Anda di halaman 1dari 30

1

a. Skenario
Skenario 1
Imunisasi
Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun, dibawa ibunya puskesmas untuk
mendapatkan imunisasi varicella. Ibu khawatir anaknya akan terkena cacar air
karena teman satu kelasnya ada yang menderita cacar air. Riwayat terkena cacar air
pada saat usia 4 tahun. Namun, dokter mengatakan anaknya tidak perlu di imunisasi
karena sudah terkena cacar air sebelumnya.

b. Klarifikasi Masalah
STEP 1
1. Imunisasi : pada sistem kekebalan tubuh seseorang jadi lebih kuat
terhadap suatu antigen.
2. Imunisasi varicella : cairan yang dapat melindungi seseorang dari cacar.
3. Cacar air : penyakit menular yang disebut oleh infeksi varicella zoster.

c. Rumusan Daftar Masalah


STEP 2
1. Apa saja macam-macam sistem imun?
2. Apa saja komponen-komponen yang terdapat pada sistem imun?
3. Organ yang berperan dalam sistem imun?
4. Bagaimana sifat dari sistem imun?
5. Peran sistem imun bagi manusia?
6. Bagaimana mekanisme sistem imun?
7. Mekanisme sistem imun dalam imunisasi?
8. Mengapa seseorang dapat terkena penyakit cacar air?
9. Mengapa dokter mengatakan anak itu tidak perlu diimunisasi lagi?

d. Analisis Masalah
STEP 3
1. Spesifik - Humoral (Ekstraseluler).
- Seluler (Intraseluler).
2

Non spesifik - Fisik.


- Larut, biokimia, humoral.
- Seluler.
2. Antigen - Determinan Antigen.
- Hapten.
3. Organ Limfatik
- Organ limfatik primer : sumsung tulang dan timus.
- Organ limfatik sekunder : Limfa dan KGB.
4. Spesifitas, memori, spesialisasi, tidak bereaksi terhadap diri sendiri, keragaman,
eskpansi klonal, kontraksi.
5. Pertahanan terhadap infeksi, pertahanan terhadap tumor, cedera sel, reaksi
terhadap protein dan jaringan yang baru dipaparkan.
6. Mekanisme sistem imun yaitu:
- Lini 1 (Non spesifik) oleh barier kulit, mukosa.
- Lini 2 (Non spesifik) oleh fagosit,Sel NK dan beberapa protein plasma.
- Lini3 (Spesifik) oleh humoral dan seluler.
7. Non spesifik : Mikroba masuk
Jika Lini 1 gagal maka masuk lini 2 terhadap antigen infeksius.
8. -Virus varicella zoster yang mudah menyebar dengan cepat.
- Infeksi mukosa sel pernapasan lalu terjadi replikasi dan penyebaran lewat limfe
dan pembuluh darah.
9. Karena pasien tersebut sudah memiliki sistem pertahanan tubuh yang kuat dan.
mempunyai sifat memori dan terjadi peningkatan rapur antigen yang sama.

e. Sistematika Masalah
STEP 4
1. a. Spesifik - Humoral
- IgA : intertitium sama, saluran pencernaan.
- IgD : inisiasi cepat awal sel B.
- IgE : menikat parasit dan penyebab alergi.
- IgG : mengikat mukosa.
- IgM : mengikat bakteri.
b. Non spesifik
- Fisik : kulit, selaput lendir, silia, batuk bersin.
3

- Biokimiawi : lisozim, sekresi sebasea, asam lambung, laktat.


- Seluler : Fagosit, sel NK, sel Mast, Basofil.
c. Non spesifik : Alami selalu ada pada individu, sehat, masuknya makroba.
d. Spesifik : Ekstansi dan diferensiasi.
e. Biokimia : Membran mukosa.
f. Humoral : Komplemen.
g. Sistem Imun Respons – Primer.
- Sekunder.

2. Komponen yang terdapat pada sistem Imun yaitu


a. Antigen : zat yang menyebabkan respon Imun spesifik.
 Determinan Antigen (epitop)
Kelenjar kimia terkecil dari antigen yang dapat membangkitkan
respon imun.
 Hapten
Senyawa kecil/yang jika sendirian dapat menginduksi sistem imun,
namun bisa jadi imunogenik jika bersatu dengan carier yang berat
molekulnya.
b. Antibodi : 4 Rantai polipeptida yaitu 2 berat rantai identik dan 2 rantai ringat
identik
3. Organ limfatik
 Organ limfatik primer : sumsum tulang dan timus
 Organ limfatik sekunder : Limfa dan KGB
4. Perbedaan Non spesifik dan Spesifik
4

5. Peran sistem imun bagi manusia yaitu


- Sebagai pertahanan utama bagi manusia.
- Mengenali antigen yang masuk ketubuh.
6. Fisik kulit lini dua lini tiga.
Adaptif muncul apabila sudah terpajan.
7. Sasbel
8. Sasbel
9. Sasbel
5

Mind Map

Organ yang
berperan

Komponen SISTEM Mekanisme


IMUN

Peran Sifat
Macam -
macam

f. Sasaran Belajar
STEP 5
1. Mekanisme dasar sistem imun dihubungkan dengan organ yang berperan:
A. Imunitas alam dan adaptif .
B. Imunitas seluler dan humoral.
C. Imunitas primer dan sekunder.
D. Reaksi antigen dan antibodi.
2. Reaksi Imunologi pada vaksinasi.

g. Belajar Mandiri
STEP 6
Belajar Mandiri.
6

h. Penjelasan
STEP 7
1. Mekanisme dasar sistem imun dihubungkan dengan organ yang berperan
adalah

Gambar 1.1 Sistem Imun1.

