Anda di halaman 1dari 148

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM

MEMBENTUK KEPRIBADIAN SANTRI PUTRA DI PONDOK


PESANTREN DARUSSALAM ADIKARSO KEBUMEN
TAHUN 2020

SKRIPSI

Oleh
TEGUH KUSPRIANTO
16115807

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi


Syarat-Syarat guna Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan
Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah

INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA


(IAINU) KEBUMEN
2020

i
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM
MEMBENTUK KEPRIBADIAN SANTRI PUTRA DI PONDOK
PESANTREN DARUSSALAM ADIKARSO KEBUMEN
TAHUN 2020

SKRIPSI

Oleh
TEGUH KUSPRIANTO
16115807

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi


Syarat-Syarat guna Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan
Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah

INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA


(IAINU) KEBUMEN
2020

ii
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Teguh Kusprianto
NIM : 16115807
Judul Skripsi : IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK
DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN SANTRI PUTRA DI
PONDOK PESANTREN DARUSSALAM ADIKARSO
KEBUMEN TAHUN 2020

Dengan ini saya menyatakan bahwa naskah Skripsi ini adalah


benar-benar hasil penlitian/pengkajian mendalam terhadap suatu pokok
masalah yang dilakukan secara mandiri di bawah bimbingan Dosen
Pembimbing dan berdasarkan Metodologi Karya Ilmiah yang berlaku di
IAINU Kebumen. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar
Pustaka.
Jika dalam perjalanan waktu terbukti Skripsi karya saya tidak
sesuai dengan pernyataan ini, saya bersedia menanggung segala resiko,
termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang saya sandang.

Kebumen, 25 Juli 2020

Teguh Kusprianto
SKRIPSI NIM. 16115807

iii
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM
MEMBENTUK KEPRIBADIAN SANTRI PUTRA DI PONDOK
PESANTREN DARUSSALAM ADIKARSO KEBUMEN
TAHUN 2020
Oleh
TEGUH KUSPRIANTO
16115807

Telah Dimunaqosahkan di Depan Sidang Penguji


Pada Tanggal 15 Agustus 2020
dan Telah Dinyatakan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Strata 1 Pendidikan
Pada Tanggal ………………..
Pembimbing 1, Pembimbing II,

Drs. H. Hartono, M.Pd. Jamin, S.H.I, M.H


NIDN. 2112105501 NIDN. 2127078501
Penguji I, Penguji II,

Beny Kurniawan, M.Pd.I. Imam Subarkah, M.Pd.


NIDN. 2123027201 NIDN. 2129078202
Pimpinan Sidang,
Ketua, Sekretaris,

Dr. H. Imam Satibi, M.Pd.I. Dr. Eliyanto, M.Pd.


NIDN. 2123027101 NIDN. 2108058801
Mengesahkan,

Beny Kurniawan, M.Pd.I


NIDN. 2123027201

MOTTO

iv
‫إنما بعثت التمم مكارم االخالق‬
“Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan

akhlak.” (H.R. Al-Bayhaqi dalam al-Sunan al-Kubra (no. 20782), Imam Bukhari

dalam Al- Adaab al Mufraad hal. 42)

PERSEMBAHAN

Assalamu’alaikum wa rrohmatullohi wa barrokatuh.

v
Allhamduliillah, segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Alloh Swt.

Tuhan seluruh alam atas terselesaikannya skripsi ini sebagai tugas akhir untuk meraih

gelar Sarjana. Sholawat serta salam senantiasa saya sanjungkan kepada baginda Nabi

Muhammad Saw. yang telah menghantarkan kita semua dari zaman jahiliyah ke

zaman yang penuh keberkahan.

Dengan terselesaikannya skripsi ini, saya mengucapkan banyak terima kasih

kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan berupa materi, motivasi

ataupun pemikiran-pemikiran yang menjadikan lancarnya penulisan karya tulis ini.

Kemudian setelah skripsi ini selesai, saya mempersembahkanya untuk:

1. Kedua orangtua saya, ibu Kumaidah dan bapak Satimin Ahmad Widayat yang

selalu mencurahkan kasih sayangnya tiada hentinya dan selalu mendukung

apapun yang ingin saya lakukan.

2. Segenap kerabat dekat keluarga mbah Sanjenawi dan segenap keluarga bapak

Fauzin Nur Ahmad.

3. Guru-guru saya, Abah Andri Rifai Ibnu Gambang, S.H., Muhammad

Nu’man Naim, S.E., Iwan, Indra Sakti dan segenap jamaahnya.

4. Guru-guru saya di PP. Al-Istiqomah Tanjungsari, Petanahan, Mbah K.H.

Amien Rosyid, BA., K.H. Ali Mu’in Amnur, Lc, M.Pd., dan segenap ustadz-

ustadz yang telah memberikan ilmunya kepada saya.

5. Segenap keluarga besar IAINU Kebumen.

6. Segenap Keluarga besar Pondok Pesantren Darussalam Adikarso, Kebumen.

vi
ABSTRAK

vii
Teguh Kusprianto. 16115807. Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam
Membentuk Kepribadian Santri Putra di Pondok Pesantren Darussalam Adikarso
Kebumen Tahun 2020.
Tujuan penelitian adalah (1) untuk mengetahui implementasi nilai-nilai
pendidikan akhlak dalam membentuk kepribadian santri putra di Pondok Pesantren
Darussalam Adikarso Kebumen; (2) untuk mengetahui kepribadian santri putra di
Pondok Pesantren Darussalam Adikarso Kebumen.
Penelitian ini berupa penelitian lapangan (field research). Santri yang diteliti
adalah santri putra pondok pesantren. Darussalam Adikarso, Kebumen. Metode yang
digunakan adalah metode kualitatif. Pengumpulan data menggunakan tiga teknik
yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Kredibilitas data diuji menggunakan
peningkatan ketekunan dan triangulasi. Analisis data menggunakan analisis
kualitatif. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) implementasi
nilai-nilai pendidikan akhlak dalam membentuk kepribadian santri putra di pondok
pesantren Darussalam, Adikarso dilaksanakan pada kegiatan-kegiatan pendidikan
akhlak yang didalamnya mengandung nilai-nilai. Nilai-nilai tersebut ditanamkan
dengan metode keteladanan, pengajaran, pembiasaan dan riyadhoh. (2) Kepribadian
santri putra telah memiliki kesalehan individual dan kesalehan sosial yang baik.
Santri juga telah memiliki sifat jujur, dapat dipercaya, adil, suka menolong dan
istiqomah walaupun belum cukup kuat tertanam dalam diri santri.

Kata Kunci : Nilai-Nilai, Pendidikan Akhlak, Kepribadian Santri.

ABSTRACT

viii
Teguh Kusprianto. 16115807. Implementation of moral education values in shaping
the personality of male santri in Darussalam Adikarso Kebumen islamic boarding
school in 2020.
The purpose of this study are: firstly, to know the implementation of the
values of moral education in shaping the personality of male santri in Darussalam
Adikarso Kebumen boarding school; scondly, to know the personality of the male
santri in Darussalam Adikarso Kebumen islamic boarding school in 2020.
This research is a field research. The Santri studied were the male santri of
the Darussalam Adikarso Kebumen islamic boarding school. The research method
used is a qualitatif method. Data collection uses three techniques, namely interviews,
observation and documentation. Data credibility was tested using increased
persintence and triamgulation. Data analysis uses qualitative analysis. Data analysis
techniques using data reduction, data presentation and drawing conclusions.

Based on the results of the study it can be concluded that: (1) the
implementation of moral education values in shaping the personality of male santri in
Darussalam Adikarso Islamic boarding school is carried out on moral education
activities which contain values. These values are instilled with the example, teaching,
habituation and riyadhoh methods. (2) Personality of male students has individual
piety and good social piety. Santri also has an honest, trustworthy, fair, like helping
and istiqomah even though it is not strong enough embedded in the santri.

Keywords: Values, Moral Education, Santri Personality.

KATA PENGANTAR

ix
Allhamdulillah, segala puji dan rasa syukur kepada Allah Swt. Tuhan

seluruh alam yang telah memberikan segala kenikmatan, rahmat, hidayah dan

kehidupan yang penuh kebahagiaan salah satunya terselesaikannya skripsi ini.

Shalawat serta salam senantiasa disanjungkan kepada Nabi Muhammad Saw. selaku

guru besar umat manusia hingga akhir zaman.

Karya tulis ilmiah yang berujudul “Implementasi nilai-nilai pendidikan

akhlak dalam membentuk kepribadian santri di Pondok Pesantren Darussalam

Adikarso, Kebumen Tahun 2020” semoga dapat memberikan sumbangsih pemikiran

ataupun inspirasi bagi penyelengaraan pendidikan akhlak di era milineal sekarang ini.

Karena perihal pendidikan akhlak masih harus terus dikaji dan dikembangkan agar

dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman untuk membentuk generasi muda

yang memiliki kepribadian luhur.

Dalam penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu. Maka

dari itu penulis ingin menyampaiakan terimakasih kepada :

1. Kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan dengan berbagai aspek.

2. Guru-guru saya dari Padepokan Silat Tauhid Indonesia beserta jamaahnya dan

guru-guru saya di Pondok Pesantren Al-Istiqomah Tanjungsari Petanahan

beserta segenap keluarga besanya yang telah memberikan motivasi dan selalu

mendo’akan saya sebagai muridnya.

3. Rektor IAINU Kebumen dan segenap dosen beserta staf-stafnya yang telah

memberikan ilmu dan bimbingannya sehingga studi saya dapat selesai dengan

hasil yang maksimal.

x
4. Dosen Pembimbing Skripsi yaitu Drs. H. Hartono, M.Pd. dan Jamin, S.H.I.,

M.H. yang telah memberikan arahan dan bimbingannya dengan tulus dalam

proses penyusunan skripsi ini.

5. Keluarga besar Pondok Pesantren Darussalam Adikarso Kebumen yang telah

memberikan izin untuk menjadi tempat penelitian saya dan menyambut hangat

kedatangan saya sebagai bagian dari keluarga pondok.

6. Teruntuk calon istri, Bety Nur Ro’ifah Zein yang selalu menjadi semangat dan

inspirasi bagi diri saya.

7. Seluruh kerabat dekat, saudara dan sahabat-sahabat saya yang tidak dapat saya

sebutkan satu per satu, yang telah menemani dan memberikan semangat kepada

saya sehingga skripsi ini dapat selesai tepat waktu.

Tiada gading yang tak retak, dalam penulisan skripsi ini pun banyak menuai

kekurangan, dengan begitu, kritik yang konstruktif sangat diharapkan. Semoga karya

ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Barrokalloh. Aamiin.

Kebumen, 18 Juni 2020

Teguh Kusprianto
NIM.16115807
DAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................................................... i
JUDUL ...................................................................................................................... ii
NOTA DINAS PEMBIMBING ................................................................................ iii
PERNYATAAN ........................................................................................................ iv

xi
PENGESAHAN ........................................................................................................ v
MOTTO ..................................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ..................................................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR .............................................................................................. xi
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Pembatasan Masalah ................................................................................. 5
C. Perumusan Masalah .................................................................................. 6
D. Penegasan Istilah ......................................................................................6
E. Tujuan .......................................................................................................11
F. Kegunaan Penelitian ..................................................................................12

BAB II KAJIAN TEORITIS


A. Landasan Teori ........................................................................................... 13
1. Nilai ........................................................................................................ 13
2. Pendidikan Akhlak .................................................................................. 23
3. Kepribadian ............................................................................................. 35
4. Pondok Pesantren .................................................................................... 44
B. Hasil Penelitian Terdahulu .......................................................................... 62
C. Fokus Penelitian .......................................................................................... 66

BAB III METODE PENELITIAN


A. Pendekatan Penelitian ................................................................................. 60
B. Design Penelitian ........................................................................................ 60
C. Subjek Penelitian ......................................................................................... 62
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 63
E. Kredibilitas Data ......................................................................................... 65
F. Teknik Analisis Data ................................................................................... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darussalam, Adikarso Kebumen ..... 69
B. Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Membentuk
Kepribadian Santri Putra di Pondok Pesantren Darussalam, Adikarso
Kebumen .................................................................................................... 77
C. Kepribadian Santri Putra Pondok Pesantren Darussalam, Adikarso
Kebumen ..................................................................................................... 128

BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan .................................................................................................. 133

xii
B. Saran-saran .................................................................................................. 137
C. Kata Penutup ............................................................................................... 139

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 140


LAMPIRAN .............................................................................................................. 144

DAFTAR TABEL

1. Tabel .1. Daftar Sarana Prasarana Pondok Pesantren Darussalam, Adikarso ....... 72

2. Tabel .2. Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Putra Darussalam, Adikarso 73

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era milineal sekarang banyak sekali terjadi kasus-kasus kriminal atau

kejahatan yang diakibatkan kemrosotan akhlak generasi muda. Diantaranya ialah

kasus yang tahun-tahun terakhir ini terjadi di Kebumen, seperti yang dilansir

oleh koran online Cendananews pada 29 April 2019, Polsek Gombong berhasil

membubarkan tawuran pelajar, diantara mereka ada yang membawa senjata

tajam. Lima pelajar diamankan dan polisi menyita barang bukti beberapa senjata

tajam, seperti parang, clurit, sabit dan lainnya.1) Kemudian temuan kasus

narkoba oleh Polres Kebumen dengan salah satu pelaku yang masih berusia 20

tahun. Kasus ini berhasil diungkap Polres Kebumen pada tanggal 30 Agustus

2019 seperti yang dimuat dalam berita online RMOLJateng. Terdapat tiga

pengedar narkotika jenis sabu-sabu dan satu pengguna narkotika jenis sabu-sabu

yang ditangkap Sat Resnarkoba dalam operasi Kepolisian terpusat, Operasi

Antik Candi 2019.2)

Pada periode Januari 2020 Jajaran Satres Narkoba Polres OKU juga

berhasil mengungkap sejumlah kasus narkoba dengan sejumlah tersangka,


1)
Hermiana E Effe, Tawuran Pelajar Gunakan Sajam di Gombong, Dibubarkan Polisi,
(http//:www.cendananews.com/2019/04/tawuran-pelajar-gunakan-sajam-di-gombong-dibubarkan-
polisi.html, 2019) diakses 27 Februari 2020, jam 06.03 WIB.
2)
Prayitno, Polres Kebumen Amankan Empat Tersangka Kaus Narkoba,
(www.rmoljateng.com/read/2019/08/30/21581/Polres-Kebumen-Amankan-Empat-Tersangka-Kasus-
Narkoba-, 2019)) diakses 27 Februari 2020, jam 07.00 WIB.

1
2

seperti yang dilansir oleh koran online Sumeks.co. Tersangka Malikul Mulki

(22) ialah pelaku yang tertangkap pertama kali pada Senin 20 Februari 2020.

Kemudian menyusul tersangka-tersangka selanjutnya dan total barang bukti

yang berhasil diamankan yaitu sabu seberat 13,8 gram dan ganja seberat 1.436

gram.3) Adapula kasus yang tejadi di Desa Banyurata, Kecamatan Adimulyo

Kebumen, Polisi menetapkan tersangka SB (18) sebagai kasus penyerangan

terhadap satpam Bank Danamon menggunakan gergaji pada Rabu, 29 Januari

2020 seperti yang diberitakan koran online Kompas.com.4)

Dari beberapa kasus diatas, menjadi bukti bahwa akhlak generasi muda

banyak mengalami kemrosotan dan jauh dari nilai-nilai pendidikan akhlak.

Sehingga perihal pendidikan akhlak maupun pembentukan kepribadian yang

luhur pada generasi muda di era milineal sekarang menjadi hal yang sangat

penting untuk terus diteliti dan dikaji. Kemudian solusi yang ditawarkan untuk

membentuk akhlak generasi muda agar memiliki kepribadian luhur yaitu

pendidikan akhlak yang terdapat di pondok pesantren. Pondok pesantren telah

banyak terbukti berhasil membentuk remaja sehingga memiliki kepribadian yang

luhur.

3)
Julheri, Januari 2020, Polres OKU Panen Kasus Narkoba, (http//:sumeks.co/januari-2020-
polres-oku-panen-kasus-narkoba/, 2020), diakses 27 Februari 2020, jam 07.04 WIB
4)
Fadlan Mukhtar Zaen, Motif Pemuda di Kebumen yang masuk ke Bank dan mengamuk
Sambil Membawa Gergaji, (http://www.google.com/amp/s/amp/regional/read/2020/01/
30/15094561/ini-motif -pemuda-di-kebumen-yang-masuk-ke-bank-dan-mengamuk-sambil-bawa,
2020), diakses 27 Februari 2020, jam 06.18 WIB
3

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di

Indonesia. Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk

mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran

islam, dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman

perilaku sehari-hari.5)

Menurut Zamaksyari Dhofier dalam bukunya Tradisi Pesantren, metode

utama sistem pengajaran di lingkungan pesantren ialah sistem bandongan atau

seringkali juga disebut sistem weton. Kelompok kelas yang menggunakan sistem

bandongan atau weton disebut halaqah. Ada juga sistem individual dalam

metode pengajaran yang diterapkan di pesantren yaitu sorogan. Sistem sorogan

dalam keseluruhan sistem pendidikan pesantren merupakan bagian yang tersulit.

Namun sistem sorogan ini terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama bagi

seorang murid yang bercita-cita menjadi seorang alim.6) Untuk menjadikan santri

seorang yang berakhlak mulia, di psesantren tidak hanya diberikan pengajaran-

pengajaran berupa materi akhlak secara teoritis, namun juga dengan diberikan

teladan oleh Kiai atau ustadz yang mengajar. Selain itu juga dilakukan

pembiasaan-pembiasaan dan kegiatan-kegiatan sebagai praktik dari teori

pendidikan akhlak yang diberikan kepada santri.

5)
Abu Yazid, Paradigma Baru Pesantren,(Yogyakarta: Ircisod, 2018). hal.103
6)
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta:
LP3ES, 1994), hal. 54.
4

Pendidikan di Pesantren memiliki tujuan tidak hanya untuk memperkaya

pikiran murid dengan penjelasan-penjelasan, tetapi untuk meningkatkan moral,

melatih dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual dan

kemanusiaan, mengajarkan sikap dan tingkah laku yang jujur dan bermoral, serta

menyiapkan para murid diajar mengenai etika agama diatas etika-etika yang

lain.7) Pondok pesantren yang akan menjadi lokasi penelitian adalah pondok

pesantren Darussalam Adikarso Kebumen. Lokasi penelitian tersebut dipilih

karena menurut pengamatan penulis, santri-santri di pondok pesantren tersebut

memiliki akhlak yang baik sehingga penulis tertarik untuk menelitinya.

Hasil studi pendahuluan yang dlakukan penulis di pondok pesantren

Darussalam Adikarso Kebumen menunjukan adanya kegiatan pendidikan akhlak

terhadap santri-santrinya. Di lokasi penelitian terdapat kegiatan ngaji

bandongan, ngaji sorogan, apalan, waqi’ahan, manaqiban, yasinan,

mujahadah, nariyahan, khitobahan, dan kegiatan-kegiatan serta pembiasaan-

pembiasaan lainnya. Kegiatan dan pembiasaan tersebut diterapkan dalam rangka

untuk menanamkan atau meng-implementasi-kan nilai-nilai pendidikan akhlak

kepada santri-santrinya sehingga terbentuk kepribadian luhur. Dengan demikian,

penelitian tentang implementasi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam membentuk

kepribadian santri di pondok pesantren Darussalam Adikarso menjadi penting

dan sangat menarik untuk dilakukan.

7)
Ibid., hal.45.
5

B. Pembatasan Masalah

Supaya penelitian ini dapat terfokus dan tuntas sesuai dengan judul serta

pembahasannya mendalam dan tidak melebar, perlu adanya pembatasan

masalah. Berdasarkan identifikasi masalah yang dilakukan, penelitian ini

memfokuskan pada implementasi atau penerapan nilai-nilai yang terkandung

dalam kegiatan-kegiatan pendidikan akhlak yang terdapat di Pondok Pesantren

Darussalam Adikarso dalam membentuk kepribadian santri putra. Sehingga ada

dua point penting dalam penelitian ini, yaitu proses implementasi nilai-nilai

pendidikan akhlak dan kepribadian santri yang dihasilkan dari proses tersebut.

C. Perumusan Masalah

a) Bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam membentuk

kepribadian santri putra di Pondok Pesantren Darussalam Adikarso

Kebumen?

b) Bagaimana kepribadian santri putra di Pondok Pesantren Darussalam

Adikarso Kebumen?

D. Penegasan Istilah

1. Implementasi

Secara bahasa, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Daring, kata implementasi berarti pelaksanaan; penerapan. 8 Menurut Solichin


8)
KBBI Daring, Implementasi, https://kbbi.kemendikbud.go.id, diakses 03 April 2020 jam
13:11 WIB.
Abdul Wahab dalam Gita Ramadhan Yuliani Rachma Putri, bahwa

implementasi ialah berbagai tindakan yang dilakukan oleh individu, pejabat,

kelompok pemerintah, atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-

tujuan yang sudah digasikan dalam keputusan kebijakan.9)

Dalam penelitian ini yang dimaksud implementasi adalah penerapan

atau pelaksanaan yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak yang

dilakukan oleh pendidik di Pondok Pesantren Darussalam Adikarso Kebumen

untuk membentuk kepribadian santri putranya.

2. Nilai

Nilai ialah prinsip atau hakikat yang menentukan harga atau nilai dan

makna bagi sesuatu.10) Nilai juga bisa diartikan sebagai standart atau ukuran

(norma) yang kita gunakan untuk mengukur segala seuatu dalam kehidupan. 11)

Jadi, nilai merupakan esensi atau hakikat yang bisa digunakan untuk

mengukur atau menjadi pedoman dalam segala sesuatu di kehidupan manusia.

Dengan demikian, yang dimaksud nilai dalam penelitian ini adalah

hakikat atau esesnsi atau nilai yang terkandung dalam kegiatan-kegiatan

9)
Yuliani Rachma Putri, Strategi Komunikasi Dalam Implementasi Sistem Urban Farming
Di Rw 04 Kelurahan Pajajaran Kecamatan Cicendo Kota Bandung,(Bandung: Universitas Telkom,
2019), hal.5376.
10)
Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam, Cet kesatu, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 124.
11)
Fuad Farid Isma’il dan Abdul hamid Mutawalli, Cara Mudah Belajar Filsafat, Cet. Ke 2,
(Yogyakarta : Ircisod, 2012), hal. 241.

6
pendidikan akhlak yang diterapkan di Pondok Pesantren Darussalam

Adikarso Kebumen.

3. Pendidikan Akhlak

Pendidikan ialah suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek

kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup.12) Pendidikan juga

merupakan proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang melalui cara

perbuatan mendidik. Pendidikan dapat juga diartikan sebagai kegiatan

seseorang dalam membimbing dan memimpin anak menuju pertumbuhan dan

perkembangan secara optimal agar dapat berdiri sendiri dan

bertanggungjawab.13) Pendidikan juga dapat dikatakan sebagai suatu proses

dimana suatu ilmu ditanamkan dalam pribadi manusia.

Kemudian, akhlak adalah sikap yang melekat dalam jiwa sesorang

yang melahirkan perbuatan-perbuatan berdasarkan kemauan dan pilihan.14)

Menurut Ibrahim Anis dalam Abudin Nata, bahwa akhlak adalah sifat yang

tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik

atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.15)

Jadi, pendidikan akhlak adalah suatu proses perubahan atau proses

penanaman sifat-sifat mulia kedalam jiwa manusia sehingga mewujudkan


12)
Zuhairini, dkk, Op.Cit., hal. 149.
13)
Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media,
2012), hal. 23.
14)
Eliyanto, Pendidikan Aqidah Akhlak, (Yogyakarta : UIN Sunan kalijaga dan Kebumen :
IAINU Kebumen, 2017), hal. 51.
15)
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia,Cet. Ke-16, (Depok : Raja Grafindo
Persada, 2019), hal. 3.

7
perbuatan-perbuatan baik dalam kehidupannya. Dalam penelitian ini,

pendidikan akhlak yang dimaksud adalah pendidikan akhlak yang diterapkan

di Pondok Pesantren.

4. Kepribadian

Kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas

dari seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari

lingkungan.16) Menurut ahli psikologi George Kelly dalam Noer Rohmah,

memberikan definisi bahwa kepribadian merupakan cara yang unik dari

individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Setiap

individu memiliki pengalaman-pengalaman tersendiri yang berbeda. Dari

pengalamaan tersebut setiap individu mengambil pelajaran dan

menerapkannya dalam tingkahlaku hidupnya.17) Setiap pengalaman yang

dialami manusia akan menjadi sebuah pelajaran bagi dirinya dan membentuk

kepribadiannya. Meskipun pengalaman yang dialami merupakan pengalaman

yang sama, namun dalam menafsirkannya setiap orang juga memiliki

perbedaan. Sehingga terbentuk kepribadian yang berbeda-beda.

Kepribadian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah karakteristik

atau sifat khas dari santri yang mengalami bentukan-bentukan dari pendidikan

akhlak yang diterimanya dilingkungan pondok pesantren.

5. Santri
16)
Noer Rohmah , Pengantar Psikologi Agama, Cet. 1, (Yogyakarta: Teras, 2013), hal. 324.
17)
Noer Rohmah , Op. Cit., hal. 322.

8
Santri adalah siswa yang tinggal di pesantren, guna

menyerahkan diri untuk mendapatkan bimbingan kiai.18) Santri menghabiskan

waktunya untuk belajar kepada seorang kiai yang menjadi gurunya. Dalam

penelitian ini, yang dimaksud santri adalah peserta didik/siswa yang belajar

kepada kiai maupun ustadz-ustadz yang ada di Pondok Pesantren Darussalam

Adikarso Kebumen. Penelitian ini juga hanya meneliti santri putra saja.

