RANI KURNILA
A24052666
RANI KURNILA
A24052666
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Nomor Halaman
Nomor Halaman
Latar Belakang
Tujuan Magang
Tujuan Umum
Melatih kemampuan teknis dan manajemen mahasiswa untuk bekerja secara
profesional dibidang produksi benih kelapa sawit dan mengetahui cara
memproduksi benih kelapa sawit di PPKS.
Meningkatkan kemampuan softskill mahasiswa untuk mempersiapkan diri
memasuki dunia kerja.
Tujuan Khusus
Mempelajari pengendalian mutu produksi benih kelapa sawit, terutama
pengaruh kriteria dan panjang kecambah terhadap vigor bibit, serta pengaruh
umur tanaman induk terhadap produksi dan mutu benih yang dihasilkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika tepatnya dari
kawasan Nigeria di Afrika Barat. Penyebaran kelapa sawit dari daerah asalnya
secara tidak langsung terkait dengan perdagangan budak dari Afrika pada abad
pertengahan. Setelah Colombus menemukan benua Amerika dan terbukanya
perjalanan ke kawasan Asia, tanaman kelapa sawit menyebar ke berbagai kawasan
baru oleh usaha-usaha bangsa Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda
(Setyamidjaja, 2006).
Tanaman kelapa sawit masuk ke Indonesia untuk pertama kalinya dibawa
oleh bangsa Belanda dengan bibit yang berasal dari Bourbon atau Mauritius
sebanyak dua batang dan dari Amsterdam juga dua batang. Bibit tersebut ditanam
di Kebun Raya Bogor untuk dijadikan sebagai tanaman koleksi pada tahun 1848.
Oleh karena itu tanaman kelapa sawit yang ada di Kebun Raya Bogor ini
dianggap sebagai nenek moyang tanaman kelapa sawit di Asia Tenggara
(Setyamidjaja, 2006).
Akar pertama yang muncul dari biji yang telah tumbuh (berkecambah)
adalah radikula yang panjangnya dapat mencapai 15 cm, mampu bertahan sampai
6 bulan. Dari radikula muncul akar lainnya yang berfungsi mengambil air dan
hara lainnya dari media tumbuh namun masih perlu dibantu dari cadangan
makanan yang ada pada endosperm. Akar ini kemudian fungsinya diambil alih
oleh akar primer (utama) yang keluar dari bagian bawah batang (bulb) beberapa
bulan kemudian. Akar ini tumbuh 45 derajat vertikal ke bawah berfungsi
mengambil air dan makanan. Dari akar primer tersebut tumbuh akar sekunder
yang tumbuh horizontal dan dari akar sekunder tersebut tumbuh pula akar tertier
dan kwarter yang berada dekat pada permukaan tanah. Akar tertier dan kwarter
inilah yang paling aktif mengambil air dan hara lain dari dalam tanah
(Lubis, 2008).
Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dibungkus oleh
pelepah daun (frond base). Bagian bawah umumnya lebih besar disebut bongkol
batang atau bowl. Sampai umur 3 tahun batang belum terlihat karena masih
terbungkus pelepah daun yang belum dipangkas. Karena sifatnya yang phototropi
dan heliotropi (menuju arah cahaya matahari) maka pada keadaan terlindung
tumbuhnya akan lebih tinggi, tetapi diameter (tebal) batang akan lebih kecil
(Lubis, 2008).
Daun kelapa sawit bersirip genap, dan bertulang sejajar. Pada pangkal
pelepah daun terdapat duri-duri atau bulu-bulu halus sampai kasar. Panjang
pelepah daun dapat mencapai 9 m tergantung pada umur tanaman kelapa sawit.
Helai anak daun yang terletak di tengah pelepah daun adalah yang terpanjang dan
panjangnya dapat mencapai 1.2 m. Jumlah anak daun dalam satu pelepah berkisar
antara 120 - 160 pasang dan dalam satu pohon terdapat 40 - 50 pelepah daun
(Setyamidjaja, 2006).
Tandan bunga terletak di ketiak daun yang mulai tumbuh setelah tanaman
berumur 12 – 14 bulan, tetapi baru ekonomis untuk dipanen pada umur 2.5 tahun.
Primordia bakal bunga terbentuk sekitar 33 – 34 bulan sebelum bunga matang
(siap melaksanakan penyerbukan). Pertumbuhan bunga sangat dipengaruhi oleh
kesuburan tanah. Jika tanaman kelapa sawit tumbuh kerdil, maka pertumbuhan
bunganya lebih lambat daripada tanaman yang tumbuh subur (Setyamidjaja,
2006).
Kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12 bulan. Pembungaan kelapa
sawit termasuk monocious artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat pada
satu pohon tetapi tidak pada satu tandan yang sama. Namun terkadang bisa
ditemukan dalam satu tandan bunga yang bisa disebut dengan bunga banci
(hemaprodit). Tanaman kelapa sawit dapat menyerbuk secara silang dan
menyerbuk sendiri (Risza, 1994).
Tandan bunga betina dibungkus oleh seludang bunga yang akan pecah
antara 15 - 30 hari sebelum antesis. Antesis bunga betina tidak serentak. Pada satu
tandan umumnya membutuhkan waktu 3 - 5 hari atau lebih. Satu tandan bunga
betina memiliki 100 – 200 spikelet dan tiap spikelet memiliki 15 – 20 bunga
betina. Tidak semua bunga betina tersebut akan berhasil membentuk buah
sempurna yang matang terutama dibagian dalam. Pada tandan tanaman dewasa
dapat diperoleh 600 – 2000 buah tergantung pada besarnya tandan dan setiap
pokok dapat menghasilkan 15 – 25 tandan/pokok/tahun pada tanaman muda dan
pada tanaman tua berkisar antara 8 – 12 tandan/ pokok/tahun (Lubis, 2008).
