Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN PRAKTIK KLINIK DISAHKAN OLEH

Tentang DIREKTUR

ALERGI SUSU SAPI (ASS) Dr. Zul Indra, MM

NOMOR DOKUMEN : TANGGAL :


REVISI KE : NOMOR REVISI : TANGGAL
A. Pengertian Suatu reaksi yang tidak diinginkan terhadap protein susu sapi, yang
(Definisi)
diperantarai oleh reaksi imunologi melalui IgE mediated dan non IgE mediated
B. Anamnesis  Jangka waktu timbulnya gejala setelah minum susu sapi atau makan
makanan yang mengandung susu sapi
 Gejala klinis pada: kulit (urtikaria, dermatitis atopi, ruam), saluran
pernapasan (asma atau wheezing, rinitis alergi), serta saluran
gastrointestinal (muntah, diare, buang air besar berdarah, kolik, konstipasi)
 Riwayat atopi seperti asma, rinitis alergi, dermatitis atopi, urtikaria, alergi
makanan dan alergi obat pada keluarga maupun penderita sendiri.
 Riwayat pengobatan yang telah diberikan sebelumnya
 Buku harian diet (Diet diaries), membantu untuk mengenali pola reaktivitas
serta mengidentifikasi alergen yang sering dikonsumsi dan alergen
tersembunyi (hidden alergen) yang mencetuskan reaksi alergi.
C. PemeriksaanFisik Pada urtikaria akut, lesi dapat polimorfik dan bermacam-macam ukurannya
dari beberapa milimeter sampai plak yang luas.
Plak mempunyai permukaan yang halus dengan batas kurva yang polisiklik.
Lesi menunjukkan eritem pada yang masih baru dan diikuti daerah pucat pada
area yang lama.
Central clearing dapat membentuk suatu konfigurasi target pada plak yang
meluas. Lesi berlangsung kurang dari 24 jam dan tidak terbentuk scar.
Pada urtikaria kolinergik lesi dapat timbul di semua tempat kecuali telapak
tangan dan telapak kaki serta jarang di aksila. Kadang-kadang muncul
beberapa urtika yang gatal berukuran 1-4 milimeter yang sekelilingnya
berwarna kemerahan. Pada dermografisme lesi khas berupa edem dan
eritem yang linear di kulit yang timbul sekitar 30 menit terkena goresan benda
tumpul. Pada adrenergik urtikaria, urtika dikelilingi oleh vasokonstriksi dan
berespon positif terhadap epinefrin atau norepinefrin.
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mencari gejala yang timbul dari organ yang
terlibat, meliputi:
 Kulit: ruam, urtikaria, dermatitis atopi, angioedema
 Gastrointestinal: fisura ani, perianal rash
 Saluran napas: wheezing, rhinorrhea
Umum: FTT, tanda anafilaksis (hipotensi, denyut nadi lemah, akral dingin, dll
D. PemeriksaanPenunjang  Skin prick test
 IgE serum spesifik
 Atopy patch test
 Uji provokasi (open challenge dan DBPCFC), gold standard untuk
diagnosis ASS ini adalah dengan DBPCFC.
E. Diagnosis Kerja Alergi susu sapi

F. Diagnosa Banding

G. Prognosis

H. Terapi Saat ini pengobatan ASS yang efektif adalah dengan cara diet eliminasi
protein susu sapi
Diet eliminasi
Pemberian Formula pilihan pengganti susu sapi:
Extensively Hydrolyzed Formulae (eHF)
Formula ini merupakan terapi pilihan pertama untuk ASS
Amino Acid-based Formulae (AAF)
1. Pemberian AAF jika berdasarkan pada algoritma yang digunakan,
diberikan jika terdapat indikasi, yaitu:
2. Anak yang menolak minum eHF dikarenakan rasanya yang pahit atau
tidak enak.
3. Bila gejala tidak membaik setelah pemberian eHF selama 2-4 minggu.
4. Bila cost-benefit ratio dari AAF lebih baik dibanding eHF.
Soy Formula
1. Soy formula tidak direkomendasikan pada bayi ASS yang berusia
kurang dari 6 bulan.
2. Bila soy formula akan diberikan pada bayi berusia > 6 bulan, maka
harus dilakukan uji provokasi terlebih dahulu.
Pengobatan Kegawatan
Pengobatan ini meliputi pemberian adrenalin injeksi (self-injectable
adrenaline) untuk reaksi sistemik atau saluran pernapasan (anafilaksis).
Steroid diberikan untuk mencegah gejala fase lanjut atau rebound.
Indikasi pemberian adrenalin injeksi meliputi
1. Indikasi absolute
Reaksi kardiovaskular atau saluran pernapasan salurananya tehadap
makanan, sengatan serangga, atau latex
2. Anafilaksis yang di induksi olahraga
 Anafilaksis idiopatik
 Anak dengan alergi makanan yang IgE mediated di sertai asma
persisten
3. Indikasi relative
Berbagai macam reaksi terhadap sejumlah kecil
4. Makanan
Riwayat reaksi alergi ringan sebelumnya terhadap kacang-kacangan
5. Tempat tinggal jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan
6. Reaksi alergi makanan pada remaja
a. Edukasi -

b. Kepustakaan 1. Kneepkens CMF, Meijer Y. Clinical practice. Diagnosis and treatment of


cow’s milk allergy. Eur J Pediatr.2009;168:891-896.
2. Vandenplas Y, Brueton M, Dupont C, dkk. Guidelines for the diagnosis and
management of cow’s milk protein allergy in infants. Arch Dis
Child.2007;92:902-908.
3. Benhamou AH, Michela G, Dominique C, Eigenmann PA. An overview of
cow’s milk allergy in children. Pediatr in rev.2009;139(21-22):300-307.

Batam, ………………………………,20…

Disetujuioleh : Dibuatoleh :
KetuaKomiteMedik Ketua SMFIlmu Kesehatan Anak

Dr. Afdhalun A Hakim, SpJP, FIHA, FAsC Dr. Rudi Ruskawan, SpA

Anda mungkin juga menyukai