A. Mekanisme imunitas alami dan adaptif adalah


1. Imunitas alami (Non spesifik)
 Mekanisme kerja sistem imun Non-spesifik
a. Pertahanan fisik/mekanik
Dalam sistem pertahanan fisik atau mekanik, kulit, selaput
lendir, silia saluran nafas, batuk dan bersin, merupakan garis pertahanan
terdepan terhadap infeksi. Keratinosit dan lapisan epidermis kulit sehat
dan epitel mukosa yang utuh tidak ditembus kebanyakan mikroba. Kulit
yang rusak akibat luka bakar atau penyebab lainnya dan selaput lendir
saluran nafas yang rusak oleh asap rokok akan meningkatkan resiko
infeksi.1
7

Gambar1.2 Imunitas Non Spesifik1.

b. Pertahanan Biokimiawi
Kebanyakan mikroba tidak dapat menembus kulit yang sehat,
namun beberapa dapat masuk tubuh melalui kelenjar sebasaseus dan
folikel rambut. Namun pH asam keringat dan sekresi sebaseus, berbagai
asam lemak yang di lepas kulit mempunyai efek denaturasi terhadap
protein membran sel sehingga dapat mencegah infeksi yang dapat terjadi
melalui kulit. Lisozim dalam keringat, ludah, air mata dan air susu ibu,
melindungi tubuh terhadap berbagai kuman gram (+) oleh karena dapat
menghancurkan lapisan peptidoglikan dinding bakteri. Air susu ibu juga
mengandung laktooksidase dan asam neuraminik yang mempunyai sifat
antibakterial terhadap E.koli dan stafilokok. Saliva mengandung enzim
seperti laktooksidase yang merusak dinding sel mikroba dan
menimbulkan kebocoran sitoplasma dan juga mengandung antibodi
serta komplemen yang dapat berfungsi sebagai opsonin dalam lisis sel
mikroba.1

Asam hidroklorida dalam lambung, enzim proteolitik, antibodi dan


empedu dalam usus halus membantu menciptakan lingkungan yang dpat
mencegah infeksi banyak mikroba. pH yang rendah dalam vagina,
spermin dalam semen dan jaringan lain dapat mencegah tumbuhnya
8

bakteri gram (+). Laktoferin dan transferin dalam serum mengikat besi
yang merupakan metabolit esensial untuk hidup beberapa jenis mikroba
seperti pseudomonas. Bahan yang disekresi mukosa saluran nafas
(enzim dan antibodi) dan telinga berperan dalam pertahanan tubuh
secara biokimiawi. Mukus yang kental melindungi sel epitel mukosa
dapat menangkap bakteri dan bahan lainnya yang selanjutnya di
keluarkan oleh gerakan silia.1

c. Pertahanan Humoral
Pertahanan ini disebut humoral karena melibatkan molekul-
molekul yang larut untuk melawan mikroba. Biasanya molekul yang
bekerja adalah molekul yang berada di sekitar daerah yang dilalui oleh
mikroba1.
1. Komplemen
Berbagai bahan dalam sirkulasi seperti lektin, interferon, C-
Reactive Protein (CRP) dan komplemen berperan dalam pertahanan
humoral, dan komplemen rusak pada pemanasan 56 oC selama 30 menit.
Komplemen terdiri atas sejumlah besar protein yang bila diaktifkan akan
memberikan proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respons
inflamasi. Komplemen berperan sebagai opsosin yang meningkatkan
fagositosis, sebagai faktor kemotaktik dan juga menimbulkan
destruksi/lisis bakteri dan parasit. Antibodi dengan bantuan komplemen
dapat menghancurkan membran lapisan Lipopolysaccharide (LPS). Bila
LPS menjadi lemah, mukopeptida dalam serum dapat menghancurkan
lapisan mukopeptida1.

2. Sistem Komplemen.
Komplemen merupakan sistem yang terdiri atas sejumlah protein
yang berrperan dalam pertahanan pejamu, baik dalam sitem imun
nonspesifik maupun system imun spesifik. Komplemen merupakan salah
satu sistem enzim serum yang berfungsi dalam inflamasi, opsonisasi dan
kerusakan ( lisis ) membrane patogen1.
9

Dewasa diketahui sekitar 20 jenis protein yang berperan dalam


system komplemen. Komplemen merupakan molekul larut sistem imun
nonspesifik dalam keadaan tidak aktif yang dapat diaktifkan berbagai
bahan seperti LPS bakteri. Komplemen dapat juga berperan dalam sistem
imun spesifik yang setiap waktu dapat diaktifkan kompleks imun1.
Aktivasi komplemen merupakan usaha tubuh untuk
menghancurkan antigen asing, namun sering pula menimbulkan
kerrusakan jaringan sehingga merugikan tubuh sendiri. Ada 9 komponen
dasar komplemen yaitu C1-C9 yang bila diaktifkan, dipecah menjadi
bagian- bagian yang besar dan kecil ( C3a, C4a dsb )1.

3. Mediator yang dilepas komplemen


Sistem komplemen terdiri atas sejumlah protein serum yang tidak
tahan panas. Komplemen biasanya ditemukan dalam bentuk prekursor
inaktif larut yang bila diaktifkan menghasilkan komponen komplemen
yang dapat bekerja sebagai enzim, mengikat beberapa molekul dan
menimbulkan reaksi beruntun berupa cascade. Aktivasi komplemen
menghasilkan sejumlah molekul efektor yang mempunyai efek biologis
dan peran dasar :
1. Lisis sel, bakteri dan virus.
2. Opsonisasi yang meningkatkan fagositosis partikel antigen.
3. Mengikat reseptor komplemen spesifik pada sel sistem imun
sehingga memacu fungsi sel spesifik, inflamasi dan sekresi
molekul immunoregulatori.
4. Menyingkirkan kompleks imun dari sirkulasi dan
mengendapkannya di limpa dan hati1.
10

Gambar 1.3 Berbagai efek samping komplemen1.