Tandan bunga jantan (infloressensia) juga dibungkus oleh seludang bunga
yang pecah jika akan antesis seperti bunga betina. Tiap tandan bunga memiliki
100 – 250 spikelet yang panjangnya 10 – 20 cm dan diameter 1 – 1.5 cm. Tiap
spikelet berisi 500 – 1500 bunga kecil yang akan menghasilkan tepung sari.
Tandan bunga yang sedang antesis berbau amis (khas). Pada tanaman muda
jumlah bunga jantan per pokok sedikit dibanding dengan tandan bunga betina dan
perbandingan ini akan berubah sesuai peningkatan umur tanaman (Lubis, 2008).
Bunga betina setelah dibuahi akan berkembang menjadi buah. Buah yang
terletak di sebelah dalam tandan berukuran lebih kecil dan bentuknya kurang
sempurna dibandingkan dengan yang berada di luar tandan. Pada satu buah
terdapat susunan sebagai berikut :
1. Kulit buah (exocarp) yang selama 3 bulan setelah penyerbukan warnanya
masih putih kehijau-hijauan, tetapi 3 – 6 bulan berikutnya warnanya berubah
menjadi kuning.
2. Daging buah (pulp, mesocarp) yang pada 3 bulan pertama tersusun dari air,
serat, klorofil, dan tiga bulan berikutnya terjadi pembentukan minyak dan
karoten.
3. Cangkang (tempurung) yang pada tahap awal tipis dan lembut, tetapi setelah
berumur 3 bulan bertambah tebal dan keras serta warnanya berubah dari putih
menjadi coklat muda kemudian coklat.
4. Inti (endosperm) yang mula-mula cair, kemudian lunak dan akhirnya padat
serta agak keras
Cangkang dan inti merupakan biji kelapa sawit. Di dalam biji terdapat
embrio yang panjangnya 3 mm dan berdiameter 1.2 mm berbentuk silindris. Inti
merupakan cadangan makanan bagi pertumbuhan embrio. Pada pertumbuhan atau
perkecambahan, embrio akan keluar melalui lubang yang terdapat pada cangkang
(germpore) dengan membentuk akar (radikula) dan batang (plumula)
(Setyamidjaja, 2006).
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 27 ºC dengan
suhu maksimum 33 ºC dan suhu minimum 22 ºC sepanjang tahun. Curah hujan
rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah
1250 - 3000 mm yang merata sepanjang tahun (dengan jumlah bulan kering
kurang dari 3) dan curah hujan optimal berkisar antara 1750 - 2500 mm.
Ketinggian tempat yang optimal untuk pengembangan tanaman kelapa sawit
adalah kurang dari 400 m di atas permukaan laut (dpl). Apabila ketinggian tempat
lebih dari 400 m dpl maka areal ini tidak disarankan untuk pengembangan kelapa
sawit ( Buana et al., 2006).
Bentuk wilayah yang sesuai untuk kelapa sawit adalah datar sampai
berombak yaitu wilayah dengan kemiringan lereng antara 0 - 8 %. Jika suatu
wilayah topografinya bergelombang sampai berbukit (kemiringan lereng 8 - 30 %)
tanaman kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik tetapi
harus melakukan tindakan pengelolaan tertentu seperti dengan pembuatan teras
(Buana et al., 2006).
Kondisi tanah yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit
adalah tanah yang memiliki tekstur agak kasar sampai halus yaitu antara pasir
berlempung sampai liat masif. Beberapa karakteristik tanah yang digunakan
dalam penilaian kesesuaian lahan untuk kelapa sawit meliputi batuan di
permukaan tanah, kedalaman efektif tanah, tekstur tanah, kondisi drainase tanah
dan tingkat kemasaman tanah (Buana et al., 2006).
Tekstur tanah yang paling ideal untuk tanaman kelapa sawit adalah
lempung berdebu, lempung liat berdebu, lempung berliat dan lempung liat
berpasir. Kedalaman efektif tanah yang baik adalah jika > 100 cm. Kemasaman
pH tanah yang optimal adalah berkisar diantara 5,0 – 6,0 namun kelapa sawit
masih toleran terhadap pH < 5,0 misalnya pada pH 3,5 – 4,0 (pada tanah gambut)
(Buana et al., 2006).
Kelapa sawit dapat dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan tebal tipisnya
cangkang, yaitu dura, pisifera, dan tenera (Setyamidjaja, 2006) .
1. Tipe Dura (D)
Tipe ini memiliki ciri-ciri daging buah (mesocarp) tipis, cangkang
(endocarp) tebal (2 – 8 mm), inti (endosperm) besar, dan tidak terdapat cincin
serabut. Persentase daging buah 35 - 60 % dengan rendemen minyak 17 - 18 %.
2. Tipe Pisifera (P)
Tipe ini memiliki ciri-ciri daging buahnya tebal, tidak mempunyai
cangkang, tetapi terdapat cincin serabut yang mengelilingi inti. Intinya kecil sekali
bila dibandingkan dengan tipe Dura ataupun Tenera. Perbandingan daging buah
terhadap buahnya tinggi dan kandungan minyaknya tinggi. Bunga kelapa sawit
tipe Pisifera biasanya sterile. Kelapa sawit tipe ini hanya dipakai sebagai "pohon
bapak" dalam persilangan dengan tipe Dura.
3. Tipe Tenera (T)
Tipe ini merupakan hasil persilangan antara tipe Dura dan Pisifera. Sifat
tipe Tenera merupakan kombinasi sifat khas dari kedua induknya. Tipe ini
mempunyai tebal cangkang 0.5 – 4 mm, mempunyai cincin serabut walaupun
tidak sebanyak seperti Pisifera, sedangkan intinya kecil. Perbandingan daging
buah terhadap buah 60 – 90 %, rendemen 22 - 24 %.
