organisasi. Karena dalam organisasi
selalu terkandung unsur kelompok yang membutuhkan manajemen yang biasanya berhubungan
dengan usaha suatu kelompok manusia atau individu.
Sebenarnya, manajemen itu sendiri memiliki fungsi yang meliputi perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengerjaan (stanffing), pengarahan (directing), dan
pengendalian/pengawasan (controlling).
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah organisasi berasal dari bahasa Inggris, organization. Syamsi (1994:13) menyatakan
bahwa organisasi dapat diartikan dua macam, yaitu:
(1) Dalam arti statis, organisasi sebagai wadah kerja sama sekelompok orang yang bekerja
sama untuk mencapai tujuan tertentu;
(2) Dalam arti dinamis, organisasi sebagai suatu sistem atau kegiatan sekelompok orang untuk
mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Robbins dalam Ndraha (2011:235), organisasi adalah kesatuan
(entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat
diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan
bersama atau sekelompok tujuan.
Organisasi menurut Handayaningrat (1985:42) adalah wadah (wahana) kegiatan daripada
orang-orang yang bekerja sama dalam usahanya mencapai tujuan. Dalam wadah kegiatan
tersebut, setiap orang harus jelas tugas, wewenang dan tanggung jawabnya, hubungan dan tata
kerjanya.
Sedangkan menurut Hardjito (1997:5), organisasi adalah kesatuan sosial yang
dikoordinasikan secara sadar, yang memungkinkan anggota mencapai tujuan yang tidak dapat
dicapai melalui tindakan individu secara terpisah.
Dan organisasi menurut Siagian (2008:6), mengemukakan : “Organisasi ialah setiap
bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal
terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang terdapat
seorang/beberapa orang yang disebut atasan dan seorang/sekelompok orang yang disebut
bawahan.”
Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah bagi orang-orang untuk
berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terpimpin dan terkendali
dalam memanfaatkan sumber daya, sarana-prasarana, data, dan lain sebagainya yang
digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut Stephen P. Robbins (1999), prinsip/asas yang disebutnya dasar sebuah organisasi
meliputi :
a. Pembagian tugas (division of labor)
Pembagian ini digunakan supaya adanya efisiensi karena spesialisasi.
b. Kesatuan komando (unity of command)
Kesatuan komando merupakan prinsip/asas dimana pekerja hanya memberikan laporan atas
apa yang sudah dikerjakannya kepada satu atasan.
c. Wewenang dan tanggung jawab (authority and responsibility)
Prinsip/asas ini adalah hak dan kewajiban yang jelas dari tingkat manajer yang paling atas
hingga tingkat paling bawah.
2
d. Rentang kendali (span of control)
Batasan jumlah bawahan yang menjadi tanggung jawab seorang atasan/pimpinan.
Sedangkan menurut Haynes dan Massie (1998) ada 4 asas organisasi, yaitu:
a. Kesatuan Komando (Unity of Command)
Terkenal dalam motto : “tidak seorang-pun dapat melayani dua atasan sekaligus”. Sangat
sering terjadi pada seorang anggota organisasi karenga buruknya pengaturan, terpaksa
mengabri kepada dua atau lebih atasan sekaligus. Hasilnya pasti membingungkan dan
menurunkan produktivitas kerja.
b. Rentang Kendali (Span of Control)
Terdapat batasan mengenai jumlah bawahan yang dapat ditempatkan dibawah pinpinan
seorang atasan sehubungan dengan terbatasnya kemampuan seseorang.
c. Asas Perkecualian (Exception Principle)
Menghendaki bahwa keputusan keputusan yang diambil secara berulang harus dianggap
sebagai kegiatan rutin dan dilimpahkan kepada bawahan. Sehingga, atasan dapat mencurahkan
perhatian kepada masalah – masalah penting yang bersifat pengecualian.
d. Asas Sakelar (Scalar Principle)
Berarti setiap usaha bersama harus selalu terdapat semacam hierarki dalam hubungan
atasan dengan bawahan.
Dan menurut James D. Money ada 2 asas organisasi, yaitu :
a. Asas Koordinasi
Koordinasi adalah suatu teknik dan cara untuk mempersatukan berbagai kecakapan dan
kepentingan kepemimpinan ke arah tujuan yang sama.
b. Asas Hierarki
Dengan hierarki dimaksud suatu rangkaian anak tangga dari pembatasan wewenang dan
tugas masing – masing tingkatan.
3
2. Departementalisasi
Tahap kedua adalah mengelompokkan tugas – tugas dan sumber daya manusia yang
memiliki kesamaan rumpun tugas dalam satu kelompok untuk efisiensi kerja dalam mencapai
tujuan bersama.
3. Pengembangan hierarki organisasi
Tahap ketiga ini mengatur pertanggung-jawaban masing – masing manajer.
