Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KEPERAWATAN PALIATIF

(MASALAH GANGGUAN PERNAFASAN


PADA PASIEN PALIATIF)

Oleh :
KELOMPOK 3 ( TIGA )

AHMAD KADIR C 051 17 1707


RIZKY ISNAENI NASRI C 051 17 1703
SAENAB C 051 17 1723
HALMIN C 051 17 1720

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JALUR KERJASAMA


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2018
PENGKAJIAN FUNGSI FISIK PADA PASIEN PALIATIF
DENGAN MASALAH GANGGUAN PERNAFASAN

A. DEFENISI
Pernafasan adalah proses pertukaran gas yang berasal dari mahkluk hidup
dengan gas yang ada di lingkungannya.
Gangguan pernafasan adalah kondisi yang berpotensi mengancam jiwa
dimana paru-paru tidak dapat menyediakan cukup oksigen ke tubuh seseorang

B. MASALAH PERNAFASAN PADA PASIEN PALIATIF


1. Obstruksi jalan nafas
2. Kurang volume paru
3. Gangguan pertukaran gas
4. Nyeri
5. Masalah neuromuskuler
6. Masalah jantung

C. PENGKAJIAN MASALAH PERNAFASAN PADA PASIEN PALIATIF


1. Riwayat Kesehatan :
Pengkajian berfokus pada manifestasi klinik keluhan utama kejadian yang
membuat kondisi sekarang.
a. Riwayat Keluhan Utama yang muncul
1) Batuk
2) Peningkatan produksi sputum
3) Dispnea
4) Hemoptisis
5) Chest pain
b. Riwayat Kesehatan masa lalu
1) Riwayat merokok.
2) Pemgobatan saat ini dan masal lalu.
3) Alergi.
4) Tempat tinggal.
c. Riwayat kesehatan keluarga
1) Penyakit infeksi
2) Kelaian alergi
2. Pengkajian Fisik
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
- Fokus pengkajian masalah dyspnea pasien paliatif meliputi :
1. Sensation
2. Timing
3. Perception
4. Distress
5. Response
6. Reporting

D. TOOLS ATAU INSTRUMENT


Berbagai alat ukur yang tervalidasi dapat digunakan untuk menilai dyspnea
baik secara kuantitatif maupun kualitatif pada pasien Paliatif. Instrumen yang
digunakan dapat berupa skala ordinal dengan menggunakan acuan sige – item, seperti
Visual Analog Scale (VAS), Numerical rating Scale (NRS) dimana angka 0
menunjukan tidak mengalami dyspnea sedangkan angka 10 menunjukan dipnea yang
sangat berat atau sangat buruk ( kamal, Maguire, Wheeler, Currow dan Abernety,
2011 ). Modified borg scale digunakan untuk menilai intensitas dyspnea sedangkan
untuk menilai status fungsional terkait dyspnea dapat digunakan the medical research
council Dyspnea scale dan Baseline Dyspena index (BDI), selain menggunakan skala
ordinal, skala pengukuran dyspnea ada juga yang menggunakan skala kategorik
seperti The Memorial Symptom Assesment Scale dan Edmonton Symptom Assesment
Scale (ESAS). Tanaka dan kawan-kawan mengembangkan instrument pengukuran
dyspnea terkhusus pada pasien kanker yang dikenal dengan nama The Cancer
Dyspnea Scale. Dimana instrument tersebut terdiri dari 12 item pertanyaan yang
mencakup berbagai dimensi terkait dyspnea seperti usaha untuk beradaptasi dengan
dyspnea, kecemasan dan rasa tidak nyaman. Sehingga instrument tersebut juga
disebut sebagai multidimentional dyspnea scale dan instrument ini sering digunakan
untuk penelitian guna mengidentifikasi penyebab dyspnea dan menilai adanya
perubahan pada kriteria hasil dari proses pengobatan. ( Kamal, Maguire, wheeler,
Currow dan Abernethy, 2011 ).
The Respiratory Distress Observation Scale ( RDOS ) merupakan
instrument yang valid dan reliabel untuk mengukur dan menilai tanda-tanda yang
konsisten ditemukan pada saat dyspnea terjadi, intensitas dan respon terhadap
pengobatan terutama yang tidak mampu melaporkan sendiri mengenai kondisi
dyspnea yang dialaminya ( Pantilat, Anderson, Gonzales dan Widera, 2015).
The RDOS adalah instrumen yang menggunakan skala ordinal pada 8
variabel yang digunakan untuk menilai derajat dyspnea. Setiap variabel dinlai dari
skor 0 sampai 2, lalu seluruh skor dari total untuk menentukan derajat dyspnea.
Semakin tinggi skor dari hasil pengukuran mengindetifikasi makin tinggi pula
intensitas distress pernafasan yang dialami pasien. The RDOS dapat diaplikasikan
pada semua kasus pasien yang memiliki resiko terjadinya distress pernafasan yang
mana pasien tersebut tidak mampu melaporkan kondisi dyspneanya secara akurat
termasuk pasien yang sedang mendapatkan intervensi ventilasi mekanik baik secara
invasive maupun non invasive. Instrument RDOS sering digunakan di fasilitas
kesehatan terutama Rumah Sakit. Beberapa tanda – tanda fisik yang sering
diobservasi pada instrument RDOS yang mana tanda-tanda tersebut
mengidentifikasikan adanya distress pernafasan seperti takikardia, takipnoe,
restlessness, penggunaan otot-otot bantu pernafasan, pola pernafasan pradoks,
adanya suara seperti mendengkur pada akhir ekspirasi, dan ekspresi wajah yang
menunjukan adanya kecemasan berikut ini gambaran variabel yang diobservasi
pada RDOS yaitu :
Variabel Skor Total
0 1 2
Denyut nadi per menit < 90 x/mnt 90 – 109 x/mnt ≥ 110 x/mnt
Frekuensi pernafasan per ≤ 18 x/mnt 19 – 30 x/mnt 30 x / mnt
menit
Restlessness, pergerakan Tidak Kadang-kadang Melakukan
yang tidak bermakna melakukan pergerakan
atau tujuan pergerakan yang yang lebih
minim sering
Pola pernafasan Tidak - Tampak ada
paradoks; perut bergerak pergerakan
kedalam saat inspirasi perut
Penggunaan otot - otot Tidak Sedikit Nampak
bantu pernapasan ; terangkat jelas
klavikula tertarik ke atas terangkat
saat inspirasi, suara
seperti mendengkur
diakhir ekspirasi
Suara seperti Tidak - Iya
mendengkur diakhir
ekspirasi
Cuping hidung Tidak - Iya
Ekspresi ketakutan atau Tidak - Iya
cemas