6. Pondok Pesantren Darussalam Adikarso Kebumen.

Menurut Abu Yazid dalam bukunya yang berjudul Paradigma Baru

Pesantren, mengatakan bahwa pondok pesantren merupakan lembaga al-

tafaqquh fi al-din, yakni lembaga pengembangan ilmu-ilmu agama, utamanya

ilmu fiqh.19) Pondok pesantren yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

Pondok Pesantren Darussalam Adikarso Kebumen. Lembaga pendidikan

Islam tersebut didirikan pada tahun 1965 oleh Kyai H. Nur Muhammad yang

terletak di Dusun Keputihan, RT 01 RW 04, Desa Adikarso, Kecamatan

Kebumen, Kebumen, Jawa Tengah.

Pada saat ini, Pondok Pesantren Darussalam Adikarso Kebumen

diasuh oleh empat ulama, yaitu Kyai H. Habibulloh, Kyai H. Ali Dimyati,

Kyai Makhrus Muqorrobin dan Bu Nyai Khamidah. Dalam penelitian ini,

penulis hanya meneliti pondok putranya saja.

18)
Muhammad Anwar Salim, Implementasi Pendidikan Karakter Pada Santri Pondok
Pesantren Al-Falah Salatiga , (Salatiga :IAIN Salatiga, 2017), hal. 23
19)
Abu Yazid, Paradigma Baru Pesantren,(Yogyakarta: Ircisod, 2018). hal. 28

9
E. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki beberapa

tujuan yaitu :

1. Untuk mengetahui implementasi nilai-nilai pendidikan akhlak dalam

membentuk kepribadian santri putra di Pondok Pesantren Darussalam

Adikarso Kebumen.

2. Untuk mengetahui kepribadian santri putra di Pondok Pesantren Darussalam

Adikarso Kebumen

F. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara teoritis

dan praktis yaitu:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah

khasanah keilmuan dalam dunia pendidikan bagi penulis, pembaca dan

seluruh warga Pondok Pesantren Darussalam Adikarso, khusunya terkait

penerapan nilai-nilai yang terkandung dalam kegiatan-kegiatan pendidikan

akhlak dalam membentuk kepribadian santri putra.

2. Secara praktis, pertama, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk

menambah pengalaman penulis dalam melakukan penelitian dan semoga

bermanfaat bagi seluruh warga Pondok Pesantren Darussalam Adikarso

10
Kebumen untuk terus mengembangkan kualitas pendidikan akhlak yang

dijalankan. Kedua, sebagai tawaran solusi konsep pendidikan akhlak untuk

membentuk kepribadian luhur para generasi muda yaitu sistem pendidikan

akhlak yang terdapat di pondok pesantren.

11
BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Landasan Teori

1. Nilai

a. Pengertian Nilai

Secara bahasa, kata nilai atau value berasal dari bahasa Latin,

valare, atau bahasa Prancis kuno, valoir, yang artinya nilai. Kata valare,

valoir, value atau nilai dapat dimaknai sebagai harga. Kemudian dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian nilai yaitu “sebagai harga”

(dalam arti taksiran harga). Namun, jika kata “harga” dihubungkan dengan

objek tertentu atau dipersepsi dari sudut pandang tertentu pula,

mengandung arti berbeda.20)

Menurut Noor Syam dalam Abdul Aziz bahwa nilai adalah suatu

penetapan atau suatu kualitas obyek yang menyangkut suatu jenis apresiasi

atau minat.21) Sehingga nilai merupakan pandangan subyektif seseorang

atau masyarakat terhadap sesuatu sesuai ukuran kepantasan dan kelaziman

pada umumnya yang diyakini. Hamka dalam bukunya Lembaga Budi

mengatakan bahwa kelebihan manusia daripada binatang bukanlah karena

makan dan melihat, tetapi karena manusia mempunyai kesanggupan

20)
Muhammad Alfan, Pengantar Filsafat Nilai, (Bandung : Pustaka Setia, 2013), hal 53-54.
21)
Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam, Cet kesatu, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 124.

12
13

meninjau dan merenungkan hakikat sesuatu.22) Sehingga manusia bisa

merenungkan nilai dari sesuatu.

Nilai juga bisa diartikan sabagai hakikat yang menentukan harga

dan makna bagi sesuatu dalam kehidupan. Nilai-nilai pada diri manusia

dapat dilihat dari perilaku atau tingkah laku manusia. 23) Nilai juga bisa

diartikan sebagai standart atau ukuran (norma) yang kita gunakan untuk

mengukur segala seuatu dalam kehidupan.24)

Menurut Chabib Thoha dalam Muhammad Alfan, nilai merupakan

sifat yang melekat pada sesuatu (sistem kepercayaan) yang telah

berhubungan dengan subjek yang memberi arti (manusia yang meyakini).

Terdapat keterkaitan erat antara pandangan objektif dan subjektif tentang

nilai.25)

Menurut Mulyana dalam Muhammad Alfan bahwa nilai adalah

rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. 26) Kemudian Ngalim

Purwanto dalam Nur Halim menyatakan bahwa nilai yang ada

22)
Hamka, Lembaga Budi,(Jakarta: Republika Penerbit, 2016), hal.49.
23)
Muhammad Alfan, Op. Cit., hal. 63
24)
Fuad Farid Isma’il dan Abdul hamid Mutawalli, Cara Mudah Belajar Filsafat, Cet. Ke 2,
(Yogyakarta : Ircisod, 2012), hal. 241.
25)
Muhammad Alfan, Op. Cit., hal.54.
26)
Muhammad Alfan, Op. Cit., hal. 55.
14

pada seseorang dipengaruhi oleh adanya adat istiadat, etika,

kepercayaan, dan agama yang dianutnya.27)

Menurut Abu Ahmadi & Salimi dalam Nur Halimah, nilai adalah

seperangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu

identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran,

perasaan, keterikatan maupun perilaku.28) Umat Islam memiliki

kepercayaan yang bersumber dari Al-qur’an dan Hadits dan telah diyakini.

Sehingga hakikat nilai dalam pandangan Islam adalah pedoman-pedoman

yang terkandung dalam Al-Qur’an dan hadits.

Menurut Djahiri Kosaih dalam Ngumdatul Qori’, nilai adalah

sesuatu yang berharga, baik menurut standart logika (benar-salah), estetika

(baik-buruk), etika (adil-tidak adil), agama (dosa, hala-haram) dan hukum

(sah-tidak sah) serta menjadi acuan dan atau sistem keyakinan diri maupun

keyakinan.29)

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai adalah sesuatu

yang berharga atau hakikat yang menjadi rujukan dan acuan dalam

berperilaku dalam kehidupan yang berkaitan dengan minat atau keyakinan

yang memberikan identitas pada seseorang serta memiliki standart baik

secara logika, etika, estetika, agama maupun hukum-hukum.


27)
Nur Halimah, Nilai-Nilai Pendidikan Pesantren Dalam Novel CahayaCinta Pesantren
Karya Ira Madan,(Surakarta : IAIN Surakarta, 2017), hal. 14.
28)
Nur Halimah, Op. Cit., hal. 7.
29)
Ngumdatul Qori, Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Al-Adzkar Karya Imam
Nawawi, (Salatiga: IAIN Salatiga, 2017), hal. 30.
15

b. Macam-Macam Nilai

1) Nilai dalam kehidupan.

Dalam kehidupan manusia secara menyeluruh, ada tiga nilai

besar yang mencakup keseluruhan nilai-nilai yang ada. Macam-

macam nilai besar tersebut menurut kajian filsafat yaitu:

a) Nilai Kebenaran

Nilai kebenaran tercermin dari penilaian yang kita

keluarkan terkait benar-salah atau haq-bathil mengenai sesuatu,

perilaku, ucapan, pikiran atau perasaan. Dalam agama-agama

samawi, hukum menjadi benar jika disampaikan oleh wahyu dan

dikatakan dusta jika menyalahinya.30) Kebenaran sendiri menurut

Schuon dalam Saifuddin Zuhri, adalah sesuatu yang mutlak untuk

ditentukan dan Tuhan merupakan salah satu kebenaran itu (al-

haq).31) Bagi umat Islam, wahyu Tuhan yang wajib diyakini ialah

kitab suci Al-Qur’an. Ia merupakan petunjuk dan pedoman hidup

yang harus selalu dibaca, dipahami dan diamalkan. 32) Dengan

30)
Fuad Farid Isma’il dan Abdul hamid Mutawalli, Op. Cit., hal. 246-247.
31)
Saifuddin Zuhri, Tarekat Syadziliyah, (Yogyakarta: Teras, 2011), hal. 1 .
32)
Marzuki Musta’mar , Al-Muqtathafat Liahli Al-Badiya, alih bahasa Sholeh, dkk, Cet.
Kedua (Kebumen : STAINU Press, 2013), hal. 1.
16

demikian dapat dipahami bahwa nilai kebenaran dalam Islam

memiliki standart yang berasal dari kitab suci Al-Qur’an.

b) Nilai Kebaikan

Nilai ini tampak dalam penilaian kita terhadap perilaku

manusia dengan standar sifat utama dan tercela, nikmat dan sakit,

bermanfaat dan berbahaya atau bahagia dan sengsara.33) Acuan

standar yang digunakan dalam nilai kebaikan juga dari Al-Qur’an

dan hadist.

c) Nilai Keindahan

Nilai keindahan memiliki dua standart yaitu subyektif dan

obyektif. Nilai subyektif dalam nilai keindahan terletak pada

standart atau selera yang dimiliki setiap personal yang terkadang

ada kepentingan didalamnya. Namun, sebagian filsuf estetika

seperti al-Ghazali dan Plato yang dimuat dalam Fuad Farid Ismail

dan Abdul Hamid Mutawalli menyatakan bahwa kenikmatan estetis

(keindahan) dari suatu entitas itu dicari karena keindahan

millieunya (keindahan obyektif) dan bukan karena selera yang

terkait dengan manfaat pribadi (keindahan subyektif).34)

33)
Fuad Farid Isma’il dan Abdul hamid Mutawalli, Op. Cit. hal. 247.
34)
Ibid.
17

Kemudian menurut Ahmadi dalam Nihwan, memberikan

pandangan bahwa,

“... nilai dikategorikan pada dua bagian. Pertama, nilai-nilai


yang banyak disebutkan secara eksplisit dalam al-Qur’an dan
al-hadist yang kesemuanya terangkum dalam ajaran akhlak
yang meliputi akhlak dalam hubungannya dengan Allah,
dengan diri sendiri, dengan sesama manusia, dengan alam dan
makhluk lainnya. Kedua, nilai-nilai uneversal yang diakui
adanya dan dibutuhkan oleh seluruh umat manusia karena
hakikatnya sesuai dengan fitroh manusia seperti, cinta damai,
mengahargai hak asasi manusia, keadilan, demokrasi,
kepedulian sosial dan kemanusiaan.”35)
2) Nilai dalam Pondok Pesantren

Pondok pesantren memiliki nilai-nilai yang membentuk sistem

nilai yang berkembang dan berasal dari ajaran Islam. Dakwah,

pendidikan, kemandirian, kesederhanaan, persaudaraan yang amat kuat

adalah nilai-nilai jati diri pesantren, yang menopang kebhinekaan,

melawan sektarianisme, ekstremisme, dan terorisme. Di pesantren ada

hikmah, kebijaksanaan, kesederhanaan dan kemandirian.36)

Ginandjar Kartasasmita dalam Zainal Abidin menyatakan

terdapat tujuh nilai-nilai yang ada pada pesantren, yaitu: nilai

keagamaan, tradisi keilmuan, semangat kewirausahaan, etos kerja,

semangat kemandirian, wawasan kebangsaan dan solidaritas sosial.37)

35)
Nihwan, Pendidikan Pesantren Dalam Mempertahankan Nilai-Nilai Pendidikan Islam,
(Madura: INSTIKA, 2011), hal. 153.
36)
Zainal Abidin, Keterpaduan Nilai-Nilai Pesantren Dalam Membangun Masyarakat
Madani, (Lampung: Zayn Press, 2016), hal. 8.
37)
Ibid.
18

Abdul Munir Mulkhan, dkk dalam Nur Halimah menyebutkan

panca jiwa, yakni nilai-nilai yang menjiwai pesantren, yaitu: jiwa

keikhlasan, jiwa kesederhanaan, jiwa kemandirian, jiwa ukhuwah

islamiyah dan jiwa kebebasan (dalam arti positif).38)

Nilai-nilai pesantren dan jiwa-jiwa pesantren yang disebutkan

diatas benar-benar berjalan setiap hari di pondok pesantren dalam

bentuk tradisi dan sunnah-sunnah. Kemudian nilai-nilai keagamaan

seperti al-ukhuwwah (persaudaraan), al-ta‟âwun (tolong menolong atau

koperasi), al-ittihâd (persatuan), thalab al-ilm (menuntut ilmu), al-

ikhlâs (ikhlas), al-jihâd (perjuangan), althâ‟ah (patuh kepada Tuhan,

Rasul, ulama atau kiai sebagai pewaris Nabi, dan kepada mereka yang

diakui sebagai pemimpin), ikut mendukung eksistensi pondok

pesantren.39)

Nilai-nilai lainnya yang dikembangkan pesantren yaitu

kemandirian, kerjasama, cinta tanah air, kejujuran, kasih-sayang,

penghargaan, kesungguhan, rendah hati, tanggung jawab, kepedulian,

kesabaran, kedamaian, musyawarah, toleransi dan kesetaraan.40)

3) Nilai-Nilai dalam Pendidikan Akhlak.

Nilai-nilai pendidikan akhlak menurut Imam Annawawi yang dikutip

oleh Ngumdatul Qori’:


38)
Nur Halimah, Op. Cit., hal. 30.
39)
Zainal Abidn, Loc. Cit.
40)
Ibid.
19

“Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Al-adzkar Karya Imam


Annawawi:
a. Pendidikan Akhlak terhadap Allah Swt..
1) Pendidikan untuk selalu berdoa kepada Allah Swt..
2) Pendidikan Tawakkal kepada Allah Swt..
3) Pendidikan tawadhu’ terhadap Allah
b. Pendidikan Akhlak terhadap Raasulullah Saw..
Pendidikan untuk mengucapkan shalawat dan salam kepada
Rasulullah Saw. ketika nama beliau disebut.
c. Pendidikan Akhlak terhadap Al-Qur’an.
1) Pendidikan untuk selalu membaca Al-qur’an
2) Pendidikan untuk mengamalkan isi dari Al-qur’an
d. Pendidikan Akhlak tehadap sesama manusia
Di dalam kitab al-Adzkar di sebutkan bahwa, akhlak
terhadap sesama manusia dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Akhlak terpuji, yaitu meliputi:
a) Rasa persaudaraan
b) Menahan amarah
c) Tawadhu’
2) Akhlak tercela
a) Ghibah dan Namimah
b) Menampakkan kegembiraa di atas penderitaan orang
lain.
c) Memberikan persaksian palsu.
d)Menyebut-nyebut pemberian serta menyakiti
penerimanya.
e) Berbuat sewenang-wenang terhadap anak yatim.
e. Pendidikan terhadap diri sendiri, yaitu meliputi:
1) Sabar
2) Syukur
3) Optimis
f. Pendidikan tata cara melakukan aktivitas sehari-hari.
1) Pendidikan untuk selalu berdoa ketika sebelum dan
sesudah melakukan aktivitas sehari-hari
2) Pendidikan untuk selalu berdzikir (mengingat Allah Swt.)
ketika akan atau sesudah melakukan aktivitas sehari-
hari.”41)

41)
Ngumdatul Qori, Op. Cit., hal. 85-86.
20

c. Penanaman Nilai

Perkembangan internalisasi nilai-nilai terjadi melalui identifikasi

dengan orang-orang yang dianggapnya sebagai model. 42) Kyai dan Ustadz

di pondok pesantren merupakan model pembawa nilai yang akan

ditangkap nilai-nilainya oleh santri. Hal ini disebut juga keteladanan.

Upaya untuk menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam

pendidikan akhlak diantaranya yaitu :

1) Menciptakan Hubungan Komunikasi.

Komunikasi didahului oleh pemberian informasi tentang nilai

dan moral melului kegiatan-kegiatan maupun pengajaran. Nilai-nilai

yang dipelajari memerlukan satu kesempatan untuk diterima dan

diresapkan sebelum menjadi bagian dari tingkahlaku seseorang dan

nilai tersebut akan berkembang dalam diri seseorang jika telah dikaitkan

dalam konteks kehidupan bersama.43)

2) Menciptakan Iklim Lingkungan yang Serasi.

Menurut Piaget dalam Idad Suhada, awal pengenalan nilai dan

pola tindakan itu masih bersifat paksaan dan belum mengetahui

maknanya. Akan tetapi, sejalan dengan perkembangan pengetahuan

yang dimiliki maka berangsur-angsur akan dengan sukarela mengikuti

42)
Idad Suhada, Perkembangan Peserta Didik, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2017), hal
147.
43)
Ibid., hal. 149.
ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam keluarga, masyarakat dan

negara.44)

Dengan demikian, dapat disimpulkan untuk menanamkan nilai

pada peserta didik memerlukan dua langkah yaitu menciptakan

hubungan komunikasi baik secara langsung dengan pemberian

informasi terkait nilai secara verbal atau dengan tidak langsung yaitu

menggunakan keteladanan. Kemudian menciptakan iklim lingkungan

yang serasi, yaitu menyesuaikan tingkat penalaran peserta didik dan

menggunakan proses pembiasaan yang diawali dengan sedikit adanya

pemaksaan.

2. Pendidikan Akhlak

a. Pengertian Pendidikan Akhlak.

Kata pendidikan akhlak terdiri dari dua kata yaitu “pendidikan” dan

“akhlak”. Kata Pendidikan berasal dari kata didik dan mendidik. Secara

etimologi, mendidik berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran,

tuntunan, dan pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. 45)

Kemudian kata akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu al-akhlaq

yang merupakan bentuk jamak dari kata al-khuluq. Menurut Ibnu Manzhur

dalam Marzuki, al-khuluq adalah ath-thabi’ah yang artinya tabiat, watak,


44)
Ibid.
45)
Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media,
2012), hal 23.

21
pembawaan atau as-sajiyyah yang artinya tabiat, pembawaan, karakter.

Dari definisi tersebut akhlak identik dengan karakter, tabiat dan watak.

Akhlak perspektif islam bisa juga disebut katakter islami.46)

Menurut pandangan Islam pendidikan sebagai proses berawal dari

saat Alloh Swt. sabagai rabbal’alamiin, menciptakan para Nabi dan Rasul

untuk mendidik manusia di muka bumi ini.47) Kemudian Abudin Nata

dalam bukunya, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia menyebutkan kata

akhlaq atau khuluq secara kebahasaan berarti budi pekerti, adat kebiasaan,

perangai, muru’ah atau segala sesuatu yang sudah menjadi tabi’at.48)

Kemudian menurut Imam al-Ghazali dalam Abudin Nata juga

mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang

menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah,

tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. 49)

Adapun pendapat para ahli tentang pendidikan akhlak, menurut

Mohd. Athiyah al-Abrasyi dalam Abudin Nata, pendidikan budi pekerti

(akhlaq) adalah jiwa dari pendidikan Islam, dan Islam telah menyimpulkan

bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam.

46)
Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta: Azah, 2015), hal. 22.
47)
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, Cet. Ke. 2, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2014), hal. 10.
48)
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, Cet. Ke-16 (Depok: Rajagrafindo
Persada), hal. 2.
49)
Ibid.

22
Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari

pendidikan.50)

Menurut Muhaimin dalam Tohirin, pendidikan Islam itu sendiri

merupakan nama sistem, yaitu sistem pendidikan yang Islami, yang

memiliki komponen-komponen yang secara keseluruhan mendukung

terwujudnya sosok Muslim yang diidealkan. Pendidikan Islam ialah

pendidikan yang teori-teorinya disusun berdasarkan Al-Qur’an dan

Hadits.51)

Dengan demikian, dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa

pendidikan akhlak merupakan jiwa dari pendidikan Islam. Pendidikan

akhlak adalah proses membimbing, mengarahkan, mendidik ataupun

pembentukan kecakapan-kecakapan sehingga seseorang memiliki sifat-

sifat atau budi pekerti luhur, yang tertanam dalam jiwa dan menimbulkan

macam-macam perbuatan baik dengan gampang dan mudah, tanpa

memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Pendidikan akhlak adalah ruh

dari pendidikan Islam, karena tujuan pendidikan Islam adalah

pembentukan akhlak yang mulia.

b. Dasar-Dasar Pendidikan Akhlak

50)
Abudin Nata, Op. Cit., hal. 32.
51)
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,Cet. kelima (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2014), hal 11.

23
Akhlak mulia yang terbentuk dalam diri sesorang merupakan buah

yang dihasilkan dari penerapan syariah yang dilandasi akidah yang

kokoh.52) Akidah merupakan keyakinan yang tertanam dalam hati

seseorang mengenai rukun Islam dan rukun iman. Akidah bisa dikatakan

sebagai iman dalam hati seseorang. Menurut syariah iman merupakan

seuatu yang telah mantap didalam hati dan dibuktikan melalui amal

perbuatan.53)

Jika sesorang beriman adanya Alloh Swt. dengan keyakinan yang

kuat maka dia akan mengikuti semua perintahNya dan menjauhi semua

laranganNya. Maka akan terbentuk akhlak yang mulia, karena kehendak

hatinya ingin selalu berbuat kebaikan seperti yang diperintahkanNya.

Begitu juga jika semua ketentuan syariah Islam, baik ibadah

maupun muamalah, bermuara pada terwujudnya akhlak mulia. Ibadah dan

muamalah menurut Achmad Munir Badjeber dalam bukunya

Ensiklopedia Islam Al Kamil, sebagai berikut:

“Ibadah memiliki makna yang mencakup dua hal, pertama,


penyembahan (Ta’abud) yaitu merendahkan diri kepada Allah Swt.
dengan melaksanakan segala perintahNya dan menjauhi segala apa
yang dilarangNya dengan penuh kecintaan dan pengagungan
kepada-Nya. Kedua, sarana dan prasarana yang dijadikan sebagai
bentuk penyembahan (Muta’abad bihi), yaitu mencakup segala apa
yang dicintai oleh Allah Swt. dan diridhai-Nya, baik dalam bentuk
ucapan atau perbuatan, yang tampak maupun yang tersembunyi,,
seperti do’a, dzikir, sholat, mahabbah (cinta) dan lain sebagainya.
52 )
Marzuki, Op. Cit., hal. 24.
53)
Abu Aunillah Al-Baijury, Buku Pintar Agama Islam, (Yogyakarta: Diva Press, 2015),
hal.18.

24
Sedangkan muamalah adalah kaidah yang mengatur tentang
interaksi antar sesama manusia, baik itu jual-beli, pekerjaan dan
lain sebagainya.”54)

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dasar-dasar dari

pembentukan akhlak mulia adalah adanya pondasi akidah yang kokoh

dalam hati seseorang dan pelaksanaan syariah baik ibadah maupun

muamalah sesuai yang diajarkan dalam Islam.

c. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak

Akhlak terbagi menjadi dua yaitu akhlak baik dan akhlak buruk.

Akhlak baik perspektif Islam memiliki ruang lingkup sama dengan ruang

lingkup ajaran Islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola

hubungan akhlak diniah (agama/islami) mencakup berbagai aspek, dimulai

akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang,

tumbuh-tumbuhan dan benda-benda yang tak bernyawa).55) Kemudian

ruang lingkup akhlak islami itu sendiri meliputi:

1) Akhlak Kepada Alloh Swt.

Akhlak kepada Allah adalah sikap dan perilaku manusia dalam

melakukan berbagai aktifitas dalam rangka berhubungan dengan Allah

Swt. (habluminalloh).56) Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai

54)
Achmad Munir Badjeber, dkk, Ensiklopedia Islam Al-Kamil, Cet Keempat belas, (Jakarta
Timur: Darus Sunnah Press, 2012), hal. 70.
55)
Abudin Nata,Op. Cit., hal. 126-127.

56)
Marzuki,Op. Cit., hal. 32.

25
sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai

makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik.57) Manusia sebagai hamba

seharusnya menyadari bahwa dirinya memiliki kewajiban menaati apa

yang dikehendaki oleh Tuhannya. Agar manusia dalam hidupnya

mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan karena Allah Swt. sebagai

Tuhannya meridhoi kehidupannya.

Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin mengatakan dalam

bukunya Syarah Arba’in An-Nawawi, bahwa akhlak terpuji kepada

Allah yakni menerima hukum syari’atNya dengan ridha dan pasrah,

tidak ada keluh kesah dan sikap kesal terhadapnya. Bila Allah

memerintahkanmu untuk shalat, zakat, puasa, dan lain sebagainya,

maka engkau terima perintah tersebut dengan hati yang lapang. 58)

Posisi hati yang selalu ridha atas apa saja yang diperintahkan serta

dilarang-Nya merupakan awal terwujudnya akhlak terpuji kepada

Allah Swt.

Ada banyak cara yang dapat dilakukan manusia dalam

berakhlak kepada Allah Swt. diantaranya dengan tidak

menyekutukanNya, mencintai-Nya, ridhla dan ikhlas terhadap segala

keputusanNya dan bertaubat, mensyukuri nikmat-Nya, selalu berdo’a

57)
Abudin nata, Op. Cit., hal.. 127.
58)
Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin , Syarah Arba’in An-Nawawi , (Jakarta Timur:
Darus Sunah Press, 2015), hal. 204.

26
kepada-Nya, beribadah, meniru sifat-sifat-Nya, dan selalu mencari

keridhaan-Nya.59)

Wahyu atau petunjuk yang diturunkan Allah swt. melalui Nabi

Muhammad Saw. berupa kitab suci al-Qur’an. Sehingga beakhlak

kepada Allah yaitu dengan mengikuti apa yang ada dalam al-Qur’an.