Direktur Pelaksana
Pengambilan keputusan, perancangan
kebijakan, bertanggung jawab atas
seluruh kegiatan organisasi
Manajer
Manajer umum puncak
Manajer Fungsional Melaksanakan segala
kegiatan operasional
Manajer
perusahaan yang tugaskan
Menengah oleh manajer puncak.
Kepala Bagian
Supervisor
Manajer Melaksanakan dan
menerapkan
Lini
koordinasi seluruh
Pertama karyawan
Pegawai tingkat 1
Karyawan / Pegawai
Gambar 1
4. Pengisian jabatan
Menempatkan jabatan dengan sumber daya manusia sesuai persyaratan jabatan (job
spesification) yang mencakup pengetahuan dan keahlian tertentu.
5. Pengoordinasian
Kegiatan yang dilakukan untuk memadukan berbagai tugas pada masing – masing
departemen / kelompok kerja agar keseluruhan kegiatan dapat terintegrasi dan efektif untuk
mencapai tujuan bersama.
Dari segi wewenang, tanggung jawab, dan hubungan kerja, dikenal adanya 3 bentuk
organisasi (Sarwoto, 2002), yaitu :
a. Organisasi Garis
4
Ini adalah bentuk tertua dan paling sederhana karena tugas – tugas perencanaan,
pengendalian, dan pengawasan berada dalam satu garis kewenangan (line authority). Langsung
dari pimpinan kepada bawahan. Secara skematik dapat digambarkan seperti :
Top Manager
(President)
Workers workers
Gambar 2
(Skinner, 1999)
Kelebihan jenis organisasi garis adalah :
Struktur sangat sederhana
Mudah diketahui tugas dan siapa yang bertanggung jawab
Banyak digunakan di organisasi kecil
Kelemahannya :
Timbul birokrasi, yaitu lambannya pekerjaan karena banyak tangga organisasi yang
harus dilewati.
Dibutuhkan kepemimpinan yang cakap dan serba tahu.
Tidak adanya kerjasama dan spesialisasi anggota organisasi.
5
a) Staf koordinas : membantu dalam perencanaan dan pengawasan. Juga, memberi
nasihat kepada pimpinan.
b) Staf teknis : memberikan jasa – jasa kepada komponen pelaksanaan atas tugasnya.
3) Pelaksanaan
Melaksanakan tugas – tugas yang dilaksanakan dari pimpinan.
Kelebihan jenis ini :
Mengurangi beban tugas
Terjaminnya pimpinan tunggal.
Kelemahan organisasi garis dan staf :
Kemungkinan timbul perselisihan
Petunjuk – petunjuk dari staf bersifat teoritis.
Kemungkinan pimpinan tergantung kepada staf.
Executive Director
Asistant of
The Executive
Director
Unit 1 Unit 2
Manager Manager
c. Organisasi Fungsional
Disusun berdasarkan sifat dasar dan macam – macam fungsi yang harus dilaksanakan.
Pembidangan tugas tersebut dapat digariskan dengan tegas secara skematik. Memungkinkan
adanya soesialisasi, juga tidak mengikuti keseragaman komando seperti organisasi garis.
Organisasi ini diciptakan oleh Frederick Winslow Taylor tahun 1911 dalam buku Scientific
Management. Prinsip yang dikemukakan yaitu : hindarkan cara coba – coba, pilih tenaga kerja
6
terbaik, adakan pembagian kerja sebaik – baiknya, dan pisahkan kerja otak dengan kerja
pelaksana.
Dalam sistem ini, pekerja menerima peritah dari 8 atasan yang masing – masing memiliki
tugas tertentu sebagai berikut :
Planning
1) Route Clerk
2) Instruction Card Clerk
3) Cost and Time Clerk
Bagian Pabrik
1) Gang boss
2) Speed boss
3) Inspector
4) Repair boss
Dan satu lagi untuk seluruh bagian perusahaan:
Shop Disciplinarian
Keuntungan organisasi fungsional :
Masing – masing supervisor memperhatikan pekerjaan hanya pada satu cabang
perkerjaan.
Terwujudnya spesialisasi kerja
Hemat waktu
Kelemahannya adalah :
Kedisiplinan dan tanggung jawab cenderung menurun
Tidak ada koordinasi pekerjaan yang sudah terbagi
Menjadikan manusia seperti mesin.
Gambar 4
Executive Director
7
C. Budaya Organisasi
Robbins dan Timoty (2008:256) mendefinisikan budaya organisasi sebagai sebuah sistem makna
(persepsi) bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi, yang membedakan organisasi tersebut
dengan oganisasi lainnya. Luthans (2006:137) mengartikan budaya organisasi sebagai pola pemikiran
dasar yang diajarkan kepada personel baru sebagai cara untuk merasakan, berpikir, dan bertindak benar
dari hari ke hari. Davis (1989) dalam Moeheriono (2012:336) mengartikan budaya organisasi sebagai
pola keyakinan dan nilai-nilai (values) organisasi yang dipahami, dijiwai, dan dipraktikkan oleh
organisasi sehingga pola tersebut memberikan arti tersendiri dan menjadi dasar aturan berperilaku
dalam organisasi.
