DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
STIE TRIDHARMA
Bandung
Kata pengantar
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, dimana berkat rahmat dan hidayahnya
kami mampu menyelasaikan tugas makalah manajemen keuangan internasional “Perusahaan
Multinasional (Multinational Corporation/MNC) dan Manajemen Keuangan Internasional”.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih terdapat kekurangan, baik pada teknis
penulisan maupun materi. Oleh karena itu , saran dan kritik yang bersifat membangun dari
semua pihak baik dari dosen pengajar maupun dari teman-teman saya harapkan demi
penyempurnaan makalah ini, dan agar dalam pembuatan makalah-makalah selanjutnya dan di
waktu yang akan dating bias lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembacanya. Sekian dan terimakasih.
1
Daftar Isi
Kata pengantar........................................................................................................................................ 1
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ..................................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................... 5
2.1 Pengertian Multinational Coorporation ................................................................................... 5
2.2 Kriteria dan Ciri-ciri Multinational Coorporation ...................................................................... 6
2.3 Sifat Multinational Coorporation .............................................................................................. 7
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Multinational Coorporation ...................................... 9
2.5 Kekuatan Bersaing Multinational Coorporation ..................................................................... 10
2.6 Efek Global Multinational Coorporation ................................................................................. 10
2.7 Manfaat dan Konflik MNC bagi Negara Induk......................................................................... 11
2.8 Manfaat dan Konflik MNC bagi Negara Tuan Rumah ............................................................. 11
BAB III STUDI KASUS: DUNKIN’ DONUTS............................................................................................... 13
3.1 Sejarah Berdirinya Dunkin’ Donuts ......................................................................................... 13
3.2 Awal Masuknya Dunkin’ Donuts ke Indonesia ....................................................................... 14
3.3 Pengaruh Dunkin’ Donuts di Indonesia.................................................................................. 15
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................................... 17
Kesimpulan.................................................................................................................................... 17
Kritik dan Saran ............................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 18
2
BAB I
PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini sering kita temui perusahaan-perusahaan yang bergerak lintas negara.
Perusahaan-perusahaan tersebut menyediakan pelayanan barang dan jasa. Perusahaan
tersebutlah yang dinamakan Multinational Coorporation (MNC). Pada era globalisasi saat
ini, dengan semakin pesatnya perkembangan perdagangan internasional membuat
perusahaan-perusahaan mau tidak mau harus semakin mengembangkan produk yang
disediakannya, baik itu barang ataupun jasa. Karena semakin kesini, konsumen semakin
selektif dalam memilih perusahaan yang akan membantu para konsumen untuk memuluskan
niat perdagangan internasionalnya. Itulah yang menyebabkan adanya persaingan tersendiri
antarMNC.
MNC merupakan topik bahasan yang cukup sentral karena merupakan subjek khusus
sebagai pelaku maupun sekaligus sebagai objek sasaran pelaku atau kajian pokok. MNC
sendiri tidak hanya berdomisili di satu negara, melainkan memiliki beberapa cabang yang
tersebar dibeberapa negara sesuai kebutuhan dan strategi. Penyebaran cabang ini dibuat guna
memudahkan konsumen sehingga tidak perlu repot-repot ke perusahaan pusat yang mungkin
saja berbeda negara dengan konsumen. Beberapa MNC, seperti KFC, Honda, Yamaha, Nike,
dan Adidas merupakan contoh sukses MNC yang telah mendunia. MNC-MNC tersebut
memiliki banyak cabang tersebar dibeberapa negara dan keuntungan yang mereka dapatkan
mulai dari produksi barang, distribusi, hingga penjualan semakin membuat mereka menjadi
MNC yang adidaya.
3
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Perusahaan multinasional muncul pertama kali pada tahun 1602 yang bernama
“Perusahaan Hindia Timur Belanda” yang merupakan rival dari “Perusahaan Hindia Timur
Britania”. Kedua perusahaan itulah yang menjadi cikal bakal perusahaan multinasional yang
ada saat ini.
5
2.2 Kriteria dan Ciri-ciri Multinational Coorporation
Selaian pemaparan diatas, dibawah ini merupakan kriteria atau ciri-ciri Multinational
Coorporation, antara lain:
1. MNC disebutkan sebagai suatu perusahaan bisnis yang beroperasi di dua atau
lebih negara tuan rumah dimana perusahaan induk berada di negara asal serta
membentuk beberapa cabang di luar negeri.
2. MNC sering melakukan kegiatan research and developement di negara tuan
rumah.
