Khoirotun nisatasni
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Konsep pendapatan yang sebenarnya sulit untuk didefinisikan, disebabkan
konsep tersebut secara umum berhubungan dengan prosedur akuntansi tertentu,
tipe perubahan nilai tertentu dan aturan-aturan yang bersifat anggapan dalam
menentukan kapan pendapatan harus dilaporkan dalam laporan keuangan. Akan
kecederungan bahwa pengertian pendapatan yang dikaitkan dengan masalah
pengukuran dan pengakuan pendapatan. Namun demikian, masalah tersebut harus
dipandang dengan satu pengertian yang luas, dan tidak sekedar dibatasi pada
definisi pendapatan sempit, yang hanya berhubungan dengan pengukuran dan
pengakuan. Dengan demikian pendapatan harus didefinisikan secara terpisah dari
masalah pengukuran dan pengakuan.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
Karakteristik Pendapatan?
Pengertian Pendapatan?
Pendapatan dan Untung (Gains)
Pengukuran Pendapatan?
Pembentukan dan Realisasi Pendapatan?
Pembentukan Pendapatan (Earning Process)?
Realisasi Pendapatan?
Pengakuan Pendapatan?
Kriteria Pengakuan Pendapatan?
Saat Pengakuan Pendapatan?
Pendapatan Menurut IFRS?
A. TUJUAN & MANFAAT PENULISAN
1. Membahas berbagai hal yang berkaitan dengan konsep pendapatan.
2. Memberikan wawasan ilmu untuk mengetahui konsep pendapatan.
BAB II
PEMBAHASAN
KARAKTERISTIK PENDAPATAN
Definisi pendapatan yang selama ini digunakan umumnya berhhubungan
dengan pengukuran dan pengakuan, serta dalam kondisi system pembukaan
berpasangan. Oleh karena itu hal-hal yang berkaitan dengan pendapatan harus
dijelaskan lebih dahulu. Banyak pendekatan yang digunakan dalam menjelaskan
konsep pendapatan. Ada yang memandang dari sisi aliran aktiva, produk
perusahann, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dibahas beberapa
konsep tentang pendapatan.
Pengertian Pendapatan
Pengertian dapat dianggap sebagai produk perusahaan artinya
sesuatu yang dihasilkan oleh potensi jasa(cost) yang dimiliki oleh
perusahaan.Pendapatan dapat diukur dengan jumlah rupiah aktiva baru yang
diterima dari pihak lain. Aktiva baru tersebut merupakan aktiva penukar yang
diterima perusahaan atas barang/jasa yang dihasilkan dan dijual oleh perusahaan
kepada pihak lain.
Menurut Paton dan Littleton (1940), pengertian pendapatan dapat ditinjau
dari aspek fisik dan aspek moneter. Dilihat dari aspek proses penghasilan laba.
Hasil akhir dari aliran fisik tersebut berupa barang/jasa yang dihasilkan dari
proses produksi. Dengan demikian, pendapatan ditimbulkan dan melekat dalam
seluruh aliran kegiatan perusahaan.
Dari aspek moneter, Paton dan Littleton menghubungkan pengertian
pendapatan dengan aliran masuk aktiva yang berasal dari seluruh kegiatan operasi
perusahaan. Jadi atas dasar konsep kesatuan usaha, pendapatan diartikan sebagai
aliran masuk aktiva ke dalam perusahaanaa. Atas dasar pendekatan ini konsep
pendapatan, seperti yang diungkapkan Belkaoi (1993) dapat diskemakan sebagai
berikut:
Konsep
Aliran Masuk (inflow) Aliran masuk aktiva
Kenaikan aktiva
Pendapatan
Pendekatan Aktiva-Hutang
Sementara menurut Kam (1990) ada beberapa factor yang dapat membentuk
pendapatan. Faktor tersebut didasarkan pada dua aliran yang berhubungan dengan
kegiatan utama perusahaan. Aliran tersebut adalah fisik dan moneter.
Menurut APB pendapatan hanya mencakup hasil dari semua kegiatan yang
menghasilkan lapa (profit-direted activities). Semua kegiatan perusahaan, kecuali
kegiatan transfer antar perusahaan dan pemilik merupakan kegiatan yang
menghasilkan pendapatan.
