Anda di halaman 1dari 9

PERBANDINGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM

KH. AHMAD DAHLAN DENGAN IMAM AL-GHAZALI

Makalah ini Disusun untuk Melengkapi Sebagian Tugas


Mata Kuliah Perbandingan Pendidikan

Dosen pengampu: Dr. Istiningsih

Makalah

Disusun oleh:
Nama : Samingan
NIM : 07410331

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2010

Dokumen Pribadi; Kumpulan Makalah Semester VI| 2010 Page 0


PENDAHULUAN

Membandingkan pendidikan bukan berarti ingin membandingkan untuk


mencari-cari kelemahannya, akan tetapi terdapat makna yang sangat positif yang
dapat diambilnya yaitu lebih pada sebagai upaya perbaikan terhadap model
pendidikan yang sudah ada. Makna positif ini dapat diambil apabila perbandingan
dalam pendidikan dilakukan secara kontruktif.
Perbandingan pendidikan sebagai upaya perbaikan pendidikan yang ada
kiranya diperlukan untuk menemukan pendidikan yang ideal, sesuai dengan
perkembangan zaman, ketika melihat sejarah pendidikan diharapkan dapat
menemukan rekontruksi sejarah sehingga dapat diterapkan pada pendidikan saat
ini.

Dokumen Pribadi; Kumpulan Makalah Semester VI| 2010 Page 1


PERBANDINGAN PENDIDIKAN ISLAM
ANTARA KH. AHMAD DAHLAN DAN IMAM AL-GHAZALI

A. Pemikiran Ahmad Dahlan dalam pendidikan.


Ahmad dahlan mempuyai pandangan mengenai pentingnya pembentukan
kepribadian dalam pendidikan hal ini sama dengan pemikiran Ahmad Khan
(tokoh pembaru Islam India). Ahmad Dahlan berpendapat bahwa tak seorangpun
dapat mencapai kebesaran di dunia maupun di akhirat kecuali mereka yang
mempuyai kepribadian yang baik1.
Selain berpendapat seperti diatas Ahmad Dahlan juga berpandangan
bahwa pendidikan harus membekali siswa sehingga mampu mencapai kemajuan
materiil. Pendidikan diarahkan untuk mampu menjawab tuntutan masyarakat
karena pada saat itu masyarakat indonesia mengalami ketertinggalan ekonomi
karena umat Islam sangat tertinggal sehinnga tidak mampu memiliki akses ke
sektor pemerintahan karena mereka berada dibawah kolonialisme belanda.
Ahamad Dahlan mengutip firman Allah SWT dalam surat al-Rad yang
artinya Sesungguhnya Tuhan tidak akan merubah nsib suatu kaum, sehingga
mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka. Berdasarkan idenya mengtip
firman Allah diatas Ahmad Dahlan menggunakan model pendekatan Self
Corrective terhadap umat Islam. Pada masa ini Masyarakat Islam menitik
beratkan pada aspek spiritualitas, sehingga masyarakat Islam mengalami
kemunduran dalam bidang pengetahuan. Dengan fakta yang ada kemudian Ahmad
Dahlan terobsesi dengan sistem pendidikan barat seperti yang terdapat dalam
sekolah-sekolah misionaris maupun sekolah pemerintah pada waktu itu.
Sebagai langkah awal mewujudkan visi dan misi yang telah terbangun
dalam tujuan pendidikan Islam dilaksanakan melalui organisasi muhammadiyah
yang didirikannya. Salah satu program unggulan dari muhammadiyah yaitu
program terhadap pendidikan, sekolah yang berlandaskanmuhammadiyah itu
sendiri telah terbangun setahun sebelum organisasi muhammadiyah ebagai sebuah
organisasi. Pada tahun 1911 ahmad dahlan mendirikan sekolah model madrasah