3. Lingkup kegiatan income generating (perolehan pendapat) perusahaan
multinasional melampau batas-batas negara.
4. Visi, misi, dan strategi yang digunakan untuk memproduksi suatu barang
bersifat global (mendunia), jadi perusahaan tersebut membuat atau
menghasilkan barang atau jasa yang dapat digunakan di semua negara.
5. Perdagangan dalam perusahaan multinasional kebanyakan terjadi di dalam
lingkup perusahaan itu sendiri, walaupun bersifat antarnegara.
6. Pengendalian terhadap pemakaian teknologi dan modal sangat diutamakan
mengingat kedua faktor tersebut merupakan keuntungan kompetitif
Multinational Coorporation itu sendiri.
6
7. Pengembangan sistem manajemen dan distribusi yang melintasi batas-batas
negara, terutama sistem modal ventura, lisensi, franchise.
8. Lebih cenderung memilih kegiatan bisnis tertentu, umumnya manufaktur.
9. Mendirikan cabang-cabang di negara maju dan menengah keatas.
10. Adanya pemindahan modal yang ditandai dengan arus investasi asing
langsung dari daerah-daerah yang memberikan keuntungan kepada MNC lalu
dari MNC kepada daerah-daerah yang dianggap mampu memberikan
kontribusi positif atas keberadaan MNC itu sendiri.
Karena jangkauan internasional dan mobilitas MNC, wilayah dalam negara, dan
negara sendiri harus memiliki daya saing dan sifat kompetitif agar perusahaan dapat
menempatkan fasilitas mereka (pajak pendapatan, lapangan pekerjaan, dan aktivitas ekonomi
lainnya) di wilayah yang diinginkan. Untuk dapat bersaing, negara-negara dan distrik politik
regional seringkali menawarkan insentif kepada MNC, seperti “diskon” pajak, bantuan
pemerintah atau infrastruktur yang lebih baik atau standar pekerja dan lingkungan/lokasi
yang memadai.
Karakter MNC sangatlah bervariasi, tergantung dari cara mereka mendirikan cabang
perusahaan di luar negeri, bidang keahlian, pola pemilikan dan tujuan operasi di luar negeri.
Pendirian cabang di luar negeri biasanya dilakukan dengan investasi secara langsung
yakni dengan cara mendirikan perusahaan/cabang baru, ekspansi dagang atau bahkan
membeli perusahaan di luar negeri.
Lain sifat, lain juga motif dan tujuan Multinational Coorporation melakukan investasi
langsung di luar negeri. Ada sebagian MNC yang bermaksud untuk melakukan ekspansi
secara vertikal. Contoh untuk ekspansi vertikal ini misalnya perusahaan minyak dengan
mendirikan cabang di luar negeri dimana terdapat sumber minyak yang kemudian dapat
7
diproses lebih lanjut oleh perusahaan induk di negara asal. Walaupun demikian, MNC dapat
juga melakukan ekspansi secara horizontal dengan cara mendirikan cabang di luar negeri
dengan melakukan kegiatan yang hampir sama dengan perusahaan induk. Namun, MNC
sendiri lebih suka menggunakan ekspansi secara vertikal mengingat efektivitas dan efisiensi
yang didapat oleh MNC nantinya.
Perusahaan tersebut dapat pula melakukan penetrasi pasar dengan cara mengadakan
perjanjian lisensi dengan perusahaan-perusahaan yang berasal dari luar negeri, misalnya
untuk memasarkan sebuah produk tertentu menggunakan teknologi atau bahakn memakai
nama perusahaannya. Oleh sebab itu, perusahaan akan mempertimbangkan dapat atau
tidaknya mendirikan perusahaan cabang di luar negeri. Langkah ini perlu dilakukan namun
dengan perhitungan yang cermat dan teliti karena menyangkut karakteristik dan tingkah laku
konsumen serta pemerintah dimana cabang tersebut akan didirikan. Pertimbangan tersebut
hanya merupakan sebagian kecil saja dari faktor sosial, budaya, dan politik yang dapat
menyebabkan investasi di luar negeri lebih riskan daripada di dalam negeri. Oleh karena itu,
keuntungan ekonomis investasi di luar negeri ini harus cukup besar sehingga dapat menutup
dan mengimbangi risiko yang tinggi.