Secara umum, budaya organisasi merupakan falsafah, ideologi, nilai-nilai, anggapan, keyakinan,
harapan, sikap dan norma-norma yang dimiliki secara bersama serta mengikat dan menjadi identitas
suatu organisasi tertentu yang akan mempengaruhi jalannya kerja bisnis perusahaan.
Robbins dan Timothy (2008:256-257) mengemukakan, bahwa budaya organisasi memiliki
karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi. Karakteristik tersebut secara keseseluruhan
merupakan hakikat budaya yang meliputi :
1. Inovasi dan keberanian mengambil resiko (Inovation and risk taking),
2. Perhatian terhadap detail (Attention to detail),
3. Berorientasi kepada hasil (Outcome orientation),
4. Berorientasi kepada manusia (People orientation),
5. Berorientasi kepada tim (team orientation),
6. Agresif (Aggressiveness),
7. Stabil (Stability).
Selain itu, Robbins dan Timoty (2008: 262) juga menuturkan bahwa budaya organisasi membentuk
sejumlah fungsi dalam suatu organisasi, yaitu:
a. Budaya berperan sebagai penentu batas-batas,
b. Budaya memuat rasa indentitas bagi anggota organisasi,
c. Budaya memfasilitasi lahirnya komitmen terhadap sesuatu yang lebih besar daripada
kepentingan individu,
d. Budaya dapat meningkatkan stabilitas sistem sosial,
e. Budaya berfungsi sebagai mekanisme sense-making serta kendali yang menuntun dan
membentuk sikap dan perilaku karyawan.
Beberapa unsur budaya organisasi yang terbentuk banyak ditentukan oleh: (Atmosoeprapto, 2001)
1. Lingkungan usaha, lingkungan ditempat perusahaan itu beroperasi akan menentukan apa yang
harus dikerjakan oleh perusahaan tersebut untuk mencapa keberhasilan.
2. Nilai-nilai merupakan konsep dasar dan keyakinan suatu organisasi.
3. Panutan atau keteladanan, orang-orang yang menjadi panutan atau teladan karyawan lainnya
karena keberhasilannya.
4. Upacara-upacara (rites dan ritual), acara-acara rutin yang diselenggarakan oleh perusahaan
dalam rangka memberikan penghargaan pada karyawannya.
5. Network, jaringan komunikasi informal di dalam perusahaan yang dapat menjadi sarana
penyebaran nilai-nilai budaya organisasi.
Sifat yang dimiliki budaya organisasi adalah :
a. Budaya Organisasi yang adaptif
8
yang mampu menyesuaikan dengan lingkungan luar organisasi
b. Budaya Organisasi yang tidak adaptif
yang tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan luar organisasi
Kita juga dapat menemukan beberapa jenis budaya organisasi sebagai berikut :
1. Budaya communal : Memberikan rasa memiliki bagi anggota
2. Budaya networked : Anggota diperlakukan sebagai teman dan keluarga
3. Budaya mercenary : Fokus langsung pada tujuan
4. Budaya fragmented : Rasa memiliki sangat rendah
Bagaimana budaya organisasi bisa ditanamkan dalam sebuah organisasi dapat ditempuh melalui
beberapa cara, yaitu :
1. Menggunakan filosofi, visi, misi, nilai-nilai dan material organisasi dalam rekruitmen, seleksi,
dan sosialisasi.
2. Mendesain ruang kantor, lingkungan dan bangunan
3. Menggunakan slogan, bahasa, akronim, dan perkataan
4. Sistem penghargaan, simbol status dan kriteria promosi
5. Cerita, legenda dan mitos mengenai peristiwa atau orang-orang penting
6. Melalui program pelatihan dan pengajaran oleh para manajer dan supervisor
7. Teladan sikap pimpinan
8. Melalui sistem dan prosedur organisasi
9. Melalui tujuan-tujuan organisasi yg ingin dicapai.
Langkah yang ditempuh dalam membentuk budaya organisasi adalah :
1. Seseorang (biasanya pendiri) datang dengan ide atau gagasan tentang sebuah usaha baru.
2. Pendiri membawa orang-orang kunci yang merupakan para pemikir, dan menciptakan
kelompok inti yang mempunyai fisi yang sama dengan pendiri.
3. Kelompok inti memulai serangkaian tindakan untuk menciptakan organisasi, mengumpulkan
dana, menentukan jenis dan tempat usaha dan lain-lain yang relevan.