1
Abuddin Nata. Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam di Indonesia. hal.17.

Dokumen Pribadi; Kumpulan Makalah Semester VI| 2010 Page 2


yang bertempat dirumahnya sebagai penampung masyarakat muslim yang ingin
belajar agama dan pelajaran umum, pelajaran agama diberikan olehnya sendiri
sedangkan untuk pelajaran umunya diberikan oleh salah seorang anggota budi
utomo.
Namun pada awalnya masyaralkat kurang begitu merespon apa yang
telah diusahakan oleh Ahmad Dahlan tentang pemberian pelajaran umum di
madrasahnya, hal ini terbukti dengan adanya 9 murid saja pada tahun pertama, hal
ini sangat tidak sebanding dengan dengan jumlah masyarakat yang ada, ini dapat
juga dijadikan parameter berapa kurang perhatiannya umat Islam pada ilmu-ilmu
umum. Usaha lain yang dilakuakan oleh Ahmad Dahlan agar masyarakat tertarik
ia mendatangi rumah-rumah guna membujuk anak-anak agar mau sekolah serta
meminta bantuan keuangan pada anggota-anggota budi utomo. Usaha ini tidaklah
sia-sia hal ini terbukti dengan bertambahnya 20 murid selama 6 bulan terakhir.
Pada tahun 1 Desember 1911 sekolah yang didirikan Aahmad Dahlan
pertama kali diberi nama dengan Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah yang
merupakan sekolah dasar pertama yang memberikan pendidikan Agama dan ilmu
pengetahuan umum. Organisasi muhammadiyah sendiri berdiri pada tanggal 18
November 1912 atau 8 dzulhijjah 1330 H, pendirian secara resmi organisasi
muhammadiyah mempercepat pertumbuhan sekolah-sekolah madrasah di
Yogyakarta, yaitu dengan membangun sekolah di karang kajen 1913,
lempuyangan 1915 dan pasar gede 1916, dan pada tahun 1920 madrasah
Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah dipindah ke suronatan karena ketidak cukupan
gedung untuk menampung para muridnya dan kemudian berganti nama menjadi
pawiyatan muhammadiyah.
Perkembangan sekolah muhammadiyah menjadi “Booming” stelah tahun
1921yaitu seiring dengan dikeluarkannya peraturan pemerintah yang
memperbolehkan pendirian cabang muhammadiyah di luar Yogyakarta2. Sebagai
respon dari diberlakukannya peraturan pemerintah organisasi muhammadiyah
melakukan restrukturisasi, dimana sekolah-sekolah sebelumnya ditangani
langsung oleh Ahmad dahlan kemudian ditangani oleh bagian sekolah. Sebagai

2
Ibid. Hal. 105.

Dokumen Pribadi; Kumpulan Makalah Semester VI| 2010 Page 3


dampak positifnya yaitu dibangun sekolah-sekolah barun dan pada tahun 1922
muhammadiyah membangun HIS Met De Quran yang tingkatannya setara dengan
HIS pemerintah, tetapi mempelajari bidang agama juga.
Setelah tahun 1920 sekolah muhammadiyah didirikan di beberapa daerah
dan provinsi, pada tahun 1923 organisasi muhammadiyah memiliki 14 cabang
yang terdapat di lima provinsi yaitu yogyakarta, jawa timur, jawa tengah, jawa
barat dan jakarata, ketika Ahmad Dahlan wafat pada tahun 1923 murid-murid
Muhammadiyah meningkat menjadi 1084 dan jumlah guru yang sudah mencapai
48 orang.

B. Pemikiran Al-Ghazali dalam Pendidikan


Al-Ghazali dikenal di dunia barat dengan sebutan “Algazel” merupakan
salah seorang pemikir islam, Keistimewaan yang jarang ialah pengangkatannya
sebagai Rektor Universitas Bhagdad Nizmailah sebuah perguruan tinggi ternama
waktu itu, wak itu umurnya 34 tahun3.
Al-Ghazali mempunyai karya yang terpenting ialah ihya ulumuddin. Para
fuqoha menilai buku ini hampir mendekati kedudukan al-quran, jika semua kitab
tentang islam dimusnahkan sehingga yang tertinggal hanya ihya’, maka manusia
mendapatkan ganti dari semua kitab yang hilang4. Adapun pandangan AlGhazali
terhadap pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Pendidikan
Studi terhadap pemikiran Al-Ghazali dapat disimpulkan bahwa tujuan
pendidikan menurut al-Ghazali yaitu bahwa tujuan akhir yang ingin dicapai
melalui bidang pendidikan adalah tercapainya kesempurnaan insani yan bermuara
pada kebahagiaan dunia dan akhirat. Selain memerhatikan akhirat Al-Ghazali juga
memberikan ruang dalam sistem pendidikannya bagi perkembangan duniawi,
akan tetapi pemberian ruang pada masalah duniawi hanya semata-mata untuk
mencapai kesempurnaan kebahagiaan di akhirat sebagai kehidupan yang kekal.

3
Jamil Ahmad. Seratus Muslim Terkemuka. hal. 97.
4
Husayn Ahmad Amin. Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam. hal. 178-179.

