a. Skenario
Skenario 1
Imunisasi
Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun, dibawa ibunya puskesmas untuk
mendapatkan imunisasi varicella. Ibu khawatir anaknya akan terkena cacar air
karena teman satu kelasnya ada yang menderita cacar air. Riwayat terkena cacar air
pada saat usia 4 tahun. Namun, dokter mengatakan anaknya tidak perlu di imunisasi
karena sudah terkena cacar air sebelumnya.
b. Klarifikasi Masalah
STEP 1
1. Imunisasi : pada sistem kekebalan tubuh seseorang jadi lebih kuat
terhadap suatu antigen.
2. Imunisasi varicella : cairan yang dapat melindungi seseorang dari cacar.
3. Cacar air : penyakit menular yang disebut oleh infeksi varicella zoster.
d. Analisis Masalah
STEP 3
1. Spesifik - Humoral (Ekstraseluler).
- Seluler (Intraseluler).
2
e. Sistematika Masalah
STEP 4
1. a. Spesifik - Humoral
- IgA : intertitium sama, saluran pencernaan.
- IgD : inisiasi cepat awal sel B.
- IgE : menikat parasit dan penyebab alergi.
- IgG : mengikat mukosa.
- IgM : mengikat bakteri.
b. Non spesifik
- Fisik : kulit, selaput lendir, silia, batuk bersin.
3
Mind Map
Organ yang
berperan
Peran Sifat
Macam -
macam
f. Sasaran Belajar
STEP 5
1. Mekanisme dasar sistem imun dihubungkan dengan organ yang berperan:
A. Imunitas alam dan adaptif .
B. Imunitas seluler dan humoral.
C. Imunitas primer dan sekunder.
D. Reaksi antigen dan antibodi.
2. Reaksi Imunologi pada vaksinasi.
g. Belajar Mandiri
STEP 6
Belajar Mandiri.
6
h. Penjelasan
STEP 7
1. Mekanisme dasar sistem imun dihubungkan dengan organ yang berperan
adalah
b. Pertahanan Biokimiawi
Kebanyakan mikroba tidak dapat menembus kulit yang sehat,
namun beberapa dapat masuk tubuh melalui kelenjar sebasaseus dan
folikel rambut. Namun pH asam keringat dan sekresi sebaseus, berbagai
asam lemak yang di lepas kulit mempunyai efek denaturasi terhadap
protein membran sel sehingga dapat mencegah infeksi yang dapat terjadi
melalui kulit. Lisozim dalam keringat, ludah, air mata dan air susu ibu,
melindungi tubuh terhadap berbagai kuman gram (+) oleh karena dapat
menghancurkan lapisan peptidoglikan dinding bakteri. Air susu ibu juga
mengandung laktooksidase dan asam neuraminik yang mempunyai sifat
antibakterial terhadap E.koli dan stafilokok. Saliva mengandung enzim
seperti laktooksidase yang merusak dinding sel mikroba dan
menimbulkan kebocoran sitoplasma dan juga mengandung antibodi
serta komplemen yang dapat berfungsi sebagai opsonin dalam lisis sel
mikroba.1
bakteri gram (+). Laktoferin dan transferin dalam serum mengikat besi
yang merupakan metabolit esensial untuk hidup beberapa jenis mikroba
seperti pseudomonas. Bahan yang disekresi mukosa saluran nafas
(enzim dan antibodi) dan telinga berperan dalam pertahanan tubuh
secara biokimiawi. Mukus yang kental melindungi sel epitel mukosa
dapat menangkap bakteri dan bahan lainnya yang selanjutnya di
keluarkan oleh gerakan silia.1
c. Pertahanan Humoral
Pertahanan ini disebut humoral karena melibatkan molekul-
molekul yang larut untuk melawan mikroba. Biasanya molekul yang
bekerja adalah molekul yang berada di sekitar daerah yang dilalui oleh
mikroba1.
1. Komplemen
Berbagai bahan dalam sirkulasi seperti lektin, interferon, C-
Reactive Protein (CRP) dan komplemen berperan dalam pertahanan
humoral, dan komplemen rusak pada pemanasan 56 oC selama 30 menit.