Al-qur’an ialah kalam Allah Swt. yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad Saw. melalui malaikat Jibril, sebagai mukjizat dan sumber

hukum serta sebagai pedoman hidup bagi pemeluk Islam, membacanya

sebagai ibadah kepada Allah Swt..60)

2) Akhlak Kepada Sesama Manusia.

Imam An-Nawawi dalam bukunya yang berjudul Riyadhus

Shalihin, mengatakan bahwa tata cara bertata krama (berakhlak)

dengan orang lain (sesama manusia) yaitu berhubungan baik dengan

manusia menurut kedudukannya masing-masing, karena setiap

kedudukan memerlukan perlakuan khusus.61) Dengan demikian kita

harus membedakan perlakuan akhlak kepada sesama manusia, seperti

kepada Rasulullah Saw., keluarga, tetangga, masyarakat maupun

lingkungan. Berikut dijabarkan mengenai ruang lingkup akhlak sesama

manusia:

59)
Ibid,. hal. 128.
60)
Moh. Rifa’i, Fiqh Islam, (Semarang: Karya Toha Putra, 2014), hal. 7.
61)
Imam An-Nawawi, Riyadhus Shalihin alih bahasa Adlchiyah dan Vivi Mazaya Hasyma,
(Semarang: Pustaka Nuun, 2017), hal. 239.

27
a) Akhlak Kepada Nabi Muhammad Saw..

Al-Qur’an banyak mengaitkan akhlak kepada Allah Swt.

dengan akhlak kepada Rasulullah Saw.. Seorang Muslim yang

berakhlak mulia kepada sesama manusia harus memulainya dengan

berakhlak mulia kepada Rasulullah Saw..

Akhlak kepada Rasulullah adalah menaati dan mengkuti

sunnah beliau serta mengucap shalawat dan salam kepada beliau. 62)

Arti Sunnah menurut bahasa adalah jalan, tabiat, atau kebiasaan,

yaitu jalan yang ditempuh atau kebiasaan yang dipakai dan

diperintahkan oleh Nabi Muhammad Saw..63) As-Sunnah menurut

istilah syara’ adalah sesuatu yang datang dari Rasulullah Saw., baik

perkataan, perbuatan, ataupun pengakuan (taqrir).64) Dengan

demikian, mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah merupakan wujud

Akhlak kita kepada Rasulullah Saw.

b) Akhlak Kepada Diri Sendiri

Berakhlak kepada diri sendiri merupakan wujud syukur

manusia telah diciptakan. Manusia diciptakan dalam sibghah Allah

(celupan yang berarti iman kepada Allah) dan dalam potensi

62)
Marzuki, Op. Cit., hal. 33.
63)
Rizem Aizid, Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, (Yogyakarta: Diva Press, 2015), hal.
37.
64)
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Semarang: Dina Utama, 2014), hal. 48.

28
fitrahnya berkewajiban menjaganya dengan cara memelihara

kesucian lahir dan batin, memelihara kerapihan, menambah

pengetahuan sebagai modal amal, seta tidak bermegah-megahan.65)

Dengan begitu fitrah manusia sebagai makhluk paling sempurna

akan terjaga.

c) Akhlak Kepada Keluarga.

Akhlak kepada keluarga dapat kita lakukan dengan berbakti

kepada orang tua dan berkata lemah lembut kepada mereka,

bergaul dengan keduanya secara makruf, memberi nafkah dengan

sebaik mungkin, serta saling mendo’akan.66)

Sehingga terciptalah keluarga yang harmonis dan bahagia.

Kemudian keluarga yang terdekat selanjutnya adalah tetangga.

Seorang muslim harus membina hubungan baik dengan tetangga

tanpa memperhatikan perbedaan agama, etnis, atau bahasa.67)

d) Akhlak Kepada Masyarakat.

Untuk bergaul dalam masyarakat, seorang muslim harus

berakhlak sesuai posisi masing-masing. Ketika sebagai pemimipin,

hendaknya meiliki akhlak mulia, seperti beriman, bertakwa,

berilmu, berani, jujur, lapang dada, penyantun, tekun, sabar dan

65)
Marzuki, Op. Cit., hal. 33.
66)
Ibid.
67)
Ibid., hal. 34.

29
melindungi rakyat.68) Sementara itu sebagai rakyat, seorang muslim

harus mematuhi pemimpin serta memberi saran dan nasihat kepada

pemimpin.69)

3) Akhlak Kepada Lingkungan.

Akhlak kepada lingkungan dicerminkan dari tugas manusia

sebagai khalifah di muka bumi, yaitu menjaga kestabilan alam agar

tetap sesuai fungsinya. Yang dimaksud lingkungan adalah segala

sesuatu yang di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan,

maupun benda-benda tak bernyawa.70) Menurut al-Qurthubi dalam

Marzuki bahwa hewan melata dan burung-burung itu seperti manusia

yang tidak boleh dianiaya. Pada masa perang, apalagi ketika damai,

Islam melarang tindak pengerusakan di muka bumi, baik terhadap

hewan maupun tumbuhan, kecuali sesuai dengan tujuan dan fungsi

penciptaannya.71)

Kekhalifahan manusia menuntut adanya interaksi antara

manusia dengan sesamanya dan manusia tehadap alam. Kekhalifahan

mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar

makhluk mencapai tujuan penciptaannya.72) Sehingga kehidupan

68)
Ibid.
69)
Ibid., hal. 35.
70)
Abudin Nata, Op. Cit., hal. 129.
71)
Marzuki, Op. Cit., hal. 35.
72)
Abudin Nata, Loc. Cit.

30
antara manusia dengan makhluk lain, baik makhluk hidup maupun

benda mati berjalan dengan harmonis sesuai tujuan penciptaanya.

Manusia juga bisa hidup damai serta bahagia seiring alam yang

bersahabat.

3. Kepribadian

a. Pengertian

Istilah kepribadian berasal dari kata Latin persona yang artinya

topeng. Siapapun yang kemudian mendefinisikan kepribadian layaknya

sebuah topeng, melihat kepribadian sebagai diri seseorang yang tampil

dihadapan publik.73)

Dalam perspektif Islam, kepribadian dikenal dengan istilah

Syakhshiyyah. Syakhshiyyah berasal dari kata Syakh yang berarti pribadi.

Kata itu kemudian diberi “ya‟ nisbah, sehingga menjadi kata benda

buatan syakhshiyah yang berarti kepribadian. Dalam kamus bahasa Arab

modern, istilah syakhshiyah digunakan untuk maksud personality.74)

Menurut Ahmad D. Marimba dalam Aisyah Hutapea, kepribadian

muslim adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya yakni tingkah

lakunya, kegiatan jiwanya maupun falsafah hidup dan kepercayaannya

73)
Mathew H. Olson dan B R Hergenhahn, Pengantar Teori-Teori Kepribadian, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2013), hal.1.
74)
Aisyah Hutapea, Konsep Kepribadian Islam Menurut Syaikh Taqiyuddin An Nabhan,
(Medan : UIN Sumatra Utara, 2016), hal. 35.

31
menunjukkan pengabdian dan penyerahan dirinya kepada Tuhan.75)

Menurut ahli psikologi George Kelly dalam Noer Rohmah, memberikan

definisi bahwa kepribadian merupakan cara yang unik dari individu

dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya.76) Setiap individu

memiliki pengalaman-pengalaman tersendiri yang berbeda-beda sehingga

memiliki kepribadian yang berbeda-beda pula.

Manusia terlahir membawa sifat asli bawaan keturunan atau

genetik. Namun, dalam pembentukan kepribadian juga dipengaruhi oleh

lingkungan sekitar. Hal ini senada dengan pengertian yang diungkapkan

Noer Rohmah dalam bukunya Pengantar Psikologi Agama, bahwa

kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari

seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari

lingkungan.77)

Selanjutnya menurut Al-Jamaly dalam Eliyanto, bahwa

kepribadian muslim menggambarkan muslim yang berbudaya, yang

hidup bersama Allah dalam tingkah lakunya, mempunyai hubungan erat

dengan Allah, alam dan manusia.78) Sehingga seluruh aspek

kehidupannya tidak lepas dari kedekatannya dengan Allah Swt..

75)
Ibid.
76)
Noer Rohmah , Op. Cit., hal. 322.
77)
Ibid., hal. 324.
78)
Eliyanto, Op. Cit., hal. 85-86

32
Kepribadian muslim merupakan hasil dari pendidikan Islam yang

menjadi pengalaman seseorang. Sedangkan ruh dari pendidikan Islam

adalah pendidikan akhlak. Jadi, kepribadian muslim merupakan hasil dari

pendidikan akhlak yang diterapkan kepada seseorang.

Kemudian dapat disimpulkan bahwa pengertian kepribadian

muslim adalah karakteristik seseorang yang menunjukan pengabdian,

penyerahan diri, hidup bersama Alloh Swt. dan seluruh aspek

kehidupannya tidak lepas dari kedekatan dengan Alloh Swt., yang

merupakan hasil dari bentukan pendidikan akhlak yang diterimanya.

b. Metode Pembentukan Kepribadian

Dalam pembentukan kepribadian muslim ada beberapa metode

yang digunakan dalam rangka menanamkan nilai-nilai pendidikan akhlak

pada diri seseorang, yaitu:

1) Keteladanan

Untuk membentuk kepribadian tidak cukup hanya dengan

pelajaran, instruksi dan larangan, sebab tabiat jiwa untuk menerima

keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seorang guru mengatakan

kerjakan ini dan jangan kerjakan itu.79) Maka dari itu seorang guru

harus memberi contoh perbuatan nyata dari materi pendidikan akhlak

yang akan diajarkan kepada seorang murid.

79)
Akmal Hawi, Op. Cit., hal. 97

33
Dalam konteks keteladanan, yang pertama harus diteladani

adalah Rasulullah Saw. sebagai pembawa ajaran Islam. Rasulullah

Saw. tidak hanya mengajarkan Islam secara teori saja namun diiringi

dengan perilaku kehidupan beliau yang dijadikan teladan oleh para

sahabat Nabi. Untuk meneladani akhlak Rasulullah Saw. kita hanya

perlu mencontoh akhlak para ulama yang mewariskan akhlak Nabi

Saw.. Ulama yang memiliki sanad keilmuan yang bersambung sampai

Nabi Saw..

Ustadz atau guru atau ulama yang akan mengajar muridnya,

sudah seharusnya mengamalkan terlebih dahulu apa yang akan

diajarkannya. Akmal Hawi dalam bukunya Kompetensi Guru

Pendidikan Agama Islam, juga mengatakan bahwa menanamkan

sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang. Pendidikan itu

tidak akan sukses, tanpa diiringi dengan pemberian contoh teladan

yang baik dan nyata.80)

2) Pengajaran

Pengajaran merupakan proses transfer ilmu dari seorang guru

kepada murid atau dari seorang ustadz kepada santrinya sebagai bekal

seorang murid atau santri untuk membentuk pribadinya menjadi

pribadi yang berakhlak mulia. Pengajaran yang digunakan untuk

membentuk pribadi muslim diantaranya:


80)
Ibid.

34
1) Pengajaran Materi Akhlak

Untuk membentuk pribadi yang memiliki akhlak mulia,

maka seorang murid perlu diberikan materi tentang akhlak. Hal ini

dilakukan sebagai modal pengetahuan bagi seorang murid tentang

akhlakul karimah. Ibnu Miskawaih dalam Sehat Sultoni

Dalimunthe menyebutkan bahwa materi pokok akhlak ada empat,

yaitu al-hikmah (bijaksana), as-syaja’ah (perwira atau kesatria),

al-iffah (Menjaga diri dari perbuatan dosa) dan al-adl (adil).81)

Kemudian menurut Al-Darraz dalam Eliyanto,

mengatakan bahwa,

“Materi pendidikan akhlak harus mencakup


tentang: pensucian jiwa, kejujuran dan kebenaran,
menguasai hawa nafsu, sifat lemah lembut dan rendah hati,
berhati-hati dalam mengambil keputusan, menjauhi buruk
sangka, mantap dan sabar, menjadi teladan yang baik,
beramal saleh dan berlomba-lomba berbuat baik, menjaga
diri, ikhlas, hidup sederhana, pintar mendengar dan
kemudian mengikutinya (yang baik).” 82)

2) Pengajaran dengan kisah.

Pembelajaran metode kisah menurut al-abrasyi dalam

Sehat Sultoni Dalimunthe digolongkan pada metode pendidikan

akhlak secara tidak langsung.83) Karena pemberian materi akhlak

dalam metode tersebut hanya tersirat melalui kisah-kisah Nabi dan

81)
Sehat Sultoni Dalimnthe, Op. Cit., hal. 125.
82)
Eliyanto, Op. Cit., hal. 55.
83)
Ibid., hal. 204.

35
Rasul terdahulu. Sehingga seorang murid dapat mengambil

pelajaran dari kisah yang diceritakan.

3) Pembiasaan

Pembiasaan merupakan proses pembinaan akhlak untuk

membentuk kepribadian. Pada awalnya pembiasaan biasanya masih

bersifat paksaan dan lama kelamaan akan menjadi kebiasaan. Imam

Al-Ghazali dalam Abudin Nata menganjurkan agar akhlak diajarkan,

yaitu dengan cara melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah laku

yang mulia.84)

Dengan demikian, pembentukan kepribadian bisa dilakukan

dengaan proses pembiasaan akhlak baik yang sudah dicontohkan oleh

seorang guru, atau diajarkan melalui proses pengajaran maupun kisah-

kisah.

c. Kepribadian Perspektif Islam

1) Kesalehan Individual dan Kesalehan Sosial

Dalam al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad saw., banyak

sekali disinggung tentang keharusan seorang muslim untuk bersikap

saleh. Saleh yang diteladankan al-Qur’an dan Hadist tidak hanya

terbatas pada saleh secara individual (antara manusia dan Allah swt),

84)
Abudin Nata, Op. Cit., hal. 141.

36
namun juga saleh secara sosial (antara manusia dengan lingkungan). 85)

Sebagaimana terdapat dalam surat al-Mu’minun ayat 1-11 yang

artinya:

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman;


(yaitu) orang-orang yang khusyu´ dalam sembahyangnya; dan
orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tiada berguna; dan orang-orang yang
menunaikan zakat; dan orang-orang yang menjaga
kemaluannya; kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak
yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini
tiada tercela; Barangsiapa mencari yang di balik itu maka
mereka itulah orang-orang yang melampaui batas; Dan
orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang
dipikulnya) dan janjinya; dan orang-orang yang memelihara
sembahyangnya; Mereka itulah orang-orang yang akan
mewarisi; (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka
kekal di dalamnya”. (Q. S. Al- Mu’minun : 1-11)

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa orang yang beriman

(saleh) adalah orang yang tidak hanya memperhatikan ibadah

mahdlah-nya saja, tapi juga memperhatikan kepentingan sosialnya.

Terdapat pula ukuran kesalehan seseorang yang dinyatakan oleh Riza

Zahriyah Falah dalam Jurnal bimbingan Konseling Islam sebagai berikut,

“Sikap saleh tidak hanya diukur dari seberapa banyak


orang itu sholat dalam sehari, puasa dalam satu tahun, pergi
umroh dan haji, tapi juga diukur dengan seberapa banyak jasa
yang dia hasilkan untuk orang lain, seberapa besar pengabdian
yang dilakukan dalam melestarikan lingkungan, seberapa baik
teladan yang diberikan pada orang lain dan sebagainya.
Artinya saleh tidak hanya memikirkan legalitas formal seperti
yang terdapat dalam rukun Islam misalnya, tapi juga

85)
Riza Zahriyal Falah, Membentuk kesalehan IndIvIdual dan SosIal MelaluI KonselIngMultIkultural,
Jurnal Bimbingan Konseling Islam Vol. 7 No. 1, 2016, hal. 170.

37
memikirkan implikasi sosialnya. Ketika hal ini diabaikan, yang
terjadi adalah muslim namun tidak Islami,... “ 86)
2) Mabadi Khaira Ummah

Secara bahasa kata mabadi berarti landasan, dasar, atau

prinsip. Kata khaira berarti terbaik atau ideal. Kemudian kata ummah

artinya masyarakat, bangsa atau rakyat. Secara epistemologi mabadi

khaira ummah adalah prinsip-prinsip dasar yang digunakan untuk

mengupayakan terbentuknya tatanan kehidupan masyarakat yang ideal

atau terbaik, yaitu masyarakat yang mampu melaksanakan tugas-tugas

amar ma’ruf nahi munkar.87)

Konsep mabadi khaira ummah yang lahir dari organisasi

Nahdhaltul ‘Ulama memiliki tujuan utama yaitu terbentuknya

masyarakat dengan karakter mulia. Terdapat lima butir prinsip

mabadi khaira ummah yang menjadi dasar konsep kepribadian

muslim, yaitu:

a) As-Shidqu (Kejujuran, kebenaran, kesungguhan, dan

keterbukaan)

b) Al-Amanah wal Wafa’ bil Ahdi (Dapat dipercaya, setia, dan

menepati janji)

c) Al A’dalah (Adil, memberikan hak dan kewajiban secara

proporsional)
86)
Ibid., hal. 171.
87)
Agus Salim Chamidi dan Bahrun Ali Murtopo, Manajemen Pendidikan Karakter Mabadi
Khaira Ummah Di Smk Maarif 2 Gombong, Jurnal Wahana Akademika Vol. 5 No. 1, 2018, hal. 20-
21.

38
d) At Ta’awun (Tolong-menolong, setia kawan, dan gotong-royong

dalam kebaikan dan ketaqwaan)

e) Al-Istiqamah ( Ke-ajeg-an berada di jalur yang ditentukan Allah

dan Rasulullah serta tuntunan dari Ulama’ Salafus Sholeh). 88)

4. Pondok Pesantren

a. Pengertian

Pondok pesantren berasal dari dua kata yaitu “pondok” dan

“pesantren”. Amin Haedari dalam Abu Yazid menjelaskan bahwa istilah

“pondok” berasal dari bahasa Arab yaitu “funduk” yang berarti “hotel”

atau “rumah penginapan”.89) Pada kenyataanya memang begitu, pondok

tidak lebih dari sebuah penginapan atau asrama yang ditempati para

santri.

Kemudian, kata “pesantren”, menurut Ahmad Susilo yang

mengutip dari buku terbitan Departemen Pendidkan dan Kebudayaan,

yang dikutip dalam Abu Yazid, berasal dari kata “santri” dengan

mendapat awalan “pe” dan akhiran “an”. Kata tersebut mengandung arti

asrama tempat tinggal santri atau tempat murid-murid belajar mengaji dan

sebagainya.90)
88)
Muhamad Umar Fauzi, Implementasi Konsep“Mabadi Khaira Ummah Nahdlatul
Ulama”Sebagai Bentuk Moderasi Islam di Kabupaten Nganjuk, Jurnal Tafhim Al-Ilmi, 2019, hal.
128.
89)
Abu Yazid, Paradigma Baru Pesantren,(Yogyakarta: Ircisod, 2018). hal. 102
90)
Ibid., hal. 103.

39
Menurut Abu Yasid dalam bukunya Paradigma Baru Pesantren,

mengatakan bahwa pondok pesantren adalah lembaga pendidikan

tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati

dan mengamalkan ajaran islam, dengan menekankan pentingnya moral

keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.91) Dalam melaksanakan

kegiatan pendidikan islamnya, pondok pesantren menerapkan sistem

pendidikan dimana antara pendidik yang disebut “Kyai” dan muridnya

yang disebut “santri” hidup bersama dalam satu lingkungan pondok.

Sehingga seorang Kyai dapat mendidik, mengawasi dan membimbing

santri-santrinya setiap saat. Dengan begitu kepribadian santri akan

terbentuk dengan baik.

Pondok pesantren juga dikatakan lembaga al-tafaqquh fi al-din,

yakni lembaga pengembangan ilmu-ilmu agama, utamanya ilmu fiqh.92)

Walaupun yang dipelajari tidak hanya ilmu fiqh saja, tapi ada banyak

ilmu-ilmu lain yang dipelajari di Pondok Pesantren, seperti ilmu nahwu

shorof, ilmu tasawuf, dlsb.

b. Elemen-Elemen Pondok Pesantren

91)
Ibid.
92)
Ibid., hal. 28.

40
Pondok pesantren memiliki elemen-elemen yang membentuk

komunitas pesantren. Amin Haedari dalam Abu Yasid, menyebutkan ada

empat elemen pesantren, yaitu masjid, pembelajaran kitab kuning, santri

dan kyai sebagai pemimpin pesantren.93) Namun menurut Zamaksyari

Dhofier dalam bukunya Tradisi Pesantren, menyebutkan ada lima elemen

pesantren yaitu pondok, masjid, santri, pengajaran kitab klasik dan kyai. 94)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa elemen pondok pesantren yang lengkap

ada lima unsur, yaitu Pondok, masjid, kyai, santri dan pengajaran kitab

klasik.

1) Pondok

Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama

pendidikan Islam tradisional dimana siswanya tinggal bersama dan

belajar dibawah bimbingan seorang (atau lebih) guru yang dikenal

dengan sebutan “kyai”.95) Pondok yang secara bahasa asal katanya

dari bahasa Arab “funduk”yang berarti “penginapan” menjadi elemen

penting dalam melengkapi eksistensi pesantren.

Alasan sebuah pesantren harus memiliki pondok sebagai

tempat penginapan para santri, karena santri yang belajar di pesantren

93)
Ibid., hal. 103.
94)
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta:
LP3ES, 1994), hal. 79.
95)
Ibid.

41
kebanyakan datang dari luar daerah sehingga tidak mungkin untuk

pulang-pergi saat belajar.

2) Masjid

Dalam lingkungan pondok pesantren, masjid memiliki

dwifungsi, yakni sebagai tempat ibadah dan pembelajaran.96) Fungsi

yang pertama yaitu sebagai tempat ibadah, yang memang pada

dasarnya masjid adalah tempat ibadah bagi umat Islam. Kemudian

dalam lingkungan pondok pesantren, masjid juga memiliki fungsi

sebagai tempat pembelaajaran atau tempat mendidik para santri,

terutama untuk praktik sholat lima waktu berjamaah, khutbah dan

sholat jum’at dan pengajaran kitab-kitab klasik serta kegiatan-

kegiatan lain yang membutukan tenpat untuk berkumpulnya para

santri.

3) Kyai

Kyai merupakan elemen yag paling esensial dari suatu

pesantren. Ia seringkali bahkan merupakan pendirinya. Sudah

sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu pesantren semata-mata

bergantung pada kemampuan pribadi kyainya.97) Sebutan “kyai”

merujuk pada ulama yang memiliki keahlian dibidang ilmu agama

Islam dan biasanya memimpin sebuah pondok pesantren. Sebutan ini

96)
Abu Yasid, Op. Cit., 198.
97)
Zamaksyari Dhofier, Op. Cit., hal. 93.

42
banyak digunakan di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sedangkan

di daerah Jawa Barat ulama-ulama ahli ilmu agama islam disebut

ajengan.

Di Pondok Pesantren seorang Kyai menjadi pemimpin

sejaligus guru dari santri-santri yang belajar. Seorang Kyai yang

memiliki santri yang cukup banyak biasanya dibantu oleh santri senior

yang keilmuannya sudah cukup mumpuni dan diangkat menjadi

ustadz.

4) Santri
Kata santri berasal dari bahasa jawa yitu cantrik, yang

mempunyai arti seorang yang senantiasa mendampingi guru, kemana

pun guru itu pergi.98) Ada juga yang mengatakan kata santri berasal

dari bahasa sansekerta (sastri) dan tamli (sattri) yang berarti

terpelajar.99) Dengan demikian dapat disimpulkan kata santri berasal

dari paduan keduanya. Kemudian dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia yang dikutip Abu Yasid, kata “santri” disematkan pada

orang yang mendalami agama Islam, orang yang beribadah secara

sungguh-sungguh dan orang shalih.100)

98)
Abu Yasid, Op. Cit., hal. 71.
99)
Muhammad Anwar Salim, Implementasi Pendidikan Karakter Pada Santri Pondok
Pesantren Al-Falah Salatiga, (Salatiga :IAIN Salatiga, 2017), hal. 8.
100)
Abu Yasid, Op. Cit., hal. 198.

43
Santri adalah siswa yang tinggal di pesantren, guna

menyerahkan diri untuk mendapatkan bimbingan kiai. 101) Jadi dapat

disimpulkan bahwa santri merupakan sebutan bagi orang yang

mendalami agama Islam yang berguru pada seorang Kyai yang

memiliki cita-cita menjadi orang terpelajar dan ahli dalam bidang

agama Islam. Kemudian santri dibedakan menjadi dua yaitu:

a) Santri mukim adalah murid- murid yang berasal dari daerah yang

jauh dan menetap dalam kelompok pesantren.

b) Santri kalong adalah murid- murid yang berasal dari desa- desa di

sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam

pesantren.102)

5) Pengajaran Kitab Klasik (Pilar Kurikulum Pendidikan Pesantren)

Pendidikan Islam yang diterapkan di Pondok Pesantren,

memiliki tradisi yang diwariskan dari awal adanya pesantren yaitu

kajian kitab kuning atau kitab klasik. Pada masa lalu, pengajaran kitab

klasik (kuning), terutama karangan-karangan ulama yang menganut

faham Syafi’i, merupakan satu-satunya penagajaran formal yang

diberikan dalam lingkungan pesantren.103)

101)
Muhammad Anwar Salim, Op. Cit., hal. 23

102)
Zamakhsyari Dhofier, Op. Cit., hal. 34.
103)
Ibid., hal. 86.

44
Namun pondok pesantren tidak hanya mengajarkan kitab

klasik saja. Setidaknya ada tiga pilar kurikulum yang menjadi ajaran

pokok di pondok pesantren.