Isu-isu yang mengenai MNC juga cukup menyita perhatian para pakar ekonomi
politik, karena tingkah lakunya yang biversi sebagai subjek maupun sebagai objek yang
sering kali menimbulkan kontroversi dan juga hal-hal unik bahkan perubahan dalam tatanan
internasional khususnya ketika berlangsung sama ofensif damai hubungan Timur-Barat yang
berlaku secara global. Richard Mansbach dalam karyanya The Web of World Politics: Non
State Actors in Global System (1976); yang banyak membahas masalah-masalah MNC baik
sebagai subjek maupun sebagai objek.
8
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Multinational Coorporation
a) Apabila perusahaan tersebut telah melayani pasar luar negeri melalui kegiatan ekspor,
mungkin diperlukan hubungan yang lebih dekat dengan langganan guna mengetahui
kebutuhan dan selera konsumen pada saat itu. Di samping itu, cabang perusahaan di
luar negeri dapat merupakan basis untuk memberikan pelayanan kepada konsumen.
Untuk produk yang menggunakan teknologi canggih, seperti komputer, laptop, dan
barang elektronik canggih lainnya maka pelayanan purna jual sangatlah penting.
Pelayanan purna jual ini akan lebih efisien apabila dilakukan oleh cabang suatu
perusahaan yang berbasis di luar negeri.
b) Ekspor ke luar negeri sering dihambat oleh kebijaksanaan tarif pajak (tax) negara lain
yang biasanya tiap negara memiliki masing-masing kebijakan yang tentunya berbeda-
beda. Namun, dengan mendirikan cabang perusahaan di luar negeri masalah-masalah
yang seperti ini dapat dengan mudah untuk diatasi.masalah lain yang berkaitan
dengan hal ini adalah pengaruh perubahan kurs mata uang. Apabila mata uang negara
induk perusahaan mengalami apresiasi, maka harga barang yang diekspornya akan
naik pula sehingga dapat menurunkan volume ekspor. Masalah ini dapat diatasi
apabila perusahaan tersebut mendirikan cabangnya di luar negeri.
Faktor biaya lain yang kerapkali dipertimbangkan adalah biaya transportasi yang
harus dapat diminimalisir. Di samping itu, ada juga pajak yang relatif lebih rendah dapat
merupakan daya tarik bagi Multinational Coorporation. Faktor sosial dan politik di negara
yang hendak dituju perlu diperhatikan, sikap pemerintah setempat terhadap perusahaan asing
9
juga perlu dipelajari. Negara penerima MNC sering mengadakan peraturan khusus terhadap
perusahaan asing yang biasanya berupa pembatasan keuntungan, pajak, kestabilan politik
negara, dan lainnya. Semua regulasi tersebut kadang kala menyebabkan terhambatnya
perkembangan MNC itu sendiri. Oleh karena itu, MNC terlebih dahulu harus mempelajari
pengalaman / sejarah kebijaksanaan negara penerima terhadap perusahaan asing sebelum
MNC tersebut melakukan ekspansi ke negara tersebut.
MNC dipandang sebagai kekuatan yang superior, karena sifat transaksi internasional
yang dilakukan adalah barang yang relatif sophisticated, sangat bervariasi, kompleks,
penggunaan teknologi canggih, dan dilakukan oleh beberapa perusahaan besar saja.
MNC dipandang memiliki kekuatan monopoli yang diperoleh karena penggunaan
teknologi melalui riset dan pengembangan (R & D)
MNC kadang mengorganisir dan secara sistematis mengumpulkan informasi tentang
perkembangan pasar, biaya, dan teknologi-reknologi melalu cabang-cabangnya yang
ada di luar negeri.
MNC biasanya menikmati adanya skala yang ekonomis dengan cara misalnya,
melalui pemusatan seluruh mesin produksi pada satu bagian tertentu dari proses
produksi.
MNC memperoleh manfaat dari besarnya/luasnya jaringan keuangan internasional.
MNC mempunyai monopoli pemasaran baik melalui integrasi vertikal maupun
integrasi horizontal.
MNC sering menghindar dari kebijaksanaan tarif atau kuota yang diambil oleh negara
lain
10
Dalam kaitannya dengan ini, ada dua macam efisiensi yakni efisiensi alokasi dan
efisiensi operasi. Kedua efisiensi ini pada akhirnya akan menimbulkan dampak positif dan
dampak negatif terhadap kesejahteraan secara global. Dengan kapasistasnya untuk dapat
memobilisasi sumber daya dan fleksibilitas yang dimiliki, maka MNC tidak hanya dapat
menaikkan efisiensi alokasi dan operasi saja tetapi juga dapat mendorong investasi dan
perubahan teknologi. Namun demikian MNC dapat berdampak negatif pula.apakah dampak
positif itu sama atau tidak dengan dampak negatif masih belum pasti. Dampak netto terhadap
kesejahteraan secara global masih menajdi isu yang sampai saat ini belum dapat dipecahkan.