Bahan tanaman kelapa sawit yang umum digunakan di perkebunan
komersial merupakan benih hasil penyerbukan buatan antara pohon induk dura
(D) dengan pisifera (P). Berkaitan dengan tingkat produktivitas minyak, kelapa
sawit tipe tenera memiliki proporsi kandungan minyak di dalam mesocarp 30 %
lebih tinggi dibandingkan dengan tipe dura. Hal ini dapat dipahami karena
persentase mesocarp per buah tipe tenera lebih tinggi dibandingkan dengan tipe
dura, dan memiliki sifat heterosis (hybrid vigor) hasil persilangan dura x pisifera.
Lain halnya dengan kelapa sawit tipe pisifera, meskipun persentase mesocarp per
buahnya sangat tinggi, tetapi karena sebagian besar memiliki sifat mandul betina
(female sterile), kelapa sawit tipe ini tidak digunakan sebagai bahan tanaman.
Selain benih, bahan tanaman kelapa sawit juga dapat diperoleh dari hasil
perbanyakan secara vegetatif melalui metode kultur jaringan, dan dikenal sebagai
klon kelapa sawit (Latif, 2006).
Produksi Kecambah
DxP
Introduksi
Introduksi
Populasi Dura
Populasi Pisifera/
hasil Rekombinasi
Tenera hasil
reombinasi
D1 x D2 Pengujian P1 x P2
D2 x D3 Progeni P3 x P4, T1 x T2
D x P, D x T
Tahapan produksi benih kelapa sawit, dalam hal ini kecambah, adalah
mencakup seluruh proses mulai dari pemilihan pohon induk dan pohon bapak
sampai pengemasan untuk dikirim ke konsumen. Pada sumber benih kelapa sawit
semua tahap tersebut diawasi dengan ketat agar kualitas mutu bahan tanam dapat
dijamin (Direktorat Jenderal Perkebunan 2008b).
Pada sub sistem seed garden, pohon induk terpilih adalah pohon-pohon
elit yang teruji kemampuannya untuk menghasilkan turunan DxP. Pelaksanaan
polinasi terkendali di seed garden merupakan penentu dalam pengelolaan pohon
induk. Lembaga riset/produsen benih umumnya sangat menyadari bahwa
kontaminasi dura yang tinggi, sebagai akibat polinasi yang kurang terkendali,
sangat merugikan pelaku agribisnis kelapa sawit di kemudian hari. Untuk itu,
lembaga riset/produsen benih menaruh perhatian yang sangat tinggi dalam
pengelolaan pohon induk dan polinasi sehingga bahan tanaman unggul DxP yang
diterima pelanggan memiliki kemurnian sangat tinggi (Direktorat Jenderal
Perkebunan, 2007).
Kepedulian mutu bahan tanaman juga terjaga saat penyiapan benih
maupun pada saat pemprosesan kecambah. Identitas bahan tanaman sangat terjaga
dan dapat ditelusuri kebenarannya. Kepedulian akan mutu ini tercermin pada
implementasi prinsip-prinsip manajemen mutu ISO 9001:2000 oleh seluruh
lembaga riset/produsen benih kelapa sawit Indonesia (Direktorat Jenderal
Perkebunan, 2007).
Benih kelapa sawit termasuk benih yang mengalami dormansi cukup lama
sebelum berkecambah. Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan
bahwa ketika baru dipanen, benih kelapa sawit mengalami dormansi dan
perkecambahan alami sangat jarang terjadi selama lebih dari beberapa tahun.
Sementara itu, perkebunan membutuhkan benih yang lebih cepat untuk
berkecambah.
Pemecahan dormansi dapat dilakukan pada suhu 40 ºC selama 80 hari.
Pemberian oksigen berkonsentrasi tinggi dapat membantu perkecambahan jika
diberikan selama atau setelah proses pemanasan (Mangoensoekarjo dan
Semangun, 2005).
Benih kelapa sawit termasuk ke dalam benih rekalsitran sehingga tidak
tahan disimpan dalam suhu dingin dibawah 5 ºC dan akan mati apabila kadar
airnya berada di bawah 12,5 % (Chin & Robert, 1980). Lubis (2008)
menambahkan kadar air yang optimal untuk perkecambahan benih kelapa sawit
adalah ± 23 %. Kondisi ini dapat terpenuhi dengan cara menyimpan benih di
dalam kantong plastik dan menempatkanya di ruang perkecambahan yang
suhunya dapat tetap dikontrol.
Pengolahan benih
Metode Pelaksanaan
Metode Umum
Metode umum yang digunakan adalah : (a) bekerja secara aktif di Satuan
Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUS BHT). Kegiatan yang dilakukan penulis
selama magang dapat dilihat pada Lampiran 1. (b) mengumpulkan data sekunder
yang berguna untuk penulisan skripsi meliputi lokasi, letak geografis kebun,
keadaan iklim, luas kebun, luas areal, organisasi serta manajemen kebun produksi
benih dan, (c) wawancara dengan berbagai sumber di Pusat Penelitian Kelapa
Sawit untuk mendapatkan informasi yang diperlukan.
Metode Khusus
Metode khusus yang digunakan adalah dengan melakukan dua evaluasi
yang berkaitan dengan mutu benih yaitu :
a. Evaluasi “Pengaruh Kriteria dan Panjang Kecambah terhadap Pertumbuhan
Bibit di Pre Nursery”.
Evaluasi ini dijalankan dengan percobaan faktor tunggal yang terdiri dari
empat perlakuan (Gambar 2) yaitu :
P0 : kecambah yang belum dapat dibedakan antara plumula dan radikula
P1 : panjang kecambah (plumula dan radikula) 0 – 0.5 cm
P2 : panjang kecambah (plumula dan radikula) 0.5 – 1 cm
P3 : panjang kecambah (plumula dan radikula) 1 – 2 cm
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL).