4. Aktivasi Komplemen
Sistem komplemen yang seemula diketahui diaktifkan melalui
2 jalur, yaitu jalur klasik dan alternatif, sekarang diketahui juga dapat
terjadi melalui jalur lektin. Jalir klasik diaktifkan oleh kompleks imun
sedang jalur alternatif dan jalur lektin tidak. Jalur lektin diawali dengan
pengenalan manosa dari karbohidrat membrane patogen oleh lektin dan
jalur alternatif diawali oleh pengenalan permukaan sel asing. Meskipun
aktivasi sistem komplemen diawali oleh 3 jalur yang berbeda, namun
semua jalur berakhir dalam produksi C3b.1

Gambar 1.4 Jalur aktivasi komplemen klasik dan alternatif.


11

1. Aktivasi komplemen jalur klasik


Aktivasi komplemen melalui jalur ini dimulai dengan
dibentuknya kompleks antigen- antibodi larut atau dengan ikatan
antibodi dan antigen pada sasaran yang cocok, seperti sel bakteri.
Aktivasi jalur klasik dimulai dengan C1 yang dicetuskan oleh kompleks
imun antibodi dan antigen1.
IgM yang memiliki 5 Fc mudah diikat oleh C1. Meskipun C1
tidak mempunyai sifat enzim, namun setelah berikatan dengan Fc, dapat
mengaktifkan C3. IgM dan IgG1, IgG2, IgG3 ( IgM lebih kuat
disbanding dengan IgG ) yang membentuk kompleks imun dengan
antigen, dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik. Jalur
klasik melibatkan 9 komplemen protein utama yaitu C1- C9. Selama
aktivasi, protein tersebut diaktifkan secara beruntun1.
Permukaan patogen tidak memiliki inhibitor komplemen. Setiap
sel yang tidak dilindungi oleh inhibitor komplemen akan diserang oleh
komplemen. Aktivasi komplemen yang berlebihan tidak diinginkan
oleh karena menimbulkan inflamasi dan kematian sel yang luas. Untuk
mencegah hal itu diperlukan inhibitor komplemen1.

2. Aktivasi komplemen jalur alternatif


Aktivasi jalur alternatif memproduksi produk aktif seperti
halnya dengan jalur klasik, tetapi untuk awal reaksi tidak diperlukan
kompleks antigen-antibodi. Jalur alternatif tidak terjadi melalui 3 reaksi
pertama yang terdapat pada jalur klasik ( C1, C4 & C2 ). Jalur ini
dimulai dengan C3 yang merupakan molekul yang tidak stabil dan terus
menerus ada dalam aktivasi spontan derajat rendah dan klinis yang
tidak berarti. Aktivasi spontan C3 diduga terjadi pada permukaan sel,
meskipun sel normal mengekspresikan inhibitor permukaan yang
mencegah aktivasi C31.
12

3. Aktivasi komplemen jalur lektin


Lektin adalah protein larut yang mengenal dan
mengikat residu manosa dari hidrat arang yang merupakan
bagian dinding sel mikroba. Oleh karena itu, jalur lektin
disebut jalur MBL atau jalur ikatan manan. Lektin adalah
golongan famili kolektin, yang merupakan protein fase akut
dan kadarnya meningkat pada respon inflamasi. Aktivasi jalur
lektin diawali oelh terjadinya ikatan antara polisakarida
mikroba dengan lektin dalam sirkulasi. Sperti halnya dengan
C1q, MBL mengaktifkan kompleks enzim C1r- C1s atau serin
esterase yang lain yang disebut mannose binding protein-
associated serine- esterase1.

Gambar 1.5 Jalur aktivasi komplemen1 .


13

Gambar 1.6 Jalur aktivasi komplemen dan faktor yang mengawali


reaksi1.

 Protein Fase Akut


Terjadi perubahan kadar beberapa protein dalam serum disebut
APP, dan protein yang meningkat atau menurun selama fase akut
disebut APRP yang sebagai pertahanan dini1.
 C-Reactive Protein
Jika infeksi aku akan meningkat sebagai respons imunitas
nonspesifik. Sebagai opsosin, CRP mengikat berbagai
mikroorganisme, protein C pneumokok yang membentuk kompleks
jaluk klasik. Dalam hal ini CRP dengan bantuan Ca++ dapat memikat
berbagai molekul antara lain fosforilokilin pada permukaan
bakteri/jamur1.
 Lektin
Merupakan molekul larut dalam plasma yang dapat mengikat
manan/manosa dalam polisakarida, yang merupakan permukaan
banyak bakteri seperti galur pneumokok dan banyak mikroba. Lektin
berperan sebagai opsosin, mengaktifkan komplemen1.

 Protein fase akut lain


14

Protein fase akut lain adalah a1-anti-tripsin, amiloid serum A,


haptoglobin, C9, faktor B dan fibrinogen yang juga berperan pada
peningkatan laju endap darah akibat infeksi, namun dibentuk jauh
lebih lambat dibanding dengan CRP1.
 Mediator asal fosfolipid
Metabolisme fosfolipid diperlukan untuk produksi PG dan LTR.
Keduanya meningkatkan respons inflamasi melalui peningkatan
permeabelitas vaskular dan vasodilatasi1.
 Sitokin IL-1, IL-6, TNF-a
Selama terjadi infeksi, produk bakteri seperti LPS mengaktifkan
makrofag dan sel lain untuk memproduksi dan mengeluarkan berbagai
sitokin seperti IL-1 yang akan mengeluarkan pirogen endogen, TNF-
a dan IL-6, dan hal ini akan berkaitan dengan demam1.

d. Pertahanan Selular
Pertahanan ini melibatkan sel-sel sistem imun dalam melawan
mikroba. Sel-sel tersebut ada yang ditemukan pada sirkulasi darah dan
ada juga yang di jaringan. Neutrofil, basofil, eusinofil, monosit, dan sel
NK adalah sel sistem imun non-spesifik yang biasa ditemukan pada
sirkulasi darah. Sedangkan sel yang biasa ditemukan pada jaringan
adalah sel Mast, Makrofag dan sel NK1.