Kurikulum dipahami sebagai seperangkat mata pelajaran yang

harus diberikan kepada santri. Khazanah pesantren dibidang keilmuan

meliputi kajian kitab kuning (klasik), pendidikan karakter/akhlak, dan

pendidikan al-Qur’an.104)

Tiga khazanah pesantren tersebut menjadi pilar pokok

pendidikan Islam yang diterapkan di pondok pesantren. Kemudian

ilmu-ilmu lain menjadi tambahan untuk memperkaya pengetahuan dan

keilmuan santri.

Pendidikan akhlak yang diterapkan dipesantren dimulai dengan

sikap keteladanan dari Kyai-nya atau Ustadz pembantu Kyai yang

mengajar di Pondok Pesantren. Bahkan seorang Kyai tidak hanya

menjadi contoh dalam hal tingkah laku atau akhlak di lingkungan

pesantren saja, tapi masyarakat umum pun menjadikan Kyai sebagai

teladan dalam berakhlak. Hal ini seperti yang dikatakan Zamaksyari

Dhofier dalam bukunya Tradisi Pesantren,

“Secara umum, tingkah laku yang benar secara Islam


dinyatakan dalam contoh-contoh seperti yang dikerjakan oleh
para kyai yang (melalui lembaga-lembaga pesantren dan
amalan-amalan beragama yang lain, seperti mengikuti
sembahyang dan khutbah Jum’at) mengajarkan kepada

104 )
Abu Yasid, Op. Cit., hal. 199.

45
anggota-anggota masyarakat tingkah laku Islam yang ideal,
pola pikiran dan perasaan yang ideal, simbol-simbol dan
amalan-amalan Islam.”105)

Kemudian para santri juga diajarkan materi-materi akhlak

dengan metode-metode pengajaran khas pesantren, yaitu pengajaran

kitab klasik atau kitab kuning dengan sistem sorogan dan sistem

bandongan. Sistem sorogan merupakan model pembelajaran kitab

kuning secara individual bagi santrinya. Seorang santri mendatangi

gurunya dan belajar menerjemahkan kitab dan memahaminya. Kyai

yang menjadi gurunya mengawali membacakan kitab serta

menerjemahkannya kemudian seorang santri belajar membaca dan

menerjemahkan kitab dihadapan kyai-nya. Seperti yang dijelaskan

Zamaksyari Dhofier dalam bukunya Tradisi Pesantren, berikut:

“... seorang murid mendatangi seorang guru yang


membacakan beberapa baris Qur’an atau kitab-kitab bahasa
Arab dan menerjemahkannya ke dalam bahasa daerah masing-
masing di seluruh wilayah Indonesia. Pada gilirannya, murid
mengulangi dan menerjemahkan kata demi kata persis seperti
yang dilakukan oleh gurunya. ... sistem individual dalam
sistem pendidikan pesantren ini disebut sistem sorogan yang
diberikan dalam pengajian kepada murid-murid yang telah
menguasai pembacaan Al-Qur’an.”106)
Kemudian metode pengajaran yang kedua adalah sistem

bandongan, metode ini merupakan metode utama pengajaran di

Pondok Pesantren. Metode ini juga sering disebut metode weton.

Dalam sistem ini sekelompok murid (antara 5 sampai 500 murid)


105)
Zamaksyari Dhofier, Op. Cit., hal. 42-43.
106)
Zamaksyari Dhofier, Op. Cit., hal. 53-54.

46
mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan,

menerangkan, bahkan seringkali mengulas buku-buku Islam dalam

bahasa Arab.107) Buku-buku Islam dalam bahasa Arab tersebut biasa

disebut kitab dan berbagai macam judul dan ditulis oleh ulama-ulama

salaf pada zaman dahulu.

Dalam metode ini, setiap murid menyimak bukunya sendiri

dan membuat catatan (baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata

atau buah pikiran yang sulit. Kelompok kelas sistem bandongan ini

disebut halaqoh yang arti bahasanya lingkaran murid atau kelompok

siswa yang belajar dibawah bimbingan seorang guru.108) Walaupun

dalam kenyataannya sekarang, saat murid belajar tidak selalu

membentuk sebuah lingkaran dan penamaan kelas belajar tersebut

juga bervariasi tergantung tradisi yang diterapkan di pondok

pesantrennya.

Kemudian setelah santri mendapatkan contoh-contoh dari kyai

atau ustadz yang ada di pondok pesantren dalam berakhlak dan juga

mendapat materi ilmu akhlak melalui pengajaran metode sorogan

ataupun bandongan, selanjutnya santri dididik akhlaknya dengan

pembiasaan-pembiasaan dan kegiatan-kegiatan untuk melatih dirinya

agar tertanam akhlak baik.

107)
Ibid., hal. 5.
108)
Ibid., hal. 54

47
Dari penjabaran diatas dapat simpulkan bahwa implementasi nilai-

nilai pendidikan akhlak dalam membentuk kepribadian santri putra di pondok

pesantren Darussalam Adikarso Kebumen merupakan sebuah upaya

penerapan atau penanaman nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan

akhlak yang diterapkan di pondok pesantren Darussalam Adikarso Kebumen,

dalam membentuk kepribadian atau karakteristik pribadi santri putra. Upaya

tersebut sebagai tawaran solusi dari masalah dekadansi moral pada generasi

muda yang terjadi di massa modern sekarang.

Di pondok pesantren diterapkan model pendidikan akhlak yang

berbeda dengan pendidikan pada umumnya. Penanaman nilai-nilai pada santri

dilakukan secara nyata, tidak hanya teori saja tapi dengan praktek-prakteknya

serta diiringi dengan riyadhoh pendekatan diri kepada Alloh Swt.. Dalam

proses internalisasi nilai-nilai pendidikan akhlak, antara kyai sebagai pendidik

dan santri sebagai murid tinggal dalam lingkungan yang sama sehingga

proses pendidikan berjalan maksimal dengan keteladanan dan pengawasan

langsung Kyai. Sehingga kepribadian mulia yang diharapkan dari pendidikan

akhlak yang dilakukan dapat terwujud.

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian ini memiliki beberapa penelitian yang relevan dan sejenis.

Dalam hal ini untuk menunjukan perbedaannya dengan penelitian yang telah

48
dilakukan lebih dulu dan membuktikan ke-asli-an dari penelitian ini. Berikut

beberapa penelitian sebelumnya yang relevan diantaranya :

Skripsi yang ditulis Marina dengan judul “Implementasi Akhlakul

Karimah Dikalangan Santri Pondok Pesantren Darul Wasi’ah Simalinyang

Kecamatan Kampar Kiri Tengah Kabupaten Kampar”.109) Program S1

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Pekanbaru

tahun 2008. Berdasarkan penelitian ini menyatakan bahwa untuk meng-

implementasi-kan akhlakul karimah dikalangan santri, terdapat usaha guru yang

membina proses tersebut dan ada faktor-faktor yang mempengaruhi. Sehingga

santri di pondok tersebut terbentuk akhlaknya dengan baik.

Penelitian tersebut menggunakan metode kuantitatif. Hasil

penelitiannya adalah bahwa implemetasi akhlakul karimah dikalangan santri

Pondok Pesantren Darul Wasi’ah Simalinyang dikategorikan baik dan

dipengaruhi oleh faktor intern keteladanan guru dan kesadaran santri di

lingkungan pondok dan faktor ekstern dari masyarakat sekitar pondok yang

memberi pengawasan kepada para santri. Sedangkan penelitian yang penulis

lakukan, memfokuskan pada implementasi nilai-nilai yang terkandung dalam

pendidikan akhlak dalam pembentukan kepribadian santri. Jadi ada perbedaan

yang mendasar dari segi isi dan metodologi yang digunakan.

109)
Marina, Implementasi Akhlakul Karimah Dikalangan Santri Pondok Pesantren Darul
Wasi’ah Simalinyang Kecamatan Kampar Kiri Tengah Kabupaten Kampar, (Pekanbaru : Fakultas
Tarbiyah Dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim, 2008)

49
Kemudian, skripsi yang ditulis MR. Isma-Al Nahooda dengan judul

“Implementasi Pendidikan Akhlak Pada Siswa Menengah Smp

(Mattayumton) Samakkee Islam Wittaya Satun Selatan Thailand Tahun

2017/2018.110) Program S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Walisongo tahun 2018. Berdasarkan penelitian tersebut menyatakan bahwa

pendidikan akhlak dilaksanakan melalui pembelajaran agama Islam

menggunakan perencanaan pembelajaran, pengelolaan pendidikan, proses

pembelajaran, strategi media, sarana prasarana dan evaluasi pendidikan akhlak.

Sedangkan dalam metode digunakan pemahaman, kebiasaan dan keteladanan.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah kualitatif.

Kemudian hasil dari penelitiannya adalah bahwa pelaksanaan pendidikan akhlak

pada siswa di sekolah SMP Samakkee Islam Wittaya sudah mendidik dengan

baik, tetapi secara praktik baik dari segi guru ataupun siswa dilihat kurang baik,

untuk meningkatkan pelaksanaan pendidikan akhlak di sekolah, guru mendidik

siswa dengan baik dan benar serta menjadi contoh bagi siswanya. Sedangkan

penelitian yang dilakukan penulis memfokuskan pada implementasi nilai-nilai

yang terkandung dalam pendidikan akhlak dalam pembentukan kepribadian santri

di Pondok Pesantren Darussalam Adikarso Kebumen.

Selanjutnya, skripsi yang ditulis oleh Muhammad Anwar Salim dengan

judul “Implementasi Pendidikan Karakter pada Santri Pondok Pesantren

110)
MR. Isma Al-Nahooda, Implementasi Pendidikan Akhlak Pada Siswa Menengah Smp
(Mattayumton) Samakkee Islam Wittaya Satun Selatan Thailand Tahun 2017/2018, (Semarang :
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo, 2018)

50
Al- Falah Salatiga Tahun 2017111) Program S1 Fakultas Tarbiyah Ilmu

Keguruan IAIN Salatiga tahun 2017. Berdasarkan penelitian tersebut menyatakan

bahwa pendidikan dimaknai sebagai proses pembentukan

kepribadian dan pengembangan seseorang sebagai makhluk individu, sosial,

susila, dan makhluk yang beragama, kesemuanya menghendaki manusia

menjadi makhluk yang seimbang sehingga diharapkan pendidikan dapat

menjadikan proses untuk mencapai tujuan tersebut.112) Kemudian pendidikan

karakter memiliki peranan yang sangat signifikan dalam upaya menjadikan

dirinya sebagai manusia yang memiliki keutamaan.113) Dari pernyataan tersebut,

peneltian tersebut memfokuskan pada pendidikan karakter yang diterapkan di

Pondok Pesantren Al- Falah Salatiga, sedangkan penelitian yang dilakukan

penulis memfokuskan pada nilai-nilai dari pendidikan Akhlak yang diterapkan di

Pondok Pesantren Darussalam Adikarso Kebumen.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah kualitatif.

Kemudian hasil dari penelitiannya adalah mengenai kegiatan-kegiatan dan

metode-metode yang digunakan untuk menanamkan pendidikan karakter di

Pondok Pesantren Al-Falah Salatiga serta kendala-kendala yang ada. Sedangkan

penelitian yang dilakukan penulis memfokuskan pada implementasi nilai-nilai

111)
Muhammad Anwar Salim, Implementasi Pendidikan Karakter Pada Santri Pondok
Pesantren Al-Falah Salatiga , (Salatiga :IAIN Salatiga, 2017).
112)
Ibid., hal. 17.
113)
Ibid., hal. 19.

51
yang terkandung dalam pendidikan akhlak dalam pembentukan kepribadian santri

di Pondok Pesantren Darussalam Adikarso Kebumen.

Dari beberapa penelitian terdahulu di atas, terdapat perbedaan yang

mendasar dengan penelitian yang dilakukan penulis baik dari segi isi maupun

metodologi yang digunakan. Sehingga dapat dipastikan penelitian yang

dilakukan penulis adalah asli karya sendiri bukan merupakan jiplakan atau

plagiasi dari penelitian yang sudah ada.

C. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis memiliki dua fokus penilitian, pertama,

nilai-nilai dari pendidikan akhlak yang diterapkan pada kegiatan-kegiatan yang

ada di Pondok Pesantren Darussalam Adikarso Kebumen. Kedua, Kepribadian

santri putra yang yang merupakan hasil dari implementasi nilai-nilai pendidikan

akhlak dalam kegiatan-kegiatan yang ada di Pondok Pesantren Darussalam

Adikarso Kebumen.

52
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Jenis Penelitian ini ialah penelitian lapangan atau field research. Penulis

melakukan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Miles

dan Huberman dalam Ahmad Tanzeh bahwa penelitian kualitatif merupakan

penelitian yang bertitik tolak dari realitas dengan asumsi pokok bahwa tingkah

laku manusia mempunyai makna bagi pelakunya dalam konteks tertentu.114)

Kualitatif merupakan sebuah pendekatan yang naturalistik atau alamiah. Data

yang didapatkan dari lapangan berasal dari peristiwa nyata tanpa dibuat-buat.

Data hasil penelitian merupakan hasil pengamatan penulis atau wawancara

dengan informan yang ada dilapangan serta dokumentasi data-data yang ada.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research,yaitu

penelitian yang memiliki sumber data dari lapangan atau lokasi penelitian

langsung. Pendekatan yang digunakan ialah pendekatan kualitatif yang memiliki

ciri khas naturalistik atau alamiah. Disebut juga metode kualtitatif karena data

yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. Metode ini digunakan

untuk meneliti kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti merupakan

instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis


114)
Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis, Cet. Ke.1,(Yogyakarta: Teras, 2011), hal.
48.

53
54

data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari

pada generalisasi.

Kriteria dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data yang

pasti adalah data yang terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang sekadar

terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna dibalik yang terlihat dan

terucap. Kemudian data tersebut ditafsirkan sesuai tujuan penelitian.115) Untuk

menggali data yang akurat dan pasti, peneliti akan melakukan wawancara yang

mendalam kepada subjek penelitian, observasi partisipasi dan dokumentasi data-

data yang terdapat di lokasi penelitian.

Data yang dihasilkan adalah data non statistik dan disajikan dalam bentuk

narasi deskriptif, atau tulisan-tulisan yang menggambarkan hasil penelitian

secara nyata tanpa dibuat-buat dan mengarah pada judul penelitian.

C. Subjek Penelitian

Sebuah penelitian yang dilakukan pasti memiliki subjek penelitian.

Subjek penelitian ialah segala sesuatu baik berupa manusia, tempat atau

barang/paper yang dapat memberikan informasi (data) yang diperlukan

penelitian dan dalam penelitian itu menggunakan “social situation”, situasi

sosial yang terdiri dari 3 elemen yaitu tempat (place, pelaku (actors), dan

115)
Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung :
Pustaka Setia, 2012), hal. 57-58.
Saktivitas (activity), yang berinteraksi secara sinergi. Tiga elemen tersebut digali

datanya yang kemudian diolah dan menjadi hasil penelitian.116)

Subjek penelitian terbagi menjadi subjek premier dan subjek sekunder,

dalam penelitian ini subjek premiernya diantaranya :

1. Pengasuh pondok pesantren

2. Pengurus pondok pesantren

3. Ustadz pengajar pondok

4. Santri

5. Warga Sekitar Pondok

6. Wali Santri

Adapun subjek sekundernya yaitu tempat dimana kegiatan berlangsung

yang dapat memberikan informasi sesuai judul dengan proses observasi

partisipasi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Penulis menggunakan tiga metode pengumpulan data yaitu wawancara,

observasi dan dokumentasi.

1. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan kepada responden dan mencatat atau merekam jawaban-jawaban

116)
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2012), hal. 291.

55
responden.117) Metode wawancara yang digunakan penulis adalah wawancara

mendalam untuk menggali data sebanyak-banyaknya, sehingga terjawab

semua rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini. Dalam melakukan

wawancara penulis berbekal pedoman wawancara yang sebelumnya telah

dibuat dengan berpedoman pada teori-teori yang telah dipaparkan diatas.

2. Observasi (Pengamatan)

Metode observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan cara

mengadakan pengamatan terhadap objek, baik secara langsungmaupun tidak

langsung, lazimnya yang disebut observasi.118) Observasi yang dilakukan

penulis adalah observasi partisipasi yaitu dalam melakukan observasi penulis

ikut terjun langsung dalam kegiatan yang dilaksanakan. Untuk memperkuat

proses observasi penulis menggunkan alat bantu yaitu alat perekam gambar.

3. Dokumetasi

Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak

langsung ditujukan pada subjek penelitian, tetapi melului dokumen.119)

Metode ini akan digunakan penulis untuk menggali informasi melalui tempat-

117)
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Cet. 10, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hal.
173.
118)
Ibid. hal. 168.
119)
Ibid. hal. 183

56
tempat, benda-benda maupun arsip-arsip yang ada di lokasi penelitian untuk

memperdalam dan memperkuat data informasi yang diperoleh.

E. Kredibilitas Data

Kredibilitas data hasil penelitian kualitatif diuji dengan peningkatan

ketekunan dalam penelitian dan triangulasi.

1. Peningkatan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut data akan terekam

secara sistematis. Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan

adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian

atau dokumen tentang temuan yang diteliti.

2. Triangulasi

Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan

berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi

sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan triangulasi waktu.

F. Teknik Analisis Data

57
Setelah semua data terkumpul melalui wawancara medalam, observasi

partisipasi dan dokumentasi kemudian dilakukan pengolahan dan analisis data.

Analisis data adalah kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi,

penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial,

akademis dan ilmiah.120)

Data yang dihasilkan dalam penelitian ini bukan berupa angka sehingga

metode analisis yang digunakan ialah metode non statistik. Pengolahan dan

analisis yang dilakukan mengarah kepada judul penelitian dan menjawab

rumusan masalah, yaitu bagaimana implementasi atau penerapan nilai-nilai

pendidikan akhlak dalam membentuk kepribadian santri putra dan bagaiamana

kepribadian santri putra Pondok Pesantren Darussalam Adikarso Kebumen.

Sehingga tujuan dari penelitian ini tercapai dan tuntas.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah penulis memperoleh surat ijin

penelitian dan memasuki lokasi penelitian. Pengumpulan data dilakukan

dengan wawancara, observasi dan dokumentasi.

2. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

mengfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta

120)
Ahmad Tanzeh, Op. Cit., hal. 95-96.

58
membuang yang tidak perlu.121) Dalam kegiatan reduksi data dilakukan

pemilihan-pemilihan tentang bagian data yang perlu diberi kode, bagian data

yang harus dibuang dan pola yang harus dilakukan peringkasan. Kegiatan

reduksi data ini dapat dilakukan melalui seleksi data yang ketat, pembuatan

ringkasan, dan menggolongkan data menjadi suatu pola yang lebih luas dan

mudah dipahami.

3. Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan dan hubungan antar kategori. Penelitian ini

menggunakan penyajian data yang bersifat deskriptif berupa narasi dan

bagan.

4. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan

adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan

dapat berupa deskripsi atau gambaran objek yang sebelumnya samar sehingga

menjadi jelas.

121)
Sugiyono, Op.Cit, hal. 338

59
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darussalam Adikarso Kebumen

1. Letak geografis Pondok Pesantren Darussalam

Lokasi Pondok Pesantren Darussalam terletak di Dusun Keputihan RT

01 RW 04 Desa Adikarso Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen

Propinsi Jawa Tengah. Pondok pesantren ini berbatasan dengan Desa

Tamanwinangun di sebelah barat dan utara, berbatasan dengan Desa

Muktisari di sebelah selatan dan berbatasan dengan Desa Selang di sebelah

timur. 122)

Kemudian bangunan pondok pesantren secara fisik memiliki batas-

batas sebagai berikut:

b. Sebelah utara berbatasan dengan perumahan warga

c. Sebelah barat berbatasan dengan perumahan warga

d. Sebelah selatan berbatasan dengan jalan umum Desa Adikarso, dan

e. Sebelah timur berbatasan dengan perumahan warga

Pondok pesantren ini memiliki letak yang cukup strategis, tidak terlalu

jauh dari terminal umum dan dari jalan raya. Sehingga memudahkan akses

masuk menuju pondok. Letaknya yang agak masuk dan di tengah pemukiman
122)
Muhammad Said Udin di teras kamar santri putra pondok pesantren Darussalam Adikarso,
tanggal 13 Juni 2020.

60
61

warga serta agak jauh dari jalan raya menjadikan pondok pesantren ini lebih

kondusif untuk proses belajar para santri. Sehingga proses implementasi nilai-

nilai pendidikan akhlak dalam membentuk kepribadian santri dapat berjalan

maksimal dan dapat mewujudkan santri yang memiliki kepribadian

muslim.123)

2. Sejarah Pondok Pesantren Darussalam

Pondok pesantren didirikan oleh K.H. Nur Muhammad. Beliau lahir

pada tahun 1943 di Purwokerto. Sekitar tahun 1950-an, Beliau menuntut ilmu

di Watucongol Magelang. Kemudian hijrah ke Pondok Pesantren Al-

Munawaroh Dusun Kayuapuh Desa Adikarso Kecamatan Kebumen untuk

meneruskan dalam merguru. Selain itu beliau juga mengaji wetonan setiap

satu minggu sekali di Somalangu kepada K.H. Thoifur. Singkat cerita, Beliau

kemudian dijadikan menantu oleh Ibu Nyai Hisyam.

Pada tahun 1955-1959 K.H. Nur Muhammad diminta oleh pemimpin

Desa Adikarso untuk menjadi pengasuh sekaligus imam masjid di Desa

Adikarso. Selain menjadi imam sholat, beliau juga memberikan pengajaran

kepada anak-anak. Kemudian pada tahun 1960, K.H. Nur Muhammad mulai

memiliki beberapa orang santri yang datang dari sekitar Kebumen. Mereka

saat itu berjumlah kurang lebih 10-15 orang santri. Namun karena belum

memiliki bangunan pondok sabagai asrama para santri, kemudian para santri
123)
Observasi kegiatan santri putra di pondok pesantren Darussalam Adkarso, tanggal 14 Juni
2020.
62

tersebut ditempatkan di sebuah rumah kosong yang terletak di sebelah selatan

masjid. Denga bertambahnya jumlah santri, K.H. Nur Muhammad kemudian

membangun pondok sebagai asrama para santri tersebut. Beliau membangun

pondok dua lantai dengan 6 kamar. Pembangunan ini selesai dan diresmikan

pada tahun 1972.

K.H. Nur Muhammad memiliki empat orang anak yaitu K.H.

Chabibulloh, K.H. Makhrus Muqorrobin, Ky. Ali Dimyati dan Nyai

Khamidah. Ketika beliau wafat, anak-anaknya yang meneruskan mengelola

pondok beserta para menantunya, yaitu Nyai H. Latifah, Nyai Munawaroh

dan Nyai Siti Hadiroh.

Dalam rangka mengembangkan pondok pesantren Darussalam

menjadi sebuah Lembaga Pendidikan Agama Islam yang diakui oleh

masyarakat dan mampu menyiarkan agama islam, kemudian disusun suatu

proses pendidikan yang terstruktur dan memiliki kurikulum. Sehingga dapat

menjadi lembaga pendidikan yang dipercaya dan bermanfaat bagi masyarakat

umum.

Untuk mendukung proses belajar mengajar yang memadai, maka

dibangun gedung madrasah diniyah sebagai tempat sarana belajar santri.

Selain itu, pondok pesantren juga menyediakan fasilitas-fasilitas lain bagi

para santri agar kegiatan di pondok pesantren dapat berjalan dengan lancar.

Hingga saat ini, sarana dan prasarana maupun kualitas pendidikan pondok
63

pesantren Darussalam cukup memadai dan tidak diragukan lagi dalam

mencetak santri-santri yang memiliki kepribadin muslim. 124)

3. Sarana Prasarana Pondok Pesantren Darussalam

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, pondok pesantren

Darussalam memiliki sarana prasarana sebagai berikut 125) :

No. Sarana Prasarana Jumlah


1. Masjid 1 buah
2. Kamar Santri Putra 8 buah
3. Kantor Pengurus 1 buah
4. Toilet 16 buah
5. Aula 1 buah
6. Ruang kelas TPQ 9 buah
7. Kantor TPQ 1 buah
8. Gudang masjid 1 buah
9. Kantin pondok 1 buah
10. Parkir sepeda dan sepeda motor 1 buah
11. Bangunan Pondok Putri 1 Gedung
Tabel. 1. Daftar Sarana Prasarana pondok pesantren Darussalam, Adikarso.

4. Struktur Pengurus Pondok Pesantren Darussalam

Berdasarkan dokumentasi yang penulis lakukan, berikut pemaparan

struktur kepengurusan Pondok Pesantren Putra Darussalam Adikarso,

Kebumen126) :

124)
Dokumentasi catatan sejarah Pondok Pesantren Darussalam Adikarso, dikutip tanggal 17
Juni 2020.
125)
Observasi lingkungan pondok pesantren Darusslam Adikarso Kebumen, tanggal 20 Juni
2020.
126)
Dokumentasi arsip struktur kepngurusan pondok pesantren Darussalam, Adikarso
kebumen, tanggal 21 juni 2020
64

STRUKTUR KEPENGURUSAN
PONDOK PESANTREN PUTRA DARUSSALAM

K.H. CHABIBULLOH

K.H. MAKHRUS MUQORROBIN


PENGASUH
Ky. ALI DIMYATI

Ny. HAMIDAH

ABDUL KAFI MUBAROK


PENASEHAT
M. IMAM RIFA’I

LURAH HASAN

KETUA HARIAN AHMAD ARIF ROHMAN

SEKRETARIS LUQMAN NAWAWI

IKHSAN YUSRONI
BENDAHARA
AZIM ABDUL MALIK

SEKSI-SEKSI

AHMAD TAMYIZ
KEGIATAN M. ZULHIKAM
M. AMINUL HAKIM

SISKI RAFLI
AHMAD SAKHOWI
KEAMANAN
ACHMAD SHEFULLOH
ZAIN ABDURROHMAN

K.H. CHABIBULLOH
65

ANAS MUBAROK
M. KHAZIM NUR
KEBERSIHAN
M. SHOFIYULLOH LUTHFI
ANDY ABDULLOH

NOVAN BAHAUDIN
SARPRAS
A. NASICHIN AL LUTHFI

M. DIYAUL MA’RUF
KESEHATAN
IMAM CHOERUDIN

Tabel. 2. Struktur Kepengurusan pondok pesantren Darussalam, Adikarso.