Petunjuk penggunaan instrument RDOS yaitu :


1. RDOS tidak dapat digunakan pada pasien yang mampu melaporkan kondisi
dyspneanya.
2. RDOS merupakan instrument pengkajian untuk pasien dewasa
3. RDOS tidak dapat digunakan bila pasien mengalami paralisis atau pasien yang
mendapatkan obat agen penghambat neuromuscular.
4. Hitung frekuensi denyut nadi dan pernafasan dalam satu menit, bila perlu lakukan
secara auskultasi.
5. Suara mendengkur kemungkinan dapat pula didengar melalui auskultasi pada pasien
yang dilakukan intubasi.
6. Perhatikan ekpresi wajah ketakutan pasien

Dyspnea serupa dengan nyeri, dimana hanya dapat dirasakan oleh pasien. Pengkajian
yang adekuat haruslah berdasarkan pada laporan pasien terhadap kondisi dyspnea yang
dialaminya, selama pengkajian perawat harus memberikan kesempatan yang cukup pada
pasien untuk menceritakan tentang perasaanya terkait dyspnea yang dialaminya . hal tersebut
selain untuk menggali informasi lebih detail juga perlu diperhatikan saat pasien menceritakan
kondisi dispneanya, karena beberpa pasien justru merasakan kondisi pernafasan semakin
memburuk disaat menyampaikan dyspnea yang dirasakan.

Beberapa penyebab dyspnea yang diidentifikasi antara lain sebagai berikut ;

Respiratory/pernafasan
Akut Pneumonia, emfisema, penumothoraks
Kronis COPD, Asma
Sepsis ; bronkiektasis, cystic fibrosis
Kanker ; kanker paru, mesothelioma, intrathoracic metastases.
Fibrosis
Kelemahan otot – otot pernafasan akibat kaheksia
Penyakit neuromuscular ; motor neurone disease, muscular
distopi
Penyakit skeletal ; kelainan dinding atau bentuk dada

Pulmonary Vascular Pulmonanary Thromboembolism, hipertensi pulmonal


Cardiac/jantung
Akut Penyakit jantung coroner
Kronis Heart failure, aritmia seperti atrial fibrilasi
Psikologis Keccemasan, depresi dan hiperventilasi
Anemia
Kakeksia