P0 P1 P2 P3
Visi
Misi
Struktur Organisasi
PPKS dipimpin oleh seorang Direktur yang saat ini dipegang oleh Dr.Ir
Witjaksana Darmosarkoro. Dalam pelaksanaan kegiatan Direktur PPKS dibantu
oleh Kepala Bidang Penelitian, Kepala Biro Umum/SDM, Kepala Bidang Usaha
dan Kepala Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUS-BHT). Kepala Bidang
Penelitian membawahi tujuh kelompok penelitian yang masing-masing diketuai
oleh seorang Ketua Kelompok Peneliti dan Kepala Urusan Penelitian. Kepala Biro
Umum/SDM membawahi tiga urusan yaitu Urusan SDM dan Hukum, Urusan
Akuntansi dan Keuangan, dan Urusan Rumah Tangga. Kepala bidang Usaha
membawahi Unit Usaha Marihat, Unit Usaha Medan, Urusan Pengembangan
Usaha dan Promosi, Urusan Pelayanan dan Konsultasi, serta Urusan Laboratorium
dan Pelayanan. Kepala Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman membawahi
semua bagian yang memproduksi, memproses, memasarkan dan mengawasi
kecambah kelapa sawit. Di samping itu, Direktur dibantu oleh Kepala Urusan
Satuan Pengawasan Intern (SPI) yang dalam tugasnya bertanggungjawab
langsung kepada Direktur. Struktur organisasi Pusat Penelitian Kelapa Sawit
secara rinci dapat dilihat pada Gambar 3.
Direktur
Ka. Bidang Ka. Biro Umum Ka. Bidang Usaha Ka. Satuan Usaha Srategis Ka. Urusan Satuan
Penelitian atau SDM Bahan Tanaman Pengawasan Intern
Kebun Produksi
Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa varietas yang banyak diminati oleh
konsumen adalah varietas Simalungun (SMB), Yangambi, Dumpy dan Avros
dengan total penjualan secara berurutan adalah 13 457 800, 10 913 805, 6 828 191
dan 6 699 791 kecambah. Tingginya permintaan terhadap kecambah dari varietas
Simalungun disebabkan karena varietas Simalungun memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan varietas lain yaitu: umur dapat dipanen lebih awal yaitu
22 bulan, dan rendemen minyak/tandan mencapai 26,5 %.
Mutu Genetik
Pemecahan dormansi yang digunakan PPKS yaitu pemanasan benih pada suhu
40 °C selama 60 hari. Ruangan pemanas dilengkapi dengan kipas angin,
thermograph, sinko, dan heater. Fungsi heater adalah untuk menyemburkan
panas secara otomatis sedangkan thermograph berfungsi sebagai alat perekam
suhu ruangan yang bekerja secara berkesinambungan pada proses pemecahan
dormansi. Sinko berfungsi sebagai alat kontrol, apabila suhu lebih dari 40 °C
maka alat ini akan bekerja mematikan heater dan menghidupkan kipas angin.
Hasil penelitian PPKS menunjukkan dormansi benih kelapa sawit sudah dapat
dipatahkan dengan pemanasan selama 60 hari, dikombinasikan dengan
perendaman dan pengeringan sebelum dan setelah perlakuan pemanasan. Hal ini
dibuktikan bahwa dengan perlakuan tersebut persentase daya berkecambah benih
kelapa sawit PPKS tahun 2007 adalah 83.4 % (Arif, 2008).
Kegiatan pematahan dormansi di PPKS adalah perendaman I selama 7 hari,
pengeringan selama 24 jam, dilanjutkan dengan pemanasan selama 60 hari.
Setelah dipanaskan selama 60 hari dilakukan perendaman kedua selama 3 hari
dan pengeringan selama 5 jam. Perendaman berfungsi untuk mencuci zat-zat yang
menghambat dan melunakkan buah atau kulit benih dan pengeringan
dimaksudkan untuk mengurangi kadar air benih sehingga benih aman untuk
diproses lebih lanjut serta terhindar dari serangan hama dan penyakit (Haryani,
2003; Sukarman dan Hasanah, 2003). Perlakuan pemanasan bertujuan untuk
mematahkan dormansi benih kelapa sawit. Dengan pemanasan diharapkan
operculum menjadi retak sehingga benih dapat berkecambah. Setelah proses
pemanasan selesai benih siap dikirim ke ruang pengecambahan.
3. Bagian Pengecambahan Benih
Bagian pengecambahan benih bertugas mengecambahkan benih yang
diterima dari bagian pemecahan dormansi. Suhu ruangan pengecambahan berkisar
antara 28 ºC – 30 ºC dan kelembaban berkisar antara 65 °C – 75 °C. Temperatur
(suhu) dan kelembaban merupakan faktor yang sangat mempengaruhi tingkat
viabilitas benih selama perkecambahan. Temperatur ruang pengecambahan yang
terlalu tinggi (> 35 °C) dapat menghambat perkecambahan benih (Elisa, 2006).
Pada ruang pengecambahan, benih yang wadahnya terbuat dari kantong
plastik benih diletakkan pada rak-rak pengecambahan secara teratur sehingga
mudah untuk mengeluarkan dan meletakkan kembali (Gambar 8 a). Benih yang
wadahnya terbuat dari tray, benih dimasukkan ke dalam tray plastik dengan
kapasitas satu tray ± 1000 benih. Selanjutnya tray ditumpuk dengan tray lainnya
± 21 tumpukan (Gambar 8 b).
Analisis tandan merupakan salah satu kegiatan yang ada pada divisi BRD.
Jenis persilangan yang dianalisis adalah DxD/DxT untuk mendapatkan calon
tanaman induk dan tanaman bapak yang akan digunakan untuk produksi benih
selanjutnya, dan DxP untuk pengujian keturunan sehingga mendapatkan infomasi
persilangan yang akan dilepas menjadi varietas baru. Teknis pelaksanaannya
adalah tandan diambil dari masing-masing kebun percobaan dengan rentang
waktu enam bulan sekali tetapi jika dalam satu pohon pada rentang waktu empat
bulan tandannya sudah matang maka sudah bisa dipanen dan tidak harus
menunggu sampai enan bulan. Selanjutnya tandan yang sudah diambil ditimbang
beratnya, dicincang untuk memisahkan buah dari tangkai buah, kemudian diambil
30 buah yang terdiri dari 10 buah bagian luar, tengah dan buah bagian dalam.