5. Tata Tertib Santri Putra Pondok Pesantren Darussalam

Tata tertib pondok pesantren dibuat untuk menciptakan lingkungan

yang nyaman dan kondusfif agar santri dapat belajar secara makasimal. Tata

tertib pondok disusun atas musyawarah pengasuh pondok dan pengurus. Isi

tata tertib pondok pesantren mengatur bidang pendidikan, ibadah, keamanan,

kebersihan, keuangan, perizinan dan tata krama atau etika. 127) Terdapatnya

tata tertib tersebut sangat mendukung implementasi nilai-nilai pendidikan

akhlak dalam diri santri . Sehingga terbentuk kepribadian luhur santri.

6. Kurikulum Pembelajaran di Pondok Pesantren Darussalam

127)
Dokumentasi arsip tata tertib pondok dikutip tanggal 23 Juni 2020
66

Pendidikan Islam yang diselenggarakan di pondok pesantren

Darussalam Adikarso Kebumen disesuaikan dengan penyelenggaraan

pendidikan formal, yaitu perihal waktu yang digunakan. Karena sebagian

besar santri yang belajar juga merupakan siswa yang sedang belajar di

sekolah formal yang ada disekitar pondok. Sehingga waktu ngaji atau

kegiatan-kegiatan pondok dilakukan setelah kegiatan di sekolah yaitu pada

sore hari sampai malam hari.

Kurikulum yang digunakan yaitu sistem ngaji bandongan, ngaji

sorogan, apalan, mujahadah,pelatihan dan pembiasaan-pembiasaan. Kegiatan

ngaji Diniyah,santri dibagi menjadi enam kelas, yaitu kelas pra diniyah dan

kelas diniyah satu sampai diniyah lima. Kelas diniyah tersebut dibuat sebagai

penyesuaian dengan kemampuan santri. Kitab yang dikaji dalam setiap kelas

juga berbeda dan setiap diakhir semester atau enam bulan sekali dilakukan tes

untuk kenaikan kelas diniyah.128)

Kegiatan yang dijalankan setiap hari sesuai dengan jadwal yang

sudah dirapatkan oleh pengurus dan pengasuh pondok. Setiap hari terdapat

pengurus yang bertugas piket untuk meng-oprak-oprak santri agar disiplin

dalam melaksanakan kegiatan. Pengurus yang bertugas piket juga mengontrol

128)
Wawancara, Ustadz Hasan di kamar pengurus pondok pesantren Darussalam, tanggal 24
Juni 2020
67

ke seluruh pondok putra untuk mengecek santri yang tidak ikut melaksanakan

kegiatan pondok.129)

B. Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam membentuk Kepribadian

Santri Putra Pondok Pesantren Darussalam Adikarso Kebumen

Berikut pemaparan gambaran kegiatan pendidikan akhlak dan nilai-nilai

yang diimplementasikan dalam setiap kegiatan pendidikan akhlak untuk

membentuk kepribadian santri putra di pondok pesantren Darussalam, Adikarso

Kebumen :

1. Deskripsi Kegiatan Pendidikan Akhlak

Berdasarkan wawancara, observasi dan dokumentasi yang dilakukan

penulis dari kegiatan-kegiatan yang terdapat di pondok pesantren Darussalam,

penulis menyimpulkan beberapa kegiatan yang termasuk pendidikan akhlak,

antara lain:

a. Kajian Kitab Akhlak

1) Kitab Alala Tanalul ‘Ilma

Kitab Alala Tanalul ‘Ilma diajarkan oleh ustadz Syukron di

kelas pra-diniyah setiap bakda sholat Isya. Ruang madrasah pra

diniyah berada di pondok bagian belakang lantai dua. Ketika

129)
Dokumentasi arsip jadwal kegiatan dan tugas piket pengurus, dikutip tanggal 19 Juli 2020
.
68

kenthengan berbunyi, semua santri kelas pra-diniyah menuju kelas

dengan membawa kitabnya masing-masing beserta pena.

Proses belajar diawali ucapan salam oleh guru, mengirim

Surat Al-Fatihah kepada pengarang kitab dan melafalkan doa belajar

secara bersama-sama. Metode belajar menggunakan metode ngaji

bandongan. Guru membacakan kitab beserta artinya dalam bahasa

jawa dalam satu bait, santri menyimak kitabnya masing-masing sambil

maknani dengan tulisan arab pegon. Ketika guru selesai membaca satu

bait, kemudian menjelaskan apa maksud secara nyata dari isi baitnya.

Sehingga santri paham secara teori dan contohnya pada kenyataan dari

bait kitab yang dijelaskan.

Semua santri terlihat tenang dan fokus saat maknani kitab dan

mendengar guru membaca kitab. Santri juga fokus memperhatikan

guru saat diterangkan secara detail maksud dari bait yang dijelaskan.

Di akhir proses ngaji, santri diberi kesempatan untuk mangajukan

pertanyaan. Namun tidak ada santri yang bertanya. Kemudian ngaji

ditutup dengan membaca doa penutup majelis dan guru mengucapkan

salam.130)

Menurut Ustadz Syukron, kitab Alala Tanalul ‘Ilma berisi

tentang cara mencari teman atau pergaulan, tata cara berteman yang

baik, penjelasan kedudukan orang tua dan guru dan penjelasan


130)
Observasi kegiatan kajian kitab Aalal Tanlul ‘ilma di kelas pra-diniyah pondok pesantren
Darussalam, tanggal 2 Juli 2020
69

bahayanya beribadah tanpa dengan ilmu. Dalam kitab ini juga

menjelaskan syarat berhasilnya menuntut ilmu, metode belajar yang

efektif, keunggulan ilmu fiqh, motivasi belajar, dlsb. Dengan santri

ngaji kitab ini, akan tumbuh semangat belajar dan menjadi tahu

tentang etika dalam beribadah, akhlak kepada orangtua, guru dan

teman-temannya.131)

2) Kitab Akhlakul Banin

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, kajian kitab

akhlakul banin dilaksanakan setiap hari Senin bakda sholat isya di

Masjid. Santri yang diajarkan materi kitab ini yaitu kelas diniyah dua.

Metode pembelajaran yang digunakan oleh ustadz Hasan selaku

pengajar, yaitu ngaji bandongan.

Kajian kitab akhlakul banin diawali dengan ucapan salam oleh

ustadz pengajar, dilanjutkan dengan mengirim Surat al-Fatihah kepada

pengarang kitabnya. Semua santri fokus mendengarkan kitab yang

dibaca beserta artinya dalam bahasa jawa. Santri juga maknani

kitabnya masing-masing.

Dalam mengajar, ustadz Hasan juga memberikan penjelasan-

penjelasan beserta contoh pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-

hari. Sehingga para santri menjadi paham dengan materi yang

131)
Wawancara, Ustadz Syukron di depan ruang kelas pra diniyah pondok pesantren
Darussalam, tanggal 2 Juli 2020
70

diterimanya serta dapat mengamalkan langsung dalam perilaku sehari-

hari. 132)

Menurut ustadz Hasan, kitab akhlakul banin terdiri dari empat

juz atau jilid. Di dalamnya terdapat materi-materi akhlak yang

menyeluruh dan detail, mulai dari akhlak kepada Alloh Swt. dalam

beribadah, akhlak kepada Nabi Muhammad Saw., akhlak kepada

orang tua, akhlak kepada orang lain yang lebih tua ataupun yang lebih

muda, serta akhlak kepada lingkungan alam sekitar.133)

3) Kitab Ta’lim Muta’alim

Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis, kitab Ta’lim

Muta’alim diajarkan kepada semua santri oleh K.H. Makhrus

Muqorobin dalam satu majelis. Kajian kitab ini dilaksanakan setiap

hari Senin, Rabu, Jum’at dan Sabtu setelah sholat maghrib yang

bertempat di gedung madrasah diniyah lantai satu.

Setelah dzikir bakda maghrib selesai, petugas piket

membunyikan kenthengan, semua santri menuju tempat ngaji sambil

membawa kitab dan pena. Di dalam gedung madrasah, santri

membaca sholawat untuk mengisi waktu sampai Kyai rawuh. Kajian

kitab ini diawali dengan salam dari Kyai dan mengirim al-Fatihah

132)
Observasi kajian kitab akhlakul banin di masjid pondok pesantren Darussalam, tanggal 13
Juli 2020
133)
Wawancara, Ustadz Hasan di serambi masjid pondok pesantren Darussalam, tanggal 13
Juli 2020.
71

kepada pengarang kitab. K.H. Makhrus Muqorobin menggunakan

metode ngaji bandongan dalam mengajarkan kitab ini.

Menurut beliau, santri hukumnya wajib ngaji kitab Ta’lim

Muta’alim, agar santri mengetahui adab-adab penuntut ilmu. Dalam

kitab ini, berisi tentang hakikat ilmu, hukum mencari ilmu, niat para

pencari ilmu, akhlak santri kepada guru, cara memilih teman, dlsb.134)

Menurut dokumentasi yang penulis lakukan, kitab Ta’lim

Muta’alim juga berisi tentang tawakal kepada Alloh Swt., sikap saling

mengasihi dan saling menasehati, sikap wara’, dan penghormatan

kepada orang alim. Sehingga dengan mempelajari kitab tersebut, santri

memperoleh pengetahuan tentang akhlak kepada Alloh Swt. dan

sesama.135)

b. Sholat Wajib Berjamaah

Di pondok pesantren Darussalam Adikarso Kebumen, santri

putra diwajibkan untuk sholat wajib berjamaah di Masjid. Setiap akan

melaksanakan sholat wajib lima waktu selalu dikumandangkan adzan di

masjid pondok. Selalu ada santri yang adzan. Setiap hari juga ada

pengurus yang bertugas piket berjumlah dua orang. Saat adzan subuh

terdengar, petugas piket sholat terlebih dahulu dengan berjamah dua

orang, kemudian berkeliling pondok nggugah para santri untuk


134)
Wawancara, K.H. Makhrus Muqorobin di ruang tamu ndhalem pengasuh pondok
pesantren putra Darussalam, tanggal 16 Juni 2020.
135)
Dokumentasi kitab Ta’lim Muta’alim dikutip tanggal 17 Juni 2020.
72

melakukan sholat subuh berjamaah. Walaupun banyak juga santri yang

sudah bangun terlebih dahulu karena mendengar suara adzan sebelum

dibangunkan oleh petugas piket.

Kemudian santri dengan sendirinya menuju masjid untuk

melakukan sholat berjamaah. Jika ada santri yang bermalas-malasan

untuk melakukan sholat jamaah maka petugas piket akan mengoprak-

oprak agar santri segera menuju masjid.

Menurut Ustadz Hasan, sholat wajib berjamaah termasuk salah

satu pendidikan akhlak kepada Alloh Swt. dengan tujuan untuk

menanamkan kepada santri tentang pentingnya sholat wajib berjamaah.

Dengan adanya peraturan tersebut, diharapkan santri akan terbiasa untuk

sholat berjamaah di masjid dan menjadi karakter santri. 136)

Di dalam masjid, santri yang menjadi muadzin melakukan pujia-

pujian atau sholawatan sambil menunggu jamaah dan imam sholat

datang. Para santri mengantri untuk melakukan wudhu. Kemudian

memasuki masjid dan banyak santri yang melakukan sholat sunnah

terlebih dahulu. Banyak juga santri yang membaca Al-Qur’an sambil

menunggu imam sholat. Namun terdapat juga santri yang masih ngantuk,

duduk dan menekuk kepalanya ke dada serta memejamkan matanya.

Ketika imam sholat datang, muadzin mengumandangkan

iqomah sebagai penanda sholat berjamaah akan segera dimulai.


136)
Wawancara, Ustadz Hasan di kamar pengurus pondok pesantren Darussalam , tanggal 23
Juni 2020.
73

Kemudian semua jamaah berdiri untuk melakukan sholat berjamaah.

Sholat jamaah dilaksanakan dengan khusyu’ dan setelah selesai sholat

santri tetap berada dalam masjid dan melakukan dzikir bersama. Di

samping pintu keluar masjid terdapat pengurus yang bertugas piket

mengawasi santri agar tidak keluar dari masjid sampai wirid setelah

sholat selesai. 137)

Khusus untuk peraturan wajib sholat subuh berjamaah, terdapat

takziran atau hukuman bagi santri yang tidak melakukan sholat

berjamaah. Setelah kegiatan sholat berjmaah, waqiahan dan Qur’anan

selesai, pengurus yang bertugas memanggil santri yang tidak sholat

subuh berjamaah dan mentakzirnya dengan menyiramkan air ke seluruh

tubuhnya di halaman. Sebelum santri dihukum, terlebih dahulu ditanya

untuk mengetes kejujurannya.138)

c. Mujahadah

Mujahadah bertujuan untuk melatih diri santri agar memiliki

kesungguhan hati dalam menimba ilmu dan untuk mendekatkan diri

santri kepada Alloh Swt.. Sehingga santri mendapat hidayah dari Alloh

Swt. dan dilembutkan hatinya. Ketika seorang santri memiliki

kelembutan hati maka ilmu apapun akan mudah masuk. Mujahadah juga
137
Observasi kegiatan sholat wajib berjamaah di Masjid Pondok Pesnatren Darussalam
Adikarso Kebumen, tanggal 25 Juni 2020 .
138)
Wawancara, Ustadz Hasan di kamar pengurus pondok pesantren putra Darussalam
Adikarso, tanggal 16 Juni 2020.
74

termasuk pendidikan akhlak terhadap Alloh Swt.. karena tujuan utama

mujahadah adalah meminta keridhoan Alloh swt. terhadap diri santri.139)

Di pondok pesantren Darussalam Adikarso, terdapat dua

mujahadah yaitu :

1) Mujahadah Al-wahdah

Mujahadah al Wahdah dilakukan setiap hari minggu pagi dan

dipimpin oleh K.H. Chabibulloh setelah sholat subuh berjamaah di

Masjid. Mujahadah ini diikuti oleh santri putra dan warga desa yang

datang mengikuti sholat subuh berjamaah.

Setelah dzikir bakda sholat selesai, terdapat seorang santri

yang membagikan selebaran kertas yang bertuliskan bacaan –bacaan

yang akan dibaca saat mujahadah. Ketika semua kertas selesai

dibagikan, KH. Chabibulloh membaca tawasul kepada Nabi

Muhammad Saw., para waliyulloh dan ulama-ulama. Kemudian

dilanjutkan membaca ayat-ayat al-Qur’an, wirid dzikir dan sholawat

yang memiliki jumlah hitungan tertentu sesuai dengan yang tertulis

pada selebaran yang dibagikan dan diikuti oleh semua jamaah.

Mujahadah berjalan dengan khusyu’, semua jamaah terlihat

menikamati kegiatan tersebut. Setelah wirid mujahadah selesai, K.H.

Chabibulloh membaca doa untuk menutup mujahadah. Semua jamaah

meng-amin-kan do’a yang dibacakan.


139)
Wawancara, Muhammad Imam Rifa’i di ruang tamu rumah Muhammad Imam Rifa’i,
tanggal 16 Juni 2020.
75

2) Mujahadah Hajat

Mujahaddah hajat dilakukan setiap malam jum’at pada pukul

00.00 WIB atau tengah malam di masjid pondok. Ketika waktu telah

menunjukan pukul 00.00 WIB, terdapat petugas piket yang memukul

kenthengan sebagai penanda bahwa mujahadah akan segera dimulai.

Semua santri bergegas menuju masjid, berwudhu dan duduk di dalam

masjid. Mujahadah diawali dengan sholat hajat berjamaah dan

dilanjutkan dengan membaca dzikir, sholawat dan ayat-ayat tertentu

dalam Al-Qur’an secara bersama-sama dan diakhiri dengan do’a.140)

Mujahadah ini diimami oleh Ustadz Hasan. Menurut beliau

tujuan dari mujahadah ini adalah melatih santri untuk bangun malam

dan mendekatkan diri kepada Alloh Swt. serta memohon apapun

hanya kepada Alloh Swt. Kegiatan ini termasuk pendidikan akhlak

kepda Alloh Swt. yaitu mendidik santri agar selalu memohon segala

hajatnya hanya kepada Alloh Swt. sehingga seorang santri terhindar

dari menyekutukan Alloh Swt..141)

d. Majelis Al-Qur’an (Qur’anan dan Waqi’ahan)

1) Waqi’ahan

140)
Observasi kegiatan mujahadah hajat di masjid pondok pesantren Darussalam, tanggal 10
Juli 2020.
141)
Wawanacara, Ustadz Hasan di teras masjid pondok pesantren Darussalam, tanggal 3 Juli
2020.
76

Waqi’ahan dilaksanakan setiap setelah sholat subuh dan setelah

sholat Ashar. Setelah selesai wirid bakda subuh dan ashar, terdapat

petugas piket yang membunyikan kethengan atau bel yang terbuat dari

besi sebagai penanda kegiatan akan segera dimulai. Semua santri

bergegas menuju ruang masjid bagian belakang.

Kegiatan ini diimami oleh Ustadz Hasan. Semua santri duduk

berbaris mengadap imam. Waqiahan diawali dengan tawasul kepada

Nabi Muhammad Saw., dan para ulama kemudian dilanjutkan

membaca Surat al Waqiah secara bersama-sama. Setelah semua santri

selesai membaca, ditutup dengan doa oleh imam waqiahan.142)

Menurut ustadz Hasan, kegiatan waqiahan termasuk kegiatan

pendidikan akhlak kepada Alloh Swt. yaitu menanamkan kepada santri

bahwa meminta segala sesuatu itu hanya kepada Alloh Swt.. Membaca

Surat Al-Waqi’ah secara bersama-sama memiliki fadhilah untuk

menarik rizki, agar rezeki orang tua santri dilancarkan dan dapat

membiayai santri untuk belajar di pondok maupun di sekolah

formal.143)

Kemudian menurut Muhammad Imam Rifa’i selaku penasehat

pengurus pondok, membaca Al-qur’an baik itu surat Al-waqi’ah atau

142)
Observasi kegiatan waqiahan di Masjid pondok pesantren Darussalam, ruang bagian
belakang, tanggal 20 Juni 2020.
143)
Wawancara, Ustadz Hasan di teras masjid pondok pesantren Darussalam Adikarso,
tanggal 20 Juni 2020.
77

yang lain, fadhilahnya untuk menyinari hati para santri dengan cahaya

al-Qur’an agar lembut, mudah dinasehati, mudah menerima ilmu dan

mudah dalam berbuat kebaikan.144)

2) Qur’anan

Qur’anan dilaksanakan setiap pagi setelah waqiahan kecuali hari

minggu dan hari Jum’at. Semua santri duduk berbaris sambil

memegang Al-Qur’an dan mengantri untuk menghadap ustadz. Dalam

kegiatan ini, terdapat beberapa orang ustadz, sehingga antrian santri

dibagi sesuai jumlah ustadznya. Setiap santri membaca al-Qur’an

dihadapan ustadznya satu per satu. Ketika terdapat bacaan yang salah

dari santri maka dibetulkan oleh ustadznya. Santri terus membaca al-

Qur’an sampai ustadznya menganggap telah cukup bacaannya dan

memberhentikannya.145)

Menurut Bisri Nurahmad, Qur’anan termasuk pendidikan akhlak

kepada Alloh Swt. dengan belajar membaca Al-Qur’an. Kegiatan ini

mendidik santri agar pandai membaca Al-Qur’an. Sehingga jika sudah

pandai mebaca Al-Qur’an, seorang santri dapat beribadah kepada

Alloh Swt. dengan membaca kalam-kalamNya.146)

144)
Wawancara, Muhammad Imam Rifa’i di ruang tamu rumah Muhammad Imam Rifa’i,
tanggal 16 Juni 2020.
145)
Observasi kegiatan Qur’anan di masjid pondok pesantren Darussalam, tanggal 20 Juni
2020
146)
Wawancara, Bisri Nurahmad di teras Aula pondok pesantren Darussalam, tanggal 23 Juni
2020.
78

e. Yasinan

Setiap malam Jum’at setelah sholat maghrib, santri-santri dan

jamaah warga desa melaksanakan Yasinan yang diimami oleh K.H.

Makhrus Muqorobin. Sebelum dimulai, para santri dan warga mengambil

buku yasin atau al-Qur’an. Kemudian yasinan diawali dengan bertawasul

kepada Nabi Muhammad Saw. dan para ulama serta mendoa’kan orang-

orang yang sudah meninggal. Kemudian membaca surat yasin bersama-

sama dan dilanjutkan membaca tahlil. Setelah selesai, yasinan ditutup

dengan bacaan do’a.

Menurut K.H. Makhrus Muqorobin, yasinan juga termasuk

kegiatan pendidikan akhlak kepada sesama manusia yang telah

meninggal dunia. Karena dalam kegiatan yasinan para santri

mengirimkan bacaan surat yasin dan dzikir-dzikir yang lain kepada

orang-orang yang telah meninggal, baik itu guru-guru, kerabat dekat

santri ataupun orang-orang yang dikenal yang telah meninggal. Sehingga

santri terbentuk akhlaknya kepada sesama manusia termasuk orang yang

sudah meninggal dunia.147)

f. Majelis Sholawat (Munjiyatan , Nariyahan dan Barzanjinan).

1) Munjiyatan

Munjiyatan dilaksanakan setiap hari Minggu setelah sholat

maghrib diteras kamar pondok. Sebelum dimulai, terdapat petugas


147)
Wawancara, K.H. Makhrus di ruang tamu ndhalem MuqorobinPengasuh pondok
pesantren Darussalam Adikarso, tanggal 12 Juni 2020
79

sarpras yang menyiapkan alat pengeras suara dan meja kecil serta

sajadah sebagai tempat imam majelis duduk. Dengan suasana

sederhana, santri duduk berderet-deret di teras kamar menghadap

imam majelis. Ustadz Hasan sebagai imam membuka majelis sholawat

dengan nasehat-nasehat untuk santri dan dilanjutkan tawasul kepada

Nabi Muhammad Saw. serta para ulama. Kemudian secara bersama-

sama, seluruh santri membaca sholawat munjiyat sebanyak 41 kali dan

ditutup dengan do’a.

Menurut Ustadz Hasan, bacaan sholawat memiliki banyak

fadhilah atau keutamaan seperti sebagai tolak bala, sebagai lantar do’a

agar mustajab, memohon sayfaat kepada Nabi Muhammad Saw. agar

dimudahkan urusannya di dunia sampai akherat dan masih banyak

lainnya.148)

2) Nariyahan

Nariyahan dilaksanakan setiap hari Selasa bakda sholat

maghrib. Setelah dzikir bakda sholat selesai, pengurus yang bertugas

menyiapkan sound sistem dan jenitri untuk alat melaksanakan

nariyahan. Sound sistem digunakan untuk mengeraskan suara imam

nariyahan dan jenitri sejumlah seribu butir digunakan untuk

menghitung bacaan sholawat nariyah.

148)
Wawancara, Ustadz Hasan di kamar pengurus pondok pesantren Darussalam, tanggal 17
Juni 2020.
80

Setelah semua perlengkapan siap digunakan, petugas piket

membunyikan kenthengan sebagai penanda bahwa nariyahan akan

segera dimulai. Kemudian semua santri berkumpul di ruang tamu

ndhalem-nya K.H. Ali Dimyati.

Sebelum nariyahan dimulai, terdapat santri yang membagikan

jenitri yang berada di cepon kepada seluruh santri sebagai alat hitung.

K.H Ali Dimyati memimpin tawasul kepada Nabi Muhammad Saw.

dan para ulama serta doa pembuka. Kemudian para santri membaca

sholawat nariyah sebanyak jenitri yang diteimanya. Setelah semua

jenitri habis sebagai alat hitung, nariyahan ditutup dengan do’a oleh

K.H. Ali Dimyati.149)

3) Berzanjenan

Berzanjenan dilaksanakan setiap hari minggu bakda sholat isya

di Masjid. Seksi kegiatan dari pengurus pondok menyiapkan sound

sistem dan alat hadroh. Semua santri berkumpul di masjid dan

membawa kitab al-barzanji.

Sebelum kegiatan dimulai, pengurus menyampaikan informasi-

informasi dan nasehat-nasehat kepada santri. Kemudian anggota

kamar yang bertugas maju ke depan dan memimpin jalannya

berzanjenan. Kegiatan ini diawali dengan tawasul kepada Nabi

Muhammad Saw. dan para ulama, kemudian dilanjutkan dengan


149)
Observasi kegiatan Nariyahan di pondok pesantren Darussalam Adikarso, tanggal 23 Juni
2020.
81

pembacaan kitab sholawat al-Barzanji diiringi musik hadroh sampai

selesai. Diakhir kegiatan semua santri saling berjabat tangan.150)

Menurut Bisri Nurahmad, kegiatan berzanjenan melatih santri

agar bisa memimpin berzanjenan, karena banyak digunakan di

masyarakat. Selain itu, juga untuk menanamkan kepada santri rasa

cinta kepada Nabi Muhammad Saw. dan agar santri senang membaca

sholawat. 151)

g. Ziarah Kubur

Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis, ziaroh kubur

dilaksanakan oleh santri setiap hari Jum’at pagi setelah sholat subuh.

Setelah wirid bakda sholat selesai, santri berbondong-bondong

mengunjungi makam Kyai pendiri pondok dengan berjalan kaki.

Ziaroh dipimpin oleh Lurah pondok atau yang mewakilinya.