Gambar 1.7 Imunitas tingkat RNA1.


15

1. Mekanisme Imunitas Adaptif (Spesifik)


Berbeda engan sistem imun non spesifik, sistem imun spesifik
mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang diangap asing bagi
dirinya. Benda asing yang pertama kali terpenjan dengan tubuh segera
dikenal oleh sistem imun spesifik. Pajanan tersebut menimbulkan sensitasi,
sehingga antigen yang sama dan masuk tubuh untuk kedua kali akan akan
dikenal lebih cepat dan kemudian dihancurkan. Oleh karena itu sistem
tersebut disebut spesifik. Untuk menghancurkan benda asing yang bebahay
bagi tubuh, sistem imun spesifik dapat bekerja tanpa bantuan sistem imun
nonspesifik. Namun pada umunya terjalin kerjasama yang baik antara
sistem imun nonspesifik dan spesifik seperti antara komplemen – fagosit –
antibodi dan antara makrofag sel T1.
Sistem imun spesifik terdiri atas sistem humoral dan sistem seluler.
Pada imunitas humoral, sel B melepas antibodi untuk menyingkirkan
mikroba ekstraselular. Pada imunitas seluler, sel T mengaktifkan makrofag
sebagai efektor untuk menghancurkan mikroba atau mengaktifkan sel
TCT/Tc sebagai efektor yang menghancurkan sel terinfeksi1.

 Sistem Imun Seluler dan Humoral


a. Sistem Imun Spesifik Humoral
Pemeran utama dalam sistem imun spesifik humoral
adalah limfosit B atau sel B. Humoral berarti cairan tubuh. Sel B
berasal dari sel asal multipoten di sumsum tulang. Pada unggas,
sel yang disebut bursal cell atau sel B akan berdiferensiasi
menjadi sel B yang matang dalam alat yang disebut bursa
fabricius yang terletak dekat kloaka. Pada manusia diferensiasi
tersebut terjadi dalam sumsum tulang1.
Sel B yang dirangsang oleh benda asing akan
berproliferasi, berdiferensiasi dan berkembang menjadi sel
16

plasma yang memproduksi antibodi. Antibodi yang dilapas dapat


ditemukan dalam serum. Fungsi utama antibodi adalah
pertahanan terhadap infeksi ekstraseluler, virus dan bakteri serta
menetralkan toksinnya1.

b. Sistem Imun Spesifik Seluler


Limfosit T atau sel T berperan pada sistem imun spesifik
seluler. Sel tersebut juga berasal dari sel asal yang sama seperti
sel B. pada orang dewasa, sel T dibentuk di dalam sumsum tulang,
tetapi proliferasi dan diferensiasinya terjadi didalam kelenjar
timus atas pengaruh berbagai faktor asal timus. 90 - 95 % dari
semua sel T dalam timus tersebut mati dan hanya 5 – 10 %
menjadi matang dan selanjutnya meninggalkan timus untuk
masuk kedalam sirkulasi1.
Faktor timus yang disebut timosin dapat ditemukan dalam
peredaran darah sebagai hormone asli dan dapat mempengaruhi
diferensiasi sel T di perifer. Berbeda dengan sel B, sel T terdiri
atas beberapa subset sel dengan fungsi yang berlainan yaitu sel
CD4+ (Th1, Th2), CD8+ atau CTL atau Tc dan Ts atau sel Tr atau
Th3. Fungi utama sistem imun spesifik seluler ialah pertahanan
terhadap bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur, parasit dan
keganasan. Sel CD4+ mengaktifkan sel Th1 yang selanjutnya
mengaktifkan makrofag untuk menghancurkan mikroba. Sel
CD8+ memusnahkan sel terinfeksi1.

INNATE IMMUNITY ADAPTIVE IMMUNITY

Spesifisitas Umumnya efektif terhadap Spesifik untuk mikroba yang


mikroba spesifik untuk pola sudah mensensitasi
molekul dan pola molekuler sebelumnya, sangat spesifik
hingga dapat membedakan
struktur molekul, detail
17

struktur mikroba dan non


mikroba dapat dikenali
dengan spesifisitas tinggi

Resistensi Tidak berubah oleh infeksi Membaik oleh infeksi


berulang

DIVERSITY Jumlah reseptor terbatas Reseptor sangat bervariasi,


jumlahnya banyak,
terbentuk oleh rekombinasi
genetik dari gen reseptor

MEMORY Tidak ada Memiliki memori, respon


lebih cepat atau lebih besar
pada infeksi serupa,
sehingga perlindungan lebih
baik pada pajanan berulang

Waktu respon Fast (menit - jam ) Slow (hari) tidak siap hingga
terpajan alergen

Sel yang penting Fagosit, sel NK, Th, Tc, Th3, sel B, T,
monosit/makrofag, neutrofil, lymphocytes, Dendritic
basofil, sel mast, eusinofil, sel cells, macrophages
dendritik

pajanan Tidak harus ada pajanan Harus ada pajanan


sebelumnya

1.1 Tabel perbedaaan imun non spesifik dan spesifik1.

Antibodi terhadap Sel yang ditemukan Nilai normal dalam darah

CD2+ Sel T, NK 85
18

CD3+ Sel T 75

CD4+ Th dan Tdth 50

CD8+ Ts dan Tc 25

1.2 Tabel spesifitas imunologi serum anti-sel T1.

Subtipe Simbol Ag Restriksi Sel sasaran Fungsi


permukaan MHC
Sitotoksik Tc CD8 Kelas I Tumor, Sel Membunuh
terinfeksi sel
virus atau
sel dengan
permukaan
baru
Helper/Indu Th CD4 Kelas II Sel B, Sel T, Sekresi IL
cer Makrofag
Supresor Ts CD8 Kelas I B, Th, Tc Menekan
pertumbuha
n sel
DTH Tdth CD4 Kelas II Sel Menekan
langerhans, pertumbuha
Makrofag n sel,
Melepas
MAF, MIF
dan
limfokin
lain
Memori Tm CD8, CD4 Kelas I-II Sel B, Sel T Anamnesis

1.3Tabel fungsi heterogen sel T1.