Menurut FASB (1980)dalam SFAC No. 6, mendifinisikan pendapatan sebagai
berikut:
Pendapatan adalah aliran masuk ayatau kenaikan aktiva suatu entitas atau
penurunan hutang (atau kombinasi keduanya) dari penyerahan atau produksi
barang, penerahan jasa, atau kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama yang
berlagsung tersu menerus dari entitas tersebut. (paragap 78).
PENGUKURAN PENDAPATAN
Pendapatandiukur dalamsatuan nikaitukar produk/jasadalamsuatu transaksiyang
bebas(arm’s lenght transaction).Nilaitukar tersebut menunjukkanekivalen kas
atau nilai diskonto tunai dariuang yangditerima dari transaksi penjualan.
IAI juga menganut prinsip yang sama yaitu mengukur pendapatan berdasarkan
nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima.Nilai wajar adalah
suatu jumlah dimana suatu aktiva mungkin ditukaratau suatu hutang
diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan
transaksi wajar (arm’s length transaction).
Dalam beberapa hal, nilai tersebut mungkin ekivalen dengan harga yang
disepakati dari transaksi dengan pembeli. Namun demikian, cadangan tertentu
harus dibentuk sampai kas benar-benar diterima. Misalkan, penjualan kas
sebenar Rp. 100.000, akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 100.000.
Akan tetapi, untuk penjualan yang pembayarannya dilakukan pada periode
berikutnya mungkin akan menghasilkan pendapatan yang kurang dari Rp.
100.000. Hal ini dapat terjadi karena kemungkinan adanya potongan yang
diberikan atas penjualan tersebut.
Apabila periode pengumpulan kas relatif pendek, maka potongan tersebut dapat
dihiraukan. Ada tiga alasan yang mendukung perlakuan ini, yaitu (Kam,
1990):
Pada tingkat potongan yang rendah, jumlah yang relatif kecil tidak akan
mempengaruhi pengukuran pendapatan. Contohnya penjualan secara kredit,
dengan potongan 10% dan akan dibayar dalam 60 hari,akan menghasilkan
potongan kurang dari 2% dari total pendapatan (2/12 x 10%).
Karena potongan dapat diklarifikasian sebagai dari bagian dari total
pendapatan, pengaruh utamanya ada pada masalah pengakuan potongan harus
segera dicatat setelah pendapatan diakui. Akan tetapi apabila jumlah potongan
tidak materil, maka pengaruhnya terhadap laba periode juga tidak begitu besar.
Penggolangan pendapatan yang timbul dan penjualan yang disertai
potongan,dapat diakui sebagai rugi dan akan mengurangi pendapatan.
Kriteria pengukuran pendapatan diatas menunjukkan bahwa nilaiuang
sekarang atau setara kas akhirnya akan diterima sebagai hasil dari proses produksi
dan transaksi penjualan.Yang menjadi masalah adalah rupiah yang mana yang
akan diakui sebagai pendapatan?
Secara umum jumlah rupiah neto adalah dasar yang paling tepat
dibandingkan jumlah kotor. Oleh karena potongan tunai menjadi sarana dalam
penentuan harga jual, maka jumlah rupiah penjualan yang efektif adalah jumlah
rupiah neto. Jumlah rupiah tersebut menunjukkan harga pasar yang sebenarnya
dari barang dan jasa. Jumlah tersebut juga menunjukkan jumlah yang diharapkan
dibayar oleh pembeli. Dengan demikian jelas bahwa semua potongan penjualan,
retur penjualan dan pengurangan harga jual lainnya diperlukan sebagai pengurang
pendapatan (rekening penilaian), bukan sebagai komponen biaya.
4. PENGAKUAN PENDAPATAN
Konsep pembentukan dan realisasi pndapatan yang memiliki pengakuannya.
Sedangkan pengakuan pendapatan merupakan penentuan yang sangat kritis dan
kesalahan dalam penentuan pendapatan itu sesuatu yang sangat berpengaruh
dalam kewajaran kebenaran laba periodik.
Pada umumnya, akuntan dalam menggunakan konsep realisasi untuk
menentukan “peristiwa kritis” (critical event) yang akan dijadikan dasar dalam
penentuan waktu dan pengakuuan pendapatan. Peristiwa kritis yang dipilih,
menunjukan kapan perubahan tertentu dalam aktiva dan hutang dapat
diperhitungkan secara tepat sehingga dapat diakui adanya pendapatan.