4. Orang-orang lain di bawa ke dalam organisasi untuk berkarya bersama-sama dengan pendiri
dan kelompok inti, memulai sebuah sejarah bersama.
Setelah budaya organisasi tireapkan, akan muncul transformasi budaya yang tahapannya :
1. Asesmen
2. Inventarisasi nilai budaya
3. Temukan keunggulan budaya yang sudah dimiliki
4. Evaluasi kontribusinya terhadap keunggulan korporat saat ini
5. Rumuskan tantangan bisnis dalam 5 tahun ke depan
6. Rumuskan secara simulatif budaya organisasi yang diperlukan untuk mendukung tujuan
7. Bandingkan antara “budaya yang ada” dengan “budaya yang diperlukan”
8. Ujikan dengan sampel representatif
9. Masukkan nilai-nilai baru
10. Semaikan, kuatkan, jaga
11. Pengendalian (jangan terjadi komplikasi budaya atau keterkejutan budaya).
9
D. Departementalisasi Organisasi
Departementalisasi adalah proses pengelompokkan tugas – tugas yang memiliki kesamaan rumpun
tugas. Menurut Stoner dkk, (1995: 330 – 333) terdapat 3 struktur organisasi utama yang dapat
dikembangkan oleh perusahaan, yaitu :
1. Departementalisasi Menurut Fungsi
Departementalisasi ini banyak digunakan oleh perusahaan kecil yang memiliki produk yang
terbatas, sehingga terjadi efisiensi pengguaan sumber daya organisasi.
Sistem ini memudahkan proses supervisi karena setiap manajer memiliki keahlian yang spesifik
dan mengawasi bawahan yang memiliki keahlian yang relatif sama. Tetapi, jika perusahaan
berkembang, akan muncul masalah seperti lambannya pengambilan keputusan di pusat yang
berpengaruh pada respon di lapangan. Selain itu, memungkinkan sulitnya koordinasi berbagai
departemen oleh manajer puncak. Karena masing – masing departemen merasa terpisah satu sama lain.
President
Gambar 5
President
Gambar 6
10
3. Departementalisasi Bentuk Matriks (Gabungan)
Sering disebut juga “Multiple command system” yang menggabungkan departementalisasi menurut
fungsi dengan departementalisasi menurut produk/pasar.
Dalam struktur ini, karyawan akan memiliki atasan manajer fungsional dan pimpinan proyek yang
mengoordinasikan karyawan untuk efektifitas dan efisiensi pelaksanaan proyek.
Keuntungan sistem ini yang pertama adalah memungkinkan kerjasama anatar ahli divisi fungsional
untuk menyelesaikakn masalah yang besar. Kedua, dapat menghemat biaya karena sumber daya
manusia yang dilibatkan disesuaikan dengan kebutuhan.
Kelemahan yang dapat ditemukan yang pertama adalah mensyaratkan seluruh karyawan fungsional
memiliki hubungan interpersonal yang baik, fleksibel, dan mampu bekerja sama. Kekurangmampuan
berbagai karyawan akan menyulitkan koordinasi. Kedua, jika pembagian hierarki kekuasaan tida jelas,
maka pertanggungjawaban proyek – pun akan tidak jelas.
Director of Engineering
Project
A
Fungsional Professionalism
Project
Business
B
Project
C
Gambar 7
11
INDEX
Gambar 2 - James A.F., Stoner, dkk. Management ed. 6. Prentice Hall, New Jersey, 1995 ..... 5
Gambar 3 - James A.F., Stoner, dkk. Management ed. 6. Prentice Hall, New Jersey, 1995 ..... 6
Gambar 4 - James A.F., Stoner, dkk. Management ed. 6. Prentice Hall, New Jersey, 1995 &
Harold Knootz dan Heinz Welrich. Management, ed. 9. McGraw Hill, 1988 .......................... 7
iii
DAFTAR PUSTAKA
Aprilianti, W. 2016. TINJAUAN PUSTAKA BAB II ORGANISASI. Diambil 6 November 2019, dari
http://repository.unpas.ac.id/9795/5/BAB%20II.pdf ,
Rahayu, Ana Sri. 2016. 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ORGANISASI. Diambil 6 November
2019, dari
http://repository.unpas.ac.id/11784/4/4.%20BAB%20II%20%28Ana%20Sri%20Rahayu%201220100
61%29.pdf
http://digilib.unila.ac.id/15607/17/BAB%20II.pdf ,
Anoraga, Pandji. 2011. Pengantar Bisnis : Pengelolaan dalam Era Globalisasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Alma, Bukhari. 2012. Pengantar Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Solihin, Ismail. 2014. Pengantar Bisnis. Jakarta: Erlangga.
Anggraeni, P. 2015. TINJAUAN PUSTAKA BUDAYA ORGANISASI. Diambil 7 November 2019,
dari http://eprints.ums.ac.id/39061/8/BAB%202.pdf
iv