Jenis Bahan yang diproduksi Fungsi utama


Naive IL-2 Sel prekursor, Proteksi
terhadap patogen baru
Tcm(Central Memory) IL-2, IL-21 Ekspansi sekunder
19

TRM(Tissue resident IFN-g


memory)
Th1 IFN-y, IL-2, Limfotoksin Memfasilitasi respons sel
makrofag dan sel Tc,
Pertahanan terhadap
patogen intraseluler
(virus, bakteri)
Th2 IL-4, IL-5, IL-6, IL-10, IL- Merangsang produksi
13 antibodi oleh sel B,
Pertahanan terhadap
petogen ekstraseluler
yang besar dan pada
respons alergi
Th9 IL-9 Berperan terhadap parasit,
dapat memacu gejala
asma, dan menginduksi
ensefalomielitis autoimun
eksperimental
Th17 Il-17, IL-21, IL-22, IL-26 Berperan dalam imunitas
mukosa dan penyakit
autoimun, Memacu
respon inflamasi,
proinflamasi, mencegah
ekspansi sel treg
Th22 IL-22, TNF-ɑ Berperan terhadap
patogen mikrobial, juga
berperan pada inflamasi
kulit
Tfh IL-4, IL-21 Regulasi dan
perkembangan imunitas
sel B spesifik
Tc Perforin, Granzim, FasL, Membunuh sel terinfeksi
Sitokin atau rusak
Treg TGF-β, IL-10, IL-35 Membedakan respons
imun, Berperan dalam
mempertahankan
homeostasis imun,
Melalui pencegahan
diferensiasi dan aktivitas
sel Th proinflamasi,
20

Mempertahankan
toleransi self
Tr1(tipe 1 regulator) IL-10 Menghambat
imunopatologi
Tgð Imunitas non spesifik dan
spesifik
Sel NKT yang IL-4, IFN-y Membantu regulasi
diaktifkan respons imun
1.3 Tabel jenis subset sel T danbahan yang diproduksinya1.

C. Mekanisme imunitas primer dan sekunder


1. Imunitas Primer

Respons imun primer adalah respons imun yang terjadi pada


pajanan pertama kalinya dengan antigen. Antibodi yang terbentuk pada
respons imun primer kebanyakan adalah IgM dengan titer yang lebih
rendah dibanding dengan respons imun sekunder, demikian pula daya
afinitasnya. Waktu antara antigen masuk sampai dengan timbul antibodi
(lag phase) lebih lama bila dibanding dengan respons imun sekunder.1

Bila seseorang bertemu antigen untuk pertama kalinya, antibodi


terhadap antigen tersebut dapat dideteksi dalam serum dalam waktu
beberapa hari atau minggu, bergantung pada sifat dan dosis antigen
serta rute pemberian (rnisal, oral, parenteral). Konsentrasi antibodi
serum terus meningkat selama beberapa minggu kemudian menurun;
konsentrasi antibodi dapat turun sampai kadar sangat rendah. Antibodi
yang pertama terbentuk adalah IgM, diikuti oleh IgG, igA, atau
keduanya. Kadar IgM cenderung menurun lebih cepat daripada kadar
IgG1,5.

2. Imunitas Sekunder

Pada respons imun sekunder, antibodi yang dibentuk


kebanyakan adalah IgG, dengan titer dan afinitas yang lebih tinggi, serta
21

fase lag lebih pendek dibanding respons imun primer. Hal ini
disebabkan sel memori yang terbentuk pada respons imun primer akan
cepat mengalami transformasi blast, proliferasi dan diferensiasi menjadi
sel plasma yang menghasilkan antibodi. Demikian pula dengan imunitas
selular, sel limfosit T akan lebih cepat mengalami transformasi blast dan
berdiferensiasi menjadi sel T aktif sehingga lebih banyak terbentuk sel
efektor dan sel memori. Pada imunisasi, respons imun sekunder inilah
yang diharapkan akan memberi respons adekuat bila terpajan pada
antigen yang serupa kelak. Untuk mendapatkan titer antibodi yang
cukup tinggi dan mencapai nilai protektif, sifat respons imun sekunder
ini diterapkan dengan memberikan vaksinasi berulang beberapa kali.1

Pada kejadian pertemuan kedua dengan antigen yang sama (atau


antigen "reaksi silang" yang terkait erat) berbulan-bulan atau
bertahun-tahun setelah respons primer, respons antibodi akan lebih
cepat terbentuk dan meningkat sampai kadar yang lebih tinggi
daripada respons-primer. Perubahan respons tersebut dihubungkan
dengan persistensi "sel-sel memori" yang sensitif antigen setelah
respons imun pertama. Pada respons sekunder, jumiah IgM yang
dihasiikan secara kualitatif sama dengan yang dihasilkan setelah
kontak pertama dengan antigen; namun, IgG yang dihasilkan jauh
lebih banyak, dan kadar IgC cenderung menetap lebih lama
dibandingkan dengan respons primer. Dan lagi, antibodi tersebut
cenderung mengikat antigen lebih kuat (yaitu, dengan afinitas yang
lebih tinggi) sehingga lebih sulit berdisosiasi1,5.