Mesocarp buah dipisahkan dari bijinya, mesocarp dicincang sampai halus
sedangkan inti difermentasi selama 10 hari. Mesocarp dikeringkan dengan
menggunakan oven kemudian dianalisis kandungan minyaknya. Sedangkan biji
dipecah setelah difermentasi selama 10 hari untuk melihat banyaknya inti yang
terkandung di dalam biji.
Pengamatan karakter vegetatif tanaman yang diuji juga dilakukan oleh Divisi
BRD. Karakter vegetatif yang diamati adalah tinggi tanaman, produksi daun,
jumlah daun, panjang pelepah, jumlah anak daun, diameter batang, serta lebar
dan panjang petiole. Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan egrek yang
panjangnya sudah ditandai sebelumnya. Pengukuran tinggi dilakukan pada daun
ke - 17. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lubis (2008) bahwa daun ke – 17
merupakan daun yang paling sensitif dengan perubahan hara. Pada tanaman yang
masih muda (umur 1 - 2 tahun) dimana daun ke – 17 belum terbentuk
pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada pelepah daun ke - 4 dan pada
tanaman umur 3 - 4 tahun pada pelepah daun ke – 9.
Produksi daun tanaman dapat diperoleh dengan menghitung pertambahan
jumlah daun dari pengamatan sebelumnya. Sedangkan jumlah daun dihitung
dengan cara menghitung jumlah pelepah yang ada saat pengamatan dengan
menghitung jumlah spiral daun kelapa sawit kemudian dikalikan dengan delapan.
Pengamatan panjang pelepah didapat dengan cara mengukur dari anak daun
rudimenter paling bawah sampai ujung daun yang paling atas.
Jumlah anak daun diperoleh dengan cara menghitung jumlah anak daun
pada salah satu sisi pelepah daun ke – 17. Diameter batang diukur dengan
menggunakan meteran dimana pengukuran dilakukan satu meter di atas
permukaan tanah. Pengukuran panjang dan lebar petiole dilakukan dengan
menggunakan jangka sorong. Kegiatan pengukuran beberapa karakter vegetatif
tanaman kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 12.
a. Pengukuran Diameter Batang b. Pengukuran Petiole
(a) Seludang Bunga Pecah (b) Bunga Siap di Bungkus (c) Bunga Setelah
di Bungkus
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa viabilitas tepung sari yang diuji
viabilitasnya cukup tinggi dimana nilai rata-rata dari tiga ulangan yang diuji lebih
dari 70 % dimana berkisar antara 79.4 – 82.3 %. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kualitas polen yang dihasikan PPKS Marihat termasuk ke
dalam serbuk sari kualitas baik. Widiastuti (2005) menyatakan serbuk sari
dikatakan berkualitas baik apabila memiliki daya berkecambah (viabilitas) yang
tinggi karena daya berkecambah serbuk sari tersebut menentukan jumlah buah
yang akan terbentuk. Semakin kecil daya berkecambah serbuk sari pembentukan
buah juga akan semakin kecil.
Seleksi Benih
Persentase jumlah benih afkir (pecah, kecil dan putih) berdasarkan hasil
pengamatan penulis dapat dilihat pada Tabel 3. Data yang diperoleh merupakan
data sekunder yang dikumpulkan dari seleksi benih Divisi Produksi. Sampel data
diambil dari tanaman induk yang berumur 9 tahun (tahun tanam 2000) sebanyak
5 tandan.
Tabel 3. Persentase Jumlah Benih Total, Benih Baik dan Benih Afkir
Jumlah Benih
Tandan
Pecah Kecil Putih JBA JBB JBT
1 5 11 6 22 1155 1177
2 12 25 26 63 584 647
3 0 19 10 29 701 730
4 3 8 81 92 316 408
5 8 40 15 63 264 327
Total 28 103 138 269 3020 3289
% 0.85 % 3.13 % 4.19 % 8.17 % 91.83 % 100 %
Keterangan : JBA : Jumlah Benih Afkir
JBB : Jumlah Benih Baik
JBT : Jumlah Benih Total
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa persentase benih baik mencapai 91.83 %
dan benih afkir 8.17 %. Persentase benih afkir tertinggi terdapat pada benih putih
(4.19 %) diikuti benih kecil (3.13 %) dan benih pecah (0.85 %). Hal ini berarti
mutu benih yang dihasilkan PPKS sudah cukup tinggi karena persentase benih
baik tergolong tinggi.
Benih afkir dipisahkan dari benih baik. Selanjutnya jumlah benih baik dan
benih afkir dihitung jumlahnya dan dicatat ke dalam buku seleksi benih. Benih
baik dimasukkan ke dalam kantong plastik dimana setiap kantong benih
dilengkapi dengan label identitas dari lapangan dan label kertas kuning yang
berisi data-data benih dari lapangan serta jumlah benih hasil seleksi.
Penganginan Benih
100 79.51
81.6
Persentase (%)
80
60 74.82
40 82
20 2.02 7.18 0.04 18.41
0 0
18
Tray Plastik
Kecambah
Keterangan : PTM : Potensi Tumbuh maksimum
TT : Tidak Tumbuh
Identitas Persilangan
Kecambah yang dihasilkan Divisi Produksi dari Medan dan Marihat yang
akan disalurkan kepada konsumen disimpan pada sebuah ruangan AC dengan
suhu berkisar antara 19 - 20 ºC di PPKS Medan. Pada ruangan stock terdapat rak-
rak tempat penyimpanan kecambah. Pada rak tersebut kecambah disusun dan
dikelompokkan berdasarkan varietas. Satu varietas kecambah disusun sebanyak
34 kantong kecambah dengan rincian setiap kantong berisi 150 kecambah
ditambah 125 butir bonus (2.5 %), sehingga totalnya adalah 5 125. Selanjutnya
kecambah yang totalnya sudah 5 125 tersebut diberi label. Apabila jumlah
kantong kecambah varietas yang sama kurang dari 34 kantong maka kecambah
tersebut disusun tetapi belum di beri label.