Manfaat:
Negara induk akan memperoleh keutungan dari faktor produksi yang melimpah.
Dapat diperolehnya produk yang lebih murah yang dihasilkan di negara lain yang
biaya produksinya lebih rendah.
Meningkatkan devisa untuk negara asal.
Konflik:
Manfaat:
11
Konflik:
Walaupun demikian, ada regulasi yang dibuat oleh negara tuan rumah untuk mengatur
masalah MNC, diantaranya adalah:
12
BAB III
STUDI KASUS: DUNKIN’ DONUTS
Tahun 1940, seorang pengusaha bernama Bill Rosenberg mendirikan dan membuka
sebuah gerai donut dengan nama Open Kettle di kota Boston, Quincy-Massachusetts,
Amerika Serikat. Tanpa disangka gerai donut miliknya tumbuh dengan pesat. Hal ini terbukti
dari makin bertambah banyaknya jumlah pelanggan yang berkunjung. Melihat perkembangan
usahanya yang positif, tahun 1950 Rosenberg pun memutuskan mengubah nama Open Kettle
menjadi nama lain yang lebih trendy. Setelah melalui proses yang panjang, terpilihlah nama
baru yang lebih menjanjikan yaitu Dunkin' Donuts. Selaras dengan perubahan nama tersebut,
dirintislah sistem franchise (waralaba).
Tahun demi tahun berlalu. Kemajuan dan ketenaran nama Dunkin' Donuts makin tak
terbendung. Bahkan di tahun 1970, Dunkin' Donuts telah menjadi merek internasional dengan
reputasi yang luar biasa dalam hal kualitas produk dan pelayanan. Reputasi dan ketenaran itu
jugalah yang kemudian menarik minat Allied Domecq – sebuah perusahaan internasional
yang membawahi Togo's dan Baskin Robins - untuk membeli Dunkin' Donuts dari keluarga
Rosenberg. Pembelian dan pengambilalihan perusahaan dari keluarga Rosenberg akhirnya
disepakati dan dilakukan dengan penuh persahabatan pada tahun 1983.
13
Dengan didukung sumber daya manusia yang handal, dalam waktu singkat ambisi
Allied Domecq tercapai. Dunkin' Donuts berhasil memperluas pasar secara menakjubkan
sehingga gerainya tidak hanya tersebar di benua Amerika, tetapi juga di benua Eropa dan
Asia.
Rosenberg sendiri pada tahun 1968, setelah membeli sebuah lahan peternakan
Wilrose di New Hampshire, ia didiagnosa mengidap kanker pada 1971, dirinya pensiun dari
bisnis dan mengurus peternakan kuda balapnya. Pada 1980, Rosenberg mendonasikan
peternakannya itu kepada Universitas New Hampshire. Rosenberg meninggal dunia pada 22
September 2002 di usia 86 tahun. Sebuah kutipannya yang terkenal adalah “Always provide
your costumer with the finest quality, service, cleanliness, and value”.
Dunkin' Donuts mulai merambah pasar Indonesia pada tahun 1985 dengan gerai
pertamanya didirikan di Jalan Hayam Wuruk, Jakarta. Khusus wilayah Indonesia, master
franchise Dunkin' Donuts dipegang Dunkin' Donuts Indonesia.
Kini Dunkin' Donuts Indonesia telah berhasil membuka lebih dari 200 gerai yang
tersebar di berbagai kota besar Indonesia seperti Jakarta, Tangerang, Bogor, Bekasi, Depok,
Surabaya, Bandung, Bali, Medan, Yogyakarta, Makassar, dan lain sebagainya. Cita-cita
memperkuat awareness dan positioning pun bisa dibilang telah tercapai. Paling tidak hal ini
bisa dilihat dari hasil survey sebuah lembaga riset pemasaran yang menyebutkan bahwa Top
of Mind Dunkin' Donuts di Indonesia telah mencapai 91,8%. Bahkan tercatat juga tingkat
kepuasan konsumen Indonesia terhadap Dunkin' Donuts secara keseluruhan mencapai 80,8%.
Satu hal yang membuat Dunkin Donuts berkembang pesat adalah karena
keberaniannya berinovasi. Tidak seperti kedai donat kebanyakan yang hanya menjual lima
14
jenis donat, Dunkin Donuts menawarkan 52 jenis donut yang berbeda. Saat membuka kedai
keenamnya pada tahun 1955, Rosenberg memutuskan untuk mengembangkan usahanya
dengan sistem waralaba. Sejak saat itulah, bisnisnya berkembang pesat dan tersebar hingga
ke berbagai negara.