D. Reaksi antigen dan antibodi


1 Antigen
Sel B dan T harus mampu secara spesifik mengenali sel atau bahan lain yang
tidak diinginkan untuk dihancurkan karena berbeda dari sel normal tubuh sendiri.
Keberadaan antigen memungkinkan limfosit melakukan pembedaan tersebut. Ingat
kembali bahwa antigen adalah molekul asing berukuran besar dan unik yang
22

memicu respons imun spesifik terhadap dirinya sendiri, seperti pembentukan


antibodi yang menyebabkan penghancuran antigen, jika antigen tersebut masuk ke
dalam tubuh (antigen berarti antibodi generator, meskipun beberapa antigen
memicu respons imunitas selular dan bukan pembentukan antibodi). Secara umum,
semakin kompleks suatu molekul, semakin besar antigenisitasnya. Protein asing
adalah antigen yang paling umum karena ukuran dan kompleksitasnya meskipun
makromolekul lain, seperti polisakarida berukuran besar (karbohidrat) dan lipid
(lemak), juga dapat berfungsi sebagai antigen. Antigen dapat ada sebagai molekul
tersendiri, misalnya toksin bakteri, atau merupakan bagian integral dari suatu
struktur multimolekul, misalnya antigen di permukaaan suatu mikroba asing4.

2 Antibodi
Pembentukan Antibodi oleh Sel Plasma. Sebelum terpajan dengan antigen
yang spesifik, klon limfosit B tetap dalam keadaan tidak aktif (dorman) di dalam
jaringan limfoid. Bila ada antigenasing yang masuk, makrofag dalam jaringan
limfoid akan memfagositosis antigen dan kemudian membawanya ke limfosit B di
dekatnya. Selain itu, antigen tersebut juga dapat dibawa ke sel T pada saat yang
bersamaan, dan terbentuk sel T pembantu yang teraktivasi. Sel pembantu ini juga
berperan dalam aktivasi hebat limfosit B, yang akan kita bicarakan secara lebih
lengkap nanti.Limfosit B yang bersifat spesifik terhadap antigen segera membesar
dan tampak seperti gambaran limfoblas. Beberapa limfoblas berdiferensiasi lebih
lanjut untuk membentuk plasmablas,yang merupakan prekursor sel plasma. Dalam
plasmablas ini, sitoplasma meluas dan retikulum endoplasma kasar akan
berproliferasi dengan cepat. Sel-sel ini kemudian mulai membelah dengan
kecepatan satu kali setiap 10 jam, sampai sekitar sembilan pembelahan, sehingga
dari satu plasmablas dapat terbentuk kira-kira 500 sel dalam waktu 4 hari. Sel
plasma yang matang kemudian menghasilkan antibodi gamma globulin dengan
kecepatan tinggi kira-kira 2.000 molekul per detik untuk setiap sel plasma.
Kemudian, antibodi disekresikan ke dalam cairan limfe dan diangkut ke sirkulasi
darah. Proses ini berlanjut terus selama beberapa hari atau beberapa minggu sampai
selplasma akhirnya kelelahan dan mati2.
23

Sifat antibodi antibodi merupakan gamma globulin yang


disebutimunoglobulin (disingkat sebagai Ig), dan berat molekulnya antara 160.000
dan 970.000. lmunoglobulin biasanya mencakup sekitar 20 persen dari seluruh
protein plasma. Semua imunoglobulin terdiri atas kombinasi rantaipolipeptida
ringan dan berat. Sebagian besar merupakan kombinasi 2 rantai berat dan 2 rantai
ringan. Meskipun begitu, ada beberapa imunoglobulin yang mempunyai kombinasi
sampai 10 rantai berat dan 10 rantai ringan yang menghasilkan immunoglobulin
dengan berat molekul besar. Ternyata dalam semua imunoglobulin, tiap rantai berat
terletak sejajar dengan satu rantai ringan pada salah satu ujungnya, sehingga
membentuksatu pasang berat-ringan, serta selalu terdapat sedikitnya 2pasang dan
sebanyak-banyaknya 10 pasang semacam ini dalam setiap molekul
imunoglobulin.Gambar 34-4 memperlihatkan bagian ujung dari setiap rantai berat
dan rantai ringan, yang disebut bagian yang dapatberubah (bagian variabel); dan
sisa dari masing-masing rantai disebut bagian yang tetap (bagian konstan). Bagian
variabel berbeda-beda untuk setiap spesifisitas antibodi, dan bagian ini-lah yang
secara khusus melekat pada tipe antigen tertentu2.

Struktur Antibodi Ig G

Gambar 1.82

Bagian konstan dari antibodi menentukan sifat-sifat antibodi yang lain, menetapkan
beberapa faktor seperti penyebaran antibodi dalam jaringan, pelekatan antibodi
pada struktur-strukturspesifik dalam jaringan, pelekatan pada kompleks
komplemen, kemudahan antibodi melewati membran, dan sifat-sifat biologis
24

antibodi yang lain. Suatu kombinasi ikatan kovalen (disulfida) dan nonkovalen
mengikat rantai ringan dan berat bersama-sama2.