Ketika telah sampai di makam, semua santri duduk bersila dengan alas

sandalnya masing-masing. Semua santri membaca tahlil secara bersama-

sama untuk mendo’akan kyai Nur Muhammad beserta keluarganya yang

telah wafat.

Menurut Achmad Arif Rohman, kegiatan ini termasuk pendidikan

akhlak teradap sesama manusia, salah satunya yaitu kepada guru-guru

150)
Observasi kegiatan berzanjenan di pondok pesantren Darussalam, tanggal 21 Juni 2020
151)
Wawancara,, Bisri Nurahmad di depan aula pondok pesantren Darussalam, tanggal 20
Juni 2020.
82

kita yang telah meninggal dunia. Selain itu, juga agar santri menyadari

bahwa hidup di dunia tidak abadi dan setiap orang pasti akan mati.152)

h. Khitobah

Berdasarkan observasi penulis, khitobah dilaksanakan setiap

malam Jum’at setelah sholat Isya di masjid. Seksi kegiatan

mempersiapkan semua peralatan yang dibutuhkan seperti meja kecil,

mimbar, sound sistem dan alat hadroh. Kemudian petugas piket

membunyikan kenthengan agar semua santri menuju masjid.

Setelah semua santri berkumpul, anggota kamar yang bertugas

mengisi khitobah, maju mengisi posisi masing-masing. Konsep khitobah

yaitu berlatih untuk menjalankan sebuah acara. Tugas santri dibagi-bagi,

diantaranya ada santri yang menjadi pembawa acara, imam tahlil,

mengisi sambutan, menjadi qori, mengisi mauidzoh khasanah dan

membaca doa.

Menurut Muhammad Saidudin, khitobah bertujuan untuk melatih

kemampuan santri agar mampu menghandle sebuah acara. Hal tersebut

sangat dibutuhkan ketika terjun di masyarakat kelak apabila telah

mukim.153)

i. Piket harian dan Ro’an Mingguan

152)
Wawancara, Achmad Arif Rohman di jalan Desa Adikarso, tanggal 17 Juni 2020.
153)
Wawancara, Muhammad Saidudin di teras kamar santri pondok pesantren Darussalam
Adikarso, tanggal 18 Juli 2020.
83

Kegiatan piket harian dilakukan setiap pagi setelah kegiatan

Qur’anan dan setiap sore hari setelah kegiatan waqi’ahan, yaitu

membersihkan lingkungan kamar santri dan sebagian lingkungan pondok.

Santri per kamar dibagi menjadi dua kelompok, yaitu sebagian

membersihkan kamar pondok dan sebagian membersihkan lingkungan

pondok. Menurut Siski Rafli, piket harian dan ro’an mingguan sebagai

pengamalan hadits Nabi Muhammad Saw. untuk menjaga kebersihan.154)

Kemudian kegiatan ro’an setiap hari Minggu pagi yaitu kegiatan

bersih-bersih seluruh lingkungan pondok pesantren putra termasuk

ndhalem pengasuh pondok. Kegiatan ini dilakukan dipagi hari setelah

kegiatan mujahadah dan piket harian.

Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis, santri begitu

antusias dalam melaksanakan kegiatan piket harian dan ro’an mingguan.

Santri saling membantu untuk membersihkan kamar ataupun halaman

pondok. Santri juga mengecek seluruh lingkungan pondok sehingga

semua lingkungan pondok dipastikan bersih.

Selain membersihkan lingkungan, santri juga menata tempat

parkir sepeda dan sepeda motor milik santri yang biasa digunakan untuk

berangkat ke sekolah ataupun bekerja. Sehingga kerapihan pondok tetap

terjaga.155)
154)
Wawancara, Siski Rafli di ruang tamu pondok pesantren putra Darussalam Adikarso,
tanggal 22 Juni 2020.
155)
Observasi kegiatan piket harian pondok pesantren Darussalam Adikarso, tanggal 24 Juni
2020.
84

Menurut K.H. Makhrus Muqorobin, kegiatan ro’an dan piket

harian dilaksanakan untuk melatih santri agar memiliki pribadi yang

resikan. Menurut beliau, kegiatan ini juga termasuk kedalam pendidikan

akhlak kepada lingkungan, melatih santri untuk cinta terhadap

lingkungan yang menjadi tempat tinggalnya.156)

j. Peraturan-peraturan pondok pesantren.

Peraturan pondok pesantren yang dibuat oleh pangasuh dan

pengurus pondok berisikan aturan-aturan yang harus dijalankan di

pondok pesantren. Diantaranya yaitu terkait dengan tata-krama dan

sopan santun pergaulan dipondok antar sesama santri dan etika ketika

berhadapan dengan Kyai ataupun memasuki ndhalem Kyai pengasuh

pondok. Sehingga santri secara langsung dapat menerapkan akhlakul

karimah di lingkungan pondok pesantren.

2. Nilai-Nilai yang diimplementasikan dalam Pendidikan Akhlak untuk

Membentuk Kepribadian Santri Putra.

Berikut pemaparan nilai-nilai yang diimplementasikan dalam

pendidikan akhlak untuk membentuk kepribadian santri putra di pondok

pesantren Darussalam Adikarso Kebumen :

1. Kajian Kitab Akhlak

156)
Wawancara, K.H. Makhrus Muqorobin di ruang tamu ndhalem pengasuh pondok
pesantren Darussalam, tanggal 27 Juni 2020
85

a. Kitab Alala Tanalul ‘Ilma

Dalam kegiatan kajian kitab Alala Tanalul ‘Ilma terdapat nilai-

nilai pendidikan akhlak yang diterapkan untuk membentuk

kepribadian santri, antara lain :

1) Nilai Ibadah

Ngaji kitab Alala Tanalul ‘Ilma bernilai ibadah karena

melaksanakan perintah Alloh Swt. untuk menuntut ilmu. Di dalam

pelaksanaan kajian kitab tersebut juga terdapat pembacaan ayat-

ayat dan do’a kepada Alloh Swt. sehingga terdapat nilai ibadah di

dalamnya dan membentuk pribadi santri yang senang beribadah.

2) Nilai Tauhid

Nilai tauhid dalam kegiatan tersebut terletak pada do’a

pembuka dan penutup yang dibaca oleh pengajar. Dengan berdo’a

berarti terdapat pengharapan hanya kepada Alloh Swt.. Sehingga

santri memiliki pribadi yang bertauhid.

3) Nilai Pelestarian Tradisi

Tradisi yang dilesatrikan yaitu metode ngaji bandongan

yang digunakan. Metode tersebut berasal dari jaman awal

didirikannya pesantren dan masih digunakan sampai sekarang

termasuk di pondok pesantren Darussalam Adikarso.


86

4) Nilai Ilmu Akhlak

Dalam kajian kitab Alala Tanalul ‘Ilma berisi tentang akhlak

para santri ketika akan menuntut ilmu. Sehingga santri mengetahui

akhlak yang harus diterapkan dalam menuntut ilmu.

b. Kitab Akhlakul Banin

Dalam kegiatan kajian kitab Akhlakul Banin terdapat nilai-

nilai pendidikan akhlak yang diterapkan untuk membentuk

kepribadian santri, antara lain :

a) Nilai Ibadah

Nilai ibadah dalam kajian kitab Akhlakul Banin terdapat di

dalam proses ngaji-nya. Karena hal tersebut termasuk bagian dari

menuntut ilmu yang diperintahkan Alloh Swt..

b) NilaiTauhid

Nilai tauhid dalam kegiatan tersebut terletak pada do’a

pembuka dan penutup yang dibaca oleh pengajar. Dengan berdo’a

berarti terdapat pengharapan hanya kepada Alloh Swt..

c) Nilai Pelesatarian Tradisi

Tradisi yang dilesatrikan yaitu metode ngaji bandongan

yang digunakan. Metode tersebut berasal dari jaman awal


87

didirikannya pesantren dan masih digunakan sampai sekarang

termasuk di pondok pesantren Darussalam Adikarso.

d) Nilai Ilmu Akhlak

Kajian kitab Akhlakul Banin berisi tentang ilmu akhlak.

Ketika santri ngaji kitab ini maka akan mengetahui akhlak-akhlak

yang harus diamalkan dalam kehidupannya.

c. Kitab Ta’lim Muta’alim

Dalam kegiatan kajian kitab Ta’lim Muta’alim terdapat nilai-

nilai pendidikan akhlak yang diterapkan untuk membentuk

kepribadian santri, antara lain :

a) Nilai Ibadah

Nilai ibadah dalam kajian kitab Ta’lim Muta’alim terdapat

di dalam proses ngaji-nya. Karena hal tersebut termasuk bagian

dari menuntut ilmu yang diperintahkan Alloh Swt..

b) NilaiTauhid

Nilai tauhid dalam kegiatan tersebut terletak pada do’a

pembuka dan penutup yang dibaca oleh pengajar. Dengan berdo’a

berarti terdapat pengharapan hanya kepada Alloh Swt..

c) Nilai Pelesatarian Tradisi

Tradisi yang dilesatrikan yaitu metode ngaji bandongan

yang digunakan. Metode tersebut berasal dari jaman awal


88

didirikannya pesantren dan masih digunakan sampai sekarang

termasuk di pondok pesantren Darussalam Adikarso.

e) Nilai Ilmu Akhlak

Dalam kajian kitab Ta’lim Muta’alim mengajarkan adab-

adab atau etika santri dalam bergaul dan menuntut ilmu. Dengan

santri ngaji kitab ini, maka santri menjadi memiliki ilmu tentang

perilaku para penuntut ilmu.

2. Sholat Wajib Berjamaah

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, dalam sholat wajib

berjamaah yang dilaksanakan di pondok pesantren Darussalam terdapat

nilai-nilai yang diterapkan untuk membentuk kepribadian santri,

diantaranya:

1) Nilai Ibadah

Menurut K.H. Makhrus Muqorobin, semua kegiatan di pondok

pesantren dapat bernilai ibadah, asalkan santri meniatkannya untuk

beribadah kepada Alloh Swt., kuncinya ada dalam hati. Niat menjadi

sebuah hal penting dalam melakukan apapun. Apalagi sholat wajib

yang memang hukumnya fardhu’ bagi setiap umat Islam. 157)

2) Nilai Tawadhu’ kepada Alloh Swt.

Sholat berjamaah diperintahkan bagi umat muslim, karena

akan menambah pahala. Walaupun dapat dilakukan tanpa berjamaah.


157)
Wawancara , K.H. Makhrus Muqorobin di ruang tamu ndhalem pengasuh pondok
pesantren putra Darussalam Adikarso, tanggal 14 Juni 2020.
89

Dengan melaksanakan kewajiban tersebut dengan berjamaah, berarti

santri memiliki ketawadhu’an kepada Alloh Swt..

3) Nilai Kedisiplinan

Nilai kedisiplinan terlihat ketika terdengar adzan, santri

bergegas menuju masjid untuk melaksanakan sholat. Walau terkadang

terdapat santri yang sedikit malas untuk segera menuju masjid.

Dengan bantuan pengurus pondok yang piket, nilai kedisiplinan dapat

diterapkan secara maksimal.

Setelah sholat berjamaah dilaksanakan santri tidak ada yang

keluar masjid, semua berdzikir mengikuti imam sholat. Di samping

pintu masjid terdapat pengurus yang berjaga agar santri tidak ada yang

keluar. Hal tersebut merupakan penerapan nilai kedisiplinan terhadap

santri.158)

4) Nilai persaudaraan

Ketika sholat berjamaah selesai dilakukan, antar santri saling

berjabat tangan. Dalam hal tersebut terdapat nilai persaudaraan yang

terjalin. Menurut Azim Abdul Malik selaku pengurus pondok, setelah

sholat selesai dilaksanakan insya Alloh dosa yang berhubungan

dengan Alloh Swt. diampuni dan dengan berjabat tangan maka antar

158)
Observasi kegiatan Sholat berjamaah di pondok pesantren Darussalam, tanggal 14 Juni
2020.
90

santri saling memaafkan. Sehingga terjalin persaudaraan antar

santri.159)

5) Nilai Keteladanan

Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis, setelah sholat

wajib selesai dilaksanakan maka imam sholat juga selaku pengasuh

pondok melakukan dzikir kepada Alloh Swt.. Semua santri juga

mengikuti dzikir yang diimami oleh beliau. Dari hal tersebut terdapat

nilai keteladanan dari kyai pengasuh pondok.160)

3. Mujahadah

a. Mujahadah Al-wahdah

a) Nilai Ibadah

Kegiatan Mujahadah al-Wahdah berisi dzikir-dzikir dan

pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an yang dilakukan bersama-sama.

Maka, di dalamnya terdapat nilai ibadah.

b) Nilai Keteladanan

Nilai keteladanan dalam kegiatan ini terletak pada

pengasuh pondok yang memimpin mujahadah. Hal tersebut

memberikan teladan kepada santri.

c) Nilai persaudaraan

159)
Wawancara, Azim Abdul Malik di serambi Masjid pondok pesantren Darussalam, tanggal
18 Juni 2020.
160)
Observasi kegiatan Sholat berjamaah di pondok pesantren Darussalam, tanggal 14 Juni
2020.
91

Persaudaraan antar santri terbentuk dengan mujahadah

tersebut. Di akhir kegiatan antar santri saling berjabat tangan.

d) Nilai Tauhid

Tujuan dari mujahadah ini yaitu meminta apapun hajat

santri hanya kepada Alloh Swt. dengan dzikir dan bacaan ayat-

ayat Al-Qur’an. Hal itu untuk menanamkan ketauhidan dalam jiwa

para santri.

b. Mujahadah Hajat

a) Nilai Ibadah

Mujahadah hajat diawali dengan sholat hajat terlebih

dahulu dan dilanjutkan dengan dzikir-dzikir serta pembacaan ayat-

ayat Alloh Swt.. Dengan demikian didalamnya terkandung nilai

ibadah yang sedang diterapkan untuk membentuk kepribadian

santri.

b) Nilai Kedisiplinan

Nilai kedisiplinan dalam mujahadah ini terletak pada

kepatuhan santri untuk melaksanakannya tepat waktu walau

dilaksanakan tengah malam. Semua santri langsung menuju masjid

ketika kenthengan dibunyikan oleh pengurus pondok.

c) Nilai Pembiasaan

Mujahadah ini dilaksanakan pada tengah malam untuk

membiasakan santri melakukan sholat malam. Dengan pembiasaan


92

seperti ini, diharapkan santri kelak ketika mukim akan memiliki

kebiasaan dalam dirinya untuk melakukan sholat malam.

d) Nilai Persaudaraan

Ketika selesai mujahadah, semua santri saling berjabat

tangan. Dengan demikian akan terjalin persaudaraan antar santri.

e) Nilai Tauhid

Mujahadah hajat memiliki tujuan untuk bermunajat kepada

Alloh meminta hajat masing-masing. Hal tersebut menghindarkan

santri untuk menyekutukan Alloh Swt. dalam meminta, sehingga

nilai tauhid tertanam dalam hati santri.

4. Majelis Al-Qur’an (Qur’anan dan Waqi’ahan)

a. Waqi’ahan

Waqiahan dilaksanakan untuk membentuk santri agar

memiliki kepribadian yang dekat dengan Alloh Swt.. dalam hal

apapun termasuk meminta kelancaran rezeki. Kemudian dalam

kegiatan tersebut terdapat nilai-nilai yang diimplementasikan kedalam

santri, antara lain:

a) Nilai Ibadah
93

Membaca Al-Qur’an termasuk kedalam ibadah. Begitu

juga membaca Surat Al-Waqi’ah termasuk ibadah kepada Alloh

Swt..

b) Nilai Tauhid

Membaca surat al-Waqi’ah memiliki fadhilah untuk

melancarkan rezeki. Santri dibiasakan untuk membaca surat al-

Waqi’ah dengan berharap Alloh Swt. akan melancarkan rezekinya

melalui orang tuanya. Dari hal tersebut terdapat nilai tauhid yang

sedang ditanamkan kedalam diri santri.

c) Nilai Kedisiplinan

Waqi’ahan dilaksanakan setiap selesai sholat subuh dan

ashar. Untuk memberi tanda bahwa kegiatan akan segera dimulai,

pengurus membunyikan kenthengan dan santri segera

mempersiapkan diri dengan kitab Al-Qur’an serta menuju ruang

belakang masjid. Dari hal tersebut terdapat nilai kedisiplinan yang

ditanamkan pada santri.

b. Qur’anan

Dalam Qur’nan yang dilaksanakan untuk mendidik santri agar

pandai membaca al-Qur’an terdapat nilai-nilai yang diimplementasikan

kedalam diri santri, diantaranya :

a) Nilai Pendidikan Akhlak Kepada Alloh Swt.


94

Kitab Al-Qur’an berisi firman-firman Alloh Swt. yang

menjadi petunjuk bagi manusia. Dengan belajar membaca al-

Qur’an berarti santri memiliki kepatuhan kepada Alloh Swt. untuk

belajar membaca firmanNya. Salah satu wujud akhlak kepada

Alloh Swt. yaitu dengan membaca dan mengikuti petunjukNya

yang terkandung dalam Al-Qur’an.

b) Ibadah

Bagi orang islam yang membaca Al-Qur’an akan

mendapatkan pahala dari alloh Swt. dan termasuk perbuatan

ibadah. Maka dari itu belajar membaca Al-Qur’an penting bagi

santri agar bisa beribadah kepada Alloh Swt. dengan membaca Al-

Qur’an.

c) Nilai Kesabaran

Ketika kegiatan dilaksanakan, santri akan menunggu giliran

untuk membaca Al-Qur’an di hadapan gurunya. Dalam menunggu

tersebut terdapat nilai kesabaran yang diterapkan. Santri dilatih

untuk bersikap sabar sekalipun dalam hal ibadah.

5. Yasinan

Yasinan yang dilaksanakan di pondok pesnatren Darussalam

terdapat nilai-nilai yang diimplementasikan ke dalam diri santri, antara

lain:

a. Nilai Ibadah
95

Kegiatan yasinan dilaksanakan dengan membaca surat yasin

dan tahlil secara bersama-sama dan niatkan untuk mendo’akan orang-

orang yang telah meninggal dunia. Membaca surat Yasin yang

merupakan ayat al-Qur’an dan dzikir-dzikir kepada Alloh Swt.

tergolong perbuatan ibadah kepada Alloh Swt.. Dengan demikian

dalam yasinan terdapat nilai ibadah.

b. Nilai Keimanan

Dalam kegiatan ini, tujuanya yaitu untuk mengirimkan do’a

kepada orang-orang yang telah meninggal. Keimanan santri sedang

dimunculkan bahwasannya do’a untuk orang yang meninggal akan

sampai kepada yang dituju. Dengan demikian, dalam yasinan terdapat

nilai keimanan.

c. Nilai Akhlak kepada sesama

Yasinan termasuk perbuatan baik kepada sesama muslim.

Karena tujuannya untuk mendoakan sesama muslim. Hal tersebut

termasuk akhlak mulia kepada sesama manusia yang telah meninggal

dunia.

6. Majelis Sholawat (Munjiyatan , Nariyahan dan Barzanjinan).

Berdasarkan analisi penulis, kegaiatan munjiyatan, nariyahan

dan berzanjenan termasuk ke dalam majelis sholawat. Dalam kegiatan-

kegiatan tersebut terdapat nilai-nilai yang diimplementasikan kedalam

diri santri, anatara lain sebagai berikut :


96

a. Munjiyatan

1) Nilai cinta kepada Nabi Muhammad Saw.

Kegiatan inti dari munjiyatan yaitu pembacaan sholawat

munjiyat. Membaca sholawat sebagai bukti cinta kepada Nabi

Muhammad Saw.. Walaupun berawal dari pembiasaan untuk para

santri, namun diharapkan dengan membaca sholawat akan muncul

pada hati santri kecintaan pada Nabi Muhammad Saw..

2) Nilai Ibadah

Membaca sholawat tergolong sebuah amal ibadah. Karena

dalam al-Qur’an, Alloh Swt. memerintahkan hambaNya untuk

bersholawat kepada Nabi Muhammad Saw..

3) Nilai Kesederhanaan

Nilai kesederhanaan dalam kegiatan munjiyatan terdapat

pada lokasi pelaksanaan kegiatan, yaitu di teras depan kamar santri.

Santri duduk berbaris di depan kamar tanpa tikar atau alas.

4) Nilai Kedisiplinan

Nilai kedisiplinan dalam kegiatan ini terletak dalam waktu

santri melaksanakannya. Ketika wirid setelah sholat selesai dan

kenthengan dibunyikan oleh pengurus, semua santri langsung

menuju lokasi kegiatan.


97

5) Nilai Kesabaran

Nilain kesabaran dalam kegiatan ini yaitu terletak pada

jumlah sholawat yang harus dibaca oleh santri. Setiap santri harus

membaca sholawat munjiyat sebanyak 41 kali.

6) Nilai Sopan Santun

Nilai sopan santun diwujudkan dengan bahasa pengantar

yang digunakan oleh pengurus yaitu bahasa jawa kromo inggil.

Bahasa tersebut merupakan bahasa paling halus yang digunakan

dalam interaksi orang-orang suku jawa.

7) Nilai tauhid

Nilai tauhid dalam kegiatan ini terletak dalam do’a yang

dibaca di akhir kegiatan. Dengan berdo’a bersama, santri dilatih

untuk selalu meminta apapun hanya kepada Allloh Swt..

b. Nariyahan

1) Nilai Cinta Nabi Muhammad Saw.

Nariyahan memiliki kegiatan inti yaitu pembacaan sholawat

nariyah. Membaca sholawat sebagai bukti cinta kepada Nabi

Muhammad Saw.. Walaupun berawal dari pembiasaan untuk para

santri, namun diharapkan dengan membaca sholawat akan muncul

pada hati santri kecintaan pada Nabi Muhammad Saw..


98

2) Nilai Ibadah

Membaca sholawat tergolong sebuah amal ibadah. Karena

dalam al-Qur’an, Alloh Swt. memerintahkan hambaNya untuk

bersholawat kepada Nabi Muhammad Saw..

3) Nilai Kedisiplinan

Nilai kedisiplinan dalam kegiatan ini terletak dalam waktu

santri melaksanakannya. Ketika wirid setelah sholat selesai dan

kenthengan dibunyikan oleh pengurus, semua santri langsung

menuju lokasi kegiatan.

4) Nilai Kesederhanaan

Nilai kesederhanaan dalam kegiatan munjiyatan terdapat

pada lokasi pelaksanaan kegiatan, yaitu di teras depan kamar santri.

Santri duduk berbaris di depan kamar tanpa tikar atau alas.

5) Nilai Seni

Nilai seni dari munjiyatan terletak dari pengguanaan buah

jenitri sebagai alat hitungnya. Setiap santri mendapatkan bagian

jenitrinya masing-masing dan jumlah keseluruhan jenitri yaitu 1000

butir sesuai dengan jumlah sholawat yang harus dibaca.

c. Berzanjenan
99

1) Nilai Cinta Nabi Muhammad Saw.

Berjanzenan dilaksanakan dengan membaca kitab al-

barzanji yang berisi syair-syair sholawat dan kisah-kisah Nabi

Muhammad Saw.. Dengan demikian, terdapat nilai cinta Nabi

Muhammad Saw. yang sedang diimplementasikan ke dalam diri

santri. Karena dengan membaca sholawat dan membaca kisah-

kisahnya, santri akan timbul rasa cinta kepada Nabi Muhammad

Saw..

2) Nilai Tauhid

Dalam berzanjenan terdapat do’a yang dibacakan diakhir

kegiatan. Hal tersebut membuktikan bahwa terdapat nilai tauhid

dalam kegiatan tersebut.

3) Nilai Persaudaraan

Nilai persaudaraan dalam kegiatan ini terletak pada akhir

kegiatan yaitu antar santri saling berjabat tangan sambil membaca

sholwat dengan berdiri dan berkeliling membentuk lingkaran.

Dengan berjabat tangan santri akan saling memaafkan sehingga

rasa persaudaraan antar santri akan muncul.

4) Nilai Pelesatrian Sejarah


100

Dengan membaca sholawat al-Berzanji berarti melestarikan

sejarah perjalanan hidup Nabi Muhammad Saw.. Walaupun kisah

yang dibaca masih dalam bahasa arab, namun kitab tersebut

diartikan ke dalam bahasa jawa serta dibahas setiap bulan

ramadhan.

5) Nilai Seni

Kegiatan berzanjen selalu diiringi oleh kesenian hadroh

dalam lantunan sholawatnya. Sehingga kegaiatn tersebut memiliki

nilai seni dan santri-santri menikmati jalannya kegiatan.

7. Ziaroh Kubur

Ziaroh kubur dilaksanakan untuk melatih santri agar memiliki

jiwa yang menghargai para leluhurnya termasuk guru-gurunya yang telah

wafat. Dalam kegiatan tersebut terdapat nilai-nilai yang

diimplementasikan, antara lain :

a. Nilai Ibadah

Dalam ziaroh kubur terdapat nilai ibadah karena menjalankan

sunnah Nabi Muhammad Saw.. Selain itu, dalam berziaroh juga

membaca ayat-ayat Alloh Swt. untuk mendo’akan orang yang sudah

meninggal.

b. Nilai Ta’dzim kepada Guru


101

Berziaroh ke makam guru memiliki nilai ta’dzim kepada guru

walaupun telah meninggal. Tanpa guru tersebut santri tidak akan

memiliki ilmu yang sekarang didapat karena sanad keilmuan santri

melalui guru tersebut.

c. Nilai Kesederhanaan

Nilai kesederhanaan dalam ziaroh terdapat pada penggunaan

alas duduk para santri, yaitu menggunakan sandalnya masing-masing.

Selain itu, ketika menuju makam, para santri berjalan kaki. Hal

tersebut menunjukan sikap kesederhanaan.

d. Nilai Keimanan

Nilai keimanan dalam ziaroh terdapat dalam keyakinan santri

bahwa mendo’akan orang yang sudah meninggal akan sampai kepada

yang dido’akan. Sehingga para santri akan menjadi orang yang

berbakti kepada orang tua, guru-guru dan saudara-saudara muslim

lainnya yang sudah meninggal.

