Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi yang bersifat progresif dan
irreversubel. Ganguan fungsi ginjal ini terjadi ketika tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan retensi urea
dan sampah nitrogen lain dalam darah. Kerusakan ginjal ini mengakibatkan masalah pada
kemampuan dan kekuatan tubuh yang meyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh jadi
mulai lelah dan lemas sehingga kualitas hidup pasien menurun.
Di amerika serikat insiden penyakit CGK diperkiarakan 100 kasus per 4 juta
penduduk pertahun dan akan meningkat sekitar 8% setiap tahunnya. Di Indonesia jumlah
perumbuhannya sekitar 10% setiap tahun. Saat ini belum ada penelitian epidemiologi
tentang prevelansi penyakit ginjal kronil di Indonesia. Dari data di beberapa pusat
nefrologi di Indonesia diperkiarakan prevalensi penyakit ginjal kronik masing-masing
berkisar 100-150/ 1 juta penduduk.
Mengapa pasien gagal ginjal stadium akhir di kaitkan dengan perawatan paliatif care,
dikarenakan perawatan paliatif adalah system perawatan terpadu yang bertujuan
meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan lain,
memberikan dukungan spiritual dan dukungan terhadap keluarga yang kehilanga/berduka.
Perawatan paliatif ini diberikan untuk penderita penyakit kronis dimulai pada saat
didiagnosis sampai dengan akhir hayat pasien.

B. Tujuan Penulisan
a) Tujuan Umum
Setelah mengikuti mata kuliah palliative care dan mendapatkan penjelasan tentang
penyakit gagal ginjal tahap akhir, mahasiswa mampu memahami perawatan
paliatif pada pasien gagal ginjal kronil stadium akhir.
b) Tujuan Khusus
 Mahasiswa mampu memahami konsep palliative care.
 Mahasiswa mampu memahai konsep agal ginjal kronik
 Mahasiwa mampu memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan
palliative care pada pasien gagal ginjal kronik stadium akhir

1
BAB II

KONSEP DASAR

A. Definisi
Perawatan paliatif adalah perawatan yang bisa didapatkan para pasien yang menderita
penyakit kronis dengan stadium lanjut, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien.
Gagal ginjal adalah kondisi dimana ginjal kehilangan kemampuannya untuk
menyaring cairan dan sisa-sisa makanan. Penyakit ginjal kronis merupakan
terminology yang secara umum digunakan untuk menggambarkan berbagai gangguan
yang diakibatkan oleh adanya perubahan struktur dan fungsi ginjal yang disertai
dengan hilangnya fungsi regulasi, eksresi, dan endokrin pada ginjal (frazao, Medeiros,
e silva, batista, sa & lira, 2014; levey & coresh, 2012). Selain itu penetepan penyakit
ginjal kronik juga mengacu dan berdasarkan pada adanya albuminuria, atau terjadinya
penurunan fungsi ginjal dimana laju filtrasi ginjal <60mL/min per 1.73m2 selama 3
bulan atau lebih, dan beberapa gejala klinis lainnya. Berdasarkan panduan praktek
yang ditetapkan oleh the National Kidney Fundation (KNF) menyatakan bahwa laju
filtrasi glomelurus merupakan alat ukur yang paling baik untuk mengatasi fungsi
ginjal. Lebih lanjut KNF menekankan bahwa konsentrasi serum kreatinin tidak status
fungsi ginjal mengingat bahwa serum kreatinin sangat dipengaruhi oleh beberapa hal
seperti usia pasien, jenis kelamin, ras, massa otot, dan diet (Cole, Masoumi,
Triposkiadis. Giamouzis, Georgiopoulou, Kalogeropoulos & Buter, 2012).
Penyakit ginjal kronis diklasifikasikan berdasarkan fungsi ginjal mengacu dengan laju
filtrasi ginjal seperti pada tabel berikut:

Klasifikasi penyakit Deskripsi Glomerulus filtration rate


ginjal kronis (GFR) / laju filtrasi ginjal

Stage 4 Penurunan GFR berat 15-29 ml/ min per 1.73 m2

Stage 5 Gagal ginjal (butuh dialysis <15 ml/ min per 1.73 m2
atau transplantasi ginjal)

B. Etiologi
Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain:
 Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
 Penyakit peradangan (glomerulonephritis)
 Penyakit vaskuler hipertensi (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
 Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sclerosis sitemik).
 Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus
ginjal)
 Penyakit metabolic (DM, gout, hiperparatiroidisme)