Penggolongan Antibodi. Terdapat lima golongan umum antibodi, masing-


masing diberi nama IgG, IgA, IgD, dan IgE. Ig singkatan dari imunoglobulin, dan
kelima huruf di atas menunjukkan masing-masing golongan.Untuk membatasi
pembicaraan kita, ada dua golonga antibodi yang sangat penting: IgG, yang
merupakan antibody bivalen dan mencakup kira-kira 75 persen dari seluruh
antibodi pada orang normal, dan IgE, yang merupakan antibodi dalam jumlah kecil
tetapi terutama terlihat dalam peristiwa alergi. Golongan IgM juga penting sebab
sebagianbesar antibodi yang terbentuk selama respons primer adalah antibodi jenis
ini. Antibodi ini mempunyai 10 tempat ikatansehingga sangat efektif dalam
melindungi tubuh terhadap agenyang masuk, walaupun antibodi IgM jumlahnya
tidak begitubanyak.Mekanisme kerja antibodi bekerja terutama melalui dua cara
untuk melindungitubuh terhadap agen yang menginvasi: (1) dengan langsung
menyerang penyebab penyakit tersebut dan (2) denganmengaktifkan "sistem
komplemen" yang kemudian denganberbagai cara yang dimilikinya akan
menghancurkan penyebab penyakit tersebut2.

Kerja Langsung Antibodi terhadap Agen yang Menginvasi.


Antibodi-antibodi(ditandai dengan garis merah berbentuk Y) yang bereaksi dengan
antigen-antigen (ditandai dengan objek yang berwarna lebih gelap).Oleh karena
sifat bivalen yang dimiliki oleh antibodi dan banyaknya tempat antigen pada
sebagian besar agen penyebab penyakit, maka antibodi dapat mematikan aktivitas
agen tersebut dengan salah satu cara berikut ini.
- Aglutinasi, yaitu proses yang menyebabkan banyak partikel besar dengan
antigen di permukaannya, seperti bakteri atau sel darah merah, terikat
bersama-sama menjadi satu gumpalan.1
- Presipitasi, yaitu proses yang menyebabkan kompleks molekular dan
antigen yang mudah larut (misalnya racun tetanus) dan antibodi menjadi
begitu besar sehingga berubah menjadi tidak larut dan membentuk
presipitat.
25

- Netralisasi, yaitu proses yang menyebabkan antibodi menutupi tempat-


tempat yang toksik dari agen yang bersifat antigenik.1
- Lisis, yaitu proses yang menyebabkan beberapa antibodi yang sangat kuat
kadang-kadang mampu langsung menyerang membran sel agen penyebab
penyakit sehingga menyebabkan agen tersebut pecah. Kerja antibodi yang
langsung menyerang agen penyebab penyakit yang bersifat antigenik sering
kali tidak cukup kuat untuk melindungi tubuh terhadap penyebab penyakit
tersebut. Kebanyakan sifat pertahanan didapat melalui efek penguatan
olehsistem komplemen yang akan dijelaskan di bawah ini.1

Cara kerja Antibodi Secara Tidak Langsung


"Komplemen" merupakan istilah gabungan untuk menggambarkan suatu
sistem yang terdiri atas kira-kira 20 protein, yang kebanyakan merupakan prekursor
enzim. Pemeran utama dalamsistem ini adalah 11 protein yang ditandai dengan Cl
sampai C9,B, dan D. Biasanya,semua protein ini ada di antara protein-protein
plasma dalamdarah dan juga ada di antara protein-protein yang bocor keluar dari
kapiler masuk ke dalam ruang jaringan. Biasanya precursor enzim ini bersifat
inaktif, namun dapat diaktifkan terutama oleh jalur klasik.2

Pengikatan molekul antigen antara satu dengan lainnya oleh antibodi bivalen.

Gambar 1.92.

Kaskade reaksi selama aktivasi komplemen pada jalur klasik.


26

Gambar 2.02.

Terbuka, atau "diaktifkan: dan bagian ini kemudian langsung berikatan dengan
molekul Cl dari sistem komplemen, memulai pergerakan "kaskade" rangkaian
reaksi, yang diawali dengan pengaktifan proenzim Cl itu sendiri. Enzim Cl yang
terbentuk kemudian mengaktifkan penambahan jumlah enzim secara berturut-turut
pada tahap sistem berikutnya sehingga dari awal yang kecil, terjadilah
reaksi"penguatan" yang sangat besar. Di sebelah kanan gambar tersebut tampak
terbentuk berbagai produk akhir, dan beberapa diantaranya menimbulkan efek
penting yang membantu mencegah kerusakan jaringan tubuh akibat organisme yang
menginvasi atau oleh toksin. Beberapa efek penting tersebut adalah sebagai berikut.
a. Opsonisasi dan fagositosis. Salah satu produk kaskade komplemen,yaitu
C3b, dengan kuat mengaktifkan proses fagositosi soleh neutrofil dan
makrofag, menyebabkan sel-sel ini menelanbakteri yang telah dilekati oleh
kompleks antigen antibodi.Proses ini disebut opsonisasi. Proses ini sering
kali mampu meningkatkan jumlah bakteri yang dapat dihancurkan, sampai
ratusan kali lipat2.
b. Lisis. Salah satu produk paling penting dari seluruh produk kaskade
komplemen adalah kompleks litik, yang merupakan kombinasi dari banyak
faktor komplemen dan ditandai denganC5b6789. Produk ini mempunyai
pengaruh langsung untukcmerobek membran sel bakteri atau organisme
penginvasilainnya2.
27