8. Khitobah

Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis, dalam kegiatan

khitobah terdapat nilai yang diimplementasikan, antara lain:

a. Nilai Ibadah
102

Nilai ibadah dalam khitobah terletak dalam niat dari santri.

Karena kegiatan apapun jika diniatkan untuk beribafah kepada Alloh

Swt. maka akan bernilai ibadah.

b. Nilai Keberanian

Nilai keberanian yang diimplementasikan dalam kegiatan

khitobah terletak pada santri yang berani tampil untuk mengisi tugas

masingmasing, seperti menjadi pembawa acara, mengisi ceramah,

memberikan sambutan, dlsb. Hal tersebut memberikan latihan mental

kepada santri untuk memupuk keberanian.

c. Nilai Sopan Santun

Nilai sopan santun dalam kegiataan ini terletak pada bahasa

yang digunakan yaitu bahasa jawa kromo inggil dan nasehat-nasehat

yang disampaikan pengurus kepada santri tentang etika dalam

bermasyarakat. Bahasa jawa kromo inggil dalam masyarakat suku

jawa menjadi takaran kesopanan.

d. Nilai Dakwah

Nilai dakwah dalam kegiatan tersebut terletak pada tujuan dari

dilaksanakannya kegiatan, yaitu untuk melatih santri untuk

bermasyarakat dengan dibekali keahlian-keahlian yang sering

dibutuhkan di masyarakat.

e. Nilai Persaudaraan
103

Nilai persaudaraan dalam khitobah terletak pada kegiatan akhir

yaitu berjabat tangan antar santri. Semua santri saling berjabat tangan

dengan berdiri keliling membuat lingkaran.

9. Piket harian dan Ro’an Mingguan

Kegiatan piket harian dan ro’an yang istiqomah dilakukan di

pondok pesantren Darussalam memiliki nilai-nilai yang diimplementasikan

dalam diri santri, antara lain:

a. Nilai Ibadah

Kegiatan tersebut pada intinya yaitu menjaga kebersihan

lingkungan. Dengan demikian berarti melaksanakan sunnah Nabi

Muhammad Saw., dan hal tersebut bernilai ibadah.

b. Nilai Cinta Lingkungan

Kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai perwujudan cinta kepada

lingkungan. Salah satu bukti cinta lingkungan yaitu dengan menjaga

kebersihannya.

c. Nilai Tolong Menolong

Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, antar santri saling

membantu dalam melakukan pekerjaan. Dengan begitu, dalam diri

santri akan muncul rasa suka menolong.

d. Nilai Keikhlasan
104

Ketika membersihkan lingkungan pondok tidak ada imbalan dari

pihak pondok. Hal tersebut mencerminkan sebuah keikhlasan dalam

diri santri saat melaksanakan kegiatan.

10. Peraturan-peraturan pondok pesantren.

Peraturan pondok diterapkan untuk menjaga ketertiban dan

menciptakan lingkungan yang kondusif sebagai pondok pesnatren. Dalam

peraturan pondok terdapat nilai-nilai yang diterapkan untuk membentuk

kepribadian santri, antara lain:

a. Nilai Ibadah

Dalam peraturan pondok santri diwajibkan untuk mengikuti

kegiatan ibadah ataupun kegiatan yang lain. Hal tersebut untuk melatih

santri agar rajin beribadah.

b. Nilai akhlak

Peraturan pondok mewajibkan santri untuk menjaga pergaulan

antar sesama santri, dengan keluarga ndhalem, dengan warga sekitar

dan menjaga lingkungan sekitar. Dengan demikian terdapat nilai akhlak

didalamnya.

3. Metode Penanaman Nilai dalam membentuk Kepribadian Santri

a) Keteladanan
105

Keteladanan yang diberikan Pengasuh pondok ataupun pengurus

pondok diantaranya yaitu memberikan contoh pada santri tentang etika

sopan santun yang harus dilakukan ketika berhadapan dengan orang lain,

cara berbicara dan bahasa yang digunakan, keteladanan dalam ibadah dlsb.

Santri akan lebih manut pada seorang guru atau ustadz yang lebih

dulu menjalankan apa yang diperintahkannya daripada hanya sebatas

memberikan perintah. Menurut Muzayyin, salah satu santri pondok

pesaantren Darussalam, keteladanan sangat efektif sebagai salah satu

metode untuk membentuk kepribadian santri. Karena dengan teladan

langsung oleh Kyai atau ustadz yang mengajar, santri menjadi tahu praktek

langsung tentang ilmu yang diterangkannya. 161)

Islahul Mubarok, Syukron Fadilah, Muhammad Rafiul Imam,

santri-santri pondok pesnatren Darussalam, juga menyampaikan bahwa

keteladanan sangat efektif untuk membentuk kepribadian santri. Menurut

mereka, santri akan lebih terkesan dan mempunyai motivasi untuk

mengamalkan ilmunya ketika guru atau kyai yang mengajar juga

mengamalkan apa yang diajarkannya.162)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keteladanan sangat

efektif menjadi metode pembentukan kepribadian santri. Keteladanan juga

menjadi titik point bagi seorang ustadz atau kyai yang akan megajar atau
161)
Wawancara, Muzayin di teras masjid pondok pesantren Darussalam, tanggal 19 Juli 2020
162)
Wawancara, Santri putra di teras masjd pondok pesantren Darussalam tanggal 18 Juli
2020
106

menanamkan nilai-nilai kepada santri, untuk mengamalkan ilmunya

terlebih dahulu sebelum mengajarkannya kepada santri atau muridnya.

b) Pengajaran Kitab Akhlak

Di pondok pesantren Darussalam, Adikarso Kebumen kitab akhlak

yang diajarkan antara lain kitab Alala Tanalul ‘Ilma, kitab Akhlaqul Banin

dan kitab Ta’lim muta’alim. Kitab Alala diajarkan di kelas pra-diniyah,

kemudian kitab akhlaqul banin diajarkan di kelas diniyah dua dan kitab

Ta’lim Muta’alim diajarkan dalam majelis yang dihadiri oleh semua santri

putra. Pengajaran materi akhlak dengan kitab-kitab tersebut sebagai

pemebrian informasi kepada santri tentang nilai-nilai akhlak yang harus

dimiliki oleh seorang santri.

Kitab Alala dan kitab Ta’lim Muta’alim berisi tentang adab atau

akhlak bagi para penuntut ilmu seperti santri yang menuntut ilmu di

pondok pesantren. Sedangkan kitab akhlaqul Banin yang terdiri dari empat

jilid mengajar kan akhlak secara menyeluruh baik akhlak kepada Alloh

Swt., Akhlak kepada Nabi Muhammad Saw., akhlak kepada orang tua,

akhlak kepada orang lain maupun akhlak kepada lingkungan.

Menurut Muhammad Fadli selaku santri di pondok pesnatren

Darussalam, Addikarso, pengajaran kitab akhlak efektif sebagai sumber

pengetahuan akhlak bagi santri. Setelah santri mengetahui ilmu akhlak

yang dikaji dalam kitab tersebut kemudian secara perlahan santri mulai
107

mengamalkan dalam kesehariannya.163) Ustadz Hasan selaku pengajar kitab

akhlakul banin juga mengatakan bahwa tujuan santri diberikan materi

akhlak dari kitab-kitab akhlak agar santri menjadi tahu akhlak-akhlak yang

harus diterapkan dalam kehidupan. Selain itu, kitab yang digunakan juga

merupakan kitab yang memiliki sanad keilmuan jelas dan berhaluan

ahlussunnah wal jamaah. 164)

c) Pembiasaan

Pembiasaan yang dilakukan di pondok pesantren Darussalam

Adikarso diatur dengan jadwal kegiatan harian pondok. Jadwal dibuat dan

dimusyawarahkan oleh pengurus pondok dan pengasuh pondok. Setiap

hari terdapat pengurus pondok yang bertugas piket untuk mengontrol

kegiatan dan mendisiplinkan santri untuk mengikuti kegiatan-kegiatan dan

pembiasaa-pembiasaan.

Menurut Muhammad Imam Rifa’i selaku penasehat pengurus

pondok, pendidikan akhlak sangat efektif dengan adanya pembiasaan-

pembiasaan. Santri dilatih untuk mengamalkan apa yang telah dipelajari

dan membiasakannya dalam keseharian santri. Pembiasaan yang dilakukan

163)
Wawancara, Fadli di teras kamar pondok pesantren Darussalam, tanggal 15 Juli 2020
164)
Wawancara, Ustadz Hasan di teras kamar pengurus pondok pesantren Darussalam,,
tanggal 12 Juli 2020
108

setiap hari, sehingga akan melekat pada diri santri dan menjadi kepribdian

santri. 165)

d) Riyadhoh

Riyadhoh dilaksanakan sebagai latihan bagi diri santri untuk

membiasakan beribadah dan mendekatkan diri kepada Alloh Swt. melalui

mujahadah-mujahadah ataupun majelis-majelis. Riyadhoh berfungsi untuk

memperkuat jiwa santri agar selalu dekat dengan Alloh Swt.. Ketika

melakukan riyadhoh, hati santri akan menjadi lembut karena secara ruhani

dilatih untuk lebih mendekatkan diri kepada Alloh Swt. secara intensif.

Riyadhoh yang dilaksanakan di pondok pesantren Darussalam yaitu

mujahadah hajat, mujahadah al-wahdah, nariyahan, waqi’ahan dan

munjiyatan. Riyadhoh berfungsi untuk meresapkan nilai-nilai islami

kedalam hati santri.

Ketika santri sudah mengetahui ilmu tentang akhlak, diberikan oleh

gurunya teladan-teladan yang baik dan dilakukan pembiasaan-pembiasaan

kemudian yang menjadi persoalan adalah mau atau tidaknya seorang santri

untuk beramal dengan sendirinya tanpa ada unsur dari luar dirinya yang

menjadi sebab beramal. Dengan riyadhoh mendekatkan diri kepada Alloh

Swt. diharapkan santri memiliki niat dari dalam dirinya sendiri untuk

165)
Muhammad Imam Rifa’i di ruang tamu rumah Muhammad Imam Rifa’i , tanggal 16 Juni
2020
109

beramal soleh baik yang berhubungan dengan habluminalloh maupun

habluminannas.

Menurut K.H. Makhrus Muqorobin, dengan melakukan riyadhoh

santri insyaalloh akan dibukakan dan dilembutkan hatinya oleh Alloh

Swt.. Sehingga santri mudah untuk menerima ilmu, mudah untuk

dinasehati dan ibadah-ibadah yang dilakukan baik itu habluminalloh atau

habluminannas dilakukan atas dasar niat dalam hatinya sendiri. Hal inilah

yang menjadi keberhasilan pembentuan kepribadian yaitu santri memiliki

jiwa yang selalu dekat dengan Alloh Swt., rajin beribadah, memiliki

akhlak yang baik kepada sesama maupun lingkungan dan melakukan

apapun dengan niat dari dalam diri sendiri serta diniatkan hanya untuk

mencari keridho’an Alloh Swt..166)

C. Kepribadian Santri Putra Pondok Pesantren Darussalam Adikarso

Kebumen

Pondok pesantren Darussalam Adikarso Kebumen memiliki santri putra

sejumlah 110 santri, yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Menurut

Muhammad Imam Rifa’i selaku penasehat pengurus pondok pesantren,

terdapat dua tipe santri yaitu tipe santri manut dan tipe santri senang melawan

peraturan pondok.

166)
Pengasuh pondok pesantren putra Darussalam di ruang tamu ndhalem pengasuh, tanggal
14 Juni 2020
110

Tipe seorang santri manut, santri tersebut akan senang dengan aturan

pondok. Hal tersebut merupakan faktor intern pribadi santri yang dibawa dari

rumah dan mudah untuk diarahkan serta diberikan pendidikan akhlak untuk

membentuk kepribadiannya. Sedangkan untuk tipe santri yang senang melawan

peraturan pondok diperlukan ketegasan dari pengurus pondok untuk

mengontrol santri tersebut agar patuh pada peraturan pondok. Santri yang agak

nakal tersebut, membutuhkan waktu agak lama untuk dapat berubah

kepribadiannya. Di pondok pesantren Darussalam Adikarso Kebumen lebih

banyak santri yang manut daripada santri yang agak nakal, dengan prosentase

80% santri manut dan 20% santri yang agak nakal.

Berdasarkan observasi penulis dan wawancara dengan warga sekitar

pondok pesantren serta wawancara dengan walisantri, santri putra pondok

pesantren Darussalam Adikarso Kebumen rajin beribadah dan rajin sholat

berjamaah di Masjid. Hal tersebut menunjukan terdapatnya kesalehan

individual dalam diri santri. Walaupun pada awalnya merupakan sebuah

pembiasaan-pembiasaan untuk rajin beribadah yang diterapkan di pondok

pesantren, namun lama-kelamaan akan menjadi sebuah kepribadian santri.

Kegiatan-kegiatan pondok pesantren yang dijadwalkan setiap harinya

keseluruhan termasuk kategori ibadah kepada Alloh Swt.. Kegiatan-kegiatan

tersebut dibiasakan untuk membentuk kesalehan individual santri. Sehingga

santri memiliki rasa senang untuk beribadah kepada Alloh Swt..


111

Peraturan ta’ziran atau pemberian hukuman bagi santri yang melanggar

peraturan pondok sebagai upaya tegas dari pengurus pondok untuk membentuk

kepribadian muslim dari santri. Santri yang tidak mengikuti sholat berjamaah

dan kegiatan-kegiatan pondok sperti mujahadah, munjiyatan, dlsb, akan

dihukum sesuai peraturan pondok.

Selanjutnya, santri pondok pesantren Darussalam Adikarso Kebumen

mayoritas sudah memiliki kesalehan sosial. Santri ketika berada dilingkungan

masyarakat menunjukan sikap yang baik dan sopan. Menurut Mahmud Husein

selaku warga di sekitar pondok mangatakan bahwa santri-santri memiliki

akhlak yang baik dan sopan serta sering menyapa warga ketika bertemu di

jalan.167) Tutur Kurniawan seorang warga di sekitar pondok juga mengatakan

bahwa santri putra pondok pesantren Darussalam rajin beribadah dan memiliki

sikap yang sopan serta menunjukan akhlak yang baik kepada warga sekitar.

Walaupun sebagian kecil ada santri yang masih kurang sopan dalam bersikap

karena masih baru dalam menuntut ilmu di pondok pesantren tersebut.168)

Pembentukan kepribadian muslim membutuhkan proses yang cukup

panjang. Ketika masih terdapat santri yang belum memiliki kepribadian yang

cukup baik merupakan hal yang wajar, apalagi ketika santri masih tergolong

baru. Santri yang sudah cukup senior maupun yang sudah cukup lama nyantri

di pondok pesantren Darussalam, berdasarkan observasi yang penulis lakukan

167)
Wawancara, Mahmud Husein di teras rumah Mahmud Hesein, tanggal 5 Juli 2020.
168)
Wawancara, Tutur Kurnawan di ruang tamu rumah Tutur Kurniawan, tanggal 8 Juli 2020.
112

telah memiliki sifat jujur, dapat dipercaya, adil, suka menolong dan istiqomah

sepert konsep mabadi khoiru ummah yang dicetuskan oleh organisasi

masyarakat islam Nahdhlatul ‘Ulama.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, sifat jujur dari santri

ditunjukan pada santri yang mengelola kantin pondok. Laporan keuangan dari

kantin pondok tidak ada yang diselewengkan. Hal tersebut menjadi salah satu

bukti bahwa santri putra pondok pesantren Darussalam telah memiliki sifat

jujur. Selain itu, sifat jujur santri ditunjukan ketika santri mengakui

kesalahannya melanggar aturan pondok dan dilakukan ta’zir oleh pengurus.169)

Kemudian sifat dapat dipercarya ditunjukan santri ketika santri diberi

kepercayaan untuk mengolah sawah oleh pengasuh pondok pesantren. Santri

yang diberi amanah tersebut, mengolah sawah dengan baik bersama teman-

temannya yang lain. Selanjutnya, sifat adil atau dengan kata lain memberikan

hak dan kewajiban secara proporsional ditunjukan santri dalam santri menaati

kewajibannya untuk menaati peraturan pondok dan mendapatkan haknya untuk

diajar dan mendapatkan ilmu dari pondok pesantren. Walaupun terdapat

sebagian kecil santri yang terkadang melanggar peraturan pondok.

Santri putra pondok pesantren Darussalam juga sudah memiliki sifat

suka menolong orang lain, hal itu dibuktikan ketika melaksanakan piket harian

dan ro’an antar santri saling membantu. Kemudian sifat istiqomah yang

dimiliki santri putra pondok pesantren Darussalam dibuktikan dengan ibadah


169)
Observasi kegiatan pondok dan kantin pondok tanggal 29 Juni 2020.
113

yang terus dijalankan dalam kegiatan pondok pesantren Darussalam. Walaupun

berawal dari sebuah peraturan dan pembiasaan, diharapkan santri akan

memiliki sifat istiqomah setelah tidak lagi belajar di pondok pesantren. 170)

Menurut Bibit Duroriyah selaku wali santri, setelah anaknya belajar di

pondok pesantren Darussalam, menjadi lebih rajin beribadah ketika dirumah

dan istiqomah tidak pernah meninggalkan sholat wajib lima waktu. Serta sering

melaksanakan sholat sunnah rowatib. 171)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pondok pesantren Darussalam Adikarso merupakan lembaga pendidikan

nonformal yang terletak di Dusun Keputihan RT 01 RW 04 Desa Adikarso

Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen Propinsi Jawa Tengah. Pondok


170)
Observasi kegiatan pondok tanggal 25 Juni 2020.
171)
Wawancara, Bibit Duroriyah di kamar santri pondok pesantren Darussalam, tanggal 3 Juli
2020
114

pesantren Darussalam diasuh oleh K.H. Chabibulloh, K.H. Makhrus Muqorrobin,

Ky. Ali Dimyati dan Nyai Khamidah. Namun yang fokus untuk mengasuh pondok

pesantren putra adalah K.H. Chabibulloh dan K.H. Makhrus Muqorrobin beserta

istrinya.

Berikut kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah yang telah dibuat;

1. Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Membentuk

Kepribadian santri Putra.

Di pondok pesantren Darussalam Adikarso Kebumen terdapat

pendidikan akhlak kepada santri putranya yang didalamnya terdapat nilai-nilai

yang diimplementasikan untuk membentuk kepribadian santrinya. Berikut

kegiatan pendidikan akhlak dan nilai-nilai yang diterapkan yaitu :

1. Kajian Kitab Akhlak

a. Kitab Alala Tanalul ‘Ilma

Nilai-nilai yang diterapkan yaitu nilai ibadah, nilai tauhid, nilai

pelestarian tradisi dan nilai ilmu akhlak.

b. Kitab Akhlakul Banin

Nilai-nilai yang diterapkan yaitu nilai ibadah, nilai tauhid, nilai

pelesatarian tradisi dan nilai ilmu akhlak.

c. Kitab Ta’lim Muta’alim


115

Nilai-nilai yang diterapkan yaitu nilai ibadah, nilai tauhid, nilai

pelesatarian tradisi dan nilai ilmu akhlak.

2. Sholat Wajib Berjamaah

Nilai-nilai yang diterapkan yaitu nilai ibadah, nilai tawadhu’ kepada alloh

swt., nilai kedisiplinan, nilai persaudaraan dan nilai keteladanan.

3. Mujahadah

a. Mujahadah Al-wahdah

Nilai-nilai yang diterapkan yaitu nilai ibadah, nilai keteladanan, nilai

persaudaraan dan nilai tauhid.

b. Mujahadah Hajat

Nilai-nilai yang diterapkan yaitu nilai ibadah, nilai kedisiplinan, nilai

pembiasaan, nilai persaudaraan dan nilai tauhid.

4. Majelis Al-Qur’an (Qur’anan dan Waqi’ahan)

a. Waqi’ahan

Nilai-nilai yang diterapkan yaitu nilai ibadah, nilai tauhid dan nilai

kedisiplinan.

b. Qur’anan

Nilai-nilai yang diterapkan yaitu nilai pendidikan akhlak kepada Alloh

Swt., nilai ibadah dan nilai kesabaran.

5. Yasinan
116

Nilai-nilai yang diterapkan yaitu nilai ibadah, nilai keimanan dan nilai

akhlak kepada sesama.

6. Majelis Sholawat (Munjiyatan , Nariyahan dan Barzanjinan).

a. Munjiyatan

Nilai-nilai yang diterapkan yaitu nilai cinta kepada Nabi Muhammad

Saw., nilai ibadah, nilai kesederhanaan, nilai kedisiplinan, nilai

kesabaran, nilai sopan santun dan nilai tauhid.

b. Nariyahan

Nilai-nilai yang diterapkan yaitu nilai cinta Nabi Muhammad Saw.,

nilai ibadah, nilai kedisiplinan, nilai kesederhanaan dan nilai seni.

c. Berzanjenan

Nilai-nilai yang diterapkan yaitu nilai cinta Nabi Muhammad Saw.,

nilai tauhid, nilai persaudaraan, nilai pelesatrian sejarah dan nilai seni.

7. Ziaroh Kubur

Nilai-nilai yang diterapkan yaitu nilai ibadah, nilai ta’dzim kepada guru,

nilai kesederhanaan dan nilai keimanan.

8. Khitobah

Nilai-nilai yang diterapkan yaitu nilai ibadah, nilai keberanian, nilai sopan

santun, nilai dakwah dan nilai persaudaraan.

9. Piket harian dan Ro’an Mingguan

Nilai-nilai yang diterapkan yaitu nilai ibadah, nilai cinta lingkungan, nilai

tolong menolong dan nilai keikhlasan.


117

10. Peraturan-peraturan pondok pesantren.

Nilai-nilai yang diterapkan yaitu Nilai Ibadah dan Nilai akhlak.

Nilai-nilai yang terdapat dalam pendidikan akhlak tersebut diterapkan

untuk membentuk pribadi santri sehingga memiliki kepribadian muslim.

Kemudian penerapan nilai-nilai tersebut menggunakan beberapa metode, yaitu

keteladanan, pengajaran, pembiasaan dan riyadhoh. Hal tersebut digunakan

oleh para pengajar di pondok pesantren Darussalam, Adikarso kebumen.

2. Kepribadian Santri Putra.

Kepribadian santri putra pondok pesntren Darussalam, Adikarso

Kebumen sebagian besar telah memiliki kesalehan individul yang baik, hal ini

dibuktikan dengan santri yang telah rajin beribadah kepada Alloh Swt. dengan

niat dari dalam dirinya sendiri. Walaupun masih terdapat sebagian kecil santri

yang rajin beribadah karena oprak-oprak dari pengurus pondok. Hal itu

merupakan sebuah proses pendidikan, karena santri tersebut merupakan santri

yang masih tergolong baru. Kemudian santri putra pondok pesantren

Darussalam juga telah memiliki kesalehan sosial yang baik, hal ini dibuktikan

dengan sikap santri yang baik terhadap warga sekitar pondok pesantren. Santri

juga telah memiliki sifat jujur, dapat dipercaya, adil, suka menolong dan

istiqomah walaupun belum kelihatan cukup kuat melekat dalam diri santri.

B. Saran-saran
118

Setelah dilakukan penelitian dan hasil penelitian dianalisa, maka penulis

memberikan saran kepada pihak pondok pesantren Darussalam Adikarso

Kebumen, sebagai berikut :

1. Penambahan ngaji kitab akhlak pada kelas diniyah yang belum terdapat kajian

kitab akhlak.

2. Penerapan lebih mendalam konsep kepribadian mabadi khoiro ummah dalam

kegiatan-kegiatan santri agar konsep kepribadian tersebut melekat kuat dalam

diri santri. Berikut penerapan konsep kepribadian mabadi khoiro ummah,

antara lain :

a. As-Shidqu (Kejujuran, kebena ran, kesungguhan, dan keterbukaan), dapat

diterapkan dengan membuat kantin kejujuran. Sehingga santri dibiasakan

untuk bersikap jujur.

b. Al-Amanah wal Wafa’ bil Ahdi (Dapat dipercaya, setia, dan menepati

janji), dapat diterapkan pada santri dengan memberikan sebuah tugas atau

tanggungjawab, misalnya santri diberikan tugas untuk membersihkan

masjid setiap hari Jum’at. Tanpa diperintahkan kembali, apakah santri

akan melaksanakannya atau tidak. Hal tersebut untuk menguatkan sifat

amanah dalam diri santri.

c. Al A’dalah (Adil, memberikan hak dan kewajiban secara proporsional),

dapat diterapkan pada kegiatan khitobah dengan tema penerapan sikap adil

dalam menyelesaikan kasus-kasus di masyarakat sesuai syari’at islam.


119

d. At Ta’awun (Tolong-menolong, setia kawan, dan gotong-royong

dalam kebaikan dan ketaqwaan) dapat diterapkan dengan membuat jadwal

mengoprak-oprak yang ditugaskan setiap kamar. Kamar pondok putra

yang terdiri enam kamar maka setiap hari terdapat kamar yang bertugas

dan dilengkapi oleh kamar pengurus. Pengurus yang bertugas piket

menjadi koordinator untuk mengoprak-oprak. Hal tersebut menjadi

penerapan tolong-menolong dalam kebaikan.

e. Al-Istiqamah ( Ke-ajeg-an berada di jalur yang ditentukan Allah dan

Rasulullah serta tuntunan dari Ulama’ Salafus Sholeh), karakter istiqomah

telah cukup bagus diterapkan melalui jadwal dan peraturan di pondok

pesantren Darussalam Adikarso, penulis menyarankan untuk

dipertahankan dan ditingkatkan.