Dunkin’ Donuts berhasil meraih peringkat pertama untuk loyalitas pelanggan pada
kategori kopi yang dirangkum oleh Brand Keys selama tujuh tahun berturut-turut. Dunkin’
Donuts memiliki lebih dari 10.500 restoran di 31 negara seluruh dunia. Dunkin’ Donuts, yang
berpusat di Canton, Massachussets., merupakan bagian dari Dunkin' Brands Group, Inc.
Sejak Oktober 2006, Dunkin’ Donuts memiliki konsep self service pada outletnya
dimana konsumen dapat memilih langsung produk yang diinginkan tanpa harus menunjuk
dan meminta ke pelayan. Konsep ini melepas batas antara konsumen dengan produk sehingga
konsumen meiliki pengalaman tersendiri. Konsep ini ada dengan tujuan meningkatkan
penjualan yang merata ke seluruh produk Dunkin’ Donuts. Dunkin memiliki fasilitas hot spot
untuk konsumen yang berkunjung ke outletnya.
Seiring dengan makin kuatnya awareness dan positioning Dunkin' Donuts yang telah
dibuktikan lewat hasil survey, di awal tahun 2001 Dunkin' Donuts Indonesia kembali
melakukan gebrakan dengan menerapkan konsep baru pada setiap gerainya. Kegiatan
tersebut dilakukan secara bertahap dengan jalan merubah logo, design interior gerai, dan
berbagai perubahan lainnya. Dampak dari perubahan tersebut membuat Dunkin' Donuts
terlihat lebih fresh dan sesuai dengan keinginan pasar. Namun semua itu belumlah cukup.
Bersamaan dengan terus dilangsungkannya kegiatan lain, Dunkin' Donuts Indonesia juga
mengikrarkan komitmen untuk lebih memfokuskan diri pada perbaikan produk dan
pelayanan. Dengan demikian diharapkan tingkat kepuasan konsumen terhadap Dunkin'
Donuts dapat terus meningkat.
15
berlomba-lomba dalam menggunakan (mengkonsumsi) produk dari MNC tersebut, dalam hal
ini adalah Dunkin’ Donuts untuk menunjukkan strata sosial mereka dalam kehidupan
bermasyarakat. Namun hal itu masih dibarengi dengan kurangnya angka pengangguran di
sekitar MNC tersebut berada karena mereka pasti memberdayakan produktivitas sumber daya
manusia setempat ditambah lagi dengan perluasan jaringan kerja (work networking)
Sedangkan dari segi ekonomi, kehadiran Dunkin’ Donuts tidak sampai mengancam
eksistensi perusahaan-perusahaan lokal yang ada. Buktinya sampai saat ini kita masih bisa
menemui industri-industri yang masih memasarkan produk sejenis bahakan ada sebuah
dampak positif yang diperoleh dari masuknya Dunkin’ Donuts ke Indonesia yaitu MNC
tersebut telah menstimulus timbulnya persaingan dari perusahaan lokal sejenis salah satunya
adalah J. CO yang dinilai mampu menyaingi Dunkin’ Donuts karena kehadiran Dunkin’
Donuts dianggap sebagai salah satu varian dari jenis-jenis donut yang ada. Selain itu,
segmentasi pasar tersendiri, membuat Dunkin’ Donut membuat eksistensi produk lokal yang
ada tetap terjaga.
16
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Menurut kami, hadirnya MNC disebuah negara tentu membawa dampak positif dan
negatif mengingat ketidakselalu suksesan MNC tersebut dalam melakukan operasi. Bagi
sebagian negara dunia ketiga, MNC masih dianggap sebagai ancaman karena secara tidak
langsung MNC tersebut mendegradasi produk-produk lokal. Disisi lain, dengan kehadiran
MNC di suatu negara akan membuat masyarakat lokal memiliki daya saing dan jiwa yang
kompetitif. Para wirausahawan akan melahirkan ide-ide cemerlang, memberikan warna dan
inovasi dalam setiap produk lokal yang ditawarkan disamping keuntungan devisa (pajak),
lowongan pekerjaan, dan transfer teknologi yang sangat terasa oleh masyarakat dan negara
tuan rumah. Kami juga menilai jika semua aturan dijalankan dengan tepat, maka keberadaan
Multinational Coorporation akan membawa dampak positif yang lebih banyak daripada
dampak negatifnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
18