A. Kriteria Pengakuan Pendapatan
Ada dua kriteria yang dapat dijadikan dasar untuk mengakui pendapatan.
Menurut FASB (1980) dalam SFAC No.5, kriteria sebagai berikut:
1. Telah teralisasi (realized), yaitu bila telah terjadi transaksi pertukaran antara
barang yang dihasilkan perusahaan dengan kas atau klaim untuk menerima kas.
Atau, ada kepastian akan segera teralisasi (realizable), dimana barang hasil
pertukaran dapat segera diubah (dikonversi),menjadi kas atau klaim untuk
menerima kas. Syarat barang yang mudah dikonversi adalah:
Memiliki harga perunit yang pasti dan barang tersebut tidak terpengaruh oleh
perubahan bentuk dan ukuran barang . Misalnya logam mulia.
Muah dijual tanpa memerlukan biaya yang besar.
2. Pendapatan telah terbentuk (earned), yaitu bila kegiatan menghasilkan barang
dan jasa telah berjalan dan secara substansial telah selesai.
Kriteria pengakuan pendapatan yang lebih bersifat teknis dikemukakan oleh
Kam (1990). Adan tiga kriteria untuk mengukur pendapatan yaitu: keterukuran
nila aktiva, terjadinya transaksi, dan proses pembentukan pendapatan secara
substansial telah selesai.
1. Keterukuran Nilai Aktiva
Apabila tidak ada aliran masuk aktiva yang dapat ditentukan secara objektif
kedalamperusahaan, secara otomatis tidak ada pendapatan yang diakui. Masalah
yang timbul adalah apakah aktiva penukar yang diterima harus likuid? Apabila
aktiva penukar yamg diterima adalah aktiva tetap apakah aktiva penukar tersebut
dapat dijadikan dasar untuk mengaku pendapatan?
Pandangan yang selama ini didominasi pengakuan pendapatan adalah bahwa
aktiva yang diterima harus aktiva likuid (kasatau piutang).
Menurut laporan komite AAA (1974),alasan bagi FASB untuk menggunakan
konsep realisasi sebelum mengaku pendapatan adalah untuk mencegah
menajemen mengurangi modal kerja perusahaan dalam kaitannya dengan
pembayaran diividen. Deviden harus dibayar dengan aktiva likuid. Provisi legal
bahwa deviden merupakan distribusi keluar atas laba perusahaan. Laba
perusahaan sering diistilahkan sebagai deviden. Dengana adanya pandangan
tersebut, kelihantannya aktiva penukar haruslah likuid, agar dapat segera diiakui.
Apabila dilihat dari kriteriia yang diajukanFASB, sebenarnya aktiva penukar
tidak harus likuid. Realisasi dianggap sudah terjadi apabila aktiva penukar dapat
segera dikonversi menjadi kas atau setaranya (tidak harus kas dan piutang).
Diterimanya aktiva penukar baik likuid maupun tidak sebagai kriteria pengakuan
pendapatan masih tergantung pada kondisi yang mendasari pertukaran tersebut.
Apabila tujuan perusahaan adalah benar-benar menjul barang dan jasa, maka
pendapatan dapat diakui. Harga pasar yang diterima harus memenuhi kriteria
untuk mudah dikonversi dan jenisnya berbeda dengan jasa barang yang dijual.
Dilain pihak, apabila tujuan perusahaan dalam pertukaran tersebut adalah
untuk memperoleh barang/jasa dengan alasan untuk digunakan dalam kegiatan
perusahaan, maka pendapatan tidak dapat diakui.
Cara lain untuk mencerminkan keterukuran nilai aktiva adalah adanya
kepastian pengumpulan kas. Masalah pengumpulan kas berkaitan erat dengan
pertimbangan (jugement) yang umumnya didasarkan pada pengalaman
perusahaan sebelumnya. Makin lama periode pengumpulan,makin besar tingkat
ketidakpastian pengumpulan kas. Dengan demikian kas tidak dapat segera diakui.
Ketidakpastian btersebut umumnya terjadi karena belumberpindahnya hak
atas barang sampai dilunasinya pembayaran.Artinya, masih terdapat kemungkinan
pembatalan transaksi penjualan yang tekah dilakukan. Cara tersebut umumnya
ditemui dalam penjualan angsuran.
