Anda di halaman 1dari 3

MEKANISME SUPERFETASI

Superfetasi adalah fertilisasi dan implantasi dari ovum


kedua beberapa waktu setelah mulainya kehamilan, yang
menghasilkan dua fetus pada gestasi yang berbeda. Kejadian ini
sangat jarang dan hanya beberapa manusia yang telah dilaporkan
mengalami demikian. Beberapa teori telah dilakukan untuk
melihat kemungkinan mekanisme oleh terjadinya superfetasi. Hal
ini termasuk ovulasi yang terjadi pada waktu yang berbeda dalam
3 bulan pertama gestasi, poliovulasi yang diikuti oleh implantasi
yang tertunda (secara umum terjadi di dunia kedokteran hewan
pada masa hibernasi) salah satu blastosit dan mekanisme
genetik/herediter dimana secara genetik menentukan
abnormalitas kualitatif dan kuantitatif yang mempegaruhi
produksi hCG yang mungkin menstimulasi ovulasi kedua selama
beberapa minggu awal setelah kehamilan (Mcnamara, 2016).

Superfetasi berkaitan dengan fertilisasi dan implantasi


pada konsepsi kedua selama kehamilan. Kasus awal yang diduga
superfetasi dilaporkan dalam konteks perbedaan pertumbuhan.
Bhat et al pada tahun 1989 melaporkan kasus kembar dikorion
diamniotik yang lahir pada usia kehamilan 36 minggu dengan
selisih berat badan lahir dan kemudian kematian bayi kedua.
Kemungkinan fenomena superfetasi masih dipertanyakan.
Ovulasi diperkirakan terjadi pada trimester pertama kehamilan,
upregulasi axis hipotalamik–pituitari-ovarian oleh luteal dan
kemudian plasenta progesterone menekan ovulasi. Progesterone
menginduksi perubahan mukosa servikal yang membatasi
keberhasilan fertilisasi. Adanya kantung gestasi di dalam uterus
dapat membatasi keberhasilan implantasi. Maka dari itu,
superfetasi spontan masih diperdebatkan (Roellig, 2010).
Terdapat tiga alternatif penjelasan untuk menggambarkan kasus superfetasi. Pertama,
komplikasi kehamilan dengan perbedaan pertumbuhan yang mungin meningktakan kejadian
kembar dengan gestasi yang berbeda berakitan dengan insufisiensi plasental, infeksi, anomalitas
kongenital atau twin to twin transfusion syndrome yang tidak umum pada kembar. Kedua, interval
persalinan mungkin berkontribusi pada kemunculan subsequent kembar dengan usia kehamilan
berbeda. Ketiga, pada kasus dimana terdapat misdiagnosis kehamilan tunggal, kehamilan
multijanin pada pemeriksaan pencitraan mungkin berkontribusi untuk superfetasi daripada error
diagnostic sonographic (Mcnamara et al, 2016).

Kejadian ovulasi, konsepsi, dan implantasi embrio pada pasien yangsudah mengalami
kehamilan jarang terjadi pada manusia. Kemungkinan yang dapat menyebabkan superfetasi
diantaranya, ovulasi dan konsepsi terjadi beberapa minggu setelah onset kehamilan, fertilisasi
lebih dari satu oosit yang diikuti oleh hambatan perkembangan salah satu blastosit, yang dalam
dunia kedokteran hewan disebut “blastosit hibernation” (Lantiere, 2010).

Gonadotropin eksogen menginduksi maturasi folikel dan ovulasi meskipun ketika


kehamilan pada rhesus-monkey. Pada manusia, perkembangan foliluer diinduksi oleh clomiphene
citrate dan gonadotropin selama kehamilan. Padaprimata dan manusia, kehamilan menginduksi
hambatan terjadinya ovulasi berdasarkan feedback negative oleh horrmon plasenta di pituitary,
ditunjukkan oleh penurunan respon gonadotropin pada administrasi GnRh. Kejadian superfetasi
menunjukkan bahwa oosit manusia yang mengalami ovulasi selama kehamilan kompeten dan
mendorong terjadinya implantasi embrio (Lantiere, 2010).

Nama : Riza Fitria


NIM : 14711038
DAFTAR PUSTAKA

1. Lantieri, T., et al., 2010. Superfetation after ovulation induction and intrauterine
insemination, performed during an anknown ectopic pregnancy. Elsevier.
2. McNamara, H, C., et al., 2016. A review of the mechanisms and evidence for typical and
atypical twinning. American Journal od Obstetric & Gynecology.
3. Roellig, K., et al., 2010. Superfetation in mammalian pregnancy can be detected and
increase reproductive output per breeding season Nature communication 1:78

Anda mungkin juga menyukai