Kecambah dapat disimpan pada ruangan stock opname selama seminggu.
Apabila lebih dari seminggu maka kecambah akan bertambah panjang plumula
dan radikulanya melebihi standar yang telah ditetapkan yaitu 2 cm. Selain itu
kecambah juga dapat berjamur, busuk dan mati apabila disimpan terlalu lama.
Apabila kecambah tersebut terpaksa disimpan lebih dari seminggu dan ditemukan
kecambah yang berjamur, busuk atau mati maka kecambah tersebut dikembalikan
ke Divisi Produksi untuk dimusnahkan.
Penyaluran kecambah kelapa sawit dilakukan setiap hari kerja yaitu dari
hari senin sampai hari jumat. Perhitungan jumlah kecambah pada ruang stock
opname dilakukan setelah semua kegiatan penyaluran selesai dilakukan. Kegiatan
ini biasanya dilakukan pada malam hari setelah kecambah siap salur dari PPKS
marihat sampai di PPKS medan. Hasil perhitungan penulis pada jumlah kecambah
yang berada pada ruang stock opname tanggal 7 Mei 2009 dapat dilihat pada
Tabel 4. Jumlah kecambah awal yang berada pada ruang stock opname adalah
724 040 kecambah. Jumlah kecambah siap salur dari PPKS Medan yang masuk
keruang stock opname adalah sebesar 26 875 kecambah dan dari PPKS Marihat
sebesar 96 725 kecambah. Jumlah kecambah total pada ruang stock opname
tanggal 7 Mei 2009 adalah sebesar 786 140 kecambah (Tabel 4).
Tabel 4. Jumlah Kecambah pada Ruang Stock Opname
periode 7 Mei 2009
Pemasukan
No Varietas Stok Awal Penyaluran Sisa Stok Akhir
Medan Marihat
1 Dy x P 44.727 2.050 42.677 15.450 0 58.127
Hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 7 – 10 dan hasil
rekapitulasi sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 5. Rekapitulasi hasil sidik ragam
menunjukkan panjang kecambah mempengaruhi persentase hidup bibit pada
5 - 12 MST, tinggi bibit pada 5 – 12 MST, jumlah daun pada 6 dan 7 MST serta
diameter batang pada 6 dan 7 MST. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan
panjang kecambah terhadap pertumbuhan bibit di pre nursery dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan terhadap
Peubah yang Diamati pada 5 hingga 12 MST
Periode Pengamatan
Peubah P KK
(MST)
Persentase Hidup 5 * 9.44
6 * 9.36
7 * 9.44
8 * 9.44
9 * 9.44
10 * 9.44
11 * 9.44
12 * 9.44
Tinggi Bibit 5 ** 9.63
6 ** 9.69
7 ** 9.38
8 * 10.58
9 * 9.81
10 ** 7.59
11 ** 6.83
12 ** 7.09
Jumlah Daun 5 tn 21.81
6 * 16.32
7 ** 11.52
8 tn 9.15
9 tn 9.44
10 tn 8.37
11 tn 8.90
12 tn 10.28
Diameter Batang 5 * 7.85
6 tn 7.14
7 * 5.19
8 tn 8.29
10 tn 5.49
11 tn 5.09
12 tn 6.97
Keterangan : MST : Minggu Setelah Tanam
P : Panjang Kecambah
* : Berpengaruh nyata pada uji F taraf 5 %
** : Berpengaruh sangat nyata pada uji F taraf 1 %
tn : tidak nyata
1. Persentase Hidup
Hasil analisis statistik pengaruh perlakuan terhadap persentase hidup bibit
menunjukkan perlakuan panjang kecambah mempengaruhi persentase hidup bibit
pada 5 MST – 12 MST. Perlakuan P3 (panjang plumula dan radikula 1 – 2 cm)
memiliki persentase hidup tertinggi yang stabil dengan nilai 100 %
(5 MST – 12 MST). Persentase hidup terendah terdapat pada perlakuan P0
(plumula dan radikula belum dapat dibedakan) dengan nilai 76.66 % pada
5 MST – 6 MST dan turun menjadi 73.33 % pada 7 MST. Pada 5 MST masing-
masing mempunyai nilai persentase hidup 93.33 % (P1) dan 96.66 % (P2). Pada
6 MST keduanya mempunyai nilai persentase hidup yang sama yaitu 96.66 %
hingga akhir pengamatan (Tabel 6).
Perlakuan P0 banyak yang busuk dan berjamur dan akhirnya mati. Hal ini
menunjukkan bahwa kecambah yang belum dapat dibedakan antara plumula dan
radikulanya (P0) masih terlalu rentan untuk menghadapi kondisi pembibitan yang
relatif kurang optimum dibandingkan kondisi di ruang perkecambahan.
2. Tinggi Bibit
Hasil analisis statistik pengaruh perlakuan terhadap tinggi bibit
menunjukkan tinggi bibit pada perlakuan P0 nyata lebih rendah dibandingkan
perlakuan P1, P2, P3 baik pada awal pengamatan (5 MST) maupun akhir
pengamatan (12 MST). Pada 5 MST perlakuan P3 mempunyai tinggi bibit
tertinggi (6.60 cm) berbeda nyata dengan P1 dan P2 yang masing-masing bernilai
5.62 cm (P1) dan 5.11 cm (P2). Meskipun pada awalnya P1 dan P2 tertinggal
pertumbuhannya dibandingkan dengan P3 tetapi pada 11 MST perlakuan P1, P2,
P3 ketiganya tidak berbeda nyata. Demikian pula pada 12 MST perlakuan P1, P2
dan P3 mempunyai tinggi bibit yang tidak berbeda dimana masing-masing
bernilai 16.55 cm (P1), 14.78 cm (P2) dan 16.10 cm (P3) (Tabel 7).
Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan yang sudah dapat dibedakan
antara plumula dan radikula (P1, P2 dan P3) diameter batangnya relatif sama dan
lebih besar dibandingkan perlakuan yang belum dapat dibedakan antara plumula
dan radikula (P0), khususnya pada 5 dan 7 MST.
Meskipun mulai 8 MST hingga akhir pengamatan (12 MST) semua
perlakuan mempunyai jumlah daun dan diameter batang yang tidak berbeda nyata
(Tabel 8 dan 9) tetapi tinggi bibit P0 nyata lebih rendah dibandingkan P1, P2, P3
(Tabel 7) dan persentase hidup P0 nyata lebih rendah dibanding perlakuan yang
lain (Tabel 6) sehingga dapat disimpulkan bahwa kecambah yang belum dapat
dibedakan plumula dan radikulanya belum siap di tanam di pembibitan.
Hasil penelitian Williyatno (2007) menunjukkan panjang rata-rata plumula
dan radikula mencapai 0.4 cm setelah dikecambahkan selama lima hari, 1.8 cm
setelah benih dikecambahkan selama 10 hari dan 3.6 cm setelah dikecambahkan
selama 15 hari. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diduga waktu yang
dibutuhkan kecambah yang belum dapat dibedakan plumula dan radikulanya
dapat dibedakan antara plumula dan radikula serta dapat mencapai panjang
seperti pada perlakuan P1, P2 dan P3 berkisar antara 2 – 5 hari setelah benih
mulai berkecambah. Oleh karena itu untuk menghindari adanya bibit yang tidak
tumbuh di pembibitan maka penyaluran kecambah yang belum dapat dibedakan
antara plumula dan radikula harus ditunggu ± 2 - 5 hari setelah benih mulai
berkecambah.
Hasil evaluasi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Divisi Produksi
serta QC/QA dalam menyalurkan kecambah kepada konsumen.
30
20
10
0
9 13 14 16 17
Umur Tanaman (tahun)
Gambar 19. Hubungan Umur Tanaman Induk dengan Bobot Tandan Tanaman
Pengaruh umur tanaman juga terlihat pada mutu benih yang dihasilkan.
Hal ini terlihat dari rata-rata jumlah calon benih (JCB) dan jumlah benih baik
(JBB) yang dihasilkan tanaman. Pengaruh umur tanaman terhadap JCB dan JBB
yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 20.
1600
1400
1200
1000
jumlah
800
600 JCB
400 JBB
200
0
9 13 14 16 17
Umur Tanaman ( tahun)
Kesimpulan
Saran
Buana, L., D. Siahaan, dan S. Adiputra. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat
Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Chairani, M. 1991. Teknik pengadaan benih kelapa sawit bersertifikat. Berita Pen.
Perkeb. 2:57-70.
Chin, H.F and E.H. Roberts. 1980. Recalsitrants Crop Seeds. Tropical Press.
Kuala Lumpur. 151 P.
Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchel. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Terjemahan. H. Susilo. UI Press. Jakarta. 428 hal.
Pahan, I. 2008. Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir.
Penebar Swadaya. Depok. 410 hal.
Purba, A. R., Akiyat, dan C. Muluk. 1997. Bahan tanaman kelapa sawit asal Pusat
Penelitian Kelapa Sawit. Prosiding Pertemuan, Teknis Kelapa Sawit. Pusat
Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 11-26.
Produksi
Bulan
2008 2009
Januari 4058405 3539831
Februari 3931430 2919458
Maret 4032438 3543649
April 4417749 3267675
Mei 4377500 -
Juni 4588985 -
Juli 4967953 -
Agustus 4443716 -
September 3584048 -
Oktober 4213546 -
November 4429399 -
Desember 4858396 -
Total 51903565 13270613
Lampiran 5. Penjualan Kecambah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Tahun 2008 Berdasarkan Pengguna/Konsumen
Perusahaan Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Perus Swasta 1805844 1829625 2028475 2558462 2479749 2183250 2862250 2292924 2183908 2176924 2032085 1549505
PTPN 1186554 1054274 461184 507375 410000 687906 687906 622317 209423 817335 916099 1282053
Koperasi 127100 123340 81692 116593 89687 72262 72262 93428 - 38950 76362 215106
Disbun 128125 97375 102 70724 20500 64575 64575 316340 156312 304425 393036 563236
Waralaba 123000 148625 249075 350550 362850 370742 370742 394625 174250 251125 363875 348500
Perorangan 298003 256999 182702 218136 261110 286590 286590 223006 254111 238969 137131 113049
Keb Sendiri 10250 16000 11000 - - - 45000 20000 25000 27675 40590
CV 92250 102500 124025 243940 191674 172454 172454 30750 41000 15375 - 300
Lampiran 6 .Penjualan Kecambah Kelapa Sawit Pusat Penelitian Kelapa Sawit Tahun 2008 Berdasarkan Varietas
Bulan Varietas
PPKS PPKS