Komplemen terdiri atas sejumlah besar protein yang bila diaktifkan akan
memberikan proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respons
inflamasi. Komplemen berperan sebagai opsosin yang meningkatkan
fagositosis, sebagai faktor kemotaktik dan juga menimbulkan
destruksi/lisis bakteri dan parasit. Antibodi dengan bantuan komplemen
dapat menghancurkan membran lapisan Lipopolysaccharide (LPS). Bila
LPS menjadi lemah, mukopeptida dalam serum dapat menghancurkan
lapisan mukopeptida1.
2. Sistem Komplemen.
Komplemen merupakan sistem yang terdiri atas sejumlah protein
yang berrperan dalam pertahanan pejamu, baik dalam sitem imun
nonspesifik maupun system imun spesifik. Komplemen merupakan salah
satu sistem enzim serum yang berfungsi dalam inflamasi, opsonisasi dan
kerusakan ( lisis ) membrane patogen1.
9
4. Aktivasi Komplemen
Sistem komplemen yang seemula diketahui diaktifkan melalui
2 jalur, yaitu jalur klasik dan alternatif, sekarang diketahui juga dapat
terjadi melalui jalur lektin. Jalir klasik diaktifkan oleh kompleks imun
sedang jalur alternatif dan jalur lektin tidak. Jalur lektin diawali dengan
pengenalan manosa dari karbohidrat membrane patogen oleh lektin dan
jalur alternatif diawali oleh pengenalan permukaan sel asing. Meskipun
aktivasi sistem komplemen diawali oleh 3 jalur yang berbeda, namun
semua jalur berakhir dalam produksi C3b.1
d. Pertahanan Selular
Pertahanan ini melibatkan sel-sel sistem imun dalam melawan
mikroba. Sel-sel tersebut ada yang ditemukan pada sirkulasi darah dan
ada juga yang di jaringan. Neutrofil, basofil, eusinofil, monosit, dan sel
NK adalah sel sistem imun non-spesifik yang biasa ditemukan pada
sirkulasi darah. Sedangkan sel yang biasa ditemukan pada jaringan
adalah sel Mast, Makrofag dan sel NK1.
Waktu respon Fast (menit - jam ) Slow (hari) tidak siap hingga
terpajan alergen
Sel yang penting Fagosit, sel NK, Th, Tc, Th3, sel B, T,
monosit/makrofag, neutrofil, lymphocytes, Dendritic
basofil, sel mast, eusinofil, sel cells, macrophages
dendritik
CD2+ Sel T, NK 85
18
CD3+ Sel T 75
CD8+ Ts dan Tc 25
Mempertahankan
toleransi self
Tr1(tipe 1 regulator) IL-10 Menghambat
imunopatologi
Tgð Imunitas non spesifik dan
spesifik
Sel NKT yang IL-4, IFN-y Membantu regulasi
diaktifkan respons imun
1.3 Tabel jenis subset sel T danbahan yang diproduksinya1.
2. Imunitas Sekunder
fase lag lebih pendek dibanding respons imun primer. Hal ini
disebabkan sel memori yang terbentuk pada respons imun primer akan
cepat mengalami transformasi blast, proliferasi dan diferensiasi menjadi
sel plasma yang menghasilkan antibodi. Demikian pula dengan imunitas
selular, sel limfosit T akan lebih cepat mengalami transformasi blast dan
berdiferensiasi menjadi sel T aktif sehingga lebih banyak terbentuk sel
efektor dan sel memori. Pada imunisasi, respons imun sekunder inilah
yang diharapkan akan memberi respons adekuat bila terpajan pada
antigen yang serupa kelak. Untuk mendapatkan titer antibodi yang
cukup tinggi dan mencapai nilai protektif, sifat respons imun sekunder
ini diterapkan dengan memberikan vaksinasi berulang beberapa kali.1
2 Antibodi
Pembentukan Antibodi oleh Sel Plasma. Sebelum terpajan dengan antigen
yang spesifik, klon limfosit B tetap dalam keadaan tidak aktif (dorman) di dalam
jaringan limfoid. Bila ada antigenasing yang masuk, makrofag dalam jaringan
limfoid akan memfagositosis antigen dan kemudian membawanya ke limfosit B di
dekatnya. Selain itu, antigen tersebut juga dapat dibawa ke sel T pada saat yang
bersamaan, dan terbentuk sel T pembantu yang teraktivasi. Sel pembantu ini juga
berperan dalam aktivasi hebat limfosit B, yang akan kita bicarakan secara lebih
lengkap nanti.Limfosit B yang bersifat spesifik terhadap antigen segera membesar
dan tampak seperti gambaran limfoblas. Beberapa limfoblas berdiferensiasi lebih
lanjut untuk membentuk plasmablas,yang merupakan prekursor sel plasma. Dalam
plasmablas ini, sitoplasma meluas dan retikulum endoplasma kasar akan
berproliferasi dengan cepat. Sel-sel ini kemudian mulai membelah dengan
kecepatan satu kali setiap 10 jam, sampai sekitar sembilan pembelahan, sehingga
dari satu plasmablas dapat terbentuk kira-kira 500 sel dalam waktu 4 hari. Sel
plasma yang matang kemudian menghasilkan antibodi gamma globulin dengan
kecepatan tinggi kira-kira 2.000 molekul per detik untuk setiap sel plasma.