2
C. Pathway CKD

Hipertensi

Kerusakan vaskuler
pembuluh darah

Penyumbatan
pembuluh darah

Vasokontriksi

Penurunan curah
jantung

Gangguan sirkulasi darah ke


organ tubuh dan jaringan perifer

CKD Suplai darah ke ginjal GFR

Retensi NA

Kelebihan volume
cairan atau odem

Beban jantung naik

Adanya tekanan vena


Payah jantung kiri Bendungan atrium kiri naik pulmonalis

3
Gangguan pertukaran gas Odem paru Kapiler paru naik
(gagal napas)
BAB III
STUDY KASUS

Kasus Gagal Ginjal Kronik

By. AN (60 tahun), sudah hampir satu tahun menjalani Hemodialisa, satu minggu 2x. Pasien
ada riwayat hipertensi sejak usia 45 tahun dan ditujukan makan, obat seumur hidup, serta
Diet Rendah Garam. Akhir-akhir ini dia merasa bosan dengan penyakitnya sehingga kadang-
kadang tidak teratur menjalani hemodialis, mampu minum obat. Belum keluhan lainnya
seperti mual, kekurangan berat badan, saking terjadi stomatitis yang mengubah stress baik
Ny.An maupun keluarganya. Hal ini berdampak pada kehilangan, telat makan (kaleksia
sindroma). Keluarga menjadi lebih khawatir dan meluangkan waktu untuk menyajikan
makanan semenarik mungkin, sehingga pasien mau makan.

Pertanyaan:

1. Pengkajian holistik Ny.An sesuai kasus dan data sekunder yang perlu ditambahkan
2. A: buat patofisiologi (web of caution WOC) hipertensi menjadi gagal ginjal kronik
(GGK)
B: tulis kemungkinan dx/ baik dari aspek fisik maupun psikologis. (Minimal 5 )
3. Tentukan DX/ prioritas dari pertanyaan 2b. (Minimal 3 )
4. Buat prioritas utama dari pertanyaan nomor 3. (Lengkapi dengan rasional)
5. Buat rencana perawatan dari dx/ prioritas utama. (Nomor 4) baik mandiri maupun
kolaboras, lengkapi dengan rasional.

A. PENGKAJIAN

Data Primer Data Sekunder

DS: DS:

- Klien mengatakan mempunyai - Klien mengatakan kulit gatal yang


riwayat hipertensi sejak usia 45 berkepanjangan
tahun - Keluarga klien sering bertanya-tanya
- Klien mengatakan akhir-akhir ini mengenai penyakitnya
merasa bosan dengan penyakitnya - Klien terlihat pucat
sehingga kadang-kadang tidak - Klien menyatakan rasa malu
teratur menjalani hemodialisa mengenai penyakitnya
- Klien mengatakan mual - Klien mengatakan jarang berkemih
- Keluarga klien mengatakan - Klien mengatakan BAK 2x sehari
khawatir dengan kondisi Ny.AN
- Klien mengatakan kehilangan
nafsu makan

4
DO:

DO: - Klien tampak menggaruk kulitnya


- Keluarga klien tampak gelisah
- BB menurun - Klien tidak kooperatif dalam
- Terdapat stomatitis perawatan
- TTD 150/100 - Kulit klien tampak menghitam dan
tampak bekas tusukan jarum
- Klien tampak bengkak pada bagian
ekstremitas bawah
- Produksi urin 300cc/24 jam

ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah

DS: b.d penyakit yang Ansietas


diderita nya saat
- Keluarga klien mengatakan khawatir ini
dengan kondisi Ny.AN
- Keluarga klien sering bertanya-tanya
mengenai penyakitnya
- Klien terlihat pucat

DO:

- Keluarga klien tampak gelisah


DS: b.d pengobatan Ketidakberdayaan
hemodialisa
- Klien mengatakan akhir-akhir ini
merasa bosan dengan penyakitnya
sehingga kadang-kadang tidak teratur
menjalani hemodialisa
- Klien menyatakan rasa malu
mengenai penyakitnya

DO:

- Klien tidak kooperatif dalam


perawatan

5
DS: b.d efek terapi Gangguan Integritas
hemodialisa Kulit
- Klien mengatakan kulit gatal yang
berkepanjangan

DO:

- Klien tampak menggaruk kulitnya


- Kulit klien tampak menghitam dan
tampak bekas tusukan jarum
DS: b.d adanya Gangguan
stomatitis Kebutuhan Nutrisi
- Klien mengatakan mual
- Klien mengatakan kehilangan nafsu
makan
DO:

- BB menurun
- Terdapat stomatitis

DS: b.d disfungsi Risiko


ginjal Ketidakseimbangan
- Klien mengatakan jarang berkemih Cairan
- Klien mengatakan BAK 2x sehari
DO:

- Klien tampak bengkak pada bagian


ekstremitas bawah
- Produksi urin 300cc/24 jam

6
Hipertensi

Kerusakan vaskuler
pembuluh darah

Vasokontriksi pebuluh darah di


ginjal

Aliran darah ke ginjal menurun

Terjadi kerusakan ginjal

Peningkatan RAA Penurunan GFR

Terjadi rangsangan Kerusakan


aldosteron glomerulus

Retensi Na Penurunan fungsi


filtrasi pada ginjal

Edema
Tertimbunnya hasil
metabolisme protein
Ketidakseimbang di dalam darah
an cairan