C. Kata Penutup

Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Swt. karena dengan

pertolongan dan nikmatNya penelitian ini dapat selesai dengan baik dan tepat

waktu. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca

serta dapat memberikan inspirasi baru di lokasi penelitian agar dapat berkembang

lebih baik.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari penelitian yang

dilakukan. Maka dari itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat diharapkan agar

penelitian dalam bidang ini akan lebih baik.


120

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. (2016). Keterpaduan Nilai-Nilai Pesantren Dalam Membangun


Masyarakat Madani. Lampung: Zayn Press.

Afifuddin dan Saebani, Beni Ahmad. (2012) Metodologi Penelitian Kualitatif.


Bandung : Pustaka Setia.

Aizid,Rizem. (2015). Sejarah Peradaban Islam Terlengkap. Yogyakarta: Diva


Press.

Al-Baijury, Abu Aunillah. (2015). Buku Pintar Agama Islam. Yogyakarta: Diva
Press.

Alfan, Muhammad. (2013). Pengantar Filsafat Nilai. Bandung : Pustaka Setia.

Al-Nahooda, MR. Isma. (2018). Implementasi Pendidikan Akhlak Pada Siswa


Menengah Smp (Mattayumton) Samakkee Islam Wittaya Satun Selatan
Thailand Tahun 2017/2018. Semarang : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UsIN Walisongo.
121

Al-Utsaimin, Syeikh Muhammad bin Shalih. (2015). Syarah Arba’in An-Nawawi.


Jakarta Timur: Darus Sunah Press.

An-Nawawi, Imam. (2017). Riyadhus Shalihin. Semarang: Pustaka Nuun.

Aziz, Abdul. (2009). Filsafat Pendidikan Islam.Yogyakarta: Teras.

Badjeber,Achmad Munir, dkk. (2012). Ensiklopedia Islam Al-Kamil. Jakarta Timur:


Darus Sunnah Press.

Chamidi, Agus Salim dan Bahrun Ali Murtopo. (2018). Manajemen Pendidikan
Karakter Mabadi Khaira Ummah Di Smk Maarif 2 Gombong. Jurnal Wahana
Akademika Vol. 5 No. 1.

Dalimunthe, Sehat Sultoni. (2016). Filsafat Pendidikan Akhlak. Yogyakarta:


Deepublish.

Dhofier, Zamakhsyari. (1994). Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup


Kyai. Jakarta: LP3ES.

Eliyanto. (2017). Pendidikan Aqidah Akhlak. Yogyakarta : UIN Sunan kalijaga dan
Kebumen : IAINU Kebumen.

Effe, Hermiana E. (2019). Tawuran Pelajar Gunakan Sajam di Gombong,


Dibubarkan Polisi. http//:www.cendananews.com/2019/04/tawuran-pelajar-
gunakan-sajam-di-gombong-dibubarkan-polisi.html. Diakses 27 Februari
2020, jam 06.03 WIB.

Falah, Riza Zahriyal. ( 2016). Membentuk kesalehan IndIvIdual dan SosIal MelaluI
KonselIngMultIkultural. Jurnal Bimbingan Konseling Islam Vol. 7 No. 1

Fauzi, Muhamad Umar . (2019). Implementasi Konsep“Mabadi Khaira Ummah


Nahdlatul Ulama”Sebagai Bentuk Moderasi Islam di Kabupaten Nganjuk.
Jurnal Tafhim Al-Ilmi.

Frondizi, Risie. (2011). Pengantar Filsafat Nilai. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Halimah, Nur. (2017). Nilai-Nilai Pendidikan Pesantren Dalam Novel CahayaCinta


Pesantren Karya Ira Madan. Surakarta : IAIN Surakarta.
122

Hamka.(2016). Lembaga Budi. Jakarta: Republika Penerbit.

Hawi , Akmal. (2014). Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Hutapea, Aisyah. (2016). Konsep Kepribadian Islam Menurut Syaikh Taqiyuddin


An Nabhan. Medan : UIN Sumatra Utara.

Julheri. (2020). Januari 2020, Polres OKU Panen Kasus Narkoba.


http//:sumeks.co/januari-2020-polres-oku-panen-kasus-narkoba/. Diakses 27
Februari 2020, jam 07.04 WIB.

KBBI Daring, Implementasi, https://kbbi.kemendikbud.go.id, diakses 03 April 2020


jam 13:11 WIB

Khallaf, Abdul Wahhab. (2014). Ilmu Ushul Fiqh. Semarang: Dina Utama.

Isma’il, Fuad Farid dan Mutawalli, Abdul hamid. (2012).Cara Mudah Belajar
Filsafat. Yogyakarta : Ircisod.

Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Marina. (2008). Implementasi Akhlakul Karimah Dikalangan Santri Pondok


Pesantren Darul Wasi’ah Simalinyang Kecamatan Kampar Kiri Tengah
Kabupaten Kampar. Pekanbaru : Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN
Sultan Syarif Kasim.

Marzuki. (2015). Pendidikan Karakter Islam. Jakarta: Azah.

Mulyasa. (2012). Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta: Bumi Aksara.

Musta’mar, Marzuki. (2013). Al-Muqtathafat Liahli Al-Badiya, (Terjemahan


Sholeh, dkk). Kebumen : Stainu Press.

Mukhtar Zaen, Fadlan. (2020). Motif Pemuda di Kebumen yang masuk ke Bank dan
mengamuk Sambil Membawa Gergaji.
http://www.google.com/amp/s/amp/regional/read/2020/01/ 30/15094561/ini-
motif -pemuda-di-kebumen-yang-masuk-ke-bank-dan-mengamuk-sambil-
bawa. Diakses 27 Februari 2020, jam 06.18 WIB
123

Nata, Abudin. (2019). Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Depok: Rajagrafindo
Persada.

Nihwan. ( 2011). Pendidikan Pesantren Dalam Mempertahankan Nilai-Nilai


Pendidikan Islam.Madura: Instika.

Olson, Mathew H. dan B R Hergenhahn. (2013). Pengantar Teori-Teori


Kepribadian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Prayitno. (2019). Polres Kebumen Amankan Empat Tersangka Kaus Narkoba.


www.rmoljateng.com/read/2019/08/30/21581/Polres-Kebumen-Amankan-
Empat-Tersangka-Kasus-Narkoba. Diakses 27 Februari 2020, jam 07.00
WIB.

Putri, Yuliani Rachma. ( 2019). Strategi Komunikasi Dalam Implementasi Sistem


Urban Farming Di Rw 04 Kelurahan Pajajaran Kecamatan Cicendo Kota
Bandung. Bandung: Universitas Telkom.

Qori, Ngumdatul. (2017). Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Al-Adzkar


Karya Imam Nawawi. Salatiga: IAIN Salatiga.

Rifa’i, Moh. (2014). Fiqh Islam. Semarang: Karya Toha Putra.

Rohmah, Noer. (2013). Pengantar Psikologi Agama. Yogyakarta: Teras.

Salim, Muhammad Anwar. (2017). Implementasi Pendidikan Karakter Pada Santri


Pondok Pesantren Al-Falah Salatiga. Salatiga :IAIN Salatiga.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Suhada, Idad.( 2017). Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Remaja


Rosdakarya.

Tanzeh, Ahmad. (2011). Metodologi Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras.

Tohirin. (2014). Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja


Grafindo Persada.
124

Wiyani, Novan Ardy. (2012). Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan Taqwa.
Yogyakarta: Teras.

Wiyani, Novan Ardy dan Barnawi. (2012). Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta : Ar-
Ruzz Media.

Yazid, Abu. (2018). Paradigma Baru Pesantren. Yogyakarta: Ircisod.

Zuhairini, dkk. (2015). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Zuhri, Saifuddin. (2011). Tarekat Syadziliyah. Yogyakarta: Teras.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

TATA TERTIB SANTRI PUTRA


PONDOK PESANTREN DARUSSALAM, ADIKARSO
PERIODE 2019-2024

PASAL TATA TERTIB SANKSI


BAB I UMUM
1 Mentaati Peraturan Negara dan Agama Teguran/peringatan
2 Santri harus menjaga nama baik pondok di dalam maupun di luar Teguran/Peringatan
pondok
3 Semua santri wajib mentaati tata tertib yang berlaku tanpa terkecuali Teguran/Sanksi
meskipun sebagai pengurus sesuai pelanggaran
4 Dilarang merusak/mencoret-coret/mengotori/mencuri Teguran/ denda
fasilitas/peralatan pondok
5 Santri di haruskan menjaga kemanan,ketertiban,kebersihan,dan Teguran/Peringatan
keindahan pondok
BAB II TATA KRAMA
6 Santri wajib bersikap sopan santun dalam bergaul dengan teman Teguran/Peringatan
pondok,dengan keluarga ndhalem,tetangga pondok dan tamu dari luar
7 Dilarang menaiki sepeda/motor di halaman pondok dan di jalur santri Teguran/Peringatan
putri
125

8 Santri dilarang mandi/mencuci pada waktu adzan/shalat jamaah di Teguran/Peringatan


sumur masjid
9 Santri dilarang bermain kartu dan sejenisnya di dalam pondok Kartu disita dan
sidang
10 Santri dilarang berpacaran/berboncengan dengan perempuan yang Teguran dan sidang
bukan muhrimnya
11 Santri di wajibkan berpakaian sopan dan pantas di lingkungan pondok: Teguran/Peringatan
a. Dilarang memakai jaket/kaos ketika shalat
b. Dilarang memakai kaos tanpa lengan ketikaberjalan
dilingkungan pondok.
c. Di lingkungan pondok dan sekitarnya diharuskan memakai peci
dan diluar pondok dianjurkan.
d. Dilarang memakai celana pendek dilingkungan pondok.
e. Dilarang memakai seragam sekolah ketika shalat jum’at
12 Bagi santri yang sekolah setelah pulang dari sekolah,santri di wajibkan Teguran/Peringatan
mengganti pakaian langsung (berbusana muslim dan memakai sarung)
BAB III PENDIDIKAN
13 Santri diharuskan mengikuti semua kegiatan di pondok pesantren Terlampir
BAB IV IBADAH
14 Santri diharuskan shalat 5 waktu dengan berjamaah terutama shalat Teguran/Peringatan
maghrib,’isya,dan subuh
15 Santri pulang maksimal 3 hari dan berada di pondok minimal 3 minggu Menulis S. Yasin 1X
16 Santri diharuskan mengikuti wirid setelah melakukan shalat Teguran/Peringatan
berjamaah sampai selesai

BAB V IBADAH DAN MUAMALAH


17 Santri dilarang mengambil/meminjam hak milik orang lain tanpa izin Teguran
terlebih dahulu dengan yang punya( Ghozob )
18 Santri dilarang mencuri uang/barang orang lain 1X= Gunduli,
telanjang dada dan
disiram air comberan
2X= Dikeluarkan dan
dikembalikan
Santri kelas 1 SLTA kebawah tidak dipebolehkan merokok Merokok dengan
telanjang dada di
bangku dan diikat
tangannya di
belakang dan disuruh
126

merokok sentrin (3)


19 Pada pukul 10 malam santri sudah berada dilingkungan Pon-Pes Menulis S. Al-Mulk 1
X
20 Santri dilarang nangga/ngendong di rumah orang lain tanpa ada Menulis S. Al-Mulk 1X
kepentingan yang jelas
21 Santri dilarang tidur di masjid kecuali serambi Teguran/Peringatan
22 Santri yang memliki sepeda harus ditempatkan pada tempatnya(di Digembesi
garasi sepeda)
23 Santri di haruskan memiliki alas kaki/sandal Membeli Sendal
24 Santri dilarang mengganggu/menggoda santri putri ketika keluar dari Teguran/Peringatan
komplek putri
25 Santri dilarang ngetem di warung setelah waktu maghrib Teguran/Peringatan
Santri diwajibkan tidur sebelum pukul 11 malam Teguran/Peringatan
26 Santri boleh membawa hp dengan ketentuan pada pukul 6 sore wajib Disita
dikumpulkan dan akan dikembalikan pukul 6 pagi
BAB VI KEBERSIHAN
27 Santri wajib melaksanakan piket kebersihan lingkungan pondok/kamar Teguran/Peringatan
masing-masing sesuai jadwal yang di tetapkan
28 Santri dilarang membuang sampah sembarang tempat Teguran/Peringatan
29 Santri yang mempunyai baju kotor/kum-kuman di sumur harus segera Dibuang, apabila
di cuci melebihi 1 hr
30 Peralatan mandi/handuk/baju kotor tidak boleh ditinggal di sumur dan Dibuang
tempat mandi
BAB VII KEUANGAN
31 Santri wajib membayar syahriah tiap tanggal 1 s/d 20 per bulannya Diberi surat tagihan
apabila melebihi 3
bulan
32 Santri di larang berhutang kas pondok melebihi Rp 50.000,00 Tidak dilayani

DATA SANTRI KELAS DINIAH 1


NO NAMA NAMA ORANG ALAMAT
TUA
1 Amar Hamzah Wicaksono Moh. Arifin Jatimulyo,Alian
2 Khafidurohman Nuryanto Banjararjo, Ayah,
3 Muhammad Maftuh Ikhsan Nasiman Kaliputih, Alian
4 Mustofa Zaini Abdillah Tashidin Sitibentar, Mirit
5 Nalimuna Alifudin Sabari Muara Pantun
127

Kalimantan Timur
6 Zam-Zam Faz Salim Faozi Sidoharjo, Puring
7 Ahmad Zaeni Rohman Tukimin Kaligubug, Padureso
8 Grogolkebonsari,
Adib Anwarul Umam Solihun
Petanahan
9 Muhammad Haris Hidayatulloh Rojikin Pesuruhan, Puring
10 Samsul Hidayat Yusman Pandanlor, Klirong
11 Miftakhul Anwar Sukono Pandanlor, Klirong
12 Razif Taftazani Saliyo Pandanlor, Klirong
13 Nur Kholiq Ar-Rohman Jasirun Jerukagung, Klirong
14 Akhmad Kamaludin Sarimin Pandanlor, Klirong
15 Tongat Al-Istakim
Iqbal Aidin Wirogaten, Mirit
Aidin
16 Ahmad Mungawin Saridi Pandanor, Klirong
17 Tamanwinangun,
Farhan Maula Wajdi Salim Wazdi
Kebumen
18 Tamam Khusain Mohammad Kafi Bendogarap, Klirong
19 Ifan Rahman Fauzi Samsul, Huda Murtirejo, Kebumen
20 Robi Ibrahim Alam Sugeng Prayitno Kebadongan, Klirong
21 Zainun Nizar Kusnadi Ambalkumolo, Bulus
Pesantren
22 Adi Tri Prasetiyo Mul Singgih Purwosari, Puring
23 Ahmad Lubadul Fikri Darsin Krandegan, Puring
24 Ahmad Husen Luthfi Ahmadi Krandegan, Puring
25 Adnan Barkahie Irhamuddin Bengkalis, Riau
26 M. Hasan Akmal K. Anshori Sleman, Yogyakarta
27 Muhammad Balya Saifun Nawa KH. Makhrus Keputihan, Adikarso
Muqorrobin
28 Muhammad Eka Prabowo Johan Evin Priyana Muktisari, Kebumen

DATA SANTRI KELAS DINIAH 2


NO NAMA NAMA ORANG ALAMAT
TUA
1 Ferdi Kurniawan Bapak Suparlan Kalibangkang, Ayah
2 Ahmad Supriadi Bapak Parlan Sitibentar, Mirit
3 Azis Nur Fadli Bapak Sarimin Tambakrejo, Buluspesantren
4 Fatkhur Romadhon Bapak Mukhlasin Gebangsari, Kuwarasan
5 Sahrun Anam Bapak Najib Falihin Kebakalan, Karanggayam
6 Rio Ramadhan Bapak Suhudi Pandanlor, Klirong
128

7 Ibrahim Abdillah Bapak Ngabdan Fauzi Karangduwur, Ayah


8 Khanif Azwar Safi`i Bapak Ahmad Siswanto Kalipoh, Ayah
9 Faisal Abdau Bapak Rasikun Pandanlor, Klirong
10 Adisyah Nur Rahmat Bapak Nurhidayat Sidomoro, Buluspesantren
11 Fathurrahman Muzaki Bapak Muh Daeni Sidomoro, Buluspesantren
12 Feriham Zani Bapak Solihun Bengkalis, Riau
13 M. Badrus Syaekhoni Bapak Sakimin (Alm) Kalibangkang, Ayah
14 Achmad Nasihin Al- Bapak Sokhib H Pujodadi, Bonorowo
Luthfi
15 Ahmad Khubbi Sauhi Bapak Suparman Bantarsari, Cilacap
16 M. Diyaul Ma`ruf Bapak Marduki Kebonsari, Petanahan
17 Alif Zuhri Bapak Sumarjo Sangubanyu,Buluspesantren
18 M. Dimas Bapak Sumarno Sangubanyu,Buluspesantren
Fathurrohman
19 Nailul Azmi Bapak Sobirin Bantarsari, Cilacap
20 Azim Abdul Malik Bapak Suwandi Grogolpenatus, Petanahan
21 Taufik Juniar Suprapto Bapak Sunar Pagubugan, Cilacap
22 Ahmad Kamiludin Bapak Parlan Pandan lor, Klirong
23 Danial Surya Sakti Bapak Marwito Adikarso, Kebumen
24 Miftakhul Huda Bapak Siswandi Banjarejo, Puring
25 Ahmad Aghis Bapak Imam Nawawi Bantarsari, Cilacap
Munawir
26 Ahmad Nur Fuadi Bapak Slamet Sidomoro, Buluspesantren
27 Makhsun Safi Bapak Slamet Madurejo, Puring
28 Rifki Mursalin Bapak Situ Wergonayan, Mirit

DATA SANTRI KELAS DINIAH 3


NO NAMA NAMA ORANGTUA ALAMAT
1 Rifki Baharudin Bapak Ahmad Sohir Pandanlor, Klirong
2 Fio Nahril M. Bapak Mansur Mengkowo, Kebumen
3 Akhmad Tamyiz Bapak Purwadi Joho, Adimulyo
4 Sidomoro,
M. Nur Riski Bapak Jatmiko Hadi
Buluspesantren
5 Sidomoro,
M. Nafingudin Bapak Mudakir
Buluspesantren
6 M. Shofiyulloh Lutfi Bapak M. Zuhri Tersobo, Prembun
7 Ikhsan Yusroni Bapak Tri Subardi Joho, Adimulyo
8 Sangubayu,
Syahrul Amri S. Bapak Sofyan Efendi
Buluspesantren
129

9 Alfin Nurrokhim Bapak Mansur Mengkowo, Kebumen


10 Bisyri Nur Ahmad Bapak Fahrurozi Sidomulyo, Purworejo
11 Ambalkumolo,
Andri Rahmat Bapak Maryono
Buluspesantren
12 M. Jibril Syahid Bapak Muslimin Gesing, Tamanwinangun
13 Alam Nur Rohim Bapak Saryono Gesing, Tamanwinangun
14 Tanzimat Al-Ikhwan Bapak Heri Subekti Keputihan, Adikarso
15 Tamanwinangun,
M. Afifudin Bapak Tarno
Kebumen
16 M. Mabarun Bapak Salamun (Alm) Grogolpenatus, Petanahan
17 Anas Mubarok Bapak Sutarno Pandanlor, Klirong

DATA SANTRI KELAS DINIAH 4


NO NAMA NAMA ORANG TUA ALAMAT
1 Ahmad Fakhrudin Bapak Mubasir Maduretno, Buluspesantren
2 Ibnu Jarir Bapak Mohammad Kafi Bendogarap, Klirong
3 Miftakhur Riski Bapak Mukamil Grogolpenatus, Petanahan
4 Ghoswan Ghozali Bapak Tongat Al-Istakim Aidin Wirogaten, Mirit
5 Akhmad Sakhowi Bapak Muhammad Mashudi Kedalemankulon, Puring
6 Anas Nur Fawaid Bapak Mukhtar Zuhri Grogolpenatus, Petanahan
7 M. Ridwan Taufiq Bapak Mustaqim Sidomulyo, Petanahan
8 M. Zulhikam Bapak Najib Falikhin Kebakalan, Karanggayam
9 Ahmad Saefulloh Bapak Marjono Kalirejo, Kebumen
10 M. Khazim Nur Mohtadi Peniron, Pejagoan
11 Dafa Oktarian Ashari Mahfudin Ketraman, Adikarso
12 Ahmad Nur Aziz Khafid Khasbulloh Gesing, Tamanwinangun
13 Muhammad Wahid Khusen Bapak Khailan (Alm) Kebakalan, Karanggayam

DATA SANTRI KHATAMAN DINIAH 5

NO NAMA NAMA ORANG TUA ALAMAT


1 Akhmad Wasul Bapak Budi Yahaya Grogolpenatus, Petanahan
130

2 Andy Abdulloh Bapak Ahmad Nur Sidik Bantarsari, Cilacap


3 Luqman Nawawi Bapak Muhammad Kafi Bendogarap, Klirong
4 M. Islakhul Mubarok Bapak Khadirman Muktisari, Kebumen
5 Novan Bahaudin Bapak A. Nur Sidik Bantarsari, Cilacap
6 Muhammad Saiful Bapak Muhtamil Bantarsari, Cilacap

Foto-Foto
131

Gambar. 1. Wawancara dengan beberapa narasumber.

Gambar 2. Observasi kegiatan-kegiatan pondok pesantren Darussalam


PEDOMAN WAWANCARA

A. Pengasuh pondok pesantren

Pertanyaan:

1. Bagaimana sejarah berdirinya pondok pesantren Darussalam, Adikarso ?

2. Bagaimana Kurikulum pondok pesantren Darussalam, Adikarso ?


132

3. Kegiatan apa saja yang termasuk pendidikan akhlak ? bagaimana proses

jalannya kegiatan ?

4. Di dalam pendidikan akhlak tersebut, nilai-nilai apa saja yang sedang

diterapkan kepada santri ? Jelaskan !

5. Metode/cara apa saja yang digunakan untuk menanamkan nilai-nilai kedalam

diri santri ?

6. Bagaimana kepribadian santri pondok pesantren Darussalam, Adikarso ?

B. Pengurus pondok pesantren

Pertanyaan:

1. Bagaimana Kurikulum pondok pesantren Darussalam, Adikarso ?

2. Kegiatan apa saja yang termasuk pendidikan akhlak ? bagaimana proses

jalannya kegiatan ?

3. Di dalam pendidikan akhlak tersebut, nilai-nilai apa saja yang sedang

diterapkan kepada santri ? Jelaskan !

4. Metode/cara apa saja yang digunakan untuk menanamkan nilai-nilai kedalam

diri santri ?

5. Bagaimana kepribadian santri pondok pesantren Darussalam, Adikarso ?

C. Ustadz pengajar pondok

1. Bagaimana Kurikulum pondok pesantren Darussalam, Adikarso ?


133

2. Kegiatan apa saja yang termasuk pendidikan akhlak ? bagaimana proses

jalannya kegiatan ?

3. Di dalam pendidikan akhlak tersebut, nilai-nilai apa saja yang sedang

diterapkan kepada santri ? Jelaskan !

4. Metode/cara apa saja yang digunakan untuk menanamkan nilai-nilai kedalam

diri santri ?

5. Bagaimana kepribadian santri pondok pesantren Darussalam, Adikarso ?

apakah sudah senang beribadah dan berbuat baik kepada orang lain ?

6. Apakah santri sudah memiliki sifat kejujuran, dapat dipercaya, adil, suka

menolong dan istiqomah ?

D. Santri

1. Siapa nama saudara dan berasal dari mana ?

2. Apakah metode pembelajaran (Keteladanan, pengajaran, pembiasaan,

riyadhoh) disini efektif untuk membentuk kepribadian saudara ?

3. Apakah dirasakan ada perubahan pada kepribadian saudara ketika sebelum dan

sesudah mondok ?

4. Ketika melakukan berbagai macam ibadah, apakah niatnya muncul dari dalam

diri atau karena ada sebab lain ? mohon jawab dengan jujur ?!

5. Ketika berbuat baik kepada orang lain dan lingkungan sekitar, apakah niatnya

muncul dari dalam diri atau karena ada sebab lain ? mohon jawab dengan

jujur?!
134

6. Mohon jawab dengan jujur, apakah dalam diri saudara sudah terdapat sifat

kejujuran, dapat dipercaya, adil, suka menolong dan istiqomah ?

E. Warga Sekitar Pondok

Pertanyaan:

1. Siapa nama lengkap saudara ?

2. Menurut pengetahuan dan pengamatan saudara, apakah santri putra pondok

pesantren Darussalam rajin beribadah ?

3. Menurut pengetahuan dan pengamatan saudara, santri putra pondok pesantren

Darussalam, apakah sikap dan akhlaknya baik kepada masyarakat sekitar ?

4. Apakah santri putra pondok pesantren Darussalam sudah memiliki sifat jujur,

dapat dipercaya, adil, suka menolong dan istiqomah ?

F. Wali Santri

Pertanyaan :

1. Siapa nama bapak/ibu ?

2. Apakah ada perubahan kepribadian yang lebih baik pada anak bapak/ibu

sebelum dan sesudah mondok di pondok pesantren Darussalam, Adikarso ?

3. Apakah ketika dirumah anak bapak/ibu menjadi lebih rajin beribadah ketika

sudah mondok ?
135

4. Apakah ketika dirumah anak bapak/ibu menjadi lebih sopan dan berakhlak baik

kepada orang tua dan orang lain ?

5. Apakah setelah mondok anak bapak/ibu memiliki sifat jujur yang tinggi, sifat

dapat dipercaya, sifat adil kepada sesama, sifat suka menolong dan peduli

dengan sesama dan sifat istiqomah dalam beribadah kepada Alloh Swt. ?

Pertanyaan-pertanyaan diatas merupakan pertanyaan pokok dan untuk

memperkuat informasi maka penulis melakukan wawancara instan / singkat ketika

observasi terkait kegiatan/objek yang diobservasi.

Anda mungkin juga menyukai