Kemudian, antibodi disekresikan ke dalam cairan limfe dan diangkut ke sirkulasi
darah. Proses ini berlanjut terus selama beberapa hari atau beberapa minggu sampai
selplasma akhirnya kelelahan dan mati2.
23
Struktur Antibodi Ig G
Gambar 1.82
Bagian konstan dari antibodi menentukan sifat-sifat antibodi yang lain, menetapkan
beberapa faktor seperti penyebaran antibodi dalam jaringan, pelekatan antibodi
pada struktur-strukturspesifik dalam jaringan, pelekatan pada kompleks
komplemen, kemudahan antibodi melewati membran, dan sifat-sifat biologis
24
antibodi yang lain. Suatu kombinasi ikatan kovalen (disulfida) dan nonkovalen
mengikat rantai ringan dan berat bersama-sama2.
Pengikatan molekul antigen antara satu dengan lainnya oleh antibodi bivalen.
Gambar 1.92.
Gambar 2.02.
Terbuka, atau "diaktifkan: dan bagian ini kemudian langsung berikatan dengan
molekul Cl dari sistem komplemen, memulai pergerakan "kaskade" rangkaian
reaksi, yang diawali dengan pengaktifan proenzim Cl itu sendiri. Enzim Cl yang
terbentuk kemudian mengaktifkan penambahan jumlah enzim secara berturut-turut
pada tahap sistem berikutnya sehingga dari awal yang kecil, terjadilah
reaksi"penguatan" yang sangat besar. Di sebelah kanan gambar tersebut tampak
terbentuk berbagai produk akhir, dan beberapa diantaranya menimbulkan efek
penting yang membantu mencegah kerusakan jaringan tubuh akibat organisme yang
menginvasi atau oleh toksin. Beberapa efek penting tersebut adalah sebagai berikut.
a. Opsonisasi dan fagositosis. Salah satu produk kaskade komplemen,yaitu
C3b, dengan kuat mengaktifkan proses fagositosi soleh neutrofil dan
makrofag, menyebabkan sel-sel ini menelanbakteri yang telah dilekati oleh
kompleks antigen antibodi.Proses ini disebut opsonisasi. Proses ini sering
kali mampu meningkatkan jumlah bakteri yang dapat dihancurkan, sampai
ratusan kali lipat2.
b. Lisis. Salah satu produk paling penting dari seluruh produk kaskade
komplemen adalah kompleks litik, yang merupakan kombinasi dari banyak
faktor komplemen dan ditandai denganC5b6789. Produk ini mempunyai
pengaruh langsung untukcmerobek membran sel bakteri atau organisme
penginvasilainnya2.
27
atau virus yang merangsang timbulnya antibodi (sejenis protein) dan sejenis sel
darah putih yang disebut limfosit. Limfosit ini menandai antigen yang masuk dan
kemudian menghancurkannya.1
Mekanisme Imunisasi
29
Gambar 2.11.
DAFTAR PUSTAKA
1. Baratawidjaja KG, Rengganis I. Imunologi Dasar. Edisi ke-11. Jakarta: FK
UI; 2016.
2. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 12. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC; 2014.
3. Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Imunologi Dasar Abbas Fungsi dan
Kelainan Sistem Imun. Edisi ke-5. Singapore: Elsevier; 2016.
4. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi ke-8. Jakarta: EGC;
2014.
5. Jawetz. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi ke-27. Jakarta: EGC; 2014