Yangambi SP2 SMB LTC LAME Dumpy Avros BJ Mar Total
718 540
Januari 1010269 66317 1156349 108985 174882 574090 663603 307 6374 3761176
Februari 748746 32102 1177884 242770 207222 712939 484311 15272 1742 3622988
Maret 603256 53606 1070277 152242 173609 532603 398655 67650 89154 2203 3143255
April 1057139 202026 1054367 142181 149360 660787 603829 138625 66875 2050 4077239
Mei 958944 71339 1061163 208586 101883 634217 533614 77900 138374 3786020
Juni 928234 122487 1009251 297515 92998 542206 663767 47661 133660 3837779
Juli 1217714 54004 1148244 214839 28187 915243 666885 105456 156574 4507146
Agustus 1275380 80885 960815 156220 83536 614183 570127 35082 232162 4008390
September 610383 34235 757166 283425 71718 570612 455405 10575 245487 3039006
Oktober 741431 51250 1234580 578100 78596 436229 536414 14216 197287 3868103
November 903658 1537 1214974 605963 130174 268037 563942 21665 236313 3946263
Desember 858651 4830 1612730 416150 54250 367045 559239 13719 225455 4353400
Lampiran 7. Sidik Ragam Pengaruh Panjang Kecambah terhadap Persentase Hidup Bibit pada 5 hingga 12 MST
Sumber Waktu Jumlah Kuadrat
db Fhitung Pr > f KK
Keragaman Pengamatan Kuadrat Tengah
Perlakuan 5 3 966.666 322.222 4.3 0.044 9.44
Galat 8 600.000 75.000
Total 11 1566.666
Perlakuan 6 3 1025.000 341.666 4.56 0.038 9.36
Galat 8 600.000 75.000
Total 11 1625.000
Perlakuan 7 3 1366.666 455.555 6.07 0.018 9.44
Galat 8 600.000 75.000
Total 11 1966.666
Perlakuan 8 3 1366.666 455.555 6.07 0.018 9.44
Galat 8 600.000 75.000
Total 11 1966.666
Perlakuan 9 3 1366.666 455.555 6.07 0.018 9.44
Galat 8 600.000 75.000
Total 11 1966.666
Perlakuan 10 3 1366.666 455.555 6.07 0.018 9.44
Galat 8 600.000 75.000
Total 11 1966.666
Perlakuan 11 3 1366.666 455.555 6.07 0.018 9.44
Galat 8 600.000 75.000
Total 11 1966.666
Perlakuan 12 3 1366.666 455.555 6.07 0.018 9.44
Galat 8 600.000 75.000
Total 11 1966.666
Lampiran 8 . Sidik Ragam Pengaruh Panjang Kecambah terhadap Tinggi Bibit pada 5 hingga 12 MST
Sumber Waktu Jumlah Kuadrat
db Fhitung Pr > f KK
Keragaman Pengamatan Kuadrat Tengah
Perlakuan 5 3 12.062 4.020 15.47 0.001 9.63
Galat 8 2.079 0.259
Total 11 14.141
Perlakuan 6 3 17.592 5.864 11.85 0.002 9.69
Galat 8 3.959 0494
Total 11 21.551
Perlakuan 7 3 24.266 8.088 11.05 0.003 9.38
Galat 8 5.857 0.732
Total 11 30.124
Perlakuan 8 3 28.830 9.610 7.38 0.010 10.58
Galat 8 10.414 1.301
Total 11 39.244
Perlakuan 9 3 24.831 8.277 6.21 0.017 9.81
Galat 8 10.670 1.333
Total 11 35.502
Perlakuan 10 3 23.609 7.869 8.66 0.006 7.59
Galat 8 7.269 0.908
Total 11 30.878
Perlakuan 11 3 25.855 8.618 9.98 0.004 6.83
Galat 8 6.908 0.863
Total 11 32.763
Perlakuan 12 3 35.526 11.842 10.61 0.003 7.09
Galat 8 8.930 1.116
Total 11 44.457
Lampiran 9. Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan terhadap Jumlah daun pada 5 hingga 12 MST
Sumber Waktu Jumlah Kuadrat
db Fhitung Pr > f KK
Keragaman Pengamatan Kuadrat Tengah
Perlakuan 5 3 0.196 0.655 1.64 0.256 21.81
Galat 8 0.320 0.040
Total 11 0.516
Perlakuan 6 3 0.346 0.115 4.33 0.043 16.32
Galat 8 0.213 0.026
Total 11 0.560
Perlakuan 7 3 0.863 0.287 10.79 0.003 11.52
Galat 8 0.213 0.026
Total 11 1.076
Perlakuan 8 3 0.223 0.074 2.79 0.109 9.15
Galat 8 0.213 0.026
Total 11 0.436
Perlakuan 9 3 0.226 0.075 2.52 0.131 9.44
Galat 8 0.240 0.030
Total 11 0.466
Perlakuan 10 3 0.196 0.065 2.46 0.137 8.37
Galat 8 0.213 0.026
Total 11 0.410
Perlakuan 11 3 0.196 0.065 1.79 0.227 8.90
Galat 8 0.293 0.036
Total 11 0.490
Perlakuan 12 3 0.120 0.040 0.55 0.664 10.28
Galat 8 0.586 0.073
Total 11 0.706
Lampiran 10. Sidik Ragam Pengaruh Panjang Kecambah terhadap Diameter Batang pada 5 hingga 12 MST
Sumber Waktu Jumlah Kuadrat
db Fhitung Pr > f KK
Keragaman Pengamatan Kuadrat Tengah
Perlakuan 5 3 0.005 0.001 4.45 0.040 7.85
Galat 8 0.003 0.0004
Total 11 0.009
Perlakuan 6 3 0.003 0.001 2.35 0.148 7.14
Galat 8 0.003 0.0004
Total 11 0.007
Perlakuan 7 3 0.006 0.002 7.09 0.012 5.19
Galat 8 0.002 0.0002
Total 11 0.008
Perlakuan 8 3 0.005 0.001 1.83 0.219 8.29
Galat 8 0.007 0.0009
Total 11 0.0122
Perlakuan 10 3 0.006 0.002 4.02 0.051 5.49
Galat 8 0.004 0.0005
Total 11 0.011
Perlakuan 11 3 0.004 0.001 2.63 0.122 5.09
Galat 8 0.004 0.0005
Total 11 0.008
Perlakuan 12 3 0.012 0.004 3.24 0.081 6.97
Galat 8 0.009 0.001
Total 11 0.021