Dokumen Pribadi; Kumpulan Makalah Semester VI| 2010 Page 4


2. Kurikulum
Pandangan Al-ghazali mengenai kurikulum terkait erat kaitannya dengan
konsepnya mengenai ilmu pengetahuan. Dalam pandangannya ilmu pengetahuan
terbagi atas tiga bagian yaitu satu, ilmu yang terkutuk baik sedikit maupun banyak
seperti ilu santet, ilmu sihir, ilmu guna-guna. Sementara Al-ghazali membagi dua
ilmu yang tidak tercela yaitu ilmu nujun yang berdasarkan atas perhitungan, dan
ilmu nujum yang berdasarkan atas istidlali (semacam Astrologi). Filsafat menurut
al-ghazali juga masih dalam ilmu diatas karena menurutnya pada tabiatnya setiap
orang tidak dapat mempelajari ilmu tersebut dengan baik.
Kedua, yaitu ilmu yang terpuji baik sedikit maupun banyak, yaitu yang
erat kaitannya dengan peribadatan, didalamnya terdapat ilmu tentang kebersihan
diri dari cacat dan dosa serta ilmu yang menjadi bekal bagi seseorang untuk
mengetahui yang baik. Dalam model kedua ini Al-Ghazali membaginya kedalam
dua bagian pertama wajib ain dan wajib kifayah. Ilmu-ilmu yang termasuk
kedalam wajib aini adalah ilmu agama dengan segala jenisnya, seperti kitab Allah,
ibadah yang pokok dengan mengetahui ilmu yang wajib ini maka ia akan
mengetahui kapan waktu wajibnya. Sedangkan yang tergolongdalam ilmu wajib
kifayah yaitu ilmu kedokteran yang menyangkut keselamatan tubuh, atau ilmu
hitung yang diperlukan dalam hubungan muamalah.
Ketiga, ilmu-ilmu yag terpuji dalam kadar-kadar tertentu atau sidikit, dan
tercela bila didalami secara mendalam akan mendatangkan keraguan dalam
keyakinan. Dengan melihat macam-macam ilmu dalam pengelompokan al-
Ghazali mementingkan berbagai macam pengajaranyang seharusnya diajarkan
dalam kurikulum yang didasarkan atas dua kecenderungan pertama
kecenderungan agama dan tasawuf, kecenderungan ini dijadikan sebagi alat oleh
al-Ghazali untuk mensucikan diri. Kedua, kecenderungan pragmatis.
Kecenderungan ini nampak dalam tulisannya al-ghazali beberapa kali mengulangi
penilaiannya terhadap ilmu berdasarkan manfaatnya bagi manusia.
3. Metode Pengajaran
Perhatian Al-Ghazali dalam bidang metode lebih ditunjukan pada metode
khusus bagi anak. Ia telah mencontohkan sebuah metode keteladanan bagi mental

Dokumen Pribadi; Kumpulan Makalah Semester VI| 2010 Page 5


anak-anak, pembinaan budi pekerti dan penanaman sifat-sifat pokok pada anak.
Perhatian Al-Ghazali akan pendidikan Agama dan moral ini sejalan dengan
pendidikan secara umum yaitu prinsip-prinsip yang berkaitan secara khusus
dengan sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya.
Menurut al-Ghazali, pentingnya keteladanan utama dari seorang guru
juga dikaitkan dengan pandangannya terhadap pekerjaan mengajar. Dalam
pandangannya mengajar merupakan pekerjaan yang paling mulia sebagai tugas
yang paling agung.

Dokumen Pribadi; Kumpulan Makalah Semester VI| 2010 Page 6


KESIMPULAN
Perbandingan pendidikan antara pendidikan Islam antara tokoh K.H.
Ahmad Dahlan dan imam Al-Ghazali tentunya ada kesamaan dalam pencapaian
tujuan pendidikan secara umum yaitu sebagai upaya memanusiakan manusia
menjadikan manusia sebagai insan kamil yang taat beribadah kepada tuhan.
Namun tentunya antara ada beberapa perbedaan yang sangat mendasar
diantaranya yaitu tujuan secara khusus antara kedua tokoh yaitu antara Ahmad
Dahlan dan Al-ghazali saling bertentangan.
Ahmad Dahlan menginginkan masyarakat yang berpengetahuan sehingga
mampu mengatasi permasalahan kehidupan seperti mengejar ketertinggalan
ekonomi karena setting masyarakat dan tuntutan zaman saling berpengaruh
terhadap tujuan khusus. Sementara Al-Ghazali lebih beroerientasi pada ahlak
tasawuf, karena dengan tasawuf Al-ghazali mampu mendapat ketenangan jiwa
yang sejati. Pembentukan ahlak sejak kecil sebagai sesuatu yang penting karena
akan tertanam dalam jiwa.
Terkait dengan materi yang ada dalam muatan kurikulum Ahmad Dahlan
menerapkan pendidikan yang berorientasi pada ilmu agama dan ilmu pengetahuan
umum sebagai suatu kebutuhan yang harus terpenuhi karena adanya tuntutan
secara pragmatis. Sedangkan Al-Ghazali lebih mengelompokan ilmu dalam tiga
macam yaitu ilmu yang terkutuk, ilmu yang terpuji dalam kadar-kadar tertentu.

Dokumen Pribadi; Kumpulan Makalah Semester VI| 2010 Page 7


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Jamil. Seratus Muslim Terkemuka. Jakarta: Pustaka Firdaus. 1994.


Amin, Husayn Ahmad. Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. 1995.
Nata, Abuddin. Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta:
Rajawali Pers. 2005.

Dokumen Pribadi; Kumpulan Makalah Semester VI| 2010 Page 8

Anda mungkin juga menyukai