c. Aglutinasi. Produk komplemen juga mengubah permukaan organisme yang


menginvasi tubuh, sehingga melekat satu samalain, dan dengan demikian
memicu proses aglutinasi2.
d. Netralisasi virus. Enzim komplemen dan produk komplemen lain dapat
menyerang struktur beberapa virus dan dengan demikian mengubahnya
menjadi nonvirulen2.
e. Kemotaksis. Fragmen C5a memicu kemotaksis neutrofil danmakrofag,
sehingga menyebabkan sejumlah besar sel fagositini bermigrasi ke dalam
jaringan yang berbatasan dengan agen antigenik2.
f. Aktivasi sel mast dan basofil. Fragmen C3a, C4a, dan C5a mengaktifkan sel
mast dan basofil, sehingga menyebabkan sel-sel tersebut melepaskan
histamin, heparin, dan beberapa substansi lainnya ke dalam cairan setempat.
Bahan-bahan inikemudian menyebabkan peningkatan aliran darah
setempat,meningkatkan kebocoran cairan dan protein plasma kedalam
jaringan, dan meningkatkan reaksi jaringan setempat lainnya yang
membantu agar agen antigenik menjadi tidak aktif atau tidak mobil lagi.
Faktor-faktor yang sama juga berperan penting dalam proses peradangan,
dan alergi, seperti yang akan kita bicarakan kemudian2.
g. Efek peradangan. Di samping efek peradangan yang disebabkan oleh
aktivasi sel mast dan basofil, ada beberapa produk komplemen lain yang
turut menimbulkan peradangan setempat. Produk-produk ini menyebabkan
(1)aliran darah yang sebelumnya telah meningkat menjadi semakin
meningkat, (2) peningkatan kebocoran protein dan kapiler, dan (3) protein
cairan interstisial akan berkoagulasi dalam ruang jaringan, sehingga
menghambat pergerakan organisme yang melewati jaringan2.

2. Reaksi imunologi pada vaksinasi.


a. Mekanisme Imunisasi
Sistem imunitas yang ada dalam tubuh manusia merespon masuknya bakteri
dan virus ke dalam tubuh manusia melalui mekanisme yang sangat rumit dan
komplek. Sistem imunitas ini mengenal molekul (antigen Antigen Substansi asing
didalam badan yang memicu untuk menghasilkan antibodi.) yang unik dari bakteri
28

atau virus yang merangsang timbulnya antibodi (sejenis protein) dan sejenis sel
darah putih yang disebut limfosit. Limfosit ini menandai antigen yang masuk dan
kemudian menghancurkannya.1

Awal terjadinya proses reaksi imunitas yaitu mekanisme pertahanan tubuh


untuk melawan setiap benda asing masuk ke dalam tubuh, sejumlah limfosit yang
disebut dengan sel memory segera berkembang menjadi limfosit yang mempunyai
kemampuan membuat zat kekebalan yang bertahan lama (long lasting immunity).
Seperti telah disebutkan diatas, imunitas adalah mekanisme tubuh manusia untuk
melawan dan memusnahkan benda asing yang masuk ke dalam tubuh manusia.
Benda asing tersebut bisa berupa bakteri, virus, organ transplantasi dll. Apabila
suatu sel atau jaringan seperti bakteri atau organ tubuh ditransplantasikan ke dalam
tubuh seseorang maka tubuh orang tersebut akan menolaknya karena benda asing
tersebut dianggap bukan sebagai bagian dari jaringan tubuh mereka. Benda asing
tersebut dianggap sebagai pendatang (invader) yang harus diusir. Jadi secara
sederhana dapat didefinisikan kembali bahwa sistem kekebalan (immune system)
ialah mekanisme tubuh manusia untuk melawan/ mengusir benda asing yang masuk
kedalam tubuh mereka. Pertama-tama “memory cells” berupaya mengenal benda
asing yang masuk dan disimpan dalam “ingatan” sel memori ini. Ini disebut dengan
reaksi imunitas primer. Apabila benda asing yang sama masuk lagi ke dalam tubuh
orang tersebut untuk kedua kali dan seterusnya, maka sel memori ini dengan lebih
cepat dan sangat efektif akan merangsang sstem imunitas untuk mengusir dan
melawan benda asing yang sudah dikenal tersebut. Reaksi tubuh akan lebih cepat
dan lebih efektif dibandingkan dengan reaksi saat perjumpaan untuk pertama
kalinya dengan benda asing tersebut.1

Mekanisme Imunisasi
29

Gambar 2.11.

B Imunisasi pada janin dan neonatus 2,3


1. In utero, janin terhindar dari antigen asing dan infeksi mikroorganisme
karena imunitas ibu melindungi janin dengan jalan mengeliminasi mikroba
sebelum memasuki uterus, dan melindungi bayi baru lahir melalui antibodi
transplasental atau air susu ibu.
2. IgG dari ibu didapatkan janin pada usia gestasi bulan ke 2 dan perlahan-
lahan menurun setelah bayi lahir.
3. Bayi baru lahir menunjukkan respon yang lemah, sehingga dapat diberikan
vaksin yang dilemahkan dan diberikan secara oral.

C Imunisasi pada anak 2,3


Imunisasi pada anak menunjukkan kemampuan imunitas tubuh untuk
membentuk antibodi terhadap pemberian vaksin, adanya sel limfosit dalam
tubuh memberikan respon yang baik terhadap semua antigen.
D Imunisasi pada dewasa dan usia lanjut 2,3
1. Imunisasi pada usia dewasa diberikan sebagai bentuk imunisasi ulangan.
2. Imunisasi yang dapat diberikan pada usia dewasa diantaranya, imuniasasi
tetanus, HPV, Typhoid, Influenza.
3. Imunisai pada usia lanjut diberikan pada usia di atas 60 tahun karena terjadi
penurunan respon imun yang sekunder.
4. Imunisasi yang dapat diberikan pada usia lanjut : vaksin influenza.
30

DAFTAR PUSTAKA
1. Baratawidjaja KG, Rengganis I. Imunologi Dasar. Edisi ke-11. Jakarta: FK
UI; 2016.
2. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 12. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC; 2014.
3. Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Imunologi Dasar Abbas Fungsi dan
Kelainan Sistem Imun. Edisi ke-5. Singapore: Elsevier; 2016.
4. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi ke-8. Jakarta: EGC;
2014.
5. Jawetz. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi ke-27. Jakarta: EGC; 2014

Anda mungkin juga menyukai