Dibawah ini ada beberapa instrument lain yang dapat digunakan untuk mengukur atau
mengkaji status keparahan dyspnea pasien dengan masalah gangguan pernafasan, yaitu :

1. Skala sesak Modified Medical Research Council (MMRC)


Skala ini telah digunakan sejak tahun 1956, mampu memprediksi resiko kematian
beberapa penyakit namun tidak sensitive terhadap perubahan kecil antar individu.
Berikut tools untuk pengukuran derajat sesaknya
2. Skala borg yang dimodifikasi ( Modified Borg Dyspnea Scale )
Skala ini berupa garis vertical yang diberi nilai 0 sampai 10 dan tiap nilainya
mempunyai deskripsi verbal untuk membantu penderita mengungkapkan derajat
sesaknya dari ringan sampai berat. Skala ini dapat diterapkan pada penderita
penyakit kardiopulmonal serta untuk parameter statistic. Berikut tools nya.
3. Visual Analog Scale (VAS)
Digunakan untuk menilai dyspnea selama uji latih. Caranya pasie diminta
memberikan penilaian tentang sesaknya dengan cara menandai garis vertical atau
horizontal yang panjangnya 10 cm sesuai dengan intensitas sesaknya, derajat 0 untuk
tidak sesak sama sekali sampai derajat 10 untuk sesak berat. Skala ini paling sering
digunakan karena pemakaiannya sederhana.
4. Skala sesak ATS
Skala ini menggunakan deskripsi verbal untuk mengukur derajat dyspnea.
Berikut tools pengukurannya.
Derajat 1 Tidak sesak kecuali aktifitas latihan berat
Derajat 2 Sesak saat menaiki tangga secara tergesa gesa atau saat mendaki
bukit kecil
Derajat 3 Berjalan lebih lambat dibandingkan kebanyakan orang
Derajat 4 Harus berhenti untuk bernafas setelah berjalan kira-kira 100
yard
Derajat 5 Terlalu sesak untuk keluar rumah atau sesak menggunakan atau
melepas pakaian.

E. PENATALAKSANAAN
1. Non farmakologi
 Menyediakan sirkulasi udara yang baik
 Suhu udara sejuk yang dapat ditolerir pasien
 Menjelaskan kepada keluarga bahwa tanda-tanda eksternal misalnya takipnea
tidak selalu mengidentifikasi ketidaknyamanan pasien
 Humidifier udara yang dihirup pasien
 Meminimalisir stress dengan mendorong keluarga untuk menghindari
perselisihan dengan pasien
 Meminimalisir pergerakan dengan menyediakan toilet disisi tempat tidur dan
menggunakan kursi roda untuk pergerakan hindari pajanan panas, udara
lembab dan suhu ekstrim
 Drainase postural
 Terapi komplementer
 Berikan oksigen dan kipas dikamar pasien
 Kunjungi pasien
 Konsultasi dengan tim paliatif.

2. Farmakologi
Terapi farmakologi yang diberikan yaitu :
 Opioid
o Dyspnea ringan
 Hidrokodon , 5 mg tiap 4 jam
 Asetaminofen-kodein (325-30 mg), 1 tablet tiap 4 jam
o Dyspnea berat
 Morfin 5 mg po; titrasi dosis tiap 4 jam
 Oksikodon 5 mg po; titrasi dosis tiap 4 jam
 Hidromorfon , 0-2 mg po; titrasi dosis tiap 4 jam
 Benzodiazepine, titrasi dosis untuk mengurangi ansietas
 Bronkodilator
DAFTAR PUSTAKA

Anshori , F. Perawatan paliatif. Diakses tanggal 1 september 2018 dari


https://www.academia.edu/5027013/Perawatan_palliatif

Ambarwati , R.A & Putranto, R (2016). Peran Opioid dalam Tatalaksana Dispnea
pada Pasien Paliatif. Indonesian Journal of CHEST Critical and Emergency Medicine,3(2),
67-72 .

Leod, R.M (2014 ) Assessment tools palliative care bridge (pdf). Sydney : Hammond
Care

Subagyo , A (2018 ). Klik paru media informasi dan konsultasi kesehatan respirasi
(pengukuran derajat sesak / dyspnea. Diakses tanggal 31 agustus 2018 dari
https://www.klikparu.com

Yodang (2018). Buku ajar keperawatan paliatif berdasarkan kurikulum AIPNI 2015.
Jakarta : Trans Info Media

Kamus Besar Bahasa Indonesia online diakses tanggal 30 Agustus 2018 dari
https://www.kbbi.web.id

Anda mungkin juga menyukai