Terjadi penumpukkan
uremia

Gangguan pada GI Gangguan pada kulit hemodialisa

Peningkatan asam
lambung pruritus Kecemasan dan
ketidakberdayaan
Ganguan Mual dan 7
kebutuhan Gangguan integritas kulit
muntah
nutrisi
8
DIAGNOSA
1. Ansietas b.d penyakit yang diderita nya saat ini
2. Ketidakberdayaan b.d pengobatan hemodialisa
3. Gangguan Integritas Kulit b.d adanya stomatitis
4. Gangguan Kebutuhan Nutrisi b.d adanya stomatitis
5. Risiko Ketidakseimbangan Cairan b.d disfungsi ginjal
DIAGNOSA PRORITAS
1. Ansietas
2. Ketidakberdayaan
3. Gangguan Kebutuhan Nutrisi
DIAGNOSA PRORITAS UTAMA
Gangguan Kebutuhan Nutrisi

INTERVENSI RASIONAL
Terapi/Nutrisi (NIC)
Mandiri
 Pantau massa otot dan lemak  Kalorimetri tidak langsung jika ada,
subkutan, sesuai indikasi dapat berguna dalam memperkirakan
cadangan dan kehilangan pada tubuh
secara lebih akurat serta keefektifan
terapi
 Berikan makanan dan kudapan  Membantu mencegah distensi lambung
porsi kecil dan sering atau ketidaknyamanan dan dapat
meningkatkan asupan
 Pastikan kesukaan dan  Memberikan klien/orang terdekat rasa
ketidaksukaan terhadap makanan. kendali; meningkatkan partisipasi dalam
Dorong orang terdekat untuk perawatan dan memperbaiki asupan
membawa makanan dari rumah,
jika tepat  Posisi duduk membantu mencegah
 Dorong klien untuk duduk tegak aspirasi dan membantu pencernaan
saat makan dan mengunjungi makanan secara tepat. Sosialisasi
orang lain meningkatkan relaksasi dan dapat
meningkatkan asupan
 Mulut dan palatum yang bersih
meningkatkan rasa dan membantu
 Lakukan hygiene oral sebelum meningkatkan nafsu makan yang baik
makan
 Berguna dalam menetapkan kebutuhan
nutrisi individu berdasarkan pada berat
Kolaborasi badan
 Rujuk ke ahli gizi atau tim  Kalori diperkirakan 25 kkal/kg/hari,
dukungan nutrisi protein hingga 2g/kg/hari, dan vitamin
diperlukan untuk memenuhi
 Berikan diet tinggi kalori dan peningkatan kebutuhan metabolic,
protein dengan unsur kelumit dan mempertahankan berat badan

9
suplemen vitamin  Nutrisi parenteral total (total parenteral
nutrition, TPN) mempertahankan asupan
nutrisi dan memenuhi kebutuhan
metabolic ketika terjadi komplikasi berat
 Berikan larutan nutrisi parenteral atau cedera esofagus atau lambung
yang mengandung vitamin dan menetap yang tidak memungkinkan
mineral, sesuai indikasi pemberian makan enternal. (rujuk ke
rencana keperawatan: dukungan nutrisi
total: pemberian makan
parenteral/enternal)

10
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perawatan paliatif care sangat penting kaitannya dengan gagal jantung kronik
stadium akhir, dikarenakan perawatan paliatif adalah system perawatan terpadu yang
bertujuan meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan
lain, memberikan dukungan spiritual dan dukungan terhadap keluarga yang
kehilanga/berduka (WHO, 2005).
Penyakit ginjal kronis diklasifikasikan berdasarkan fungsi ginjal mengacu dengan
laju filtrasi ginjal yaitu mulai dari Stage 1 sampai stage 5 yang di sebabkan oleh Infeksi
saluran kemih (pielonefritis kronis), Penyakit peradangan (glomerulonephritis), Penyakit
vaskuler hipertensi (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis), Gangguan jaringan
penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sclerosis sitemik), Penyakit kongenital dan
herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal) dan Penyakit metabolic (DM,
gout, hiperparatiroidisme).

B. SARAN
Saran yang diharapkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan
agar dapat mengerti,memahami dan dapat menjelaskan tentang penyakit gagal ginjal
kronik yang pada akhirnya mampu melakukan segala bentuk pencegahan demi menekan
angka insidensi penyakit gagal ginjal kronik dalam keperawatan palliative care. Selain
itu, mahasiswa juga diharapkan lebih banyak menggali kembali informasi tentang hal
yang terkait dengan itu untuk mengetahui dan memperoleh informasi yang lebih dalam
lagi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Doenges Marilynn E, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Murr. 2018. Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman Asuhan Klien Anak-Dewasa. Terjemahan oleh Wuri Praptiani,
Nike Budhi Subekti. Jakarta : EGC

12

Anda mungkin juga menyukai