2. Terjadinya Transaksi
Pendapatan dapat diakui apabila terjadi pertukaran antara barang yang
dihasilkan perusahaan dengan aktiva baru yang diterima perusahaan.
Keterlambatan pihak luar dalam transaksi yang wajar (arm’s length transaction)
menunjukan adanya bukti objektif naiknya nilai perusahaan. Trransaksi
pertukaran merupakan dasar yang dapat dipertanggungjawabkan dalam
memntukan waktu pengukuran pendapatan dan jumlah pendapatan yang harus
dicacat.
3. Proses Pembentukana Pendapatan Telah Selesai
Untuk memperoleh pendapatan, peusahaan harus melakukan kegiatan
memproduksi/pengadaan barang dan jasa. Barang dan jasa merupakan sumber
utama pendapatan perusahaan. Pendapatan dapat dikatakan terbentuk apabila
kegiatan menghasilkan pendapatan telah berjalan dan secara substansial telah
selesai. Kegiatan produksi, penjualan dan pengumpulan kas. Setiap kali cost
dikeluarkan pada tahap-tahap tersebut, berarti sejumlah pendapatan telah
terbentuk.
Sebelum terjadi penjualan sebenarnya pendapatan dianggao sudah
terbentuk bersamaan dengan jalannya proses produksi. Pengujian terhadap
anggapan tersebut memang tidak dapat dilakukan dengan layak dan objektif.
Namun, karena tujauan pendapatan adalah untuk menghasilkan
pendapatan,dan pendapatan sudah dapat dikatakan terbentuk. Contoh
sederhana adalah kass kontrak konstruksi jangka panjang.Meskipun proyek
yang dikerjakan bekum sekesai, tetapi karena pada setiap tahap yang
dilakukan telah terjadi cost,maka secara substansial dapat dikatakan
pendapatan terbentuk.
IAI dalam PSAK No. 23 menentukan kriteria pengakuan pendapatan yang
lebih bersifat teknis. Pendapatan diakui apabila besar kemungkinan manfaat
ekonomi masa depan akan mengalir ke perusahaan dan manfaaat tersebut
dapat diukur dengan anda. Leboh lanjut, untuk memberikan pedoman praktis
dalam penerapan kriteria tersebut. IAI menjelaskan kondisi yang harus
dipenuhi untuk mengakui pendapatan.
PSAK No. 23 menyebutkan bahwa pendapatan dari penjualan barang
harus diakui apabila seluruh kondisi ini dipenuhi:
1. Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah
memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pemebeli.Umumnya
pemindahan resiko dan manfaat kepemilikan terjadi persamaan dengan
waktu pemindahan hak milik atau pemindahan penguasaan menehan
resikokepemilikan, trasaksi tersebut buakan merupakan transaksi
penjualan sehingga pendapatan tidak dapat diakui. Perusahaan dapat
menahan resiko kepemilikan dengan berbagai cara, antara lain:
Bila oerusahaan menahan kewajiban sehubungan dengan
pelaksanaan suatu hal yang tidak memuaskan yang tidak dijamin
sebagai mana lazimnya.
Bial penenrimaan pendapatan dari suatu penjualan tertentu
tergantung pada pendapatan pembeli yang bersumber dari
penjualan barang yang bersangkutan.
Bila pengiriman barang tergantung pada instalansinya, dan instalasi
tersebut merupakan bagian signifikan dari kontrak yang belum
diselesaikan oleh perusaaan.
Bila pembeli berhak untuk membatalkan pembelian berdasarkan
alasan yang ditentukan dalam kontrak dan perusahaan tidak dapat
memastikan apakah akan terjadi retur (paragrap 15)
Apabila peeusahaan hanya menahan resiko tidak signifikan atas
kepemilikan, transaksi tersebut adalah suatu penjualan dan diakui
sebagai pendapatan.
2. Perusahaan tidaklagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas
barang yang dijual.
3. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal
4. Besar kemungkinanmanfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi
akan mengalir kepada perusahaan tersebut
5. Biaya yang terjadi akan terjadi sehubunagan dengan transaksi penjualan
dapat diukur dengan andal.
PSAK No. 23 juga menyebutkan bahwa, pendapatan dari penjualan jasa
dapat diakui apabila:
1. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
2. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi
tersebut akan diperoleh perusahaan
3. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat
diukur dengan andal
4. Biaya yang terajadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk
menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.